You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan peranannya
dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaannya. Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah
kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan
bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajiban di dalam
kebersamaan. Agar tetap terciptanya kehidupan yang harmonis antar manusia,
maka seorang manusia harus bisa bertingkah laku, berbicara dan berpikir yang
sehat seperti yang telah sangat jelas tertuang dalam salah satu kearifan lokal
yang ada di masyarakat hindu di Bali yaitu Tri Kaya Parisudha yang dimana
hal tersebut sudah mulai punah akibat tergerus zaman yang semakin modern.
Kearifan lokal ini seolah terabaikan oleh masyarakat hindu di Bali khususnya
di desa Sanglah. Desa Sanglah ini merupakan desa yang terletak di jantung
kota Denpasar dimana sebagian besar penduduknya adalah masyarakat
pendatang yang datang dari berbagai wilayah di Bali bahkan di luar provinsi
Bali dengan berbagai macam karakter dan budaya yang mereka bawa dari
daerah asalnya, hal ini kian memprihatinkan mengingat Bali sangat terkenal
dengan budaya, adat dan tradisi serta berbagai kearifan lokal yang ada,
sebagai suatu pondasi yang kokoh. Sudah sepantasnya masyarakat hindu di
desa Sanglah menyadari fenomena yang sedang terjadi ini. Karena jika tidak,
bukan tidak mungkin moralitas generasi muda hindu di desa Sanglah
khususnya akan menurun, dan bila terus berlanjut maka secara otomatis
moralitas generasi muda hindu di Bali akan terus mengalami penurunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat 4 buah rumusan
masalah, yakni :

1
1.2.1 Apa itu Tri Kaya Parisudha ?
1.2.2 Mengapa Tri Kaya Parisudha menjadi salah satu kearifan lokal di Bali ?
1.2.3 Apa penyebab terabaikannya Tri Kaya Parisudha sehingga terjadinya
penurunan moralitas pada masyarakat di desa Sanglah ?
1.2.4 Bagaimana pengaruh Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan bermasyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan paper ini yaitu untuk membahas Dekadensi
Moralitas Masyarakat Desa Sanglah Akibat Terabaikannya Tri Kaya
Parisudha, mengingatkan masyarakat akan pentingnya konsep ini dalam
kehidupan bermasyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis, serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan ini, penulis bagi dalam beberapa bagian
yakni :
1.4.1 Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah di dalam upayanya untuk
meningkatkan moralitas generasi muda hindu di Bali.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penurunan moralitas pada generasi muda hindu di Bali.
1.4.3 Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan penulis dalam hal penurunan
moralitas generasi muda hindu di Bali akibat terabaikannya Tri Kaya
Parisudha sehingga penulis dapat mensosialisasikannya kepada masyarakat
melalui paper ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Moralitas


2
Moral adalah hal yang menunjukkan sifat akhlak manusia (perbuatan yang
dinilai) yang menjadi karakteristik jati diri manusia (Endang Soemantri, 1933 : 3).
Moral adalah lebih bersifat tuntunan dari luar masyarakat atau kehidupan karena
kiprah umum atau praktik nyata (Kosasih Djahiri, 1985 : 20). Moral selalu
mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia (Franz Magnis Suseno,
1989 :19). Kata moral dan moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam
pengertiannya lebih ditekankan pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang
abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Senada dengan pengertian tersebut,
W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas sebagai kualitas dalam perbuatan
manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau
buruk. Moralitas mencakup tentang baik buruknya perbuatan manusia. Menurut
Poespoprodjo (2009), ada tiga faktor penentu moralitas yaitu : Pertama, perbuatan
sendiri, yang dikehendaki individu memandangnya tidak dalam tertib fisik tetapi
dalam tertib moral. Kedua, motif yang dimiliki individu dalam pikiran ketika
melakukan suatu perbuatan secara sadar dilakukan sendiri untuk dicapai dengan
perbuatan sendiri. Ketiga, keadaan, segala yang terjadi pada suatu peristiwa atau
perbuatan.

2.2 Pengertian Tri Kaya Parisudha

Tri Kaya Parisudha merupakan salah satu bagian dari ajaran agama Hindu 3
yang mengatur kesusilaan yaitu mengenai tingkah laku. Namun sebagian besar
masyarakat belum memahami dan mendalami ajaran tersebut, sehingga sering
terjadi kesalahpahaman di masyarakat , baik dalam hal berbicara dan berbuat.
Selain harapan agar manusia khususnya masyarakat dapat memahami ajaran
agama Hindu, perlu juga dituntun untuk dapat mengamalkan atau melaksanakan
ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga dapat membentuk manusia susila, yang
berbudi pekerti mulia dan luhur (Mantra, 1993 : 7).Tri Kaya Parisudha yaitu tiga
dasar pikiran yang harus disucikan yaitu Manacika, Wacika dan Kayika yang
masing-masing berarti dasar prilaku, perkataan dan perbuatan (Parisada Hindu
Dharma, 1973 : 53). Tri Kaya Parisudha itu adalah tiga kesatuan pikiran, kata-kata
dan perbuatan yang benar guna menuntun hidup manusia didalam menyebar tata
laksana guna tercapainya kerukunan dan keharmonisan hidup didalam masyarakat
(DPC. Prajanti Hindu Indonesia Kabupaten Buleleng, 1971 : 53). Dalam buku
Sarasamuscaya dinyatakan bahwa Tri Kaya Parisudha dinamakan Karma Patha,
yaitu sepuluh banyaknya, perinciannya adalah sifat-sifat pikiran, tiga banyaknya.
Sifat prilaku kaya atau badan tiga macamnya, sifat prilaku perkataan empat
banyaknya (Gd. Pudja, 1979 : 73). Kajian tentang Tri Kaya Parisudha juga dapat
disimak dari kajian Ida Pedanda Made Kemenuh (1974 : 9). Kajiannya tentang Tri
Kaya Parisudha adalah Tri artinya tiga, kaya artinya gerak, Parisudha artinya suci.
Jadi arti keseluruhannya adalah tiga gerak perbuatan yang disucikan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Tri Kaya Parisudha


4
Tri Kaya Parisudha terdiri dari 3 kata yaitu :

Tri yang berarti tiga


Kaya yang berarti perilaku dan perbuatan
Parisudha yang berarti baik, bersih, suci dan disucikan

Jadi, Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku manusia berupa pikiran,
perkataan, dan perbuatan yang harus disucikan . Pikiran, perkataan, dan perbuatan
yang disucikan dimaksudkan perilaku manusia yang baik atau perilaku manusia
tidak boleh dikotori dengan perilaku yang tidak baik. Ketiga perilaku yaitu
berpikir, berkata dan berbuat yang baik harus selalu dijadikan pedoman khususnya
bagi umat Hindu dan bagi umat manusia pada umumnya dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia
dengan lingkungannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan maha
pencipta. Dapat juga diartikan sebagai tiga perilaku manusia yang harus disucikan
yaitu wacika, manacika dan kayika. Dengan adanya pikiran yang baik akan timbul
perkataan yang baik sehingga mewujudkan perbuatan yang baik. Tri Kaya
Parisuda sebagai bagian dari ajaran etika dalam agama Hindu akan memberikan
tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian serta keharmonisan kehidupan di
dunia dan akhirat. Kaya, Wak dan Mana dalam kehidupan sehari hari sering
disebut dengan Tri Kaya, yang merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Kaya, Wak dan Mana harus diarahkan pada hal hal menuju kebaikan
karena hanya manusia yang dapat merubah prilaku yang tidak baik kearah yang
baik. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa menjelma menjadi manusia
dengan kelebihan Sabda, bayu, idep merupakan suatu pahala keberuntungan dan
sekaligus merupakan suatu keutamaan bagi manusia untuk berbuat baik (subha
karma) jika kita melakukan perbuatan jahat maka hasil yang diterima juga buruk,
sebaliknya jika kita melakukan perbuatan baik maka hasilnya juga baik. Adapun
bagian dari Tri Kaya Parisudha sebagai berikut :
Manacika
Memiliki arti berpikir suci atau berpikir yang benar. Karena pikiran yang
mengundang sifat dan seluruh organ tubuh untuk melakukan sesuatu. Maka ada
5
baiknya jika pikiran kita selalu bersih dan selalu berpikir positif.
Wacika
Memiliki arti berkata yang benar. maka sebaiknya kita di dalam kehidupan
sehari hari berkata yang benar ,tidak menyingguang ataupun menghina dan
mencaci orang lain.
Kayika
Memiliki arti perbuatan atau prilaku suci atau berprilaku yang benar, dimana
perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh di dalam diri
manusia. Maka sebaiknyalah kita berprilaku yang baik demi terciptanya hubungan
yang harmonis antara sesama manusia.

Dari ketiga unsur Tri Kaya Parisudha ini saling memiliki keterikatan, yaitu
dimana jika kita sebagai umat manusia sudah berpikir yang benar atau suci maka
terciptalah perkataan yang suci pula dan bila perkataan sudah benar maka
perbuatan kitapun pasti akan benar pula.

3.2 Tri Kaya Parisudha sebagai kearifan lokal masyarakat Hindu di Bali

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak
dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya
diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari
mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu,
dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan
oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan
diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu
tempat. Ada nilai kearifan lokal yang dipegang oleh masyarakat Bali yang
membuat toleransi antara umat beragama di Bali selalu tinggi. Perbedaan agama,
suku, rasa dan latar-belakang lainnya, tidak pernah menjadi konflik di Bali. Salah
satu kearifan lokal yang ada di Bali adalah Tri Kaya Parisudha, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya mengenai pengertian Tri Kaya Parisudha terlihat bahwa
ajaran ini terbukti sangat baik untuk diterapkan dimana dengan adanya pikiran
yang baik akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan perbuatan yang
baik. Tri Kaya Parisuda sebagai bagian dari ajaran etika dalam agama Hindu akan
memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian serta keharmonisan
6
kehidupan di dunia dan akhirat.
3.3 Penyebab Penurunan Moralitas Masyarakat di desa Sanglah, Bali

Dekadensi moral berarti kemerosotan atau penurunan kualitas moral


(KBBI, 2005:245). Menurut Bertens (2002) bahwa moral adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Ukuran moralitas adalah baik atau buruknya suatu
perilaku. Acapkali nilai kebaikan dan keburukan itu bersifat relatif. Ukuran baik
menurut seseorang atau masyarakat, belum tentu baik menurut orang atau
masyarakat yang lain. Misalnya, bagi orang Indonesia memberikan sesuatu
dengan tangan kiri dipandang kurang sopan, tetapi orang Barat tidak
mempersoalkannya secara moral. Nilai ini tergantung pada sumber ajaran moral
yang menjadi pedoman perilaku, seperti agama, adat-istiadat, keluarga,
masyarakat, dan hukum. Moralitas adalah ciri utama dan keutamaan manusia,
karena hanya manusia yang dapat membedakan baik dan buruk. Manusia mampu
menggunakan moralitasnya untuk menciptakan kebaikan bagi semua makhluk,
sebaliknya juga manusia menjadi penyebab kehancuran. Berkaitan dengan
keutamaan manusia dapat disimak dalam kitab Sarasamuccaya (2), berikut ini :

Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumayaken


ikang subhsubhakarma, kuneng pantentasakena ring subhakarma juga ikang
asubhakarma, phalaning dadi wwang.
Artinya:
Di antara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah
yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah ke dalam
perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu. Demikianlah gunanya
(pahalanya) menjadi manusia (Kadjeng, dkk., 1997:8).
Mengingat moralitas bertalian erat dengan kemanusiaan sehingga dekadensi
moral menunjukkan penurunan kualitas kemanusiaan. Menurut Radhakrishnan
(1987:9) bahwa kemanusiaan sekarang ini sedang mengalami krisis terbesar
sepanjang sejarah umat manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ternyata tidak disertai dengan kemajuan yang sama di bidang spiritualitas.
Malahan spiritualitas makin rapuh terbawa arus materialisme (memburu materi),
hedonisme (mencapai tujuan dengan segala cara), dan pragmatisme (mengabaikan
proses). Kasus-kasus kriminalitas yang marak belakangan ini menjadi bukti
betapa manusia telah kehilangan sisi-sisi kemanusiaannya. Seperti yang terlihat di
desa Sanglah, Bali, yang terletak di pusat kota Denpasar. Kebanyakan dari
masyarakatnya merupakan warga pendatang yang dimana mereka datang dari
berbagai daerah dengan karakternya masing-masing, yang dapat menimbulkan
sebuah permasalahan serius, Bali dengan berbagai kearifan lokalnya yaitu salah 7
satunya Tri Hita Karana terasa sudah luntur bahkan seperti diabaikan oleh
masyarakat yang ada di desa Sanglah khususnya karena generasi muda di desa ini
bahkan ada yang tidak tahu tentang apa yang di maksud dengan Tri Hita Karana
atau dengan kata lain Tri Hita Karana sudah tidak menjadi kontrol sosial di
masyarakat desa Sanglah. Banyak masyarakat yang berbuat, berkata dan bahkan
berpikiran yang tidak baik seperti halnya generasi muda di desa Sanglah yang
masih menggunakan bahasa kasar atau bahasa yang kurang baik, bermakna yang
tidak baik bahkan memancing kemarahan seseorang yang digunakan dalam
bahasa pergaulan mereka, dengan begini akan timbul suatu perbuatan yang tidak
baik juga dan semua hal ini diawali dengan pemikiran yang tidak baik. Unsur-
unsur Tri Kaya Parisudha ini saling memiliki keterikatan, yaitu dimana jika kita
sebagai umat manusia sudah berpikir yang benar atau suci maka terciptalah
perkataan yang suci pula dan bila perkataan sudah benar maka perbuatan kitapun
pasti akan benar pula. Ini sangat berpengaruh pada moralitas dari masyarakat di
desa Sanglah, jika sudah menanamkan dan menjalankan tanpa mengabaikan
konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari maka moralitas masyarakat
di desa Sanglah ini akan semakin baik.

Oleh sebab itu, masyarakat desa Sanglah harus bisa mengembalikan fungsi
Tri Hita Karana sebagai kontrol sosial di masyarakat, yang nantinya akan
dijadikan pedoman dalam diri masyarakat dalam berpikir, berkata dan berbuat
dalam kehidupan sehari-hari.

3.4 Pengaruh Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan bermasyarakat


Tri Kaya Parisudha termasuk dalam Samanya Dharmasastra yaitu etika
agama Hindu yang berlaku umum dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Skema Kerangka Dasar Agama Hindu dan Skema Etika Agama Hindu 8
sudah ditunjukkan dimana posisi Tri Kaya Parisudha dalam agama Hindu. Adapun
implementasi dari ketiga bagian Tri Kaya Parsudha dalam kehidupan
bermasyarakat adalah sebagai berikut :

3.4.1 Manacika
Manas atau manah itu berarti pikiran. Manacika dapat diartikan sebagai
segala perilaku yang berhubungan dengan pikiran. Pikiran adalah inti dari
segalanya. Dari ketiga unsur Tri Kaya Parisudha, pikiran adalah paling pokok,
yang dapat menimbul adanya perkataan maupun perbuatan. Karena itu pikiran
adalah paling penting untuk dikendalikan. Adapun pengendalian pikiran yang
dapat dilakukan yakni :
Biasakanlah berpikir dan bersikap welas asih atau kasih sayang terhadap
sesama makhluk dan memupuknya secara terus menerus.
Belajarlah mengendalikan diri, agar rasa iri dan dengki dapat ditiadakan
dan tidak timbul lagi dalam pikiran.
Sibukkanlah diri dengan rajin bekerja, sehingga tidak ada kesempatan bagi
pikiran untuk memikirkan yang bukan-bukan. Sibuk dengan pekerjaan
sendiri, tentunya tidak akan ada peluang untuk memikirkan hal yang aneh-
aneh.
Tanamkan terus pikiran dan sikap pengendalian diri yang baik, sehingga
kita mudah memberi maaf kepada orang lain dan tidak cepat marah
maupun putus asa.
Selalulah berpikir yang baik dan benar, sehingga nafsu atau keinginan
buruk yang timbul karena pengaruh lingkungan dan panca indriya, dapat
ditiadakan.
Biasakanlah berpikir, berkata dan berbuat yang baik, sehingga kita dapat
menjadi manusia yang berbudi luhur dan beriman teguh antara lain dengan
melaksanakan tapa, brata, yoga, dan samadhi

3.4.2 Wacika
Berkata-kata atau berbicara itu sangat penting artinya, baik bagi kita
sendiri maupun bagi orang yang mendengarkannya. Karena itu sebelum berkata
9
atau berbicara, pikirkanlah dulu akan akibatnya. Pikir dahulu pendapatan, sesal
kemudian tidak berguna, demikianlah kata peribahasa yang patut kita pahami.
Dan janganlah sembarangan berbicara. Jangan pula asal berbicara atau asal
berbunyi. Perkataan pada hakekatnya adalah penyampaian isi hati, karena itu hati-
hatilah, jangan sampai orang lain merasa tersinggung atau sakit hati. Jangan
katakan kepada orang lain siapapun juga orangnya, apa yang anda sendiri tidak
senang. Setiap orang hendaknya berkata dengan baik dan benar. Berkata yang
baik dan benar inilah dinamakan Wacika Parisudha. Setiap kata-kata dapat
menimbulkan akibat yang baik maupun yang buruk. Demikianlah dengan kata-
kata orang dapat memperoleh kebaikan maupun keburukan. Kita bisa berbahagia,
bisa mendapat kesulitan, bisa mendapat teman, bahkan kitapun bisa menemui ajal.
Jika tidak berhati-hati dalam berkata
3.4.3 Kayika
Kayika atau kaya artinya yang berkenaan dengan badan, perbuatan atau
wujud atau perilaku yang berkaitan dengan badan. Dengan angota tubuh memang
kita dapat menunjukkan perilaku kita. Perilaku dimaksud harus melaksanakan
dengan baik dan benar. Perilaku yang baik dan benar inilah yang dinamakan
Kayika Parisudha. Setiap perbuatan, apakah perbuatan baik ataukah perbuatan
buruk akan dapat menimbulkan apa yang dinamakan karma. Perbuatan yang baik
akan menimbulkan karma yang baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk akan
menimbulkan karma buruk. Karma itu adalah pahala atau hasil dari perbuatan
kita. Semua manusia tentu tidak ingin memetik karma buruk. Semua orang ingin
mendapatkan karma baik. Karena itu janganlah berbuat yang tidak baik yang
dapat menciptakan karma buruk.

Tri Kaya Parisudha atau berpikir yang baik, berkata baik dan berbuat baik
tentu mempunyai tujuan yang sangat baik bagi masyarakat, khususnya umat
Hindu. Adapun tujuannya yaitu :
Untuk mengembangkan sifat dan sikap jujur dan setia dalam berpikir,
berkata maupun berbuat bagi masyarakat pada umumnya. 10
Untuk menumbuh kembangkan sikap mental yang bertanggung jawab
tanpa diawasi oleh orang lain.
Untuk menumbuhkan kesadaran guna berbuat baik dan mengenal berbagai
akibat yang dapat timbul dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang
dilakukan.
Untuk memberi petunjuk yang baik dan perlu dimiliki serta disadari dalam
bergaul, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Untuk mengajarkan agar manusia selalu waspada dan hati-hati terhadap
pikiran, perkataan dan perbuatan, karena baik pikiran, perkataan maupun
perbuatan itu dapat menyebabkan orang lain tidak senang, sedih atau
marah, sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan kesusahan pada diri
sendiri.

BAB IV
PENUTUP

4.1Simpulan

Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku manusia berupa pikiran, perkataan, 11
dan perbuatan yang harus disucikan. Ketiga unsur Tri Kaya Parisudha ini saling
memiliki keterikatan, yaitu dimana jika kita sebagai umat manusia sudah berpikir
yang benar atau suci maka terciptalah perkataan yang suci pula dan bila perkataan
sudah benar maka perbuatan kitapun pasti akan benar pula.
Sebagai masyarakat hindu di Bali khususnya di Desa Sanglah sebagai salah
satu desa yang terletak di pusat kota, harus mulai berbenah diri melihat fenomena
ini, Penurunan moralitas generasi muda hindu di Bali bukan hal yang sepele,
karena dapat menimbulkan kerugian baik secara materiil maupun inmateriil.
Masyarakat desa Sanglah beserta pemerintah wajib memperbaiki pola pikir
masyarakat khususnya generasi muda Hindu di Bali agar menggunakan Tri Kaya
Parisudha sebagai kontrol sosial di masyarakat. Jika sudah begini, maka
kehidupan yang harmonis, selaras, nyaman dan damai akan terwujud dengan
sendirinya.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Pemerintah
Pemerintah harus berupaya untuk membantu mengembalikan konsep Tri
Hita Karana sebagai kontrol sosial di masyarakat Bali umumnya dan masyarakat
desa Sanglah pada khususnya agar penurunan moralitas di masyarakat tidak terus
terjadi.

4.2.2 Bagi Masyarakat


Melalui berbagai informasi dari paper ini masyarakat menjadi tahu bahwa
sangat bermakna dan bermanfaat konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-
hari . Sehingga masyarakat dapat melaksanakan Tri Kaya Parisudha sebagai
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan akan tercipta kehidupan yang
aman, nyaman, harmonis dan selaras di masyarakat.

4.2.3 Bagi Mahasiswa


Mahasiswa seharusnya mampu menanamkan sikap peduli terhadap
lingkungan, dan memahami dengan baik mengenai Tri Kaya Parisudha sehingga
dapat menjalankannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan dapat 1
2
dijadikan contoh di masyarakat.
13

You might also like