You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

TERMOREGULASI

Disusun oleh :
Nama : Nanda Nabilah Ubay
NIM : 153112620120100

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
I. ACARA LATIHAN

Pengukuran suhu tubuh pada kodok dan manusia di berbagai kondisi

II. TUJUAN

a. Dapat melakukan pengukuran suhu axilla dan mulut

b. Dapat menerangkan pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur


air es pada suhu tubuh seseorang

c. Dapat menyimpulkan pengaruh suhu lingkugan terhadap suhu tubuh


binatang poikilotermik

III. TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi) dilakukan oleh


hipotalamus dan perangai pengaturan suhu tubuh. Bila suhu tubuh interna terlalu
tinggi, isyarat dari area preoptika otak memberian kesan psikis terlalu panas. Bila
tubu terasa dingin, isyarat dari kulit dan mungkin dari reseptor perifer
menimbulkan perasaan dingin yang tidak enak. Oleh karena itu tubuh membuat
penyesuaian lingkungan untuk memberikan rasa nyaman.
Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah
merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari
homeostasis.Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik mencapai
keadaan maksimum pada suhu optimal.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC
s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem
namun untuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit
dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas
tubuhnya. Hewan dibagi menjadi dua:
1) Hewan Poikiloterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan.
2) Hewan Homeoterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun
suhu lingkungannya sangat berubah.
Hewan juga melakukan interaksi terhadap panas dengan
lingkungannya, antara lain sebagai berikut:
Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan
medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi
padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas
menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang
lebih rendah.
Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.
Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi.
Hewan Poikiloterm juga dapat disebut sebagai ektoterm karena suhu
tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya.
Hewan ektoterm memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap suhu yang
ekstrim baik suhu yang sangat panas maupun suhu yang sangat dingin.
Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin.
1. Adaptasi terhadap suhu yang panas
Adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan.
1) Dapat melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab misalnya
cacing dan katak atau dengan cara yang berkeringat bagi hewan
yang memiliki kelenjar keringat.
2) Melalui saluran nafas bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air
misalnya reptile dan insekta.
b. Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi.
Respon perilaku, misalnya pada hewan berikut ini
1) Katak,bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih
rendah suhunya.
2) Ikan, berenang ke perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat
yang intensitas sinar matahari lebih sedikit seperti dibawah
pepohonan.
3) Belalang, bersembunyi dibalik daun.
4) Ular gurun beradaptasi pada lingkungan panas dilakukan dengan
berjalan kearah menyamping bersudut sekitar 45o.
2. Adaptasi terhadap suhu yang dingin
a. Menambah zat terlarut kedalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan
konsentrasi osmotic. Zat-zat terlarut yang ditambahkan biasanya
berupa gula seperti fruktosa, dan gliserol. Gliserol bermanfaat untuk
melindungi membrane dan enzim dari denaturasi.
b. Menambahkan protein (glikoprotein) anti beku ke dalam cairan tubuh.
Disini glikoproteinnya sangat penting untuk menghambat
pembentukan Kristal-kristal es didalam sel dan mencegah kerusakan
membrane.
c. Supercooling yaitu aktivitas menurunkan titik beku air sampai
serendah -30oC hingga -20oC.
Pada Homeoiterm, hewan ini suhu tubuhnya selalu konstan atau tidak
berubah sekalipun suhu lingkungannya berubah secara ekstrim. Berbagai cara
yang dilakukan hewan endoterm untuk mempertahankan suhu tubuh.
1. Adaptasi terhadap suhu yang panas
a. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) daerah perifer tubuh.
b. Pelepasan panas, dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
penguapan air melalui kulit (misalnya dengan berkeringat) atau
melalui saluran pernafasan (dengan terengah-engah) bagi hewan yang
tidak memiliki kelenjar keringat seperti anjing dan burung. Kanguru
mengurangi panas tubuh dengan cara membasahi rambutnya dengan
air ludah. Penguapan air ludah tersebut menimbulkan efek
pemdinginan.
c. Menurunkan laju metabolisme, misalnya dengan menekan sekresi
tiroksin.
d. Respon perilaku, contohnya bertelanjang dada, berkubang dan
berkipas-kipas.
2. Adaptasi terhadap suhu yang dingin
a. Vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah).
b. Memproduksi panas dengan cara:
1) Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka melaui
kontraksi otot. Kontraksi otot dapat terjadi secara sadar seperti
menggerakakan tangan atau kaki dan secara tidak sadar dengan
cara menggigil saat kedinginan.
2) Metabolisme jaringan lemak coklat pada golongan hewan eutherian
(mamalia berplasenta). Jaringan lemak coklat dibungkus oleh
selaput yang dipersarafi dengan baik oleh sistem saraf simpatis,
jika mendapat rangsangan maka lemak akan dimetabolisme dalam
mitokondria sel lemak untuk menghasilkan panas. Kelemahan dari
cara tersebut adalah dibutuhkan pasokan oksigen yang cukup besar.
3) Meningkatkan sekresi hormone tiroid (T3 dan T4) yang dapat
meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel (lihat gambar 2.2).
4) Menegakkan rambut / bulu sehingga pelepasan panas secara
konveksi dapat diperkecil.
c. Respon perilaku, berjaket, menggosok-gosokkan telapak tangan,
membuat perapian, melingkarkan tubuh.

Gambar 1. Pengendalian aktivitas metabolisme sel oleh hormon


tiroksin sebagai tanggapan terhadap penurunan suhu tubuh
IV. ALAT , BAHAN DAN CARA KERJA

a. Alat dan Bahan


1. Kodok, papan fiksasi,dan tali
2. Termometer kimia dan termometer klinik
3. Air es, air hangat, alkohol, kapas
b. Cara Kerja

1. Pengukuran Suhu Mulut


1) Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu termometer klinik
dibersihkan dengan alcohol.
2) Miniskus air raksa dibiarkan turun sampai di bawah skala dengan
mengayun sertakan thermometer itu beberapa kali.
3) Kemudian reservoir thermometer diletakan di bawah lidah OP dan OP
disuruh menutup mulutnya rapat-rapat.
4) Kemudian biarkan selama 5-10 menit, setelah itu dilakukanpencatatan
suhu mulut OP
2. Pengukuran Suhu Mulut Setelah Diberi Perlakuan Bernafas Melalui Mulut
dan Berkumur dengan Air Es
1) Miniskus thermometer diturunkan kembali sampai dengan dibawah skala
ukur.
2) Kemudian thermometer diletakan di bawah lidah OP.
3) Kemudian diamkan selama 5 menit, setelah itu catat suhunya sebagai suhu
awal sebelum dilakukan percobaan.
4) Tanpa menurunkan miniskus air raksa, thermometer diletakankembali di
bawah lidah OP.
5) Kemudian diamkan selama 5 menit, setelah itu catat suhunyasebagai suhu
kedua sebelum dilakukan percobaan.
6) Kemudian OP disuruh untuk bernafas dengan tenang melaluimulut selama
2 menit sambil menutup lubang hidung. Segerasetelah itu dilakukan
pengulangan langkah poin 1 s.d 5.
7) Setelah percobaan poin 6 selesai, kemudian OP disuruhuntuk berkumur
menggunakan air es berulang-ulang selama 1menit. Segera setelah
itu dilakukan pengulangan langkah poin1 s.d 5.
3. Pengukuran Suhu Axilla
1) Terlebih dahulu ketiak OP dikeringkan, dan OP disuruh untukberbaring
terlentang.
2) Miniskus air raksa dibiarkan turun sampai di bawah skaladengan
mengayun sertakan thermometer itu beberapa kali.
3) Kemudian thermometer diletakan di bawah ketiak dan dijepitdengan baik.
4) Dibiarkan selama 10 menit, kemudian baca dan cata suhua xilla.
4. Pengukuran Suhu Tubuh Hewan Poikilotermik Akibat Pengaruh Suhu
Lingkungan.
1) Pertama dilakukan pencatatan suhu ruangan dengan termometer kimia.
2) Disiapkan kodok sebagai hewan percobaan. Kodok diikatpada posisi
terlentang di atas papan fiksasi.
3) Kemudian dilakukan pengukuran suhu tubuh kodok dengancara
memasukan thermometer kimia ke dalam esophaguskodok tersebut.
4) Dibiarkan selama 5 menit, kemudian baca dan catat suhutersebut.
5) Setelah itu disiapkan air es dalam beaker glass, dandilakukan pengukuran
suhu air es terlebih dahulu sebelum percobaan.
6) Kemudian kodok dibenamkan ke dalam air es denganthermometer masih
di esofagusnya. Dibiarkan selama 5menit. Kemudian lakukan pembacaan
dan pencatatan suhukodok.
7) Setelah itu kodok dibiarkan beberapa menir di suhu ruang.
8) Kemudian disiapkan kembali air hangat dalam beaker glass.
9) Thermometer dimasukan kembali ke dalam esophagus kodok.
10) Segera kodok dibenamkan dalam air hangat setinggi lehernya. Diamkan
selama 5 menit. Kemudian dilakukanpembacaan dan pencatatan suhu
tubuh kodok

V. HASIL PERCOBAAN

Hasil percobaan terlampir

VI. PEMBAHASAN

Banyak hal yang mempengaruhi fluktuasi tubuh manusia, seperti dalam


percobaan dalam praktikum ini. Berdasarkan data pengamatan didapatkan ada
perbedaan suhu mulut ketika OP melakukan pernapasan melalui mulut, hal
tersebut dikarenakan adanya aliran konveksi panas dari dalam inti tubuh yang
menyebabkan kenaikan pada suhu mulut. Sedangkan pada percobaan pengukuran
setelah berkumur dengan air es, didapatkan hasil suhu mulut yang lebih rendah
dari suhu basal karena ada redaman panas dari dalam mulut dengan suhu air yang
lebih rendah.
Pada pengukuran suhu axilla didapatkan hasil yang lebih rendah karena
suhu axilla lebih terpengaruhi suhu perifer dan lingkungan sedangkan suhu mulut
adalah cerminan suhu inti tubuh yang menjadi sumber panas. Pada percobaan
pengaturan suhu hewan poikiloterm didapatkan hasil pengukuran yang bervariasi
tergantung dengan suhu lingkungan.
Pada hewan poikiloterm terjadi mekanisme penyesuaian laju pertukaran
panas antara tubuh dan lingkungan. Keseimbangann suhu tubuh dilakukan dengan
mengurangi penguapan dan kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan
penambahan panas melalui radiasi dan panas metabolik. Seperti dalam percobaan
ini pada saat tubuh hewan percobaan dimasukan ke dalam air hangat, maka secara
otomatis terjadi kenaikan suhu tubuh hewan percobaan, dikarenakan adanya
induksi panas. Sedangkan pada kondisi suhu lingkungan yang lebih dingin
contohnya perendaman pada air es, terjadi penurunan suhu tubuh karena adanya
aliran panas dari dalam tubuh ke luar untuk mempertahankan suhu sekitar
mendekati rentang suhu fisiologis agar metabolisme tetap berlangsung.
1. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur
suhunya?
Ketiak mengandung kelembaban yang tinggi serta mudah terpengaruh
suhu lingkungan, kelembaban ini akan mempengaruhi suhu. Semakin
tinggi kelembaban maka semakin tinggi pula suhunya begitu pula
sebaliknya. Maka untuk mendapat hasil yang akurat ketiak harus
dikeringkan terlebih dahulu.
2. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa
sebabnya?
Ada, suhu pada mulut lebih tinggi karena lebih mendekati suhu inti dalam
tubuh dan lebih konstan sedangkan suhu pada axilla akan lebih rendah
karena mendekati suhu perifer luar tubuh. Sehingga akan lebih akurat jika
mengukur suhu melalui mulut dibading melalui ketiak
3. Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan dalam air es
dan air hangat?
Ada, kodok termasuk jenis hewan poikiloterm yang pada tubuhnya terjadi
mekanisme penyesuaian laju pertukaran panas antara tubuh dan
lingkungan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan data-data pengamatan, didapatkan kesimpulan berikut :


1. Pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi pengukuran suhu mulut
2. Pengukuran suhu mulut dan axilla menunjukan adanya perbedaan hasil.
3. Pengukuran suhu mulut lebih disarankan karena lebih menggambarkan
suhu inti tubuh.
4. Pada hewan poikioterm suhu tubuh sangat berfluktuatif tergantung
suhu lingkungan.

b. Saran

Pada pelaksanaan praktikum, suhu lingkungan saat percobaan harus


diperhatikan dan dicatat karena dapat mempengaruhi hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin.2003. Pengantar Fisiologi Manusia. Surakarta: Kedokteran


EGC Press
2. Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta:
EGC
3. http://biologymad.com/resources/A2%20Homeostasis.pdf
4. http://www.annals.edu.sg/pdf/37volno4apr2008/v37n4p347.pdf

You might also like