You are on page 1of 86

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA

KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI


PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun oleh:

Nama : Ana Nurrida

NIM : 2011730003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

i
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA KEJADIAN
DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN
SETIABUDI JAKARTA SELATAN

Ana Nurrida*
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK
Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada bayi dan balita di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa penyebab
kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan
pneumonia (23,8%). Salah satu penyebab terjadinya diare pada bayi adalah
kesalahan dalam pemberian makanan kepada bayi pada awal masa kehidupan,
dimana bayi telah diberikan makanan tambahan seperti susu formula, bubur tim,
biskuit, buah-buahan, dan lain-lain pada usia kurang dari 6 bulan, dimana seharusnya
bayi hanya mendapatkan ASI Eksklusif saja sampai usia 6 bulan.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan
Metodologi Penelitian. Penelitian ini mengunakan desain studi cross sectional.
Pengambilan sampel sebanyak 89 responden dengan teknik purposive sampling.
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan yang memiliki bayi usia 0-6 bulan pada bulan November
tahun 2014 dengan menggunakan kuesioner penelitian sebagai data primer. Analisis
data menggunakan uji Chi Square.
Hasil. Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta
Selatan ini didapatkan hasil yang menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 13,33%, sedangkan
prevalensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif sebesar 54,55%. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square
diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan ( P value 0,05).
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa angka kejadian
diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah dibandingkan dengan
bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Dengan kata lain, terdapat adanya
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare, yakni ASI
Eksklusif menurunkan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Kata kunci. Diare, ASI Eksklusif

ii
THE RELATIONSHIP OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH THE
INSIDENCE OF DIARRHEA IN INFANT AGED 0-6 MONTH IN SETIABUDI
PUBLIC HEALTH CENTER, SOUTH JAKARTA

Ana Nurrida*
*Student Of Medical Programme, Faculty Of Medicine And Health, Universitas
Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT
Background. Diarrhea is one of the major causes of morbidity and mortality in
infants and toddlers in developing countries, including Indonesia. Health Research
(Riskesdas) 2007 states that the cause of death of infants (aged 29 days-11 months)
that most were diarrhea (31.4%) and pneumonia (23.8%). One of the causes of
diarrhea in infants is a fault in feeding the baby at the beginning of life, where the
baby had been given additional foods such as infant milk formula, porridge, biscuits,
fruits, and others at the age of less than 6 months, where the baby should only get
exclusive breastfeeding until the age of 6 months.
Purpose. This study aimed to determine the relationship of exclusive breastfeeding
with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in Setiabudi Public Health
Center, South Jakarta.
Research Methodology. This study uses cross-sectional study design. Sampling of
89 respondents with a purposive sampling technique. This study was conducted to
mothers who visited Setiabudi Public Health Center who has an infants aged 0-6
months in November 2014 using a questionnaire study as primary data.
Results. The results showed the prevalence of diarrhea in infants aged 0-6 months
who received exclusive breastfeeding is 13.33%, whereas the prevalence of diarrhea
in infants aged 0-6 months who didnt received exclusive breastfeeding is 54.55%.
The results with bivariate analysis using chi-square test is known that there is a
significant relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of
diarrhea in infants aged 0-6 months (P value 0.05)
Conclusion. Based on this research, the incidence of diarrhea in infants who
received exclusive breastfeeding is lower compared to infants who didnt received
exclusive breastfeeding. It can be concluded that there is a relationship between
exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea, which is exclusive
breastfeeding lowers the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months

Keyword. Diarrhea, Exclusive Breastfeeding

iii
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA KEJADIAN
DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN
SETIABUDI JAKARTA SELATAN

Disusun oleh:

Ana Nurrida

2011730003

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

Tanggal: .........................................

Pembimbing utama Penguji/Pembanding

( dr. Rahmini Shabariah, Sp.A ) ( dr. Jekti T Rochani, MS, Sp.MK)

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan kelulusan pendidikan tahap serjana

(dr. Tri Ariguntar W T, Sp.PK)

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi pada prodi dokter, Universitas

Muhammadiyah Jakarta

Pada hari : .........................................................

Tanggal : .........................................................

Pembimbing Utama

( dr. Rahmini Shabariah Sp.A )

v
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta,

( Ana Nurrida )

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Komisi Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

untuk memenuhi persyaratan dalam memenuhi Ujian Strata Satu ( S1 ) Program

Studi Pendidikan Dokter.

Pada Hari :

Tanggal : 2014

............................................. dr. Rahmini Shabariah, Sp.A

Pembimbing

............................................. dr. Jekti T Rochani, MS, Sp.MK

Penguji I

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan
nikmat, rahmat, serta anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan skripsi dengan judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI


Eksklusif dengan angka kejadian diare. Sebagaimana kita ketahui bahwa angka
kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia akibat diare terbilang cukup
tinggi, ditambah lagi dengan rendahnya kesadaran ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya. Hal ini yang kemudian mendorong penulis untuk
melakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap angka
kejadian diare.

Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayah H. Muhammad Machfud dan Ibu Hj.Latini

yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, kasih sayang, serta doa yang

tidak pernah henti tercurah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak-kakak ku tersayang, Diyah Fitria Palupy dan Zakky Hudaya, serta kakak

iparku Zulfikar Arif dan Inggie Anggraeni yang selalu memberikan semangat

serta senatiasa memotivasi, tak lupa kepada keponakan-keponakanku tersayang,

Hafy Hilmy Al Farassy, Naufal Kamil Al Farassy, dan Aisyalula Firzana Hudaya

yang selalu memberi keceriaan dan semangat kepada penulis.


3. dr. Rahmini Shabariah, SpA selaku pembimbing skripsi penulis, yang senantiasa

memberikan bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran, dan doa yang sangat

berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


4. DR. dr. Toha Muhaimin, M.Sc selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

viii
5. dr. Tri Ariguntar, Sp.PK selaku ketua program studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.


6. Seluruh dosen dan staf program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.


7. Staff Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan, dr. Friana, Mbak Fitri,

Mbak Septi, Mbak Ewud, Ibu Dorlan yang telah banyak membantu penulis

dalam mengambil data dan menyelesaikan skripsi ini.


8. Muhammad Reyyan Alfaj yang selalu memberikan semangat dan dukungan

selama penulisan skripsi ini


9. Sahabatku Hana, Indana, Sarah, Suci, Ovi, Sasi yang telah banyak memberi

saran dan masukan serta memberikan semangat selama penulisan skripsi ini
10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Dokter 2011 Femoralis, terimakasih

karena telah menemani dan memberikan keceriaan selama penulis menjalani

kuliah
11. Sahabat dan teman serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Jakarta, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN PENGUJI........................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................. v

ix
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.Tujuan Umum ............................................................................ 3

2.Tujuan Khusus ........................................................................ 3

D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian................................................. 4

1. Ruang Lingkup .. 4

2. Batasan Penelitian.. 4

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

1. Bagi Penulis ........................................................................ 5

2. Bagi Institusi Pendidikan .............................................................. 5

3. Bagi Pembaca dan Masyarakat Umum.......................................... 5

4. Bagi Puskesmas.
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,


DAN HIPOTESIS........................................................................................ 6

A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
1. ASI ....................................................................................... 6
a. Definisi .................................................................................. 6
b. Klasifikasi ............................................................................. 7
c. Komposisi ASI... 8

x
2. ASI Eksklusif............................................................................... 11
a. Definisi................................................................................... 11
b. Manfaat.................................................................................. 12
3. Diare ....................................................................................... 14
a. Definisi .................................................................................. 14
b. Klasifikasi ............................................................................. 14
c. Etiologi .................................................................................. 15
d. Patogenesis ............................................................................ 16
e. Cara penularan....................................................................... 16
f. Manifestasi klinis 17
4. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare....... 19
B. KERANGKA TEORI ........................................................................ 24
C. KERANGKA KONSEP..................................................................... 24
D. HIPOTESIS... 24

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 25

A. Rancangan penelitian ........................................................................ 25


B. Lokasi dan waktu penelitian.. 25
C. Variabel dan definisi operasional... 25
D. Populasi target dan populasi terjangkau penelitian.... 27
E. Pengukuran dan pengamatan variabel penelitian... 29
F. Cara pengumpulan data.. 29
G. Alur penelitian... 30
H. Pengolahan data. 31
I. Analisis data... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 34

A. Gambaran umum Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan 34


1. Wilayah Kerja, Data Geografis, Dan Batas Wilayah Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan 34


2. Sejarah berdirinya Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.. 35
3. Visi Misi Kebijakan Strategi........................................................ 36
4. Tugas dan fungsi.......................................................................... 38
5. Target 41
B. Hasil penelitian................................................................................. 41
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................. 45
A. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 45
B. Penafsiran Dan Pembahasan Temuan Hasil Penelitian...................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 52
A. Kesimpulan........................................................................................ 52
B. Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 55

LAMPIRAN ................................................................................................ xv

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel ................................................ 26

Tabel 4.1 : Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 14 November - 26 November

2014. 41

Tabel 4.2 : Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 14 November - 26 November

2014. 42

Tabel 4.3 : Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pemberian ASI di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 14 November - 26

November 2014 42

Tabel 4.4 : Distribusi Bayi yang Menderita Diare di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 14 November - 26 November

2014......................................................... 43

Tabel 4.5 : Riwayat Usia Bayi Mengalami Diare Berdasarkan Hasil Wawancara

dengan Responden di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan Tanggal 14 November - 26 November

2014.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.. 43

Tabel 4.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare

pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi

Jakarta Selatan. 44

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 : Kerangka Teori..................................................................... 24

Bagan 2.2 : Kerangka Konsep................................................................. 24

Bagan 3.1 : Alur Penelitian..................................................................... 30

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Perhitungan SPSS versi 16

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti Indonesia, karena angka mortalitas dan morbiditasnya yang

masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden diare yang


[1]
meningkat . Diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
[1]
tertinggi adalah pada bayi dan balita . Di dunia, sebanyak 6 juta anak

meninggal setiap tahun karena diare, sebagian besar kematian tersebut terjadi di

negara berkembang [1].

Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada bayi dan balita di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia [2]. Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa penyebab

kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan

pneumonia (23,8%) [3].

DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia sendiri

menduduki peringkat 5 besar insiden diare tertinggi. Lima provinsi dengan

insiden diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan

Banten [4].

1
2

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi

antara lain bayi tidak diberi ASI eksklusif, kesalahan dalam pemberian

makanan tambahan pada saat usia bayi kurang dari 6 bulan, serta tingkat

hygiene atau kebersihan yang rendah [1].

Kesadaran ibu untuk memberikan ASI Eksklusif sebenarnya sudah

cukup tinggi, yakni meningkat dari tahun 2010 yakni 15,3 % menjadi 30,2 %

pada tahun 2013, namun di beberapa daerah kesadaran untuk memberikan ASI

Eksklusif masih tergolong rendah [4,5].

ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, berbeda

dengan makanan padat ataupun susu formula. Pemberian ASI secara dini dan

eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah berbagai

macam penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting

yang terkandung dalam ASI. Selain itu, ASI juga selalu aman dan bersih

sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke

dalam tubuh bayi [1].

B. Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan, apakah ada

hubungan antara tingginya angka kejadian diare tersebut dengan rendahnya

pemberian ASI eksklusif?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan

antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi

usia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.


2. Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik bayi meliputi usia dan jenis kelamin

yang mendapat ASI Eklsusif/ tidak mendapat ASI Eksklusif di

Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan


b. Untuk mengetahui jumlah bayi berusia 0-6 bulan yang mendapat ASI

Eksklusif dan tidak mendapat ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan


c. Untuk mengetahui angka kejadian diare pada bayi berusia 0-6 bulan

di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang mendapat

ASI Eksklusif
d. Untuk mengetahui angka kejadian tidak diare pada bayi berusia 0-6

bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang

mendapat ASI Eksklusif


e. Untuk mengetahui angka kejadian diare pada bayi berusia 0-6 bulan

di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang tidak

mendapat ASI Eksklusif.


f. Untuk mengetahui angka kejadian tidak diare pada bayi berusia 0-6

bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang tidak

mendapat ASI Eksklusif.

D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1. Ruang Lingkup

Penelitian ini meneliti tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan

angka kejadian diare pada bayi berusia 0-6 bulan serta untuk mengetahui
4

angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dan

tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

2. Batasan Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi dan

memahami, maka penulis merasa perlu untuk mencantumkan batasan

masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Pengambilan data dalam penyusunan penelitian ini dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.


b. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

ibu yang memiliki bayi usia antara 0-6 bulan di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.


c. Penulis mengobservasi hasil kuisioner untuk menganalisis hasil

apakah terdapat adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif

dengan angka kejadian diare.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini meliputi beberapa aspek, yakni :
1. Manfaat bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai hasil penelitian yang

telah dilakukan, serta penulis dapat mengaplikasikan penerapan ilmu yang

telah dipelajari sewaktu kuliah, khususnya mata kuliah tumbuh kembang,

metodologi penelitian dan statistik kedokteran.


2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat menambah studi kepustakaan bagi institusi terkait dan diharapkan

dapat bermanfaat bagi perkembangan institusi terkait di masa yang akan

datang.
5

3. Manfaat bagi pembaca dan masyarakat umum


Dapat menambah informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai hasil

penelitian yang telah dianalisis dan diharapkan dapat bermanfaat bagi

khalayak umum di masa yang akan datang.


4. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan dan diharapkan dapat bermanfaat serta dapat dijadikan referensi

untuk penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
1. ASI
a. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi

lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan

oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan

alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga

berusia 2 tahun atau lebih [6].


ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna

dan diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat mencegah terjadinya

penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal penyakit (misalnya

immunoglobulin), praktis, dan mudah memberikannya, serta murah dan bersih


[8]
. ASI selalu berada pada suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, serta

dapat mengoptimalkan perkembangan bayi [8].


ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk

makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien

adalah vitamin & mineral [7].

6
7

b. Klasifikasi
Air Susu Ibu (ASI) yang keluar dari kelenjar susu ibu pada dasarnya

dapat dibagi menjadi tiga macam ASI berdasarkan waktu keluarnya serta

kandungan zat gizinya. ASI yang keluar pertama kali setelah ibu melahirkan

disebut kolostrum. Setelah kolustrum tidak keluar lagi, ASI disebut sebagai ASI

masa transisi dan setelah masa itu tepatnya 10 hari kelahiran ASI disebut ASI

matang atau ASI dewasa [6].


1) Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar pada akhir kelahiran.

Kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-
[11]
4/ke-7 melahirkan . Kolostrum merupakan suatu laxanif yang ideal

untuk membersihkan usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan


[6]
saluran pencernaan bayi . Zat dalam kolostrum ini lebih banyak

mengandung protein, imunoglobin, mineral dan vitamin A, namun


[6]
sedikit mengandung lemak dan sedikit hidrat arang . Kolostrum

mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur, zat

kekebalan pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit

diare [11].

2) ASI transisi atau peralihan


ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI

matur. ASI transisi disekresi dari hari ke-4/hari ke-7 sampai hari ke-

10/ke-14 dari masa laktasi [11]. Kadar protein pada ASI transisi semakin

rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi [6].


3) ASI matur
ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan

seterusnya. ASI matur makanan yang dianggap aman bagi bayi,

bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan
8

makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi

bayi [6].
c. Komposisi ASI
Berbagai zat gizi atau nutrien yang terkandung dalam ASI sangat

berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, komposisi

nutrien penting tersebut antara lain :


1) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai

salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat

dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang terdapat pada

susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare

yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi

laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini

disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding

laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam

kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama

laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah

melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil [7].
ASI juga mengandung glukosa, galaktosa, dan glukosamin.

Galaktosa penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis,

oleh karena pembentukan myelin di medulla spinalis dan sintesis

galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin

merupakan bifidus faktor, yang memacu pertumbuhan

Lactobacillus bifidus yang sangat menguntungkan bayi [12].


2) Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI

dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam
9

ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah

diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang

terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI

mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan

susu sapi, antara lain adalah asam amino taurin; asam amino ini

hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin

diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena

asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada

jaringan otak yang sedang berkembang [7].

3) Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan

susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Profil

lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula

memiliki perbedaan. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan

pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. ASI

juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya

asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang

berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata [7].


4) Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi

sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya

seperempatkadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat

ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian


10

perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu

diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan [7].


5) Vitamin D
ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal tersebut tidak perlu

dikhawatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka

bayi akan mendapat tambahan vitamin D alami yang berasal dari

sinar matahari. Pemberian ASI eksklusif ditambah dengan

membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah

bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D [12].


6) Vitamin E
Vitamin E memiliki fungsi penting untuk ketahanan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya

kekurangan darah (anemia hemolitik). Kandungan vitamin E pada

ASI terbilang tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi

awal [7,12].

7) Vitamin A
Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, juga berfungsi

untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan

pertumbuhan. ASI mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi,

tidak hanya itu, ASI juga mengandung beta karoten (bahan baku

vitamin A) dalam kadar yang tinggi pula. Hal ini salah satu yang

menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai

tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang lebih baik jika

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI [7].

2. ASI Eksklusif
a. Definisi
11

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan ataupun

makanan lain kecuali vitamin, mineral, atau obat pada bayi sampai usia 6 bulan
[8]
.
ASI selain sebagai sumber nutrisi juga dapat memberi perlindungan

kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. ASI juga

mengandung berbagai nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu

mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan immunoglobulin [9].


Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula. Ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya, disamping karena ASI memiliki banyak manfaat, selain itu juga

dengan menyusui maka akan terjalin ikatan emosional yang kuat antara ibu dan

bayi [10].

b. Manfaat ASI Eksklusif


Berbagai manfaat ASI bagi bayi antara lain :
1) ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi, mengandung faktor

pembentukan sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga

mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair)

lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang berbentuk

gumpalan), komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi


[10]
.

2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi


Bayi secara alamiah telah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan

tubuh) yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Segera setelah bayi

lahir kadar zat ini akan turun dengan sangat cepat. Tubuh bayi belum

bisa membentuk kekebalan sendiri secara sempurna pada waktu lahir

dan beberapa bulan setelahnya, tubuh bayi baru memproduksi


12

immunoglobulin dalam jumlah yang cukup dan protektif pada usia 9 -

12 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara

produksi sendiri belum mencukupi, keadaan seperti ini dapat

memunculkan kesenjangan immunoglobulin pada bayi. ASI berperan

menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang

mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan

jamur. Kolostrum (cairan pertama yang mendahului ASI)

mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI

matur [11].
3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan bayi
Kecerdasan anak tentu sangat berkaitan dengan otak, maka jelas

faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah

pertumbuhan otak. Faktor terpenting dalam pertumbuhan otak adalah

nutrisi bagi otak yang adekuat dan mencukupi.Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga

dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. ASI yang diberikan secara

eksklusif selama 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan

kecerdasan anak secara optimal, hal ini dikarenakan di dalam ASI

terkandung berbagai nutrien atau zat gizi penting yang menunjang

pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal [11].

3. Diare
a. Definisi
13

Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi (buang air

besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan

konsistensi tinja (menjadi cair) [1].


Beberapa pendapat ahli lain mengatakan bahwa diare adalah buang air

besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah

padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau

200 ml/24 jam [13].

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih

dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak

dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari [19].

Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan merupakan penyakit

yang umum terjadi pada anak di berbagai negara, terutama negara berkembang,

termasuk Indonesia. Sebagian besar kasus kematian pada diare disebabkan oleh

dehidrasi [2].

b. Klasifikasi Diare

Diare dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu:

1. Diare akut : yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari).


2. Disentri : yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
3. Diare Persisten : yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus


4. Diare dengan masalah lain : anak yang menderita diare (diare akut

atau persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,

gangguan gizi, atau penyakit lainnya [13].


14

Diare diklasifikasikan menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu,

persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung

lebih dari 4 minggu [20,24].

c. Etiologi Diare

Etiologi diare dibagi atas empat penyebab :

1. Bakteri : Escherichia coli, Shigella dysentriae, Shigella flexneri,

Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Vibrio cholerae, Bacillus

cereus, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus,

Campylobacter jejuni, Yersinia intestinalis.

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,

Astrovirus

3. Parasit : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis, Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides, Necator

americanus, Oxyuris vermicularis, Taenia saginata, Taenia

sollium, Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan

motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll [13].

d. Patogenesis Diare
15

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan

osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus [13].

Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan

minuman, kemudian mikroorganisme itu akan sampai ke sel-sel epitel usus

halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusak sel-sel epitel tersebut. Sel-sel

epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid

atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih

belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan

tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan

tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik

usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan

akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang

tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare [23].

e. Cara Penularan Diare

Cara penyebaran diare adalah dengan kontak erat dari orang ke orang,

melalui makanan atau minuman yg terkontaminasi, serta dari binatang ke

manusia. Seringkali kuman menyebar dari berbagai rute. Kemampuan kuman

untuk mengakibatkan penyakit tergantung pada modus penyebaran,

kemampuan untuk membentuk koloni di saluran cerna, dan jumlah minimal

kuman untuk menyebabkan penyakit [2].


16

Diare dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang sebagian besar

disebabkan oleh tingkat kebersihan (hygiene) yang rendah. Beberapa cara

penularan tersebut antara lain :

1. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh

mikroorganisme.
2. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, hal ini terutama terjadi

pada bayi yang sering memasukan tangan/mainan/apapun kedalam

mulut. Karena mikroorganisme dapat bertahan dipermukaan udara

sampai beberapa hari.


3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar atau tidak memasak air

dengan benar.
4. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar

atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga

mengontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang [18].

f. Manifestasi Klinis Diare

Diare dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam,

letargi, dan nyeri abdomen. Diare karena virus mempunyai karakteristik diare

cair (watery stool), tanpa disertai darah atau lendir, dapat disertai gejala muntah

dan dehidrasi tampak jelas [2].

Beberapa manifestasi klinis yang ditimbulkan pada diare antara lain

muntah-muntah, demam, buang air besar berdarah, nyeri perut dan atau kejang

perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang

adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan syok hipovolemik


[15]
.
17

Dehidrasi merupakan suatu keadaan kehilangan air dari tubuh atau

jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal.

Penderita diare yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan

berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, serta

turgor kulit menurun. Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang

berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120

x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,

muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Aritmia jantung dapat

pula terjadi karena tubuh kehilangan ion kalium [15].

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun

sampai timbul oliguria/anuria. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi akan

timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal

ginjal akut.Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Dehidrasi merupakan keadaan

yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps

kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat [16].

4. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian

Diare

Air susu ibu ( ASI ) merupakan sumber nutrisi utama dan terbaik bagi

bayi pada awal masa kehidupan. ASI mengandung berbagai zat gizi yang

esensial yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

bayi. Selain itu, ASI juga mengandung zat kekebalan atau antibodi yang dapat
18

melindungi bayi dari berbagai macam infeksi maupun penyakit berbahaya

lainnya [10].

Janin yang tumbuh dan berkembang di dalam kandungan seorang ibu

akan mendapatkan antibodi dari ibu melalui plasenta. Hal ini memberikan

kekebalan pasif yang mampu melindungi janin dalam kandungan ibu dari

serangan penyakit selama masa kehamilan. Saat bayi dilahirkan, ia tidak lagi

mendapatkan suplai antibodi tersebut. Sementara sistem kekebalan tubuh pada

bayi yang baru lahir belum bekerja secara sempurna, sehingga pada tahun

pertama hidupnya, bayi sangat rentan terkena berbagai macam risiko infeksi

serta penyakit yang berbahaya dan mematikan, seperti diare [11].

ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang

mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada

di tempat yang mempunyai suhu udara panas sekalipun. Kekentalan ASI juga

sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental

dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada

bayi yang mendapat susu formula [7].

Berbagai penelitian ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap

komposisi ASI dan pengaruhnya terhadap kekebalan tubuh dan kesehatan bayi.

Penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa ASI mengandung nutrisi

esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi

sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit

(pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi). Komponen ASI lain yang juga

mempunyai efek perlindungan, antara lain sitokin, laktoferin, lisozim dan

musin [9].
19

ASI mengandung banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama

menyusui. Kolostrum mengandung 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml.

Pada ASI matur, jumlah sel ini menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri

dari monosit/makrofag (59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-

13%). ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam ASI

seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat yang

dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain), dan protein

yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, enzim-enzim, dan antioksidan
[9].

Sel makrofag

Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit (pemusnah bakteri) aktif sehingga

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran cerna. Sel

makrofag juga memproduksi enzim lisozim, zat komplemen (komponen cairan

tubuh yang berperan dalam perusakan bakteri), laktoferin, sitokin, serta enzim

lainnya. Makrofag pada ASI dapat mencegah infeksi saluran cerna melalui

enzim yang diproduksinya [9].

Sel neutrofil

Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang bertugas sebagai

alat transpor IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada

pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan

laktasi [9].

Lisozim
20

Peranan lisozim adalah menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada

selaput lendir saluran cerna. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang

bertahan sampai tahun kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan. Dibanding

dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan

volume yang sama [9].

Komplemen

Komplemen adalah protein dalam serum darah yang berperan untuk membantu

sistem kekebalan nonspesifik dan spesifik untuk melindungi tubuh dari infeksi.

Komplemen berperan dalam inflamasi dan kerusakan membran

mikroorganisme patogen [27].

Sitokin

Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang berperan

dalam sistim imun di dalam ASI adalah IL-l (interleukin-1) yang berfungsi

mengaktifkan sel limfosit T. Sel makrofag juga menghasilkan TNF- dan

interleukin 6 (IL-6) yang mengaktifkan sel limfosit B sehingga antibodi IgA

meningkat [9].

Laktoferin

Laktoferin bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Efek ini

dicapai dengan mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian

besar bakteri patogen (misalnya Staphylococcus spp dan Escherichia coli).

Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6 mg/ml dan tertinggi pada kolostrum [9].

Peroksidase
21

Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman patogen. Berbeda

dengan susu sapi, ASI tidak mengandung laktoperoksidase yang dapat

menyebabkan reaksi peradangan di dinding usus bayi, jika ada pun kadarnya

kecil [9].

Limfosit T

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel

limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri Escherichia coli dan

mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya [9].

Imunoglobulin (antibodi)

Imunoglobulin utama yang terdapat pada ASI adalah sIgA, selama 4 bulan

pertama kehidupan, bayi memperoleh 500-600 mg IgA dari ASI.

Imunoglobulin A ibu yang ditransferkan melalui ASI berfungsi untuk

melindungi bayi dari mikroba patogen yang berasal dari sekitarnya.

Imunoglobulin A sekretorik adalah molekul yang resisten terhadap enzim

proteolitik yang terdapat di saluran cerna serta mampu bertahan dari pH

lambung yang asam. Imunoglobulin A sekretorik juga berfungsi mencegah

perlekatan kuman serta menurangi penetrasi antigen [10].

Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi tetapi berperan

memperkuat sistim imun lokal saluran cerna. Limfosit B pada saluran cerna ibu

diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya limfosit aktif ini

bermigrasi ke kelenjar payudara menjadi sel plasma dan menghasilkan

antibodi. Beberapa kajian juga memperlihatkan kandungan antibodi terhadap

jamur dan parasit pada ASI [9].


22

Penelitian di Brasil Selatan menyatakan bahwa bayi-bayi yang tidak

diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena diare 14,2 kali lebih
[11]
besar dibanding bayi yang diberi ASI Eksklusif . ASI juga akan menurunkan

kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit

alergi [11].

Dalam Islam sendiri, anjuran untuk memberikan ASI Eksklusif telah

tercantum dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 233 :

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi

yang ingin menyempurnakan penyusuan [31].

B.Kerangka Teori

ASI Eksklusif

Makrofag
Neutrofil
Lisozim
Komplemen
Sitokin
Laktoferin
Komplemen
Peroksidase
Limfosit T
Imunoglobulin

C. Kerangka Konsep
Meningkatkan imunitas
bayi

Variabel bebas Variabel Tergantung

Pemberian ASI Eksklusif Kejadian Diare


Menurunkan risiko diare
dan Non Eksklusif
23

D. Hipotesis
Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada

bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.


25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

dengan desain Cross Sectional untuk mengetahui angka kejadian diare pada

bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif. Dengan satu kali pengamatan

pada waktu tertentu, akan mendeskripsikan bagaimana hubungan antara

pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan

pada bulan November 2014

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

a. Variabel bebas : Pemberian ASI Eksklusif dan Non Eksklusif

b. Variabel tergantung : Kejadian Diare

25
26

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala

operasional
1 Pemberian Pemberian ASI Kuisioner Diberikan ASI Nominal

ASI eksklusif adalah Eksklusif atau

Eksklusif pemberian ASI tidak diberikan

tanpa tambahan ASI Eksklusif

cairan ataupun

makanan lain

kecuali vitamin,

mineral, atau obat

pada bayi sampai

usia 6 bulan
2 Kejadian Diare merupakan Kuisioner Diare Nominal

Diare suatu keadaan Tidak Diare

terjadinya

perubahan bentuk

dan konsistensi

tinja yang cair dan

frekuensi buang air

besar lebih dari 3

kali dalam sehari

D. Populasi Target dan Populasi Terjangkau Penelitian


27

1. Populasi Target

Populasi target adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan
[22]
kita lakukan . Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh bayi yang

berusia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang

memenuhi kriteria inklusi.


1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah sebagian dari populasi target yang

nilai/karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga
[22]
karakteristik dari populasi . Teknik pengambilan populasi target yang

digunakan adalah teknik purposive sampling, yakni pengambilan sampel harus

didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu, yang

merupakan ciri-ciri pokok populasi. Populasi terjangkau/sampel pada

penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi

Jakarta Selatan. Peneliti mengambil sampel/populasi target yang memenuhi

kriteria di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang datang ke

Puskesmas pada tanggal 14 - 26 November 2014. Besarnya sampel/populasi

terjangkau yang yang diambil ditentukan dengan rumus deskriptif kategorik

untuk perkiraan rata-rata sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu :

n= N Keterangan :

1 + N (e)2 n = jumlah sampel

= 101 N = jumlah populasi


28

1 + 101 (0,05) 2 E = batas toleransi kesalahan (0,05)

= 101

1,2525

= 80,6 = 81 sampel

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel/populasi terjangkau yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 81 bayi atau 81 responden. Maka jumlah

sampel/populasi target minimal yang dibutuhkan sebanyak 81 bayi atau 81

responden, namun dengan beberapa pertimbangan bahwa dengan semakin banyak

sampel/populasi target yang diteliti akan memberi hasil yang lebih akurat, selain itu

juga untuk menghindari kekurangan data akibat kesalahan teknis, sehingga peneliti

menambah sampel/populasi target sebanyak 10% menjadi sebesar 89 bayi atau 89

responden.

a. Kriteria Seleksi

1) Kriteria Inklusi

Seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI

Eksklusif ataupun tidak mendapatkan ASI Eksklusif di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.


Bersedia menjadi subjek dalam penelitian secara sukarela dan bersedia

menandatangani surat persetujuan informed consent menjadi subjek

penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
Ibu yang memiliki bayi yang menderita penyakit ataupun kelainan

kongenital
Ibu tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian
29

E. Pengukuran dan Pengamatan Variable Penelitian

Untuk melakukan pengukuran terhadap variabel penelitian dibuat instrument

berupa kuesioner yang diberikan kepada 89 responden ibu yang memiliki

bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.

Kuesioner ini terdiri dari data diri (identitas) responden dan pertanyaan

mengenai pemberian ASI apakah eksklusif atau tidak eksklusif, serta

pertanyaan apakah selama ini bayi pernah mengalami diare atau tidak.

Pengukuran variabel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software

SPSS versi 16 (Statistical Product for Service Solution). Analisis ini

dilakukan untuk menguji hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka

kajadian diare.

F. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan

melakukan penelitian sendiri secara langsung (data primer) dan dengan data

bantuan dari berbagai pihak, dalam hal ini dari pihak puskesmas (data

sekunder).

1) Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Jenis

data yang dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner oleh


30

responden. Kuesioner dibagikan kepada responden, kemudian peneliti

mendampingi responden dalam pengisian kuesioner untuk

menghindari terjadinya kesalahan dalam pengisian kuesioner dan agar

responden dapat memahami serta menjawab pertanyaan pada

kuesioner dengan jelas.

2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak puskesmas

yang berhubungan dengan jumlah ibu yang berkunjung ke Puskesmas

Kecamatan Setiabudi yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.

G. Alur Penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Pengajuan surat izin penelitian kepada pihak Universitas


Muhammadiyyah Jakarta

Pengajuan surat izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota


Jakarta Selatan

Pengajuan surat izin penelitian kepada Puskesmas Kecamatan


Pemilihan RespondenSetiabudi JakartaKriteria
Berdasarkan SelatanInklusi Dan Ekslusi

Permintaan Persetujuan Sebagai Responden kepada ibu yang


memliki bayi usia 0-6 bulan
Pengisian Kuesioner oleh Responden
Pengolahan Dan Analisis Data

Hasil

H. Pengolahan Data
31

Data penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan beberapa tahap

pengolahan data yaitu:

a. Pemeriksaan data (Editing) : dengan mengecek semua data yang telah

diambil apakah sudah lengkap atau belum. Dapat juga memeriksa data

yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau

buku register. Dalam penelitian ini dilakukan penyuntingan data yang

telah dikumpulkan dengan cara memeriksa kelengkapan pengisian

pertanyaan yang diajukan, kejelasan pengisian dan kesehatan jawaban

dari setiap kuesioner.


b. Pembersihan data (Cleaning) : Untuk meneliti kelengkapan dan

konsistensi dari jawaban pada setiap kuesioner.


c. Pengkodean data (Coding) : Setelah kuesioner diteliti, kemudian

dilakukan pengkodean dengan cara memberi kode pada setiap

pertanyaan agar nantinya dapat memudahkan mengolah data.


d. Memasukan data (Entry data) : Memasukan data dengan cara manual

atau melalui pengolahan computer.


e. Penyusunan data (Tabulasi) : Pengorganisasian data sedemikian rupa

agar mudah dapat dijumpai, disusun dan didata untuk disajikan dan

dianalisis. Proses tabulasi pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan computer.

I. Analisis data

Analisa digunakan untuk mengolah data kedalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran

hipotesis yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan :

a. Analisis univariat : Analisis univariat dilakukan untuk melihat

distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang


32

dikehendaki dari tabel distribusi, dalam penelitian ini, analisis

univariat meliputi :
o distribusi bayi menurut jenis kelamin di puskesmas kecamatan

setiabudi Jakarta selatan tanggal 19 november - 26 november

2014
o distribusi bayi menurut golongan umur di puskesmas

kecamatan setiabudi Jakarta selatan tanggal 19 november - 26

november 2014
o distribusi bayi berdasarkan jenis pemberian ASI di puskesmas

kecamatan setiabudi Jakarta selatan tanggal 19 november - 26

november 2014
o distribusi bayi yang menderita diare di puskesmas kecamatan

setiabudi jakarta selatan tanggal 19 november - 26 november

2014
o usia tersering bayi mengalami diare berdasarkan hasil

wawancara dengan responden di puskesmas kecamatan

setiabudi jakarta selatan tanggal 19 november - 26 november

2014
b. Analisis bivariat : analisis yang dilakukan untuk mengetahui adanya

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

menggunakan uji Chi-square. Pada penelitian ini, analisis bivariat

yang dilakukan adalah : Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan

Angka Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan


Rumus uji Chi-square:
Keterangan :

X2 = nilai chi-square
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi
33

Digunakan derajat kemaknaan = 0.05 sehingga jika nilai hitung

p value <0.05 (p value < ) maka hasil uji statistik bermakna, dan

sebaliknya bila p value > 0.05 (p value > ) maka hasil uji statistik

tidak bermakna.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

C. Gambaran umum Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan


1. Wilayah Kerja, Data Geografis, Dan Batas Wilayah Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan

Lokasi Puskesmas Kecamatan Setiabudi terletak di Jl Halimun No 13

Kelurahan Guntur Kecamataan Setiabudi Jakarta Selatan. Kecamatan

Setiabudi merupakan bagian dari puskemas kecamatan yang berada di

wilayah kotamadya Jakarta Selatan dengan jumlah RT / RW sebanyak 509

RT, dan 50 RW, luas wilayah 884,90 km2. mempunyai batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kali Malang Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

Sebelah Timur : Jl. Dr Saharjo dan kali cideng Kecamatan Tebet

Sebelah Selatan : Jl Jendral Gatot Subroto Kec. Mampang Prapatan

Sebelah Barat : Jl Jendral Sudirman Kecamatan Tanah Abang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978 tentang

Pemerintahan Wilayah Kota dan Kecamatan di DKI Jakarta, dan Keputusan

Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b/3/2/14/67 tanggal 1 Desember 1967 dan

diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978 tentang

Pemerintahan Wilayah Kota dan Kecamatan di DKI Jakarta, bahwa wilayah

Kecamatan Setiabudi terdiri dari 8 (delapan) kelurahan yaitu :

34
35

1. Kelurahan Setiabudi;

2. Kelurahan Guntur;

3. Kelurahan Karet;

4. Kelurahan Karet Semanggi;

5. Kelurahan Karet Kuningan;

6. Kelurahan Kuningan Timur;

7. Kelurahan Menteng Atas;

8. Kelurahan Pasar Manggis

Ditinjau dari segi kondisi wilayahnya Kecamatan Setiabudi terletak

pada iklim tropis dimana suhu rata-rata pertahun 27 C dengan kelembaban

antara 80 % - 90% Curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm.Curah

hujan tertinggi sekitar bulan Februari dan terendah kira-kira bulan September.

Daerah Setiabudi mempunyai tingkat elevasi 12 22 m diatas permukaan air

laut.

2. Sejarah Berdirinya Puskesmas Kecamatan Setiabudi

Puskesmas Kecamatan Setiabudi berdiri pada tahun 1970 dan secara

administratif terletak di Jl. Halimun No. 13 RT. 03/03, Kel. Guntur,

Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada bulan Agustus 2003 gedung

Puskesmas Kecamatan Setiabudi mengalami rehab total, dari 2 lantai menjadi

4 lantai, sehingga seluruh kegiatan pelayanan Puskesmas Kecamatan

dipindahkan kegedung sewa yang berlokasi di Jalan Pangrango No. 20 RT.

03/01 Kel Guntur, Kec Setiabudi, Jakarta Selatan. Wilayah kerja Puskesmas
36

Kecamatan Setiabudi adalah membawahi 6 (enam) Puskesmas kelurahan

terdiri Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis, Kelurahan Menteng Atas,

Kelurahan Karet, Kelurahan Setiabudi, Kelurahan Karet Kuningan dan

Kelurahan Kuningan Timur. 2 kelurahan diwilayah binaan Kecamatan

Setiabudi yaitu Guntur dan Karet Semanggi.

3. Visi, Misi, Kebijakan, Strategi

a. Visi Dan Misi Puskesmas Kecamatan Setiabudi

1) Visi

Terwujudnya masyarakat Sehat, Mandiri dan Berdaya guna secara

profesional

2) Misi

a) Meningkatkan pelayanan berkualitas melalui pelayanan prima.


b) Meningkatkan mutu sumber daya manusia
c) Meningkatkan promosi kesehatan dan peran serta masyarakat
d) Mengembangkan manajemen professional

3) Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Setiabudi


a) Mencapai kepuasan pelanggan melalui pelayanan prima
b) Meningkatkan sumber daya manusia,
c) Melakukan perbaikan yang berkesinambungan.

4) Tujuan Dalam Pencapaian Visi

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang sehat, mandiri dan berdaya

guna di wilayah Puskesmas Kecamatan Setiabudi antara lain :

a) Meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

lingkungan.

b) Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit.
37

c) Masyarakat mampu berperan memelihara dan melindungi dirinya dari

ancaman penyakit.

d) Masyarakat mampu berperan aktif dalam gerakan kesehatan.

e) Tersedianya tenaga yang handal dalam menanggulangi masalah

kesehatan masyarakat sesuai bidang tugasnya.

f) Meningkatkan kinerja karyawan di wilayah kerja Puskesmas se

Kecamatan Setiabudi.

g) Tersedianya informasi kesehatan yang cepat, tepat, akurat dan terkini

yang berbasis komputer.

h) Terjalinnya kerjasama yang baik dengan lintas sektoral, lintas program

dan organisasi masyarakat.

5) Strategi Dan Kebijakan

Strategi

Pengembangan SDM

Penyempurnaan Sistem Manajemen

Peningkatan Promosi dan Informasi kesehatan

Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pengembangan Sarana dan Prasarana

Kebijakan

Mengacu pada kebijakan dan program pembangunan kesehatan di wilayah

DKI Jakarta yang meliputi,sebagai berikut :

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan


38

Peningkatan kualitas upaya kesehatan mayarakat untuk melindungi

masyarakat dari resiko dan penyakit

Pengembangan sistem informasi dan pemasaran sosial kesehatan

Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan

Peningkatan profesIonalisme bidang kesehatan

Meningkatkan kerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral

4. Tugas Dan Fungsi

a. Fungsi Puskesmas

Dalam pelaksanaannya Puskesmas adalah organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi tepat guna. (Kemenkes, 2010).


Selain berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama,

Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat. Sebagai pusat

pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya

mengerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor

dengan mengutamakan pemeliharaan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Sebagai

pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar

masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kesehatan.

(Wijono, 2008).
39

Puskesmas Kecamatan Setiabudi dalam penyelengaraan fungsinya

sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

dibawah Suku Dinas Kesehatan berupaya melaksanakan tugas pokok dan

fungsi Puskesmas, disamping sebagai Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) dan sebagai Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) Untuk

menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas Puskesmas Kecamatan

Setiabudi sesuai dengan Peraturan Gubernur No 4 Tahun 2011 mempunyai

fungsi sbb :

a. Penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan

dokumenPelaksanaan Anggaran (DPA) Puskesmas Kecamatan

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Puskesmas

c. Pelaksanaan Standard dan Prosedur pelayanan Kesehatan

d. Penyusunan rencana strategis Puskesmas Kecamatan

e. Penyelenggaraan asuhan keperawatan

f. Penyelenggaraan pelayanan persalinan

g. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

h. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas

kebidanan, kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga,

hidung dan tenggorokan

i. Penyelenggaraan rawat nginap terbatas

j. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laborator

radiologi, gizi, farmasi dan optic

k. Penyelenggaraan pelayanan ambulance rujukan

l. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga berencana

m. Penyelenggaraan pelayanan Imunisasi


40

n. Penyelenggaran pelayanan 24 Jam

o. Penyelenggaraan pelayanan rujukkan

p. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan

q. Penyelenggaraan pemberdayaan Puskesmas Kelurahan

r. Penyelenggaraan pencatatan medis

s. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran

peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan peralatan

medis.

t. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan

u. Penyusunan standar operasional prosedur

v. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat

menyurat,dan kearsipan serta kebersihan, keamanan dan

keindahan Puskesmas

w. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja

x. Pemeriksaan jenazah

y. Pengumpilan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan

tugas dan fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas

Kelurahan

z. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi Puskesmas

5. Target Puskesmas

Target kinerja Puskesmas mengacu kepada RPJMN 2013-2014 dan

Millenium Development Goals (MDGs) untuk mencapai masyarakat sehat,

mandiri dan berkeadilan, yang dijabarkan dalam rencana strategis (renstra)


41

tahun 2013 -2017, program prioritas Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

tahun 2013 2014.

D. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, sampel bayi yang diperoleh sebanyak 81 bayi dengan

rentang usia 0-6 bulan dan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 19 November - 26 November 2014

Jenis Kelamin Jumlah (n) Prosentase (%)


Laki-laki 41 46,1%
Perempuan 48 53,9%
Total 89 100%

Dari tabel 4.1, didapatkan persentase bayi laki laki sebanyak 41 orang

(46,1%), sedangkan bayi perempuan sebanyak 48 orang (53,9%).

Tabel 4.2. Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 19 November - 26 November 2014

Umur (bulan) Jumlah (n) Prosentase (%)


0 - 2 bulan 24 27,0 %
2 bulan 1 hari - 4 bulan 30 33,7 %
4 bulan 1 hari 6 bulan 35 39,3 %
Total 89 100 %
42

Dalam penelitian ini didapatkan persentase tertinggi pada distribusi usia 4

bulan 1 hari - 6 bulan, yaitu sebanyak 35 bayi (39,3%). Sedangkan persentase

terkecil adalah pada distribusi usia 0-2 bulan, yaitu sebanyak 24 bayi

(27,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pemberian ASI di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 19 November - 26

November 2014

Jenis ASI Jumlah (n) Prosentase (%)

ASI Eksklusif 45 50,6%

Non Eksklusif 44 49,4%

Total 89 100%

Dari tabel 4.3, didapatkan data bahwa sampel bayi yang ASI Eksklusif sebanyak 45

bayi (50,6%), dan sampel bayi Non Eksklusif sebanyak 44 bayi (49,4%).

Tabel 4.4. Distribusi Bayi yang Menderita Diare di Puskesmas Kecamatan

Setiabudi Jakarta Selatan Tanggal 19 November - 26 November 2014

Karakteristik Diare Jumlah (n) Prosentase (%)

Diare 30 33,7 %

Tidak diare 59 66,3 %

Total 89 100 %
43

Dari tabel 4.4, didapatkan data bahwa sampel bayi yang menderita diare

sebanyak 30 bayi (33,7%), dan sampel bayi yang tidak menderita diare

sebanyak 59 bayi (66,3%).

Tabel 4.5. Riwayat Usia Bayi Mengalami Diare Berdasarkan Hasil Wawancara

dengan Responden di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan Tanggal 19 November - 26 November 2014

Usia Jumlah (n) Prosentase (%)

0-2 bulan 9 25,7 %

2 bulan 1 hari 4 bulan 16 45,7 %

4 bulan 1 hari 6 bulan 10 28,6 %


Total 35 100 %
Dari tabel 4.5, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden,

didapatkan data bahwa angka riwayat kejadian diare tertinggi adalah pada range usia

2 bulan 1 hari 4 bulan (45,7 %), sedangkan yang terendah adalah pada range usia 0

2 bulan (25,7 %).

Jenis Pemberian Karakteristik Diare


ASI Ya Tidak Total OR CI 95% Pva
N % N % N %
ASI Eksklusif 6 13,3 39 86,7 45 100 2,745 -
Non Eksklusif 24 54,6 20 45,4 44 100 7,800 22,166 0,00
Total 30 59 89
44

Tabel 4.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare

pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan

Dari tabel 4.6, didapatkan data bahwa pada bayi yang diberi ASI Eksklusif terdapat 6

bayi yang mengalami diare (13,3%), sedangkan yang tidak diare sebanyak 39 bayi

( 86,7%), sedangkan pada bayi yang diberi ASI Non Eksklusif terdapat 24 bayi yang

mengalami diare ( 54,6% ), sedangkan yang tidak diare sebanyak 20 bayi ( 45,4%).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji statistik chi square yang diolah

dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows

menghasilkan p < 0,05 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti signifikan atau

bermakna. Hal ini menunjukan hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan

menurunnya tingkat kejadian diare pada bayi.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner dengan pendekatan

cross sectional yang melihat kejadian pada saat waktu tertentu yang memiliki

keterbatasan antara lain :


1. Karena menggunakan kuesioner, data yang didapat tergantung jawaban

responden, dikhawatirkan jawaban yang diberikan bukanlah jawaban

yang sesuai kenyataan.


2. Penelitian ini hanya memebahas hubungan pemberian ASI Eksklusif

dengan angka kejadian diare saja, padahal disamping itu terdapat

beberapa faktor lain yang berhubungan dengan diare, diantaranya tingkat

hygiene yang rendah, tingkat pengetahuan orang tua, dan lain-lain.


3. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan jumlah sampel karena waktu

penelitian yang relatif singkat

B. Penafsiran dan Pembahasan Temuan Hasil Penelitian

Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada bayi dan balita di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Survei

morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari

tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden diare yang meningkat [1]. Diare

tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi adalah pada bayi

45
46

[1]
dan balita . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan

bahwa penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah

diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%) [3].

Tingginya angka kejadian diare ini tak luput dari faktor kesalahan ibu

dalam memberikan makanan pada bayi di awal masa kehidupan, dimana bayi

telah diberikan makanan pendamping ASI seperti susu formula, buah-buahan,

biskuit, dan lain-lain sebelum bayi genap berusia 6 bulan, dimana seharusnya

pada periode usia 0-6 bulan bayi dianjurkan hanya menerima asupan makanan

berupa ASI saja, tanpa tambahan makanan pendamping apapun. Hal tersebut

yang akhirnya menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian terhadap

hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia

0-6 tahun di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan sehingga penulis

dapat mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif

dengan kejadian diare.

Dalam penelitian ini didapatkan persentase bayi laki laki sebanyak 41

orang (46,1%), sedangkan bayi perempuan sebanyak 48 orang (53,9%). Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda Wijayanti

tahun 2010 yang menunjukkan persentase sampel bayi laki-laki lebih banyak

daripada sampel bayi perempuan, yakni sebanyak 31 bayi (51,7%), dan sampel
[28]
bayi perempuan sebanyak 29 bayi (48,3%) . Perbedaan hasil penelitian ini

kemungkinan terjadi akibat keterbatasan jumlah sampel dalam penelitian ini

serta waktu penelitan yang relatif singkat dan terbatas.

Dalam penelitian ini didapatkan persentase sampel tertinggi pada

distribusi usia 4 bulan 1 hari - 6 bulan, yaitu sebanyak 35 bayi (39,3%).


47

Sedangkan persentase terkecil adalah pada distribusi usia 0 - 2 bulan, yaitu

sebanyak 24 bayi (27,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Winda Wijayanti tahun 2010 yang menunjukkan persentase

sampel tertinggi pada distribusi usia 4 bulan 1 hari - 6 bulan, yaitu sebanyak 29

bayi (48,3%), sedangkan persentase terkecil adalah pada distribusi usia 0 - 2

bulan, yaitu sebanyak 8 bayi (13,3%) [28]

Pada penelitian ini didapatkan persentase sampel bayi yang diberi ASI

Eksklusif sebanyak 45 bayi (50,6%), dan sampel bayi Non Eksklusif sebanyak

44 bayi (49,4%). Kecenderungan jumlah sampel yang lebih banyak adalah bayi

yang diberi ASI Eksklusif kemungkinan karena keterbatasan jumlah sampel,

waktu pengambilan data penelitian yang relatif singkat, serta kesadaran dan

tingkat pengetahuan responden untuk memberikan ASI Eksklusif yang sudah

cukup tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Istiqammah dkk tahun 2013 yang menunjukkan persentase sampel bayi yang

diberi ASI Eksklusif sebanyak 36 bayi (56,2%), dan sampel bayi Non Eksklusif
[29]
sebanyak 28 bayi (43,7%) . Hasil ini menyatakan bahwa kecenderungan

sampel terbanyak adalah sampel bayi yang diberi ASI Eksklusif.

Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa sampel bayi yang menderita

diare sebanyak 30 bayi (33,7%), dan sampel bayi yang tidak menderita diare

sebanyak 59 bayi (66,3%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Endah dkk tahun 2009 yang menunjukkan persentase sampel

bayi yang menderita diare lebih banyak daripada sampel bayi yang tidak

menderita diare, yakni sebanyak 26 bayi (63,4%), dan sampel bayi yang tidak
[30]
menderita diare sebanyak 15 bayi (36,6%) . Perbedaan hasil penelitian ini
48

dengan penelitian sebelumnya mungkin dikarenakan dalam penelitian ini

terdapat adanya keterbatasan jumlah sampel, serta adanya faktor lain seperti

kondisi lingkungan, tingkat kebersihan lingkungan, serta tingkat pengetahuan

orang tua yang sudah cukup baik sehingga angka kejadian diare pada penelitian

ini lebih rendah.

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap responden, didapatkan data bahwa angka riwayat kejadian diare

tertinggi adalah pada range usia 2 bulan 1 hari 4 bulan (45,7 %), sedangkan

yang terendah adalah pada range usia 0 2 bulan (25,7 %). Hal ini dapat terjadi

karena pada usia 2 bulan 1 hari 4 bulan, bayi cenderung lebih aktif, bayi

sudah mulai memasukkan berbagai benda seperti mainan maupun jari tangan ke

dalam mulut, yang memungkinkan masuknya mikroorganisme berbahaya ke

dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan diare.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan ini didapatkan hasil bahwa prevalensi kejadian diare pada bayi usia 0-6

bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 13,3%, sedangkan prevalensi

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif

sebesar 54,6%. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa angka

kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif jauh lebih rendah

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

Pada pengolahan data menggunakan Statistical Product and Service

Solution (SPSS) 16 for Windows, didapatkan OR ( Odds Ratio) sebesar 7,800

yang berarti bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif berisiko mengalami diare 7,8

kali lebih besar daripada bayi yang diberi ASI Eksklusif.


49

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda

Wijayanti tahun 2010 yang menyebutkan bahwa angka kejadian diare pada bayi

yang diberi ASI Eksklusif lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak diberi

ASI Eksklusif, yakni prevalensi diare bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif

sebesar 43,33% dan prevalensi diare bayi yang mendapatkan ASI Non
[28]
Eksklusif sebesar 56,67% . Penelitian Istiqammah dkk tahun 2013 juga

menyimpulkan hal serupa, dimana prevalensi diare bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif sebesar 30,5% dan prevalensi diare bayi yang mendapatkan ASI Non

Eksklusif sebesar 53,6% [29].

Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi (buang air

besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
[1]
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah . Neonatus dinyatakan

diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk

bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya

lebih dari 3 kali [19].

Rendahnya angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif dikarenakan di dalam ASI terdapat berbagai zat kekebalan atau

antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam infeksi maupun
[21]
penyakit berbahaya lainnya . Selain itu, ASI mengandung air sebanyak

87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi

mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu

udara panas sekalipun. Disamping itu, kekentalan ASI juga sesuai dengan

saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal
50

tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat

susu formula [7].

ASI merupakan makanan alamiah pertama dan utama yang terbaik bagi

bayi. Di dalam ASI terkandung berbagai zat yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi pada tahun-tahun pertama kehidupan.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber makanan lain yang disiapkan

dengan air atau bahan-bahan yang dapat terkontaminasi mikroorganisme

berbahaya. Pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau cairan lain dapat

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan mikroorganisme lain yang dapat

menyebabkan diare [1].

Sistim kekebalan tubuh pada bayi baru lahir masih sangat terbatas dan

akan berkembang sesuai dengan meningkatnya paparan mikroorganisme di

dalam saluran cernanya. Berbagai fakor perlindungan ditemukan di dalam ASI,

termasuk antibodi IgA sekretori (sIgA). Saat menyusui, IgA sekretori akan

berpengaruh terhadap paparan mikroorganisme pada saluran cerna bayi dan

membatasi masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui mukosa (dinding)

saluran cerna. Peran perlindungan ASI terdapat pada tingkat mukosa [21].

Imunoglobulin A yang terdapat di dalam ASI memiliki aktivitas

antitoksin terhadap enterotoksin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri

Escherichia coli dan Vibrio cholerae, dan antibodi terhadap beberapa tipe

Escherichia coli. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya titer

antibodi Escherichia coli yang tinggi pada tinja bayi yang mendapat ASI [21].
51

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula ataupun makanan pendamping ASI lain. Oleh karenanya, sangat

dianjurkan bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,

disamping karena ASI memiliki banyak manfaat, selain itu juga dengan

menyusui maka akan terjalin ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi [9].

ASI Eksklusif dapat menurunkan angka kejadian dan kematian bayi


[25] [26]
akibat diare . Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, risiko

terjadinya diare adalah 2,23 kali lebih besar dibandingkan bayi yang

mendapatkan ASI Eksklusif [25].

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya bahwa terdapat adanya hubungan antara pemberian ASI

Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan, yakni dengan pemberian ASI Eksklusif

dapat menurunkan risiko terjadinya diare pada bayi.


52
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Jenis kelamin subyek terbanyak dalam penelitian ini adalah

perempuan yakni sebanyak 48 bayi (53,9%), sedangkan bayi laki

laki sebanyak 41 orang (46,1%)


Dalam penelitian ini didapatkan persentase sampel tertinggi pada

distribusi usia 4 bulan 1 hari - 6 bulan, yaitu sebanyak 35 bayi

(39,3%). Sedangkan persentase terkecil adalah pada distribusi usia 0 -

2 bulan, yaitu sebanyak 24 bayi (27,0%).


Sampel bayi yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 45 bayi (50,6%), dan

sampel bayi Non Eksklusif sebanyak 44 bayi (49,4%).


Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa sampel bayi yang

menderita diare sebanyak 30 bayi (33,7%), dan sampel bayi yang

tidak menderita diare sebanyak 59 bayi (66,3%).


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden,

didapatkan data bahwa angka riwayat kejadian diare tertinggi adalah

pada range usia 2 bulan 1 hari 4 bulan (45,7 %), sedangkan yang

terendah adalah pada range usia 0 2 bulan (25,7 %).


Didapatkan hasil bahwa prevalensi kejadian diare pada bayi usia 0-6

bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 13,3%, sedangkan

prevalensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang tidak

52
53

mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 54,6%. Berdasarkan data

tersebut, dapat diketahui bahwa angka kejadian diare pada bayi yang

mendapatkan ASI Eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

Pada pengolahan data menggunakan Statistical Product and Service

Solution (SPSS) 16 for Windows, didapatkan OR ( Odds Ratio)

sebesar 7,800 yang berarti bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif

berisiko mengalami diare 7,8 kali lebih besar daripada bayi yang

diberi ASI Eksklusif


Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang telah dikemukakan

bahwa terdapat adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif

dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan, yakni ASI Eksklusif

menurunkan risiko kejadian diare


Dalam Islam sendiri, anjuran bagi para Ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif kepada bayinya sebenarnya telah tercantum dalam Al-

Quran, yakni pada Surah Al-Baqarah ayat 233.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan simpulan hasil

penelitian di atas antara lain :

1. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta

Selatan, diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan edukasi akan

manfaat dan pentingnya ASI Eksklusif bagi para calon ibu pada setiap
54

kunjungan Antenatal Care untuk mempersiapkan diri agar dapat optimal

dalam memberikan ASI Eksklusif kepadanya bayinya kelak.


2. Bagi para ibu yang sedang hamil diharapkan dapat mempersiapkan diri

untuk dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya kelak


3. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat mengembangkan hasil

penelitian ini supaya nantinya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan

dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya.


4. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa kedokteran diharapkan untuk

mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah

penelitian yang lebih luas dan sampel penelitian yang lebih banyak,

sehingga dapat didapatkan hasil yang lebih optimal dan bisa

digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
55

1. Depkes RI. 2011. Buletin Diare (www.depkes.go.id)


2. Hegar, Badrul dan Juffrie Muhammad. 2011. Nelson Ilmu

Kesehatan Anak Essensial. Jakarta : Ikatan Dokter Anak

Indonesia
3. Badan litbang kesehatan. 2007. Laporan Hasil Riskesdas 2007.
(http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/)
4. ____________________.2013. Laporan Hasil Riskesdas 2013.

(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/

Laporan_Riskesdas2013.PDF)
5. ____________________.2013. Laporan Hasil Riskesdas 2010.

(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/

Laporan_Riskesdas2010.PDF)
6. Arifin, Siregar. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor

faktor yang Mempengaruhinya. Sumatra Utara:

Universitas Sumatra Utara


7. Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu.

In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut

Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI


8. Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk

Kesehatan, Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil.

Yogyakarta : CV Andi Offset


9. Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan

Tubuh.In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai

Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI


10. Rulina S, Utami R. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


11. Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Niaga

Swadaya
12. Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.

Jakarta : EGC
56

13. Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen.


14. Suraatmaja, S. (2007). Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.
15. Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.

Jakarta: Medica Aesculpalus FKUI.


16. Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi

Jilid I. Jakarta: IDAI.


17. Gunardi, dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta : Badan

Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia


18. Wahab, A Samik. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
19. Hasan, R. 2007. Buku Kuliah : Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta :

Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.


20. Ahlquist, D.A., and Camilleri, M. 2005. Diarrhea and

Constipation. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L.,

Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L.,eds.

Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA:

McGrawHill.
21. Tumbelaka A.R. dan Karyanti M.R. 2008. Air Susu Ibu dan

Pengendalian Infeksi.In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari

Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. JakartaBalai Penerbit

FKUI.
22. Hastono, Sutanto Priyo dkk. 2013. Statistik Kesehatan. Jakarta :

Raja Grafindo Persada


23. Kliegman R.M., Marcdante K.J., and Behrman R.E., 2006.

Nelson Essentials of Pediatric. 5th ed. Philadelphia:

Elsevier Saunders.
24. Setiawan, Budi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :

Interna Publishing
25. Shams Arifeen, Robert E. Black, Gretchen Antelman, Abdullah

Baqui, Laura Caulfield and Stan Becker. 2001. Exclusive


57

Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and

Diarrhea Deaths Among Infants in Dhaka Slums. America

: American Academy of Pediatrics


(http://pediatrics.aappublications.org/content/108/4/e67.fu

ll.pdf)
26. Ehlayel MS, Bener A, Abdulrahman HM. 2009. Protective Effect

of Breastfeeding on Diarrhea Among Children in a

Rapidly Growing Newly Developed Society. Turky :

Turkish Journal of Pediatrics


27. Baratawidjaja dan Rengganis. 2010. Imunologi Dasar Edisi Ke-

10. Jakarta : FKUI


28. Wijayanti, winda. 2010. Hubungan Antara Pemberian ASI

Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Usia

0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta
29. Istiqammah dkk. 2013. Hubungan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar


30. Siti Nur Endah H dkk. 2012. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif

Dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0- 6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis

Tahun 2009
31. Al-Quran. 2006. Syaamil Al-Quran Edisi Tajwid . Bandung :

PT. Syaamil Cipta Media


58

LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Surat Persetujuan

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian


tersebut dibawah ini yang berjudul :

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan
59

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan catatan


bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun. berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, 2014

Penanggung jawab penelitian Peserta

( ) ( )

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan

Petunjuk pengisian kuesioner.

1. Sebelum menjawab pertanyaan, bacalah terlebih dahulu pertanyaan yang


diteliti.
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang di
anggap benar dengan memberikan tanda ().
3. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner mohon dilakukan
dengan memberikan jawaban yang sejujurnya.
4. Mohon diteliti ulang, agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan untuk
dijawab.
5. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada
unsur paksaan maupun rekayasa, demi tercapainya hasil yang diharapkan.
6. Data yang dikumpulkan semata-mata untuk keperluan ilmiah yang kami
jamin kerahasiaannya.
60

KUESIONER PENELITIAN

Nama ibu :

Usia bayi ibu saat ini :

Petunjuk pengisian :

1. Peneliti menanyakan pertanyaan yang terdapat dibawah ini


2. Jawaban diisi sesuai dengan jawaban responden
3. Berilah tanda cek ( ) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban responden

/1. Berapa umur ibu sekarang?

// Kurang dari 20 tahun 31 40 tahun

20 30 tahun lebih dari 40 tahun

///2. Pendidikan terakhir

/// Tidak sekolah SLTP Diploma

SD SMU Sarjana

////3. Pekerjaan anda saat ini

IRT PNS Wiraswasta Karyawan Swasta

//4. Anak keberapa sekarang yang di berikan ASI

// Anak pertama Anak ketiga

Anak kedua Anak keempat atau lebih


61

//5. Berapa jumlah anak ibu sekarang

/ Kurang dari 2 orang Lebih dari 4 orang

2 4 orang

Kuesioner Penelitian

Berikan pertanyaan kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat di


bawah ini. Peneliti memberikan tanda cek ( ) pada setiap pernyataan sesuai dengan
jawaban responden.

NO Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu memberi ASI pada bayi?
2 Selain ASI apakah ibu memberikan makanan tambahan?
3 Apakah ibu menyusui bayi 30 menit setelah lahir ?
4 Apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali keluar yang
berwarna kekuningan ?
5 Bila ibu pergi apakah tetap memberikan ASI pada bayi?
6 Apakah bayi ibu selama ini pernah diare atau mencret?
62

LAMPIRAN 2
SURAT IZIN PENELITIAN
63

/
64

/
65
66

LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN SPSS VERSI 16

GET
FILE='C:\Users\Dell\Documents\SKRIPSI ANA\print\DATA MENTAH SPSS.sav'.
DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
CROSSTABS
/TABLES=Jenis.asi BY K.Diare
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\Dell\Documents\SKRIPSI ANA\print\DATA MENTAH SPSS.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Pemberian ASI *


89 100.0% 0 .0% 89 100.0%
Karakteristik Diare

Jenis Pemberian ASI * Karakteristik Diare Crosstabulation

Karakteristik Diare

tidak diare diare Total

Jenis Pemberian ASI Asi eksklusif Count 39 6 45

Expected Count 29.8 15.2 45.0

non eksklusif Count 20 24 44

Expected Count 29.2 14.8 44.0

Total Count 59 30 89

Expected Count 59.0 30.0 89.0


67

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 16.910a 1 .000

Continuity Correctionb 15.116 1 .000

Likelihood Ratio 17.782 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.720 1 .000

N of Valid Casesb 89

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.83.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jenis


Pemberian ASI (Asi eksklusif 7.800 2.745 22.166
/ non eksklusif)

For cohort Karakteristik


1.907 1.353 2.688
Diare = tidak diare

For cohort Karakteristik


.244 .111 .540
Diare = diare

N of Valid Cases 89
68

LAMPIRAN 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ana Nurrida

Tempat/tanggal lahir : Bogor, 15 Februari 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kol. Pranoto RT 02/05 Kelapa Dua-Depok

Riwayat pendidikan : 1. SDN Pekayon 15 Pagi Jakarta, Tamat tahun 2005

2. SMP Negeri 184 Jakarta, Tamat tahun 2008

3. SMA Negeri 99 Jakarta, Tamat tahun 2011

4. Universitas Muhammadiyah Jakarta ( tahun 2011-


sekarang)
69

You might also like