You are on page 1of 3

Nama : Atikah Rizqy Putri

NIM : 16513122
Kelas : D Teknik Lingkungan 16
Dosen : Suphia Rahmawati Dr.S.T., M.T.

Limbah Elektronik Ponsel


Sebuah organisasi lingkungan global yaitu Greenpeace telah merilis sebuah survei
pengguna ponsel di 10 negara,
survei tersebut tentang perilaku produsen ponsel
memperkenalkan terlalu banyak model-model ponsel baru, yang bisa berdampak buruk pada
lingkungan. Ponsel adalah produk elektronik yang berukuran kecil yang paling sering diganti.
Hasilnya terdapat 58% responden di Indonesia yang mengatakan bahwa produsen
ponsel harus dapat berpatisipasi dan bertanggung jawab dalam menyediakan sarana untuk
dapat mendaur ulang ponsel, dan sementara 97% responden berpendapat bahwa ponsel pintar
yang baru, jika ponsel tersebut rusak harus dapat dipebaiki dengan mudah, dan sebanyak 77%
responden di Indonesia setuju bahwa produsen terlalu banyak memgeluarkan model-model
ponsel baru dengan berbagai fiture yang baru, dan sayanganya banyak diantaranya didesain
untuk bertahan hanya dalam beberapa tahun saja.
Faktanya, menurut hasil survei, hampir semua pengguna berpendapat bahwa ponsel
pintar baru perlu didesain untuk mempunyai daya tahan yang lama sehingga tidak gampang
rusak, mudah diperbaiki dan terbuat dari bagian-bagian yang dapat didaur ulang.
Ponsel pintar membawa dampak dan tekanan yang begitu besar bagi lingkungan,
mulai dari saat mereka diproduksi, seringkali menggunakan bahan kimia berbahaya, hingga
mereka dibuang di tempat-tempat pembuangan limbah elektronik.
Pada sebuah laporan dari United Nations University tahun 2014 menunjukkan bahwa
sebesar 3 juta metrik ton dari limbah elektronik merupakan barang elektronik ukuran kecil
yaitu ponsel pintar dan komputer.
Dalam laporan yang sama disebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah limbah
elektronik di Indonesia diperkirakan mencapai 745 ribu ton dan diperkirakan bahwa setiap
harinya akan bertambah terus menerus, juga diperkirakan warga Indonesi setiap harinya
warga
Indonesia
dapat
menghasilkan
3
kg
limbah
elektronik.
Greenpeace menyarankan agar pihak produsen ponsel tak hanya mempunyai inovasiinovasi yang baru terhadap model dan fitur-fitur ponsel namun juga harus ramah terhadap
lingkungan.

Menurut pendapat saya, perkembangan teknologi zaman sekarang sangatlah cepat,


global, dan makin canggih sehingga orang-orang sangat konsumtif dan sangat mudah
terpengaruh dalam melihat iklan-iklan telepon seluler dan ingin membelinya, belum lagi
zaman sekarang akses untuk membeli sudah sangat mudah seperti beli online, dan jika kita
belum mempunyai uang sekarang namun sangat menginginkan barang tersebut, bisa
menggunakan kartu kredit yang harganya bisa dicicil. sifat seperti ini yang sering berdampak
buruk terhadap lingkungan hidup.
Sampah elektronik tergolong sebagai limbah bahan beracun berbahaya yang harus
diperlakukan berbeda dari limbah umum. Beberapa sampah elektronik, seperti telepon seluler
baterai, aki,, televisi, dan pendingin ruangan, bisa melepaskan timbal dan polychlorinated
biphenyl (PCB) ke lingkungan sekitar. Hampir setiap suku cadang mengandung logam berat
seperti merkuri atau timbal.
Meski berbahaya, hingga kini belum ada infrastruktur daur ulang sampah elektronik
di Indonesia. Pengelolaannya pun hanya sebatas memisahkan (dismantling) komponen
elektronik karena mengandung mineral berharga, seperti tembaga dan emas. Dan jika merekmerek teknologi ingin membawa konsumen ke masa depan, mereka harus bergerak ke arah
produksi yang tidak hanya dapat mendatangkan manfaat bagi keuntungan mereka, tapi juga
bagi masyarakat dan bagi bumi.
Maka dari itu kita perlu menahan diri untuk tidak sembarangan membuang barang
elektronik seperti handphone yang lama ke tempat sampah rumah, atau bahkan
membuangnya sembarangan seperti dijalan jalan atau disembarangan tempat. Dan tindakan
mengganti hp harus mempertimbangkan soal daya merusak ini. Paling tidak hp edisi lama
dapat di wariskan/berikan/jual kepada pihak lain yang membutuhkan dengan atau tanpa
harga yang pantas berdasarkan harga pasar yang berlaku, dan diharapkan bahwa inovasi
sesungguhnya itu adalah pada saat sebuah produk elektronik didesain untuk bertahan lama,
mudah diperbaiki, dan dapat didaur ulang, dan kesempatan ini lah dapat dipakai untuk anak
bangsa agar dapat memikirkan dan bertindak bagaimana bisa membuat produk elektronik
yang tidak hanya inivatif namun juga ramah terhadap lingkungan.

Sumber : http://www.beritalingkungan.com/2016/09/greenpeace-sorotilimbah-elektronik.html

You might also like