Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Dina Siti Daliyanti, Sp.A
Penyusun :
Amira
(0861050-176)
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat petunjuk,
karunia, dan rahmat-Nya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul IDIOPATIK
TROMBOSITOPENIK PURPURA ini dapat terselesaikan.
Penulisan laporan kasus ini dibuat guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Bekasi. Penulis berharap pembuatan laporan kasus ini berfungsi
sebagai apa yang telah disebut di atas. Dalam penulisan laporan kasus akan sulit
terselesaikan tanpa dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati,
penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dina S Daliyanti, Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan tugas laporan
kasus ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan
moril dan materiil selama mengikuti Kepaniteraan Klinik.
3. Teman-teman yang mengikuti kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Bekasi atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan tugas laporan kasus ini.
Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang
berlimpah dari ALLAH SWT atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta
bermanfaat untuk perkembangan ilmu kesehatan anak.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
1
lemas. Pada perut, kaki dan tangan pasien terdapat banyak memar berwarna kebiruan,
menurut ibunya memarnya sudah sekitar 6 hari dan hilang timbul kadang pada tempat
yang berbeda tanpa didahului adanya trauma. Menurut ibu tubuh pasien memang sering
terdapat memar tanpa sebab yang jelas. Pasien pernah diagnosis kelainan trombosis saat
usia 6 tahun dan sudah sering dirawat di RS mendapat terapi methylprednisolon dan
diganti oleh imuran 1 hari sekali setelah berobat ke RSCM. Keluhan mimisan, gusi
berdarah disangkal. BAK tidak ada keluhan, pasien belum BAB sejak 2 hari SMRS.
2
Pertumbuhan gigi I : 8 bulan (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Mengangkat kepala : 2 bulan (normal: 1-3 bulan)
Tengkurap : 4 bulan (normal: 2-5 bulan)
Duduk : 7 bulan (normal: 6 bulan)
Berdiri : 10 bulan (normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 14 bulan (normal: 13 bulan)
Bicara : 10 bulan (normal: 9-12 bulan)
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia.
Riwayat Makanan :
Umur (bulan) ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim
0-2 ASI - - -
2-4 ASI - - -
4-6 ASI - - -
6-8 ASI + Susu Buah + biskuit Bubur susu Nasi tim
formula
8-10 ASI + Susu Buah + biskuit Bubur susu Nasi tim
formula
Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik
Riwayat Imunisasi :
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG 2 bulan x x
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
POLIO 1 bulan 4 bulan 6 bulan
CAMPAK 9 bulan x x
HEPATITIS B Setelah lahir 1 bulan 6 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Keluarga :
Data Ayah Ibu
Nama Tn. R Ny. RS
Perkawinan ke Pertama Kedua
Umur 46 44
Keadaan kesehatan Baik Baik
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik
3
Tinggal di rumah sendiri. Terdapat dua kamar. Ventilasi cukup baik, cahaya matahari
cukup, air minum dan air mandi berasal dari air tanah.
Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik
4
Paru-paru
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : vocal fremitus teraba simetris
- Perkusi: sonor pada kedua paru
- Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi -/- wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Teraba iktus cordis pada ICS V, 1 cm medial
linea midklavikula kiri
- Perkusi
Batas kanan : Sela iga V linea parasternalis kanan.
Batas kiri : Sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Batas atas : Sela iga II linea parasternal kiri.
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut datar, memar kebiruan (+)
- Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
- Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba membesar.
Nyeri tekan uluhati (+)
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Kulit : Ikterik (-), petechie (-),
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, sianosis (+),
edema (-), CRT < 2
N. V
Cabang motorik : Baik/baik
Cabang sensorik
Ophtalmikus : Tidak valid dinilai
Maksilaris : Tidak valid dinilai
Mandibularis : Tidak valid dinilai
N. VII
Motorik orbitofrontalis : Simetris
Motorik orbikularis okuli : Baik/baik
Lipatan nasolabial : Baik/baik
Pengecapan lidah : Tidak dilakukan
N. VIII
Nistagmus : Tidak dilakukan
Koklearis : Tuli konduktif : Tidak dilakukan
Tuli perseptif : Tidak dilakukan
Tinnitus : Tidak dilakukan
N. IX dan N. X
Arkus faring simetris, uvula ditengah
6
N. XI
Mengangkat bahu : Tidak dilakukan
Menoleh : Baik/baik
N. XII
Pergerakkan lidah : Simetris, tidak ada deviasi
Atrofi :-
Fasikulasi :-
Tremor :-
a. Sistem Motorik
Ekstremitas atas proksimal-distal : Bergerak aktif
Ekstremitas bawah proksimal-distal : Bergerak aktif
b. Gerakan Involunter
Tremor : -/-
Chorea : -/-
Atetose : -/-
: -/-
c. Trofik : Eutrofi +/+
d. Tonus : Normotonus +/+
e. Sistem Sensorik
Propioseptif : Tidak dapat dinilai
Eksterioseptif : Tidak dapat dinilai
f. Fungsi Serebelar
Ataxia : Tidak dilakukan
Tes Romberg : Tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : Tidak dilakukan
Jari-jari : Tidak dilakukan
Jari-hidung : Tidak dilakukan
Tumit-lutut : Tidak dilakukan
Rebound phenomenon : Tidak dilakukan
g. Fungsi Luhur
Astereognosia : Tidak dilakukan
Apraxia : Tidak dilakukan
Afasia : Tidak dapat dinilai
h. Fungsi Otonom
7
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
i. Refleks
Pemeriksaan Kanan Kiri
Bicep +2 +2
Tricep +2 +2
Patella +2 +2
Achilles +2 +2
Hoffmann-Tromner Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Babinsky - -
Rooting -
Grasp -
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 14/12/2013, pukul 16.16 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Leukosit 12,2 ribu/L 5,5-15,5
HITUNG JENIS
Basofil 0% <1
Eosinofil 1% 1-3
Batang 1% 2-6
Segment 80% 52-70
Limfosit 15% 20-40
Monosit 3% 2-8
Eritrosit 3,90 juta/uL 4-5
Hemoglobin 11,1 g/dL 10,8-12,8
Hematokrit 32,6% 35-43
Trombosit 8 ribu/ L 229-553
Index Eritrosit
MCV 83,5 fL 75-87
MCH 28,5 pg 24-30
8
MCHC 34,0 % 31-37
KIMIA KLINIK
GDS 80 mg/dl 60-110
ELEKTROLIT
Natrium 128 mmol/L 135-155
Kalium 4,5 mmol/L 3,6-5,5
Klorida 90 mmol/L 98-109
*Sampel untuk LED kurang
II. RESUME
Pasien An.F usuia 9 tahun datang ke UGD RSUD Bekasi dengan keluhan
demam yang dirasakan sejak 5 hari SMRS. Demam dirasakan naik turun
,terutama turun bila diberikan obat penurun panas tapi beberapa lama kemudian
kembali demam. Pasien juga mengeluh perutnya sakit, terutama di perut sebelah
kiri. Sakit yang dirasakan pasien seperti diremas-remas. Sakit perut ini dirasakan
sejak 4hari SMRS. Pasien juga mengeluh adanya rasa mual dan juga muntah.
Muntah dirasakan sejak 4hari SMRS. Dalam sehari pasien bisa muntah sampai
4x berisi makanan yang baru saja dimakan pasien. Kepalanya juga terasa pusing
seperti berputar dan badannya terasa lemas. Pada perut, kaki dan tangan pasien
terdapat banyak memar berwarna kebiruan, menurut ibunya memarnya sudah
sekitar 6 hari dan hilang timbul kadang pada tempat yang berbeda tanpa
didahului adanya trauma. Menurut ibu tubuh pasien memang sering terdapat
memar tanpa sebab yang jelas. Pasien pernah diagnosis kelainan trombosis saat
usia 6 tahun dan sudah sering dirawat di RS mendapat terapi methylprednisolon
dan diganti oleh imuran 1 hari sekali setelah berobat ke RSCM. Keluhan
9
mimisan, gusi berdarah disangkal. BAK tidak ada keluhan, pasien belum BAB
sejak 2 hari SMRS.
V. Diagnosis Kerja
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) Kronis dengan gastritis.
VI. Diagnosis Banding
Leukemia akut
Henoch Schonlein Purpura
Anemia Aplastik
III. PROGNOSIS
IV. PENATALAKSANAAN
10
10 kg pertama : 10 x 100 = 1000 cc
10 kg kedua : 10 x 50 = 500 cc
7 kg sisanya : 4 x 20 = 80 cc
--------------------------
24x 60
Paracetamol 2x2cth
Ondancentron 2x2mg
FollowUP
11
Tranfusi TC 10ml/kgBB = 220cc Laxadine 2x1/2
12
V. TINJAUAN PUSTAKA
13
Tabel 1. Insidensi ITP pada Anak3
Sekitar 70% hingga 80% ITP bersifat akut dan menghilang secara
spontan dalam 6 bulan. Sedangkan 20% hingga 30% sisanya dikelompokkan dalam
ITP kronik. ITP kronik didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan
adanya itung jenis trombosit yang rendah selama lebih dari 6 bulan setelah
diagnosis. Dari penelitian yang dilakukan oleh Glanz et al anak yang menderita
ITP kronik cenderung lebih tua, berjenis kelamin perempuan dan memiliki
trombosit yang lebih tinggi.6 Pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun juga
ditemukan perbandingan antara perempuan dan laki-laki berjumlah sekitar 2,6 : 1. 1
Penderita ITP kronis juga lebih sering ditemukan menderita manifestasi dari
penyakit kolagen vaskular baik secara klinis maupun laboratorik.4
Klasifikasi ITP berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi 2 yaitu ITP
akut untuk yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan dan ITP kronis untuk
yang berlangsung selama lebih dari sama dengan 6 bulan. Namun International
Consensus Guidelines pada tahun 2010 mengeluarkan klasifikasi baru yaitu Newly
diagnosed, persisten (durasi 3 hingga 12 bulan) dan kronik (durasi lebih dari sama
dengan 12 bulan).5
Komplikasi dari ITP yang paling parah berupa perdarahan intrakranial
dan untungnya hanya dialami oleh kurang dari 0,5 % kasus.
15
Gambar 3. Proses degradasi trombosit oleh makrofag7
16
11.
6 Diagnosis
11.6.1 Anamnesis
Manifestasi klinik klasik dari ITP adalah anak berusia 1 hingga 4
tahun yang sebelumnya sehat akan tiba-tiba mengalami petechiae dan
17
purpura diseluruh tubuhnya. Orang tua sering menyatakan bahwa anak
sehat kemarin dan sekarang sudah dipenuhi dengan memar dan titik-titik
kemerahan. Seringkali tampak adanya perdarahan dari gusi dan membran
mukosa, disertai dengan adanya trombositopenia yang parah (itung jenis
trombosit kurang dari 10.000/uL). Hal ini dialami oleh sepertiga dari
penderita ITP akut. Terdapat riwayat infeksi virus yang mendahului onset
ITP 1 hingga 4 minggu sebelum onset trombositopenia.6
Dari anamnesis, perlu untuk diketahui adanya gejala-gejala
perdarahan dan tingkat keparahan serta durasi perdarahan. Perlu diketahui
pula gejala-gejala lain yang dapat membantu mengeksklusi penyebab lain
dari trombositopenia.
Gali lebih dalam mengenai faktor risiko untuk HIV dan gejala
sistemik lain yang dapat mengarahkan kita ke kelainan lain. Perlu juga
diketahui obat-obat apa saja yang sedang atau pernah dikonsumsi oleh
pasien. Berikut disertakan tabel daftar obat yang dapat menyebabkan
trombositopenia.
Tabel 2. Obat yang Diketahui Menyebabkan Trombositopenia
Obat yang menurunkan produksi trombosit
Agen kemoterapeutik
Diuretik thiazide
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi pengionisasi
Obat yang menyebabkan peningkatan destruksi trombosit
Sulfonamid
Kuinidin dan kuinin
Karbamazepin
Asam valproat
Heparin
Digoxin
Obat yang menyebabkan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipyridamole
Chu YW, Korb J, Sakamoto KM. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Pediatrics in Review. 2000. 21: 95.
18
c. Menorrhagia
d. Epistaksis
e. Perdarahan gusi
f. Riwayat imunisasi virus hidup belakangan ini
g. Riwayat penyakit virus belakangan ini
h. Kecenderungan untuk memar
19
i. Splenomegali yang tidak dapat diraba. Prevalensi dari limpa
yang dapat diraba pada penderita ITP sama dengan populasi
yang tidak menderita ITP (sekitar12 % pada anak)
j. Perdarahan spontan ketika itung trombosit berada dibawah
20.000/uL
20
perdarahan memanjang dan ukuran dari trombosit biasanya normal atau
membesar. Hemoglobin dapat berkurang pada kasus-kasus dengan
epistaksis yang parah dan menorrhagia. Pada ITP akut, nilai dari
hemoglobin, leukosit dan itung jenisnya seharusnya normal.
Pemeriksaan morfologi darah tepi penting untuk dilakukan karena
dengan melihat morfologi dari sel darah merah dapat dieliminasi berbagai
kelainan hemolitik pada darah.
Pemeriksaan sumsum tulang akan menunjukkan peningkatan
megakariosit ataupun normal. Beberapa megakariosit bahkan akan
nampak imatur. Indikasi dari aspirasi sumsum tulang adalah itung leukosit
yang tidak normal atau terdapat anemia yang tidak dapat dijelaskan, dan
riwayat serta pemeriksaan fisik yang mengarahkan ke kelainan sumsum
tulang.
Pada remaja dengan onset ITP yang baru sebaiknya disarankan
pemeriksaan ANA dan pada populasi dengan risiko tinggi sebaiknya
dilakukan pula pemeriksaan HIV. Dan juga apabila dicurigai terjadi
perdarahan intrakranial maka dapat dilakukan CT scan.
Pasien akan mengeluhkan pula adanya rasa lelah kronis, demam, enurunan berat
badan, pucat dan rasa nyeri pada tulang. Pada pemeriksaan akan ditemukan
adanya hepatosplenomegali atau limfadenopati. Pada pemeriksaan laboratorium
akan ditemukan adanya peningkatan itung leukosit, anemia dan adanya sel blas
pada pemeriksaan morfologi darah tepi.
Terdapat manifestasi sistemik seperti rasa nyeri pada sendi atau sendi bengkak,
dan adanya butterfly rash. Juga pada pemeriksaan laboratorium tampak adanya
anemia akibat penyakit kronik yang disertai dengan itung leukosit normal.
DIC
21
Akan tambak adanya tanda dan gejala dari sepsis seperti demam, takikardia dan
hipotensi. Terjadi peningkatan PT dan aPTT, tampak adanya anemia mikrositik
pada pemeriksaan morfologi darah tepi dan jika dilakukan pemeriksaan D-dimer
maka hasilnya akan positif.
Wiskott-Aldrich Syndrome
11.8 Tatalaksana
Tujuh puluh hingga delapan puluh persen anak dengan ITP akut akan mengalami
resolusi spontan dalam 6 bulan. Terapi nampaknya tidak memiliki efek terhadap
perjalanan penyakit dari ITP. Adapun tujuan dari terapi adalah untuk meningkatkan itung
trombosit menjadi lebih dari 20.000/uL dan mencegah terjadinya perdarahan intrakranial.
Terapi dengan transfusi trombosit dikontraindikasikan karena autoantibodi dapat
berikatan dengan trombosit tersebut kecuali pada kondisi-kondisi dimana terjadi
perdarahan yang mengancam nyawa.
a. Edukasi dan konseling keluarga dan pasien dilakukan untuk pasien dengan gejala
minimal, ringan dan sedang. Pendekatan ini digunakan apabila perjalanan
penyakit dari ITP bersifat jinak. Pendekatan ini lebih tidak memakan biaya
22
dengan efek samping minimal. Pasien dan keluarga pasien dapat diberikan
edukaasi mengenai:8
3. Berikan pelembab kulit agar kulit anak tidak kering dan mencegah rasa gatal.
Apabila timbul rasa gatal maka anak akan cenderung menggaruk daerah yang
gatal. Hal ini dapat menyebabkan memar dan perdarahan.
c. Terapi anti-D IV
23
24 jam daripada pengobatan dengan steroid dan sama dengan pengobatan dengan
IVIG.1
Anti-D ini hanya dapat digunakan pada pasien dengan Rh positif dimana
peningkatan trombosit ditemukan pada 80% hingga 90% pasien. Ketika diberikan
anti-D memicu terjadinya anemia hemolitik. Kompleks RBC antibodi akan
berikatan dengan makrofag melalui reseptor Fc dan mengganggu destruksi
trombosit. Meski memiliki komplikasi yang lebih sedikit dari steroid IV namun
harga dari Anti-D ini jauh lebih mahal dan juga laporan akan hemolisis
intravaskular akut setelah terapi anti-D akut pernah dilaporkan berada pada angka
1 dari 1115 pasien.
d. Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid telah lama digunakan sebagai terapi ITP akut dan
kronis. Namun perlu diwaspadai mengenai efek samping dari terapi
kortikosteroid seperti kegagalan pertumbuhan, diabetes mellitus dan osteoporosis,
glaukoma, katarak, dan peningkatan risiko infeksi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan keberhasilan dengan penggunaan
terapi multiagen pada pasien refrakter. Menurut sebuah penelitian penggunaan
vinkristine dan metilprednisolon hingga trombosit mencapai 50.000/uL dan
siklosporin oral 2 kali sehari hingga trombosit normal selama 3-6 bulan tampak
menjanjikan namun penelitian yang lebih besar masih dibutuhkan.1
e. Splenektomi
24
berlangsung lebih dari setahun dan gejalanya tidak dapat dikontrol dengan mudah
serta apabila terjadi perdarahan yang mengancam nyawa yang tidak dapat diterapi
dengan transfusi platelet dan pemberian IVIG dan kortikosteroid. Splenektomi
juga dikaitkan dengan adanya infeksi postsplenektomi.
g. Terapi lainnya
Pada kasus dengan perdarahan intrakranial sebaiknya dilakukan lebih dari satu
pendekatan seperti transfusi trombosit, IVIG, kortikosteroid dosis tinggi dan konsultasi
bagian bedah untuk dilakukan splenektomi.
25
11.9 Komplikasi
a. Hanya kurang dari 1% pasien akan mengalami perdarahan intrakranial
b. Perdarahan yang parah
c. Efek samping dari terapi seperti infeksi pneumokokus pada splenektomi
11.10 Prognosis
Kurang lebih 83% anak akan memiliki remisi spontan saat 6 bulan, hanya sekitar
20% anak dengan ITP akut akan berkembang menjadi ITP kronis. Hanya sekitar 2%
pasien yang meninggal akibat komplikasi dari ITP. Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Vranou didapatkan hasil bahwa ternyata sebanyak 5,2% anak akan mengalami
rekurensi bahkan setelah terjadinya remisi. Interval antara 2 episode ini bervariasi yag
berkisar antara 6 bulan hingga 3 tahun. Namun hasil dari ITP rekuren pada anak ini baik,
namun harus selalu diwaspadai mengenai perdarahan yang mengancam jiwa akibat
adanya trombositopenia yang parah.10
26
Dari anamnesis tidak didapatkan keluhan yang berarti dalam mengarahkan
diagnosis ke ITP. Dalam mendiagnosa ITP, dari anamnesa tidak akan didapatkan
banyak data yang bermakna. Kebanyakan keluhan hanya berupa purpura yang
muncul tiba-tiba dan diseluruh tubuh.
Pada rawat kali ini pasien dirawat selain karena terdapat keluhan berupa
demam semenjak 3 hari SMRS, hasil pemeriksaan trombosit pasien juga hanya
sebesar 10.000/ul. Dengan hasil pemeriksaan trombosit tersebut ditakutkan
terjadinya perdarahan dari pasien sehingga direncanakan untuk dilakukan
transfusi TC. Namun berdasarkan literatur sebetulnya transfusi dari komponen
trombosit dikontraindikasikan karena antibodi tubuh tetap akan dapat
menyelubungi trombosit tersebut dan tetap akan dihancurkan oleh makrofag lien.
27
Daftar Pustaka
28