You are on page 1of 54

cover

Daftar Isi

Cover

Daftar isi

1. Pendahuluan

2. Dimensi Utama Kapal

3. Analisa Ship maintenance

3.1 Perencanaan dan Definisi Sistem

3.2 Asset Register

3.3 Functional Hierarchy

3.4 Criticality Analysis

3.5 Maintenance Strategies

3.6 Planning and Scheduling


1. Pendahuluan
Tingginya biaya investasi pada kapal baru menyebabkan
banyaknya perusahaan pelayaran yang berinvestasi pada kapal-kapal
bekas. Dalam jangka panjang penggunaan kapal-kapal bekas akan
berdampak pada tingginya biaya operasional yang didalamnya termasuk
biaya perbaikan dan pemeliharaan, sehingga perusahaan akan kehilangan
keunggulan kompetitifnya. Biaya perbaikan dan pemeliharaan kapal
merupakan biaya yang harus dialokasikan pihak manajemen untuk
menjamin agar suatu kapal dapat beroperasi secara layak selama umur
ekonomis kapal tersebut. Penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan kapal.
Faktor- faktor yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi faktor umur,
ukuran, dan jarak tempuh kapal, terhadap biaya pemeliharaan dan
perbaikan kapal. Sampel penelitian ini terdiri dari 33 kapal ro-ro yang
dimiliki oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa secara bersama-sama, variabel umur, ukuran, dan
jarak tempuh berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya perbaikan
dan pemeliharaan kapal. Semua variabel independen dapat menjelaskan
pengaruh biaya perbaikan dan pemeliharaan kapal sebesar 46,88 persen,
sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain di luar variabel- variabel yang
diteliti dalam penelitian ini.

2. Dimensi Utama Kapal


Dalam mengerjakan maintenance management ini digunakan
ukuran utama pada tugas desain sebelumnya, yaitu pada tugas Desain I,
Desain II, Desain III dan Desain 4. Pada Pengerjaan tugas ini menggunakan
kapal tipe kontainer. Berikut adalah data dari ukuran utama kapal yang
akan digunakan.
Length Water Line (Lwl) : 109.695 m
Length Between Perpendicular (LPP) : 106.5 m
Breadth Moulded (B) : 18.2 m
Depth Moulded (H) : 11 m
Design Draft (T) : 8.1 m
Service speeds (Vs) : 16 Knot
Coeffisien Block (Cb) : 0.657
Tipe kapal : Container
Radius Pelayaran : 863 mil (Jakarta - Belawan)
3. Analisa Ship Maintenance
Analisa kritis untuk tujuan meintanance menurut standart dari
NORSOK Z-008 adalah untuk memberikan persyaratan dan pedoman
dalam penyusunan dasar persiapan dan optimasi perawatan suatu
program. Setiap komponen dalam suatu system mempunyai cara
maintanance dan perlakuan yang berbeda-beda, tergantung dari kekritisan
atau pentingnya komponen tersebut. oleh karena perlu adanya analisa
kekritisan dari komponen-komponen dalam suatu system.
Pada analisa kekritisan pada tugas ini, yang menjadi objek utama
adalah main engine Wartsila 6 L38. System yang dibahas adalah system
bahan bakar, system pelumas, system pendingin .

Asset Register

Perencanaan Functional
dan Definisi Hierarchy

Analisa Ship
Maintenance

Planning $ Criticality
Schedulling Analysis
Maintenance
Strategies
Lampiran 1

Perencanaan dan Definisi Sistem


1. Pendahuluan
Sebagai modal transportasi di atas air, kapal memiliki banyak macam
instalasi pipa. Ada instalasi untuk mengalirkan air laut, distribusi air bersih,
instalasi bahan bakar, instalasi pembuangan air dan lain sebagainya. Pipa yang
digunakan pun terdiri dari bermacam jenis, yang disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Penamaan instalasi pipa sering disebut dari jenis pipa dan ukuran pipa
yaitu diameter pipa. Diameter pipa sendiri dibagi dua : diameter luar dan
diameter dalam, selain itu ada yang menamakan pipa dari ketebalan pipa yaitu
ketebalan antara diameter luar dan diameter dalam dan sekarang dikenal
dengan istilah schedules.
Untuk instalasi pipa dikapal tentu pipa-pipa tersebut tidak hanya pipa lurus
melainkan terdapat belokan , cabang, mengecil, naik dan turun. Panjang dari
pipa pun beraneka ragam ada yang penjang ataupun pendek. Berkaitan
dengan hal ini maka kita akan mengenal beberpa jenis sambungan pipa seperti
sambungan ulir, sambungan shock , sambungan dengan las (butt welded) dan
sambungan dengan menggunakan flange. Selain itu dikenal juga istilah belokan
atau ellbow, cabang T atau tee, cabang Y dan ada juga pipa yang
diameternya mengecil disebut reducer.
Pada setiap kapal yang memiliki perlengkapan permesinan yang terdiri dari
Mesin Induk , Mesin Bantu dan pompa-pompa atau kapal yang tidak dilengkapi
Mesin Penggerak namun memiliki permesinan lain dan pompa-pompa, selalu
dilengkapi dengan instalasi perpipaan.

2. Tujuan
Agar dapat mengetahui sistem kerja dari pada kapal
Agar dapar mengetahui fungsi dari setiap komponen yang ada pada
system

3. Referensi
Wartsila 6 L 38

4. Tinjauan Pustaka
4.1 Sistem bahan Bakar
4.1.1 Pengertian Sistem Bahan Bakar
Sistem bahan bakar adalah sistem yang digunakan untuk
mensuplai bahan bakar yang diperlukan motor induk. Instalasi pipa
Bahan Bakar/Fuel Oil digunakan untuk mengalirkan kebutuhan bahan
bakar dari tanki bahan bakar ke sistim di permesinan
Bahan bakar merupakan salah satu bahan utama yang digunakan
dalam pembakaran di dalam ruang bakar untuk memutar poros engkol
pada sebuah mesin. Pada kapal, sistem pengaliran bahan bakar tidak
sesimpel pada kendaraan darat. Ada beberapa tahap yang harus dilewati
sampai akhirnya bahan bakar dapat digunakan oleh main engine.
Prosesnya mencakup bagaimana bahan bakar dialirkan dari tangki
penampung (storage tank) hingga digunakan oleh mesin penggerak
utama.

Gambar 1. Sistem bahan bakar HFO

4.1.2 Komponen komponen yang harus ada pada Fuel Oil System
Storage Tank Adalah tangki yang dipergunakan untuk tempat
penimbunan bahan bakar yang terletak pada dasar ganda (double
bottom) dan untuk pengisian dilakukan dari geladak cuaca.
Transfer Pump Adalah pompa yang digunakan untuk memindahkan
fluida (Fuel Oil) dari tangki penimbun ke tangki pengendapan, sesuai
dengan peletakan peralatan pada kamar mesin maka dipilih
spesifikasi pompa.
Settling Tank Adalah tangki yang digunakan untuk mengendapkan
bahan bakar yang telah di pindahkan oleh transfer pump dari tanki
penimbun. Lama waktu yang diperlukan untuk mengendapkan bahan
bakar ini minimal adalah 24 jam hal ini berdasarkan class rule.
Pre-heater, Pada system bahan bakar ini perlu adanya pemanasan
lebih lanjut. Pemanasan dilakukan pada supply system dan
pemanasan sebelum masuk ke main engine (pre-heater). Karena
suhu bahan bakar yang masuk ke engine adalah 1500 C.
Separator, Pada supply system terdapat proses pemisahan air
dengan bahan bakar, proses ini berlangsung di separator atau
centrifuge.
Feed Pump Adalah pompa yang digunakan untuk memindahkan
fluida (Fuel Oil) dari tangki penimbun (settling tank) ke tangki harian
(service tank).
Supply pump Adalah pompa yang digunakan untuk memindahkan
fluida (Fuel Oil) dari tangki harian ke pompa injeksi, dapat
mempertahankan tekanan suction pada circulating system
mendekati 4 bar.
Service Tank Merupakan tangki yang digunakan untuk melayani
kebutuhan bahan bakar pada mesin induk. Bahan bakar dialirkan dari
service tank melalui sebuah saringan (strainer) ke pompa penyalur
bahan bakar yang mana umumnya pompa tersebut digerakkan oleh
mesin itu sendiri. Bahan bakar dikeluarkan dari pompa dan mengalir
dengan melalui sebuah filter dan kadang-kadang juga melalui filter
tahap akhir sebelum ke pompa injeksi bahan bakar
Filter adalah alat yang berfungsi menyaring kotoran yang tercampur
dalam bahan bakar.
Centrifuges berfungsi memisahkan bahan bakar dengan air dan
bahan bakar yang bersih dialirkan ke service tank sedangkan kotoran
dan air disalurkan ke sludge tank. Centrifuges pada prinsipnya
dilengkapi dengan 2 set dengan type yang sama dimana 1 set
digunakan untuk service dan yang kedua sebagai stand-by
Three Way Cock. Katup ini digunakan ketika terjadi pergantian bahan
baker yang disuplai ke mesin induk dari HFO ke MDO atau sebaliknya.
Circulating Pump berfungsi meneruskan mengangkut bahan bakar
dari supply pump dan juga dari venting box.
Fuel oil heater Berfungsi untuk memanaskan bahan bakar sebelum
masuk ke engine sesuai dengan temperatur yang direkomendasikan.
Fuel flow filter digunakan dapat berupa type duplex dengan
pembersihan manual atau automatic filter dengan pembersihan
manual by-pass filter.
Fuel oil venting box berfungsi untuk membebaskan gas/udara yang
ada dan akan menampung cairan/liquid
Auto de-aerating tank Adalah peralatan yang digunakan untuk
memisahkan sisa bahan bakar dari keluaran main engine, bahan
bakar cair masuk ke venting box sedangkan bahan bakar berbentuk
uap dialirkan ke service tank.

Gambar 2. Sistem bahan Bakar MDO

4.1.3 Persyaratan Sistem bahan bakar


Persyaratan yang harus dipenuhi pada kapal tentang fuel sistem:
1. Sistem bunker dari system bahan bakar dimana peletakan
peletakannya berada di deck yang terbawah dan harus diisolasi
dari ruangan yang lain.
2. Tangki harus dipisahkan oleh cofferdam terhadap tangki lain.
3. Pipa bahan bakar tidak boleh melewati tangki yang berisi
feedwater, air minum, pelumas dan therma oil.
4. Pompa transfer, feed dan booster harus direncanakan untuk
kebutuhan temperature operasi pada kondisi medium.
5. Purifier untuk membersihkan bahan bakar dan minyak pelumas
harus mendapat persetujuan klasifikasi setempat.
6. Untuk penggunaan filter secara bersamaan antara bahan bakar dan
minyak pelumas pada supply system maka harus ada pemisah
(pengontrol) agar bahan bakar dan minyak pelumas tidak
tercampur.
7. Sludge tank harus disediakan untuk purifier agar kotoran dari
purifier tidak mengganggu kerja dari purifier tersebut.
8. Untuk operasional dengan heavy fuel , dipasang system pemanas.
9. Setling tank dan daily tank harus dilengkapi peralatan drain.
10. Setling tank yang disediakan disediakan berjumlah dua dan
kapasitas minimal dapat menyediakan bahan bakar selama 1 hari.
11. Daily tank harus mampu menyediakan bbm selama minimal 8 jam.
12. Sediakan 2 mutually independent pre-heater.

4.2 Sistem Pelumas


4.2.1 Fungsi pelumas
Oli atau minyak pelumas bekerja melumasi bagian-bagian mesin
khususnya bagian yang bergerak dengan tujuan :
Mengurangi Gesekan
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk mengurangi gesekan
permukaan logam dengan cara membentuk lapisan diantara dua
permukaan yang bergesekkan. Kekentalan minyak pelumas
menunjukkan nilai ketebalan dan hambatan dari aliran minyak. Harga
kekentalan ditunjukkan dengan SAE (Society of Automotive
Engineers) Viscosity Grade. Angka terendah menunjukkan minyak
dengan viskositas rendah dan harga tinggi menunjukkan kekentalan
yang tinggi. Kekentalan atau viskositas minyak pelumas harus sesuai
dengan jenis mesin (kebutuhan mesin).
Sebagai Pembersih
Minyak pelumas bekerja pada seluruh permukaan mesin, dimana jika
terdapat kotoran atau gram-gram logam yang bergesekan, maka
akan terbawa oleh minyak pelumas yang bersikulasi. Kotoran ini akan
disaring dan untuk gram yang berukuran besar (lolos dari strainer)
akan dikumpulkan pada tangki panampung. Hal yang berpengaruh
adalah kandungan deterjen pada minyak pelumas. Takaran deterjen
yang terdapat pada minyak pelumas juga harus tepat, karena apabila
kandungan deterjen sedikit maka efektifitas fungsi minyak pelumas
sebagai pembersih berkurang.
Mencegah terjadinya korosi
Pada silinder liner terjadi proses pembakaran bahan-bakar, dimana
terjadi proses konversi energi kimia menjadi energi mekanik. Setelah
pembakaran, sisa-sisa bahan bakar (gram-gram) yang terkumpul
pada silinder liner harus dibersihkan oleh minyak pelumas agar tidak
ikut terbakar pada proses pembakaran selanjutnya (dapat
mengurangi kualitas pembakaran).
Sebagai alat cek
Fungsi minyak pelumas sebagai alat cek disini berhubungan dengan
preventive maintenance dari sebuah mesin, dimana dilakukan
pengambilan sample minyak pelumas untuk dianalisa dilaboratorium,
tujuannya adalah untuk mengetahui komposisi-komposisi apa saja
yang terkandung dalam minyak pelumas, dari kandungan komposisi
tersebut dapat dianalisa bagian-bagian mesin yang mengalami
kerusakan serta penyebabnya.
Pendingin
Minyak pelumas juga dapat sebagai pendingin dari mesin, tetapi ini
bukan tujuan utama tetapi karena suhu munyak pelumas yang lebih
rendah dari suhu ruang bakar maka heat akan ikut terbawa oleh
minyak pelumas. Untuk mencapai tujuan tersebut, minyak pelumas
tidak dapat bekerja dengan sempurna oleh karenanya dilakukan
penamabahan aditif sehingga kerja minyak pelumas lebih baik.

Gambar 3. Sistem Pelumas


4.2.2 Jenis jenis sistem pelumas
Pelumasan juga dapat dibagi lagi menjadi sistem pelumasan basah dan
sistem pelumasan kering :
Dry sump
Sistem pelumasan tanpa menggunakan carter dibawah mesin,
pelumasannya tergantung pada kinerja dari pompa pelumas,
sehingga jika terjadi gangguan pada pompa pelumas, maka
kinerja mesin akan terganggu. Sistem jenis ini biasanya digunakan
pada mesin-mesin besar.
Wet sump
sistem pelumasan yang menggunakan carter dibagian bawah mesin.
Sistem ini menggunakan splash lubricating, yaitu oli yang ada pada
carter didistribusikan oleh gerakan crank shaft yang menepuk oli,
sehingga oli tersebut terdistribusi ke seluruh bagian mesin.
4.2.3 Aturan aturan dalam perencanaan Lubricating Oil System :
Tangki minyak pelumas harus cukup besarnya untuk meyakinkan
bahwa waktu yang dibutuhkan cukup pemisahan gelembung udara,
pengendapan residu.
Tangki minyak pelumas harus dilengkapi dengan pipa ventilasi yang
memadai
Tangki minyak kotor (Dirty Oil Tank) harus disediakan untuk minyak
pelumas yang telah terkontaminasi
LO system dibangun untuk meyakinkan pelumasan yang sesuai
dengsn kecepatan dan selama operasi mesin dan meyakinkan
trasnfer panas yang sesuai.
Jika perlu, pompa utama harus disediakan untuk mensupplai minyak
pelumas ke mesin.
Supplai minyak pelumas darurat (seperti tangki yang bekerja secara
gravitasi) harus direncanakan secara otomatis saat kegagalan supplai
dari pompa terjadi.
Perlu peralatan untuk sesuai dengan treatment minyak pelumas
(purifiers, automatic back-flushing filter, filter dan free-jet centifuge)
Sambungan suction pompa minyak pelumas harus diletakkan sejauh
mungkin dari pipa drainase
Tangki gravitasi harus dipasang pipa overflow yang menuju ke pipa
drainase
Pipa suction dan filling untuk storage, setlling minyak pelumas dan
tinggi tangkinya diletakkan di atas double bottom.
4.2.4 Komponen pada sistem pelumas
Komponen komponen yang harus ada pada lubricating oil system :
Storage/Service tank
Service tank merupakan tangki yang digunakan untuk melayani
kebutuhan pelumas selama pelayaran. Adapun elevasi dari tangki
servis ini adalah
Sump tank
Sump tank digunakan untuk menampung pelumas yang keluar dari
main engine, serta dapat digunakan sebagai tangki sirkulasi.
Cylinder lub oil storage tank
Cylinder lub oil storage tank digunakan untuk menampung semua
kebutuhan cylinder lub oil selama pelayaran.
Cylinder lub oil service tank
Cylinder lub oil service tank digunakan melayani kebutuhan pelumas
silinder selama 2 hari (48 jam). Pelumas dari tangki ini akan mengalir
secara gravitasi, sehingga ketinggian minimum untuk tangki service
ini adalah 3000 mm dari inlet main engine (AC).
Auxiliary Engine Lubricating Oil System
Sistem pelumas untuk auxiliary engine terpisah dengan system
pelumas pada main engine hal ini dikarenakan system pelumas pada
auxiliary engine mempunyai rekomendasi tersendiri dari pembuat
mesin yang berbeda dengan system pelumas pada main engine.

4.3 Sistem Pendingin


4.3.1 Pengertian Sistem Pendingin
Sistem pendingin merupakan sistem yang terdiri dari beragam
komponen untuk melakukan fungsi sebagai pendingin dari mesin, baik
mesin induk maupun mesin bantu. Sistem pendingin ini diperlukan
untuk memaksimalkan kinerja dari mesin.
4.3.2 Jenis jenis Sistem pendingin
Engine Cooling System dibagi menjadi dua buah sistem (pembuangan),
yaitu:
1. Sistem Pendingin Terbuka
Sistem pendinginan yang menggunakan fluida, yang mana fluida
tersebut langsung berhubungan dengan udara.
2. Sistem Pendingin Tertutup
Merupakan sistem pendinginan yang air pendinginnya tidak secara
langsung berhubungan dengan udara.
4.3.3 Jenis jenis Engine cooling system

Gambar 4. Sistem Pendingin

Engine Cooling System dibagi menjadi tiga buah sistem, yaitu:


1. Seawater cooling system
Sea water cooling system merupakan sistem pendingin yang terpisah,
dalam pengertian masingmasing bagian yang didinginkan disediakan
cooler tersendiri dengan menggunakan fluida pendingin langsung
dengan air laut. Cara kerja dari sistem ini dengan cara air laut diambil
melalui sea chest dan disirkulasikan oleh sea water pump. Air laut
yang keluar dari sea water pump disirkulasikan menuju lubricating oil
cooler dan sebagian dari air laut yang disirkulasikan diarahkan pada
scevenging air cooler pada engine. Fluida yang melalui lubricaing oil
cooler menyerap panas dari lubricating oil kemudian diteruskan
untuk mendinginkan jacket water cooler. Setelah keluar dari jacket
water cooler, sea water dapat dibuang melalui over board atau
disirkulasikan kembali dalam sistem.
2. Jacket cooling water system
Jacket cooling water system ini digunakan untuk mendinginkan
cylinder liners, cylinder covers and exhaust valves dari main engine.
Terdapat termostatikvalve pada inlet jacket cooler yang dikendalikan
oleh katub dengan sensor untuk menjaga main engine cooling water
outlet pada 80C (70-80C). Jacket water pump menarik air dari jacket
water cooler outlet dan diberikan ke engine. Dari jacket water cooler
ke genset, dari outlet genset yang bersuhu 80 C, lalu menuju ke
deaerating tank untuk menjalani proses pengumpulan uap air. Lalu
air yang bersuhu 80 C tersebut disalurkan untuk mendinginkan mesin
induk, sehingga di outlet mesin induk suhu air yang keluar masih
tetap dipertahankan 80 C.
3. Central cooling system
Central cooling system merupakan pendingin menggunakan air laut
yang berfungsi untuk menyerap panas dari air pendingin pada mesin.
Air laut diambil melalui sea chest dan disirkulasikan oleh sea water
pump. Dari sea water pump masuk ke central cooler untuk
mendinginkan fresh water , kemudian keluar melalui sea water
outlet. Fresh water (central cooler) disirkulasikan ke scavenging .
Dan apabila temperatur belum sesuai fresh water tersebut disalurkan
ke lubricating oil cooler. Setelah dari lubricating oil cooler kemudian
disalurkan ke jacket water cooler. Agar mencegah terlalu tingginya
temperature udara, maka didesain pada 36 C
Lampiran 2

Asset Register
1. Pendahuluan
Dalam suatu sistem terdapat berbagai jenis komponen yang berhubungan satu
sama lain. Selain komponen tersebut memiliki tugas untuk beroperasi sesuai
dengan spesifikasi, komponen tersebut juga harus menjaga sistem agar tetap
berfungsi dengan tidak melakukan kegagalan. Dari berbagai macam sistem
yang akan dibahas di bawah, tentunya terdapat berbagai macam komponen
yang dipasang berhubungan dan berbeda satu dengan yang lain dari segi
fungsinya
Kode sistem - Peralatan - No. Peralatan

2. Tujuan
Tujuan dari penamaan komponen ini adalah untuk mempermudah daftar
aset yang dimiliki untuk dapat dikaji analisa komponen tersebut berhubungan
dengan keterkaitan komponen kritis dalam sistem.

3. Referensi
Project Guide Wartsila 6L38

4. Simbol dan pengertian


a. Kode sistem :
FO = Sistem bahan bakar
LO = Sistem pelumasan
CO = Sistem Pendingin
b. Peralatan :
TNK = Tangki
PMP = Pompa
HTR = Heater
SPT = Separator
CLR = Cooler
FIL = Filter
VIS = Viscometer
FLM = Flow Meter
OWS = Oily Water Separator
AVT = Air Venting
RCV = Air Receiver
PRV = Pressure Regulating Valve
VNR = Non Return Valve
VGT = Gate Valve
VPR = Pressure Relief Valve
STR = Strainer
VTW = Three Way Valve
DPI = Difference Pressure Indicator
LAH = Level Alarm High
BMP =Belt Mounted Pipe End
AFR = Automatic Filter
VST = Self Contained Thermosts Valve
VBT = Butterfly Valve
TMI = Temperatur Indicator
VSC = Self Contained Thermostaat Valve
FMR = Flow Meter
VMR = Viscosity meter
VGR = Gate Valve Remotely
LMR = Level monitor
VRO = Remotly Operated Valve
VQC = Quick closing valve

5. List kode peralatan


Kode-kode tersebut disediakan untuk masing-masing perangkat
berdasarkan fungsi dan penempatan di ruang mesin, dengan ketentuan
sebagai berikut

XX - YYY - ZZ
Dimana :
XX adalah sistem
YYY adalah peralatan
ZZ adalah nomer untuk peralatan
6. Kesimpulan
a. Fuel Oil System ( FO - YYY - ZZZ )
No. Asset Code Name of Equipment
1 FO-TNK-01 HFO Storage Tank (SB)
2 FO-TNK-02 HFO Storage Tank (PS)
3 FO-TNK-03 HFO Storage Tank (SB)
4 FO-TNK-04 HFO Storage Tank (PS)
5 FO-TNK-05 HFO Settling Tank
6 FO-TNK-06 HFO Settling Tank
7 FO-TNK-07 HFO Service Tank
8 FO-TNK-08 HFO Service Tank
9 FO-TNK-09 MDO Storage Tank (SB)
10 FO-TNK-10 MDO Storage Tank (PS)
11 FO-TNK-11 MDO Settling tank
12 FO-TNK-12 MDO Settling tank
13 FO-TNK-13 MDO Service Tank
14 FO-TNK-14 MDO Service Tank
15 FO-TNK-15 Dearation Tank
16 FO-TNK-16 HFO Overflow Tank
17 FO-TNK-17 MDO Overflow Tank
18 FO-TNK-18 Sludge Tank
19 FO-TNK-19 Leak Fuel Tank (clean)
20 FO-TNK-20 Leak Fuel Tank (dirty)
21 FO-TNK-21 HFO Deareaction tank
22 FO-PMP-01 HFO Transfer Pump
23 FO-PMP-02 HFO Transfer Pump
24 FO-PMP-03 HFO Separator Feed Pump
25 FO-PMP-04 HFO Separator Feed Pump
26 FO-PMP-05 HFO Feed Pump Booster
27 FO-PMP-06 HFO Feed Pump Booster
28 FO-PMP-07 HFO Circulating Pump
29 FO-PMP-08 HFO Circulating Pump
30 FO-PMP-09 MDO Transfer Pump
31 FO-PMP-10 MDO Transfer Pump
32 FO-PMP-11 MDO Separator Feed Pump
33 FO-PMP-12 MDO Separator Feed Pump
No. Asset Code Name of Equipment
34 FO-PMP-13 MDO Circulating Pump
35 FO-PMP-14 MDO Circulating Pump
36 FO-HTR-01 Heater (storage tank)
37 FO-HTR-02 Heater (storage tank)
38 FO-HTR-03 Heater (storage tank)
39 FO-HTR-04 Heater (storage tank)
40 FO-HTR-05 Heater (settling tank)
41 FO-HTR-06 Heater (settling tank)
42 FO-HTR-07 Heater (service tank)
43 FO-HTR-08 Heater (service tank)
44 FO-HTR-09 Heater (dirty tank)
45 FO-HTR-10 Heater ( clean tank)
46 FO-HTR-11 Heater (separator pre heater)
47 FO-HTR-12 Heater (Booster unit)
48 FO-HTR-13 Heater (dearaction tank)
49 FO-SPT-01 HFO Separator
50 FO-SPT-02 HFO Separator
51 FO-SPT-03 MDO Separator
52 FO-SPT-04 MDO Separator
53 FO-TMI-01 Temperatur Indicator
54 FO-TMI-02 Temperatur Indicator
55 FO-AFR-01 Automatic Filter
56 FO-FMR-01 Flow Meter
57 FO-CLR-01 Cooler
58 FO-VMR-01 Viscosity meter
59 FO-BMP-01 Belt Mounted Pipe End
60 FO-BMP-02 Belt Mounted Pipe End
61 FO-BMP-03 Belt Mounted Pipe End
62 FO-BMP-04 Belt Mounted Pipe End
63 FO-BMP-05 Belt Mounted Pipe End
64 FO-BMP-06 Belt Mounted Pipe End
65 FO-BMP-07 Belt Mounted Pipe End
66 FO-BMP-08 Belt Mounted Pipe End
67 FO-BMP-09 Belt Mounted Pipe End
68 FO-DPI-01 Difference Pressure Indicator
No. Asset Code Name of Equipment
69 FO-DPI-02 Difference Pressure Indicator
70 FO-DPI-03 Difference Pressure Indicator
71 FO-DPI-04 Difference Pressure Indicator
72 FO-DPI-05 Difference Pressure Indicator
73 FO-DPI-06 Difference Pressure Indicator
74 FO-DPI-07 Difference Pressure Indicator
75 FO-DPI-08 Difference Pressure Indicator
76 FO-DPI-09 Difference Pressure Indicator
77 FO-DPI-10 Difference Pressure Indicator
78 FO-DPI-11 Difference Pressure Indicator
79 FO-DPI-12 Difference Pressure Indicator
80 FO-DPI-13 Difference Pressure Indicator
81 FO-DPI-14 Difference Pressure Indicator
82 FO-DPI-15 Difference Pressure Indicator
83 FO-DPI-16 Difference Pressure Indicator
84 FO-DPI-17 Difference Pressure Indicator
85 FO-DPI-18 Difference Pressure Indicator
86 FO-DPI-19 Difference Pressure Indicator
87 FO-DPI-20 Difference Pressure Indicator
88 FO-DPI-21 Difference Pressure Indicator
89 FO-DPI-22 Difference Pressure Indicator
90 FO-DPI-23 Difference Pressure Indicator
91 FO-DPI-24 Difference Pressure Indicator
92 FO-DPI-25 Difference Pressure Indicator
93 FO-DPI-26 Difference Pressure Indicator
94 FO-DPI-27 Difference Pressure Indicator
95 FO-DPI-28 Difference Pressure Indicator
96 FO-DPI-29 Difference Pressure Indicator
97 FO-DPI-30 Difference Pressure Indicator
98 FO-DPI-31 Difference Pressure Indicator
99 FO-DPI-32 Difference Pressure Indicator
100 FO-DPI-33 Difference Pressure Indicator
101 FO-VGR-01 Gate Valve remotely
102 FO-VGR-02 Gate Valve remotely
103 FO-VGR-03 Gate Valve remotely
No. Asset Code Name of Equipment
104 FO-VGR-04 Gate Valve remotely
105 FO-VGR-05 Gate Valve remotely
106 FO-VGR-06 Gate Valve remotely
107 FO-VGR-07 Gate Valve remotely
108 FO-VGR-08 Gate Valve remotely
109 F0-VPR-01 Pressure Relief Valve
110 F0-VPR-02 Pressure Relief Valve
111 F0-VPR-03 Pressure Relief Valve
112 F0-VPR-04 Pressure Relief Valve
113 F0-VPR-05 Pressure Relief Valve
114 F0-VPR-06 Pressure Relief Valve
115 F0-VPR-07 Pressure Relief Valve
116 F0-VPR-08 Pressure Relief Valve
117 F0-VPR-09 Pressure Relief Valve
118 F0-VPR-10 Pressure Relief Valve
119 F0-VPR-11 Pressure Relief Valve
120 F0-VPR-12 Pressure Relief Valve
121 F0-VPR-13 Pressure Relief Valve
122 F0-VPR-14 Pressure Relief Valve
123 FO-VBT-01 Butterfly Valve
124 FO-VBT-02 Butterfly Valve
125 FO-VBT-03 Butterfly Valve
126 FO-VBT-04 Butterfly Valve
127 FO-VBT-05 Butterfly Valve
128 FO-VBT-06 Butterfly Valve
129 FO-VBT-07 Butterfly Valve
130 FO-VBT-08 Butterfly Valve
131 FO-VBT-09 Butterfly Valve
132 FO-VBT-10 Butterfly Valve
133 FO-VBT-11 Butterfly Valve
134 FO-VBT-12 Butterfly Valve
135 FO-VBT-13 Butterfly Valve
136 FO-VBT-14 Butterfly Valve
137 FO-VBT-15 Butterfly Valve
138 FO-VBT-16 Butterfly Valve
No. Asset Code Name of Equipment
139 FO-VBT-17 Butterfly Valve
140 FO-VBT-18 Butterfly Valve
141 FO-VBT-19 Butterfly Valve
142 FO-VBT-20 Butterfly Valve
143 FO-VBT-21 Butterfly Valve
144 FO-VBT-22 Butterfly Valve
145 FO-VBT-23 Butterfly Valve
146 FO-VBT-24 Butterfly Valve
147 FO-VBT-25 Butterfly Valve
148 FO-VBT-26 Butterfly Valve
149 FO-VBT-27 Butterfly Valve
150 FO-VBT-28 Butterfly Valve
151 FO-VBT-29 Butterfly Valve
152 FO-VBT-30 Butterfly Valve
153 FO-VBT-31 Butterfly Valve
154 FO-VBT-32 Butterfly Valve
155 FO-VBT-33 Butterfly Valve
156 FO-VBT-34 Butterfly Valve
157 FO-VBT-35 Butterfly Valve
158 FO-VBT-36 Butterfly Valve
159 FO-VBT-37 Butterfly Valve
160 FO-VBT-38 Butterfly Valve
161 FO-VBT-39 Butterfly Valve
162 FO-VBT-40 Butterfly Valve
163 FO-VBT-41 Butterfly Valve
164 FO-VBT-42 Butterfly Valve
166 FO-VBT-43 Butterfly Valve
167 FO-VBT-44 Butterfly Valve
168 FO-VBT-45 Butterfly Valve
169 FO-VBT-46 Butterfly Valve
170 FO-VBT-47 Butterfly Valve
171 FO-VBT-48 Butterfly Valve
172 FO-VBT-49 Butterfly Valve
173 FO-VBT-50 Butterfly Valve
174 FO-VBT-51 Butterfly Valve
No. Asset Code Name of Equipment
175 FO-VBT-52 Butterfly Valve
176 FO-VBT-53 Butterfly Valve
178 FO-VBT-54 Butterfly Valve
179 FO-VBT-55 Butterfly Valve
180 FO-VBT-56 Butterfly Valve
181 FO-VBT-57 Butterfly Valve
182 FO-VBT-58 Butterfly Valve
183 F0-VTW-01 Three Way Valve
184 F0-VTW-02 Three Way Valve
185 F0-VTW-03 Three Way Valve
186 F0-VTW-04 Three Way Valve
187 F0-VTW-05 Three Way Valve
188 F0-VTW-06 Three Way Valve
189 F0-VTW-07 Three Way Valve
190 F0-VTW-08 Three Way Valve
191 F0-VTW-09 Three Way Valve
192 F0-VTW-10 Three Way Valve
193 F0-VTW-11 Three Way Valve
194 F0-VTW-12 Three Way Valve
195 FO-VNR-01 Non Return Valve, Srew Down
196 FO-VNR-02 Non Return Valve, Srew Down
197 FO-VNR-03 Non Return Valve, Srew Down
198 FO-VNR-04 Non Return Valve, Srew Down
199 FO-VNR-05 Non Return Valve, Srew Down
200 FO-VNR-06 Non Return Valve, Srew Down
201 FO-VNR-07 Non Return Valve, Srew Down
202 FO-VNR-08 Non Return Valve, Srew Down
203 FO-VNR-09 Non Return Valve, Srew Down
204 FO-VNR-10 Non Return Valve, Srew Down
205 FO-VNR-11 Non Return Valve, Srew Down
206 FO-VNR-12 Non Return Valve, Srew Down
207 FO-VNR-13 Non Return Valve, Srew Down
208 FO-VNR-14 Non Return Valve, Srew Down
209 FO-VNR-15 Non Return Valve, Srew Down
210 FO-VNR-16 Non Return Valve, Srew Down
No. Asset Code Name of Equipment
211 FO-LMR-01 Level monitor
212 FO-LMR-02 Level monitor
213 FO-LMR-03 Level monitor
214 FO-LMR-04 Level monitor
215 FO-LMR-05 Level monitor
216 FO-LMR-06 Level monitor
217 FO-LMR-07 Level monitor
218 FO-LMR-08 Level monitor
219 FO-VRO-01 Remotly Operated Valve
220 FO-VRO-02 Remotly Operated Valve
221 FO-VRO-03 Remotly Operated Valve
222 FO-VRO-04 Remotly Operated Valve
223 FO-VRO-05 Remotly Operated Valve
224 FO-VRO-06 Remotly Operated Valve
225 FO-VRO-07 Remotly Operated Valve
226 FO-VRO-08 Remotly Operated Valve
227 FO-VRO-09 Remotly Operated Valve
228 FO-VRO-10 Remotly Operated Valve
229 FO-VRO-11 Remotly Operated Valve
230 FO-VRO-12 Remotly Operated Valve
231 FO-VRO-13 Remotly Operated Valve
232 FO-VRO-14 Remotly Operated Valve
234 FO-VRO-15 Remotly Operated Valve
235 FO-VRO-16 Remotly Operated Valve
236 FO-LAH-01 Level Alarm High
237 FO-LAH-02 Level Alarm High
238 FO-LAH-03 Level Alarm High
239 FO-LAH-04 Level Alarm High
240 FO-LAH-05 Level Alarm High
241 FO-LAH-06 Level Alarm High
242 FO-LAH-07 Level Alarm High
243 FO-LAH-08 Level Alarm High
244 FO-LAH-09 Level Alarm High
245 FO-LAH-10 Level Alarm High
246 FO-LAH-11 Level Alarm High
No. Asset Code Name of Equipment
247 FO-LAH-12 Level Alarm High
248 FO-LAH-13 Level Alarm High
249 FO-STR-01 Strainer
250 FO-STR-02 Strainer
251 FO-STR-03 Strainer
252 FO-STR-04 Strainer
253 FO-STR-05 Strainer
254 FO-STR-06 Strainer
255 FO-STR-07 Strainer
256 FO-STR-08 Strainer
257 FO-STR-09 Strainer
258 FO-STR-10 Strainer
259 FO-STR-11 Strainer
260 FO-STR-12 Strainer
261 FO-STR-13 Strainer
262 FO-STR-14 Strainer
263 FO-VQC-01 Quick closing valve
264 FO-VQC-02 Quick closing valve
265 FO-VQC-03 Quick closing valve
266 FO-VQC-04 Quick closing valve
267 FO-VQC-05 Quick closing valve
268 FO-VQC-06 Quick closing valve
269 FO-VQC-07 Quick closing valve
270 FO-VQC-08 Quick closing valve
271 FO-VQC-09 Quick closing valve
272 FO-VQC-10 Quick closing valve
273 FO-VQC-11 Quick closing valve

b. Cooling System ( CO - YYY - ZZZ )

No. Asset Code Name of Equipment


1 CO-TNK-01 Drain tank
2 CO-TNK-02 Expansion tank
3 CO-TNK-03 Additive dosing tank
4 CO-PMP-01 Sea water pump
5 CO-PMP-02 Sea water pump
No. Asset Code Name of Equipment
6 CO-PMP-03 Stand by pump (LT)
7 CO-PMP-04 Stand by pump (HT)
8 CO-PMP-05 Circulation pump (pre heater)
9 CO-PMP-06 Transfer pump
10 CO-PMP-07 Engine driven pump (LT)
11 CO-PMP-08 Engine driven pump (HT)
12 CO-AVT-01 Air venting
13 CO-AVT-02 Air venting
14 CO-CCR-01 Central Cooler
15 CO-CCR-02 Central Cooler
16 CO-CLR-01 Cooler
17 CO-CLR-02 Cooler
18 CO-CLR-03 Cooler
19 CO-HTR-01 Heater (preheater)
20 CO-VNR-01 Non Return Valve, Srew Down
21 CO-VNR-02 Non Return Valve, Srew Down
22 CO-VNR-03 Non Return Valve, Srew Down
23 CO-VNR-04 Non Return Valve, Srew Down
24 CO-VNR-05 Non Return Valve, Srew Down
25 CO-VNR-06 Non Return Valve, Srew Down
26 CO-VNR-07 Non Return Valve, Srew Down
27 CO-VNR-08 Non Return Valve, Srew Down
28 CO-VNR-09 Non Return Valve, Srew Down
29 CO-VBT-01 Butterfly Valve
30 CO-VBT-02 Butterfly Valve
31 CO-VBT-03 Butterfly Valve
32 CO-VBT-04 Butterfly Valve
33 CO-VBT-05 Butterfly Valve
34 CO-VBT-06 Butterfly Valve
35 CO-VBT-07 Butterfly Valve
36 CO-VBT-08 Butterfly Valve
37 CO-VBT-09 Butterfly Valve
38 CO-VBT-10 Butterfly Valve
39 CO-VBT-11 Butterfly Valve
40 CO-VBT-12 Butterfly Valve
No. Asset Code Name of Equipment
41 CO-VBT-13 Butterfly Valve
42 CO-VBT-14 Butterfly Valve
43 CO-VBT-15 Butterfly Valve
44 CO-VBT-16 Butterfly Valve
45 CO-VBT-17 Butterfly Valve
46 CO-VBT-18 Butterfly Valve
47 CO-VBT-19 Butterfly Valve
48 CO-VBT-20 Butterfly Valve
49 CO-VBT-21 Butterfly Valve
50 CO-VBT-22 Butterfly Valve
51 CO-VBT-23 Butterfly Valve
52 CO-VBT-24 Butterfly Valve
53 CO-VBT-25 Butterfly Valve
54 CO-VBT-26 Butterfly Valve
55 CO-VBT-27 Butterfly Valve
56 CO-VBT-28 Butterfly Valve
57 C0-VPR-01 Pressure Relief Valve
58 C0-VPR-02 Pressure Relief Valve
59 C0-VPR-03 Pressure Relief Valve
60 C0-VPR-04 Pressure Relief Valve
61 C0-VPR-05 Pressure Relief Valve
62 CO-VGT-01 Gate Valve
63 CO-VGT-02 Gate Valve
64 CO-VGT-03 Gate Valve
65 CO-DPI-01 Difference Pressure Indicator
66 CO-DPI-02 Difference Pressure Indicator
67 CO-DPI-03 Difference Pressure Indicator
68 CO-DPI-04 Difference Pressure Indicator
69 CO-DPI-05 Difference Pressure Indicator
70 CO-DPI-06 Difference Pressure Indicator
71 CO-DPI-07 Difference Pressure Indicator
72 CO-DPI-08 Difference Pressure Indicator
73 CO-DPI-09 Difference Pressure Indicator
74 CO-DPI-10 Difference Pressure Indicator
75 CO-TMI-01 Temperatur Indicator
No. Asset Code Name of Equipment
76 CO-TMI-02 Temperatur Indicator
77 CO-TMI-03 Temperatur Indicator
78 CO-TMI-04 Temperatur Indicator
79 CO-TMI-05 Temperatur Indicator
80 CO-TMI-06 Temperatur Indicator
81 CO-TMI-07 Temperatur Indicator
82 CO-TMI-08 Temperatur Indicator
83 CO-TMI-09 Temperatur Indicator
84 CO-TMI-10 Temperatur Indicator
85 CO-STR-01 Strainer
86 CO-STR-02 Strainer
87 CO-LAH-01 Level Alarm High
88 CO-VSC-01 Self Contained Thermostaat Valve
89 CO-VSC-02 Self Contained Thermostaat Valve
90 CO-VSC-03 Self Contained Thermostaat Valve
91 CO-VSC-04 Self Contained Thermostaat Valve

c. Lubrication System ( LO - YYY - ZZZ )

No. Asset Code Name of Equipment


1 LO-TNK-01 Storage tank
2 LO-TNK-02 System tank
3 LO-TNK-03 Sludge tank
4 LO-PMP-01 Transfer Pump
5 LO-PMP-02 Transfer Pump
6 LO-PMP-03 Stand by pump
7 LO-PMP-04 Pre lubrication pump
8 LO-PMP-05 Main lubrication pump
9 LO-PMP-06 Separator pump
10 LO-SPT-01 Lubrication Separator
11 LO-HTR-01 Heater
Non Return Valve, Srew
12 LO-VNR-01
Down
Non Return Valve, Srew
13 LO-VNR-02
Down
No. Asset Code Name of Equipment
Non Return Valve, Srew
14 LO-VNR-03
Down
Non Return Valve, Srew
15 LO-VNR-04
Down
Non Return Valve, Srew
16 LO-VNR-05
Down
Non Return Valve, Srew
17 LO-VNR-06
Down
Non Return Valve, Srew
18 LO-VNR-07
Down
Non Return Valve, Srew
19 LO-VNR-08
Down
20 LO-VGT-01 Gate Valve
21 LO-VGT-02 Gate Valve
22 LO-VGT-03 Gate Valve
23 LO-VGT-04 Gate Valve
24 LO-VGT-05 Gate Valve
25 LO-VGT-06 Gate Valve
26 LO-VGT-07 Gate Valve
27 LO-VGT-08 Gate Valve
28 LO-VGT-09 Gate Valve
29 LO-VGT-10 Gate Valve
30 LO-VGT-11 Gate Valve
31 L0-VPR-01 Pressure Relief Valve
32 L0-VPR-02 Pressure Relief Valve
33 L0-VPR-03 Pressure Relief Valve
34 L0-VPR-04 Pressure Relief Valve
35 L0-VPR-05 Pressure Relief Valve
36 LO-STR-01 Strainer
37 LO-STR-02 Strainer
38 LO-STR-03 Strainer
39 LO-STR-04 Strainer
40 LO-STR-05 Strainer
41 LO-STR-06 Strainer
42 L0-VTW-01 Three Way Valve
43 LO-DPI-01 Difference Pressure Indicator
44 LO-DPI-02 Difference Pressure Indicator
No. Asset Code Name of Equipment
45 LO-DPI-03 Difference Pressure Indicator
46 LO-DPI-04 Difference Pressure Indicator
47 LO-DPI-05 Difference Pressure Indicator
48 LO-DPI-06 Difference Pressure Indicator
49 LO-DPI-07 Difference Pressure Indicator
50 LO-DPI-08 Difference Pressure Indicator
51 LO-LAH-01 Level Alarm High
52 LO-LAH-02 Level Alarm High
53 LO-LAH-03 Level Alarm High
54 LO-BMP-01 Belt Mounted Pipe End
55 LO-BMP-02 Belt Mounted Pipe End
56 LO-BMP-03 Belt Mounted Pipe End
57 LO-BMP-04 Belt Mounted Pipe End
58 LO-BMP-05 Belt Mounted Pipe End
59 LO-AFR-01 Automatic Filter
Self Contained Thermosts
60 LO-SCT-01
Valve
Lampiran 3

Functional Hierarchy
1. Pendahuluan
Dalam pengelolaan integritas dan sistem proses, metode yang umum
digunakan adalah Reliability Centered Maintenance (RCM), Risk Based
Inspection (RBI) dan analisis kritis berdasarkan NORSOK Z-008. NORSOK Z-008
telah dikembangkan untuk persiapan dan optimalisasi program perawatan
untuk instalasi minyak dan gas bumi. Hal ini didasarkan pada analisis risiko dan
prinsip-prinsip biaya-manfaat. Analisis yang lebih dalam menunjukkan bahwa
NORSOK Z-008 bekerja berdasarkan filosofi penghitungan risiko dengan
menggabungkan kemungkinan kegagalan dan konsekuensi kegagalan

2. Tujuan
Untuk memudahkan dalam perencanaan perawatan pada suatu sistem

3. Referensi
NORSOK Z-008

4. Tinjauan Pustaka
Rencana perawatan adalah seperangkat prosedur kerja yang harus
dijadikan pedoman pengelolaan aset. Membuat rencana perawatan umumnya
tidak sulit dilakukan. Tapi membuat program perawatan komprehensif yang
efektif menimbulkan beberapa tantangan yang menarik. Praktisi perawatan di
seluruh industri menggunakan banyak istilah perawatan untuk berarti hal yang
berbeda. Jadi untuk tingkat lapangan bermain, perlu untuk menjelaskan
bagaimana beberapa istilah ini digunakan di seluruh dokumen ini untuk
memastikan pemahaman bersama oleh semua orang yang membacanya.

Gambar 1. Skema Perencanaan Perawatan

Analisis kritis dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang sistem.


Untuk menjaga keandalan sistem, komponen penting sistem harus
diidentifikasi.
4.1 Analisis hirarkis dan analisis kekritisan
Dengan melakukan langkah-langkah yang didefinisikan dalam bab
ini untuk membangun analisis hierarki dan kritikalitas fungsional, sebuah
platform untuk keputusan berbasis risiko yang terkait dengan pengelolaan
kegiatan pemeliharaan telah dilakukan. Proses kerja umum, lihat Gambar
1, menguraikan secara sistematis rincian sistem tanaman menjadi item
yang sesuai untuk analisis kekritisan. Untuk lebih memahami penerapan
praktis dari kerusakan sistematis sistem pabrik dan analisis kekritisan,
pedoman untuk menetapkan program pemeliharaan berdasarkan konsep
perawatan generik atau metode RCM yang lebih komprehensif diberikan
dalam pasal 7.

Gambar 2. Diagram proses, struktur fungsional dan analisis kekritisan


4.2 Kriteria Keputusan
Untuk analisis kekritisan yang menilai konsekuensi kegagalan dan
tingkat redundansi fungsional, kelas konsekuensi harus didefinisikan
secara tepat sebelum kinerja analisis. Definisi kelas konsekuensi harus
dilakukan sesuai dengan kriteria keselamatan dan lingkungan perusahaan
secara keseluruhan, dan mencerminkan operasi pabrik yang sebenarnya
jika menyangkut kerugian ekonomis.
Untuk mengklasifikasikan efek yang paling serius dari kehilangan
fungsi (baik kehilangan MF dan sub fungsi) kelas konsekuensi yang
didefinisikan pada Tabel 1 harus diterapkan, kecuali ditentukan lain.
Perhatikan bahwa hilangnya 'Produksi' harus dalam nilai moneter sesuai
dengan batas biaya yang sesuai yang ditentukan untuk 'Biaya' di dalam
setiap kelas.
4.3 Pemilihan sistem
Kegiatan pertama adalah memilih sistem yang harus disertakan
dalam analisis. Kriteria peringkat tergantung pada tujuan analisis dan harus
didokumentasikan. Kriteria seleksi dapat didasarkan pada biaya
pemeliharaan, kontributor utama kehilangan produksi / ketidaktersediaan
dan insiden terkait keselamatan.
5. Hasil dan Kesimpulan
5.1 Sistem bahan bakar
5.2 Sistem Pelumas
5.3 Sistem Pendingin
Lampiran 4
Criticality Analysis
1. Pendahuluan
Setelah semua persyaratan dasar untuk maintenance management
berdasarkan tingkat kekritisan dari setiap komponen telah ada, seperti
technical documentation dan plant system maka proses selanjutnya adalah
dengan memahami definisi main dan sub function. Pada dokumen 2 ini, hasil
yang bisa diperoleh berupa tabel criticality of main function and its function.

2. Referensi
NORSOK Standart Z-008 "Criticality analysis for maintenance purposes"

3. Fungsi utama
3.1 Umun
Setiap system harus dibagi menjadi beberapa main function yang
mencakup seluruh system.Main function dikategorikan menjadi tugas
utama seperti heat exchanging, pumping, separation, power generation,
compressing, distributing, storing dan lain-lain. Setiap main function
memberikan petunjuk khusus berisi jumlah dan nama yang
menggambarkan tugas dan prosesnya.
3.2 Fungsi Utama
Setiap sistem tanaman harus dibagi menjadi sejumlah MF yang
mencakup keseluruhan sistem. MF ditandai dengan menjadi tugas utama
seperti pertukaran panas, pemompaan, pemisahan, pembangkitan tenaga,
pengompresan, pendistribusian, penyimpanan, dll. Lihat Lampiran A, yang
memberikan gambaran umum tentang MF khusus untuk pabrik produksi
minyak dan gas bumi. Setiap MF diberi sebutan unik yang terdiri dari
sejumlah (jika sesuai dengan nomor tag) dan nama yang menggambarkan
tugas dan prosesnya. Batas-batas MF harus didefinisikan secara jelas
dalam P & ID atau dokumentasi lain yang relevan.
Redundansi MF harus ditentukan berkenaan dengan kerugian
menurut & Tingkat redundansi dalam satu MF diklasifikasikan menurut
kode pada Tabel 3.
Red. Redundancy degree definition
A No redundancy i.e. the entire MF is required to avoid any loss of
function.
B One parallel unit can suffer a fault without influencing the function.
C Two or more parallel units can suffer a fault at the same time
without influencing the function.

Menilai konsekuensi dari kesalahan yang paling serius sebaiknya


dilakukan oleh personil yang berpengalaman dalam evaluasi risiko dan
reliabilitas (fasilitator) bekerja sama dengan personil yang berpengalaman
dalam operasi dan pemeliharaan dan dengan pemahaman yang baik
tentang proses produksi dan peralatan teknis. Seluruh MF dinilai dalam hal
efek kesalahan yang paling serius. Dalam penilaian ini, redundansi apapun
dalam fungsi ini diabaikan, karena redundansi akan diperlakukan secara
terpisah.
3.3 Definisi Fungsi sub
"MF dibagi menjadi sub fungsi, lihat lampiran C. Untuk
menyederhanakan penilaian konsekuensi dan memungkinkan pekerjaan
dilakukan dengan akurasi yang memadai dengan penggunaan sumber daya
minimum, tingkat sub fungsi dapat 'distandarisasi' untuk peralatan proses
yang khas dengan pra Istilah yang didefinisikan untuk mencakup semua
persyaratan. Sub fungsi ini adalah:
Tugas utama (istilah yang menjelaskan tugas).
Tekanan lega.
Shutdown, proses.
Shutdown, peralatan.
Mengontrol
Monitoring
Indikasi lokal.
Manual shut-off.
Penahanan
Fungsi lainnya
.
Daftar standar sub fungsi harus dilengkapi dengan sub fungsi lain
yang relevan untuk operasi tertentu Identifikasi tingkat redundansi setiap
sub fungsi. Jika ada redundansi dalam sub fungsi, jumlah unit paralel dan
kapasitas per unit ditetapkan. Redundansi harus diklasifikasikan
menggunakan kode pada Tabel 4.
4. Hasil dan Kesimpulan
Main function untuk sistem-sistem pada Wartsila 6L38 ini adalah sebagai
berikut :

4.1 Fuel Oil System


FO System
MAIN FUNCTION
MF Description Sub Title, example
Service tank,Supply pump, Circulating pump,
Circulating
Filter, Heater, Oil Pipe
Filtering filter, strainer
Heating heater
Separating Setling tank, Pump, Heater, Separator, Filter
Storing tank, heater
Transfering oil pipe

4.2 Lubricating Oil System


LO System
MAIN FUNCTION
MF Description Sub Title, example
Separating Separator Feed Pump, Heater, Separator
Lubricating Lub Oil Pump, Cooler, Terrmostat Valve

4.3 Cooling System


Cooling Sytem
MAIN FUNCTION
MF Description Sub Title, example
Cooling Cooler,Gate valve, Temperature Indicator
Pumping Pump, Gate Valve, Pressure Indicator, ,Separator
4.4 Fuel Oil System

Circulating FO System
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT
Standard
Red.
Sub Assesing loss of Function HSE O C
degr.
Function
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Potential for injuries requaring
Main Task MF MF MF MF
maintenance.
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to
operate'

Shut HSE : Potential for serious personnel injuries.


Down Potential for engine not operation A H H H
Process Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to substantial cost
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
Shut
HSE : Potential for injuries requaring
Down B M L M
maintenance.
Equipment
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Will inherit the MF - consequence
Controling assesment MF MF MF MF
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Separating FO System
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT
Standard
Sub Assesing loss of Function Red. HSE O C
Function degr.
Red : One Parallel unit can suffer a fault
Without Influencing the function
LO Main HSE : Potential for injuries requaring
MF MF MF MF
Separating maintenance.
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail
to operate'
Shut HSE : Potential for serious personnel injuries.
Down Potential for engine not operation A H H H
Process Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to substantial cost
Red : One Parallel unit can suffer a fault
Without Influencing the function
Shut
HSE : Potential for injuries requaring
Down B M L M
maintenance.
Equipment
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault
Without Influencing the function
HSE : Will inherit the MF - consequence
Controling assesment MF MF MF MF
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
4.5 Lubricating Oil System

Lubricating LO System
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT
Standard
Red.
Sub Assesing loss of Function HSE O C
degr.
Function
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to
operate'
Main
HSE : Potential for injuries requaring maintenance. MF MF MF MF
Task
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to
operate'

Shut HSE : Potential for serious personnel injuries.


Down Potential for engine not operation A H H H
Process Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to substantial cost
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
Shut Down
Equipment
HSE : Potential for injuries requaring maintenance. B M L M
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Will inherit the MF - consequence assesment
Controling B M M M
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Separating LO System
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT
Standard
Red.
Sub Assesing loss of Function HSE O C
degr.
Function
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
Main
HSE : Potential for injuries requaring maintenance. MF MF MF MF
Task
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to
operate'
HSE : Potential for serious personnel injuries.
Shut
Potential for engine not operation
Down B M L MF
Process Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to substantial cost

a
4.6 Cooling System
Cooling System (Cooling)
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT

Standard Sub Red.


Assesing loss of Function HSE O C
Function degr.

Red : One Parallel unit can suffer a fault Without Influencing


the function
Main Task HSE : Potential for injuries requaring maintenance. MF MF MF MF
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to operate'
HSE : Potential for serious personnel injuries. Potential for
engine not operation
Shut Down
A H H H
Process Opert. : Will inherit the MF - consequence assesment if time
to repair exceeds 4 hours

Cost : Will lead to substantial cost

Red : One Parallel unit can suffer a fault Without Influencing


the function
Shut Down
HSE : Potential for injuries requaring maintenance. B M L M
Equipment
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)

Red : One Parallel unit can suffer a fault Without Influencing


the function

HSE : Will inherit the MF - consequence assesment


Controling A H L H
Opert. : Will inherit the MF - consequence assesment if time
to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without Influencing
the function
HSE : Will inherit the MF - consequence assesment
B M L M
Monitoring Opert. : Will inherit the MF - consequence assesment if time
to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Cooling System (Pumping)
MF CONSEQUENCE ASSESSMENT
Standard Assesing loss of Function Red. HSE O C
Sub Function degr.
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Potential for injuries requaring
Main Task MF MF MF MF
maintenance.
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : No redudancy for the failure mode 'fail to
operate'
HSE : Potential for serious personnel injuries.
Shut Down Potential for engine not operation A H H H
Process
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to substantial cost
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
Shut Down HSE : Potential for injuries requaring
B M L M
Equipment maintenance.
Opert. : No Effect on operation engine
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Will inherit the MF - consequence
Controling assesment MF MF MF MF
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
Red : One Parallel unit can suffer a fault Without
Influencing the function
HSE : Will inherit the MF - consequence
assesment B M L M
Monitoring
Opert. : Will inherit the MF - consequence
assesment if time to repair exceeds 4 hours
Cost : Will lead to cost between (a-b)
f
Lampiran 5
Maintenance Strategies
Lampiran 6
Planning and Scheduling
1. Pendahuluan
Planning and Scheduling beraarti bahwa pekerjaan perawatan
telah diorganisasi dengan efektif dan diprioritaskan serta tersedia material,
peralatan dan watu untuk menyelesaikan tugas dengan efektif, tepat
waktu dan ekonomis.

2. Referensi
How to Manage Maintenance Book

3. Definisi
3.1 The Key Element of Planning and Scheduling
Ada 6 elemen penting dalam melakukan planning & scheduling yakni :
Job identify
Dalam job identify ini akan didefinisakn tentang pekerjaan apa
yang akan dilakukan, mengapa pekerjaan tersebut dilakukan,
siapa yang melakukan dan dimana pekerjaan tersebut dilakukan.
Approval
Setelah dilakukan job identify kemudian proses selanjutnya
adalah approval untuk memberikan input pada proses
berikutnya.
Priority
Setiap pekerjaan memiliki tingkat kepentingan yang berbeda,
untuk itu dalam key element ini dapat diketahui mana pekerjaan
yang memiliki prioritas lebih tinggi untuk menentukan kapan
pekerjaan tersebut dilakukan.
Plan
Beberapa hal yang masuk dalam perencanaan ini adalah seperti
skill yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, waktu yang
seefisien mungkin serta peralatan yang dibutuhkan.
Order material
Memperkirakan dan menjadwalkan waktu untuk pembelian
material
Schedule Work
Dalam proses planning and scheduling dapat dilaksanakan
dengan baik dengan adanya sebuah jadwal pekerjaan
4. Hasil dan Kesimpulan

You might also like