Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I 1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan RTRW I 2
1.3 Profil Kabupaten Bengkulu Selatan I 4
1.3.1 Kondisi Fisik Kabupaten Bengkulu Selatan I 6
1.3.2 Kependudukan I 15
1.3.3 Transportasi I 20
1.3.4 Potensi Bencana Alam I 22
1.3.5 Potensi Sumber Daya Alam I 24
1.3.6 Potensi Ekonomi Wilayah I 25
1.3 Isu Strategis I 30
Gambar 3.1 Peta Rencana Jaringan Jalan Kabupaten Bengkulu Selatan III 8
Gambar 3.2 Peta Rencana Jaringan Listrik Kabupaten Bengkulu Selatan III -12
Gambar 3.3 Peta Rencana Jaringan Telkom Kabupaten Bengkulu Selatan III -14
Gambar 3.4 Peta Rencana Jaringan Air Brsih Kabupaten Bengkulu
Selatan III -18
Gambar 3.5 Peta DAS dan Irigasi Kabupaten Bengkulu Selatan III -20
Gambar 3.6 Peta Rencana Persampahan Kabupaten Bengkulu Selatan III -23
Gambar 3.7 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Selatan III -24
Kecamatan Bunga Mas yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Manna dan
Kecamatan Pasar Manna yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Manna.
Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur tata ruang dan penataan ruang.
Disamping itu terdapat kebijakan-kebijakan pemerintah baru yang harus dijadikan
rujukan pembangunan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan, khususnya
kebijakan penataan ruang. Kondisi-kondisi tersebut diatas terjadi secara bersamaan
sehingga diperlukan strategi dan arahan kebijakan baru yang menyangkut
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang
ditetapkan perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala di wilayah agar dapat
menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan peluang.
Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan terbagi atas 11 (enam) kecamatan, yaitu
Kecamatan Kedurang, Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino, Kecamatan Manna,
Kecamatan Kota Manna, Kecamatan Pino Raya, Kecamatan Kedurang Ilir,
Kecamatan Air Nipis, Kecamatan Ulu Manna, Kecamatan Bunga Mas, Kecamatan
Pasar Manna dengan luas dan persentase masing-masing kecamatan seperti pada
gambar dan tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Luas Wilayah dan Persentase Kabupaten Bengkulu Selatan
Menurut Kecamatan Tahun 2010
Persentase
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)
(%)
1 Kedurang 23.455 17,77
2 Seginim 6.152 5.18
3 Pino 6.188 5.21
4 Manna 3.317 2,79
5 Kota Manna 3.216 2.71
6 Pino Raya 22.350 18,84
7 Kedurang Ilir 5.820 4,90
8 Air Nipis 20.328 17,13
9 Ulu Manna 23.692 19,97
10 Bunga Mas 3.508 2,95
11 Pasar Manna 584 0,49
Jumlah 118.610 100.00
Sumber : Bengkulu Selatan Dalam Angka 2010
Bila dilihat berdasarkan data diatas, terlihat luas wilayah yang paling besar/luas yaitu
Kecamatan Pino Raya dengan jumlah luas wilayah kurang lebih 25.517 Ha atau sebesar
21,85%. peringkat kedua Kecamatan Ulu Manna 21.783 Ha (18,65%) dan peringkat ketiga
Kecamatan Air Nipis 19.819 Ha (16,97%).
2. Klimatologi
Iklim di Kabupaten Bengkulu Selatan ditandai dengan jumlah curah hujan yang cukup
tinggi, yaitu: rata-rata 100 mm/tahun, dengan rata-rata hari hujan antara 100-250
hari/tahun. Hari hujan rata-rata 20 hari/bulan dengan jumlah hari hujan terendah 18 hari
yang terjadi pada bulan Mei dan September, sedangkan hari hujan tertinggi selama 23 hari
terjadi pada bulan November dan Desember.
3. Topografi
Berdasarkan topografinya wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan terletak pada ketinggian
0 s/d 1.000 dpl (di atas permukaan laut). Secara rinci tertera pada tabel berikut :
Tabel 1.2
Luas Daerah Menurut Ketinggian Tempat Per Kecamatan
di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2010
Tabel 1.3
Luas Daerah Menurut Tekstur Tanah
di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2010
Berdasarkan topografinya Kabupaten Bengkulu Selatan terletak pada tiga jalur, yaitu: Jalur
pertama, 0 100 meter diatas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai dataran rendah
luasnya mencapai 50,94 persen. Jalur kedua, 100 1000 meter diatas permukaan laut dan
terklasifikasi sebagai wilayah berbukit luasnya mencapai 42,99 persen. Jalur ketiga, terletak
disebelah Utara Timur sampai ke puncak Bukit Barisan luasnya mencapai 6,07 persen.
5. Geologi
Jenis batuan yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan antara lain : Alluvium, Batuan Breksi
Gunung Api, Formasi Bintunan, Formasi Hulu Simpang, Formasi Lemau, Formasi Sebalat,
Formasi Serai, Formasi Simpang Aur, Granit, dan Satuan Gunung Api Lava Andesit-basalan
6. Pertambangan
Potensi bahan galian pertambangan di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah batu gamping,
batu serak/batu tulis, pasir lempungan, poshpat guano, granit, diorit, andesit, marmer
(marble), mineral sulfida, batu rijang, mineral ubahan, batuan piroklastik, biji besi, minyak,
pasir besi dan emas. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi dan lokasi bahan galian
pertambangan di Kabupaten Bengkulu Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4
Potensi Bahan Galian Pertambangan di Kabupaten Bengkulu Selatan
No Bahan Galian Lokasi
Batu Serak/Batu
2 Tulis Desa tg. Tengah, Kec. Air Nipis
Hulu Air Bengkenang Kec. Air Nipis
Berdasarkan topografinya Kabupaten Bengkulu Selatan terletak pada tiga jalur, yaitu: Jalur
pertama, 0 100 meter diatas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai dataran rendah
luasnya mencapai 50,94 persen. Jalur kedua, 100 1000 meter diatas permukaan laut dan
terklasifikasi sebagai wilayah berbukit luasnya mencapai 42,99 persen. Jalur ketiga, terletak
disebelah Utara Timur sampai ke puncak Bukit Barisan luasnya mencapai 6,07 persen.
1.3.2 Kependudukan
Penduduk merupakan aspek utama dalam perencanaan, dimana perencanaan disusun untuk
kepentingan penduduk dimasa yang akan datang. Karena itu perlu dicermati secara rasional
baik dalam hal jumlah, perkembangan, kepadatan serta strukturnya.
Aspek kependudukan merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan, karena
segala sesuatu yang direncanakan baik penyusunan tata ruang, pengadaan fasilitas dan
utilitas, semuanya diperuntukkan untuk menunjang kehidupan penduduk dan ditentukan
berdasarkan jumlah permintaan penduduk atau dengan kata lain penduduk merupakan
subyek dan sekaligus objek pembangunan. Karakteristik kependudukan yang akan ditinjau
adalah besaran dan pertumbuhannya, serta kepadatan dan persebarannya.
Tabel 1.5
Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2003- 2007
Tahun
No Kecamatan
2003 2004 2005 2006 2007
1 Kedurang 18.018 17.707 10.835 10.955 12.116
2 Seginim 39.857 25.004 15.311 15.481 16.401
3 Pino 17.576 18.236 11.289 11.414 12.066
4 Manna 24.867 18.143 12.489 12.627 13.018
5 Kota Manna 17.869 40.282 23.523 23.782 24.555
6 Pino Raya 18.154 18.196 18.139 18.340 18.355
7 Kedurang Ilir - - 6.823 6.899 7.571
8 Air Nipis - - 9.687 9.794 10.300
9 Ulu Manna - - 6.954 7.031 7.954
10 Bunga Mas - - 5.753 5.817 6.295
11 Pasar Manna - - 17.195 17.385 17.172
Jumlah 136.341 137.568 137.998 139.525 145.803
Sumber : BPS Kab. Bengkulu Dalam Angka tahun 2003 2007
Keterangan : 1. Kecamatan Kedurang Ilir merupakan pemekaran dari Kecamatan Kedurang
2. Kecamatan Air Nipis merupakan pemekaran dari Kecamatan Seginim
3. Kecamatan Ulu Manna merupakan pemekaran dari Kecamatan Pino
4. Kecamatan Bunga Mas merupakan pemekaran dari kecamatan Manna
5. Kecamatan Pasar manna merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Manna
Tabel 1.6
Distribusi Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2007
Jumlah
Luas Kepadatan
Penduduk Persentase
No Kecamatan Wilayah Penduduk
(jiwa) (%)
(km) (Jiwa/km)
1 Kedurang 12.116 16,19 189 64
2 Seginim 16.401 11,25 50 328
3 Pino 12.066 8,28 79 152
4 Manna 13.018 8,93 34 383
5 Kota Manna 24.555 16,84 28 877
6 Pino Raya 18.355 12,59 255 72
7 Kedurang Ilir 7.571 5,19 56 135
8 Air Nipis 10.300 7,06 198 52
9 Ulu Manna 7.954 5,46 218 36
10 Bunga Mas 6.295 4,32 55 114
11 Pasar Manna 17.172 11,78 5 3.434
Jumlah 145.803 100,00 1.167 125
Sumber : Dinas Kependudukan Kab. Bengkulu Selatan tahun 2007
Tabel 1.7
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Bengkulu Selatan,Tahun 2007
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Laki-laki Perempuan
(jiwa)
1 Kedurang 6.219 5.697 12.116
2 Seginim 8.462 7.939 16.401
3 Pino 6.157 5.909 12.066
4 Manna 6.584 6.434 13.018
5 Kota Manna 12.419 12.136 24.555
6 Pino Raya 9.491 8.864 18.355
7 Kedurang Ilir 3.904 3.667 7.571
8 Air Nipis 5.313 4.987 10.300
9 Ulu Manna 4.075 3.879 7.954
10 Bunga Mas 3.191 3.104 6.295
11 Pasar Manna 8.582 8.590 17.172
Jumlah 74.397 71.206 145.803
Sumber Kab. Bengkulu Selatan Dalam Angka, 2007
Selain itu jumlah penduduk yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Kota Manna dengan jumlah penduduk mencapai 24.555 Jiwa, dan jumlah
penduduk terendah berada di Kecamatan Bunga Mas dengan jumlah penduduk sebesar
6.295 jiwa.
Tabel 1.8
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Bengkulu Selatan, Tahun 2006 2008
Tabel 1.9
Persentase Penduduk Berumur 10 tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Bengkulu Selatan, Tahun 2008 (%)
1.3.3 Transportasi
Di Kabupaten Bengkulu Selatan transportasi yang tersedia yaitu prasarana jalan yang
melayani pergerakan internal dan yang menghubungkan antar wilayah yang ada di
Kabupaten Bengkulu Selatan. Jaringan jalan tersebut berupa jalan arteri, jalan kolektor dan
jalan lokal.
Tabel 1.10
Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Selatan Per Kecamatan, Tahun 2008
Jenis Permukaan
Total Panjang
No Kecamatan Tanah (Km) Koral (Km) Aspal (Km)
Jalan (Km)
1. Pino Raya 12,00 43,22 24,57 79,79
2. Pino 29,00 27,85 35,60 92,45
3. Ulu Manna 19,30 9,30 1,00 29,00
4. Kota Manna 3,00 18,50 35,90 57,40
5. Pasar Manna 6,50 6,75 24,60 37,85
6. Manna 18,30 18,00 19,10 55,40
7. Seginim 3,00 18,20 17,00 38,20
8. Air Nipis 0,00 35,75 16,50 52,25
9. Bunga Mas 9,00 23,00 2,50 34,50
10. Kedurang 19,00 15,15 6,35 40,50
11. Kedurang Ilir 6,60 14,00 10,00 30,60
Bengkulu Selatan 125,70 229,72 193,12 548,54
Sumber : Dinas Kimpraswil, 2007
a. Laut
Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia,
sehingga wilayahnya memiliki beberapa pantai dan dua diantaranya saat ini dijadikan
sebagai objek wisata yaitu Pantai Wisata Pasar Bawah dan Pantai Muara Kedurang. Selain
berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, pantai dengan lautnya juga memiliki
potensi perikanan yang sangat besar, sehingga banyak masyarakat terutama yang
wilayahnya berdekatan dengan laut seperti Kecamatan Pasar Manna yang berprofesi
sebagai nelayan.
Produksi perikanan laut di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2008 sebesar
1.125,40 ton dengan nilai sebesar 19,69 milyar, sedangkan untuk perikanan darat
produksinya sebesar 879,27 ton dengan nilai sebesar 9,156 milyar.
b. Kehutanan
Luas hutan di Kabupaten Bengkulu Selatan menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan
kurang lebih 49.236 Ha terbagi menjadi kawasan suaka alam (0,011%), hutan lindung
(67,19%), hutan produksi terbatas (29,59%) dan hutan produksi tetap (3,2%). Saat ini
tinggal 48,8% saja hutan primer yang tidak mengalami perubahan kondisi atau
perubahan penggunaanya. Kawasan hutan yang dimaksud adalah HP Air Bengkenang,
HPT Bukit Rabang, HPT Peraduan Tinggi, HPT Air Kedurang, HL Bukit Sanggul, HL Bukit
Raja Mendara dan HL Bukit Riki.
c. Perkebunan
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Bengkulu Selatan bekerja di sektor pertanian,
khususnya perkebunan. Jenis tanaman perkebunan utama yang ada di Kabupaten
Bengkulu Selatan adalah :
- Kelapa sawit ; luas kurang lebih 10.485 Ha dengan produksi 163.861,62 ton
- Kopi ; luas kurang lebih 3.060 Ha dengan produksi 1.967,4 ton
- Karet ; luas kurang lebih 2.997 Ha dengan produksi 1.644,04 ton
- Cokelat ; luas kurang lebih 1.749 Ha dengan produksi 918,97 ton
d. Pertanian
Pertanian tanaman pangan yang banyak ditanam masyarakat di Kabupaten Bengkulu
Selatan antara lain adalah :
- Padi sawah ; 16.215 Ha dengan produksi 79.092 ton GKG
- Padi ladang ; 945 Ha dengan produksi 1.641 ton GKG
- Jagung ; 4.470 Ha dengan produksi 21.829 ton jagung pipilan kering
- Kedelai ; 52 Ha dengan produksi 48 ton biji kering
- Kacang tanah ; 339 Ha dengan produksi 635 ton biji kering
- Kacang hijau : 71 Ha dengan produksi 86 ton biji kering
- Ubi kayu ; 179 Ha dengan produksi 4.094 ton
- Ubi jalar ; 62 Ha dengan produksi 859 ton.
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2007 dibandingkan dengan
tahun 2005 menunjukkan bahwa pada umumnya kontribusi sektoral mengalami
peningkatan untuk Kabupaten Bengkulu Selatan. Kecenderungan kontribusi sektoral ini
pada tahun-tahun berikutnya diperkirakan mengalami perubahan, mengingat kegiatan
bank/Keuangan dan perumahan mengalami peningkatan, maka sektor jasa-jasa lainnya
juga akan ikut berkembang, begitu juga terjadi peningkatan kebutuhan akan listrik, gas
dan air minum, sedangkan kontribusi sektor pertanian khususnya sub sektor kehutanan
cenderung menurun pada tahun-tahun yang akan datang.
Selama tahun 2007 pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan tercatat bahwa hasil
produksi pertanian di Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar 33,24% lebih kecil dari tahun
sebelumnya yaitu 33,63%. Pada tahun 2007 pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor
Perdagangan, Hotel, Restoran yaitu pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 24%
sedangkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 25,15%. Setelah itu
Industri dan Pengolahan yaitu pada tahun 2005 jenis industri pengolahan menghasilkan
1.32% sedangkan pada tahun 2007, jenis industri pengolahan mengalami peningkatan
sebesar 9% dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.41%, Faktor yang berpengaruh
terhadap kontribusi terbesar yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan ini dihasilkan oleh
jenis produksi pertanian yaitu sebesar 33.24%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar
25.15% dan Jasa sebesar 21.97%. Sedangkan kontribusi yang paling sedikit yaitu di
sektor Listrik dan air bersih yaitu dari tahun 2005 sebesar 0,15% dan pada tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar 0,16%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.11
Kontribusi dan PDRB Kabupaten Bengkulu Selatan
Atas Dasar Harga Konstan dan Persentase
Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2007
- Perkebunan
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Bengkulu Selatan bekerja di sektor pertanian,
khususnya perkebunan. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komoditi
andalan di Kabupaten Bengkulu Selatan. Kecamatan penghasil kelapa sawit tertinggi di
Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Kecamatan Pino Raya sebesar 33.577 ton,
sedangkan kecamatan penghasil kelapa sawit terendah adalah Kecamatan Pasar
Manna yaitu hanya sebesar 10,95 ton. Komoditi unggulan lainnya yang banyak
diusahakan di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah tanaman kopi.
- Perikanan
Produksi perikanan laut di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2008 sebesar
1.544,45 ton. Kecamatan yang berprofesi sebagai nelayan sebagian besar berada di
Kecamatan Pasar Manna (425 orang) dan Pino Raya (60 orang)
- Peternakan
Sub sektor peternakan merupakan salah satu pilar pengembangan ekonomi masyarakat
Kabupaten Bengkulu Selatan selain dari sektor perkebunan. Perkembangan sub sektor
peternakan sangat penting dalam menunjang penyediaan pangan bergizi tinggi bagi
masyarakat berupa daging, telur dan susu.
Selatan masih pada kategori usaha tani. Untuk menuju industri peternakan sangat
memungkinkan untuk dikembangkan karena di dukung oleh iklim tropis dan kondisi
topografi pada umumnya dataran.
Jenis hewan ternak yang banyak diusahakan/dipelihara pada tahun 2008 adalah Sapi
dengan jumlah populasi ternak mencapai 7.743 ekor, Kambing dengan jumlah populasi
ternak mencapai 6.796 ekor dan yang paling sedikit adalah Kerbau dengan jumlah
populasi ternak sekitar 6.375 ekor.
- Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor dalam menghasilkan devisa negara maupun
PAD untuk Kabupaten Bengkulu Selatan. Mengingat keberadaan berbagai potensi
objek wisata yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan, baik objek wisata alam, objek
wisata sejarah, dan objek wisata seni budaya. Lebih jelasnya mengenai potensi wisata
yang ada di Bengkulu Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.12
Potensi Wisata di Kabupaten Bengkulu Selatan
Sumber : Kantor Pariwisata dan Informasi Daerah Kab. Bengkulu Selatan tahun 2009
Mencermati data dan fakta di lapangan serta cermatan analisis terhadap data-data sekunder
memberikan gambaran mengenai issu penting terkait rencana penataan ruang Kabupaten
Bengkulu Selatan, diantaranya adalah :
1. Lokasi strategis Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai pusat pelayanan jasa dan
perdagangan bagi wilayah di sekitarnya
Kabupaten Bengkulu Selatan diapit oleh dua kabupaten lain yaitu Kabupaten Seluma dan
Kabupaten Kaur. Kondisi saat ini sebagian besar masyarakat Kabupaten Kaur dan
Kabupaten Seluma yang tinggal di perbatasan dengan wilayah Kabupaten Bengkulu
Selatan lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti berbelanja dan
pemenuhan kebutuhan lainnya di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan. Hal ini
disebabkan karena akses pencapaian ke pusat perdagangan dan jasa di wilayah
Kabupaten Bengkulu Selatan lebih mudah dan dekat jika dibandingkan dengan jarak ke
ibukota kabupaten masing-masing, sehingga menjadikan wilayah Kabupaten Bengkulu
Selatan sebagai lokasi yang strategis sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan
bagi wilayah di sekitarnya.
Bencana alam yang pernah terjadi di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan adalah gempa
bumi, tanah longsor dan banjir. Berdasarkan data, wilayah di Kab. Bengkulu Selatan yang
memiliki kerawanan terhadap bencana gempa bumi adalah :
- Rawan gempa bumi : pada wilayah yang berhadapan langsung dengan Samudera
Indonesia seperti Kecamatan Pasar Manna.
- Rawan tanah longsor : di Kecamatan Pino Raya, Ulu Manna dan Kedurang Ilir
- Rawan banjir : Lokasi rawan banjir di Bengkulu Selatan adalah di sekitar Air Manna
Berdasarkan pertimbangan terhadap uraian diatas, maka tujuan penataan ruang Kabupaten
Bengkulu Selatan diarahkan sebagai berikut :
Untuk mencapai tujuan diatas, maka kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Mengelola objek-objek wisata yang telah ada agar bisa menjadi daya tarik masyarakat
2. Mengembangkan infrastruktur dan prasarana pariwisata sebagai penunjang objek wisata.
3. Mendorong investasi dan partisipasi swasta dan masyarakat dalam pengembangan dan
pengelolaan objek dan daya tarik wisata.
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan
dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :
1. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan
berkelanjutan dalam konteks struktur ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan
hubungan fungsional antar pusat perkotaan yang efektif, efisien, mendorong
peningkatan potensi masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan tetap
menjaga keseimbangan alam.
2. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting, kebijakan penataan ruang
nasional dan provinsi yang menempatkan Kota Manna sebagai PKW dan Masat sebagai
PKL. Hirarki pusat-pusat permukiman saat ini (eksisting) adalah sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman perkotaan (ibukota kecamatan) :
- Kayu Kunyit
- Kota Manna
- Pasar Manna
Tabel 3.1
Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Bengkulu Selatan, Tahun 2030
No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama
Pariwisata
Permukiman Perdesaan
Pertambangan Golongan C
8. Lubuk Ladung PPK Pertanian
(Kecamatan Kedurang Ilir) Agroindustri
Perkebunan
Perikanan
Pertambangan
Perternakan
Permukiman pedesaan
Pertambangan Golongan C
9. Gindo Suli PPL Pekebunan
(Kecamatan Bunga Mas) Pariwisata buatan
Industri Pengelolah Hasil
Pertanian
Permukiman pedesaan
Pertambangan Golongan C
2. Jalan Nasional lain melintas kedurang ilir sampai Pino Raya yang melintasi Pusat
Porkotaan.
- Gindo Suli (PPL) Bunga Mas
- Kayu Kunyit (PKW) Manna
- Pasar Manna (PKW) Pasar Manna
- Kota Manna (PKW) Kota Manna
- Pasar Pino (PKL) Pino Raya
3. Jaringan Jalan Kabupaten selain ruas jalan Nasional dan jalan Propinsi, selebihnya
adalah jalan Kabupaten yang secara status terdapat 220 ruas jalan dengan
panjang ruas 548,54 km.
2. Jalan Lokal Primer yang berstatus sebagai jalan kabupaten menghubungkan simpul-
simpul
a. Kota Manna (PKW) Manna (PKW) Bunga Mas (PPL)
(Kurawan Pusat Pemerintahan Gn. Ayu Jeranglah Tumbuk Tebing)
b. Masat (PKL) Pasar Baru (PKL)
c. Pasar Baru (PKL) Tanjung Negara (PPL)
d. Masat (PKL) Pasar Pino (PKL)
e. Pasar Pino (PKL) Simpang Pino (PPK)
f. Kurawan (PKL) Pusat Pemerintahan Gn. Ayu (PKW) Tb. Tebing (PKL)
Hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut sesuai dengan PP No. 61 Tahun 2009 tentang
Tatanan Kepelabuhan adalah :
a. Pelabuhan utama
b. Pelabuhan Pengumpul, dan
c. Pelabuhan pengumpan
Berdasarkan hirarki dan fungsi pelabuhan laut seperti yang diuraikan diatas, rencana
pengembangan pelabuhan di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah peningkatan fungsi
Pelabuhan Nelayan Pasar Bawah di Kecamatan Pasar Manna menjadi pelabuhan
pengumpan lokal.
Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki 4 (empat) PLN Sub Ranting untuk pendistribusian
daya listrik ke konsumen di Kabupaten Bengkulu Selatan, yaitu : Sub Ranting Manna, Sub
Ranting Kedurang, Sub Ranting Masat dan Sub Ranting Kelutum dengan total pemakaian
listrik pada tahun 2008 sebesar 17.884.883 Kwh yang melayani 17.503 pelanggan.
Mengingat akan terjadinya perubahan struktur ekonomi wilayah yang saat ini didominasi
sektor primer akan bergeser ke kegiatan sekunder dan tersier, maka untuk kegiatan
sekunder (industri) diperlukan adanya pasokan listrik yang memadai dan stabil. Hal ini
menjadi tantangan bagi Kabupaten Bengkulu Selatan karena kondisi pasokan listrik saat ini
mengalami kekurangan suplai (defisit). Pemenuhan kebutuhan listrik tersebut dilakukan
melalui pemulihan kinerja PLTD yang ada serta rencana pembangunan SUTT 150 KV Pagar
Alam Manna dan pembangunan gardu induk di Masat, Kecamatan Pino.
Tabel 3.3
Prediksi Kebutuhan Sarana Listrik Di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2030
Saat ini terdapat 3 lokasi Sumber Pengolahan Air Minum (SPAM) yang ada di Kabupaten
Bengkulu Selatan yang masih aktif beroperasi, yakni :
1. SPAM Manna; debit air 70 liter/detik, melayani 2.712 sambungan
2. SPAM Seginim; debit air 10 liter/detik, melayani 425 sambungan
3. SPAM Kedurang, debit air 5 liter/detik, melayani 420 sambungan
Wilayah yang sudah terlayani jaringan PDAM di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah
wilayah perkotaan (Manna, Pasar Manna dan Kota Manna) dan wilayah di Kecamatan
Kedurang serta Air Nipis. Sementara wilayah lain yang belum terlayani oleh PDAM
sumber air bersihnya berasal dari air sumur.
Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Bengkulu Selatan
adalah sebagai berikut :
Kemampuan intake harus ditambah dengan memanfaatkan sumber mata air yang
ada dan masih dapat diandalkan tetapi harus disertai dengan pengelolaan daerah
hulu yang benar agar beban dan biaya pengolahan air menjadi kecil
Kapasitas produksi pengolahan air perlu dikembangkan sesuai dan bersamaan
dengan penambahan kemampuan sistem transmisi.
Pembuatan instalasi pengolahan air regional yang akan dimanfaatkan bersama oleh
Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan dengan memanfaatkan sumber mata air
(air terjun).
Adapun perkiraan kebutuhan air bersih untuk penduduk di Kabupaten Bengkulu Selatan
pada tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Prediksi Kebutuhan Sarana Air Bersih Di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2030
B. Jaringan Irigasi
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan wilayah pertanian
sehingga di Kabupaten Bengkulu Selatan banyak terdapat jaringan irigasi baik berupa
jaringan irigasi teknis maupun jaringan irigasi non teknis. Jaringan irigasi teknis
terutama terdapat di wilayah yang merupakan sentra pertanian seperti di Kecamatan
Seginim, Pino, Air Nipis dan Kecamatan Kedurang.
Dari seluruh jaringan irigasi yang ada, jaringan/saluran irigasi teknis yang utama yang
terdapat di Kabupaten Bengkulu Selatan terdiri dari 4 saluran, yakni :
1. Bendungan Air Endelengau Ganjuah di Kecamatan Pino
2. Bendungan Nipis Kanan di Kecamatan Air Nipis dan Kecamatan Seginim
3. Bendungan Nipis Kiri di Kecamatan Air Nipis dan Kecamatan Seginim
4. Bendungan Selebang di Kecamatan Kedurang dan Kedurang Ilir
Pengelolaan Sampah
Penanganan terhadap sampah memerlukan penelitian yang cukup besar mengingat jumlah
sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
perkotaan, serta dampak yang akan ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat.
Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan
sampah merupakan kebutuhan bagi suatu wilayah.
Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung timbulan
sampah dan kebutuhan TPS serta TPA :
a. Timbulan sampah domestik : 2 liter/orang/hari domestik
b. Setiap kab/kota membutuhkan minimal 1 TPA dan TPA Terpadu
c. Setiap kecamatan membutuhkan minimal 1 TPS (25 m2).
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan rencana distribusi
peruntukkan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukkan ruang
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya.
a. Sebagai alokasi ruang untuk kawasan budidaya bagi berbagai kegiatan sosial
b. Ekonomi dan kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten
c. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang
d. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun, dan
e. Sebagai dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang skala besar pada wilayah
kabupaten.
Penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 dan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990. Batasan mengenai kawasan lindung dan
budidaya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Rekomendasi Tim Terpadu Terhadap Usulan Review Kawasan Hutan di
Kabupaten Bengkulu Selatan
2. HL. Bukit Riki Reg. 32A 4.370 APL. 519 Tidak di ubah
Berdasarkan data yang ada, wilayah yang termasuk dalam kawasan hutan lindung di
Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Hutan Lindung Bukit Sanggul, Hutan Lindung
Rajamandara dan Hutan Lindung Bukit Riki.
Tabel 4.2
Sebaran dan Luasan Hutan Lindung di Kabupaten Bengkulu Selatan,
Tahun 2008
Hutan lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas 40% merupakan kawasan
resapan air yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Seperti
yang telah di bahas sebelumnya, di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat tiga kawasan
lindung yaitu HL Bukit Sanggul, HL Rajamandara dan HL Bukit Riki.
Fakta lapangan menggambarkan bahwa sebagian kawasan ini berada dalam kondisi
dengan bukaan vegetasi yang cukup luas dan tanaman kopi. Hasil superimpose peta
kelas lereng diatas 40% dengan peta rawan longsor menunjukkan bahwa hampir
seluruh kawasan tersebut merupakan kawasan rawan longsor. Mengingat ancaman
bencana alam di Kabupaten Bengkulu Selatan tidak saja dari potensi longsor namun
juga rawan gempa, maka untuk menghindari bencana yang lebih besar, seluruh
kawasan yang berada pada kelerengan diatas 40% seyogyanya harus dipulihkan melalui
penanaman tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Rencana pengelolaan kawasan diatas
40% ini adalah dengan melakukan reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan
pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga
peduli lingkungan lainnya.
a. Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiik pantai dan mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai (Keppres No.32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan kawasan Lindung).
b. Sempadan Sungai W P s b
i a u e
G S
Sempadan sungai adalah
l kawasan
n sepanjang
d r kiri kanan sungai,
a termasuk
e sungai
a t a k r m
buatan/kanal/salurany irigasi
a primer,h yange mempunyai manfaati p penting untuk
a i m s a
d
mempertahankan kelestarian
h fungsi sungai.
b Perlindungan terhadap
a sempadan
y a n
sungai dilakukan untuk melindungi
a fungsi
n sungai dari kegiatan budidaya yang
n g
dapat mengganggu dan merusak
g kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai.
Garis sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang sudah ada,
minimal 15 meter dari titik pasang tertinggi di kiri dan kanan sungai. Pada
kawasan ini hendaknya dibuat jalan inspeksi atau ditanami vegetasi untuk
memberikan penguatan tanah
Garis sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang terencana
hendaknya berjarak 15-25 meter dari titik pasang tertinggi di sepanjang kiri dan
kanan sungai
Garis sempadan sungai yang melewati luar kawasan permukiman dan di areal
rawan banjir hendaknya berjarak 50 meter dari titik pasang tertinggi di kiri dan
kanan sungai. Kawasan sungai hendaknya ditanami vegetasi untuk memberikan
penguatan tanah
Taman wisata alam yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Taman Wisata
Alam Lubuk Tapi Kayu Ajaran dengan luas areal seluas kurang lebih 5,50 Ha yang berada
di Kecamatan Ulu Manna
Berdasarkan RTRWP Bengkulu, kawasan rawan gempa bumi ini dibagi kedalam 3 zona
yaitu zona rawan rendah, zona rawan menengah dan zona rawan tinggi. Pembagian
zona daerah bahaya ini didasarkan kepada :
- Zona Rawan Rendah berada di daerah dengan litologi yang bersifat fisik
kompak/massif dan mempunyai nilai percepatan dan pemindahan relative kecil
- Zona Rawan Menengah, resiko yang terjadi berhubungan dengan alur erosi dan
longsoran selama gempa dan rayapan tanah setelah gempa, terjadi pada lereng yang
kemiringan lebih besar dari 15%.
- Zona Rawan Tinggi, didasari oleh endapan alluvium, endapan pasir pantai, rawa
basah dan daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan (liquefaction)
apabila terjadi gempa.
Untuk Kabupaten Bengkulu Selatan pada Khususnya potensi gempa yang terjadi masuk
kedalam zona rawan gempa bumi rendah, kecuali wilayah di bagian timur laut Bengkulu
Selatan (wilayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia) termasuk
zona rawan gempa bumi tinggi yang bisa berpotensi menjadi tsunami. Lebih jelasnya
mengenai jumlah gempa berdasarkan magnitude/frekuensi getarannya di Kabupaten
Bengkulu Selatan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4.3
Jumlah Gempa Berdasarkan Magnitude di Kabupaten Bengkulu Selatan
Periode 2005 - 2010
Skala Gempa
Tahun Total
M > 7 SR M = 6,0-6,9 SR M = 5,0-5,9 SR M < 5 SR
2005 0 0 5 0 5
2006 0 0 13 35 48
2007 2 2 36 6 46
2008 0 2 10 221 234
2009 0 1 29 254 274
2010* 0 1 5 261 267
Ket : * sampai dengan bulan oktober 2010
Sumber : BMKG Kabupaten Bengkulu Selatan
Gambar 4.2
Grafik Jumlah Gempa di Kabupaten Bengkulu Selatan
Periode 2005 - 2010
Tabel 4.4
Jumlah Gempa yang Dirasakan Getarannya di Kabupaten Bengkulu Selatan
Rencana pemanfaatan ruang sehubungan dengan kawasan rawan gempa dan tsunami
tersebut antara lain:
f. Pembuatan peta rawan bencana gempa pada tingkat semi detail (skala 1 : 25.000
atau yang lebih besar)
g. Peningkatan kualitas dan kuantitas areal pelindung bencana ikutan dari gempa
misalnya tsunami dengan penanaman hutan pantai, hutan mangrove, dan kegiatan
sipil mekanis lainnya.
h. Peningkatan kewaspadaan penduduk yang bermukim di sepanjang pesisir dengan
memperbanyak sosialisasi.
i. Sedapat mungkin menghindari adanya bangunan permanen (kususnya bangunan
penahan air skala besar) di sepanjang garis patahan tersebut.
j. Penyiapan lokasi evakuasi dan jalur pengungsian untuk mengantisipasi jika terjadi
bencana gempa dan tsunami.
Selain itu, upaya pengurangan dampak gempa pada kawasan rawan gempa ini adalah
pengendalian pembangunan yang berbasis pada mitigasi bencana.Secara lebih rinci
kebijakan pembangunan pada zona rawan gempa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Pengendalian Pembangunan di Zona Rawan Gempa
KEBIJAKAN
Zona Bahaya Rendah Diijinkan untuk rumah tinggal, perkantoran, rumah sakit dan sarana
umum lainnya
Zona Bahaya Menengah Diijinkan adanya bangunan sekolah, pusat pelayanan kesehatan,
bangunan permukiman dan sarana umum lainnya dengan
persyaratan khusus.
Zona Bahaya Tinggi Diijinkan adanya bangunan untuk umum yang penting dan yang
tidak dapat dipindahkan namun dengan persyaratan khusus
Untuk mengatasi potensi longsor tersebut, perlu dilakukan perencanaan antara lain:
Pemetaan lokasi yang potensial terhadap gerakan tanah/batuan
Setelah mengetahui lokasi atau titik rawan gerakan tanah/batuan, maka dilakukan
pencegahan yang dibagi menjadi pembangunan struktur sebagai program jangka
pendek
Perbaikan kawasan yang telah mengalami degradasi hutan sebagai program jangka
panjang
Pengaturan pemanfaatan lahan terutama pada wilayah yang berlereng terjal
umumnya di atas 40 %.
Kawasan budidaya merupakan ruang untuk berbagai macam kegiatan eksploitasi guna
kelangsungan hidup manusia dan kepentingan daerah, yang diharapkan mampu memacu
perkembangan wilayah kabupaten yang bersangkutan. Kegiatan pada kawasan ini perlu
diatur pemanfaatannya oleh karena kondisi fisik masing-masing wilayah/kawasan berbeda-
beda dan memiliki sifat khusus yang berbeda-beda pula. Pendekatan yang digunakan untuk
menentukan alokasi pemanfaatan ruang berbeda antara satu kawasan dengan kawasan
yang lainnya.
jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
Pemanfaatan hasil hutan dilakukan dalam bentuk usaha pemanfaatan hutan alam dan
usaha pemanfaatan hutan tanaman. Usaha pemanfaatan hutan tanaman diutamakan
dilaksanakan pada hutan yang tidak produktif dalam rangka mempertahankan hutan alam.
Kegiatan pemungutan hasil hutan meliputi pemanenan, penyaradan, pengangkutan,
pengolahan dan pemasaran yang diberikan untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rencana kawasan budidaya, ruang bagi kawasan hutan produksi dibedakan atas:
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Hutan Produksi Tetap
Tabel 4.6
Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
di Kabupaten Bengkulu Selatan
Tabel 4.7
Review Usulan Perubahan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
di Kabupaten Bengkulu Selatan berdasarkan RTRWP Bengkulu
2. HPT Peraduan Tinggi Reg 73 Bengkulu Banyaknya perambahan hutan - 4.350 Surat Permohonan usulan review
Luas kurang lebih : 4.217 Ha Selatan Luas areal kawasan huta n yang tidak dari Pemda Bengkulu Selatan
berhutan 4.532 Ha, dengan melalui Surat No. 522/303/2005
vegetasi dominan kebun kelapa dan surat DPRD Bengkulu Selatan
sawit, kebun kopi, sawah dan kebun No. 522/237/B.12/2005
campuran Surat Bupati Bengkulu Selatan No.
900/2353/B.9 nopember 2005,
522.1/2559/2006 tgl 21 januari
2006, 900/2895/B.9 tgl 6 Juli 2006
3. HPT Air Kedurang Reg 81 Bengkulu Adanya kepemilikan lahan secara - 2.345 Surat Permohonan usulan review
Luas kurang lebih 5.247 Ha Selatan dan turun temurun dari Pemda Bengkulu Selatan
Kaur Banyaknya perambahan hutan melalui Surat No. 522/303/2005
dengan vegetasi dominan kebun dan surat DPRD Bengkulu Selatan
kopii, kebun campuran dan sawah No. 522/237/B.12/2005
Surat Bupati Bengkulu Selatan No.
900/2353/B.9 nopember 2005,
522.1/2559/2006 tgl 21 januari
2006, 900/2895/B.9 tgl 6 Juli 2006
Tabel 4.8
Review Usulan Perubahan Hutan Produksi Tetap (HP)
di Kabupaten Bengkulu Selatan berdasarkan RTRWP Bengkulu
Jumlah : - 1.579
Sumber : RTRWP Bengkulu, 2010-2030
Tabel 4.9
Luas Kawasan Lahan Basah di Kabupaten Bengkulu Selatan
Kawasan lahan yang sesuai dan sangat sesuai ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Bengkulu Selatan yaitu di Kecamatan Pino, Pino Raya, Kedurang, Seginim dan Air Nipis
Rencana pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan pertanian lahan basah yang
perlu dilakukan adalah:
Perluasan areal persawahan, yaitu meningkatkan produktivitas lahan tidur, baik
melalui pompanisasi maupun melalui cekdam (bendungan) baru.
Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan tanaman
padi sawah
Pencanangan dan penetapan lahan-lahan kategori kelas I untuk dijadikan Lahan
Pertanian Abadi
Pengaturan pembagian lahan pada kawasan baru dikembangkan untuk petani-
petani transmigrasi lokal
Rencana pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan pertanian lahan kering yang
perlu dilakukan adalah:
Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang
diklasifikasikan sebagai lahan subur kelas satu. Perlu pengembangan konsep lahan
pertanian abadi untuk lahan subur kelas satu, baik untuk lahan kering maupun
lahan basah
Penyelesaian tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lainnya pada suatu
kawasan/lokasi
Usaha penanggulangan banjir yang berpotensi melanda kawasan pertanian.
Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering diarahkan pada
komoditas jagung sebagai andalan utama, dan untuk kepentingan diversifikasi juga
dikembangkan hortikultura
Untuk diversifikasi, diperlukan metode tumpangsari bagi komoditas-komoditas yang
secara komposit sesuai dikembangkan
Menerapkan sistem usaha tani konservasi terutama pada lahan-lahan dengan
potensi erosi tinggi untuk menghindari degradasi lahan.
mil-laut menjadi potensi kawasan perairan yang dapat dijadikan kawasan perikanan
tangkap (coastal fisheries).
Tabel 4.10
Pembagian Kewenangan Wilayah Perairan
Pemerintah Kewenangan
Gambar 4.4
Konsep Pembagian Wilayah Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Keterangan :
Pulau
Wilayah perairan dibawah
wewenang kabupaten (0 mil 4
mil)
Wilayah perairan dibawah
wewenang Propinsi (4 mil 12 mil)
Wilayah perairan dibawah
wewenang Pusat (12 mil 200 mil)
ZEE
Isu utama yang berkaitan dengan pengembangan perikanan budidaya dan perikanan
tangkap di pesisir Kabupaten Bengkulu Selatan adalah keterbatasan areal. Luasan ini
harus menjadi wadah bagi semua kegiatan di wilayah laut seperti pelayaran,
kepelabuhanan, perikanan budidaya (marikultur), perikanan tangkap dan konservasi dan
suaka alam laut. Dalam desain perencanaan pengelolaan terpadu wilayah pesisir
(Integreted Coastal Zone Planning and Management) sektor perikanan bukan satu-
satunya kegiatan yang menempati kawasan pesisir tersebut. Oleh karena itu, alokasi
ruang (spasial) untuk kawasan perikanan budidaya dan penangkapan harus disepakati
oleh seluruh stake holder yang dituangkan dalam zoning regulation. Alokasi ruang yang
diperuntukan bagi kawasan perikanan pesisir menjadi informasi penting dalam
menetapkan strategi pengembangan perikanan pesisir. Pengembangan kawasan
perikanan budidaya diarahkan pada marikultur (budidaya rumput laut dan ikan),
sedangkan pengembangan tambak seyogianya dibatasi dan tidak dibangun di areal
hutan mangrove.
Selanjutnya, pengembangan kawasan perikanan tangkap lebih diarahkan pada penata-
kelolaan daerah penangkapan di wilayah perairan pantai (coastal waters). Berdasarkan
kategori ruang, wilayah perikanan pantai untuk daerah penangkapan terbentang dari
garis pantai ke arah luar hingga kedalam 200 m (flat kontinen). Berdasarkan kondisi
topografi dan bathimetrik, pesisir selatan memiliki flat kontinen yang relatif sempit,
diperkiran kurang 4 mil-laut. Kawasan flat kontinen ini merupakan lokasi hunting bagi
nelayan, khususnya nelayan tradisional.
Oleh karena itu, model pengelolaan perikanan di kawasan Bengkulu Selatan harus
dilakukan secara terpadu oleh seluruh pemerintah daerah yang memiliki kewenangan di
wilayah tersebut. Demikian juga kewenangan pengelolaan kawasan perairan setiap
kabupaten sebesar 4 mil-laut direncanakan secara konseptual (berdasarkan
pertimbangan ilmiah) dan realistik (berdasarkan prioritas dan kepentingan masyarakat
atau dan pemerintah).
Isu utama pengelolaan kawasan perairan pesisir (khususnya < 4 mil-laut) adalah kondisi
lebih tangkap (over-fishing). Keadaan lebih-tangkap ini disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu penggunaan upaya penangkapan (fishing effort) berlebihan yang
Jalur penangkapan ikan ini sudah diatur sejak tahun 1976 melalui Kepmen No.
607/Kpts/UM/1976 yang berlaku umum di seluruh Indonesia. Dengan demikian,
ketentuan yang didapat dalam Kepmen tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Jalur Penangkapan Ikan I
Jalur Penangkapan Ikan I, adalah perairan pantai selebar 3 mil laut yang diukur dari titik
terrendah pada waktu air surut. Jalur penangkapan I tertutup bagi:
Kapal penangkap ikan bermesin dalam (inboard) berukuran di atas 5 GT atau kapal
bermesin dalam berukuran di atas 10 PK (daya kuda).
Jarring (pukat) cincin/kolor/langgar dan sejenisnya (purse seine).
Jarring (pukat) hanyut tongkol (drift grill net).
Jarring (pukat) payang/dogol/cantrang/lampara/banting di atas 120 meter panjang
rentangan dari ujung sayap/kaki yang satu ke ujung yang lain.
Kapal penangkap ikan bermesin dalam (inboard) berukuran diatas 100 GT atau kapal
penangkap ikan bermesin dalam yang berkekuatan di atas 200 PK (daya kuda).
Jaring (pukat) cincin/kolor/langgar dan sejenisnya yang panjangnya diatas 600
meter.
Oleh karena itu, kebijakan makro adalah penerapan model perikanan bertanggung-
jawab. Menurut FAO (1995), Monintja (1996), Arimoto (1999) dalam Anonim (2004)
perikanan bertanggung-jawab diimplementasikan melalui evaluasi beberapa kriteria,
meliputi:
Selektifitas Alat tangkap. Ukuran mata jaring yang umum digunakan sebagai faktor
selektifitas disesuaikan ukuran pertama kali matang kelamin (length of first
maturity). Ukuran mata jaring seharusnya lebih besar dari ukuran pertama kali
matang kelamin sehingga jenis ikan tersebut dapat memijah minimal sekali sebelum
tertangkap;
Konsumsi BBM. Armada penangkapan diharapkan menggunakan BBM secara efisien
mengingat harga BBM meningkat tajam beberapa tahun terakhir ini. Tingkatan
penggunaan BBM untuk mengkategorikan efisiensi ini adalah sbb., penggunaan
kurang dari 100 ltr/hari digolongkan rendah; 100-300 ltr/hari digolongkan sedang da;
dan lebih dari 300 ltr/hari digolongkan tinggi;
Investasi. Kategori penggunaan investasi rendah bila kurang Rp. 100 juta/unit;
sedang bila Rp.100 juta Rp 300 juta/unit; dan tinggi bila lebih besar dari Rp 300
juta.
Tangkapan sampingan (by-catch/discard). Digolongkan rendah bila kurang dari 5%;
sedang bila 5 -15 % dan tinggi bila lebih besar dari 15 %.
Hasil tangkapan segar
Tidak merusak habitat
Mudah didaur ulang
Legal
Aman bagi nelayan
9. Masmar
Kecamatan Seginim (Desa Suka Rami)
bahari. Kawasan wisata bahari di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Pantai Wisata
Pasar Bawah di Kecamatan Pasar Manna.
Luas areal yang dibutuhkan untuk pengembangan areal permukiman baru secara kasar
diperoleh dari selisih angka total yang dibutuhkan luas lahan yang sekarang ini ada untuk
pemukiman. Luas lahan total harus juga memperhitungkan areal terbuka, fasilitas sosial
ekonomi, jalan, dan kondisi wilayah yang ada.
Berikut disampaikan luasan dari masing-masing kawasan rencana pola ruang dan peta
rencana pola ruang kawasan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Tabel 4.11
Rencana Pengembangan Pola Ruang di Kabupaten Bengkulu Selatan
Kawasan Kebijakan Tata Ruang Strategi (Arahan Pengembangan)
Kawasan Lindung
1. Hutan Lindung Kriteria kawasan hutan lindung adalah: Rekonstruksi tata batas kawasan hutan lindung untuk memperoleh kepastian
- Kawasan hutan dengan faktor-faktor hukum yang mengikat seluruh stake-holder terkait. Partisipasi masyarakat
kelerengan, jenis tanah, curah hujan yang lokal dalam penetapan batas sangat penting untuk menghindari berbagai
melebihi 175 mm bentuk konflik di kemudian hari.
- Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan Pengelolaan hutan lindung harus mampu memberikan kontribusi terhadap
40% atau lebih peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan kekayaan keaneka ragaman
- Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian hayati, penyediaan hasil hutan bukan kayu, pengembangan ekoturisme,
2000 m dpl atau lebih peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan penguatan partisipasi
Berdasarkan hasil perhitungan luas fungsi masyarakat.
kawasan pada Peta Penunjukan Kawasan, Kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) harus dikembangkan
wilayah yang termasuk dalam kawasan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti luas kawasan, potensi,
hutan lindung di Kabupaten Bengkulu derajat besarnya gangguan (illegal logging, perambahan); kondisi sosial,
Selatan adalah seluas 33079,00 ha. ekonomi dan budaya masyarakat lokal; karakteristik spatial, aksebilitas serta
kondisi sumberdaya di luar hutan lindung.
Pengelolaan hutan lindung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengelolaan DAS secara terpadu dan harus selaras dengan aktivitas
pengembangan sektor-sektor lain serta menerapkan prinsip peranan hulu-
hilir yang berkeadilan.
Sistem pengamanan dan perlindungan hutan harus merupakan sistem
partisipatif yang melibatkan petugas pemerintah dan masyarakat lokal.
Kawasan Sempadan
Sempadan Pantai Sempadan pantai kawasan non permukiman, dipertahankan (100 meter
dari titik pasang) dengan menanami tanaman sebagai vegetasi penahan
abrasi dengan memperhatikan aspek estetika.
Sempadan pantai kawasan permukiman, agar dibuat tanggul pencegah
abrasi
Sempadan Sungai Garis sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang
sudah ada, minimal 15 meter dari titik pasang tertinggi di kiri dan kanan
sungai. Pada kawasan ini hendaknya dibuat jalan inspeksi atau ditanami
vegetasi untuk memberikan penguatan tanah
Lahan Basah Perluasan areal persawahan, yaitu meningkatkan produktivitas lahan tidur,
baik melalui pompanisasi maupun melalui cekdam (bendungan) baru.
Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan
3. Perikanan
Perikanan Pesisir Pengembangan perikanan budidaya dan di Mengembangkan zonasi wilayah pesisir dan laut untuk menetapkan ruang
pesisir Kabupaten Bengkulu Selatan adalah untuk pengembangan perikanan budidaya dan perikanan tangkap;
keterbatasan areal. Bentangan garis pantai Mengembangkan perencanaan detail perikanan budidaya (tingkat kawasan,
hanya sebesar 37,3 km dan lebar dengan skala > 1 : 50.000) yang menggambarkan potensi lahan (tambak,
kewenangan laut kabupaten hanya 4 mil- KJA, areal rumput-laut) melalui analisis kesesuaian lahan pertambakan;
laut. Mengembangkan sub-sistem perikanan budidaya, seperti pembangunan
panti-panti pembenihan ikan laut, dan pembangunan pabrik pakan dari
bahan baku lokal;
Tabel 4.12
Rencana Pola Ruang Berdasarkan Klasifikasi Ruang
Kabupaten Bengkulu Selatan 2031
Luas (Ha)
Jenis Penggunaan Lahan (%)
(kurang lebih)
Hutan Lindung 33.079 27,88
Hutan Produksi Terbatas 14,566 12,28
Hutan Produksi 1.579 1,33
Permukiman 5.504 4,64
Pertanian Lahan Basah 11.046 9,31
Pertanian Lahan Kering 6.028 5,08
Tanaman Tahunan 24.091 20,31
Perkebunan 20.346 17,15
Industri 291 0,24
Sempadan Sungai 296 0,24
Sempadan Pantai 1,784 1,5
Total : 118.610 100,00
V- 1
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
Di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan tidak terdapat Kawasan Strategis Nasional (KSN)
maupun kawasan strategis provinsi, sehingga di Kabupaten Bengkulu Selatan hanya
terdapat kawasan strategis kabupaten.
V- 2
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
Didalam Kawasan Strategis Perkotaan, terdiri dari beberapa kegiatan yang akan
dibangun berdasarkan basis sektor yang ada, sesuai dengan kondisi dan potensi lahan
dan ekosistem Kabupaten Bengkulu selatan. Ada 7 (tujuh) jenis kegiatan unggulan
yang diusulkan dalam Kawasan Strategis Perkotaan ini. Kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan Perdagangan dan Jasa, suatu kegiatan yang dikembangkan berbasiskan
pada perdagangan dan jasa untuk penciptaan dan perluasan lapangan kerja di
daerah, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan pendapatan
pemerintah daerah ditetapkan di rua jalan;
a. Jalan Sudirman;
b. Jalan Ahmad Yani;
c. Jalan Kolonel Berlian;
d. Jalan Tukiran;
e. Jalan Sersan M. Taha;
f. Sebagian kawasan jalan Kemas Jamaludin
g. Jalan Trip Kastalani
h. Jalan Duayu
i. Jalan Iskandar Baksir
V- 3
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
V- 4
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
V- 5
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
V- 6
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Selatan
V- 7
MATERI TEKNIS RTRW KAB. BENGKULU SELATAN
Bab 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.pdf - Google Drive
Page 1 of 28
file:///C|/Users/HP/Documents/Konten%20C9970-7.htm[10/02/2015 11:45:11]