You are on page 1of 41

Buku Pelengkap

SISTEM
PEMBANGUNAN
DESA

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Buku Pelengkap

SISTEM
PEMBANGUNAN
DESA
SISTEM
PEMBANGUNAN
DESA

November 2015

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia i
Sistem Pembangunan Desa

PENGARAH : Ahmad Erani Yustika (Direktur Jenderal


Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa)

PENANGGUNGJAWAB: Eko Sri Haryanto (Direktur

Pemberdayaan Masyarakat Desa)

PEMBACA : Bito Wikantosa (Kepala Subdirektorat

Pengembangan Kapasitas Masyarakat Desa).

Cover & Lay Out : Heru YP

Ilustrtor : Ibe Karyanto

Cetakan Pertama November 2015

Diterbitakan Oleh :

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan


Transmigrasi Republik Indonesia
Jl. TMP Kalibata, No 17, Jakarta Selatan 12740
Telp (021) 7989924

ii Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
DAFTAR ISI

Kata Pengantar iv

Bagian 1
Sistem Pembangunan Desa 1

Bagian 2

Ketahanan Masyarakat Desa 18

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia iii
PENGANTAR

Sudah sepantasnya kita memanjatkan puji dan


syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatNya telah
diselesaikan beberapa seri penerbitan buku yang diperlukan
untuk mendorong kerja implementasi Undang-undang Desa.
Buku Sistem Pembangunan Desa yang sekarang di tangan
pembaca berisi dua tema yang merupakan subtansi Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Masing-masing adalah
Sistem Pembangunan Desa dan Ketahanan Masyarakat Desa.

Kedua tema tersebut menjelaskan sistem yang berlaku


umum di Desa, atau yang disebut dengan nama lain. Bagian Satu,
Sistem Pembangunan Desa, menjelaskan tentang keempat fase
penting dalam siklus pembangunan partisipatif di Desa. Sedangkan
Bagian Kedua, Ketahanan Masyarakat Desa, merupakan substansi
dari tata kelola Desa dalam memenuhi kebutuhan hidup keseharian
dan menggairahkan kehidupan Desa dalam upaya menuju
visi Desa mandiri dan sejahtera. Di berbagai Desa tata kelola
tentang ketahanan masyarakat Desa bisa jadi berbeda, namun
substansi dan arah yang hendak dituju adalah sama. Substansi
dari ketahanan masyarakat Desa adalah pemenuhan hak serta
kebutuan dasar masyarakat Desa baik yang terkait dengan
kebutuhan yang sifatnya fisik, jasmani maupun yang bersifat rohani.

Buku ini dimaksudkan sebagai pelengkap modul pelatihan


yang telah diterbitkan sebelumnya, baik modul pelatihan bagi
Tenaga Ahli, Pendamping Desa, maupun Pendamping Lokal
Desa, termasuk modul pelatihan Setrawan. Meskipun demikian
buku ini juga bermanfaat untuk dibaca oleh perangkat Desa,
unsur masyarakat dan para pihak yang memiliki komitmen
yang sama dalam melakukan kerja implementasi UU Desa.

Akhir kata, terlepas dari berbagai kekurangan maupumn

iv Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
kelemahan yang ada, semoga buku ini bermanfaat menambah kasanah
kepustakaan buku-buku dan bacaan sekitar implementasi UU Desa
khususnya serta memperkaya perspektif pembaca dalam melakukan
upaya Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Selamat belajar dan selamat menggunakan buku ini dengan bijak.

Direktur Jenderal

Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Ahmad Erani Yustika

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia v
Bagian 1

PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 1
PENGANTAR

Membangun kemandirian desa dalam kerangka Desa Membangun


harus dimulai dari proses perencanaan desa yang baik, dan diikuti
dengan tatakelola program yang baik pula. Pembangunan (pedesaan)
yang efektif bukanlah se-mata-mata karena adanya kesempatan
melainkan merupa-kan hasil dari penentuan pilihan-pilihan prioritas
kegiatan, bukan hasil coba-coba, tetapi akibat perencanaan yang baik.

UU No 6 tahun 2014 mengisyaratkan sejumlah kewenangan yang


dimiliki oleh Desa, antara lain; Kewenangan Lokal Berskala Desa,
Kewenangan hak asal usul. Dan untuk melaksanakan kewenangan
tersebut maka Desa perlu menyusun perencanaan desa yang
melibatkan seluruh komponen masyarakat desa. Proses perencanaan
yang baik akan melahirkan pelaksanaan program yang baik, dan pada
gilirannya akan menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk terlibat
dalam pembangunan desa. Proses merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan desa mer-upakan wujud
nyata dari kewenangan mengatur dan men-gurus pembangunan desa
yang berskala lokal desa.

Berangkat dari hal tersebut, maka serial buku perencanaan,


pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi ini menjadi penting, karena
hanya dengan memahami dina-mika masyarakat dan pemerintah desa,
seorang pendamp-ing dapat menfasilitasi proses pembangunan dan
pember-dayaan masyarakat ke arah yang lebih baik.

2 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.


114 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Desa, disebutkan
bahwa Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan
kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan
melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

Lebih lanjut dijelaskan, Pembangunan Partisipatif adalah suatu


sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan
yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengem-bangkan


kemandirian dan kesejahteraan masyarakat den-gan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, per-ilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangu-nan Desa


sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan dan Pembangunan
Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh
masyarakat Desa dengan semangat gotong royong. Masyarakat Desa
berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan
Desa.

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa,


pemerintah Desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 3
kabupaten/ kota. Untuk mengoordinasikan pembangunan Desa, kepala
desa dapat didampingi oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Camat atau
sebutan lain akan melakukan koordinasi pendampingan di wilayahnya.

Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan


pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Perencanaan pembangunan Desa disusun secara ber-jangka


meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RP-JMDes)


untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang dise-but


Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP DESA), merupakan
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana


Kerja Pemerintah Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.

A. PENYUSUNAN RPJMDESA

Perencanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa melaksanakan


tahapan yang meliputi: Penyusunan RPJM Desa dan penyusunan RKP
Desa.

RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)


bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun
oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.

Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa,


arah kebijakan pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang
meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.

4 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, antara lain:
penetapan dan penegasan batas Desa;pendataan Desa;penyusunan
tata ruang Desa;penyelenggaraan musyawarah Desa;pengelolaan
informasi Desa;penyelenggaraan perencanaan Desa;penyelenggaraan
evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan Desa;penyelenggaraan
kerjasama antar Desa;pembangunan sarana dan prasarana kantor
Desa; dan kegiatan lainnya sesuai kondisi Desa.

Bidang pelaksanaan pembangunan Desa antara lain:


Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan
lingkungan Desa ; Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana kesehatan; Pelayanan kesehatan Desa;
Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan dan kebudayaan; Pengembangan usaha ekonomi produktif
serta pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana ekonomi; Pelestarian lingkungan hidup.

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan antara lain: pembinaan


lembaga kemasyarakatan; penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban; pembinaan kerukunan umat beragama; pengadaan sarana
dan prasarana olah raga; pembinaan lembaga adat; pembinaan kesenian
dan sosial budaya masyarakat; dan kegiatan lain sesuai kondisi Desa.

Bidang Pemberdayaan Masyarakat antara lain: pelatihan usaha


ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan; pelatihan teknologi
tepat guna; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala Desa,
perangkat Desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa;

Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: kader


pemberdayaan masyarakat Desa;kelompok usaha ekonomi
produktif;kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok masyarakat
miskin, kelompok nelayan,kelompok pengrajin, kelompok pemerhati
dan perlindungan anak, kelompok pemuda;dan kelompok lain sesuai
kondisi Desa.

Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan


mengikutsertakan unsur masyarakat Desa. Penyusunan RPJM Desa
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan
prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota.

Penyusunan RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:


Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 5
1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri


dari:

a) kepala Desa selaku pembina;

b) sekretaris Desa selaku ketua;

c) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku


sekretaris; dan

d) anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga


pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.

Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, paling sedik-it 7 (tujuh)


orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun RPJM
Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun RPJM Des
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota

Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan


arah kebijakan pembangunan kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan
program dan kegiatan pem-bangunan Kabupaten/Kota dengan
pembangunan Desa.

Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupat-en/kota


dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan
informasi tentang arah kebijakan pembangu-nan kabupaten/kota.

Kegiatan penyelarasan, dilakukan dengan cara menda-ta dan


memilah rencana program dan kegiatan pemban-gunan Kabupaten/
Kota yang akan masuk ke Desa.Renca-na program dan kegiatan,
dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan mas-yarakat Desa. Hasil pendataan dan pemilahan,

6 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
dituangkan dalam for-mat data rencana program dan kegiatan
pembangunan yang akan masuk ke Desa.Data rencana program dan
kegiatan, menjadi lampiran hasil pengkajian keadaan Desa.

3. Pengkajian Keadaan Desa

Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa


dalam rangka mempertimbangkan kondisi objektif Desa.Pengkajian
keadaan Desa, meliputi kegiatan penyelarasan data Desa; penggalian
gagasan masyarakat; dan penyusunan laporan hasil pengkajian
keadaan Desa. Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi
bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam rangka penyusunan
perencanaan pembangunan Desa.

4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah


Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah


Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa.Musyawarah
Desa, membahas dan menyepakati se-bagai berikut:

laporan hasil pengkajian keadaan Desa;

rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang di-


jabarkan dari visi dan misi kepala Desa; dan

rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemer-intahan


Desa, pembangunan Desa, pembinaan ke-masyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Pembahasan rencana prioritas kegiatan, dilakukan den-gan


diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasar-kan bidang
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pem-bangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 7
5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa

Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa


berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan
RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.Tim
penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan
rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa.
Beri-ta acara rancangan RPJM Desa, disampaikan oleh tim peny-usun
RPJM Desa kepada kepala Desa.

Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang


telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun RPJM
Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa dalam
hal kepala Desa belum menyetu-jui rancangan RPJM Desa. Dalam hal
rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, maka langsung
dilak-sanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa.

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perenca-naan


pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati
rancangan RPJM Desa. Musyawarah per-encanaan pembangunan
Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan unsur masyarakat. Un-surmasyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh
agama;tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok
tani; perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok pera-jin;
perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan
pelindungan anak; dan perwakilan kelom-pok masyarakat miskin. Selain
unsur masyarakat tersebut, musyawarah perencanaan pembangunan
Desa dapat meli-batkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.

Musyawarah perencanaan pembangunan Desa memba-has dan


menyepakati rancangan RPJM Desa.Hasil kesepa-katan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa ditu-angkan dalam berita acara.

8 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan


perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa ber-dasarkan hasil
kesepakatan musyawarah perencanaan pem-bangunan Desa.
Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa.

Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa ten-tang RPJM


Desa.Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:

terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, kri-sis


politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan; atau

terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemer-intah,


pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemer-intah daerah
kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa, dibahas dan disepakati dalam musyawarah


perencanaan pembangunan Desa dan selan-jutnya ditetapkan dengan
peraturan Desa.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 9
B. PENYUSUNAN RKP DESA

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM


Desa. RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan
informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan
pagu indikatif Desa/sejumlah patokan batas maximal anggaran yang
diberikan kepada SKPD yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan
oleh mekanisme partisipatif musrenbang desa dengan berdasarkan
kepada kebutuhan dan prioritas program untuk diakses oleh desa;
dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh
pemerintah Desa setelah diperoleh informasi yang lengkap tentang
sumber-sumber keuangan yang akan diterima oleh desa (ADD, DD,
Bagi Hasil Pajak & Restribusi dsb). RKP Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa paling lambat sebelum penyusunan RAPB Desa. RKP
Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.

Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutser-takan


masyarakat Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui


Musyawarah Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah


Desa dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa.
Hasil musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah Desa
menyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa. Badan
Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa
tersebut, sebelum penyusunan RAPB Desa di tahun berjalan.

2. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Jumlah anggota tim, paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak


11 (sebelas) orang, dan harus mengikut sertakan perempuan.
Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilak-sanakan paling lambat
bulan Juni tahun berjalan.Tim peny-usun RKP Desa ditetapkan dengan
keputusan kepala Desa.

10 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/
Kegiatan Masuk ke Desa.

Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari ka-bupaten/kota


tentang:pagu indikatif Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah,
pemerintah daerah provin-si, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
yang masuk ke Desa.Data dan informasi diterima kepala Desa dari
kabu-paten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.

4. Pencermatan Ulang RPJM Desa

Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan


rencana kegiatan pembangunan Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran
berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.
Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam
menyusun rancangan RKP Desa.

5. Penyusunan Rencana RKP Desa

Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli


di bidang pembangunan infrastruktur untuk dimasuk-kan ke dalam
rancangan RKP Desa. Tenaga ahli di bidang pembangunan infrastruktur
dapat berasal dari warga mas-yarakat Desa, satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/ kota yang membidangi pembangunan infrastruktur;
dan/ atau tenaga pendamping profesional.

Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancan-gan RKP


Desa, dilampiri rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya.

Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk kerjasama


antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang
melakukan kerja sama antar Desa dan di-verifikasi oleh tim verifikasi.

Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan


pembangunan Desa dan pembangunan ka-wasan perdesaan kepada
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 11
6. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Desa Penyusunan RKP Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perenca-naan


pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati
rancangan RKP Desa.

Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh


Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat. Unsurmasyarakat terdiri atas: tokoh adat;tokoh agama;tokoh
masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan
kelompok nelayan; perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok
per-empuan; perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
dan perwakilan kelompok masyarakat miskin.

Selain unsur masyarakat, musyawarah perencanaan pembangunan


Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat.

7. Perubahan RKP Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perenca-


naan pembangunan Desa yang diadakan secara khusus un-tuk
kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubah-an RKP Desa.
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa
disesuaikan dengan terjadinya peristi-wa khusus dan/atau terjadinya
perubahan mendasar.

Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan


Desa ditetapkan dengan peraturan Desa ten-tang RKP Desa perubahan
sebagai dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa.

8. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa

Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa ke-pada bupati/


walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling
lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi
materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan

12 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
kecamatan dan kabupaten/kota.

Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa tentang


hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil
pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh pemerintah Desa
setelah diselenggara-kannya musyawarah perencanaan pembangunan
di keca-matan pada tahun anggaran berikutnya. Informasi diterima
pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 13
2. PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN PEMBANGUNAN
DESA

A. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA

Kepala Desa mengokordinasikan kegiatan pembangu-nan Desa yang


dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.
Pelaksanaan kegiatan pembangu-nan Desa meliputi:pembangunan
Desa berskala lokal Desa; danpembangunan sektoral dan daerah yang
masuk ke Desa.

Pelaksanaan pembangunan Desa yang berskala lokal dikelola


melalui swakelola Desa, kerjasama antar Desa dan/atau kerjasama
Desa dengan pihak ketiga.Kepala Desa mengkoordinasikan persiapan
dan pelaksanaan pembangu-nan Desa terhitung sejak ditetapkan APB
Desa. Pembangunan Desa yang bersumber dari program sek-toral
dan/atau program daerah, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

Dalam hal ketentuan menyatakan pelaksanaan program sektor dan/


atau program daerah diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa,
program sektor dan/atau program daerah di Desa dicatat dalam APB
Desa. Dalam hal ketentuan menyatakan pelaksanaan program sektor
dan/atau program daerah didelegasikan kepada Desa, maka Desa
mempunyai kewenangan untuk mengurus. Pelaksanaan program sektor
dan/atau program daerah dibahas dan disepakati dalam musyawarah
Desa yang diselenggarakan oleh BPD.

Dalam hal pembahasan dalam musyawarah Desa tidak menyepakati


teknis pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah, kepala
Desa dapat mengajukan keberatan atas bagian dari teknis pelaksanaan
yang tidak disepakati, disertai dasar pertimbangan keberatan dimaksud
kepada bupati/walikota.
14 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Kepala Desa mengokordinasikan pelaksanaan program sektor dan/
atau program daerah yang didelegasikan pelak-sanaannya kepada
Desa.Pelaksanaan program sektor dan/ atau program daerah dilakukan
oleh perangkat desa dan/ atau unsur masyarakat Desa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

B. PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DESA

Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah


kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui
pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh
masyarakat Desa. Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa.

Hasil pengawasan dan pemantauan pembangunan Desa menjadi


dasar pembahasan musyawarah Desa dalam rangka pelaksanaan
pembangunan Desa.Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat
Desa dilakukan pada tahapan perencanaan pembangunan Desa dan
tahapan pelaksanaan pembangunan Desa. Pemantauan tahapan
perencanaan dilakukan dengan cara menilai penyusunan RPJM Desa
dan RKP Desa.

Pemantauan tahapan pelaksanaan dilakukan dengan cara menilai


antara lain: pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan bahan/
material, pengadaan tenaga kerja, pengelolaan administrasi keuangan,
pengiriman bahan/ material, pembayaran upah, dan kualitas hasil
kegiatan pembangunan Desa.Hasil pemantauan pembangunan Desa
dituangkan dalam format hasil pemantauan pembangunan Desa.

Bupati/walikota melakukan pemantauan dan pengawasan


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa dengan cara:

a. memantau dan mengawasi jadwal perencanaan dan


pelaksanaan pembangunan Desa;

b. menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap


laporan realisasi pelaksanaan APB Desa;

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 15
a. mengevaluasi perkembangan dan kemajuan kegiatan
pembangunan Desa; dan

a. memberikan pembimbingan teknis kepada pemerintah Desa.

Dalam hal terjadi keterlambatan perencanaan dan pelaksanaan


pembangunan Desa sebagai akibat ketidakmampuan dan/atau kelalaian
pemerintah Desa, maka bupati/walikota melakukan:

a. menerbitkan surat peringatan kepada kepala desa;

b. membina dan mendampingi pemerintah desa dalam hal


mempercepat perencanaan pembangunan desa untuk
memastikan APB Desa ditetapkan 31 Desember tahun
berjalan; dan

c. membina dan mendampingi pemerintah Desa dalam hal


mempercepat pelaksanaan pembangunan Desa untuk
memastikan penyerapan APB Desa sesuai peraturan
perundang-undangan.

Petunjuk teknis penyusunan RPJMDesa dan RKPDesa serta


petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa lebih lanjut
diatur dengan peraturan bupati/walikota.

16 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
PENUTUP
Prinsip dasar yang menjadi acuan dalam Perencanaan Pembangunan
Desa adalah kewenangan Desa untuk menyelenggarakan
pembangunan. Prinsip inilah yang menjadi titik api dari semangat Desa
Membangun, karena dalam regulasi UU Desa, Desa tidak lagi menjadi
objek pembangunan. Sebaliknya, Desa menjadi subjek yang secara
aktif merencanakan, melaksanakan, dan melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.

Pada saat yang sama, UU Desa menuntut agar partisipasi masyarakat


Desa harus berlangsung secara optimal. Seindah apapun perencanaan
pembangunan Desa, apabila tidak berasal dari partisipasi masyarakat
Desa, bukanlah perencanaan yang baik. Apalagi apabila perencanaan
tersebut tidak berangkat dari kebutuhan nyata masyarakat Desa.

Di sinilah tugas Pendamping Desa, selain mendampingi Desa


dalam penyelenggaraan pembangunan, juga harus mendorong dan
merangsang kehendak Pemerintah Desa dan masyarakat Desa
untuk mengembangkan partisipasi dalam setiap siklus perencanaan
pembangunan.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 17
Bagian 2

KETAHANAN
MASYARAKAT
DESA

18 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
PENGANTAR

Desa merupakan entitas penting dalam Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI). Keberadaan desa telah ada sejak sebelum NKRI
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Desa di masa lampau
merupakan komunitas berpemerintahan asli bangsa Indonesia.
Selain itu sebagian besar wilayah Indonesia adalah pedesaan. Jika
dibandingkan, jumlah ibu kota provinsi, kota madya, dan kabupaten
ada sekitar 500 kota, sementara jumlah desa pada tahun 2015 adalah
74.093.

Namun sekian lama, karakteristik dan kekhasan Desa terlupakan dan


belum menginspirasi, apalagi menjadi pijakan empiris regulasi tentang
Desa. Regulasi yang ada, sebelum lahirnya UU No. 6/2014 tentang Desa,
cenderung memperlakukan Desa sebagai objek pembangunan yang
secara pasif menunggu program-program dari Pemerintah Kabupaten/
Kota, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat. Akibatsnya, kekuatan
ketahanan Desa merapuh secara sistematik karena Desa menjadi
tergantung pada uluran tangan (program) dari Pemerintah Daerah
maupun Pemerintah Pusat.

Oleh sebab itu, dengan segala keadaan yang ada, kekuatan


sosio-kultural dan sosio-ekonomi Desa harus dipulihkan. Hal ini
merupakan tujuan pengaturan yang dirumuskan dalam UU Desa
yakni: Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan
sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional.

Secara operasional penguatan ketahanan masyarakat Desa


merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat di desa
melalui berbagai bentuk pengembangan potensi lokal. Tujuan utamanya
adalah untuk mewujudkan masyarakat Desa yang sejahtera dengan

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 19
bertopang pada kekayaan alam dan sumber daya manusianya sendiri.
Sementara dalam konteks ekonomi dan ketahanan nasional, Desa
yang demikian akan menjadi pilar kesejahteraan nasional dan subjek
bela Negara yang tanggap.

20 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
1. KONSEP KETAHANAN MASYARAKAT DESA

A. MAKSUD KETAHANAN MASYARAKAT DESA

Pengembangan ketahanan masyarakat Desa bertujuan untuk


menjaga keberlangsungan hidup dan kemakmuran masyarakat Desa.
Keberlangsungan hidup yang dimaksud adalah kesempatan serta
kemampuan masyarakat Desa untuk melakukan berbagai aktivitas, baik
secara individu maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan dasar
selaku manusia secara berkelanjutan (sustainable). Harus dicatat,
bahwa maksud konsep ketahanan masyarakat Desa meliputi tiga aspek
yang saling mengisi.

Pertama aspek-aspek kebutuhan Dasar manusia yang bersifat


material, yaitu sandang-pangan-papan. Ketahanan dalam aspek ini
adalah kemampuan masyarakat Desa untuk memenuhi kebutuhan
dasar tersebut dengan sumber daya yang ada di Desa, baik alam
maupun manusia. Terkait aspek materiil tersebut, ketrampilan, kapasitas,
pengetahuan, wawasan, dan jaringan sosial masyarakat Desa harus
dikembangkan secara terus-menerus.

Kedua, ketahanan masyarakat Desa juga menyangkut aspek imateriil,


yakni kebiasaan, tradisi, nilai-nilai, atau kearifan lokal yang masih hidup
atau dapat dipulihkan bila semua itu sudah pudar atau punah. Aspek-
aspek tersebut merupakan faktor penting dalam ketahanan masyarakat
Desa, karena justru semua itu yang membentuk karakter dan identitas
masyarakat Desa. Pengembangan aspek ini memberi peluang bagi
masyarakat Desa untuk menterjemahkan semangat perubahan zaman
yang sangat cepat baik di level nasional maupun global dalam
kerangka pemahaman yang mereka miliki. Sehingga apa-apa yang
datang dari luar dapat disaring untuk diambil alih sesuai kepentingan
masyarakat Desa.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 21
Pengertian ini juga berlaku pada desa-desa yang telah mengalami
modernisasi baik karena lokasi ataupun intensitas hubungannya
dengan Kota. Bentuknya tidak harus sama persis dengan nilai, tradisi,
atau kearifan lokal seperti sebelumnya disebut. Melainkan dengan
mengoptimalkan nilai-nilai, kebiasaan, dan tradisi terbaik yang didapat
dalam interaksinya dengan Kota untuk kebutuhan dan kepentingan
kolektif masyarakat Desa.

Ketiga, ketahanan masyarakat Desa juga meliputi kesadaran


bahwa sebuah masyarakat senantiasa terhubung dan terjalin dengan
masyarakat yang lain, baik itu Desa lain maupun Kota. Dalam konteks
ini, Desa dengan Kota tidak boleh difahami dalam pengertian yang
berlawanan (Desa versus Kota), melainkan sebagai bentuk atau model
pertumbuhan masyarakat manusia yang hakikatnya saling mengisi dan
melengkapi.

Dalam pengertian hidup berbangsa dan bernegara, kesadaran


akan pola kesaling terhubungan ini juga memastikan bahwa ketahanan
masyarakat Desa berada dalam jalur (track) yang segaris dengan
kepentingan nasional. Ketahanan masyarakat Desa merupakan
partisipasi masyarakat Desa dalam mewujudkan cita-cita nasional yakni
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong-royong.

Tiga aspek pengertian ketahanan masyarakat Desa di atas tidak


dapat dipisahkan. Kebutuhan dasar dan pengembangannya (aspek
materiil), tradisi, kebiasaan, nilai (aspek immateriil), dan kesinambungan
dengan garis kepentingan nasional (aspek nasional) merupakan aspek-
aspek yang membentuk pengertian konsep ketahanan masyarakat
Desa.

B. PRINSIP PENGEMBANGAN KETAHANAN MASYARAKAT DESA

Maksud konsep ketahanan masyarakat Desa di atas memberikan


perspektif bahwa sebagai kesatuan masyarakat hukum, Desa
hanya akan mampu hidup dan berkembang apabila berangkat dari
kekuatannya sendiri. Sementara pengembangan itu dilakukan dengan
mengacu pada beberapa prinsip.
PERTAMA berpijak pada tradisi budaya lokal, meliputi kebiasaan,
nilai-nilai, kearifan lokal dan lain sebagainya. Tradisi budaya lokal

22 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
merupakan cara hidup masyarakat setempat, yaitu sumber penghayatan
masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Prinsip ini sangat
mendasar, karena terkait secara langsung dengan karakteristik atau
sifat-sifat komunitas Desa. Desa yang memegang teguh adat, ajaran
agama, atau kepercayaan tertentu memilik, dan Desa yang telah
terurbanisasi atau termodernisasi memiliki cara penghayatan yang
berbeda. Sebab itu, tradisi budaya lokal sebagai prinsip pertama
pengembangan ketahanan masyarakat Desa harus dilihat secara
empiris di lingkungan Desa tempat Pendamping Desa ditugaskan.
Harus diingat bahwa tradisi budaya lokal itu sendiri bersifat dinamis.
Selalu ada kebaruan yang diterima, dan hal-hal lama yang ditinggalkan.
Sebab itu, pengembangan ketahanan juga sangat tergantung pada
kemampuan masyarakat setempat memilih nilai-nilai sosial-budaya dan
kelembagaan sosial yang mampu mendukung secara terus-menerus
proses pembangunan. Hal ini dapat berarti memilih nilai sosial-budaya
dan lembaga-lembaga lokal yang sudah untuk diperbaharui, dipelihara
dan dikembangkan.
KEDUA mengarahkan ketahanan pada kemandirian. Ketahanan
masyarakat Desa dikembangkan untuk membangkitkan daya hidup
masyarakat Desa dalam mengelola sumber daya alam dan meningkatkan
kapasitas individu dan kolektif masyarakat Desa. Kemandirian berarti
seorang pribadi atau komunitas mampu memilih dan memutuskan apa
yang baik bagi dirinya sekaligus bagi komunitas atau kolektifitasnya.
Upaya pertama mengarahkan kemandirian adalah dengan
mendorong masyarakat Desa untuk mengenali masalah-masalah yang
dihadapi Desa, potensi atau sumber-sumber yang dimiliki Desa, dan
bagaimana mencari peluang-peluang untuk mengatasi permasalahan.
KETIGA prinsip demokratis. Demokratis memiliki beberapa
indikator. Pertama dari sudut penyelenggaraan Pemerintahan Desa
oleh Pemerintah Desa, kedua dari tingkat partisipasi masyarakat Desa,
dan ketiga dari substansi proses-proses yang berjalan dalam kehidupan
berdesa. Mengapa demokrasi menjadi prinsip dalam pengembangan
ketahanan masyarakat Desa?
Ketahanan masyarakat Desa dan ketahanan Desa ditentukan
oleh penyatuan dinamis antara kehendak atau kepentingan seluruh
warga dalam mekanisme politik atau perjalanan Pemerintahan Desa.
Semakin menyatu antara kepentingan warga Desa dalam proses politik
Desa, semakin kuat Desa tersebut. Sebab itu, sangat penting proses
pendampingan menumbuhkan kehendak partisipasi seluruh lapis
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 23
sosial ekonomi dan unsur masyarakat yang ada di Desa. Sekaligus
mengembangkan wawasan Pemerintah Desa terkait hak dan kewajiban
Desa serta masyarakat Desa seperti diatur di Pasal 4 UU No. 6/2014
tentang Desa.
KEEMPAT adalah prinsip keadilan. Prinsip ini bergandengan
secara langsung dengan prinsip ketiga di atas. Meletakkan keadilan
dalam pengembangan ketahanan masyarakat Desa adalah mengakui
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama selaku manusia. Demikian
pula dengan berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Desa,
sejauh kelompok-kelompok tersebut tidak bertentangan dengan aturan
perundang-undangan yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan tidak merugikan hajat hidup kolektif masyarakat Desa.
Prinsip keadilan harus diletakkan dalam konteks hak dan kewajiban
selaku masyarakat Desa, dan lebih luas hak dan kewajiban selaku
Warga Negara Indonesia. Ketahanan masyarakat Desa akan rapuh
ketika prinsip ini dilanggar, misalnya ketika kebijakan Desa hanya
menguntungkan orang atau sekelompok tertentu, misalnya elit Desa,
atau ketika masyarakat Desa tidak lagi mengindahkan aturan dan
kesepakatan yang berlaku.
KELIMA adalah prinsip taat hukum. Masyarakat Desa yang kuat
adalah masyarakat yang faham dan sadar dengan peraturan hukum
yang mengikat mereka baik sebagai warga Desa maupun sebagai
warga Negara. Lebih jauh adalah ketika pemahaman tersebut menjadi
pedoman dalam laku kehidupan berdesa. Dengan menguasai dan
menjadikan hukum sebagai pedoman, masyarakat Desa akan semakin
faham kedudukan mereka ketika berhubungan dengan pihak-pihak
lain. Misalnya ketika modal besar datang di sebuah Desa yang memiliki
potensi alam yang menguntungkan. Pemahaman hukum memiliki nilai
penting untuk mempertimbangkan untung-rugi investasi tersebut, baik
secara sosial ekonomi dan kedudukan peluang itu secara hukum.
Prinsip dan maksud ketahanan masyarakat Desa saling meliputi
satu sama lain. Pendamping harus memahami keduanya dan secara
kreatif mengimplementasikan keduanya dalam praktek pendampingan
di lokasi atau Desa. Paparan di bagian berikut menyajikan pandangan
operasional terkait strategi dan langkah-langkah yang penting dilakukan
oleh Pendamping Desa.

24 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
2. STRATEGI DAN AGENDA PENGEMBANGANKETAHANAN
MASYARAKAT DESA

A. STRATEGI PENGEMBANGAN KETAHANAN MASYARAKAT


DESA

Strategi pengembangan ketahanan masyarakat Desa harus meliputi


tiga aspek pengertian konsep ketahanan sekaligus mengacu pada
prinsip yang diuraikan di bagian sebelumnya. Strategi tersebut adalah
dengan memahami dan menggerakkan masyarakat melalui terlibat
langsung dalam kehidupan masyarakat. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan terhadap masyarakat Desa, mengenali lapis-lapis
sosial-ekonomi dan sosial politik setempat, dan mendekati
kelompok-kelompok strategis atau dominan di Desa tersebut.

2. Pendamping tinggal di lokasi dampingan selama beberapa


waktu untuk hingga pemahaman yang utuh tentang kompleksitas
kondisi dan masalah di Desa serta kelompok yang didampingi.
Pengenalan kondisi dan pembacaan masalah dapat mulai
dilakukan bersama kelompok atau masyarakat Desa setempat.

3. Penumbuhan kader lokal, yaitu unsur warga pada pada lokasi


program yang akan melanjutkan peran, fungsi, dan tugas-
tugas Pendamping di masa yang akan datang. Selain itu,
juga meningkatkan peranan kepemimpinan yang berasal dari
komunitas. Kader lokal atau Kader Desa tersebut dapat dilihat
dari kiprah, pemahaman, dan komitmennya dalam menanggapi
kondisi dan masalah-masalah Desa.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 25
4. Pengembangan kelembagaan komunitas, yaitu upaya
mengembangkan suatu kelembagaan yang berbasis moral dan
aktif menampung kebutuhan serta aspirasi warga kelompok-
kelompok yang telah didampingi dan merupakan bentuk
pengembangan lebih lanjutpengorganisasian kelompok.

5. Menjaga kerja sama lintas pelaku (multistakeholders) dengan


pemerintah.

Langkah-langkah di atas mesti dikembangkan lebih jauh sesuai


kondisi lapangan. Target utama dalam dalam strategi ini adalah
mengambil hati masyarakat untuk mendampingi masyarakat mengenali
dan mengembangkan potensi-potensi sosial atau modal sosial yang
sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Desa itu sendiri.

Secara keseluruhan, strategi pengembangan ketahanan ini


membutuhkan langkah-langkah kongkrit dan programik agar dapat
sinambung dengan agenda pemberdayaan secara umum. Langkah
kongkrit dan program tersebut didesain untuk meningkatkan daya
kritis masyarakat Desa baik dalam memandang kehidupannya sendiri
maupun terhadap lingkungan yang lebih luas.

B. AGENDA PENGEMBANGAN KETAHANAN MASYARAKAT


DESA

Dalam konteks ketahanan masyarakat desa, agenda strategis dalam


rangka pengembangan ketahanan masyarakat Desa berporos pada
keterlibatan masyarakat Desa dalam proses belajar sosial. Proses belajar
sosial adalah upaya mendekatkan masyarakat dengan kompleksitas
lingkungan dunia nyata di luar Desa dan memperhadapkannya dengan
kondisi, masalah, dan potensi Desa. Pendamping bertugas untuk
memfasilitasi agenda-agenda tersebut, di antaranya:

1. pembelajaran kewarganegaraan,

2. pembelajaran demokrasi desa,

3. pembelajaran hukum dan advokasi hukum,

4. pembentukan pusat kemasyarakatan (community center).

26 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Masing-masing agenda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Kewarganegaraan
Pembelajaran dimaksudkan untuk mengkondisikan tumbuhnya jiwa
kewarganegaraan. Kegiatan yang relevan antara lain:

a. Mendorong masyarakat Desa untuk terlibat dalam urusan


Desa;

b. Mendorong masyarakat Desa menyampaikan aspirasi dalam


musyawarah desa dan penyusunan produk hukum desa;

c. Pembentukan forum khusus yang melibatkan seluruh unsur


masyarakat untuk menggalang kewaspadaan bersama dari
ancaman terorisme dan segala potensi radikalisme;

d. Mengembangkan komunikasi atau paguyuban lintas kelompok


sebagai wahana dialog demi terciptanya keharmonisan sosial;

2. Pembelajaran Demokrasi Desa

Pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendorong tumbunya


kesukarelaan warga desa untuk terlibat dalam berbagai pengambilan
keputusan di desa yang berdampak kepada kehidupan individu maupun
kehidupan bersama. Contoh kegiatan di antaranya:

a. Mendiskusikan akibat negatif politik uang dalam pemilihan


kepala desa;

b. mengadakan diskusi berkala dengan warga desa yang secara


khusus membahas tentang kepemimpinan desa;

c. memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah desa secara


demokratis dan partisipatif;

d. memfasilitasi warga desa untuk terlibat aktif dalam musyawarah


desa sebagai media penyampaian aspirasi;

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 27
3. Pembelajaran Hukum dan Advokasi Hukum

Pembelajaran hukum perlu difokuskan pada kebutuhan keadilan


bagi masyarakat kecil. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain:

a. Memfasilitasi belajar hukum dengan mendatangkan pengajar


atau mentor baik dari lingkungan akademi maupun lembaga
bantuan hukum.

b. Mengadakan penyuluhan hukum bagi warga desa bekerjasama


dengan lembaga-lembaga penegak hukum seperti kejaksaan
dan pengadilan.
Advokasi atau bantuan Hukum ditujukan untuk memberikan
pendampingan hukum bagi masyarakat kecil yang berkasus. Namun
secara umum, bantuan hukum juga dibutuhkan oleh keseluruhan unsur
Desa, baik Pemerintah Desa maupun masyarakat ketika menjumpai
masing-masing atau secara bersama menjumpai persoalan hukum.
Kegiatan yang dapat dilakukan contohnya adalah:

a. menjalin komunikasi dan kerja sama dengan lembaga-lembaga


bantuan hukum, khususnya barefoot lawyer, yaitu pengacara
(baik lembaga maupun personal) yang bersedia memberikan
jasa layanan untuk kasus-kasus dalam skala kecil dan murah.

b. memfasilitasi tenaga paralegal untuk (1) memberikan nasihat


praktis kepada masyarakat Desa dan Pemerintah Desa tentang
beberapa aspek hukum, dan (2) memberikan nasihat tentang
langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan
perkara baik secara formal maupun informal.
4. Pengembangan Pusat Kemasyarakatan (Community
Center)

Pendamping Desa dapat memfasilitasi pembentukan pusat


kemasyarakatan (community center) yang berfungsi sebagai pusat
informasi, pusat kegiatan kemasyarakatan, kegiatan pendampingan,
dan kegiatan-kegiatan yang disebut di atas. Kegiatan yang dapat
dilakukan di antaranya:

28 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
a. Mendorong seluruh unsur masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan-kegiatan di pusat kemasyarakatan;

b. Menjadikan pusat kemasyarakatan sebagai pusat kegiatan bagi


para penggiat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Desa;

c. Menjadikan pusat kemasyarakatn sebagai pusat kegiatan


pengabdian masyarakat seperti penerapan ilmu keagamaan,
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni tertentu untuk
menunjang pengembangan konsep pembangunan nasional,
wilayah dan/atau daerah, pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan;

d. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan pusat


kemasyarakatn di level Kecamatan dan Kabupaten/Kota untuk
mensinambungkan keseluruhan kegiatan kemasyarakatn Desa.

Strategi dan agenda yang dipaparkan di atas merupakan pokok


perhatian dalam pengembangan ketahanan masyarakat Desa. Salah
satu titik tekan yang hendak ditunjukkan adalah pembelajaran hukum
dan terbentuknya kesadaran hukum pada masyarakat Desa. Kesadaran
hukum penting untuk digarisbawahi mengingat arah perkembangan
pembangunan Desa dan kewenangan-kewenangan yang dimiliki Desa
hanya dapat berjalan optimal ketika masyarakat Desa telah memiliki
kesadaran hukum yang kuat.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 29
PENUTUP

Pengembangan ketahan masayarakat desa, merupakan tujuan


pengaturan yang telah dirumuskan dalam UU Desa yakni: Meningkatkan
ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan
masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai
bagian dari ketahanan nasional.

Dan Pengembangan ketahanan masyarakat desa adalah pilihan


strategis yang diharapkan mampu dilakukan oleh Pendamping
Desa demi tumbuhnya kemandirian desa. Kemandirian ini hanya
mungkin apabila Desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan
(self governing community), memiliki kekuatan atau ketahanan yang
bersumber pada ketahanan masyarakat Desa itu sendiri. Ketahanan
tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh dan tidak boleh
parsial. Seluruh aspek ketahanan masyarakat harus dikembangkan,
yaitu aspek material, immaterial, dan sikap dasar sebagai warga negara
yang terikat oleh peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, ketahanan masyarakat Desa dikembangkan dan


dibangun untuk Desa itu sendiri namun sekaligus juga memperkuat
fondasi dasar dalam konteks ekonomi dan ketahanan nasional. Semua
itu tidak musykil apabila agenda pendampingan Desa dilakukan secara
serius, dan didukung oleh pendamping-pendamping dari pihak lain,
baik perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, maupun lembaga-
lembaga non-pemerintahan yang lain.

30 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 31
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia

You might also like