You are on page 1of 28

MAKALAH

Sedimentasi Material Asal Batubara


Tugas mata kuliah Geologi Batubara

DisusunOleh :
Hanagia Saputra
270110130106

GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Analisis Kimia dan
Klasifikasi Batubara (chapter2) dengan baik dan lancar.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
penulis, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada beberapa
kesalahan dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk
makalah ini. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Jatinangor, 16 Oktober
2015

Hanagia Saputra
NPM.270110130106

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ..................................................................................................
.........

ii

DAFTAR
ISI ................................................................................................................
...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................

BAB II ISI
a. Analisis Proksimat
....
2
b. Analisis Ultimat

. 7
c. Miscellaneous
Analysis
. 10

d. Masalah

Mineral

Dalam

...............

Batubara
13

BAB III PENUTUP


Kesimpulan .........................................................................................
..............

24

Daftar Pustaka

24

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan sumber energi yang selama ini banyak dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya batubara merupakan bahan bakar
fosil dan termasuk dalam kategori batuan sedimen.
Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan
waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh
karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat)
Analisis komponen organik batubara pada dasarnya terdiri dari senyawa kimia
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur, dan ultimate analisis
melibatkan penentuan persentase masing-masing dalam sampel
Miscellaneous Analysis adalah Analisis kimia yang diserta analisis
Proksimat dan ultimate sekaligus. Serangkaian tes kimia lainnya sering dilakukan
pada batubara silika tungku dengan suhu (13.500 C). Adaptor tabung pembakaran
hidrogen peroksida solusi untuk menyerap S02 .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Jenis Analisis kimia dari Batubara ?
2. Jelasan Klasifikasi dari Batubara ?

BAB II ISI
Analisis Kimia dan Klasifikasi Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat
fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
A. Analisi Batubara
1. Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat)
Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu
(ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari
senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineralmineral lainnya Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada
temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen.Fixed carbon ialah kadar karbon tetap
yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.

Kandungan Air (Moisture content)


Dalam batubara, moisture content paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari
dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat
secara kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat
pada batubara.
Dalam ilmu perbatuan, dikenal istilah moisture dan air. Moisture didefinisikan
sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai suhu 105C.
Sementara itu, air dalam batubara ialah air yang terikat secara kimia pada lempung.
Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa-pipa kapiler, dalam
keadaan alami pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini disebut
moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air
3

dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara, menurut standar ASTM air ini
disebut moisture permukaan (surface moisture). Air yang terbentuk dari penguraian
fraksi organik batubara atau zat mineral secara termis bukan merupakan bagian dari
moisture dalam batubara.
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau
terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture (standar ISO) atau air-dry
loss (standar ASTM). Moisture jenis ini dapat dihilangkan dari batubara dengan cara
dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air-dried sample (ISO) atau residual
moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara
kering-udara yang berukuran lebih kecil dari 3 mm (-3 mm) dipanaskan hingga
105C. Penjumlahan antara free moisture dan residual moisture disebut total moisture.
Data moisture dalam batubara kering-udara ini digunakan untuk menghitung besaran
lainnya dari basis kering-udara (adb), bebas- ash (daf) dan basis kering, bebas-mineral
matter (dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian yang sangat penting. Secara
umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh pada beberapa aspek teknologi
penggunaan batubara terutama dalam penggunaan untuk tenaga uap. Dalam
penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin
penggerus karena abrasi. Parameter lain yang terpengaruh oleh kandungan air adalah
nilai kalor. Semakin besar kadar air yang terkandung oleh batubara maka akan
semakin besar pula nilai kalor dalam pembakaran.
Penentuan kandungan air didalam batubara bisa dilakukan melalui proses satu
tahap atau proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara pemanasan sampel sampai
terjadi kesetimbangan kandungan air didalam batubara dan udara. Penentuan
kandungan air dengan cara tersebut dilakukan pada temperatur diatas titik didih air

(ASTM 104-110o C).


Kandungan Abu (Ash content)

Coal ash didefinisikan sebagai zat organik yang tertinggal setelah sampel
batubara dibakar (incineration) dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang
tetap. Selama pembakaran batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu
banyak ash umumnya lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang
semula ada didalam batubara. Hal ini disebabkan antara lain karena menguapnya air
konstitusi (hidratasi) dan lempung, karbon dioksida serta karbonat, teroksidasinya
pirit menjadi besi oksida, dan juga terjadinya fiksasi belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash content), ditentukan
pula susunan (komposisi) kimianya dalam analisa ash dan suhu leleh dalam
penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan komponen non-combustible organic yang tersisa pada saat
batubara dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3,
Fe2O3, dan CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara
membakar dalam tungku pembakaran (furnace) pada suhu 815C. Residu yang
terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah
panas yang diperoleh dari batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah

pula misalnya untuk penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.


Kandungan Fixed carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam
material sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC ini mewakili sisa penguraian dari
komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang, hidrogen
dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi. Kandungn FC
digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu dikarbonisasikan, atau
sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar di dalam peralatan
pembakaran batubara setelah fraksi zat mudah menguap dihilangkan. Apabila ash atau
zat mineral telah dikoreksi, maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank
batubara dan parameter untuk mengklasifikasikan batubara.
5

Fixed Carbon ditentukan dengan perhitungan : 100% dikurangi persentase


moisture, VM, dan ash (dalam basis kering udara (adb)).
Data Fixed Carbon digunakan dalam mengklasifikasikan

batubara,

pembakaran, dan karbonisasi batubara. Fixed Carbon kemungkinan membawa pula


sedikit presentase nitrogen, belerang, hidrogen, dan mungkin pula oksigen sebagai zat
terabsorbsi atau bergabung secara kimia.
Fixed Carbon merupakan ukuran dan padatan yang dapat terbakar yang masih
berada dalam peralatan pembakaran setelah zat-zat mudah menguap yang ada dalam
batubara keluar. Ini adalah salah satu nilai yang digunakan didalam perhitungan

efesiensi peralatan pembakaran.


Volatile Matter
Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi
oleh kadar moisture). Suhunya adalah 900oC, dengan waktu pemanasan tujuh menit
tepat.
Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar gas-gas yang mudah
terbakar, seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, serta sebagian kecil uap
yang dapat mengembun seperti tar, hasil pemecahan termis seperti karbon dioksida
dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung.
Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga sampel yang
dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang
dikering-udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil penentuan VM ini
adalah suhu, waktu, kecepatan pemanasan, penyebaran butir, dan ukuran partikel.
VM yang ditentukan dapat digunakan untuk menentukan rank suatu batubara,
klasifikasi, dan proporsinya dalam blending. Volatile matter juga penting dalam
pemilihan peralatan pembakaran dan kondisi efisiensi pembakaran.
2. Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)

Analisis komponen organik batubara pada dasarnya terdiri dari senyawa kimia
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur, dan ultimate analisis
melibatkan penentuan persentase masing-masing dalam sampel. Dengan pengecualian
nitrogen, elemen-elemen ini juga dapat ditemukan di banyak jenis mineral yang
terdapat pada batubara, seperti karbonat, kaya dengan sulfida, sulfat dan hydrous
mineral tanah liat. Karbon, hidrogen dan oksigen yang sangat komersial penting
dalam menilai arang untuk sifat gasifikasi dan pencairan batubara, sedangkan nitrogen
dan belerang mewakili sumber-sumber polusi batubara untuk digunakan atau untuk
aplikasi pembakaran. Persentase dari karbon, hidrogen dan oksigen dalam fraksi
organik

Nilai Sulphur pada Batubara


Di dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous atau
bisa berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfida. Gas sulfur dioksida yang
terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang serius. Kebanyakan negara
memiliki peraturan mengenai emisi gas tersebut ke atmosfir. Satu persen adalah limit
kandungan sulfur dalam batubara yang banyak dipakai oleh negara-negara pengguna
batubara. Kandungan yang tinggi dalam coking coal tidak diinginkan karena akan
berakumulasi di dalam cairan logam panas sehingga memerlukan proses desulfurisasi.

Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur,
sulphate sulphur dan organic sulphur. Analisis forms of sulphur dilakukan untuk
mengetahui komposisi penyusun sulfur. Organic sulphur terdapat pada seluruh
material carbonaceous dalam batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan
teknik pencucian
7

Sulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari mineralmatter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya kemungkinan masih dapat
dikurangi dengan teknik pencucian. Persen pyritic dan sulphate sulphur didapat
melalui analisis di laboratorium, sedangkan organic sulphur didapat dengan cara
mengurangi % total sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)).
Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan
sebagai penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan pyritic
sulphur dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya spontaneous combustion.
Spontaneous combusition adalah proses terjadinya kebakaran stockpile batubara
secara spontan.
Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan analisis
forms of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic sulphur-nya. Apabila
organic sulphur-nya > 1.00%, kita harus menyadari bahwa sebaik apapun proses
pencucian batubara tersebut, produknya tetap akan mengandung total sulphur >
1.00% sehingga kita dapat menentukan apakah proses pencucian batubara efektif
untuk dilakukan atau tidak.

Karbon / Carbonate Carbondioxide


Penetapan carbonate carbondioxide dilakukan untuk mendapatkan angka
yang dapat dipergunakan sebagai pengoreksi hasil penetapan karbon, sehingga karbon
yang dilaporkan hanyalah karbon organik (organic carbon). Penetapan carbonate
carbondioxide tidak perlu dilakukan pada contoh batubara derajat rendah (brown coal
dan lignite), karena batubara derajat rendah atau lower rank coal bersifat asam
sehingga carbonate carbon-nya akan kosong.

Klorin / Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi
(pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar
chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih besar
dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama dengan
adanya elemen natrium.

Fosfor / Phosporus
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan
karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja
yang dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh.
Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di
ketel karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.

3. Miscellaneous Analysis
Analisis kimia yang diserta analisis Proksimat dan ultimate sekaligus.
Serangkaian tes kimia lainnya sering dilakukan pada batubara silika tungku
dengan suhu (13.500 C). Adaptor tabung pembakaran hidrogen peroksida solusi
untuk menyerap S02 .

Beberapa analisis ini digunakan untuk mengaktifkan koreksi terdekat.


Ringkasan yang komprehensif dari prosedur analitis yang dapat digunakan untuk
aplikasi industri atau penelitian diberikan oleh (Karr (1978)).
o Bentuk-bentuk Sulfur
Bentuk belerang meskipun total sulfur menyediakan data yang memadai untuk
aplikasi komersial, pengetahuan tentang jumlah relatif hadir dalam masing-masing
dari tiga bentuk utama berguna untuk tujuan berikut:
a) untuk menilai tingkat kandungan sulfur total mungkin bisa dikurangi
dengan proses persiapan batubara. Bahwa persiapan tanaman akan
membuang banyak pyritic dan sulfur belerang, tapi seperti tanaman yang
tidak mungkin untuk mengurangi kandungan sulfur organik.
b) untuk menilai dengan perhitungan normatif, jumlah mineral materi dalam
batubara. Hal ini didasarkan pada Formula menggunakan kandungan abu
batubara dan beberapa sifat kimia lainnya. Penentuan jumlah sulfat sulfur
dalam batubara didasarkan pada larutan sulfat dalam asam klorida, dan
curah hujan mereka sebagai barium sulfat untuk penentuan gravimetric.
o karbonat karbon dioksida

10

karbonat mineral, terutama kalsit, dolomit, ankerite dan siderite, adalah


konstituen umum banyak batubara. Mineral ini membebaskan C02 pada combus-tion,
dan karena itu memberikan kontribusi terhadap kandungan karbon total batubara yang
ditentukan oleh ultimate analisis. Namun, proses ini adalah reaksi endotermik, dan
mengurangi jumlah energi yang tersedia dari batubara sebaliknya ternyata memiliki
kandungan karbon yang tinggi. Pengetahuan tentang jumlah karbon ini diperlukan
untuk tujuan berikut:
a) penentuan jumlah 'mudah terbakar karbon' dari kandungan karbon total. Hal
ini diperlukan untuk memberikan penilaian yang detail batubara di semua
bidang potensi penggunaan.
b) estimasi persentase bahan mineral dengan perhitungan. Pengetahuan karbonat
C02 konten membantu dalam perhitungan kandungan mineral dari jumlah abu
residu dengan metode normatif, dan juga memungkinkan penyesuaian
kandungan zat untuk menilai Fraksi yang didasarkan semata-mata komponen
organik coal.
o Jumlah Klorin
klorin sering hadir di batu bara, sebagai Garam anorganik (misal NaCl, KCI)
dalam fraksi mineral, atau sebagai sebuah komponen dari bahan organik. Dalam
aplikasi pembakaran, klorin ini mungkin menyebabkan korosi dan menjatuhkan
peralatan boiler dan juga mungkin memberikan sumbangan untuk pencemaran
atmosfer. Pengetahuan klorin konten diperlukan untuk menerapkan koreksi dalam
analisis lainnya, seperti energi spesifik dan penentuan-penentuan total sulfur.

11

o Jumlah Fospor
Fosfor juga ditemukan dalam beberapa sampel batubara. Sebagian besar
tampaknya berkonsentrasi dalam hal mineral, baik sebagai apatit (Ca5 (F, OH),
atau anggota grup goyazite (jumlah besar SrA13 fosfor tidak diinginkan di arang
batubara, seperti yang dilakukan di atas dan mengotori baja produk akhir. Analisis
kimia untuk fosfor didasarkan pada oksidasi batubara asam kuat, atau larutan
asam batubara yang diikuti oleh penentuan spec-trophotometric dengan amonium
molibdat. Mekanisme yang terkandung dalam mineral tidak asam dapat diabaikan.
o Analisis abu (ash)
Abu batubara hampir seluruhnya terdiri dari residu diurai silikat, karbonat,
kaya dengan sulfida dan mineral lainnya, dan setidaknya 99% dari komposisi
kimianya dapat dinyatakan dalam oksida logam sama seperti batu kerak. Susunan
abu memberikan panduan yang berguna untuk jenis mineral dalam batubara.
o Elemen organic dan Anorganik
Batubara berisi kumpulan variabel elemen dalam jumlah jejak. Beberapa di
antaranya lebih berlimpah dalam pecahan kurang padat batubara
4. Masalah Mineral Dalam Batubara
Masalah mineral di batubara tidak seluruhnya terdiri dari senyawa organik.
Bahan anorganik ini juga hadir, baik sebagai diskrit padatan kristal, garam yang
terlarut dalam air pori-pori, atau organologam di substansi batubara. Istilah
masalah mineral digunakan dalam beberapa konteks untuk menutupi bahan dari
semua tiga jenis, meskipun dalam penggunaan lain dibatasi untuk kristal
konstituen anorganik atau mineral yang benar (dalam arti geologi) hadir dalam

12

batubara. Hal ini penting, karena itu, untuk membedakan antara 'total anorganics'
dan 'mineral' di sampel.
o Model terjadinya bahan mineral
mode terjadinya bahan mineral yang ditemukan mineral di batubara bituminus
terutamanya adalah silikat, karbonat, kaya dengan sulfida, sulfat dan spesies
lainnya seperti fosfat (Tabel 2.6). Ketika hadir dalam jumlah besar mereka
dapat dilihat secara makroskopis sebagai band, dan nodul scam e posures,
atau sebagai tambalan fraktur dan aatings pada permukaan sendi atau cleat.
Detail lebih lanjut dapat diperoleh oleh mikroskopis studi, dimana mereka
juga dapat dilihat sebagai satu biji-bijian dan kristal, atau sebagai
petrifications atau penggantian komponen organic

o Teknik identifikasi mineral


Teknik identifikasi mineral memberikan perkiraan yang relatif masalah
konten, rendah suhu oksidasi, terutama dengan metode frekuensi radio, juga
pro - vides cocok untuk analisis mineralogi sampel. Residu oksidasi dapat
13

dikenakan untuk studi lebih lanjut oleh Difraksi sinar x (ara 2.17), mikroskop
elektron scanning, analisis termal, inframerah spektrometri atau teknik lain
untuk identitas mineral sebenarnya hadir dan menilai perkiraan relatif proportions (Russell & Rimmer 1979). Mineralogi komponen dari proses
pembakaran, kokas, pencairan dan gasifikasi juga dapat dipelajari dengan cara
ini. Teknik-teknik khusus dapat diterapkan, apabila diperlukan, untuk
memisahkan sesuai pecahan seperti mineral berat atau mineral tanah liat untuk
analisis rinci. Kimia data pada batubara, seperti pyritic sulfur dan karbonat
C02 isi, dapat juga digunakan untuk membantu menilai proporsi relatif
mineral yang diidentifikasi oleh teknik ini. Analisis semacam itu juga
dimungkinkan, setidaknya untuk batubara dengan abu tinggi atau kandungan
mineral, dengan menerapkan banyak dari teknik ini langsung ke batubara itu
sendiri. Bahan-bahan organik pada dasarnya bebas kristal, dan dengan
demikian X-ray diffractognm batubara hampir seluruhnya terdiri dari puncakpuncak yang mewakili komponen mineral (Rekus & Haberkorn 1966). Reaksi
sangat eksotermik pembakaran batubara juga dapat ditekan dalam analisis
termal diferensial dengan menggunakan inert nitrogen suasana lagi
memungkinkan puncak karena setiap jenis mineral yang sangat melimpah
harus diidentifikasi (Warne 1964).
o Kenampakan mineral pada Batubara
Mineral hadir dalam bara tergantung pada sifat sampel batubara yang terlibat,
masalah mineral hadir dapat berasal dari beberapa sumber yang berbeda.
Sebagian besar sampel yang diambil dari batubara yang ditambang, misalnya,
biasanya berisi mineralogi kontaminan akibat keberadaan intra-jahitan band
dari bahan bebas-batubara, serta mungkin puing-puing dari strata atap dan

14

lantai yang berdekatan. Namun, dipilih spesimen, atau lapisan dan jahitan
komposit gratis dari bahan-bahan, biasanya berisi suite khas mineral
Kuarsa
kuarsa umum di kebanyakan batubara, tetapi jarang sebagai
pembentuk utama. Hal ini sering terjadi sebagai biji-bijian
sudut di band clay-kaya, menunjukkan asal detrital. Namun, itu
juga dapat terjadi sebagai percepatan kimia, mungkin awalnya
berupa Mirah, infilling sel rongga di macerals batubara atau
sebagai vena yang memotong seluruh struktur batubara.
kaolinite
walaupun sering konstituen yang kecil atau bahkan sepenuhnya
absen dari lutites bebas-batubara yang terkait, kaolinite
ditemukan dalam sejumlah besar batubara bituminus. Itu
biasanya sangat baik mengkristal dan dalam beberapa kasus
adalah mineral tanah liat hanya yang dapat diidentifikasi
bahkan dengan rinci Difraksi sinar x. Beberapa di antaranya
dapat terjadi sebagai petrifactions atau infillings sel-rongga,
menyarankan authigenic asal di lahan gambut asli. Mineral ini
juga terjadi sebagai band, pelet atau vermicular agregat, dan
sebagai infilling cleat patah. Asal-usul bahan ini dibincangkan
oleh Rao dan Gluskoter (1973), ward (1977, 1978), dan
Gaigher (1980).
Mineral Lempung lainnya
Mineral tanah liat juga mengkristal illite adalah konstituen
umum batubara dari beberapa daerah, tetapi mungkin benarbenar tidak hadir pada orang lain. Mineral montmorilonite,
klorit, dan mineral tanah liat dicampur-lapisan reguler untuk
tidak teratur juga ditemukan dalam banyak batubara seluruh
15

dunia. Kumpulan ini biasanya serupa, tetapi tidak identik


dengan yang ditemukan di lutites bebas-batubara yang terkait.
Ada kemungkinan bahwa mereka kebanyakan mewakili detrital
kontaminan gambut yang asli, yang dimodifikasi untuk tingkat
variabel oleh awal atau akhir proses diagenetic.
Sulfida
Sulfida mineral pirit adalah konstituen umum batubara yang
banyak, terutama yang berhubungan erat dengan strata laut,
bersama dengan sejumlah kecil sphalerite, marcasite, galena,
dan spesies lainnya, hal ini terjadi sebagai len - khusus mereka
dan massa, kristal euhedral, framboidal ag-gregates sel
infillings, sebagai vena dan pada cleat sur-wajah. Mineral ini
mungkin mewakili hasil dari Pengurangan bakteri gambut kaya
sulfat air selama awal diagenesis (Rao & Gluskoter 1973),
tetapi kemudian remobilization juga mungkin dalam beberapa
kasus juga.
Karbon
karbonat mineral karbonat mineral ditemukan di kebanyakan
batubara bituminus adalah siderite, kalsit dan dolomit atau
ankerite. Siderite umumnya terjadi sebagai bola nodul dalam
batubara, dan tampaknya ini dibentuk oleh kimia curah hujan
selama awal diagenesis. Hal ini paling berlimpah di batubara
dengan kandungan rendah pirit, dan mungkin merupakan
interaksi besi dengan terlarut C02 di perairan gambut yang
mana sulfat bentuk kepedulian-trations yang terlalu rendah
untuk produksi pirit. Kalsit, dolomit dan ankerite adalah

16

sebagian besar tahap akhir accumula-tions di batubara


bituminus, terjadi sebagai vena dan pada permukaan cleat.
Sulfat
sulfat sebagian besar mineral sulfat ditemukan mineral di
batubara berutang asal mereka kepada oksidasi pirit. Hydrous
Besi sulfat seperti coquimbite dan jarosit dibentuk dengan cara
ini. Mereka dapat mudah dilihat sebagai kristal deposito di
wajah terbuka dan cleat infillings di singkapan, tambang dan
massa rusak batubara. Mana kalsit hadir, asam yang dihasilkan
dari oksidasi pirit dapat bereaksi dengan bentuk gypsum, yang
mungkin pada gilirannya menjadi dehidrasi selenit atau anhidrit
selama frekuensi radio oksidasi. Di daerah kering, namun,
gypsum mungkin juga membentuk sebagai vena dekatpermukaan lapisan batubara dengan curah hujan dari airtanah.
Mineral lainnya
Sebagian besar mineral lainnya di batubara bituminus yang
relatif kecil aksesoris. Apatit adalah di antara yang paling
umum, terjadi sebagai petrifications dalam komponen organik
batubara (Cook 1962), sementara di atas beberapa mineral
aluminophosphate kelompok goyazite juga ditemukan (Ward
1974). Feldspar hadir di beberapa batu bara, rupanya sebagai
konstituen detrital, dan sejumlah kecil mineral lain kadangkadang dicatat selama pemeriksaan petrografi (misalnya
Kemezys & Taylor 1964).

o Signifikannya sebuah mineral

17

Mineral membentuk bagian penting dari hampir semua arang, dan


harus dipertimbangkan dalam menilai deposit tertentu untuk pemanfaatan. Ini
dapat memiliki efek pada perilaku batubara pada temperatur rendah (misalnya
selama penyimpanan), pada suhu medium, seperti di carboniza-tion, dan pada
suhu tinggi dari proses pembakaran. Pengetahuan tentang jumlah dan
komposisi mineral hal ini juga penting untuk berbagai jenis batubara
klasifikasi.
Penyimpanan dan penanganan salah satu masalah paling
penting dalam penanganan banyak batubara adalah generasi
dari kondisi asam tambang atau washery air oleh oksidasi pirit.
Ini mengarah ke korosi peralatan pertambangan dan persiapan,
serta masalah pengendalian polusi ketika air tersebut dibuang
ke lingkungan. Asam run-off dapat juga dikembangkan dari
terkena stok batubara, atau dari bahan sampah dan pemindahan
lapisan penutup, yang sering lebih diperkaya dalam pirit
daripada batubara itu sendiri. Masalah yang berbeda dihasilkan
oleh kehadiran lempung pembengkakan yang berlimpah,
seperti mon-tmorillonite, batubara atau tempat tidur yang
terkait.
pembakaran ketika batubara dibakar, sebagian besar
mineral

struktur-tures

dipecah

dan

spesies

baru

dibentuk (O'Gorman & Walker 1973). Komponen volatil


seperti klorin dari dilarutkan garam, mungkin busuk
atau menimbulkan korosi permukaan boiler, atau
melarikan diri dengan tumpukan gas sebagai polutan.
Mana pirit berlimpah, perlakuan khusus gas-gas ini
mungkin diperlukan untuk menghapus S02 diproduksi
18

(Bagian 4.2.4). Suhu fusi abu juga sangat tergantung


pada sifat materi mineral. Batubara kaya kaolinite
memiliki tinggi ash fusi suhu (Ward 1978), sementara
pada

mereka

montmorilonite,

dengan
klorit

berlimpah

dll,

abu

mineral

sekering

pada

temperatur rendah dan clinkering mungkin hasil. Kadar


abu fusi suhu juga diproduksi oleh tindakan fluxing
karbonat,

sulfat

dan

pirit,

bahkan

jika

batubara

memiliki proporsi besar jika tidak tahan api mineral


tanah liat (Huffman et al 1981).

karbonisasi dan pencairan mineral hadir di batubara


yang tidak berubah pada tingkat yang sama oleh
proses kokas dan pencairan sebagai mereka yang oleh
pembakaran.

Mineral

dapat

mempengaruhi

coke

kekuatan atau reaktivitas, dan komposisi mereka harus


dipertimbangkan ketika menentukan campuran kapur,
bijih besi dan coke diperlukan dalam tungku untuk
kondisi metalurgi efisien (Brown et al 1964). Mineral
dapat

mengambil

liquefac-tion,

bagian

bertindak

dalam

banyak

proses

sebagai

katalis

dalam

beberapa kasus untuk meningkatkan hasil produk


hidrokarbon, dan lain sebagai inhibitor, keracunan
katalis sintetis yang digunakan (Russell & Rimmer
1979). Selain itu, komponen volatil masalah mineral
dapat mencemari pencairan produk, atau membentuk
lapisan pada bagian-bagian penting peralatan proses
yang digunakan.

19

Batubara

klasifikasi

komponen
mungkin

organik
jika

pengenceran

berbeda

uang
oleh

bermakna

saku

perbandingan

batubara
yang

kelembaban

ini

hanya

dibuat

untuk

dan

konstituen

mineralogi. Evaluasi kering, mineral-masalah komposisi


gratis batubara (Bagian 2.10. l) adalah hanya mungkin
ketika proporsi mineral masalah telah ditetapkan
dengan

perhitungan normatif, larutan asam atau

frekuensi radio oksidasi teknik.

20

21

22

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah
rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada
lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran
pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat)
Analisis komponen organik batubara pada dasarnya terdiri dari senyawa kimia
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur, dan ultimate analisis
melibatkan penentuan persentase masing-masing dalam sampel
Miscellaneous Analysis adalah analisis kimia yang diserta analisis
Proksimat dan ultimate sekaligus. Serangkaian tes kimia lainnya sering dilakukan
pada batubara silika tungku dengan suhu (13.500 C). Adaptor tabung pembakaran
hidrogen peroksida solusi untuk menyerap S02 .
Masalah mineral di batubara tidak seluruhnya terdiri dari senyawa organik.
Bahan anorganik ini juga hadir, baik sebagai diskrit padatan kristal, garam yang
terlarut dalam air pori-pori, atau organologam di substansi batubara.

DAFTAR PUSTAKA
Chapter 2 ( Pembahasan : Analisis Kimia dan Klasifikasi
dari Batubara)

https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara

23

24

You might also like