You are on page 1of 12

Architectural Design and Research Studio

About Us

Concept Works

Finished works

Competition

Our Story

Publication

Download/Links

Contact

SAYEMBARA PERANCANGAN BALAI


KIRTI DI ISTANA BOGOR 2012
Status : Participants
Team : H. Pramudya, ST - F. Aryo Widyatmiko, ST - in collaboration with Early Andhika Ratu,
ST, IAI

MENGOREKSI ARUS ZAMAN, MENGKAWAL WIBAWA SIMBOL NEGARA


Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali
untuk menjadi kaca-mata benggalanya dari pada masa yang akan datang. - Ir. Soekarno, Pidato
HUT Proklamasi, 1966.

Pada perancangan ini kami melihat bahwa ketenangan istana kepresidenan terancam oleh
keadaan masyarakatnya sendiri. Istana kepresidenan bagaikan ibu tua renta anggun di
persimpangan jalan yang siap diserang dan dirampok dari kanan kiri. Arus jaman yang
menyimpang. Harus dikoreksi, demi mengawal salah satu simbol sejarah Negara. Hall of fame
ini akan membendung pengaruh buruk dari masyarakat kepada sanctuary ini. Pendekatan tidak
merusak alam juga diterapkan dengan cara bangunan akan hanya menumpang berdiri di atas
jalan lingkungan kompleks.
Indonesia semakin carut marut karena generasi mudanya tidak memahami sejarah bangsanya
sendiri, mungkin lebih tepatnya adalah kurang menghargai sejarah bangsanya sendiri. Mereka
tidak mau tahu akan sejarah bangsanya, lebih tertarik pada sejarah bangsa lain yang
bertransformasi dalam budaya pop yang dikemas baik oleh industri. Kita diinvasi oleh budaya
bangsa lain. Perkembangan zaman pun telah membawa kita ke masa yang dramatis, reformasi
telah bergulir semenjak 1998, dan semenjak itu kompleks-kompleks vital negara yang tak pernah
sebelumnya terbayang dapat dikunjungi, satu persatu mulai dapat diakses oleh publik secara
fisik. Tak terkecuali istana bogor ini.

Pembukaan akses terhadap publik ini pun mendapat reaksi positif dari publik. Namun
perkembangannya saat ini ternyata tidak selalu baik. Bagi beberapa kelompok masyarakat,
kemudahan akses ini seolah-olah adalah jalan bagi mereka untuk seenaknya menggunakan obyek
bersejarah ini bagi ego kepentingannya sendiri. Beberapa oknum berniat menjadikannya tempat
liburan akhir pekan bagi keluarga besarnya walaupun sebenarnya dia tidak berhak, namun
kebetulan memiliki jabatan yang cukup tinggi di sistem ketatanegaraan kita. Beberapa berniat
menjadikannya tempat pesugihan, tempat pesta-pesta yang tidak berhubungan dengan negara,
dan penyimpangan-penyimpangan lainnya. Kehormatan obyek vital negara yang dilangkahi,
dicoreng-moreng, diciderai oleh rakyatnya sendiri yang tidak mengerti akan kebesaran makna
kompleks ini.

Maka berkaca pada kecenderungan yang berlaku ini diperlukan sikap untuk menjaganya.
Mengoreksi arus jaman yang menyimpang, sebelum semakin bablas tak terkendali. Sehingga ini
pun pada saatnya akan menjadi catatan sejarah yang dapat dipelajari dan diambil hikmahnya bagi
generasi ke depan.

Menciptakan ruang-ruang yang menarik dan ramah bagi mereka adalah upaya yang wajib kita
lakukan sebagai arsitek dan stakeholders agar anak-anak muda dan masyarakat mau mempelajari
sejarahnya. Balai Kirti bertujuan memperkenalkan sepak terjang presiden-presiden kita dalam
memperjuangkan cita-cita bangsa sekaligus yang akan berfungsi pula sebagai pusat kegiatan
masyarakat dalam berkesenian dan berinteraksi. Bangunan ini pun mengemban misi untuk
memberi pembelajaran secara arsitektural untuk menghargai sejarah, melalui penghargaan
terhadap tapak dan bangunan-bangunan eksisting di dalam dan sekitarnya. Revitalisasi kawasan
untuk menampung fungsi-fungsi baru, menghidupkan kawasan, namun tetap dengan keamanan
yang diperhatikan betul sebagai obyek vital negara.

Penghargaan kepada masa lalu diperlihatkan dengan mengikuti sumbu istana sebagai pusat
mikrokosmos di kompleks istana Bogor, bangunan tidak banyak merusak eksisting kompleks,
karena berdiri di atas jalur perkerasan jalan. Bangunan melingkar mengikuti pola lansekap
membuka ruang pandang yang lepas ke arah istana dan taman istana, sebagai bentuk
penghargaan terhadap lansekap yang bersejarah. Melepaskan perimeter bangunan utama dari
bangunan baru yang mengganggu keaslian bangunan utama. Bangunan bertingkat mengambil
filosofi struktur panggung, dibuat seringan mungkin, dengan sistem stuktur dan konstruksi yang
sederhana, tanpa basement menjamin pengerjaan yang relatif lebih mudah dan cepat di lapangan.

Gedung ini akan membendung kompleks bangunan istana utama dari pengaruh bangunan
pendukung secara arsitektural, dengan konfigurasi blok massa yang sedemikian rupa. Dengan
demikian diharapkan segala pengembangan dan penambahan bangunan baru di masa depan
hanya akan dilakukan di sebelah barat balai kirti saja demi menjaga kesakralan perimeter utama
istana.

Menghidupkan kompleks bangunan yang sudah ada dilakukan dengan menaikkan kualitas ruang
terbuka yang ada, yaitu halaman depan bangunan kantor dan museum-museum dan kafetaria,
direncanakan sebagai ruang komunal dilengkapi dengan ampiteater. Dengan adanya ruang
komunal ini diharapkan mendongkrak penjualan pada kafetaria dan koperasi pegawai sebagai
timbal balik dari pengunjung-pengunjung museum yang tidak dikenakan biaya apapun, sebagai
bentuk sustainability bagi pegawai istana.

Pemihakan kepada manusia pejalan kaki dicapai dengan menata jalur pedestrian serta
pengelompokan parkir kendaraan di bagian pintu masuk istana dan bekerjasama dengan
museum-museum di sekitar istana untuk menyediakan lahan parkir apabila tidak memadai di
dalam tapak istana. Dengan demikian pengunjung istana memiliki kemungkinan juga untuk
mengunjungi museum-museum di sekitar istana. Seperti, museum etnobotani, museum tanah,
zoology dan sekitarnya. salah satu bentuk kerjasama simbiosis mutualisme, gotong royong
dengan sekitar.

Memotret prestasi pemimpin-pemimpin republik ini, baik yang sedang memimpin, pemimpin di
kala lampau, dan pemimpin-pemimpin Indonesia di masa depan. Dengan fungsi seperti ini maka
akan terjadi dialektika antar zaman, di mana kebesaran masa lalu akan selalu bersanding dengan
harapan dan cita-cita bangsa di masa yang akan datang. Karenanya bangunan tidak akan
berusaha mencontoh danberusaha memimik bangunan yang sudah ada, biarlah dia akan
menggambarkan apa adanya keadaan masanya, mewakili jamannya, mengoreksi arus jamannya.
Sehingga terjadi dialog antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru. Sebagai
penggambaran dialektika masa lampau dengan masa sekarang menyongsong masa depan bangsa,
di bawah pemimpin-pemimpinnya memperjuangkan cita-cita bangsa.

You might also like