You are on page 1of 8

Sastra

Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar.


Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996.[1] Ia
banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro
Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat
kabar di Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan
buku non-fiksi terbaik tahun 1982.

Arsitektur

Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern
Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Penghargaan Aga Khan
untuk Arsitektur[2], yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia
berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. Ia juga menerima
The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995, sebagai bukti dari dedikasinya
terhadap wong cilik.[3] Hasil jerih payahnya untuk mengubah perumahan miskin di sepanjang
tepi Kali Code mengangkatnya sebagai salah satu arsitek terbaik di Indonesia.[4] Menurut
Erwinthon P. Napitupulu, penulis buku tentang Romo Mangun yang akan diluncurkan pada
akhir tahun 2011, Romo Mangun termasuk dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik.[4]

Politik

Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan


di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar.[5] Sebelumnya, Romo
membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek pembangunan
waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code,
Yogyakarta.

Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan
kepentingan para pejabat dengan "jeritan suara hati nurani" menjadikan dirinya beroposisi
selama masa pemerintahan Presiden Soeharto.[6]

Kematian
Rama Mangun meninggal pada hari Rabu, 10 Februari 1999 pukul 14:10 WIB di Rumah
Sakit St. Carolus, Jakarta, setelah terkena serangan jantung saat berbicara di Hotel Le
Meridien, Jakarta. Beliau dimakamkan di makam biara komunitasnya di Kentungan,
Yogyakarta.[7]

Pendidikan
HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang (1936-1943)

STM Jetis, Yogyakarta (1943-1947)

SMU-B Santo Albertus, Malang (1948-1951)


Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta (1951)

Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang (1952)

Filsafat Teologi Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)

Teknik Arsitektur, ITB, Bandung (1959)

Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966)

Fellow Aspen Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978)

Biografi
Di tahun 1936, Y. B. Mangunwijaya masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang.
Setelah tamat di tahu 1943, dia meneruskan ke ke STM Jetis, Yogyakarta, di mana dia mulai
tertarik pada Sejarah Dunia dan Filsafat. Sebelum sekolah tersebut dibubarkan setahun
kemudian, dia aktif mengikuti kingrohosi yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan,
Yogyakarta. Di tahun 1945, Y. B. Mangunwijaya bergabung sebagai prajurit TKR Batalyon X
divisi III dan bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru,
Yogyakarta. Dia sempat ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen.
Setahun kemudia, dia kembali melanjutkan sekolahnya di STM Jetis dan bergabung menjadi
prajurit Tentara Pelajar.

Setelah lulus pada 1947, Agresi Militer Belanda I melanda Indonesia sehingga Y. B.
Mangunwijaya kembali bergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi
Kedu.

1948

o Masuk SMU-B Santo Albertus, Malang

1950

o Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI


di alun-alun kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman
yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.

1951

o Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah Kotabaru,


Yogyakarta.

1952

o Pindah ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang.

1953
o Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo
Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ.

1959

o 8 September ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang, Mgr.


Albertus Soegijapranata, SJ.

o Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB.

1960

o Melanjutkan pendidikan arsitektur di Rheinisch Westfaelische Technische


Hochschule, Aachen, Jerman.

1963

o Menemani saat Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ


meninggal dunia di Biara Suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di Harleen,
Belanda

1966

o Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.

1967-1980

o Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang.

o Mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti Gus Dur dan Ibu
Gedong Bagoes Oka.

o Menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM.

o Mulai menulis artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-
tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga
menulis cerpen dan novel.

1975

o Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio


Nederland.

1978
o Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat
tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for
Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.

1980-1986

o Mendampingi warga tepi Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan


mogok makan menolak rencana penggusuran.

1986-1994

o Mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban proyek


pembangunan waduk.

1992

o Mendapat The Aga Khan Award untuk arsitektur Kali Code.

1994

o Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED


ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

1998 26 Mei

o Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi
peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta.

10 Februari 1999

o Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar


Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia
Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta.

Karya Arsitektur
Pemukiman warga tepi Kali Code, Yogyakarta

Kompleks Religi Sendangsono, Yogyakarta

Gedung Keuskupan Agung Semarang

Gedung Bentara Budaya, Jakarta

Gereja Katolik Jetis, Yogyakarta

Gereja Katolik Cilincing, Jakarta


Markas Kowihan II

Biara Trappist Gedono, Salatiga, Semarang

Gereja Maria Assumpta, Klaten

Gereja Maria Sapta Duka, Mendut

Gereja Katolik St. Pius X, Blora

Wisma Salam, Magelang

Penghargaan
Penghargaan Kincir Emas untuk penulisan cerpen dari Radio Nederland

Aga Khan Award for Architecture untuk permukiman warga pinggiran Kali Code,
Yogyakarta [www.akdn.org/agency/akaa/fifthcycle/indonesia.html]

Penghargaan arsitektur dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk tempat peziarahan
Sendangsono.

Pernghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996

Buku dan tulisan


Balada Becak, novel, 1985

Balada dara-dara Mendut, novel, 1993

Burung-Burung Rantau, novel, 1992

Burung-Burung Manyar, novel, 1981

Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987

Durga Umayi, novel, 1985

Esei-esei orang Republik, 1987

Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980

Gereja Diaspora, 1999

Gerundelan Orang Republik, 1995


Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983

Impian Dari Yogyakarta, 2003

Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000

Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia


modern, 1999

Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999

Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999

Menuju Indonesia Serba Baru, 1998

Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998

Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999

Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999

Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986

Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999

Politik Hati Nurani

Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978

Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern

Ragawidya, 1986

Romo Rahadi, novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)

Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, dimuat 1982-1987 di harian
Kompas, dibukukan 2008

Rumah Bambu, kumpulan cerpen, 2000

Sastra dan Religiositas, kumpulan esai, 1982

Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999

Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001

Spiritualitas Baru
Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999

Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan


kemasyarakatan, 1994

Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988

Buku tentang Romo Mangun


Sumartana, dkk. Mendidik Manusia Merdeka Romo Y.B. Mangunwijaya 65 Tahun.
Institut Dian/Interfedei dan Pustaka Pelajar, 1995. ISBN 979-8726-01-4.

Wahid, Abdurrahman. Romo Mangun Di Mata Para Sahabat. Kanisius, 1999. ISBN
979-672-431-6.

Priyanahadi, dkk. Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan. Kanisius, 1999. ISBN


979-672-435-9.

Prawoto, Eko A. Tektonika Arsitektur Y.B. Mangunwijaya. Cemeti Art House


Yogyakarta, 1999.

Mengenang Y.B. Mangunwijaya, Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan.


Kanisius, 1999. ISBN 979-672-433-2.

Sindhunata. Menjadi Generasi Pasca-Indonesia, Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya.


Kanisius, 1999. ISBN 979-672-432-4.

Purwatma. Romo Mangun Imam bagi Kaum Kecil. Kanisius, 2001. ISBN 979-672-
959-8.

Rahmanto, B. Y.B. Mangunwijaya: Karya dan Dunianya. Grasindo, 2001. ISBN 978-
979-96526-1-4.

Yahya, Iip D. dan Shakuntala, I.B. Romo Mangun Sahabat Kaum Duafa. Kanisius,
2005. ISBN 978-979-21-0563-6.

Referensi
1. ^ a b "Romo Mangun Dianugerahi Bintang Budaya". Kompas.com. 11
November 2010. Diakses 13 January 2012.

2. ^ (Inggris)[www.akdn.org/architecture/pdf/1117_Ind.pdf].

3. ^ "Perkampungan Code: Memperingati 12 Tahun Kepergian Romo Mangun,


Seorang Tokoh Multi Talenta". Kompasiana. 23 February 2011. Diakses 13 January
2012.
4. ^ a b (Inggris)[www.tempointeractive.com/majalah/free/arc-1.html "An
Architectural Culture for the People"] Check |url= scheme (help). Tempo Interaktif.
17 August 2011. Diakses 13 January 2012.

5. ^ "Dinamika Edukasi Dasar". Dinamika Edukasi Dasar. Diakses 13 January


2012.

6. ^ (Inggris)Biodata Pengarang Lontar. Jakarta: Lontar. hlm. 31.

7. ^ Mangunwijaya, Y.B. 2008. "Rara Mendut: Sebuah Trilogi". Penerbit


Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3583-8.

Pranala luar
(Indonesia) Simposium Sosok Y.B. Mangunwijaya (Kompas)

(Inggris) Romo Mangun Catherine Mills, Inside Indonesia

(Inggris) Romo Mangun, Aktivis Nico Schulte Nordholt, Inside Indonesia

You might also like