Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
terhentinya aktivitas mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon
Pada anak, henti jantung biasanya lebih banyak disebabkan oleh asfiksia
sebagai akibat sekunder dari henti nafas. Hal ini berbeda dengan kejadian henti
jantung pada dewasa yang sebagian besar disebabkan oleh masalah primer pada
yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) mengalami henti jantung.
Angka kejadian henti jantung dan nafas pada anak di Amerika Serikat sekitar
16.000 setiap tahunnya, hanya 30 % yang menerima resusitasi jantung paru dan
sebagian besarnya terjadi pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun 1-3.
Penelitian yang dilakukan oleh Hans Steiner dan Gerald Neligan (1975)
kerusakan otak, semakin lama bayi mengalami henti jantung, semakin berat
kerusakan otak yang akan dialaminya 4. Hal tersebut dikarenakan henti jantung
(CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada kejadian iskemik yang menetap dan
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio
1
hidup dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi
dan anak1. Resusitasi jantung paru segera yang dilakukan dengan efektif
neurologis. Hal ini disebabkan karena ketika jantung berhenti, oksigenasi juga
akan berhenti sehingga akan menyebabkan kematian sel otak yang tidak akan
dapat diperbaiki walaupun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa
menit 6.
1.2 Tujuan
BAB 2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan jantung dan
keadaan tersebut, inisiasi langsung dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk
kematian 1-3.
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian henti jantung dan nafas pada anak-anak di Amerika
Serikat sekitar 16.000 setiap tahunnya. Kejadian lebih didominasi oleh anak
berusia lebih kecil, yaitu pada anak usia dibawah 1 tahun dan lebih banyak pada
jenis kelamin laki-laki yaitu 62%. Angka kejadian henti nafas dan jantung yang
terjadi di rumah sakit berkisar antara 7,5 11,2% dari 100.000 orang setiap
nafas dan henti jantung lebih banyak terjadi pada bayi dibandingkan dengan anak
dan dewasa yaitu dengan perbandingan 72,7 : 3,7 : 6,3 dari 100.000 orang setiap
tahunnya 1-3.
Sementara itu, angka kejadian henti nafas dan henti jantung yang terjadi di
rumah sakit berkisar antara 2 6% dari pasien yang dirawat di ICU (Intensive
Unit Care). Sekitar 71-88% terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, yang
terbanyak adalah penyakit saluran nafas, jantung, saluran pencernaan, saraf, dan
kanker. Penyebabnya hampir sama dengan henti nafas dan henti jantung yang
terjadi di luar rumah sakit di mana yang terbanyak adalah asfiksia dan syok 1.
3
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung tidak sama pada setiap
usia. Penyebab terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas,
sedangkan pada usia bayi yang menjadi penyebabnya bisa berupa 6-9 :
a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death
Syndrome )
b. Penyakit pernafasan
c. Sumbatan pada saluran pernafasan, termasuk aspirasi benda asing
d. Tenggelam
e. Sepsis
f. Penyakit neurologis
Penyebab terbanyak henti nafas dan henti jantung pada anak yang berumur
diatas 1 tahun adalah cedera yang meliputi kecelakaan lalu lintas, terbakar, cedera
2.4 Patofisiologi
A. Henti nafas
penyakit jantung primer, sedangkan pada anak lebih sering disebabkan oleh
sepsis, infeksi, aspirasi benda asing, trauma yang meliputi cedera kepala dan
pneumonia dan sepsis dalam rahim. Keadaan ini ditandai dengan distress janin
atau asfiksia neonatorum. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam
4
Tenggelam merupakan sumber cedera yang sering terjadi pada anak-anak
dan sering menyebabkan kematian. Akibat terendam dalam media cair, dapat
terjadi mati lemas (sufokasi), dan asfiksia dengan atau tanpa aspirasi paru.
Kematian yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah terendam disebut tenggelam,
tapi jika korban dapat bertahan hidup lebih dari 24 jam disebut hampir-tenggelam,
tidak memandang apakah akhirnya pasien meninggal atau sembuh. Pada korban
dapat mempengaruhi semua organ dan jaringan dengan tingkat keparahan cedera
tergantung pada lamanya tenggelam. Jika terjadi aspirasi paru, hipoksemia dan
Henti nafas juga terjadi akibat adanya disfungsi neurologis seperti yang
disebabkan oleh zat racun dan kejang. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
akibat cedera kepala nantinya bisa menjadi henti nafas. Kerusakan neurologis
yang berat dapat dicegah sebelum terjadi keadaan henti nafas 9,11.
B. Henti Jantung
jantung, yaitu tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama
pasien mengalami hipoksia berat akibat respirasi yang tidak adequat. Hipoksia
5
Kombinasi hipoksia dan asidosis respiratorik menyebabkan kerusakan dan
kematian sel, terutama pada organ yang lebih sensitif seperti otak, hati, dan ginjal,
yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung yang cukup berat
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi
(syok) karena kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan
dalam sistem sirkulasi. Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari
gastroenteritis, luka bakar, atau trauma, sementara pada gangguan distribusi cairan
esensial dan oksigen sebagai akibat dari perkembangan syok menjadi henti
dan asidosis. Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi bersamaan 11.
ke otak. Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa
diperbaiki meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit. Kematian
dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan resusitasi
2.5 Penatalaksanaan
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio
hidup dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi
dan anak 1.
6
CPR atau yang lebih dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
merupakan upaya yang dilakukan terhadap korban atau penderita yang sedang
berada dalam kondisi gawat atau kritis untuk mengembalikan nafas dan sirkulasi
spontan. RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup
menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas berupa bag-mask ventilation,
dari arteri koronaria jantung dan aliran darah ke organ-organ penting selama fase
low flow. Kompresi jantung yang adekuat dan berkelanjutan dalam pemberian
penanganan bantuan hidup dasar sangat penting pada fase ini 2,13.
meyakinkan bahwa penolong dan korban telah berada pada tempat yang aman.
6,14
Korban dipindahkan hanya jika tempat tersebut membahayakan korban . Selain
Tiga komponen PAT adalah penampilan anak, upaya napas, dan sirkulasi kulit12.
1. Penampilan anak
7
Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metoda tides meliputi
(S=speech/cry)12.
pandangan kosong?
Speech/cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat atau
2. Upaya napas
Karakteristik hal yang dinilai adalah suara napas yang tidak normal, posisi tubuh
8
3. Sirkulasi kulit
pernapasan
napas
9
Sirkulasi kulit ( )
metabolik atau
gangguan primer
CPR terdiri dari ventilasi mulut ke mulut dan kompresi dada. Ventilasi
mulut ke mulut merupakan teknik ventilasi buatan yang awalnya digunakan pada
abad ke-18 namun kemudian ditinggalkan. Pada tahun 1946, selama epidemi polio
sebagai teknik untuk ventilasi buatan pada tahun 1958. Ketika ventilasi mulut ke
mulut dikombinasikan dengan kompresi dada tertutup pada tahun 1960, CPR
modern lahir dan istilah CPR digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 196213.
untuk sirkulasi darurat oleh Boehm pada tahun 1878 , sebagaimana dikutip oleh
Kouwenhoven et al. Digunakan kembali pada tahun 1950, dan pada tahun ini juga
untuk sirkulasi buatan pada manusia. Setelah penemuan defibrilator dada tertutup
spontan (return of spontaneous heart action) tidak mungkin terjadi jika shock
10
counter tidak dilakukan dalam waktu kurang dari tiga menit. Oleh karena itu
defibrilasi bisa efektif tanpa membuka dada. Metode yang digunakan sebelumnya
adalah pijat jantung terbuka, sehingga upaya resusitasi sangat terbatas dan hanya
menolong sedikit pasien. Kompresi dada tertutup memiliki keuntungan yang besar
sama sekali. Satu-satunya hal yang dibutuhkan adalah dua tangan penyelamat13.
dengan penekanan dada pada posisi antara sternum dan vertebra sehingga darah
beberapa ventilasi pada paru-paru, sehingga jika hanya ada satu orang penolong,
orang ini harus berkonsentrasi pada penekanan dada saja. Jika dua orang atau
lebih penolong, ventilasi mulut ke hidung harus diberikan. Penelitian terbaru telah
sampai pada pedoman CPR menurut AHA 2005. Pedoman AHA 2005
11
selain neonatus jika penolongnya 2 orang, sedangkan jika penolong hanya 1 orang
2005 dimulai dengan melakukan evaluasi jalan nafas, pemberian nafas bantuan,
dipublikasikan AHA pada bulan November 2010. Perubahan itu berupa : ketika
melihat korban anak atau bayi megap-megap atau tampak tidak bernafas, lakukan
evaluasi nadi, bila nadi tidak teraba atau < 60 kali/ menit lakukan resusitasi
jantung paru selama 5 siklus atau 2 menit. Teknik evaluasi setelah RJP sama
Pada dasarnya, prinsip urutan resusitasi pada AHA 2005 dan 2010 adalah
sama. Teknik CPR berdasarkan AHA 2010 dilakukan dengan asumsi saat kejadian
jantung paru karena terlalu lama dalam menilai kesadaran dan pernafasan
penderita 6,10,14,16.
1. Periksa Kesadaran
Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama korban, lihat
apakah korban bergerak atau memberikan respon. Jika tidak bergerak berikan
stimulasi dengan menggerakkan bahu korban. Pada korban yang sadar, dia akan
12
diperlukan, namun jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar, maka segera
2. Posisi Korban
Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang datar dan
keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja yang keras. Jika harus
membalikkan posisi, maka lakukan seminial mungkin gerakan pada leher dan
Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah jatuh ke
belakang. Oleh karena itu penolong harus segera membebaskan jalan nafas
- Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan
nafas dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi jangan
sumbatan.
Caranya adalah satu tangan diletakkan pada bagian dahi untuk
13
Gambar 2.2. Teknik head tilt and chin lift pada bayi dan anak 14
keluar, jika terdapat dua penolong maka yang satu harus melakukan
ringan atau berat, jika sumbatannya ringan maka korban masih dapat bersuara dan
batuk, sedangkan jika sumbatannya sangat berat maka korban tidak dapat bersuara
ataupun batuk. Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka pada bayi < 1
tahun dapat dilakukan teknik 5 kali back blows (back slaps) di interskapula,
namun jika tidak berhasil dengan teknik tersebut dapat dilakukan teknik 5 kali
14
chest thrust di sternum, 1 jari di bawah garis imajiner intermamae (seperti
melakukan kompresi jantung luar untuk bayi usia < 1 tahun) 6,14,16.
Pada anak > 1 tahun yang masih sadar dapat dilakukan teknik Heimlich maneuver
anak yang tidak sadar, dilakukan teknik Abdominal thrusts dengan posisi korban
seperti melakukan teknik Heimlich manuever. Setelah itu buka mulut korban,
lakukan cross finger manuever untuk melihat adanya obstruksi dan finger sweeps
manuever untuk mengeluarkan benda asing yang tampak pada mulut korban,
namun jangan melakukan teknik tersebut pada anak yang sadar, karena dapat
15
Gambar 2.5 Teknik Heimlich Manuver 14
Gambar 2.6 Teknik Chest Thrust 16 Gambar 2.7 Teknik Abdominal Thrust 14
4. Periksa nafas
Jika obstruksi telah dikeluarkan maka periksa apakah korban bernafas atau
16
5. Berikan bantuan nafas
Lakukan 5 kali bantuan nafas untuk mendapatkan 2 kali nafas efektif. Hal
itu dapat dilihat dengan adanya pengembangan dinding dada. Bila dada tidak
mengembang reposisikan kepala korban agar jalan nafas dalam keadaan terbuka
6,14,16
.
Teknik bantuan nafas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan bag valve mask ventilation atau tanpa alat, yaitu pada bayi
6. Periksa Nadi
brakialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis ataupun
femoralis. Pemeriksaan nadi ini dilakukan dalam waktu 10 detik. Jika nadi > 60
kali/menit namun tidak ada nafas spontan atau nafas tidak efektif, maka lakukan
pemberian nafas sebanyak 12-20 kali nafas/menit, sekali nafas buatan 3-5 detik
17
hingga korban bernafas dengan spontan, nafas yang efektif akan tampak dada
Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat
maka lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat perbedaan
teknik yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua
jari ( two finger chest compression technique ). Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan menggunakan kedua tangan pada posisi satu jari di bawah garis imajiner
anak, kompresi jantung luar dilakukan dengan teknik kompresi pada setengah
bagian bawah sternum dengan satu atau kedua telapak tangan, tapi tidak menekan
prosesus xipoid ataupun sela iga. Kompresi dilakukan harus dengan baik yaitu
6,14,16
:
anteroposterior dada
- Push fast : Kecepatan kompresi 100x/menit
18
- Release complete : Lepaskan tekanan hingga dada dapat mengembang
penuh
- Minimalisasi interupsi pada saat melakukan kompresi dada
19
Gambar 2.12 Kompresi jantung pada anak dengan satu tangan 14
Gambar 2.13 Kompresi jantung pada anak dengan dua tangan 10,14
Resusitasi jantung paru pada anak yang dilakukan oleh satu penolong
dilakukan 5 siklus selama 2 menit, setiap siklusnya terdiri dari 30 kali kompresi
jantung luar dengan 2 kali nafas bantuan, sedangkan jika terdapat 2 penolong
maka kompresi jantung luar dilakukan 15 kali dengan 2 kali bantuan nafas 6,14,16.
evaluasi nadi. Jika nadi kurang dari 60 kali dalam 1 menit atau tidak ada sama
sekali, resusitasi jantung paru dilanjutkan. Jika nadi lebih dari 60 kali dalam 1
menit, lakukan evaluasi pernafasan, dan jika nafas tidak ada atau tidak adekuat,
pembukaan jalan nafas bayi dan anak-anak kompresi pada CPR sebelum bantuan
20
bantuan nafas sebelum jantung daripada hebat antara para ahli dalam resusitasi
(dengan 2 penolong).
Untuk mencapai Kompresi dengan Bukti dari studi radiologis dada pada anak-
kompresi jantung yang kekuatan yang cukup anak menunjukkan bahwa kompresi untuk
efektif, penolong harus untuk menekan dada satu setengah anterior-posterior diameter
21
melakukan kompresi sekitar sepertiga mungkin tidak dapat dicapai. Namun,
anterior posterior anterior posterior pushing hard, dan berdasarkan data baru,
diameter dada. Hal ini diameter dada. kedalaman sekitar 1 inci (4 cm) untuk
Trauma
karena tindakan resusitasi yang tidak benar dan tidak adekuat menjadi penyebab
keadaan fatal. Kesalahan umum pada resusitasi trauma pediatrik adalah kegagalan
untuk membuka dan memelihara jalan nafas, kegagalan untuk meresusitasi cairan,
dengan dokter bedah berpengalaman sejak awal, dan jika mungkin, membawa
pediatrik6,14.
tulang belakang dan hindari traksi atau gerakan kepala dan leher. Buka dan
22
posisi optimal oksiput atau mengangkat batang tubuh untuk menghindari
10-15mL/kgbb darah.
- Pertimbangkan trauma intraabdominal, tension pneumotoraks, tamponade
Resusitasi jantung paru dapat di akhiri jika sirkulasi telah kembali normal,
dan korban dapat bernafas secara spontan, atau jika sirkulasi tidak dapat kembali
23
Berdasarkan Resuscitation Counsil, resusitasi jantung paru dihentikan jika
10,14,16,18
:
Anak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti adanya gerakan,
batuk, bernafas spontan dan normal, atau nadi terba lebih dari 60
kali permenit
Tenaga yang lebih ahli sudah datang
Penolong sudah kelelahan
24
Gambar 2.13 Resusitasi berdasarkan AHA 2005 14
25
Gambar 2.14 Resusitasi berdasarkan AHA 2010 10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
26
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia
lama karena terjadinya henti nafas yang merupakan akibat terbanyak henti jantung
karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan
otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP
resusitasi berdasarkan AHA 2005 dengan tahap ABC yaitu dimulai dari Airway,
resusitasi dilakukan dengan tahap CAB yang dimulai dengan melakukan kompresi
5 siklus terlebih dulu jika denyut jantung <60 kali/ menit, setelah itu baru
CAB pada AHA 2010 adalah karena ditemukannya kelainan jantung seperti VT
( Ventrikuler Takikardi ) sebagai penyebab utama henti jantung pada dewasa. Pada
sedangkan pada bayi dan anak yang menjadi penyebab utama henti jantung adalah
teknik yang digunakan adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat
27
3.2 Saran
Informasi dan pelatihan tatalaksana henti nafas dan henti henti jantung
DAFTAR PUSTAKA
RM, Jensen HB, penyunting. Buku Teks Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi
28
8. Gotoff SP. Sepsis Dan Meningitis Neonatorum. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jensen HB, penyunting. Buku Teks Ilmu Kesehatan Anak
Kliegman RM, Jensen HB, penyunting. Buku Teks Ilmu Kesehatan Anak
IDAI 2008.
13. Thoren AB. The History of Cardiopulmonary Resuscitation. Dalam: Thoren
2007. h. 12-5.
14. American Heart Association. Part 6: Pediatric Basic and Advanced Life
29
30