Professional Documents
Culture Documents
Anggota Kelompok :
Made Ayu Ratih Aryanita 1402405031
I Nyoman Candra Kumara 1402405032
Delanera Victoria Noak 1402405033
Gusti Ngurah Ade Sorolawe 1402405034
A. A. Ngurah Trisna Indra P. 1402405035
I Gusti Agung Ayu Anjani K. D. 1402405036
Ramanda Kusumaningrat A. V. 1402405037
I Gusti Ayu Chyntia D. 1402405038
I Gede Putra Adhi Wibawa 1402405039
Ni Made Yeni Septianing Diah 1402405040
Pada dasarnya, tubuh kita sudah dilengkapi dengan sistem kekebalan yang mujarab dalam
melawan segala bentuk mikroorganisme patogen penyebab penyakit, yang disebut dengan
sistem imun. Apabila sistem imun dalam tubuh kita dianalogikan sebagai pasukan perang,
maka sistem imun merupakan pasukan elite baris depan yang bertugas untuk menyerang dan
menghancurkan musuh, serta memberikan pertahanan bagi pasukan dibelakangnya. Seperti
itulah fungsi sistem imun yang ada pada tubuh kita, yaitu sebagai sistem pertahanan pertama
yang menjaga tubuh dan melawan serangan dari berbagai mikroorganisme patogen atau
benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Sistem imun dalam tubuh kita tersebar hampir di seluruh bagian tubuh, yang salah satunya
ada di bagian rongga mulut. Rongga mulut merupakan pintu utama masuknya benda asing
ke dalam tubuh, termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap harinya.
Padahal, makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak selalu bersih dan higienis, karena
makanan dan minuman merupakan salah satu media penyebaran mikroorganisme patogen.
Adanya tonsil di dalam rongga mulut menjadi salah satu solusi terhadap serangan
mikroorganisme patogen yang bisa kapan saja menyerang tubuh melalui rongga mulut
khususnya. Ada 3 macam tonsil yang terdapat dalam rongga mulut yaitu palatine tonsil yang
terletak pada bagian kanan dan kiri pangkal tenggorokan, lingual tonsil yang terletak pada
pangkal lidah, dan pharyngica tonsil yang terletak di dinding belakang kerongkongan
(Wibowo, 2008). Karena letaknya tersebut, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa
menimbulkan infeksi. Disini tonsil berperan sebagai sistem pertahanan karena mengandung
sel limfosit yang bisa menahan setiap serangan mikroorganisme patogen yang masuk
melalui rongga mulut kita. Karena itu tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila
ada infeksi (Arie, 2007). Tonsil yang membesar biasa disebut dengan amandel yang
menunjukan adanya proses peradangan atau infeksi yang berlangsung kronis dalam rongga
mulut kita (Wibowo, 2008).
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui informasi tentang tonsil dan struktur anatominya
1.3.2 Mengetahui struktur histolgis tonsil
1.3.3 Mengetahui peranan tonsil hingga menjadi sistem pertahanan dalam rongga mulut
1.3.4 Mengetahui mekanisme kerja tonsil sebagai sistem pertahanan dalam rongga mulut
1.4 MANFAAT
1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang tonsil dan struktur anatominya
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang struktur histolgis tonsil
1.4.3 Mendapatkan pengetahuan tentang peranan tonsil hingga menjadi sistem
pertahanan dalam ronga mulut
1.4.4 Mendapatkan pengetahuan tentang mekanisme kerja tonsil sebagai sistem
pertahanan dalam rongga mulut
BAB II
PEMBAHASAN
Bersama-sama ketiga tonsil tersebut membentuk rantai pertahanan terhadap infeksi yang
dinamakan Ring of Waldeyer (Wibowo, 2008)
Dari arah ventral yaitu lingual tonsil
Dari sisi dexter dan sinister yaitu palatine tonsil
Dari arah dorsal yaitu pharyngica tonsil
Formasi ini merupakan garis pertama dari perthanan tubuh melawan serangan bakteri. Saat
tonsil terinfeksi, maka infeksi tersebut akan menyebar ke tonsil yang lain (Mitra, 1992).
(http://php.med.unsw.edu.au/medwiki/index.php?title=File:Waldeyer%27s_Ring.jpg)
Tonsil terbagi menjadi 3, dengan histologis yang berbeda pula tergantung letak tonsil.
1. Palatine Tonsil
Tonsil palatine terletak didalam jaringan ikat mukosa dan permukaannya dilapisi oleh
epitel berlapis pipih tak menanduk yang menyatu dengan epitel yang melapisi mulut dan
faring. Epitel ini terletak di lamina basal, dan di bawahnya terdapat lapisan tipis
jaringan ikat fibrosa. Tonsil ini memiliki cekungan-cekungan dalam, sebanyak 10-12
buah yang sering kali terdapat debris. Debris inilah yang terkadang menyebabkan bau
pada rongga mulut. Cekungan ini disebut kriptus. Tonsil ini Mempunyai nodulus
limfatikus primer dan nodulus limfatikus sekunder (dengan sentrum germinativum).
Kriptus dipisahkan dengan struktur yang berdekatan oleh kapsula jaringan ikat.
2. Faringea Tonsil
Tonsila faringea berjumlah tunggal dan terletak pada pangkal lidah dibelakang papila
sirkumvalata. Tonsil ini dibungkus oleh epitel berlapis semu. Sebagai penggantinya
kriptus, tonsil ini mempunyai lipatan-lipatan memanjang. Namun cekukakannya
dangkal, yang dinamakan pleat. Tonsil ini juga mempunyai nodulus limfatikus primer
dan nodulus limfatikus sekunder.
3. Lingualis Tonsil
Tonsil lingualis ini berukuran kecil dan mempunyai beberapa nodul limfoid di dorsal
lidah. Setiap satu kripte memiliki nodul. Permukaannya dibungkus oleh epitel berlapis
pipih tak menanduk. Tonsil ini juga mempunyai kriptus yang dalam, yang sering
mengandung debris sel. Duktus kelenjar mukosa lidah posterior sering terbuka ke dasar
kriptus ini.
(Gartner, 2012)
Sel limfoid yang ditemukan di dalam kripte epithelium terutamanya disusun oleh limfosit
B dan sel T helper (CD4+). Respon imun memerlukan tambahan bantuan dari sitokin
yang berbeda. Sitokin adalah peptide yang terlibat dalam proses regulasi imun dan
terutama diproduksi di tempat stimulasi lokal antigen oleh limfosit intraepitel, sel limfoid
lain, dan sel non limfoid. Sel T intraepitel dapat memproduksi berbagai macam sitokin.
Namun, sedikit sitokin yang dapat ditemukan di kripte epithelium dan tidak ada di daerah
ekstrafolikuler. Sekitar 50-90% dari limfosit intraepitel adalah sel B dan mayoritas sel B
tersebut adalah sel memori B dewasa di dalam kripte epithelium dengan potensi antigen-
presenting yang tinggi dan memungkinkan kontak yang lebih awal antara antigen-
presenting sel B dan sel T serta menimbulkan respon antibodi sekunder yang sangat
cepat.
2. Langkah Kedua
Setelah melewati kripte epithelium, antigen yang terhirup atau tertelan mencapai daerah
ekstrafolikuler atau folikel limfoid. Di daerah ekstrafolikuler, sel dendritik dewasa dan
makrofag memproses antigen dan menyerahkan antigen tersebut ke CD4 + limfosit T. Sel
T kemudian menstimulasi folikuler limfosit B sehingga berproliferasi, berpindah dari
zona gelap folikel limfoid menuju zona terang, berkembang menjadi sel memori B, dan
sel plasma yang memproduksi antibodi. Sel plasma tonsil dapat memproduksi kelima
kelas immunoglobulin yang membantu dalam melawan dan mencegah infeksi.
Selanjutnya, kontak antigen dari sel memori B di dalam folikel limfoid adalah bagian
yang penting dari respon imun sekunder. Walaupun, jumlah dari sel T di dalam folikel
limfoid terbatas, sel yang sedikit ini memiliki pengaruh yang besar untuk sel B. Sel T
mampu menghasilkan beberapa sitokin yang menghambat apoptosis sel B.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA