Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kolon atau usus besar merupakan salah satu organ penting dalam
sistem pencernaan yang terdapat dalam rongga abdomen yang berfungsi
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat feses.
Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu sekum, kolon asenden,
appendiks (usus buntu), kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid,
rectum dan anus.
Kelainan yang terjadi pada colon antara lain adalah obstruksi atau
illeus, stenosis, volvulus, atresia, karsinoma dan Hirschprungs disease.
Hirschprungs disease adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang
terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus
besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya
(www.mediastore.com).
Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk
mendiagnosa adanya kelainan atau penyakit pada penderita yang mengalami
gangguan pencernaan dikenal dengan pemeriksaan Colon In Loop.
Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim
pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon),
secara retrograde (Bontrager, 2001).
Pemeriksaan colon in loop pada kasus Hirschprungs disease di
Instalasi Radiologi RSU BLUD Banjar menggunakan kontras tunggal
(single kontras).
Pemeriksaan colon in loop pada kasus Hirschprungs disease yang
dilakukan di Instalasi Radiologi RSU BLUD Banjar tidak dilakukan dengan
flouroskopi. Pada pemeriksaan ini dibuat foto pendahuluan terlebih dahulu
dengan proyeksi AP dan lateral. Kemudian setelah dimasuki media kontras
melalui anus dibuat foto dengan proyeksi yang sama, yaitu AP dan Lateral.
1
Rumusan Masalah
1.
2.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
2.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teori
Dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
penulis
serta
2.
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini sistematika yang digunakan penulis
secara garis besar adalah :
BAB I
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Colon
Usus besar atau kolon adalah sambungan dari usus halus yang
merupakan tabung berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang
dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada
usus halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi makin mendekati
ujungnya diameternya makin berkurang (Price, 1995). Usus besar ini
tersusun atas membran
mukosa
tanpa
lipatan,
bagian
posterior
rongga pelvis.
Rectum
2.2
Fisiologi Colon
2.2.1 Absorbsi air dan elektrolit
Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di separuh
atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari,
hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan
(Corwin, 2001). Dengan mengeluarkan sekitar 90 % cairan, kolon
mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik menjadi sekitar 200-250 ml tinja
semi padat (Ganong, 1995). Dalam hal ini kolon sigmoid berfungsi sebagai
reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai defekasi berlangsung (PriceWilson, 1991).
2.2.2 Sekresi mukus
Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus
dinding usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh
enzim-enzim yang terdapat didalam usus dan sebagai pelumas makanan
sehingga mudah lewat. Tanpa pembentukan mukus, integritas dinding usus
akan sangat terganggu, selain itu tinja akanmenjadi sangat keras tanpa efek
lubrikasi dari mukus (Corwin, 2001).
Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini menunjukkan
banyak reaksi alkali dan tidak mengandung enzim. Pada keadaan
peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin
bertanggung jawab dan kehilangan protein dalam feases (Price-Wilson,
1991).
2.2.3 Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K
dan beberapa vitamin B (Price-Wilson, 1991). Penyiapan selulosa yang
berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran
hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan merupakan kerja
bakteri guna ekskresi (Pearce, 1999).
Hirschsprung
(Megakolon
Kongenital)
adalah
suatu
penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang
tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya (www.mediastore.com).
Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan migrasi kraniokaudal dari cikal bakal sel ganglion sepanjang usus pada minggu ke 5
sampai minggu ke 12, yang mengakibatkan terdapatnya
segmen
2.
kelenjar limfe perikolon dan mesokolon dan (3) melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis
relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submokosa pada saat reseksi
dilakukan dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastasis ke kelenjar limfe.
2.4
2).
3).
Persiapan bahan
a.
Media kontras
Media kontras merupakan suatu bahan yang digunakan dalam
c.
Posisi pasien
Gambar 2. Proyeksi AP pada bayi dengan alat immobilisasi sand bag (Bontrager,
2001)
Fiksasi untuk balita :
Hampir sama dengan bayi, tapi pada balita dipasang pita
kompresi diatas lutut (Femur). Jangan lupa antara pita dan kaki
pasien diberi lapisan lembut (gabus) agar pasien tidak merasa
kesakitan.
13
pemandangan radiografer.
2)
inchi diatas umbilikus tepat pada MSP. Luas lapangan penyinaran mulai
dari sympisis pubis sampai ke diafragma dan sisi kanan kiri abdomen
harus masuk.
3)
4)
Eksposi
Dilakukan ketika pasien diam dan tahan nafas. Jika pasien
Kriteria radiograf
T
erlihat garis tepi dari jaringan lunak dan struktur berisi udara
seperti pada bagian usus dan perut, terlihat kalsifikasi (jika ada)
dan struktur tulang.
C
olumna vertebralis lurus dan tepat ditengah-tengah radiograf.
T
idak ada rotasi dari pelvis, hip joint, rongga pelvis harus terlihat
simetris.
14
T
idak ada gerakan : batas diafragma dan pola udara di paru harus
tampak tajam.
K
ontras radiograf baik.
Posisi pasien
Pasien duduk atau berdiri menghadap sinar
dan membelakangi kaset.
pandangan radiografer.
16
umbilikus.
4)
Eksposi
Untuk bayi dan anak kecil :
Perhatikan pola respirasi ketika dalam keadaan tenang (diam),
contoh.
5)
Kriteria radiograf
T
erlihat garis tepi dari jaringan lunak dan struktur berisi udara
seperti pada bagian usus dan perut, terlihat kalsifikasi (jika ada)
dan struktur tulang.
C
olumna vertebralis lurus dan tepat ditengah-tengah radiograf.
17
T
idak ada rotasi dari rongga pelvis, hip joint, rongga pelvis harus
terlihat simetris.
T
idak ada gerakan : batas diafragma dan pola udara di paru harus
tampak tajam.
T
erlihat tonjolan tulang pelvis dan garis vertebra.
K
ontras radiograf baik.
Posisi pasien
Lateral Decubitus :
18
Gambar 6. Proyeksi Left lateral decubitus dengan bantuan sand bag (Bontrager,
2001)
Dorsal Decubitus :
S
upine dengan menggunakan bantal persegi panjang sebagai alas.
K
aki difiksasi dengan sand bag, caranya sama dengan proyeksi AP
supine.
K
edua lengan ditarik keatas kepala dan minta bantuan orang tua
untuk memegangnya.
T
empatkan kaset di sisi lateral pasien dan kaset diganjal dengan sand
bag.
S
inar horizontal pada mid coronal plane. Untuk
bayi 1 inchi
diatas umbilikus dan untuk anak yang sudah besar pusat sinar 1
inchi diatas krista iliaka.
19
Gambar 7. Proyeksi Dorsal decubitus lateral kiri dengan bantuan sand bag dan
orang tua (Bontrager, 2001)
2)
3)
Eksposi
Kriteria radiograf
Dorsal decubitus
G
ambaran daerah vertebra berada dalam rongga abdomen dan batasbatas udara terlihat jelas, tingkatan dalam abdomen : batas atas
diafragma dan batas bawah simpisis pubis.
T
idak rotasi, bagian belakang dari tulang iga hrus terlihat saling
superposisi.
20
R
adiograf dapat menampakkan batas atas diafragma dan batas bawah
simpisis pubis tidak terpotong.
T
idak ada gerakan, batas diafragma dan pola udara di paru harus
tampak tajam, tampak garis tulang iga dengan jelas di daerah
abdomen.
T
erlihat tonjolan tulang pelvis dan garis vertebra.
K
ontras radiograf baik.
d.
Post
Evakuasi
Media
Kontras
(Antero
Posterior
Supine)
(Bontrager, 2001)
1)
Posisi pasien
Pasien berbaring telentang, mid sagital plane (MSP) tubuh tepat di
pasien.
Posisi pasien dan orang tua agar tidak mengganggu pemandangan
radiografer.
Orang tua diminta untuk memegang lengan anak, sedangkan kedua
kaki difiksasi dengan sand bag atau pita kompresi.
2)
inchi diatas umbilikus tepat pada MSP. Luas lapangan penyinaran mulai
dari sympisis pubis sampai ke diafragma dan sisi kanan kiri abdomen
harus masuk.
21
3)
4)
Kriteria radiograf
Terlihat garis tepi dari jaringan lunak dan struktur berisi udara
seperti pada bagian usus dan perut, terlihat kalsifikasi (jika ada)
simetris.
Tidak ada gerakan : batas diafragma dan pola udara di paru harus
tampak tajam.
Kontras radiograf baik.
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Paparan Kasus
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2016 di
Instalasi Radiologi RSU BLUD BANJAR, penulis mendapatkan pasien
dengan pemeriksaan radiografi Colon In Loop, dengan data sebagai berikut :
Nama
: By. S
Umur
: 6 Hari
Pemeriksaan
: Colon In Loop
Jenis kelamin
:P
3.2
Diagnosa
: Hirschprungs Disease
Asal kirimin
: Rawat Inap
Ruangan
: Tulip
No. RM
: 329141
Prosedur Pemeriksaan
3.2.1 Persiapan Penderita
Sebelum pemeriksaan dilaksanakan orang tua penderita diberi
penjelasan mengenai persiapan yang dilakukan dengan bantuan perawat di
bangsal. Tidak ada persiapan khusus bagi penderita.
Setelah penderita dan orang tuanya datang ke bagian radiologi
kemudian penderita dipanggil dan tidur terlentang di atas meja pemeriksaan
dengan dibantu oleh orang tuanya, kemudian penderita tidur telentang di
atas meja pemeriksaan.
23
Merek
: TOSHIBA
Model
: BLM 100 L
Daya Maximum
Jenis Tabung
mA Maximum
Min Filtration
: 18 kW
: DRX 1603B
: 100 mA
: 1,8 mm Al
24
b.
Gambar 10. Computed Radiography BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar
c.
25
26
Teknik Pemeriksaan
3.3.1 Proyeksi Anterio Posterior (AP)
Media kontras jenis Iopamiro diencerkan dengan larutan NaCl.
Pemasukan media kontras yang pertama sekitar 50 cc kemudian selang
irigator diklem, dilakukan ekspose untuk melihat daerah sigmoid terisi
media kontras dengan proyeksi Anterio Posterior (AP) yaitu :
1)
Posisi Pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan.
2)
Posisi Objek
MSP (Mid Sagital Plane) tubuh diatur tegak lurus meja pemeriksaan.
Kedua tangan dipegangi ayah dan kedua kaki dipegangi sang ibu, kaset
ukuran 24 cm x 30 cm dimasukkan ke dalam bucky. Pertengahan kaset
diatur pada 2 inchi superior simphisis pubis. Eksposi dilakukan saat pasien
diam.
3)
Central Point
Pada MSP setinggi 2 inchi superior simfisis pubis.
4)
Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset.
5)
FFD
27
100 cm
6)
Faktor Eksposi
kV
: 46
mAs
: 2,5
Posisi Pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan kedua tangan disamping tubuh
Posisi Objek
Pasien dirotasikan yg dipegangi oleh kedua orang tuanya dengan
bantuan radiografer 15- 20. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan
kaki dipegangi sang ibu, kaset ukuran 24 cm x 30 cm dimasukkan ke dalam
bucky. Pertengahan kaset diatur pada 2 inchi superior simphisis pubis.
Eksposi dilakukan saat pasien diam.
3)
Central Point
Pada MSP setinggi 2 inchi superior simfisis pubis.
4)
Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset.
5)
FFD
28
100 cm
6)
Faktor Eksposi
kV
: 46
mAs
: 2,5
Posisi Pasien
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring
Posisi Objek
Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit
fleksi.
3)
Cenral Ray
Arah sinar tegak lurus terhadap film
4)
Central Point
Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior
(SIAS).
5)
FFD
100 cm
6)
Faktor Eksposi
kV
mAs
: 46
: 2,5
29
Hasil Expertise
Kesan :
Menyokong Hirschprung Disease
30
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan laporan kasus , penulis menyimpulkan laporan
ini sebagai berikut :
1.
2.
gambaran
informatif
sehingga
dapat
membantu
Saran
1.
Perlunya
penjelasan
31
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, Philip W. 1995. Merril of Atlas Radiographic Positioning and
Radiologic Procedures, Eight Edition Vol. II. Missouri : Mosby, Inc.
Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.
Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pearce, evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Price, S.A., and Wilson, L.M., 1991, Patofisiologi konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi 2, Bagian I, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sacharin, R.M., 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi ke-2, Alih Bahasa :
dr. R.F. Maulany. MSc, Editor : Ni Luh Gede Yasmin Asih. SKp, EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Sylvia dan Wilson. 1973. Patofisiologi 2 - Edisi 4. Jakarta : EGC
32
LAMPIRAN
Surat Permintaan Pemeriksaan
33