Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didunia terjadi 20 juta kasus abortus setiap tahun dan 70 ribu wanita
meninggal karna abortus setiap tahunnya. Angka kejadian abortus diasia
tenggara 4,2 juta/tahun termaksud indonesia. Di Indonesia abortus spontan
10-15% dari seluruh kehamilan, sedangkan abortus provokatus sekitar 750
ribu-1,5 juta setiap tahunnya.
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (Liewollyn, 2002).
Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel
telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah
janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan di sengaja
sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengangguran kandungan buatan karena
indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika di perhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di indonesia, di perkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu villi koriales menembus secara
mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
Pada kehamilan di atas 14 minggu, setelah ketuban pecah janin yang telah
mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian
plasenta (Praworohadjo, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus di karenakan pemahaman
dikalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih di
1
pandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang di miliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan dengan benar.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadi kompliksi serius yang dapat terjadi seiring dengan
kejadian abortus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan
abortus ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami penanganan kegawatdaruratan dan
asuhan keperawatan pada klien abortus.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa memahami aborsi dalam presfektif islam
b. Mahasiswa memahami definisi abortus
c. Mahasiswa memahami etiologi abortus
d. Mahasiswa memahami klasifikasi abortus
e. Mahasiswa memahami patofisiologi abortus
f. Mahasiswa memahami pathway abortus
g. Mahasiswa memahami metode abortus
h. Mahasiswa memahami alasan wanita melakukan abortus
i. Mahasiswa memahami dampak dari abortus
j. Mahasiswa memahami komplikasi abortus
k. Mahasiswa memahami pelayanan aman abortus
l. Mahasiswa memahami manifestasi klinis abortus
m. Mahasiswa memahami penatalaksanaan abortus
n. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan abortus
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Aborsi dalam presfektif islam
Sayyid sabiq mengatakan, bahwa hal yang paling perlu mendapat
perhatian diantara hak-hak mnausia adalah hak hidup karena hal ini adalah
hak yang suci, tidak dibenarkan secara hukum dilanggar kemuliaannya dan
tidak boleh dianggap remeh eksistensinya.
Didalam teks teks al-Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus
hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk memebunuh jiwa
orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt:
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasanya adalah neraka jahanam dan dia kekal didalamnya, dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya ajab
yang besar (QS. An Nisa:93)
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh ibnu Masud bahwasanya
Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptanya di dalam
perut ibunya selama 40 hari. Setelah genap 40 hari ke dua, terbentuklah
segumpal darah beku. Ketika geenap 40 hari ke tiga berubahlah menjadi
segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan
roh, serta memerintahkan utnuk menulis 4 perkara, yaitu penentuan riski,
waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang
bahagia. (Bukhari dan Muslim).
Dari pandangan Mazhab manapun, jelas menyatakan bahwa aborsi
dalam pandangan agama islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa
besar karena dianggap membunuh nyawa manusia yang tidak bersalah.
Perlakunya bis diminta pertanggung jawaban atas tindakanya itu.
Untuk islam yang telah tercatat ini menandakan bahwa janin
dianggap sebagai manusia. Menyakiti atau membunuhnya termaasuk dosa
besar dan haram. Aborsi hanya boleh dilakukan apabila kehamilan
tersebut dapat mengacam dan mebahayakan jiwa si ibu, yang dianut
Mazhab Hanafi, dengan syarat usia kandungan belum mencapai 4 bln.
Meskipun demikian Majelis Ulama indonesia telah mengeluarkan fatwa
bahwa wanita korban pemekorsaan dibolehkan melakukan aborsi, dengan
syarat masa kehamilan belum mencapai 40 hari. Hal tersebut
diperbolehkan karena korban pemerkosaan adalah orang yang teraniaya
dan kehamilan bukan kehendaknya untuk melakukan hubungan tersebut,
melainkan tindakan paksaan orang lain.
Agama islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka
kehidupan dan peradaban yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal
pengguguran kandungan yang di sengaja atau aborsi. Hukum aborsi
menurut islam jelas keharamannya karena janin bayi yang berada dalam
rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan terhadap
nyawa seseorang adalah pembunuhan.
B. Definisi Abortus
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandung yang menurut para ahli ada sebelum 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi
BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Amru sofian, 2012).
Abortus ialah pengakhiran/ ancaman pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 1000 gram atau kurang dari 28 minggu. Terutama
disebabkan oleh kelainan pertumbuhan hsil konsepsi; terjadi pada 10-15%
kehamilan. Secara klinik dapat dibedakan atas abortus iminens, abortus
insipiens abortus inkomletus dan abortus kompletus. Selanjutnya dikenal pula
baortus habitualis (bortus spontan 3 kali berturut-turut atau lebih), missed
abortion (kematian janin dalam kandungan sebelum 28 minggu, tetapi janin
tidak
dikeluarkan
selama
kurang
lebih
minggu)
dan
abortus
10
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
3. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
a. Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
b. Gejala subyektif kehamilan menghilang,
c. Mammae agak mengendor lagi,
d. Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
e. Tes kehamilan menjadi negatif
f. Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe
berlangsung terus.
11
E. Patogenesis
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda
asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
12
F. Pathway
Fisiologi organ terganggu
Penyakit ibu atau bapak
Panggul sempit
13
Abortus spontan
Abortus
provokatus
Ab. Imminens
Ab. Medisinalis
Ab. Insipiens
Ab. kriminalis
Ab. Inkompleterus
Intoleransi aktivitas
G. rasa nyaman
Missed abortion
Nyeri abdomen
curetase
Post anastesi
Kurang pengetahuan
pengetahuan
Ansietas
Jaringan terputus/terbuka
Resiko infeksi
Nyeri
Invasi bakteri
peristaltik
G. pemenuhan ADL
G. Rasa Nyaman
perdarahan
Kekurangan volume
cairan
Resik syok (hipovelemik)
G. eliminasi ( konstipasi )
G. Metode Aborsi
Berbagai metode dalam aborsi yang dapat dilakukan, tergantung dari situasi
dan kondisi.
Berikut ini bagian-bagian metode dari aborsi :
14
15
16
2. Obat-Obatan
Saat ini beberapa jenis obat-obatan di gunakan oleh dokter untuk
aborsi. Obat-obatan tersebut menyebabkan rahm berkontraksi dan
mengeluarkan kehamilan. Cara pemberian obat-obatan diatas ada dengan
cara diminum, disuntik ataupun dimasukkan kedalam vagina.
Penggunaan obat yang tepat untuk aborsi, kemungkinan akan lebih
aman dari pada harus memasukan sesuatu alat ke dalam Rahim, yang
kemungkinan besar dapat menyebabkan kerusakan Rahim ataupun
infeksi.
Obat-obatan yang bisa di gunakan medis yaitu :
a) Mifepriston (RU 486 atau French pil) adalah obat aborsi yang bekerja
dengan cara rnencegah implantasi blastokis pada rahim, atau
mencegah kehamilan bila implantasinya sempurna.
17
harus
mendapatkan
perawatan
khusus
untuk
(dilakukan
sendiri
atau
oleh
orang
yang
18
seharusnya
meninggal
atau
menanggung
19
luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina.
Akibat
jangka
panjang
ialah
kemungkinan
timbulnya
incompetent cervics.
3. Peletakan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman.
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan myometrium
jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perletakan dinding kavum uteri dibeberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bhwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada
bahaya perdarahan, oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan
transfuse darah dan sesudah kerokan selesai dimasukan tampon kasa
kedalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan atisepsi tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar
keselurh peredaran darah, sehinggah menyebabkan kematian. Bahaya
lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran
telur. Akibatnya, sangat memungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
K. Pelayanan Aborsi Aman
Pelayanan aborsi yang aman diperjungkan oleh forum kesehatan
perempuan dan dilakukan dalam penelitian berkelanjutan (Soetjiningsih.
2007) yaitu:
1. Dialakukan di fasilitas kesehatan yang diunjuk
2. Dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan atau dokter umum
yang disertifikasi
3. Usia kehamilan dibawah 12 minggu
4. Konseling sebelum dan setelah tindakan pada klien
L. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun,tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil,suhu badan normal atau meningkat.
21
22
atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu ekapulsi hasil konsepsi
3. Abortus inkomplit
a. Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum
manual. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika
aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat
dialkukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang
setelah15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dpat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsupsi.
Jika perlu diberikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg). Evaluasi
sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Abortus komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Oebservasi untuk melihat adanya perdarahan.
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfuse darah.
(Rustam Mochtar)
5. Abortus terapeutik
Menurut Sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan
cara:
a. Kimiawi; pemberian secara ekstrauterin atau intrauterine obat abortus,
seperti: prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.
b. Mekanis:
a) Pemasangan batang luminaria atau dilapan akan membuka serviks
secara perlahan dan tidak trumatis sebelum kemudian dilakukan
evakuasi dengan kuret tajam atau vakum.
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, perkerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan Utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
3. Riwayar kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervagina
di luarsiklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
b. Riwayat kesehatan masa lalu
24
4. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
penyakit jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang adanya mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
monopouse terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya
8. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai darri dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluhan yang menyertainya
10. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygine, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik (Johnson & Taylor, 2005) meliputi
1. Inspeksi
25
menentukan
karakter
nadi,
mengevaluasi
edema,
26
27
mampu
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
management nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c. Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
3) Kurangi faktor presipitasi nyeri
4) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan interpersonal)
5) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
6) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
28
7) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
faktor
yang
terhadap insfeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
29
7) Diagnosa 7 : Konstipasi
a. Tujuan :
1) Bowel elimination
2) Hydration
b. Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
2) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
3) Mengidentifikasi indicator untuk mencegah kosntipasi
4) Fases lunak dan berbentuk
c. Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
2) Monitor bising usus
3) Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume
4) Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising
5)
6)
7)
8)
usus
Dukung intake cairan
Kolaborasi pemberian laktasif
Pantau tanda dan gejala konstipasi
Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk
dan warna
31
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah ciptaan allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara
memotong sebagian anggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual
belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu
dengan membunuhnya, sebagai mana firman allah swt :
Dan sesungguhnya kami telah memuliakan umat manusia (QS.al-Isra :70)
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masagetasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
(Derekliewollyn&Jones, 2002).
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu
sendiri, fator ibu, dan faktor bapak (amru sofian, 2012).
1. Kelainan ovum
2. Kelainan genetalia ibu
3. Penyakit-penyakit ibu, dll.
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda
asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
B. Saran
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan mauoun buatan,
memerlukan asuhan pasca keguguran. Asuhan pasca kegugurab terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan
komplikasinya.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Daftar Pustaka
AgusPurwadianto,BudiSampurna.2000.KEDARURATAN MEDIK.Jakarta Barat
32
33