You are on page 1of 3

TUGAS PENGGANTI UTS

Nama

: Rezha Eka Firmansyah

NRP

: 4312100030

Jurusan : Teknik Kelautan

PERLUKAH BBM NAIK ?


Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini tengah dilanda kebingungan. Bukan
karena presidennya rangkap jabatan, bukan karena semakin banyak artis
yang mencalonkan diri menjadi anggota legisalif melainkan bingung akan
salah satu kebutuhan yang tidak pernah dimasukkan dalam kebutuhan pokok
namun seakan menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat, ya BBM (Bahan
Bakar Minyak) bersubsidi
Presiden telah memberi sinyal bahwa akan ada kenaikan harga BBM
bersubsidi dalam waktu dekat ini. Presiden telah mengatakan dalam
konferensi persnya bahwa kenaikan BBM diprediksi akan jatuh pada bulan
juni 2013 besok seiring dengan selesainya R-APBN 2013. Pemerintah
berencana menaikkan harga BBM bersubsidi dalam upayanya menjaga
kesehatan fiskal. Pemerintah merasa jika anggaran bersubsidi tidak
dikendalikan maka defisit dapat membengkak mencapai Rp 353,6 triliun atau
3,83 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Ini membuat pemerintah
melanggar ketentuan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Pasalnya, dalam UU, batas defisit anggaran yang
diperbolehkan ialah 3 persen.
Berita ini sungguh membuat bingung jutaan masyarakat Indonesia, pasalnya
roda penggerak ekonomi masyarakat adalah BBM bersubsidi yang paling
masuk akal di tengah mahalnya alat transportasi yang lain. Kenaikan harga
BBM ini jelas sejelas-jelasnya akan memicu inflasi besar-besaran. Kenaikan
yang diprediksi mencapai 2000 rupiah/liter tentu akan menambah banyak
biaya pada transportasi yang dimana jelas para pedagang akan menaikkan
harga jual mereka. Hal ini diperparah dengan berdekatannya kenaikan harga
BBM dengan bulan suci Ramadhan dimana biasanya harga kebutuhan pokok
melambung tinggi. Inflasi besar-besaran jelas berdampak pada industri
kalangan kecil dan menengah, jika tidak mampu menyeimbangkan neraca
keuangannya maka akan banyak industri kecil yang gulung tikar.
Efek inflasi ini sudah dapat kita lihat dampaknya sekarang. Organisasi
Angkutan Darat (Organda) Jawa Timur memutuskan untuk menaikkan tarif
angkutan bus antar kota. Tarif baru itu akan mulai diterapkan pada 4 Mei
mendatang seiring dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi (Tempo,
Kamis 2 Mei 2013). Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics
and Finance Ahmad Erani Yustika memprediksi kenaikan harga BBM
bersubsidi sebesar 30 persen mendorong inflasi ke level 9 persen dan

mengerek jumlah penduduk miskin minimal naik 1.5% per tahun (Tempo,
Rabu 1 Mei 2013)
Maka persoalan BBM ini tidak lagi menjadi urusan remeh namun sudah
menjadi top priority yang keputusannya harus kita kawal bersama.
Sebenarnya apa akar permasalahan dari BBM bersubsidi ini ? Tentu banyak
faktor yang menyebabkan masalah ini. Penulis berfokus pada tingginya
kebutuhan Indonesia terhadap impor minyak di tengah banyaknya sumber
cadangan minyak di negara ini.
Menurut Wakil Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, kebutuhan
BBM dan minyak mentah nasional 40%nya dipenuhi melalui impor asing.
Tentu jika kita mengimpor bahan maka kita harus menyesuaikan dengan
harga minyak dunia yang naik turun seiring dengan adanya konflik di timur
tengah. Pada Januari 2013, harga Indonesian Crude Price (ICP) mencapai US$
111,07 per barel, dikatakan harga bisa naik turun bergantung pada
peningkatan permintaan minyak di Amerika Serikat dan Eropa akibat musim
dingin yang ekstrem dan konflik yang terus terjadi di tumur tengah.
Hal ini menunjukkan tidak berdayanya kita terhadap tekanan asing. Padahal
Indonesia memiliki cadangan sumber minyak bumi yang mumpuni. Data
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa
sumber daya minyak bumi di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 56,6 milyar
barel. Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di
berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14
cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya,
cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa
sembilan miliar barrel. Belum lagi dari 14 cekungan yang dieksplorasi berapa
yang dikuasai sendiri oleh Pertamina selaku kontraktor utama negara.
Semuanya habis dimakan oleh perusahaan asing.
Inilah salah satu akar permasalahan yang tidak pernah dilirik, dibahas atau
jarang didiskusikan, lihat saja apa yang akan dilakukan Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono dalam menghadapi
kenaikan BBM. Pemerintah akan memperbanyak jumlah pemberian beras
bagi masyarakat miskin (raskin), cakupan pemberian Bantuan Siswa Miskin
(BSM) akan diperluas, Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditujukan
kepada masyarakat yang sangat-sangat miskin, tetapi masih memiliki anak
sekolah. Tidak tercantum perbaikan sarana prasarana penunjang sekolah,
beasiswa ke luar negeri untuk mempelajari secara khusus pengolahan
minyak mentah dan pembangunan anjungan lepas pantai dan lainnya.
Ketidak mampuan pemerintah mengelola sisa 46 cekungan ini adalah
minimnya teknologi yang ada dan sumber daya manusia yang dimiliki
bangsa ini karena posisi cekungan yang berada di tengah laut. Kalau saja
kita mampu mengolah sendiri minyak kita sehingga mampu memenuhi 40 %
sisa kebutuhan minyak kita tentu tidak akan terjadi gonjang-ganjing yang
sedimikian hebat. Pemerintah terlalu mengobral aset kita dalam kedok
investasi asing. Cekungan minyak itu berada di negara Indonesia,

seharusnya minyak itu dinikmati oleh rakyat Indonesia sesuai dengan


amanat UUD 1945. Pemerintah terlalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan
dalam jangka pendek namun mengabaikan kebutuhan jangka panjang.
Teknologi dan sumber daya manusia itulah kebutuhan jangka panjang. Perlu
orang-orang pintar untuk mengelola negara ini bukan orang yang jual
popularitas. Masyarakat sudah terlalu lelah dengan kondisi politik negara ini
yang semakin hari semakin banci saja, jangan ditambah dengan persoalan
ekonomi yang sebetulnya bisa kita cegah kalau pemerintah tidak hanya
berpikir dengan IMF.

Sumber :
Kementrian ESDM. 2011. Peluang Investasi Sektor ESDM.
http://helmidadang.wordpress.com/2012/12/29/cadangan-minyak-bumi-diindonesia/
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/02/058477418/Kalau-BBM-Naik-TarifAngkutan-Ikut-Naik
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/01/092477246/Harga-BBM-NaikPenduduk-Miskin-Tambah-15-Persen
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4349/2013,-Kenaikan-BBM-Tak-Terelakan
http://www.merdeka.com/uang/kenaikan-harga-bbm-buat-harga-barangmelonjak-200-persen.html

You might also like