You are on page 1of 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang


mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan
pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada
keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan
radiasi.6 Keselamatan radiasi adalah bagian dari keselamatan secara keseluruhan.
Terminologi keselamatan radiasi dan proteksi radiasi sering digunakan secara
bersamaan. Proteksi radiasi berhubungan dengan pembatasan dosis radiasi sedangkan
keselamatan radiasi berhubungan dengan mengurangi potensi kecelakaan radiasi.7
Menurut PP No.33 Tahun 2007, keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya
radiasi, sedangkan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.8

2.1 Keselamatan Kerja di Lintasan Radiasi menurut International


Commission Radiological Protection (ICRP)
ICRP adalah organisasi ilmiah non pemerintah yang dibentuk tahun 1928 dan
yang kompeten dalam memberikan rekomendasi dan pedoman mengenai proteksi
radiasi. ICRP pertama kali menerbitkan publikasinya pada tahun 1928 yang awalnya
hanya memberikan perhatian pada penggunaan radiasi dalam bidang medik dan
selanjutnya berkembang mencakup kegiatan nuklir lainnya. Rekomendasi ICRP
membentuk dasar standar proteksi radiasi ke seluruh dunia, meskipun ICRP bukan
suatu badan pengawas maupun bukan standar nasional dan internasional.7,9

2.1.1 Tujuan Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi dimaksudkan agar seseorang menerima atau terkena dosis
radiasi sekecil mungkin. Falsafah baru tentang proteksi radiasi muncul dengan

Universitas Sumatera Utara


diterbitkannya Publikasi ICRP No.26 Tahun 1977. Adapun tujuan utama dari proteksi
radiasi adalah:7,9,10
a. Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministik) yang
membahayakan.
b. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup
rendah yang masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya.
Efek stokastik adalah efek yang kemungkinan terjadinya merupakan akibat
dari dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang, sedangkan
efek deterministik adalah efek yang tingkat keparahannya tergantung pada dosis
radiasi yang diterima dan memerlukan suatu nilai ambang. Efek negatif ini disebut
efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan disebut efek genetik
apabila dialami oleh keturunannya.11

2.1.2 Asas Proteksi Radiasi


ICRP sudah sejak awal memberikan pemahaman mengenai asas proteksi
radiasi untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, sesuai dengan rekomendasi ICRP
No.60 Tahun 1990, yaitu:7,9-14
a. Asas Justifikasi
Setiap jenis pemanfaatan harus terlebih dahulu dijustifikasi antara manfaat
dan risiko, dalam hal ini manfaat yang diterima harus lebih besar dari risiko yang
ditimbulkannya.
b. Asas Limitasi
Asas limitasi diberlakukan untuk paparan kerja dan paparan masyarakat
melalui penerapan nilai batas dosis. Harus diingat bahwa nilai batas dosis tidak
berlaku untuk paparan medik dan paparan yang berasal dari alam. Dosis yang
diterima pekerja radiasi maupun masyarakat tidak boleh melampaui nilai batas dosis
yang telah ditetapkan. Semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi
cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa dengan menggunakan program proteksi
radiasi yang disusun secara baik sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan
terlampaui.

Universitas Sumatera Utara


c. Asas Optimasi
Semua penyinaran harus diupayakan agar besarnya dosis yang diterima
serendah-rendahnya sesuai prinsip ALARA (as low as reasonably achieveable)
dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Kegiatan pemanfaatan radiasi
harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang serta dioperasikan untuk
menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Dalam
kaitannya dengan penyusunan program proteksi radiasi, asas optimasi mengandung
pengertian bahwa setiap komponen dalam program telah dipertimbangkan secara
seksama, termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi
radiasi dikatakan memenuhi asas optimasi apabila semua komponen dalam program
tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi.

2.1.3 Acuan Dasar Proteksi Radiasi


Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi, baik untuk pekerja radiasi
maupun masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteksi
radiasi harus sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP,
dalam setiap kegiatan proteksi radiasi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan
tingkat acuan. Nilai batas terdiri dari nilai batas dasar, nilai batas turunan, dan nilai
batas ditetapkan. Sedangkan tingkat acuan terdiri dari tingkat pencatatan, tingkat
penyelidikan, dan tingkat intervensi.10
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara
langsung. Sedangkan dalam pelaksanaan program proteksi radiasi, rencana program
pemantauan radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat
menunjukkan bahwa hasil pemantauan itu sesuai dengan batas dosis. Untuk mencapai
efisiensi dalam proteksi radiasi, dipandang perlu memperkenalkan nilai batas turunan
yang menunjukkan hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai batas
dasar menggunakan suatu model. Dengan demikian, hasil pengukuran yang sesuai
dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh
pemerintah maupun peraturan lokal pada suatu instansi. Nilai batas ditetapkan
biasanya lebih rendah dari nilai batas turunan, ada juga kemungkinan keduanya
sama.10
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas tetapi dapat digunakan untuk
menentukan suatu tindakan dalam hal suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan
dapat melampai tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program
pemantauan radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi
radiasi memerlukan tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu diambil jika suatu
besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini akan sangat membantu penguasa
instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan,
yaitu:6,10
a. Tingkat Pencatatan
Tingkat pencatatan yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari
nilai batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah nilai
tingkat pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
b. Tingkat Penyelidikan
Tingkat penyelidikan yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab
atau implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus
kurang dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
c. Tingkat Intervensi
Tingkat intervensi yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa
tindakan penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan
sehingga tindakan penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasional normal.

2.1.4 Nilai Batas Dosis (NBD)


Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan
tidak boleh melebihi NBD yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Semua
kegiatan yang mengandung risiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani

Universitas Sumatera Utara


sedemikian rupa dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun dan
dikelola secara baik sehingga NBD yang telah ditetapkan tidak akan terlampaui. ICRP
mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang sebagai dosis
yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran
intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan
kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau
cacat genetik.16
Sejarah perkembangan NBD tidak lepas dari munculnya kesadaran akan
pentingnya proteksi radiasi yang dimulai pada awal tahun 1920-an. Dari waktu ke
waktu, ICRP selalu memperbaiki dan menyempurnakan rekomendasinya mengenai
perlindungan terhadap bahaya radiasi.16,17
Konsep terbaru mengenai prisip-prinsip dasar proteksi radiasi telah
diperkenalkan dalam publikasi ICRP No. 60 tahun 1990 dan terjadi penurunan NBD
efektif tahunan. Penurunan ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari resiko
yang lebih besar akibat paparan radiasi pengion dan semata-mata bukan disebabkan
oleh penurunan batas resiko yang dapat diterima, melainkan disebabkan oleh
perubahan cara menghitung atau mengestimasi peluang terjadinya resiko yang dapat
diterima. Dosis 1 mSv/tahun ini mengakibatkan timbulnya peluang kematian karena
kanker sebesar 4 x 10-3. Angka ini sama dengan peluang kematian karena kanker oleh
sebab-sebab lain (karsinogenik kimia) pada semua orang dengan masa usia kerja.
Radiasi 1 mSv/tahun untuk masyarakat tidak termasuk radiasi alam yang mau tidak
mau harus diterima oleh setiap orang.10,16,17
NBD berdasarkan ICRP No.60 Tahun 1990 ini belum digunakan di Indonesia
karena penentuan ini tidak diperhitungkan dengan dosis yang diperoleh dari kegiatan
medik.16,17 Adapun ketentuan NBD berdasarkan ICRP No.60 Tahun 1990 adalah
sebagai berikut.
a. Pekerja Radiasi
NBD yang tidak boleh dilampaui setiap pekerja radiasi akibat penyinaran
kerja, adalah:18,19
1. Dosis efektif 20 mSv/tahun dirata-ratakan selama 5 tahun berturut-turut.

Universitas Sumatera Utara


2. Dosis efektif maksimum 50 mSv selama setahun.
3. Dosis ekuivalen 150 mSv/tahun untuk lensa mata.
4. Dosis ekuivalen 500 mSv/tahun untuk kulit, tangan dan kaki.
b. Siswa dan Magang (Usia 16 18 Tahun)
Siswa dan magang yang menggunakan penyinaran radiasi dan menggunakan
sumber radiasi dalam studinya harus diawasi sehingga NBD-nya adalah:18,19
1. Dosis efektif 6 mSv/tahun.
2. Dosis ekuivalen 50 mSv/tahun untuk lensa mata.
3. Dosis ekuivalen 150 mSv/tahun untuk kulit, tangan dan kaki.
c. Keadaan Khusus
Walaupun sudah berusaha sebaik-baiknya untuk melaksanakan semua
ketentuan keselamatan kerja, namun untuk sementara perubahan nilai batas dosis
masih diperlukan dan telah disetujui, maka:18,19
1. Masa rata-rata dapat diperpanjang menjadi 10 tahun berturut-turut.
2. Perubahan sementara ditentukan oleh instansi berwenang tetapi tidak boleh lebih
dari 50 mSv selama setahun dan perubahan sementara ini tidak boleh lebih dari
lima tahun.
d. Masyarakat Umum
Dosis rata-rata yang diperkirakan akan diterima oleh masyarakat umum tidak
boleh lebih besar dari NBD berikut:18,19
1. Dosis efektif 1 mSv/tahun.
2. Dalam kondisi khusus, dosis efektif 5 mSv selama setahun dan rata-rata selama
lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv/tahun.
3. Dosis ekuivalen 15 mSv/tahun untuk lensa mata.
4. Dosis ekuivalen 50 mSv/tahun untuk kulit, tangan dan kaki.
NBD antara pekerja radiasi berbeda dengan masyarakat umum. Adapun
alasan yang membedakan hal ini adalah:10,17
a. Jumlah anggota masyarakat jauh lebih besar dibandingkan jumlah pekerja
radiasi sehingga efek kelainan per sievert dosis radiasi yang diterima tubuh akan
menimpa lebih banyak kepada masyarakat dibanding pekerja radiasi.

Universitas Sumatera Utara


b. Hubungan kerja yang melibatkan resiko penyinaran dalam pekerjaan
bersifat sukarela dan bahaya radiasi yang dihadapi dapat diketahui sebelumnya.
c. Pekerja radiasi telah dipilih sedemikian rupa sehingga mereka yang
dianggap tidak mampu menghadapi setiap bahaya tertentu akan disalurkan untuk
kegiatan yang lain.
d. Dalam suatu instalasi nuklir, bahaya radiasi dapat dievaluasi dan diawasi
melalui pemantauan radiasi.
e. Anggota masyarakat adalah bukan pekerja radiasi yang kemungkinan
besar terdiri dari anak-anak dan janin yang lebih peka terhadap kerusakan radiasi dan
mungkin juga terdiri dari orang lanjut usia yang mungkin lebih mudah terpengaruh
oleh kerusakan radiasi.
f. Jangka waktu penyinaran pekerja radiasi lebih pendek dibandingkan
jangka waktu penyinaran oleh lingkungan luar.
g. Setiap instalasi tidak dibenarkan untuk mengenakan ukuran penuh dari
bahaya pekerjaan yang khusus untuk sekitarnya.

2.2 Keselamatan Kerja di Lintasan Radiasi menurut Badan Pengawas


Tenaga Nuklir (BAPETEN)
BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui
peraturan, perizinan dan inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga
nuklir.16 BAPETEN merupakan Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang dibentuk
berdasarkan Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 dan dilaksanakan melalui
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja, yang beberapa kali telah diubah
dan terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2005.18
Di dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut disebutkan
bahwa tugas pokok BAPETEN ialah melaksanakan tugas pemerintah di bidang
pengawasan tenaga nuklir melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Pengawasan
terhadap pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia didasarkan pada Pasal 14 Undang-

Universitas Sumatera Utara


Undang Nomor 10 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa pengawasan terhadap
tenaga nuklir dilaksanakan oleh Badan Pengawas melalui peraturan, perizinan dan
inspeksi meliputi aspek keselamatan (safety), keamanan (security) dan safeguards.
Untuk itu diharapkan dalam melaksanakan tugasnya BAPETEN memberikan rasa
aman dan tenteram bagi pekerja dan masyarakat serta perlindungan terhadap
lingkungan hidup.18
Menurut BAPETEN, keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi. Sedangkan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Paparan radiasi
merupakan penyinaran radiasi yang diterima oleh manusia atau materi, baik disengaja
atau tidak, yang berasal dari radiasi interna maupun eksterna.16
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi meliputi:8
a. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.
b. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis
radiasi yang diterima organ/jaringan.
c. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan.
d. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya
untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.
Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:8
a. Proteksi radiasi kerja yang merupakan perlindungan pekerja.
b. Proteksi radiasi medis yang merupakan perlindungan pasien dan pekerja
radiasi.
c. Proteksi radiasi masyarakat yang merupakan perlindungan individu,
anggota masyarakat dan penduduk secara keseluruhan.
Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya
radiasi adalah:7
a. Meniadakan bahaya radiasi dengan mentaati dan melaksanakan peraturan
proteksi radiasi.

Universitas Sumatera Utara


b. Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia dengan merancang tempat kerja
dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang baik serta penahan radiasi yang
memadai sehingga kondisi kerja dan lingkungannya aman.
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi yang memerlukan pemonitoran
dan pengawasan secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya.

2.2.1 Prinsip Proteksi Radiasi


Sumber radiasi memancarkan radiasi pengion yang berbahaya. Untuk
memproteksi diri dari sumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi dasar yang
dikenal sebagai prinsip proteksi radiasi, yaitu:9,19
a. Waktu
Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi. Sedapat mungkin diupayakan
untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi saat proses radiografi untuk
mengurangi dosis radiasi yang diterima secara proporsional. Semakin minimal waktu
bekerja maka akan semakin minimal dosis yang diterima.
b. Jarak
Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi. Besarnya paparan radiasi
akan menurun sebanding dengan kebalikan kuadrat jarak terhadap sumber.
Menjauhkan sumber radiasi dengan faktor dua maka akan menurunkan intensitasnya
menjadi seperempatnya dan menjauhkan jarak sumber radiasi dengan faktor tiga
maka akan menurunkan intensitas radiasi menjadi sepersembilannya.
c. Perisai (Shielding)
Pilih dan gunakan perisai yang sesuai selama melakukan pekerjaan dengan
sumber radiasi. Perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponensial paparan
radiasi gamma dan menghalangi hampir semua sinar radiasi beta. Pilih dan gunakan
perisai yang sesuai selama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan sumber
radiasi. Gunakan pelindung berupa apron, sarung tangan dan kaca mata berlapis
timbal (Pb) yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Proteksi lingkungan
terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang radiografi menggunakan Pb
untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses radiografi.

Universitas Sumatera Utara


Tujuan utama program proteksi dan keselamatan radiasi adalah menunjukkan
tanggung jawab Pemegang Izin melalui penerapan struktur manajemen, kebijakan
dan prosedur yang sesuai dengan sifat dan tingkat risiko. Ketika inspeksi dilakukan di
suatu fasilitas, dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi menjadi salah satu
topik diskusi antara tim inspeksi dengan Pemegang Izin, Petugas Proteksi Radiasi
(PPR) dan praktisi medik.

2.2.2 Nilai Batas Dosis (NBD)


Dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau
jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya. Dosis
ekuivalen adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi untuk
menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya
sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhinya (dosis
dan jenis radiasi serta faktor lain). Sedangkan dosis efektif adalah besaran dosis yang
khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian dosis
ekuivalen yang diterima jaringan dengan faktor skor jaringan.16
Menurut BAPETEN, NBD adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh
BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam
jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti
akibat pemanfaatan tenaga nuklir. NBD tidak tergantung pada laju dosis baik untuk
radiasi eksterna maupun interna. Dalam hal ini tidak termasuk penyinaran medis dan
alam. Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan pekerja wanita
dalam masa menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dengan resiko
kontaminasi tinggi.16
Berikut ini adalah NBD yang ditetapkan sesuai SK Kepala Bapeten No.
1/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi:16
a. Pekerja Radiasi
NBD yang tidak boleh dilampaui setiap pekerja radiasi akibat penyinaran
kerja adalah:18,19
1. Dosis penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv/tahun.

Universitas Sumatera Utara


2. Dosis untuk wanita dalam usia subur adalah 13 mSv dalam jangka 13 minggu
pada abdomen dan wanita hamil adalah 10 mSv pada janin terhitung sejak
dinyatakan mengandung hingga saat bayi lahir.
3. Dosis penyinaran lokal adalah 500 mSv/tahun. Khusus untuk lensa mata adalah
150 mSv/tahun dan 500 mSv/tahun untuk kulit, tangan, lengan serta kaki.
b. Keadaan Khusus
Pembatasan dosis untuk penyinaran khusus direncanakan hanya boleh
dilakukan bagi pekerja radiasi kategori A dan telah mendapat izin dari Pengusaha
Instalasi Nuklir (PIN) setempat dengan mempertimbangkan bahwa sudah tidak ada
cara lain, usia dan kesehatan. Penyinaran khusus tersebut tidak boleh diberikan
kepada pekerja radiasi, apabila:
1. Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar daripada NBD
seluruh tubuh (dan usia subur).
2. Pernah menerima penyinaran akibat keadaan darurat atau kecelakaan sehingga
jumlah dosis melebihi 5 kali NBD untuk seluruh tubuh (lokal).
3. Wanita usia subur dan menolak.
c. Masyarakat Umum
NBD yang tidak boleh dilampaui masyarakat umum adalah:18,19
1. Dosis penyinaran seluruh tubuh adalah 1/10 dari NBD pekerja radiasi yaitu
sebesar 5 mSv/tahun.
2. Dosis penyinaran lokal adalah 50 mSv/tahun.
Setiap penguasa instalasi nuklir harus menjamin kontribusi penyinaran yang
berasal dari instalasinya kepada anggota masyarakat serendah mungkin dan harus
dikaji ulang dan dilaporkan pada instansi yang berwenang, khususnya harus
diperkirakan dosis genetik.
d. Siswa dan Magang
NBD dalam satu tahun untuk siswa dan magang yang harus menggunakan
sumber radiasi adalah:
1. Usia di atas 18 tahun sama dengan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi.
2. Usia antara 16 dan 18 tahun adalah 0,3 dari NBD untuk pekerja radiasi.

Universitas Sumatera Utara


3. Usia dibawah 16 tahun adalah 0,1 dari NBD untuk masyarakat umum dan tidak
boleh menerima dosis sebesar 0,01 dari NBD masyarakat umum dalam sekali
penyinaran.

2.2.3 Alat Proteksi Radiasi


Berikut ini adalah beberapa alat proteksi radiasi yang biasa digunakan dalam
radiologi medik terutama radiologi kedokteran gigi sesuai yang direkomendasikan
oleh BAPETEN.16,19
a. Baju Pelindung
Pakaian pelindung untuk pekerja radiasi berbeda dengan yang digunakan di
bengkel mekanik atau elektrik.
Pakaian kerja yang digunakan di daerah instalasi nuklir tidak boleh dibawa
pulang dan harus dibersihkan/dicuci dan didekontaminasi oleh masing-masing
instalasi. Pakaian yang akan diperlakukan sebagai limbah radioaktif dikelola oleh
bidang keselamatan satuan kerja. Berbagai jenis pakaian pelindung diperlihatkan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Berbagai jenis pakaian pelindung.16

Untuk melindungi tubuh atau bagian tubuh dari kemungkinan terkena paparan
radiasi berlebih, digunakan pakaian pelindung radiasi yang disebut apron. Pakaian

Universitas Sumatera Utara


pelindung radiasi ini digunakan oleh pekerja radiasi yang menangani sumber radiasi
tinggi pada jarak jangkau tertentu. Pakaian ini bahannya mengandung timah hitam
atau timbal (Pb).
Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan
pesawat sinar X radiologi diagnostik dan 0,35 mm Pb atau 0,5 mm Pb untuk pesawat
sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus diberi tanda
secara permanen dan jelas pada apron tersebut.
b. Pelindung Gonad
Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb untuk
penggunaan pesawat sinar X Radiologi Diagnostik dan 0,35 mm Pb atau 0,5 mm Pb
untuk pesawat sinar X Radiologi Intervensional. Tebal kesetaran Pb harus diberi
tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan
ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari
paparan berkas utama.
c. Pelindung Tiroid
Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.
d. Tabir
Tabir yang digunakan oleh pekerja harus dilapisi dengan bahan yang setara
dengan 1 mm Pb. Ukuran tabir adalah dengan tinggi 2 m dan lebar 1 m yang
dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mm Pb.

2.2.4 Alat Monitoring Dosis Perorangan


Alat monitoring yang digunakan untuk memantau dosis perorangan sesuai
rekomendasi BATAN adalah:16
a. Film Badge
b. Termoluminisensi Dosimeter (TLD)
c. Dosimeter perorangan pembacaan langsung secara analog atau digital.

Universitas Sumatera Utara


2.2.5 Alat Monitoring Paparan Radiasi
Peralatan pemantau paparan radiasi seperti surveymeter tidak dipersyaratkan
untuk penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostiktetapi, sedangkan untuk
penggunaan pesawat sinar-X radiologi intervensional sebaiknya tersedia
surveymeter.16

Universitas Sumatera Utara

You might also like