Professional Documents
Culture Documents
Di Revisi
Di Setujui
Tandatangan :
PERATURAN PERUSAHAAN
DAFTAR ISI
BAB I. UMUM
PASAL 1. KEBIJAKAN UMUM
PASAL 2. RUANG LINGKUP
PASAL 3. TUJUAN
PASAL 4. ISTILAH DAN PENGERTIAN
Hal
1
1
1
2
3
4
4
4
4
5
5
6
6
7
8
8
9
9
9
10
10
11
11
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
15
17
17
18
21
21
22
22
23
23
23
24
24
24
25
BAB X. PENUTUP
PASAL 49. MASA BERLAKUNYA PERATURAN PERUSAHAAN
25
BAB I
UMUM
Pasal 1
KEBIJAKAN UMUM
1. Pada dasarnya tenaga kerja merupakan bagian integralisasi dari system manajemen dan
organisasi perusahaan, oleh karena itu pengelolaan tenaga kerja harus di arahkan pada suatu
kondisi yang kondusif untuk menghasilkan prilaku kerja produktif.
2. Untuk mencapai hal tersebut perlu di terapkan suatu peraturan perusahaan yang memuat
kaedah kaedah umum yang mengatur permasalahan kekaryawanan baik yang berkaitan
dengan hubungan antara karyawan maupun dengan perusahaan, dengan tetap mengacu dan
tidak bertentangan atas perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
3. Peraturan perusahaan di maksud ditetapkan sesuai dengan kebijaksanaan umum perusahaan
yang pada hakekatnya diarahkan bagi terciptanya iklim keorganisasian yang sehat dan dinamis.
Pasal 2
RUANG LINGKUP
Peraturan perusahaan ini berlaku untuk seluruh karyawan dari semua golongan dan jabatan yang ada
dalam perusahaan, sepanjang syarat syarat ketentuannya tidak diatur dalam perjanjian kerja
khusus.
Pasal 3
TUJUAN
Peraturan perusahaan ini ditetapkan dengan tujuan ;
1. Melindungi, mengatur, dan memperjelas kepastian hak dan kewajiban masing masing pihak,
baik antar karyawan dengan perusahaan.
2. Memberi kejelasan mekanisme penyelesaian masalah kekaryawanan secara professional guna
terciptanya ketenangan kerja dalam lingkungan perusahaan.
3. Terwujudnya tatanan hubungan kerja industrial yang sehat, harmonis, dan dinamis.
Pasal 4
ISTILAH DAN PENGERTIAN
1. Perusahaan.
Adalah (nama perusahaan dan alamat yang tersebut) sebagai pihak pemberi pekerjaan dan gaji /
upah.
2. Pengusaha.
Ialah pimpinan perusahaan dan atau orang yang diberikan kuasa melakukan tindakan untuk dan
atas nama perusahaan.
3. Karyawan.
Ialah orang yang bekerja pada perusahaan dan menerima gaji / upah berdasarkan hubungan
kerja.
4. Keluarga karyawan.
Ialah anggota keluarga karyawan yang terdiri dari keluarga, yaitu karyawan yang bersangkutan,
istri dan anak.
a. Istri ialah satu orang istri dari perkawinan pertama yang syah dengan dibuktikan / diperkuat
oleh akte perkawinan.
b. Anak ialah anak dari istri pertama yang syah yang di buktikan berdasarkan akte kelahiran
atau kartu keluarga yang disyahkan oleh aparat pemerintah.
5. Ahli Waris.
Ialah keluarga dan atau orang tua yang di tunjuk oleh karyawan secara tertulis ( testamen ) yang
diperkuat oleh pejabat berwenang untuk menerima warisan menurut ketentuan hukum yang
berlaku.
6. Jam Kerja.
Ialah jangka waktu kerja yang berlaku di perusahaan.
7. Hari Kerja.
Ialah saat di mana karyawan di tetapkan dan diwajibkan berada untuk melakukan kegiatan kerja
di perusahaan, yaitu mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat pada setiap minggunya
(ketentuan yang berlaku).
8. Hari Libur Resmi.
Ialah hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah.
9. Lembur.
Ialah kegiatan kerja yang dilakukan oleh karyawan di luar jam dan hari kerja yang ditetapkan oleh
perusahaan.
10. Jam Lembur.
Ialah jam di mana karyawan melakukan kegiatan kerja lembur atas perintah resmi atasannya
dengan pembulatan 30 (tiga puluh) menit ke atas menjadi 1 (satu) jam dan kurang dari 30 (tiga
puluh) menit tidak diperhitungkan (ketentuan perusahaan).
11. Atasan Langsung.
Ialah pimpinan yang langsung membawahi dan bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan
yang menjadi bawahannya pada tiap tiap bagian / seksi.
12. Gaji / Upah.
Ialah suatu penerimaan sebagai imbalan perusahaan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
dilakukan oleh karyawan dan diberikan dalam bentuk nominal rupiah.
BAB II
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEKARYAWANAN
Pasal 5
PERENCANAAN TENAGA KERJA
1. Perencanaan tenaga kerja perusahaan didasarkan atas evaluasi akan kebutuhan tenaga kerja
untuk mengantisipasi proyeksi pengembangan perusahaan dengan memperhatikan potensi
sumber daya manusia yang ada.
2. Perencanaan tenaga kerja meliputi jumlah kebutuhan ideal tenagakerja berdasarkan
perbandingan target produktivitas minimal dengan tetap memperhatikan kualifikasi pekerjaan,
jabatan, waktu, dan hal hal lain atas dasar program kerja yang telah disetujui dan ditetapkan
oleh Direksi.
3. Perencanaan tenaga kerja ini akan menjadi dasar bagi ;
a. Penerimaan tenaga kerja baru.
b. Penempatan dan atau pemindahan karyawan.
c. Pemberian promosi.
Pasal 6
PENGADAAN DAN SELEKSI TENAGA KERJA
1. Pengadaan tenaga kerja adalah proses kegiatan untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja dengan
lingkup mulai dari perencanaan, pengumuman, seleksi pelamar, dan pemanggilan calon tenaga
kerja.
2. Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses kegiatan pengujian calon tenaga kerja yang dilakukan
secara bertahap.
3. Prosedur pengadaan dan seleksi tenaga kerja di atur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 7
PENERIMAAN KARYAWAN
1. Penerimaan karyawan baru merupakan wewenang perusahaan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur yang berlaku serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan.
2. Penerimaan calon karyawan dan atau karyawan baru dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
dari perusahaan.
Pasal 8
STATUS KARYAWAN
1. Perusahaan hanya mengenal dan menerapkan satu status kekaryawanan yakni, karyawan tetap.
2. Semua calon karyawan tetap harus dan lulus menjalani masa percobaan paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung dari tanggal yang bersangkutan mulai bekerja.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Pasal 9
MASA PERCOBAAN
Masa percobaan merupakan tahap penyesuaian kondisi mentalitas dan kemampuan teknis calon
karyawan sesuai kebutuhan perusahaan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak
dapat di perpanjang, ( Per Men No. PER 03 / MEN / 1996).
Pemberlakuan masa percobaan dilaksanakan melalui penilaian antar pihak perusahaan dengan
pihak calon karyawan.
Selama masa percobaan, baik pihak perusahaan maupun pihak calon karyawan dapat
memutuskan hubungan kerja setiap saat dengan tanpa alasan atau syarat apapun. Bila dalam
masa percobaan hubungan kerja terputus maka calon karyawan tidak berhak menuntut
pesangon dan hal lainnya kecuali upah yang belum di terimanya pada saat bekerja di
perusahaan.
Bagi karyawan yang lulus masa percobaan perusahaan mengangkat calon karyawan menjadi
karyawan tetap dengan mengeluarkan surat putusan. Selambat lambatnya 1 ( satu ) minggu
setelah masa percobaan seleasi.
Pasal 10
KARYAWAN WAKTU TERTENTU
Karyawan waktu tertentu adalah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk waktu dan
jenis pekerjaan tertentu melalui kesepakatan kerja waktu tertentu.
Kesepakatan kerja waktu tertentu sebanyak banyaknya 2 (dua) kali dan atau selama lamanya
3 (tiga) tahun dengan ketentuan pemberlakuan kurun waktu kesepakatan kedua tidak lebih lama
dari kesepakatan pertama, (Per Men No. PER 02 / MEN / 1993).
Jika kurun waktu sebagaimana disepakati telah habis perusahaan berhak tidak memperpanjang
kesepakatan kerja waktu tertentu dengan tidak berkewajiban atas uang pesangon, uang jasa,
dan lain lain.
Ketentuan lain diatur dalam kesepakatan kerja waktu tertentu yang kedudukannya sederajat
dengan peraturan perusahaan.
Pasal 11
MUTASI
1. Sewaktu waktu apabila kebutuhan perusahaan menghendaki maka pimpinan perusahaan
berhak memindahkan (mutasi) karyawan ke bagian lain dengan pemberitahuan sebelumnya.
2. Mutasi karyawan dapat di laksanakan dengan memperhatikan syarat syarat sebagai berikut ;
a. Adanya permintaan kebutuhan tenaga kerja dari satu unit kerja dengan memanfaatkan
potensi internal organisasi.
b. Tuntutan kebutuhan sistem dan mekanisme kerja.
c.
d.
e.
f.
Pasal 12
PROMOSI JABATAN
1. Promosi merupakan penghargaan perusahaan atas prestasi dan dedikasi kerja karyawan dalam
bentuk pemberian kepercayaan untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi.
2. Dalam setiap promosi jabatan akan dicantumkan dengan jelas mengenai jabatan, uraian tugas,
penyesuaian gaji / upah, dan fasilitas yang diterima karyawan bersangkutan.
3. Setiap lowongan jabatan yang lebih tinggi akan diprioritaskan bagi karyawan yang memenuhi
persyaratan kualifikasi dengan tidak membedakan jenis kelamin. Masa kerja dan hal hal yang
tidak berhubungan dengan prestasi dan dedikasi.
Pasal 13
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
1. Dalam rangka memajukan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
berguna bagi peningkatan kualitas hasil kerja maka perusahaan menyelenggarakan pendidikan
dan latihan baik yang diselenggarakan secara mandiri maupun kerja sama dengan lembaga
pendidikan lainnya.
2. Penetapan pemberian kesempatan bagi karyawan untuk mengikuti pendidikan dan latihan
didasarkan atas kebutuhan pengembangan perusahaan secara proporsional.
1.
2.
3.
4.
5.
Pasal 14
KEWAJIBAN KEWAJIBAN KARYAWAN
Semua karyawan wajib menaati peraturan, ketentuan dan tata tertib kerja yang di keluarkan oleh
perusahaan.
Semua karyawan wajib menjalankan tugas masing masing dengan sebaik baiknya dan
menjunjung tinggi nama baik perusahaan serta menjaga kepercayaan yang telah di berikan oleh
perusahaan.
Semua karyawan harus taat pada perintah / petunjuk kerja atasannya atau orang yang diberi
wewenang sebagai pimpinannya.
Semua karyawan diwajibkan untuk menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan kerja, mesin
mesin, dan peralatan kerja lainnya.
Semua karyawan wajib melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila terjadi hal hal
yang merugikan perusahaan, seperti kelalaian / penyimpangan kerja, kehilangan, perkelahian/
pertengkaran, dan lain lainnya.
6. Semua karyawan wajib melaporkan kepada bagian personalia mengenai segala perubahan yang
menyangkut nama, alamat, status keluarga, dan lain lain dengan menyertakan surat
keterangan sah dari perangkat pemerintah setempat.
7. Semua karyawan harus berada ditempat kerjanya paling lambat 10 (sepuluh) menit sebelum jam
kerja di mulai guna mempersiapkan diri melaksanakan tugas.
8. Semua karyawan diwajibkan untuk melakukan absensi sendiri pada mesin absen (finger print)
yang telah disediakan oleh perusahaan, baik pada saat datang maupun pulang.
9. Semua karyawan wajib bersedia menjalani check body rutin atau sewaktu waktu dalam
lingkungan perusahaan oleh petugas satuan pengamanan atau pihak yang berwenang untuk itu.
10. Semua karyawan diwajibkan berpenampilan rapih dan sopan, (untuk pria tidak diperkenankan
menggunakan anting giwang ).
BAB III
HARI, JAM KERJA DAN LEMBUR
Pasal 15
HARI KERJA
1. Hari kerja di mulai dari hari Senin sampai hari Jumat atau 5 ( lima ) hari kerja seminggu, (UU
No. 13 tahun 2003).
2. Jika pada waktu hari kerja di maksud bertepatan dan hari libur resmi pemerintah maka karyawan
di liburkan, kecuali karena kepentingan perusahaan di mana karyawan diwajibkan untuk masuk
kerja maka akan diperhitungkan sebagai upah lembur.
3. Penetatapan jam kerja didasarkan kepada kebutuhan perusahaan dengan mengindahkan
perundang undangan yang berlaku yakni ;
3.1. Non Shift :
Senin - Kamis
Istirahat
Jumat
Istirahat
:
: 12.00 13.00 Wib
: 07.00 17.00 Wib
: 11.30 12.30 Wib
3.2. Shift :
Pagi
Siang
Malam
:
:
:
1.
2.
3.
4.
Pasal 16
KERJA LEMBUR
Kerja lembur adalah kegiatan kerja yang dilakukan karyawan di luar jam kerja dan atau di luar
hari kerja yang ditetapkan oleh perusahaan atas dasar perintah atasan sesuai dengan
kebutuhan.
Kerja lembur pada dasarnya bersifat sukarela, kecuali ;
a. Menyelesaikan jadwal kerja.
b. Dalam pekerjaan pekerjaan yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan atau
dapat mengganggu kelancaran jalannya produksi.
Karyawan yang sedang melakukan kegiatan kerja dinas luar dan atau mengikuti suatu latihan /
kursus atas beban perusahaan tidak di perhitungkan sebagai kerja lembur.
Dasar perhitungan kerja lembur sesuai dengan UUKK. No. 13 Tahun 2003, ( KEP-72/MEN/1984
dan KEP-102/MEN/VI/2004, perihal penetapan perhitungan jam lembur dan upah lembur bagi
karyawan yang melaksanakan lembur / atau kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan :.
sebagai berikut ;
a. Perhitungan upah sejam ;
a. 1. harian bulanan
: 1 / 173 x upah sebulan.
a. 2. Harian mingguan
: 3 / 20 upah seharian.
b. Perhitungan jam lembur ;
b. 1. Hari kerja ;
- jam pertama ( setelah 7 jam )
= 1,5 x upah sejam.
- jam kedua dan seterusnya
= 2 x upah sejam.
b. 2. Hari libur minggu / nasional ;
- jam pertama s/d jam ketujuh
= 2 x upah sejam.
- jam kedelapan
= 3 x upah sejam.
- jam sembilan
= 4 x upah sejam.
b. 3. Hari libur nasional pada hari kerja terpendek.
- jam pertama s/d kelima
= 2 x upah sejam.
- jam keenam
= 3 x upah sejam
- jam ketujuh dan seterusnya
= 4 x upah sejam.
b. 4.Ketentuan perhitungan kerja lembur ini akan disesuaikan dengan perundangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
10
Pasal 17
PERUBAHAN HARI DAN JAM KERJA
Perusahaan berhak untuk merubah, menambah hari, dan jam kerja sesuai dengan kebutuhan dan
masih dalam batas aturan perundang undangan yang berlaku.
BAB IV
WAKTU ISTIRAHAT, DISPENSASI, DAN MANGKIR
Pasal 18
ISTIRAHAT HARI KERJA
Karyawan berhak mendapatkan istirahat 1 ( satu ) jam secara masal pada setiap hari kerja yang
waktunya telah diatur dan di tetapkan oleh pihak perusahaan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pasal 19
ISTIRAHAT TAHUNAN
Karyawan berhak atas istirahat tahunan setelah bekerja selama 12 bulan berturut turut, (PP.
No. 21 Tahun 1954).
Hak istirahat tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah timbulnya hak itu
karyawan tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan yang diberikan perusahaan atau
bukan karena alasan alasan istimewa.
Bagi karyawan yang mengajukan istirahat tahunannya dan ditolak dan ditunda oleh perusahaan
sampai habis masa berlakunya maka istirahat tahunannya secara otomatis di perpanjang sampai
3 (tiga) bulan berikutnya.
Istirahat tahunan dapat diambil sebagian atau secara keseluruhan.
Karyawan yang bermaksud mengambil istirahat tahunan harus mengajukan permohonan terlebih
dahulu dan mendapat persetujuan dari atasan dan manager personalia, 1 (satu) minggu atau 7
(tujuh) hari kalender sebelumnya.
Perusahan berhak mengatur istirahat secara masal yang merupakan bagian dari istirahat
tahunan untuk menjamin kelangsungan produksi.
Pasal 20
ISTIRAHAT MELAHIRKAN / KEGUGURAN
1. Pelaksana istirahat hamil / melahirkan dan keguguran di atur sesuai dengan Undang Undang
No. 1 Tahun 1951 Jo. Undang Undang No. 3 Tahun 1992.
2. Berdasarkan surat keterangan dokter, karyawan wanita diberi istirahat selama 3 (tiga) bulan
dengan satu setengah bulan sebelum dan satu setengah bulan sesudah melahirkan.
11
3. Berdasarkan surat katerangan dokter, karyawan wanita yang mengalami keguguran diberikan
istirahat selama satu setengah bulan dari waktu keguguran.
Pasal 21
ISTIRAHAT HAID
1. Karyawan wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid,
(Undang Undang No. 1 Tahun 1951).
2. Perusahaan dianggap tidak mengetahui tentang keadaan haid karyawan wanita bilamana yang
bersangkutan tidak memberitahukan hal itu berdasarkan surat keterangan dokter.
Pasal 22
ISTIRAHAT ATAS NASIHAT DOKTER
Istirahat karyawan untuk tidak bekerja dinyatakan syah jika surat dokter dikeluarkan dari dokter yang
ditunjuk perusahaan dan sesuai kebijakan perusahaan.
Pasal 23
ISTIRAHAT LIBUR RESMI / NASIONAL
Hari libur resmi adalah hari libur yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Republik Indonesia
setiap tahunnya.
Pasal 24
ISTIRAHAT IBADAH HAJI
1. Karyawan yang menjalankan ibadah haji diberikan istirahat selama lama 50 (lima puluh) hari
kerja.
2. Karyawan yang bersangkutan harus sudah mengajukan ijin istirahat menjalankan ibadah haji
selambat lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya dengan dilengkapi bukti bukti yang syah.
Pasal 25
DISPENSASI, TIDAK MASUK KERJA, ATAU MENINGGALKAN TEMPAT PEKERJAAN
1. Seorang karyawan dapat diberi dispensasi tidak masuk kerja / meninggalkan tempat pekerjaan
dengan tetap mendapat upah seperti tersebut di bawah ini ;
a. Perkawinan karyawan yang bersangkutan, 4 hari, dilengkapi surat keterangan akan menikah
dari pejabat pemerintah setempat.
b. Perkawinan anak karyawan yang syah dari istri pertama, 2 hari, dilengkapi surat keterangan
dari pejabat pemerintah setempat.
c. Orang tua / wali dan atau mertua meninggal, 1 satu hari, dilengkapi copy surat keterangan
syah dari pejabat setempat.
12
d. Istri / suami, anak yang syah dari istri pertama meninggal dunia, 2 hari, dilengkapi copy surat
kematian disyahkan pejabat pemerintah setempat dan copy kartu keluarga.
e. Anak karyawan khitanan / baptis, 1 hari, surat keterangan syah dari pejabat pemerintah
setempat.
f. Ijin meninggalkan tempat kerja setengah hari atas persetujuan atasannya karena sakit.
g. Ijin meninggalkan tempat kerja setengah hari atas persetujuan atasannya karena orang tua,
istri / suami, anak sakit keras.
2. Apabila karyawan menghadapi keadaan (a), (b), dan (e) diwajibkan menyerahkan surat
kelengkapan di maksud 1 (satu) minggu sebelumnya.
3. Apabila karyawan menghadapi keadaan (c), dan (d) diwajibkan mengusahakan untuk
menghubungi atasannya untuk di sampaikan dan atau langsung kepada personalia dan atau
menyerahkan surat kelengkapan dimaksud pada saat hari pertama yang bersangkutan masuk
kerja.
Pasal 26
TIDAK MASUK KERJA ( MANGKIR )
1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa ijin atau dengan alasan di luar ketentuan pasal 18
sampai dengan pasal 25 di atas dinyatakan mangkir.
2. Bila karyawan tidak masuk kerja 5 (lima) hari berturut turut tanpa keterangan yang syah
sebagaimana dimaksud pada pasal 17 sampai dengan 24 diatas dinyatakan mengundurkan diri,
(pasal 25 ayat (1) Permenaker No. PER 03 / MEN / 1996).
BAB V
GAJI / UPAH DAN TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
1.
2.
3.
4.
5.
Pasal 27
GAJI / UPAH
Gaji/Upah adalah penghasilan karyawan dalam bentuk nominal rupiah yang diterima dari
perusahaan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan.
Gaji/Upah tidak dibayar bila karyawan tidak melakukan pekerjaan (Pasal 4. Peraturan Pemerintah
No. 8 Tahun 1981).
Komponen gaji/upah terdiri dari ;
a. Gaji pokok.
b. Tunjangan jabatan.
Standar terendah gaji/upah yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan adalah sama besar
dengan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku.
Gaji/Upah dibayarkan pada tanggal dan hari terakhir dari minggu dan atau bulan berjalan,
Apabila pembayaran jatuh pada hari libur maka pembayaran dilakukan satu hari di muka.
13
Pasal 28
KENAIKAN GAJI / UPAH
1. Pada dasarnya kenaikan gaji/upah ditentukan oleh Direksi dengan mempertimbangkan ;
a. Kondisi keuangan dan produktivitas perusahaan
b. Penilaian prestasi kerja.
2. Karyawan dengan gaji / upah sama dengan Upah Minimum Regional ( UMR ) secara otomatis
naik jika Pemerintah mengeluarkan keputusan tentang kenaikan Upah minimum Regional.
Pasal 29
GAJI / UPAH CUTI HAMIL
1. Bagi karyawan wanita yang menjalani cuti hamil atau melahirkan, gaji/upah tetap dibayar sesuai
ketentuan.
2. Permohonan cuti hamil/melahirkan harus di lengkapi dengan :
a. Surat keterangan dokter mengenai perkiraan waktu kelahiran :
b. Akte perkawinan / surat nikah:
c. Kartu keluarga.
3. Dalam hal perhitungan waktu cuti hamil/melahirkan adalah 3 ( tiga ) bulan dengan ketentuan satu
setengah bulan sebelum dan sesudah melahirkan. Pengecualian atas ketentuan tersebut
diperbolehkan bila di dalam surat keterangan dokter dinyatakan perlu dilakukan untuk menjaga
kesehatan yang bersangkutan.
1.
2.
3.
4.
Pasal 30
GAJI / UPAH SELAMA SAKIT
Bagi karyawan yang tidak dapat bekerja karena sakit harus disertai dengan Surat Keterangan
Sakit dari Dokter yang ditunjuk oleh perusahaan atau Dokter kebijakan dari perusahaan,
gaji/upah tetap di bayar sesuai ketentuan.
Karyawan dalam keadaan sakit mendesak maka perusahaan hanya akan menerima Surat
Keterangan dari Rumah Sakit terdekat, gaji/upah tetap di bayar sesuai ketentuan.
Karyawan berobat sakit di luar ayat (1), dan (2), gaji/upah tidak di bayar.
Karyawan yang dalam perawatan dan atau tidak dapat bekerja selama satu bulan atau lebih
(bukan karena kecelakaan kerja) maka pembayaran upahnya dilakukan sesuai dengan Peraturan
Pemerintahan RI No. 8 Tahun 1981, Pasal 5. Yakni ;
a. Bulan Pertama sampai bulan ketiga di bayar
b. Bulan Keempat sampai bulan keenam di bayar
14
100 %
75 %
50 %
25 %
5. Jika setelah melewati perawatan tersebut karyawan yang bersangkutan masih dirawat atau
belum dapat bekerja berdasarkan pertimbangan dokter maka karyawan tersebut dinyatakan
sebagai pekerja yang tidak mampu bekerja lagi karena tidak memenuhi syarat syarat
kesehatan. Hubungan kerja dapat diakhiri melalui Prosedur Undang Undang No. 12 Tahun
1964 Jo. Permenaker No. 03 / MEN / 1996.
1.
2.
3.
4.
Pasal 31
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
Tunjangan Hari Raya Keagamaan didasarkan kepada Permenaker No. Per 4 / MEN / 1994.
Besarnya Tunjangan Hari Raya diberikan kepada ketentuan sebagai berikut ;
a. Masa kerja kurang dari 3 bulan tidak mendapatkan THR.
b. Masa kerja lebih dari 3 bulan dan kurang dari 1 tahun mendapatkan THR dengan
perhitungan : ( masa kerja / 12 ) x gaji satu bulan.
c. Masa kerja sama dengan atau lebih dari satu tahun berturut turut mendapat THR gaji satu
bulan penuh.
Tunjangan Hari Raya diterima karyawan selambat lambatnya 7 ( tujuh ) hari sebelum Hari
Raya.
Karyawan yang putus hubungan kerjanya terhitung 30 (tiga puluh) hari sebelum jatuh tempo Hari
Raya Keagamaan berhak atas THR, kecuali karyawan dengan status pekerja waktu tertentu,
(pasal 6 / (1), (2) Permenaker No. PER 04 / MEN / 1994).
BAB VI
JAMINAN SOSIAL
DAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN
Pasal 32
FASILITAS KESEHATAN
Perusahaan memberikan fasilitas kesehatan kepada karyawan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
15
Pasal 33
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
1. Karyawan di ikutsertaan dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan
penyelenggaran PT. JAMSOSTEK. sesuai dengan Undang Undang No. 3 Tahun 1992 Jo.
Peraturan No. 14 Tahun 1993.
2. Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja di maksud meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua. Untuk Jaminan Kesehatan di serahkan kepada
Badan Penyelenggara sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Pasal 34
FASILITAS IBADAH
Perusahaan menyediakan mushola dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
melaksanakan sholat fardhu pada waktunya.
BAB VII
PAKAIAN DAN ALAT KESELAMATAN KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
Pasal 35
PAKAIAN KERJA & KARTU TANDA PENGENAL
Karyawan sesudah melewati masa percobaan mendapatkan pakaian kerja Cuma Cuma dari
perusahaan yang model dan warna ditentukan oleh perusahaan, 2 stel / tahun.
Perusahaan memberikan Kartu Tanda Pengenal kepada karyawan yang berfungsi juga sebagai
Kartu Absensi, Kartu Tanda Pengenal diberikan satu kali dalam 2 ( dua ) tahun.
Setiap karyawan wajib menggunakan pakaian kerja dan kartu tanda pengenal dilingkungan
perusahaan, kecuali untuk karyawan yang bekerja di lapangan kartu tanda pengenal diijinkan
untuk tidak dipakai saat bekerja.
Karyawan harus mengganti pakaian / kartu tanda pengenal atas biaya sendiri apabila hilang,
dirusak sengaja, merubah model, dicorat coret, dan lain lain sebagianya.
Karyawan yang menolak untuk mempergunakan pakaian kerja dan kartu tanda pengenal akan
dikenakan sanksi.
Pasal 36
KESELAMATAN KERJA
Untuk memelihara keselamatan kerja, perusahaan menyediakan alat alat pelindung
keselamatan kerja dan lingkungan kerja yang sehat.
Karyawan diwajibkan memakai alat alat perlindungan keselamatan kerja sesuai dengan sifat
pekerjaan masing masing dan wajib menaati peraturan keselamatan kerja sesuai dengan
Undang Undang No. 1 Tahun 1970.
16
3. Karyawan diwajibkan menjaga dan memelihara alat keselamatan kerja yang disediakan oleh
perusahaan dan wajib memelihara dan merawat lingkungan kerja yang sehat.
4. Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja maka seluruh peralatan dan perlengkapan kerja serta
keselamatan kerja harus dikembalikan ke perusahaan.
5. Karyawan yang sengaja merusak atau menghilangkan perlengkapan kerja dan alat keselamatan
kerja dan atau tidak menaati ketentuan yang ditetapkan berkaitan dengan keselamatan kerja
akan dikenakan sanksi administrasi sampai kemungkinan pemutusan hubungan kerja tanpa
pesangon.
BAB VIII
TATA TERTIB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasal 37
DEFINISI, SANKSI, DAN JENIS PELANGGARAN
Tata tertib adalah ketentuan yang mengatur prilaku kerja karyawan di dalam lingkungan
perusahaan.
Jenis sanksi yang di terapkan ;
a. Teguran Lisan / Tertulis.
b. Surat Peringatan l.
c. Surat Peringatan ll, diikuti schorsing 1 minggu.
d. Surat Peringatan lll / keras, diikuti schorsing 2 minggu.
e. Pemutusan Hubungan Kerja.
Pemberian sanksi oleh perusahaan tidak harus mengikuti urutan jenis sanksi seperti tersebut di
atas. Akan tetapi tergantung pada berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.
Teguran Lisan / Tertulis dan surat peringatan dikeluarkan oleh Manager Departemen
bersangkutan dengan tembusan kepada Manager Personalia.
Surat Peringatan ll dikeluarkan oleh Manager Personalia.
Surat Peringatan lll dan Surat Peringatan Keras dikeluarkan oleh Manager Personalia dengan
tembusan kepada departemen / instansi terkait.
Sanksi dan Jenis Pelanggaran ;
A. Jenis Pelanggaran dengan sanksi Teguran Lisan / Tertulis adalah sebagai berikut ;
1. Malas, tidak tertib, dan berhenti bekerja sebelum waktunya tidak lebih dari 3 ( tiga ) kali
pada bulan pertama dan seterusnya.
2. Tidak ada ditempat kerja di waktu jam kerja berlangsung tanpa sepengetahuan
atasannya, tidak lebih dari 3 ( tiga ) kali pada bulan pertama dan seterusnya.
3. Mengobrol dengan teman pada saat jam kerja sehingga pekerjaannya terlantar.
4. Melayani tamu pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pada jam kerja.
17
18
2. Dua belas kali dalam dua sembilan bulan sampai dengan empat belas kali dalam dua
belas bulan, datang terlambat.
3. Sepuluh kali dalam dua belas bulan tidak masuk kerja tanpa alasan yang syah.
4. Setelah 3 ( tiga ) kali berturut turut karyawan tetap menolak untuk menaati perintah
atau penugasan layak sebagaimana tercantum dalam peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja.
5. Dengan sengaja atau karena kelalaian sendiri mengakibatkan dirinya dalam keadaan
tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
6. Tidak cukup melakukan pekerjaan walau sudah dicoba dibidang tugas lain.
7. Menyalahgunkan jabatan / wewenang tanpa hak atau suatu perbuatan / pekerjaan yang
bukan menjadi tugas pekerjaannya yang berakibat kerugian pada perusahaan
8. Memalsukan keterangan untuk pertama kalinya dan tidak berdampak kerugian material
/ keuangan, bagi perusahaan.
9. Tidur pada jam kerja.
E. Jenis pelanggaran dengan sanksi peringatan keras dengan berakibat pemutusan hubungan kerja
dan kemungkinan diajukan ke pihak berwajib.
1. Melakukan pelanggaran atas ketentuan disiplin pada point ( d ) sementara batas waktu
sanksi masih berjalan.
2. Penipuan, pencurian, dan penggelapan barang / uang milik perusahaan atau millik teman
pekerja atau milik perusahaan.
3. Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehingga merugikan perusahaan atau
kepentingan Negara.
4. Mabok, minum minum, keras yang memabukan, madat, membawa, dan memakai obat
bius atau obat obat terlarang atau obat obat perangsang lainnya di tempat kerja yang
dilarang oleh perundang undangan.
5. Melakukan perbuatan asusila atau pelecehan seksual atau hamil di luar nikah.
6. Melakukan perjudian di tempat kerja.
7. Melakukan tindak kejahatan misalnya ; menyerang, mengintimindasi atau menipu
perusahaan atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik dalam
lingkungan perusahaan maupun di luar perusahaan.
8. Menganiaya, secara fisik dan mental, menghina perusahaan atau keluarga pegusaha atau
teman sekerja.
9. Membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan perundang undangan yang
berlaku.
10. Bekerja untuk kepentingan orang / perusahaan lain tanpa ijin dari perusahaan, selama jam
kerja.
11. Dengan ceroboh atau sengaja merusak, merugikan, atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan dan atau milik perusahaan.
19
12. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri atau teman sekerja dalam
bahaya.
13. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik
pengusaha atau keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan Negara.
14. Merokok atau menyalakan api di tempat terlarang yang mudah menimbulkan kebakaran atau
pada tempat tempat yang ada tanda larangan merokok.
15. Membawa dan memiliki senjata tajam / api di dalam lingkungan perusahaan
16. Membuat kegaduhan dan keonaran, berkelahi dan hal lain yang berakibat kerusuhan atau
keributan di lingkungan perusahaan.
17. Menghasut sesame teman sekerja untuk melawan perusahaan dan atau mengadakan rapat
/ pertemuan di dalam lingkungan pabrik tanpa ijin sehingga mengganggu ketentraman
bekerja.
18. Menyuap dan atau menerima uang suap dari pihak manapun yang mengakibatkan kerugian
pada pihak perusahaan.
19. Penahanan oleh alat Negara dengan putusan pengadilan negeri.
20. Tidak menerima / menolak ketentuan ketentuan dalam peraturan perusahaan ini.
Pasal 38
MASA BERLAKUNYA SURAT PERINGATAN
1. Berlakunya masing masing surat peringatan sebagaimana dimaksud pada pasal 39 adalah 6
( enam ) bulan terhitung surat peringatan tersebut di keluarkan.
2. Apabila surat keterangan masih berlaku dan karyawan melakukan pelanggaran dalam tingkatan
surat peringatan yang sama maka sanksi yang diberikan kemudian adalah surat peringatan yang
lebih berat, kecuali pelanggaran pada tingkat surat peringatan keras.
Pasal 39
PERUBAHAN ADMINISTRASI
1. Setiap karyawan harus melaporkan kepada bagian personalia bila terjadi, perubahan nama,
alamat, kartu tanda pendudukan, dan kartu keluarga yang baru, melahirkan, perkawinan, dan
perceraian serta kematian. Selambat lambatnya 1 ( satu ) minggu.
2. karyawan yang tidak melaporkan perubahan sebagaimana di maksud pada ayat 1 di atas, dapat
dikenakan sanksi surat peringatan karena di anggap telah lalai dalam memberikan keterangan.
3. Perusahaan tidak akan bertanggung jawab terhadap semua hak dan kewajiban kepada karyawan
yang akan timbul karenanya.
20
Pasal 40
PROSEDUR PENYELESAIAN KELUH KESAH
Apabila karyawan merasa dan menganggap dirinya tidak mendapat perlakuan kerja baik dari dan oleh
teman sekerjanya atasan dan perusahaan maka dapat menyalurkan dan mengadukan dengan
prosedur sebagai berikut ;
a. Menyalurkan pengaduan dan menyelesaikan secara musyawarah melalui atasan langsung dan
atau atasan yang lebih tinggi dari atasan yang bersangkutan.
b. Bila belum terselesaikan maka atas sepengetahuan atasannya yang bersangkutan dapat
melanjutkan dan meminta jasa penengah dari personalia.
c. Dalam hal keluh dan pengaduan tidak dapat diselesaikan maka yang bersangkutan dapat
pengaduan kepada Ke Depnaker ( kota ).
BAB IX
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 41
UMUM
1. Pada prinsipnya perusahaan berusaha untuk mencegah kejadian pemutusan hubungan kerja,
tetapi apabila tidak dapat dihindarkan maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan prosedur
Undang Undang No. 12 Tahun 1964 Jo. Permenaker No. PER- 03 / MEN / 1996.
2. Pemutusan hubungan kerja yang terjadi akibat jenis pelanggaran Berat berdasarkan ketentuan
ketentuan yang terdapat dalam Undang Undang No. 12 Tahun 1964 Jo. Permenaker No.
PER 03 / MEN / 1996 dan atau dalam Klasifikasi jenis Pelanggaran Surat Peringatan keras
tidak akan diberikan pesangon.
3. Segala utang piutang harus sudah selesaikan saat terjadinya pemutusan hubungan kerja.
Pasal 42
DASAR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi karena ;
a. Atas Permintaan Sendiri.
b. Atas Kemauan Perusahaan.
c. Karyawan Meninggal Dunia.
d. Karyawan Tidak Mampu Bekerja Lagi Karena Kesehatan.
e. Karyawan Berusia Lanjut ( 55 Tahun ).
Pasal 43
ATAS PERMINTAAN PEKERJA SENDIRI
1. Karyawan yang tidak masuk kerja 5 ( lima ) hari berturut turut tanpa keterangan yang syah
dinyatakan dianggap mengundurkan diri.
21
2. Karyawan yang bermaksud mengundurkan diri setelah selesai masa percobaan harus
mengajukan permohonan secara tertulis satu bulan di muka atau selambat lambatnya 2 ( dua )
minggu sebelumnya.
3. Karyawan yang mengajukan permohonan pengunduran diri atau berhenti bekerja secara tertulis
tetap di haruskan terus bekerja sampai pada hari yang telah ditetapkan, terkecuali ada
pertimbangan lain dari perusahaan.
4. Karyawan yang berhenti dalam klasifikasi pengunduran diri atau atas permintaan sendiri tidak di
berikan uang pesangon.
5. Perusahaan untuk memberi uang kebijaksanaan dengan ketentuan ;
a. Masa kerja 3 s/d 5 tahun
= 1 x gaji : 3 5/6 OH
= 2 155/d 18
=6
b. Masa kerja 5 s/d 10 tahun
= 2x gaji : 60/d 9
= 3 185/d 21
=7
c. Masa kerja di atas 10 tahun
= 3 x gaji 95/d 12
= 4 215/d 24
=8
125/d 15
= 5 24 =10
6. Kepada yang bersangkutan diberikan SURAT KETERANGAN
Pasal 44
ATAS KEMAUAN PERUSAHAAN
Perusahaan dengan keadaan terpaksa menetapkan Pemutusan Hubungan Kerja kepada karyawan
apabila ;
1. Karyawan mendapat ;
a. Surat peringatan pertama yang masih berlaku kemudian mendapat surat peringatan ketiga
( Peringatan Keras ).
b. Surat peringatan kedua yang masih berlaku kemudian mendapatkan surat peringatan ketiga
( Peringatan Keras ).
2. Karyawan melakukan pelanggaran sesuai dengan Pasal 26 Ayat ( 2 ) dari peraturan perusahaan
ini.
3. Setelah mendapatkan Surat Peringatan lll / Keras akan tetap tidak menunjukan sesuatu
perubahan mengenai perilakunya.
4. Apabila dipandang oleh perusahaan mengingatkan kelebihan tenaga kerja dan kelebihan formasi
pada suatu bagian yang tidak terdapat kemungkinan untuk dipindahkan ke bagian lain.
5. Apabila perusahaan tidak dimungkinkan lagi dan atau tidak mampu menanggung beban
keuangan yang di akibatkan kelebihan tenaga kerja.
6. Apabila perusahaan mengalami pailit.
Pasal 45
KARYAWAN MENINGGAL DUNIA
Apabila karyawan meninggal dunia maka perusahaan tetap harus menyelesaikan kewajibannya
berupa bantuan uang duka dan biaya pemakaman sesuai dengan Undang Undang No. 3 tahun
1992.
22
Pasal 46
ALASAN KESEHATAN
Karyawan yang tidak mampu bekerja lagi karena alasan kesehatan akan diperlakukan sesuai dengan
Undang Undang No. 12 tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta.
Pasal 47
KARENA LANJUT USIA
Karyawan yang telah mencapai usia lanjut, yaitu telah berusia 55 tahun akan diperlakukan sesuai
dengan Permenaker No. PER 03 / MEN / 1996, Pasal 29 ayat ( 2 ), Yakni :
Dalam hal Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Bersama Tidak Mengatur
Jaminan atau Manfaat Pensiun Maka Pengusaha Wajib Memberi Kepada Pekerja Yang Putus
Hubungan Kerjanya Uang Pesangon Sebesar 2 Kali Ketentuan Pasal 21, Uang Jasa dan Ganti
Kerugian Sesuai Pasal 22 dan Pasal 23 .
Pasal 48
PENETAPAN UANG PESANGON / JASA
1. Besar Uang Pesangon Sebagai Berikut ; UU No Tahun .
BAB X
PENUTUP
Pasal 52
MASA BERLAKUNYA PERATURAN PERUSAHAAN
Peraturan perusahaan ini berlaku untuk jangka waktu 2 ( dua ) tahun sejak mendapat pengesahan
dari kantor Departemen Tenaga Kerja Propinsi.
Nama Perusahaan Tersebut,
Nama Direktur
Direktur Utama
23
24