Professional Documents
Culture Documents
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan Keluarga II
Dosen Pembimbing:
Muhammad Muin, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Disusun oleh:
KELOMPOK II
1. Susi Septyati Ningsih 22020115183002
2. Dwi Istiyaningsih 22020115183003
3. Wiwik Sumbogo 22020115183006
4. Yaser Woretma 22020115183008
5. Indah Ayu. S 22020115183010
6. Fachrudin Ar 22020115183026
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerja merupakan tugas perkembangan pada orang dewasa, bagian dasar
dari kehidupan dan peran sosial. Kerja menjadi sumber produktivitas, interaksi
sosial, perkembangan personal, dan ekspresi diri. Kerja merupakan arti penting
pembentukan individu, keluarga dan keamanan ekonomi nasional (McKenzie,
2006).
Jumlah perusahaan di Indonesia semakin banyak. Jumlah industri skala
kecil sejumlah 141,894 (83.70%), industri skala sedang sejumlah 14,970 (8.83%)
dan jumlah industri skala besar sejumlah 12,660 (7.47%). Sehingga jumlah total
industri di Indonesia adalah sejumlah 169,524 perusahaan (Depkes, 2014).
Terdapat sekitar 2,6 milyar tenaga kerja di seluruh dunia yang terus-
menerus bertambah dan berkembang. Dari 2,6 milyar tenaga kerja di seluruh dunia
ada sekitar 250 juta kasus cedera akibat pekerjaannya yang mengakibatkan 330.000
kematian. Kasus cedera akibat pekerjaan atau occupational injury adalah cedera
semacam luka terpotong, patah, keseleo, amputasi akibat peristiwa terkait dengan
pekerjaan di lingkungan tempat kerja.
Jumlah kematian sebanyak 330.000 jiwa belum termasuk kematian
akibat penyakit terkait dengan pekerjaan yang dijalani. Penyakit akibat pekerjaan
atau occupational disease adalah gangguan atau kondisi abnormal diluar dari
kondisi cedera akibat pekerjaan, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan. Antara lain cidera otot, penyakit kulit, kehilangan
pendengaran, gangguan pernafasan, keracunan dan infeksi. Kira-kira ada sekitar 1,1
juta orang meninggal karena cedera dan penyakit akibat pekerjaan setiap tahunnya
di seluruh dunia (McKenzie, 2006).
Banyaknya jumlah industri di Indonesia dan kejadian maupun masalah di
tempat kerja membuat pentingnya kesehatan kerja. Kesehatan kerja adalah promosi
dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada berbagai
jabatan dengan sebaik-baiknya (ILO dan WHO, 1950 dalam Harrington, 2003).
Layanan kesehatan ini memerlukan kerjasama dengan profesi lain. Salah satunya
adalah perawat. Data Kemenakertrans menunjukkan bahwa sejumlah 7000 lebih
perawat telah mengikuti pelatihan HIPERKES (Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja). Meskipun tidak didapat yang pasti mengenai jumlah perawat yang bekerja
di perusahaan atau industri, data tersebut dapat menjadi acuan.
Angka tersebut belum ditambah para penggiat kesehatan kerja lainnya
seperti perawat akademisi dan para pemangku kebijakan (Depkes, 2014).
Mengingat pentingnya keselamatan dalam kerja maka dibutuhkan peran perawat
dalam kesehatan kerja.
B. Tujuan
1. Menjelaskan/mendiskripsikan definisi keperawatan kesehatan kerja
2. Menjelaskan/mendiskripsikan tujuan praktek perawatan kesehatan kerja
3. Menjelaskan/mendiskripsikan peran perawat kesehatan kerja
4. Menjelaskan/mendiskripsikan masalah kesehatan kerja
5. Menjelaskan/mendiskripsikan tingkat pencegahan primer, sekunder dan
tersier yang dilakukan di area kerja sesuai dengan masalah kesehatan yang
muncul
BAB II
KONSEP TEORI
2. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
3. Edukator
Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani
perawat, memberikan pendidikan kesehatan tentang keamanan dan
keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stres, olahraga, penanganan
perokok, serta pengawasan makanan.
4. Pemberi Kenyamanan
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan
kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan
yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien
untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan
emosi dan fisiknya
5. Komunikator
Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan, Membantu,
merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.
6. Manager kasus
Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
Fungsi dan Tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai berikut (Effendy,
Nasrul, 1998):
a. Lingkungan
1) Faktor Fisik antara lain: Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/
dingin),Vibrasi (Getaran), TekananUdara (Hiperbarik/Hipobarik),
Pencahayaan.
Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan
ini: Tuli permanen, Heat stress, Raynauds syndrom, Leukemi,
Kelelahan, Kecelakaan.
Area kerja yang sehat adalah yang mampu memberikan keselamatan dan
kesehatan bagipekerja, tempatkerja, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan
kerja diperlukan dalam promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial
pekerja pada berbagai jabatan dengan sebaik-baiknya. Adapun upaya-upaya yang
diperlukan dalam mencapai kesehatan kerja diantaranya adalah upaya penyelarasan
antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Di sinilah diperlukan peran perawat.
Perawat tidak hanya mengobati, memberikan pertolongan pertama saat terjadi
kecelakaan akibat kerja tapi sekarang ini peran perawat lebih kepada tindakan
pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
16. Heinrich, HW., Petersen, DC., Roos, NR., Hazlett, S. 1980. Industrial Accident
Prevention: A Safety Management Approach. NY: McGraw-Hill.
17. Hinze, Jimmie. (1997). Construction Safety. NJ: Prentice-Hall.
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 03/MEN/98 tahun
1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
19. AS/NZS 4801. (2001). Occupational Health And Safety Management Systems.
20. Australian Standard. (1990). Australian Standard AS 1885.1-1990: Workplace
Injury and Disease Recording Standard.
21. Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat
Kerja bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan
22. Husni, Lalu. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa