You are on page 1of 40

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


PENDIDIKAN LUAR BIASA

BAB VII
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB VII
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan terkait penelitian tindakan kelas. serta menguasai
materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu
1. Kompetensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu
2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD).
Menguasai Konsep, merencanakan, dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK):
a. Menguasai pengertian PTK
b. Menguasai tujuan dan manfaat PTK
c. Menguasai karakteristik PTK
d. Menguasai prinsip PTK
e. Menguasai penetapan fokus masalah PTK
f. Menguasai perencanaan tindakan
g. Menguasai pelaksanaan tindakan
h. Menguasai pengamatan dan pengumpulan data
i. Menguasai refleksi data
j. Menguasai Tindak reflektif
B. Materi
1. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003) dan Nur (2001) Penelitian
tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

1
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat (Unesa, 2013) Senada dengan pengertian tersebut Mills (2003)
berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu proses penemuan simultan
tentang suatu masalah dan mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. Suatu proses
yang disengaja, berkelanjutan, rekursif, dan dinamis. Guru meneliti dan mengambil
tindakan yang disengaja dan etis di kelas tertentu dalam konteks untuk meningkatkan
pengajaran/pembelajaran.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam PTK guru sebagai peneliti bertindak
sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan. PTK tidak sekedar
penyelesaian masalah, melainkan juga memiliki misi perubahan dan peningkatan. PTK
bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang
dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan
perubahan terhadap hal-hal yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata
menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis,
melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru)
maupun pada situasi tempat mereka bekerja.
Dalam konteks pendidikan khusus Wansart (1995 dalam Bruce & Pine, 2010)
menegaskan bahwa PTK dalam pendidikan khusus harus bergerak melampaui
pendekatan defisit berbasis penelitian, temuan penelitian dibangun berdasarkan
kemampuan dan prestasi anak-anak. Guru menemukan 'kemampuan melalui
pengamatan sistematis, memperhatikan perilaku siswa yang dibentuk sesuai
kapasitasnya. Fokus kemampuan merupakan bentuk aksi sosial yang memiliki kekuatan
untuk mengubah bagaimana guru melihat siswa dan bagaimana siswa melihat diri
mereka sendiri. penelitian tindakan kelas dalam pendidikan khusus harus tentang
kemampuan siswa, advokasi, dan perubahan yang berarti dalam cara kita mengajar.
Alur berpikir PTK yang demikian penting bagi guru PK karena membantu mereka dalam
hal: memahami secara lebih baik tentang pembelajarannya, mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk
meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah
menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan
pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3)

2
melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai
bagian tanggungjawabnya.
b. Tujuan dan Manfaat PTK
1) Tujuan PTK
Berdasarkan uraian sebelumnya dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tujuan PTK adalah
a) Untuk memperbaiki kinerja pembelajaran guru itu sendiri melalui refleksi diri,
melakukan perubahan untuk peningkatan proses dan hasil belajar siswanya
secara praktis dan langsung
b) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru dalam memecahkan
masalah aktual pembelajaran melalui kajian bidang keilmuan dan metode PTK
c) Memberdayakan guru menjadi guru peneliti yang kreatif dan inovatif
d) Meningkatkan kualitas masukan, proses, isi, dan hasil pembelajaran di sekolah
e) Meningkatkan kerja sama antara sekolah, LPTK, Kemendikbud Pusat dan
Daerah, stakeholder, khususnya kerjasama antara guru-dosen-
mahasiswa/calon guru-dan praktisi pendidikan.
f) Sarana bagi guru menemukan pengetahuan baru melalui penelitian sesuai
konteks pembelajarannya yang memungkinkan untuk berbagi dengan teman
lain (temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan, namun dapat ditransfer untuk
masalah/kondisi sejenis/bersifat lokal)
g) Wahana bagi guru untuk meningkatkan kinerja professionalnya dan untuk
kenaikan pangkat yang lebih tinggi (Tujuan Antara).

2) Manfaat dan Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru,
pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai: a)
Penelitian Tindakan Kelas dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat
menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya melalui PTK; c) Penelitian Tindakan Kelas meningkatkan rasa percaya diri
guru; d) Penelitian Tindakan Kelas memungkinkan guru secara aktif mengembangkan

3
pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat PTK bagi pembelajaran/siswa adalah untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para
siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan
proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin
digeneralisasikan karena sasarannya terbatas pada kelas dari guru yang berperan
sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung
dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia
sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk
berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia
sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau
ketat merupakan hambatan bagi PTK.

c. Karakteristik PTK
PTK memiliki karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan jenis
penelitian yang lain, sebagai berikut.
a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari
refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bertanya
kepada diri sendiri, misalnya: (1) Apakah penjelasan saya sesuai dengan kemampuan
ABK? (2) Apakah saya sudah memberi contoh sesuai kapasitas ABK? (3) Apakah saya
sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? (4) Apakah saya sudah
memberi latihan yang memadai? (4) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri
balikan? (5) Apakah bahasa saya dapat dipahami siswa ABK?
b) Berpijak dari pertanyaan-pertanyaan guru sesuai konteks, guru akan dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari
jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
c) PTK dilaksanakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran bertahap dan
bersiklus, meliputi: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, berdasarkan
hasil revisi dilaksanakan siklus berikutnya secara berulang.

4
d) PTK merupakan upaya kolaboratif/kerjasama antara guru/calon guru dengan siswa-
siswanya; guru dengan kepala sekolah dengan perspektif yang berbeda. Guru dan
kepala sekolah memperbaiki kinerja profesionalnya, siswa untuk meningkatkan hasil
belajarnya. Kerja sama tersebut dapat dikatakan bersifat partisipatoris karena setiap
anggota mengemban peran masing-masing.
e) PTK merupakan perbaikan pembelajaran praktis dan langsung. Oleh karena itu,
banyak kalangan menanamkan PTK sebagai penelitian praktis (practical inquiry).
f) PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual,
sample penelitian kurang representative. Temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan
karena bersifat kasuistik/permasalahan local. Temuan dapat namun dapat
ditransfereble pada latar sekolah sejenis tetapi
g) Guru pelaksana PTK akan menemukan metode yang tepat yang dibangun sendiri
melalui tindakan yang telah diuji keberhasilannya dalam proses pembelajaran.
Artinnya guru akan mampu menghasilkan teori sehingga guru disebut the theorizing
practitioner (Tim Penataran PTK, 2013).
h) PTK bersifat self-evaluatif, yakni kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara
kontinu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan dengan tujuan akhir
peningkatan perbaikan pembelajaran dalam praktik nyata (Depdikbud, 1999)
d. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan
Penelitian Formal
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) berbeda dengan penelitian kelas
(classroom research), penelitian tindakan, dan penelitian formal. PTK termasuk salah
satu jenis penelitian tindakan (terdapat empat jenis penelitian tindakan: tindakan kelas,
tindakan kolaboratif, tindakan kritis, dan tindakan partisipatoris). Menurut Hamid
(2009) karakteristik PTK sama dengan penelitian tindakan karena PTK merupakan bagian
dari penelitian tindakan. Berdasarkan tempatnya PTK dapat dimasukkan dalam
penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Namun, PTK
berbeda dengan penelitian kelas. Karakteristik penelitian kelas berbeda dengan PTK.
Penelitian kelas dapat dilaksanakan dengan tiga jenis pendekatan penelitian (kuantitatif,
kualitatif, dan campuran) dengan pilihan berbagai jenis penelitian (korelasi,
eksperimen, expostfacto, survey, tindakan, analisis isi, ethnografi, dsb.) Penelitian kelas

5
umumnya dilakukan oleh peneliti orang luar. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru
sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelasnya. PTK tidak dapat
digeneralisasikan. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas nampak
pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 menunjukkan perbedaan PTK dengan penelitian formal.
Tabel 4.1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
No. Aspek Penelitian Tindakan Penelitian Kelas

1 Peneliti Kelas
Guru Orang luar
2 Rencana Oleh guru (mungkin Oleh peneliti
penelitian dibantu orang luar)
3 Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang

4 masalah
Ciri utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada
perbaikan yang berulang tindakan perbaikan

5 Peran guru Sebagai guru dan guru (subyek penelitian)


peneliti
6 Tempat Kelas Kelas
7 Proses peng- Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
penelitian
kumpulan bantuan orang lain
8 Hasil
data penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik peneliti,
oleh guru, dan belum tentu
dampaknya dapat dimanfaatkan oleh guru
dirasakan oleh siswa
luar/peneliti

Tabel 4.2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal


No. Dimensi
Pen Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Formal

1 Motivasi Perbaikan Tindakan Kebenaran

6
2 Sumber Diagnosis status Induktif-deduktif
3 Tujuan Memperbaiki atau Mengembangkan, menguji
masalah
menyelesaikan masalah teori,
lokal Menghasilkan pengetahuan
4 Peneliti Pelaku guru Pelaku orang luar yang
local
Perlu pelatihan untuk berminat
5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representative
Perlu pelatihan intensif
6 Metode Longgar tetapi berusaha Baku dengan obyektivitas dan
obyektif-jujur-tidak ketidakberpihakan terintegrasi
Melakukan
memihak (impartiality) (build in objectivity

7 Penafsiran Untuk memahami praktek andimpartially)


pendeskripsian,
hasil melalui refleksi oleh praktisi mengabstraksi, penyimpulan
Penelitian dan pembentukan teori oleh
8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik Pengetahuan,
ilmuwan. prosedur atau
(proses dan produk) materi yang teruji
9. Generalisa Terbatas atau tidak Dilakukan pada populasi luas

(Sumbersi: Fraenkel, 2011,


dilakukan
hal. 595)
e. Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
a) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di
dalam situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah
situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
b) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki
kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena
menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan
perbaikan.
c) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. (1) guru perlu
menyadari bahwa tindakan pembelajaran baru, kemungkinan hasilnya tidak
sesuai dengan yang dikehendaki. (2), siklus tindakan dilakukan selaras dengan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, (3) penetapan siklus tindakan
dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada

7
tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada
seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja .
d) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas sejauh mungkin menggunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif
berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
e) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas sejauh mungkin menggunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif
berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
f) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan
kelonggaran, namun penerapan asas- asas dasar tetap harus dipertahankan
g) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang
cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen
profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
h) Guru dalam menyelenggarakan PTK, harus selalu bersikap konsisten, memiliki
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak
manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan

8
berorganisasi.
i) Kelas meskipun merupakan cakupan tanggungjawab seorang guru, namun
pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom- exceeding
perspective. Ini berarti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas
dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.
j) Dalam konteks pendidikan khusus PTK harus mempertimbangkan variabilitas
anak berkebutuhan khusus, mencakup: karakteristik, kemampuan, dan
kapasitas individu siswa.
f. Penetapan Fokus Masalah PTK
Masalah pembelajaran yang dihadapi dan harus diatasi guru PK di kelas cukup
kompleks, melalui penelitian tindakan kelas guru PK dan praktisi/profesional pendidikan
berpeluang untuk membuat perubahan yang berarti dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajaran berdasarkan data belajar siswa. Di samping itu terdapat permasalahan
penting yang dialami oleh komunitas disabilitas yang dapat diatasi dengan penelitian
tindakan. Selain menangani hasil belajar di kelas, penelitian tindakan cocok untuk
mengatasi isu-isu keadilan sosial yang dialami oleh individu/komunitas disabilitas yang
lebih sistemik (misalnya: di sekolah inklusi masalah diskriminasi, pembagian kelompok,
sarana prasarana dan sebagainya.
Berdasarkan refleksi terhadap publikasi penelitian tindakan dalam pendidikan
khusus Bruce & Pine (2010) menyimpulkan bahwa terdapat empat tema penting dalam
penelitian tindakan studi pendidikan khusus, yaitu : (1) asesmen dan pembelajaran
berdasarkan materi matapelajaran/bidang studi; (2) mendukung peningkatan perilaku
dan hasil sosialisasi; (3) masalah pendidikan inklusi; dan (4) memperkuat suara-suara/
keluhan anak-anak berkebutuhan khusus. Hal penting yang perlu ditambahkan sebagai
bahan kajian PTK-PK adalah masalah-masalah disporposional. Dalam level kelas misalnya
masalah pembagian kelompok (kelompok pintar, sedang, kurang). Di Indonesia masalah
PTK yang diteliti guru dalam pendidikan khusus mengarah pada masalah pembelajaran
sesuai jenis-jenis matapelajaran (IPA, Matematika, IPS, Bahasa, agama, Seni dan Budaya)
berkaitan dengan penerapan metode baru, strategi, media. asesmen masih jarang diteliti,

9
demikian juga masalah inklusi. Masalah peningkatan perilaku diteliti dengan metode
single subject research (SSR).
Dikmenum (1999) menentukan scope PTK dalam tiga level yaitu: (1) level makro
(misalnya Meningkatkan angka partisipasi ABK di SD/MI), (2) Level sekolah (misalnya
pelibatan orang tua ABK dalam pengajaran remedial); dan (3) level Kelas
(Peningkatanliterasi awal ABK di sekolah inklusi). Menurut Dirjen PT (2003) dan Dikten
Dikti (2006) terdapat enam kelompok bidang kajian PTK, meliputi: (1) masalah belajar
(mis, Memperbaiki pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat siswa berkesulitan belajar) (2) desain dan strategi pembelajaran (mis: strategi peta
cerita untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa tunarungu), (3) alat bantu media
dan sumber belajar (mis: Media ular tangga untuk meningkatkan kemampuan berbicara
Anak Lamban Blajar), (4) system penilaian/asesmen dan pengukuran (mis: dampak
asesmen diri dalam meningkatkan kemampuan mengingat prosedur fakta perkalian), (5)
pengembangan pribadi murid, guru, dan tenaga pendidik lainnya (mis: peningkatan
kemandirian belajsr anak tunanetra melalui computer Joss, (6) masalah kurikulum
(penerapan kurikulum 13 di sekolah inklusi), (7) masalah prestasi belajar dalam ranah
kognitif, afektif, psikomotorik, keimanan, dan ketaqwaan. Dapat pula prestasi belajar
dalam aspek: metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, dan
tatanilai.
Berdasarkan paparan tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya permasalahan
pembelajaran di kelas pendidikan khusus sangat kompleks dan hampir tidak terbatas.
Untuk melaksanakan PTK, guru pendidikan khusus harus fokus pada permasalahan di
kelasnya. Guru PK dituntut cerdas menetapkan fokus masalah yang dapat diawali dengan
mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menentukan solusi masalah, dan
merumuskan masalah. Kemendikbud (1999) menyebutnya identifikasi ide awal,

1) Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari
oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya, yang jika tidak
segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar siswa. Masalah yang
dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur, sehingga guru perlu

10
merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas.
Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh melalui proses identifikasi, selanjutnya
guru melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan
urgensi penyelesaiannya, dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang
sangat mendesak untuk diatasi, atau yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa
mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
permasalahan PTK adalah sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul
dirasakan penting oleh guru sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan
kemampuan dan/atau kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki
skala yang cukup kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan
prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah. (Depdiknas
Unesa, 2013).
Seorang guru agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah
dituntut adanya kejujuran terutama jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran
yang dikelolanya sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan
kesadaran guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri dan
menjawabnya, misalnya tentang menulis ekspresif anak tunarungu di kelas 4: (1) Apa
yang sedang terjadi di kelas saya? Anak tidak dapat menulis ekspresif; (2) Masalah apa
yang ditimbulkan oleh kejadian itu? Anak tidak bias mengerjakan tugas-tugas
akademik, tidak dapat berkomunikasi tulis; (3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi
kelas saya? jika anak tidak dapat menulis ekspresif orang tua tidak percaya pada guru,
nilai siswa di bawah KKM; (4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera
diatasi? Anak gagal belajar, (5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut atau memperbaiki situasi yang ada? Perlu dicarikan metode pembelajaran
menulis yang sesuai. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada
kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia
sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Dari pertanyaan-pertanyaan refleksi tersebut teridentifikasi masalah penelitian
yakni Rendahnya kemampuan menulis anak tunarungu kelas IV di SDLB Karya mulia
Surabaya jika masalah ini tidak diatasi akan berakibat ketidakmampuan siswa
berkomunikasi tulis dan tidak mampu melaksanakan tugas akademik. Setelah masalah

11
teridentifikasi langkah selanjutnya adalah menganalisis, menemukan solusi, dan
merumuskan masalah.
2) Menganalisis Masalah, solusi dan merumuskan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis sehingga dapat
ditentukan solusi masalah sebagai dasar merumuskan masalah secara jelas. Analisis
dapat dilakukan dengan refleksi. Refleksi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
diri sendiri, mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir,
atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang telah disiapkan. Semua
ini tergantung pada jenis masalah yang teridentifikasi (contoh identifikasi masalah:
kemampuan menulis anak tunarungu rendah, pembelajaran berorientasi produk,
strategi pembelajaran tidak tepat tidak sesuai hakikat menulis, strategi yang
diterapkan di karya mulia Metode Maternal Reflektif). Selanjutnya ditentukan solusi
masalah dapat berupa pendekatan/ metode/strategi/teknik pembelajaran, media,
bahan ajar, tugas-tugas belajar. Solusi masalah pada bagian sesuai fokus berupa:
pendekatan pembelajaran proses menulis dengan Metode Maternal Reflektif.
Setelah solusi ditentukan selanjutnya dirumuskan masalah. Sebuah masalah pada
umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu
yang ingin diselesaikan atau dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas.
Contoh rumusan masalah umum berdasarkan refleksi identifikasi masalah yang telah
dikemukakan adalah: Apakah pendekatan proses menulis dapat meningkatkan
kemampuan menulis ekspresif anak tunarungu di SLB Karya Mulia Surabaya?
Selanjutnya agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah, rumusan masalah
dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan operasional, sebagai berikut.
a) Bagaimana perencanaan (materi, aktivitas, media) pembelajaran menulis dengan
pendekatan proses menulis (pra, saat, pasca) dan metode MMR untuk
meningkatkan kemampuan menulis ekspresif siswa SDLB-B Karya Mulia surabaya?
b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis dengan pendekatan proses
menulis (pra, saat, pasca) dan metode MMR menulis untuk meningkatkan
kemampuan menulis ekspresif siswa SDLB-B Karya Mulia Surabaya?

12
c) Bagaimana penilaian pembelajaran menulis (proses dan hasil) dengan pendekatan
proses menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresif anak
tunarungu kelas IV SDLB Karya Mulia Surabaya?
3) Perencanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas didesain dalam tahapan proses pengkajian
berdaur, yang terdiri atas 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Gambar 4.1). Hasil refleksi terhadap
tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana, jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum
berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi kerisauan guru.
Bruce & Pine (2010) menjelaskan pentingnya panduan umum pelaksanaan PTK-PK
yang dapat ditinjau dalam satuan siklus demi siklus, yaitu: (1) Mengidentifikasi topik
penelitian, (2) merumuskan pertanyaan penelitian, (3) mengembangkan kerangka
teoritis, (4) mengembangkan rencana penelitian, (5) mengumpulkan data, mengatur
data, dan analisis data, (6) menarik kesimpulan dan menemukan makna, dan (7)
sharing temuan/laporan (Falk-Ross & Cuevas 2008; McNiff & Whitehead, 2006)

1. Perencanaan
4. Refleksi dan 2. Pelaksanaan
Revisi Tindakan

3. Pengamatan

Gambar 4.1. Tahap-tahap Pelaksanaan PT

Berkaitan dengan tahapan pelaksanaan PTK Direktorat Pendidikan Menengah Umum


(1999: 25 28), merekomendasikan langkah-langkah umum PTK yang harus diikuti oleh
tim PTK (misalnya: dosen, mahasiswa calon guru, guru peneliti, guru kelas, pengamat,
supervisor atau pengawas, kepala sekolah atau kepala madrasah, widyaiswara, serta
orang lain yang kompeten di dunia pendidikan) dalam hal ini diambil khusus untuk guru
peneliti, sebagai berikut.

13
a) Ide awal. Gagasan atau ide awal PTK sebenarnya bermula dari adanya permasalahan
praktis dalam pembelajaran. Penyelesaian persoalan praktis ini diharapkan dapat
mengubah, memperbaiki, dan mengembangkan perilaku pembelajaran.
b) Pre-survei perlu dilakukan oleh peneliti Guru yang ingin meneliti yang selanjutnya
disebut sebagai guru peneliti, sudah faham dan sudah familier dengan situasi dan
kondisi kelas yang sebenarnya, sehingga guru peneliti sudah mengetahui masalah apa
yang hendak diteliti.
c) Diagnosis. Diagnosis wajib dilakukan oleh peneliti yang berasal dari luar sekolah.
Diagnose atau dugaan-dugann sementara atau yang dikenal sebagai hipotesis tindakan
wajib dikemukakan, karena dengan diperolehnya diagnosis, peneliti dalam PTK akan
dapat menentukan berbagai hal, misalnya: strategi pembelajaran manakah yang tepat
dilakukan dalam pembelajaran, media apa saja yang tepat digunakan untuk
mendukung terlaksananya pembelajaran.
d) Perencanaan. Dalam perencanaan ada perencanaan umum dan perencanaan khusus.
Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rencana yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait dengan PTK. Sedangkan perencanaan khusus berkaitan
dengan rencana siklus per siklus. Perlu diingat, bahwa tindakan dan efek tindakan
dalam PTK diharapkan berjalan alami, tanpa rekayasa; sehingga PTK tidak terjebak
dalam Penelitian Eksperimen. Hal-hal yang direncanakan meliputi: pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran,
materi pembelajaran, media dan sumber belajar dalam pembelajaran, sistem dan
model evaluasi pembelajaran, program perbaikan dan pengayaan, instrumen apa saja
yang digunakan dan kriteria keberhasilan tindakan juga harus ditetapkan sebelum PTK
dilaksanakan, serta tindakan apa saja yang perlu segera dilaksanakan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran juga harus ditetapkan sebelum PTK dilaksanakan.
Jadi perencanaan PTK seperti perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru
kelas setiap hari, cuma ada perbedaansedikit, yaitu: guru peneliti harus menyusun
proposal PTK, menyusun laporan hasil PTK, dan mengkomunikasikan hasil PTK ke fihak
lain yang terkait.
e) Implementasi tindakan. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi
dari suatu tindakan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelum PTK dilakukan.

14
f) Pengamatan. Pengamatan atau observasi atau monitoring pada efek-efek tindakan,
pada hakikatnya dapat dilakukan sendiri oleh guru, sehingga guru berfungsi sebagai
guru peneliti, guru model, dan guru pengamat sekaligus. Karena tugas dan kewajiban
sebagai guru peneliti, guru model, dan guru pengamat sangat berat; maka tugas dan
kewajiban ini perlu dibagi-bagi dengan teman sejawat guru. Siapa yang menjadi guru
peneliti, siapa yang jadi guru model, dan siapa yang jadi guru pengamat.
g) Refleksi. Pada prinsipnya refleksi ialah upaya analisis, interpretasi, dan evaluasi data
yang dilakukan oleh tim PTK, Refleksi dilakukan secara kolaboratif (kerja sama yang
sinergis) antara tim PTK melalui diskusi mengenai berbagai masalah yang terjadi di
kelas objek PTK. Dengan demikian, refleksi dilakukan setelah adanya implementasi
tindakan dan hasil observasi (data). Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan
tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.
h) Penyusunan laporan. Laporan PTK seperti halnya jenis penelitian lainnya, disusun
setelah kerja penelitian di lapangan berakhir. Siapa yang wajib menyusun laporan ?
Penelitilah yang berkewajiban menyusun laporan PTK dan mengkomunikasikannya ke
fihak lain. Kelengkapan laporan PTK sangat bergantung pada instansi penyandang dana
dan keperluan PTK dibuat.
Untuk memahami desain PTK dan rekomendasi Dikmenum tentang perencanaan
tindakan dalam PTK berikut dikemukakan contoh langkah-langkah PTK sesuai fokus
masalah/rumusan masalah (Butir 5), sebagai berikut.
Contoh perencanaan tindakan sesuai rumusan masalah Apakah pendekatan proses
menulis dan MMR dapat meningkatkan kemampuan menulis ekspresif anak
tunarungu di SLB Karya Mulia Surabaya? Meliputi hal-hal berikut.
(1) Menetapkan indikator pembelajaran menulis dengan pendekatan proses
menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis ekspresi anak tunarungu,
meliputi tema, materi, strategi, scaffolding, prosedur pembelajaran, dan evaluasi
(2) Menyusun strategi penyampaian dan rancangan pembelajaran, meliputi:
performansi terakhir siswa berdasarkan asesmen, tujuan pembelajaran, KBM,
materi, media, dan alat evaluasi.
(3) Menyusun metode dan alat perekam data berupa form catatan lapangan,
catatan dokumen, ceklist aktivitas proses menulis dan rekaman foto.

15
(4) Menyusun rencana pengolahan data dengan membuat rambu-rambu analisis
data baik data deskriptyif ataun berupa angka.
(5) Menentukan kriteria pengingkatan kemampuan menulis ekspresif siswa.
(6) Contoh Rencana tindakan siklus 1 berdasarkan model Kemmis & Taggart (1988)
tergambar pada Tabel 1
4 .Pelaksanaan Tindakan
a. Menyiapkan Pelaksanaan Tindakan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan rencana
tindakan kelas.
(a) Berdasarkan rencana yang telah dibuat baik berupa Rencana pembelajaran
Tabel 1. Rencana Tindakan Pembelajaran Menulis Proses dengan MMR Siklus 1
Tahap Fokus Tindakan Strategi Scaffold Prosedur Pembelajaran
Pra- Pembangkitan *Curhat/ *Peran *Percakapan, guru
menuli skemata, perdati ganda guru, menangkap dan
s membangun isi, ide, isyarat membahasakan ungkapan
dan pengurutan. anak
*membaca *Gambar *Visualisasi percakapan
video-visual *Membimbing siswa
membaca frase
*Tanya jawab visualisasi
*Membahas gejala bahasa
Perencanaan *Curhat dan *Gambar *Membahasakan ungkapan
menulis pengamatan keluarga anak dan mendaftar topik
- Mengembangkan gambar anak di papan tulis
topik sesuai tema
- Pemilihan topik
- Penulisan judul
- Pengembangan ke
kerangka karangan

16
*Arahan guru *pelatihan *Membimbing siswa
memilih tipik dan menulis
judul
*Pengklusteran *Pertanya *Memodelkan proses
dan pemodelan panduan mengembangkan kerangka
*model *Membimbing siswa
kluster mengembangkan kerangka
Saat *Pengembangan *Pemodelan *model teks *Memodelkan
menuli draf awal sesuai pengembangan draf awal
s kerangka
*Membaca *Siswa membaca mdoel
reseptif teks dalam hati,
pembahasan kata-kata sulit
*Pembahasan gejala bahasa
tanya jawab model teks
*Konferensi *Peran *Membimbing siswa
individu ganda guru mengembangkan draf awal
Pasca *Revisi draf aspek *konferen *Pemberian *konferen draf awal setiap
Menuli isi, struktur, kosa individu kemudahan siswa diarahkan dengan
s kata menandai kesalahan.
*Perbaikan *Memperbaiki langsung
langsung draf siswa dengan
mencoret bagian yang salah
dan menulis perbaikannya
*Revisi aspek *Konferen *pentahapa *Membagi kelompok
mekanik berpansangan n aspek *Memberikan arahan
(kapitalisasi, ejaan, yang perbaikan bertahap sesuai
tanda baca) direvisi unsur yang direvisi
*Membimbing siswa
memperbaiki draf mandiri

17
*Publikasi *Membaca *Menyimak, bertanya, dan
berisyarat mengontrol aktivitas siswa
*Pemajangan *Memberikan arahan dan
hasil alat yang diperlukan

dalam bentuk skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup


langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan.
(b) Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai dengan
hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan buku-buku yang
relevan.
(c) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya gambar-
gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang terkait.
(d) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan
proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus menetapkan apa
yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya dan kemudian bagaimana
cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan
indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat
menentukan cara merekam dan menganalisis data.
(e) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan
pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerjasama dengan teman
sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK
b. Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas
yang sebenarnya.
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metode penelitian
yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam
mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian
yang sedang dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus
disikapi sebagai tugas profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi

18
guru dan pembelajaran yang dikelolanya.
b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu
pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan
observasi, pengumpulan data, dan interpretasi yang dilakukan oleh guru.
c. Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan situasi kelasnya.
d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
e. Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan etika yang
terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan kepada kepala sekolah
tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada
orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan
sesuatu di luar kebiasaan rutin.
f. Penelitian Tindakan Kelas harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
sekolah.
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan/observasi/interpretasi berlangsung
simultan. Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan tersebut langsung
diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika guru memberi pujian kepada siswa,
yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi
siswa yang mendapat pujian. Segala hal yang harus direkam dan cara merekamnya
harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu.
Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan
observasi atau pengamatan. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar
atau karakteristik kunci observasi, sebagai berikut.
a. Perencanaan Bersama: Observasi yang baik diawali dengan perencanaan
bersama antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman sejawat
yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar.
Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya
dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yangakan diamati, aturan yang

19
akan diterapkan, berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana
sikap pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
b. Fokus: Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit atau
spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi perkembangan
profesional guru.
c. Membangun Kriteria: Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria
keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
d. Keterampilan Observasi: Seorang pengamat yang baik memiliki minimal tiga
keterampilan, yaitu: (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat
memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat
menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya
suasana yang menakutkan guru dan siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik
untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam suatu
observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan pendapat atau
opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi yang dapat
dipilih, yaitu: (1) observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar
observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam
proses pembelajaran yang diamati. (2) Observasi terfokus secara khusus
ditujukan untuk mengamati aspek- aspek tertentu dari pembelajaran. (3)
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur
dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan
tanda cek (V) pada tempat yang disediakan. (4) Observasi sistematik dilakukan
lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
e. Balikan (Feedback). Hasil observasi yang direkam secara cermat dan
sistematis dapat dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat
balikan yang baik: (1) diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai
bentuk misalnya diskusi; (2) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang
perlu diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan; (3)

20
balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang yang diberi balikan
tersebut.
3. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dapat bermakna sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, maka data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data
pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai
diimplementasikan secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk
enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah pembelajaran tuntas
dilaksanakan. Setiap pembelajaran dengan demikian akan diadakan interpretasi
yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket
perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan
informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, data diseleksi,
difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai
reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau
pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah
terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi,
grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah
dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat.
1. Refleksi Data
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan penyebab satu kejadian berlangsung
dan alasan hal itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan alasan satu usaha
perbaikan berhasil dan yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat
menetapkan hal-hal yang telah dicapai, serta segala sesuatu yang belum
dicapai, serta yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
2. Perencanaan Tindak Lanjut
Seperti yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau
kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi digunakan
untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum
berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data

21
dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan
bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika perbaikan sudah berhasil
dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih
dahulu berapa banyak.
4. Cara Membuat Proposal
a) Format Proposal
Format proposal penelitian pada umumnya, baik penelitian formal maupun
PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini adalah yang
dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai berikut.
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga/Kepala Sekolah
yang mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal
penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal Judul
Penelitian Bidang Ilmu
Kategori Penelitian Data
Peneliti:
(1) Nama lengkap dan gelar
(2) Golongan/pangkat/NIP
(3) Jabatan fungsional
(4) Jurusan
(5) Institusi
Susunan Tim Peneliti
(1) Jumlah
(2) Anggota Lokasi
Penelitian Biaya
Penelitian Sumber
Dana

22
b) Menulis Rancangan PTK
Berdasarkanformat proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya
adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut adalah:
(1) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian masalah.
(2) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa Anda
tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut merupakan
masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada manfaatnya apabila
diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau
hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda
sendiri maupun orang lain.
(3) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari. Anda
perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika perlu
menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut. Setelah
Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat
yang jelas.Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya.

(4) Cara Penyelesaian Masalah


Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan cara
pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap suatu
masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman
Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku literatur
dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan
teman sejawat atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda
tentukan atau pilih harus benar-benar applicable, yaitu benar-benar
dapat dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
(5) Tujuan dan manfaat PTK

23
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan terarah,
sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada masalah dan
cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai
tambah atau dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan
siswa Anda.
(6) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Anda dalam bagian ini, diminta untuk memperdalam atau memperluas
pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah penelitian yang
akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan
hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini
sangat berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan
dengan masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh
masukan yang dapat membantu Anda dalam melaksanakan PTK, terutama
dalam merumuskan hipotesis.
(7) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana
kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis,
dan refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis data
penelitian.
(8) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan
rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama.
Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi jenis-
jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal perencanaan,
penyusunan proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan.
Jadwal PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart.
(9) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda, terutama jika
PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana biaya meliputi
kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan

24
laporan. Jenis-jenis pengeluaran yang dilakukan pada tiap-tiap tahapan
diuraikan serta banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-tiap
kegiatan.
A. Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Laporan merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, hal-hal yang
memerlukan informasi pasti yang dibuat oleh seseorang atau badan yang
diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis
laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes
laboratorium. Adapun laporan PTK termasuk jenis laporan penelitian yang lebih
tinggi penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk
mencatat, memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Laporan
dalam penelitian merupakan laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru
dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang
perlu dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya
memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil penelitian formal dipublikasikan
melalui seminar, pengkajian ulang, analisis kebijakan, pendiseminasian dan
sebagainya, yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada saat dilakukan
implementasi, temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan
antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai dokumen penelitian, laporan dapat dimanfaatkan oleh guru atau
dosen untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengem-bangan
karir.
2. Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam
memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3. Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan
saran terhadap penelitian yang dilakukan.
4. Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan
dalam menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah
laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat memberikan arah

25
penulisan, sehinggamemudahkan anda dalam menulis laporan. Sistematika atau
struktur ini harus sudah Anda persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu
pada saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai
melihat kembali struktur tersebut untuk dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan sesuai dengan pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta
data informasi yang sudah dikumpulkan dan dianalisis.
Laporan PTK pada dasarnya, hampir sama dengan laporan jenis penelitian
lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri
yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh
Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan
oleh Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan
memperoleh pendanaan dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga
perlu disesuaikan dengan format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana
penelitian. Namun bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format
menyepakati beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan
dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:
(1) Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-
rambu seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran, tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya
perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak
lebih dari 15 kata.

(2) Lembar Pengesahan


Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi
terkait.
(3) Kata Pengantar
(4) Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman.Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan,

26
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan,
serta simpulan dan saran.
(5) Daftar Isi
(6) Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalahdiselesaikan, identifikasi masalah,
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,serta
definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun
sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah,
analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
(7) Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut

A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
(8) Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

27
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagaisubjek penelitian.Selain
itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi
hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional
dan feasible serta collaborative. Urutan penyajian bisa disusun sebagai
berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengum-
pulan data/instrument, refleksi)
(9) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai
dari perencanaan,pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dankelemahan yang terjadi.
Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan
(kemajuan)pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.Kemukakan grafik dan tabel
secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan
yangterjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus

(10) Bab VSimpulan dan Saran


A. Simpulan
B. Saran
(11) Daftar Pustaka
(12) Lampiran

28
REFERENSI

Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-
Hill Companies.
Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry
Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher
College Columbia University
Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action
Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher
research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A
Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International
Reading Association
Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York:
McGraw-Hill
Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: P2IS.
Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open
University Press.
Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin
University Press.
McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London,
Sage.
Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on
Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7).
Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second
Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall.
Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen
Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan
Biologi FMIPA Unesa, Surabaya.
PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru
Pendidikan Luar Biasa.
Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode
Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia
I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang.
LEMBAR KEGIATAN
DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (DITULIS
DENGAN TULISAN TANGAN)
_

29
______________________________________________________________________
(Tuliskan Judul Penelitian Tindakan Kelas)

Nama :

No. Peserta :

Kelas :

KUNCI JAWABAN:
1) D 2. B 3. A 4. D 5. D 6. A 7. C 8. A 9. D 10. B

D. REFERENSI
Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-
Hill Companies.
Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry
Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher
College Columbia University
Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action
Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher
research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A
Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International
Reading Association
Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York:
McGraw-Hill
Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: P2IS.
Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open
University Press.
Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin
University Press.

30
McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London,
Sage.
Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on
Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7).
Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second
Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall.
Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen
Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan
Biologi FMIPA Unesa, Surabaya.
PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru
Pendidikan Luar Biasa.
Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode
Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia
I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang.

31
LEMBAR KEGIATAN
DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (DITULIS
DENGAN TULISAN TANGAN)
_

______________________________________________________________________
(Tuliskan Judul Penelitian Tindakan Kelas)

Nama :

No. Peserta :

Kelas :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

32
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
(PLPG) 2017

33
STRUKTUR PENULISAN

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Judul Penelitian
Komunikatif, variabel penelitian menjawab apa yang ingin ditingkatkan dan cara
peningkatannya, sasaran dan lokasi tercermin dalam judul, banyak kata sekitar 15-20 kata,
layak diteliti dan bermanfaat bagi masyarakat

Contoh: Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Berkesulitan Belajar dengan


Metode VAKT di SDN Gedangan I Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016

B. Pendahuluan

Latar belakang jelas dan sistematis. Berisi uraian kedudukan mata pelajaran dalam
kurikulum (semester, mata pelajaran yang ditunjang dan penunjang). Gambaran umum isi
mata pelajaran termasuk pembagian waktunya (lampirkan RPP, Silabus). Metode
pembelajaran yang digunakan saat ini. Kriteria masalah. Masalah di sekolah. Kelas, layak
diteliti dan terjangkau PTK. Ada identifikasi masalah, analisis masalah.

34
C. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan
mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

35
D. Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan
yang dikemukakan. Tujuan diuraikan dengan jelas sehingga tampak gambaran
keberhasilannya.

E. Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat praktis hasil penelitian terkait dengan kualitas pendidikan dan/atau
pembelajaran bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Bila perlu,
kemukakan juga manfaat teoretis sebagai bahan penelitian yang perlu diteliti lebih lanjut
oleh peneliti lain.

36
F. Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang
tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian
ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam
penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

37
G. Metode Penelitian
Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Uraikan secara jelas
prosedur penelitian yang akan dilakukan. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-
tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-
siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam
satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua
siklus.

H. Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Contohnya, jadwal kegiatan
penelitian disusun selama 10 bulan.

38
I. PERSONALIA PENELITIAN
Tulislah personalia yang terlibat dalam PTK. Maksimal 3 orang. Tuliskan identitas dan
perannya dalam PTK, yakni sebagai peneliti atau kolaborator. Uraikan peran dan jumlah
waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah
nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas

Lampiran-lampiran

1. Daftar Pustaka yang dituliskan secara konsisten


2. Riwayat Hidup Peneliti dan Anggota Peneliti (kolaborasi)
3. Pengalaman penelitian relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini

39

You might also like