Professional Documents
Culture Documents
DisusunOleh :
Hanagia Saputra
270110130106
GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Analisis Kimia dan
Klasifikasi Batubara (chapter2) dengan baik dan lancar.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
penulis, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada beberapa
kesalahan dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk
makalah ini. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Jatinangor, 16 Oktober
2015
Hanagia Saputra
NPM.270110130106
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................................
.........
ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................................
...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................
BAB II ISI
a. Analisis Proksimat
....
2
b. Analisis Ultimat
. 7
c. Miscellaneous
Analysis
. 10
d. Masalah
Mineral
Dalam
...............
Batubara
13
24
Daftar Pustaka
24
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan sumber energi yang selama ini banyak dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya batubara merupakan bahan bakar
fosil dan termasuk dalam kategori batuan sedimen.
Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan
waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh
karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat)
Analisis komponen organik batubara pada dasarnya terdiri dari senyawa kimia
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur, dan ultimate analisis
melibatkan penentuan persentase masing-masing dalam sampel
Miscellaneous Analysis adalah Analisis kimia yang diserta analisis
Proksimat dan ultimate sekaligus. Serangkaian tes kimia lainnya sering dilakukan
pada batubara silika tungku dengan suhu (13.500 C). Adaptor tabung pembakaran
hidrogen peroksida solusi untuk menyerap S02 .
BAB II ISI
Analisis Kimia dan Klasifikasi Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat
fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
A. Analisi Batubara
1. Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat)
Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu
(ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari
senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineralmineral lainnya Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada
temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen.Fixed carbon ialah kadar karbon tetap
yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.
dapat teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara, menurut standar ASTM air ini
disebut moisture permukaan (surface moisture). Air yang terbentuk dari penguraian
fraksi organik batubara atau zat mineral secara termis bukan merupakan bagian dari
moisture dalam batubara.
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau
terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture (standar ISO) atau air-dry
loss (standar ASTM). Moisture jenis ini dapat dihilangkan dari batubara dengan cara
dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air-dried sample (ISO) atau residual
moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara
kering-udara yang berukuran lebih kecil dari 3 mm (-3 mm) dipanaskan hingga
105C. Penjumlahan antara free moisture dan residual moisture disebut total moisture.
Data moisture dalam batubara kering-udara ini digunakan untuk menghitung besaran
lainnya dari basis kering-udara (adb), bebas- ash (daf) dan basis kering, bebas-mineral
matter (dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian yang sangat penting. Secara
umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh pada beberapa aspek teknologi
penggunaan batubara terutama dalam penggunaan untuk tenaga uap. Dalam
penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin
penggerus karena abrasi. Parameter lain yang terpengaruh oleh kandungan air adalah
nilai kalor. Semakin besar kadar air yang terkandung oleh batubara maka akan
semakin besar pula nilai kalor dalam pembakaran.
Penentuan kandungan air didalam batubara bisa dilakukan melalui proses satu
tahap atau proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara pemanasan sampel sampai
terjadi kesetimbangan kandungan air didalam batubara dan udara. Penentuan
kandungan air dengan cara tersebut dilakukan pada temperatur diatas titik didih air
Coal ash didefinisikan sebagai zat organik yang tertinggal setelah sampel
batubara dibakar (incineration) dalam kondisi standar sampai diperoleh berat yang
tetap. Selama pembakaran batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu
banyak ash umumnya lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang
semula ada didalam batubara. Hal ini disebabkan antara lain karena menguapnya air
konstitusi (hidratasi) dan lempung, karbon dioksida serta karbonat, teroksidasinya
pirit menjadi besi oksida, dan juga terjadinya fiksasi belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash content), ditentukan
pula susunan (komposisi) kimianya dalam analisa ash dan suhu leleh dalam
penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan komponen non-combustible organic yang tersisa pada saat
batubara dibakar. Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3,
Fe2O3, dan CaO, yang terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara
membakar dalam tungku pembakaran (furnace) pada suhu 815C. Residu yang
terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah
panas yang diperoleh dari batubara tersebut. Sebagai tambahan, masalah bertambah
batubara,
Analisis komponen organik batubara pada dasarnya terdiri dari senyawa kimia
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan sulfur, dan ultimate analisis
melibatkan penentuan persentase masing-masing dalam sampel. Dengan pengecualian
nitrogen, elemen-elemen ini juga dapat ditemukan di banyak jenis mineral yang
terdapat pada batubara, seperti karbonat, kaya dengan sulfida, sulfat dan hydrous
mineral tanah liat. Karbon, hidrogen dan oksigen yang sangat komersial penting
dalam menilai arang untuk sifat gasifikasi dan pencairan batubara, sedangkan nitrogen
dan belerang mewakili sumber-sumber polusi batubara untuk digunakan atau untuk
aplikasi pembakaran. Persentase dari karbon, hidrogen dan oksigen dalam fraksi
organik
Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur,
sulphate sulphur dan organic sulphur. Analisis forms of sulphur dilakukan untuk
mengetahui komposisi penyusun sulfur. Organic sulphur terdapat pada seluruh
material carbonaceous dalam batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan
teknik pencucian
7
Sulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari mineralmatter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya kemungkinan masih dapat
dikurangi dengan teknik pencucian. Persen pyritic dan sulphate sulphur didapat
melalui analisis di laboratorium, sedangkan organic sulphur didapat dengan cara
mengurangi % total sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)).
Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan
sebagai penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan pyritic
sulphur dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya spontaneous combustion.
Spontaneous combusition adalah proses terjadinya kebakaran stockpile batubara
secara spontan.
Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan analisis
forms of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic sulphur-nya. Apabila
organic sulphur-nya > 1.00%, kita harus menyadari bahwa sebaik apapun proses
pencucian batubara tersebut, produknya tetap akan mengandung total sulphur >
1.00% sehingga kita dapat menentukan apakah proses pencucian batubara efektif
untuk dilakukan atau tidak.
Klorin / Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi
(pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar
chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih besar
dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama dengan
adanya elemen natrium.
Fosfor / Phosporus
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan
karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja
yang dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh.
Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di
ketel karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.
3. Miscellaneous Analysis
Analisis kimia yang diserta analisis Proksimat dan ultimate sekaligus.
Serangkaian tes kimia lainnya sering dilakukan pada batubara silika tungku
dengan suhu (13.500 C). Adaptor tabung pembakaran hidrogen peroksida solusi
untuk menyerap S02 .
10
11
o Jumlah Fospor
Fosfor juga ditemukan dalam beberapa sampel batubara. Sebagian besar
tampaknya berkonsentrasi dalam hal mineral, baik sebagai apatit (Ca5 (F, OH),
atau anggota grup goyazite (jumlah besar SrA13 fosfor tidak diinginkan di arang
batubara, seperti yang dilakukan di atas dan mengotori baja produk akhir. Analisis
kimia untuk fosfor didasarkan pada oksidasi batubara asam kuat, atau larutan
asam batubara yang diikuti oleh penentuan spec-trophotometric dengan amonium
molibdat. Mekanisme yang terkandung dalam mineral tidak asam dapat diabaikan.
o Analisis abu (ash)
Abu batubara hampir seluruhnya terdiri dari residu diurai silikat, karbonat,
kaya dengan sulfida dan mineral lainnya, dan setidaknya 99% dari komposisi
kimianya dapat dinyatakan dalam oksida logam sama seperti batu kerak. Susunan
abu memberikan panduan yang berguna untuk jenis mineral dalam batubara.
o Elemen organic dan Anorganik
Batubara berisi kumpulan variabel elemen dalam jumlah jejak. Beberapa di
antaranya lebih berlimpah dalam pecahan kurang padat batubara
4. Masalah Mineral Dalam Batubara
Masalah mineral di batubara tidak seluruhnya terdiri dari senyawa organik.
Bahan anorganik ini juga hadir, baik sebagai diskrit padatan kristal, garam yang
terlarut dalam air pori-pori, atau organologam di substansi batubara. Istilah
masalah mineral digunakan dalam beberapa konteks untuk menutupi bahan dari
semua tiga jenis, meskipun dalam penggunaan lain dibatasi untuk kristal
konstituen anorganik atau mineral yang benar (dalam arti geologi) hadir dalam
12
batubara. Hal ini penting, karena itu, untuk membedakan antara 'total anorganics'
dan 'mineral' di sampel.
o Model terjadinya bahan mineral
mode terjadinya bahan mineral yang ditemukan mineral di batubara bituminus
terutamanya adalah silikat, karbonat, kaya dengan sulfida, sulfat dan spesies
lainnya seperti fosfat (Tabel 2.6). Ketika hadir dalam jumlah besar mereka
dapat dilihat secara makroskopis sebagai band, dan nodul scam e posures,
atau sebagai tambalan fraktur dan aatings pada permukaan sendi atau cleat.
Detail lebih lanjut dapat diperoleh oleh mikroskopis studi, dimana mereka
juga dapat dilihat sebagai satu biji-bijian dan kristal, atau sebagai
petrifications atau penggantian komponen organic
dikenakan untuk studi lebih lanjut oleh Difraksi sinar x (ara 2.17), mikroskop
elektron scanning, analisis termal, inframerah spektrometri atau teknik lain
untuk identitas mineral sebenarnya hadir dan menilai perkiraan relatif proportions (Russell & Rimmer 1979). Mineralogi komponen dari proses
pembakaran, kokas, pencairan dan gasifikasi juga dapat dipelajari dengan cara
ini. Teknik-teknik khusus dapat diterapkan, apabila diperlukan, untuk
memisahkan sesuai pecahan seperti mineral berat atau mineral tanah liat untuk
analisis rinci. Kimia data pada batubara, seperti pyritic sulfur dan karbonat
C02 isi, dapat juga digunakan untuk membantu menilai proporsi relatif
mineral yang diidentifikasi oleh teknik ini. Analisis semacam itu juga
dimungkinkan, setidaknya untuk batubara dengan abu tinggi atau kandungan
mineral, dengan menerapkan banyak dari teknik ini langsung ke batubara itu
sendiri. Bahan-bahan organik pada dasarnya bebas kristal, dan dengan
demikian X-ray diffractognm batubara hampir seluruhnya terdiri dari puncakpuncak yang mewakili komponen mineral (Rekus & Haberkorn 1966). Reaksi
sangat eksotermik pembakaran batubara juga dapat ditekan dalam analisis
termal diferensial dengan menggunakan inert nitrogen suasana lagi
memungkinkan puncak karena setiap jenis mineral yang sangat melimpah
harus diidentifikasi (Warne 1964).
o Kenampakan mineral pada Batubara
Mineral hadir dalam bara tergantung pada sifat sampel batubara yang terlibat,
masalah mineral hadir dapat berasal dari beberapa sumber yang berbeda.
Sebagian besar sampel yang diambil dari batubara yang ditambang, misalnya,
biasanya berisi mineralogi kontaminan akibat keberadaan intra-jahitan band
dari bahan bebas-batubara, serta mungkin puing-puing dari strata atap dan
14
lantai yang berdekatan. Namun, dipilih spesimen, atau lapisan dan jahitan
komposit gratis dari bahan-bahan, biasanya berisi suite khas mineral
Kuarsa
kuarsa umum di kebanyakan batubara, tetapi jarang sebagai
pembentuk utama. Hal ini sering terjadi sebagai biji-bijian
sudut di band clay-kaya, menunjukkan asal detrital. Namun, itu
juga dapat terjadi sebagai percepatan kimia, mungkin awalnya
berupa Mirah, infilling sel rongga di macerals batubara atau
sebagai vena yang memotong seluruh struktur batubara.
kaolinite
walaupun sering konstituen yang kecil atau bahkan sepenuhnya
absen dari lutites bebas-batubara yang terkait, kaolinite
ditemukan dalam sejumlah besar batubara bituminus. Itu
biasanya sangat baik mengkristal dan dalam beberapa kasus
adalah mineral tanah liat hanya yang dapat diidentifikasi
bahkan dengan rinci Difraksi sinar x. Beberapa di antaranya
dapat terjadi sebagai petrifactions atau infillings sel-rongga,
menyarankan authigenic asal di lahan gambut asli. Mineral ini
juga terjadi sebagai band, pelet atau vermicular agregat, dan
sebagai infilling cleat patah. Asal-usul bahan ini dibincangkan
oleh Rao dan Gluskoter (1973), ward (1977, 1978), dan
Gaigher (1980).
Mineral Lempung lainnya
Mineral tanah liat juga mengkristal illite adalah konstituen
umum batubara dari beberapa daerah, tetapi mungkin benarbenar tidak hadir pada orang lain. Mineral montmorilonite,
klorit, dan mineral tanah liat dicampur-lapisan reguler untuk
tidak teratur juga ditemukan dalam banyak batubara seluruh
15
16
17
struktur-tures
dipecah
dan
spesies
baru
mereka
montmorilonite,
dengan
klorit
berlimpah
dll,
abu
mineral
sekering
pada
sulfat
dan
pirit,
bahkan
jika
batubara
Mineral
dapat
mempengaruhi
coke
mengambil
liquefac-tion,
bagian
bertindak
dalam
banyak
proses
sebagai
katalis
dalam
19
Batubara
klasifikasi
komponen
mungkin
organik
jika
pengenceran
berbeda
uang
oleh
bermakna
saku
perbandingan
batubara
yang
kelembaban
ini
hanya
dibuat
untuk
dan
konstituen
20
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Chapter 2 ( Pembahasan : Analisis Kimia dan Klasifikasi
dari Batubara)
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
23
24