You are on page 1of 4

Acute Respiratory Distress Syndrome

Epidemiologi

Insidensi ARDS dijelaskan berdasarkan penyebarannya dengan studi kohort di United State.
Pada penelitian tersebut dijelaskan sejak tahun 1999 hingga 2000 1113 individu mengalami
ARDS. Angka kejadian ARDS terus mengalami peningkatan berdasarkan dengan usia, mencapai
306 per 100.000 orang pertahun pada usia 75-84 tahun (Harman, 2016). Sesuai dengan sebaran
usia, 86 per 100.000 pasien dengan rasio oksigen 300 mmHg mengalami ARDS. Sedangkan 64
per 100.000 pasien dengan rasio oksigen 200 mmHg mengalami ARDS (Rubenfeld, Caldwell,
Peabody, et al., 2005).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk ARDS adalah meliputi perawatan suportif, bantuan ventilator dan terapi
farmakologis. Prinsip umum perawatan suportif bagi pasien ARDS dengan atau tanpa multiple
organ dysfungsi syndrome (MODS) meliputi (Gehlbach, 2008):
Pengidentifikasian dan terapi penyebab dasar ARDS.
Identifikasi faktor pemicu merupakan hal yang paling penting dalam penanganan ARDS.
Sepsis merupakan salah satu faktor pemicu pada ARDS, pemberian antibiotic pada kasus
yang dicurigai karena infeksi sangat direkomendasikan. Pada pasien yang mengalami
shock, penatalaksanaan yang tepat adalah dengan pemberian cairan kristaloid dan
vasopressor. Menghindari cedera paru sekunder misalnya aspirasi, barotrauma, infeksi
nosokomial atau toksisitas oksigen (Saharan, Lobra & Kadra, 2010).
Mempertahankan status pernapasan
Pada pasien ARDS pemenuhan pada status pernapasan sangat penting untuk dilakukan.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan status pernapasan adalah
dengan pemasangan ventilasi mekanik. Selain dengan pemasangan ventilasi mekanik hal
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan status pernapasan pasien adalah dengan
intubasi endotrakeal (Saharan, Lobra & Kadra, 2010).
Prinsip pengaturan ventilator pasien ARDS meliputi volume tidal rendah (4-6 mL/kgBB)
dan PEEP yang adekuat, kedua pengaturan ini dimaksudkan untuk memberikan
oksigenasi adekuat (PaO2 > 60 mmHg) dengan tingkat FiO2 aman, menghindari
barotrauma (tekanan saluran napas <35cmH2O atau di bawah titik refleksi dari kurva
pressure-volume) dan menyesuaikan (I:E) rasio inspirasi: ekspirasi (lebih tinggi atau
kebalikan rasio waktu inspirasi terhadap ekspirasi dan hiperkapnea yang diperbolehkan)
(Grippi, 2002).
Selain pengaturan ventilasi dengan cara diatas, masih ada lagi teknik pengaturan ventilasi
untuk ARDS (strategi ventilasi terkini) meliputi high frequency ventilation (HVF),
inverse ratio ventilation (IRV), airway pressure release ventilation (APRV), prone
position, pemberian surfaktan eksogen, ventilasi mekanik cair dan extracorporeal
membrane oxygenation (ECMO) serta extracorporeal carbon dioxide removal
(ECCO2R) (Shi-ping & Chi, 2007).
Nonrespiratory Supportive Care
Selain mempertahankan status pernapasan hal yang perlu diperhatikan pada pasien ARDS
adalah mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler serta keseimbangan cairan tubuh.
Nonrespiratory Supportive Care dapat ditatalaksana dengan pemenuhan cairan, transfuse
darah dan pemberian nutrisi. Pemberian nutrisi diusahakan untuk diberikan sesegera
mungkin. Pemberian nutrisi diawali dengan volume yang sedikit (5-10 mL). nutrisi yang
direkomendasikan pada pasien ARDS adalah Omega 3 yang dapat meningkatkan status
kesehatan (Saharan, Lobra & Kadra, 2010).
Terapi lain untuk membantu oksigenasi (Saharan, Lobra & Kadra, 2010).
1) Posisi pronasi
Pada pasien yang tidak merespon dengan pemberian ventilasi dapat diberikan posisi
pronasi utnuk meningkatkan ekspansi paru dan membantu status oksigenasi pasien.
2) Nitric Oxide
Menghirup Nitric Oxide dapat membantu meningkatkan potensial pulmonary dan
vasodilator. Tindakan ini dapat meningkatkan oksigenasi pasien namun pada beberapa
penelitian dijelaskan hal ini tidak meningkatkan status kesehatan pasien.
3) Prostasiklin
Postasiklin digunakan untuk membantu meningkatkan oksigenasi pada anak dengan
ARDS.
Prognosis
Prognosis pada anak yang mengalami ARDS dengan hipoksia berat dan mengalami kegagalan
organ multiple sangat buruk karena dapat meningkatkan angka kematian (Dahlem, Aalderen, Bos
& 2007). Pasien ARDS dengan kegagalan organ multiple biasanya meninggal karena kegagalan
napas. Pada pasien ARDS yang mampu bertahan hidup, kualitas hidupnya dapat dikatakan cukup
baik dan fungsi pulmonary yang optimal (Ben-Abraham, Weinbroum, Roizin, et al., 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Gehlbach BK. (2008). Acute hypoxemic respiratory failure (AHRF). Available at:
http://www.merck.com/mmpe/sec06/ch065/ch065c. Accessed on October 11st, 2016.

Grippi MA. Acute respiratory distress syndrome. In: Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi
MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Manual of pulmonary diseases and disorders. 3rd ed.
New York: McGraw-Hill; 2002.p.1023-33

Shi-ping L, Chi HC. Acute lung injury/acute respiratory distress syndrome (ALI/ARDS): the
mechanism, present strategies and future perspectives of therapies. J Zhejiang Univ Sci B
2007; 8:60-9.

Dahlem P, van Aalderen WM, Bos AP. Pediatric acute lung injury. Paediatr Respir Rev.
2007;8:34862.

Ben-Abraham R, Weinbroum AA, Roizin H, et al. Long-term assessment of pulmonary function


tests in pediatric survivors of acute respiratory distress syndrome. Med Sci Monit. 2002;8:
CR1537.

Rubenfeld GD, Caldwell E, Peabody E, et al., (2005). Incidence and outcomes of acute lung
injury. N Engl J Med. 353:1685

Harman, EM. (2016). Acute Respiratory Distress Syndrome. MedScape.

You might also like