Professional Documents
Culture Documents
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha penyayang karena atas segala rahmat dan karunia Nya penulis
telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan referat dengan judul Obat-obat induksi
intravena. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepanitran klinik senior Ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara.
Penulis Mengucapkan terima kasih kepada dr. Zaki Fikran Sp.An selaku
preseptor selama mengikuti kepanitran klinik senior pada bagian Ilmu Ansestesi atas
waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberi bimbingan, saran, arahan,
serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka penulis dapat
dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembacanya agar referat ini menjadi lebih
1
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... 1
Pendahuluan............................................................................................................. 3
Tinjauan Pustaka....................................................................................................... 4
Kesimpulan................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka
2
PENDAHULUAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama
kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Trias anestesia terdiri dari
analgesia, hipnosis dan arefleksia/ relaksasi tapi tindakan anestesia tidak selalu
mencakup ketiga komponen tersebut, bergantung pada jenis pembedahan yang akan
dilakukan.
Obat induksi adalah obat yang diberikan secara intravenous atau secara inhalasi dapat
menyebabkan pasien tidur dengan tanda reflek bulu mata negatif (eye lash).
3
TINJAUAN PUSTAKA
anestesi atau pada operasi-operasi singkat hanya obat ini saja yang dipakai
2. Suntikan berulang
Untuk prosedur yang tidak memerlukan anesthesia inhalasi : dengan dosis
4
Sumber :Anesthesiology, Longnecker. Pg. 852
Semua barbiturate untuk keperluan klinik berada dalam bentuk garam sodium
( berupa bubuk kuning). Dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5% dengan
pH 10,8.Tiopental bersifat stabil selama satu sampai dua minggu jika didinginkan.
keluar lewat urine. Pulih sadar yang cepat setelah thiopental disebabkan oleh
pemecahan dalam hepar yang cepat. Dilusi dalam darah dan redistribusi ke jaringan
5
tubuh yang lain. Oleh karena itu thiopental termasuk obat dengan daya kerja yang
sangat singkat. Efek utama ialah depresi pusat pernafasan. Thiopental mendepresi
dapat terjadi nekrosis. Pada injeksi intra ateri akan memberi rasa terbakar, spasme
arteri dan kemungkinan thrombosis. Obat ini juga dapat menimbulkan vertigo,
disorientasi pasca operasi. Tiopental beguna untuk induksi pada anestesi umum,
anestesi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka, tindakan ginekologi kecil
seperti dilatasi dan kuret, sedasi pada analgesia regional, dan juga dapat digunakan
untuk mengatasi kejang-kejang eklamsia, epilepsy, tetanus, dll. Tiopental tidak dapat
digunakan secara mutlak pada status asmatikus dan porfiria. Obat ini juga harus hati-
hati pemakainnya pada keadaan syok (karena sifat vasodilatasi dan depresi SSP),
pada anemia, uremia, disfungsi hepar, dispneu (pada penyakit jantung atau jantung),
asma bronchial, versi ekstrasi, miastenia gravis, riwayat alergi terhadap thiopental.
Dosis induksi : 3-4 mg/kgBB, biasanya diberi test dose 50-75 mg pada awalnya untuk
1.1 Farmakodinamik
1.1.1 Sistem Saraf Pusat
Aksi primer thiopental adalah terhadap reseptor GABA (-Aminobutiric
acid)A. Reseptor GABA ini berpasangan dengan suatu channel clorida, dimana saat
6
meningkatkan konduksi dari clorida sehingga semakin meningkatkan efek inhibisi
dari GABA. Barbiturat termasuk dalam klasifikasi sedative hipnotik, dimana mereka
akan mendepresi SSP sesuai dengan dosis yang diberikan dimana bisa memberikan
cepat, namun pasien tersebut akan cepat bangun kecuali jika diberikan obat
tambahan.
Tiopenthal akan menurunkan aktivitas dari neuron otak sehingga akan menurunkan
penggunaan oksigen yang bisa diukur dengan Cerebral Metabolic Rate of Oxygen
Consumption (CMRO2) dan juga menurunkan aliran darah ke otak (Cerebral Blood
Karena efek thiopental pada CMRO2, CBF, dan TIK maka penggunaan tiopenthal
intravena memiliki keuntungan pada pasien dengan SOL (Space Occupying Lesion)
atau pasien yang berhubungan dengan tumor otak, perdarahan intracranial atau
trauma kepala.
penurunan tidal volme dan peningkatan PaCO2. Pada dosis induksi 4-7 mg/kg
biasanya pasien akan menjadi apnoe untuk beberapa menit. Efek mendepresi ventilasi
oleh tiopenthal akan semakin parah pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif
7
Kronik (PPOK). Tiopenthal juga akan menyebabkan peningkatan dari produksi
tekanan darah ini semakin berat pada orang dengan gangguan jantung yang sudah ada
sebelumnya atau pasien dengan hipovolemik, pasien yang diberikan opioid atau
blocker atau vasodilator. Hipotensi akibat tiopenthal juga terlihat lebih jelas pada
pasien lebih tua dan apabila thiopental tersebut diadministrasikan terlalu cepat.
jantung dan menurunkan curah jantung (Cardiac Output). Pada arteri dan vena
hipotensi.
1.2.1Reaksi Hipersensitivitas
anafilaksis yang dimediasi oleh IgE. Terjadi pelepasan dari vasoactive dan mediator
8
inflamasi dari sel mast dan basofil. Reaksi Anafilaktoid juga dapat terjadi apabila obat
tersebut secara langsung menyebabkan pelepasan mediator dari sel mast atau basofil.
Reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh golongan barbiturate bersifat langka, Injeksi
Vomiting) pada penggunaan dengan dosis sedatif (dosis subhipnotik) dan Tiopenthal
2. Etomidate
Etomidate merupakan suatu derivate imidazole dengan struktur yang berbeda
daripada obat anestetik lain. Inti dari imidazol mampu berikatan dan menghambat
beberapa isoenzim dari sitokrom P450. Etomidate larut dalam air pada pH asam dan
larut dalam lemak pada pH fisiologis dengan sediaan solusio 0.2% dalam 35%
propylene glycol.
Dosis induksi: 0,3 mg/kgBB biasanya di dalam sediaan 10 cc dengan 2 mg/cc.
2.1 Farmakodinamik
9
2.1.1 Sistem Saraf Pusat
Etomidate bekerja melalui reseptor GABAA dengan onset yang cepat. Durasi
kerjanya berlangsung cepat, hampir sama dengan thiopental dan prpofol. Obat ini
atau somatic.
2.1.2 Kardiovaskular
Etomidate dikenal sebagai salah satu obat yang memiliki efek lemah terhadap
arteri atau vena hanya sedikit dan tidak mengganggu kontraktilitas dari jantung.
dibandingkan dengan thiopental atau propofol, tetapi dengan dosis induksi masih
dapat timbul transient apnoe. Orang dengan PPOK tidak akan mengalami depresi
10
kortisol. Etomidate juga menghambat 17-hydroxylase isozyme, Durasi penekanan
sintesis kortisol oleh etomidate tergantung dari dosis kumulatifnya. Dosis tunggal
sebanyak 0.3 mg/kg menghambat sintesis cortisol dan menghambat respon normal
Etomidate membuat perubahan pada CMRO2, CBF, and TIK seeperti yang
terlihat pada penggunaan thiopental dan propofol. Etomidate mungkin berguna pada
intravena (sekitar 30-40% kasus). Pelarut Propylene glycol dapat menyebabkan nyeri
Fenomena eksitasi, seperti cegukan dan gerakan mioklonik adalah hal yang
biasa selama proses induksi. Keamanan etomidate pada pasien dengan porfiiria masih
2.4 Farmakokinetik
thiopental dan propofol. 75% dari etomidate berikatan pada protein plasma.
11
Etomidate adalah obat anestesi pilihan yang sering digunakan pada pasien
dengan etomidate lebih baik dibandingkan metode induksi lain. Secara teori,
farmakokinetik dari etomidate merupakan obat yang paling baik digunakan pada
operasi yang berlangsung singkat, tetapi insidensi dari mual dan muntah merupakan
satu kekurangan yang cukup besar bagi pasien yang melakukan operasi pada hari
yang sama. Timbulnya mioklonus dan cegukan cukup mengganggu tetapi angka
obat induksi dan pemeliharaan jangka pendek dan penurunan kadar kortisol tidak
dari GABA. Efek disinhibitory dari etomidate pada bagian-bagian dari sistem saraf
insiden myoclonus.
kehidupanetomidate.
3. Benzodiazepine
12
3.1 Farmakodinamik
Benzodiazepine memiliki efek yang mirip dengan thiopental pada CMRO2 dan TIK,
dan barbiturate sehingga orang yang sudah menggunakan alkohol dan barbit urat
lebih untuk dosis sedatif. Pada dosis yang tinggi, benzodiazepine tidak menyebabkan
anterograde.
menimbulkan mual muntah dan aman digunakan pada pasien dengan hipertermia
3.3 Farmakokinetik
13
Setelah diberikan obat golongan benzodiazepine (misalnya :midazolam),
kesadaran akan lebih pelan dan perasaan pusing (hangover) biasanya lebih panjang
Diazepam (Valium)
Termasuk golongan benzodiazepine yang berkasiat sebagai tranquilizer (obat
Efek terhadap SSP bervariasi dari orang ke orang lain. Pada satu pasien mungkin
akan kehilangan kesadaran setelah dosis kecil. Pada pasien lain, dengan dosis 1
mg/kg baru tertidur. Obat ini juga mempunyai efek sebagai pelemas otot (ringan)
Pengaruhnya minimal sekali baik terhadap kontraksi maupun denyut jantung, kecuali
pada dosis terlalu besar. Hipotensi kadang-kadang terjadi disebabkan oleh reflek
relaksasi pembuluh darah perifer, bukan karena depresi terhadap miokard. Obat ini
serius.Pada premedikasi digunakan I.M. (10 mg) atau oral (5-10 mg ), untuk induksi
14
ini juga dapat digunakan untuk penggunaan lain seperti sedasi pada analgesia regional
Midazolam
Midazolam adalah obat yang paling sering digunakan sebagai sedatif
rasa sakit pada proses penyuntikan. Midazolam diberikan secara bolus intravena.
tenang, dan mengalami anterograde amnesia yang berlansung secara singkat. Efek
sedatif midazolam dapat dipelihara dengan bolus 0.5-1 mg. Dosis penggunaan
midazolam dan diazepam pada orang tua harus dikurangi karena peningkatan
sensitivitas dan penurunan clearance pada orang tua. Penyakit pada hepar yang
durasi dari sedative. Pada orang dengan penyakit ginjal, dapat terjadi keterlambatan
terhadap tubuh.
4. Propofol
4.1 Kimia
berbentuk minyak pada suhu kamar dan tidak larut dalam air. Propofol kemudian
dibentuk dalam sediaan emulsi 1% intralipid, merupakan sumber nutrisi lemak pada
15
pasien yang menerima nutrisi parenteral total. Emulsi propofol biasanya dapat
menjadi media untuk pertumbuhan bakteri, dimana sediaan propofol yang terdahulu
pertumbuhan bakteri.
4.2 Farmakodinamik
Efek propofol ke sistem saraf pusat mirip dengan efek tiopental. Propofol
merupakan obat hipnotik bereaksi cepat dan juga menurunkan aliran darah otak dan
D-aspartate (NMDA). Propofol juga mengurangi aliran darah ke otak dan tekanan
dan telah digunakan sebagai obat untuk menangani status epileptikus, namun efek
memiliki efek antiemetik, tidak seperti obat anestesi intravena yang lain.
16
4.2.2 Sistem Pernapasan
Efek propofol pada sistem pernapasan mirip dengan tiopental dimana terjadi
penurunan tidal volume dan peningkatan PaCO2. Setelah diberikan dosis induksi 1-3
mg.lg biasanya pasien akan menjadi apnoe untuk beberapa menit dan mengalami
penurunan refleks airway yang lebih besar dari tiopental. Depresi pernapasan semakin
meningkat pada pasien dengan riwayat PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), dan
terjadi efek sinergis antara propofol dan opioid dalam menyebabkan penekanan
histamin.
Propofol menyebabkan penurunan venous return dalam jumlah yang besar dan
menyebabkan resistensi vaskular arteri sistemik sehingga terjadi penurunan baik itu
preload ataupun afterload. Hipotensi yang disebabkan propofol semakin parah pada
orang tua, orang dengan disfungsi jantung atau hipovolemia, orang yang mendapat
opioid atau benzodiazepin sebagai premedikasi, atau orang yang mendapat terapi
4.2.4 Gastrointestinal
17
Propofol memiliki insiden terkecil dalam menyebabkan m ual dan muntah pasca
anestesi.
4.3 Farmakokinetik
Propofol sangat larut dalam lemak. Waktu paruh yang singkat (2-8 menit)
Mengakibatkan durasi kerja yang singkat. Eliminasi terjadi secara primer lewat
metabolisme di hati. Pemulihan dari propofol lebih cepat dan diiring dengan sakit
1. Iritasi vena
2. Insidensi anafilaksis rendah
3. Pergerakan Myoclonic
4. Dosis subhipnotik (10-15mg) dapat membantu mengelola mual/muntah
5. Ketamine
5.1 Kimia
18
5.2. Farmakodinamik
menimbulkan efek inhibisi dari GABA, ketamine menimbulkan efek inhibisi dengan
menutup reseptor NMDA. Reseptor NMDA sama seperti GABA, sebuah ion channel,
terbuka , akan melewati arus dibawa oleh ion kalsium. Keadaan anesthesia yang
terhadap rangsangan yang berbahaya atau mempunyai suatu ingatan dari peristiwa
yang terjadi selama anesthesi. Ketamine menyebabkan analgesia yang dalam dan
tetap sampai periode post operasi. Halusinasi dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan, dan halusinasi atau disforia dapat timbul dalam periode post
menyebabkan peningkatan dari CMR O2, Aliran darah ke otak, dan tekanan
19
pasien dengan masa intrakranial, atau pasien yang baru saja mengalami trauma
kepala.
tahanan vaskular sistemik. Hal tersebut merupakan efek tidak langsung dari
peningkatan tonus simpatis dan peningkatan katekolamin yang dimediasi oleh medula
adrenal.
Sifat Bronkodilator yang cukup kuat ada pada ketamin, namun dosis normal
20
21
KESIMPULAN
dan prosedur-prosedur dalam anestesi, kita terus ditantang untuk menyediakan obat-
obat anestesi yang onset kerjanya cepat, pasien yang memiliki keadaan analgesic
yang cukup terutama selama proses operasi, dan waktu pemulihan yang lebih cepat.
Propofol tetap merupakan obat pilihan yang banyak digunakan pada operasi. Selain
bisa tercapai dengan tepat sebagaimana ilmu kedokteran yang merupakan art and
science.
22