You are on page 1of 8

TAHAPAN PERANCANGAN (PEMBUATAN) FASILITAS (BANGUNAN) DARI IDE HINGGA PRODUK

TENDER/
PEMIKIRAN AWAL TOR/ PERANCANGAN PENUNJUK KONS UJI
TUGAS KAN TRUKSI COBA

STUDI IDENTIFI KONSEP SKEMA PENGEM BANGUNAN


IDE/ KELA PEMRO ANA KASI PERANCA TIK BANGAN GAMBAR DOKUMEN SPK /AS BUILT LAPORAN
GAGASAN YAKAN GRAMAN LISIS MASA NGAN DESAIN DESAIN KERJA LELANG DRAWINGS
LAH

MAHASISWA STUPA I s/d II

MAHASISWA STUPA III

MAHASISWA STUPA IV

MAHASISWA STUPA V

MAHASISWA STUPA VI

MAHASISWA TGA

KONSUL KONSUL PEMB. KON


PEM TAN TAN TUGAS TRAK
BERI STUDI PROGRAM KONSULTAN ARSITEKTUR KONS. ARS KONTRAK TOR
TUGAS KELA MING KONTRAK TOR PEMB.
YAKAN TOR TUGAS

PENGEMBANG (DEVELOPER)
TAHAPAN PERANCANGAN

1. IDE/GAGASAN SEBAGAI TAHAP AWAL PERANCANGAN


- Ide/gagasan dalam Proyek/Pekerjaan Nyata yang akan
diwujudkan; Pencetus Ide: Pemilik (mis. Rumah Tinggal) atau
Perwakilan (mis. Bangunan Pemerintah)
- Ide/gagasan dalam Proyek Fiktif (Tugas STUPA);
Pencetus Ide: Pengajar (Stupa Semester Awal) atau
Mahasiswa (STUPA Akhir dan TGA)
- Pembahasan mengenai implikasi dari Perbedaan Sumber
Ide/Gagasan terhadap Output Perancangan: Gagasan dari
Pemberi Tugas: cenderung Rigid; Gagasan dibuat sendiri
(mahasiswa): lebih Fleksibel (dapat dirubah sesuai dengan
kemampuan memecahkan
persoalan)
- Dalam Ide/Gagasan ini tercakup SASARAN secara MAKRO
(garis besar) dari Proyek/Fasilitas yang akan dirancang,
misalnya, merancang rumah tinggal yang nyaman bagi
sebuah keluarga dengan tiga orang anak usia sekolah

2. STUDI KELAYAKAN
- Kelayakan Finansial/Pembeayaan
- Kelayakan Komersial/Profit
- Kelayakan Peraturan/Peruntukkan
- Kelayakan Teknis
- Kelayakan Lingkungan
- dsb.
3. PEMROGRAMAN
- Ide/gagasan Proyek dari Pemberi Tugas dan Pengajar:
Program Ruang (secara garis besar) sudah ada/tersedia,
fungsi Arsitek cenderung murni sebagai Perancang
- Ide/gagasan proyek dari Peserta STUPA/TGA: Program
Ruang dibuat oleh peserta
- Jenis pemrograman serta gambaran mengenai kegiatan
yang perlu dilakukan serta aspek aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam tahap pemrograman:
- Pemrograman Anggaran (Financial)
- Pemrograman Pengguna Bangunan (Jenis dan Kapasitas)
- Pemrograman Ruang
- Pemrograman Energi/penggunaan tenaga listrik pada
fasilitas yang dirancang
- dsb.
- Dalam Tahap Pemrograman ini tercakup SASARAN Proyek
secara MIKRO (detail), misalnya, menterjemahkan kata
nyaman kedalam batasan-batasan fisik secara spatial,
thermal, visual dan audial; berapa dimensi spatialnya, suhu-
kelembaban-aliran angin, intensitas cahaya, intensitas suara,
dsb.
- Salah satu output yang paling penting bagi mahasiwa
Arsitektur dalam tahap pemrograman ini adalah
dihasilkannya Jenis serta Dimensi Ruang (kemudian
dimensi Bangunan secara keseluruhan) yang akan
dirancang.
4. PERANCANGAN: ANALISIS, IDENTIFIKASI MASALAH DAN
KONSEP PERANCANGAN
- Gambaran umum mengenai awal dari proses perancangan
(dalam arti PENGGAMBARAN Produk Rancangan, misalnya
Bangunan)

5. ANALISIS
- Kemungkinan overlapping (saling tumpang tindih) antara
Analisis dan Pemrograman
- Pendekatan Analisis 1: Analisis Bangunan dan Analisis Tapak
(dijelaskan secara rinci)
- Pendekatan Analisis 2: Manusia, Bangunan dan Lingkungan
(diuraikan secara garis besar)
- Kemungkinan Pendekatan Lain
- Uraian mengenai Analisis 1 (Cara Pertama):
Analisis Bangunan cenderung membahas aspek: Zoning,
Hubungan Ruang, Sirkulasi dalam Bangunan, Hirarki dan
Sequence Ruang, Ruang Orientasi/Pengarah, Modul
(Fungsi, Bahan, Struktur, Koordinasi Modul), Kenyamanan
(Spatial, Thermal, Visual, Audial) secara garis besar - dalam
kaitannya dengan pengorganisasian ruang, aliran udara
alami, pencahayaan alami dan masalah kebisingan, Sistim
struktur, Sistim Utilitas, dsb. Output dari analisis Bangunan
ini diantaranya adalah kemungkinan pola hubungan antar
ruang, kemungkinan pola sirkulasi, kemungkinan modul yang
digunakan, kemungkinan bentuk massa, kemungkinan sistim
struktur, sistim utilitas, dsb.
Analisis Tapak cenderung membahas aspek: Peraturan
Membangun Setempat (KDB, KLB, GSB), Pencapaian
menuju Tapak (Jalan dan lalu lintas di seputar Tapak),
Tingkat keramaian dan kebisingan, Kountur Tapak (jika tapak
memiliki berbagai variasi kemiringan maka perlu dianalisis
derajat kemiringan pada seluruh permukaan tapak), Iklim
setempat, terutama diagram lintasan matahari (sunpath),
analisis aliran air hujan dalam tapak, eksisting vegetasi -
apakah ada pertimbangan bahwa seluruh atau sebagian
pohon tidaak ditebang, eksisting sungai/danau yang ada
dalam tapak-apakah dipertahankan atau dimodifikasi.
Keluaran dari Analisis Tapak adalah Karakter Tapak: Pada
bagian mana dari tapak memiliki kemiringan tajam sehingga
tidak direkomendasikan untuk didirikan bangunan, bagian
mana yang relatif datar - yang mungkin ssuai untuk parkir,
bagian mana yang memiliki tingakt kebisingan rendah
sehingga dapat dipertimbangkan untuk area belajar (jika
merancang fasilitas pendidikan), dsb.

6. IDENTIFIKASI MASALAH
- Dari analisis yang telah dilakukan akan dimunculkan
persoalan/masalah yang harus dipecahkan melalui desain
(perancangan) arsitektur. Tahap ini cenderung berisi uraian-
uraian mengenai persoalan-persoalan yang akan/harus
dipecahkan dalam tahap skematik desain, seperti misalnya,
bagaimana meletakkan massa bangunan dalam tapak
dengan karakter seperti yang terungkap dari tahap analisis,
kemudian apakah perlu dibuat massa tunggal atau majemuk
bagi fasilitas yang akan dibuat pada tapak yang ada,
hubungan antar ruang dalam bangunan diharapkan
seluruhnya dekat, sementara diharapkan pemotongan (cut
and fill) dalam tapak dilakukan seminimal mungkin, apakah
ruang-ruang tidak dapat dipisahkan secara fisik (melalui
bangunan yang berbeda) namun secara konsep memiliki
hubungan langsung, dsb.
7. KONSEP PERANCANGAN
- Menentukan (memutuskan) strategi dalam perancangan
(Skematik) setelah mempertimbangkan persoalan-persoalan
yang ada dari Tahap Identifikasi Masalah. Misalnya,
diputuskan untuk membuat massa majemuk dalam tapak.
- Berbagai contoh Konsep Perancangan (Strategi Makro) yang
akan diterapkan pada Tahap Desain (Skematik) akan
diberikan pada kesempatan ini. Misalnya bagaimana
merancang fasilitas bangunan dengan konsep tropis, atau
konsep pemisahan sirkulasi kendaraan-pejalan kaki, atau
konsep menciptakan lingkungan hunian dengan privacy
tinggi atau sebaliknya dengan tingkat sosialisasi tnggi, dsb.
Kesemuanya ini dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh
dari Tahap Analisis dan Tahap Identifikasi Masalah. Dengan
kata lain KONSEP tidak akan muncul secara tiba-tiba
ditengah Tahapan/Proses Perancangan tanpa suatu alasan
yang dapat dijelaskan. Konsep selalu dimunculkan sebagai
TINDAK LANJUT (untuk memecahkan) suatu persoalan
desain, dimana persoalan ini diperoleh dari tahap-tahap
sebelumnya.
- Menentukan apakah bangunan akan dirancang secara
Moduler atau tidak
- Jika moduler, koordinasikan Modul Fungsi, Modul Struktur
dan Modul Bahan.
- Tentukan Konsep Sirkulasi dalam Bangunan
- Tentukan Konsep Bentuk Massa Bangunan dan Konsep
Perletakkan Massa dalam Tapak
- Tentukan Konsep Pencapaian (kendaraan dan pejalan kaki)
kedalam Tapak
- Tentukan Konsep Sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki)
dalam Tapak
- Tentukan Konsep Parkir (terpusat, menyebar/kantung, atau
lainnya)
- Tentukan Konsep Penataan Ruang Luar (formal / sangat
teratur, informal, atau perpaduan)
- Tentukan konsep Penghijauan (formal, informal, atau ada
tujuan fisik/fungsional, misalnya buffer suara/kebisingan,
dsb.)
- Dan beberapa konsep rancangan yang lain.

8. SKEMATIK DESAIN
- Bagaimana menterjemahkan Konsep Perancangan (dalam
bentuk Verbal maupun Grafis-tanpa skala) kedalam
Rancangan (Grafis dan ber-skala) yang sistematis (ada
keteraturan atau mengikuti pola tertentu).
- Bagaimana memadukan ruang-ruang dengan dimensi
tertentu kedalam suatu susunan yang dapat memudahkan
manusia (beserta perangkatnya) melakukan aktifitasnya,
melalui suatu jalur sirkulasi yang efisien (atau sesuai dengan
tujuan yang diharapkan). Bagaimana susunan ruang-ruang
tersebut secara keseluruhan dapat membentuk suatu massa
bangunan yang memenuhi persyaratan struktur (dapat berdiri
secara secara stabil dalam menahan gaya-gaya vertikal dan
horizontal), melindungi manusia yang berada didalamnya
terhadap iklim yang tidak dikehendaki, memenuhi tuntutan
kenyamanan dan keamanan bagi manusia yang berada
didalamnya, serta memenuhi kaidah-kaidah estetika.
- Bagaimana menyusun massa-massa bangunan didalam
tapak sehingga tidak saja pengguna bangunan dapat mudah
bergerak untuk mencapai bangunan lain, susunan bangunan
tersebut juga diharapkan memiliki suatu pola tertentu dengan
mengindahkan kaidah estetika bentuk. Demikian pula ruang-
ruang luar yang tercipta akibat penyusunan massa-masa
bangunan bukan merupakan ruang sisa yang dapat
difungsikan sebagai misalnya ruang terbuka, plaza, parkir,
akttifitas luar, sirkulasi, penghijauan, elemen estetika, dsb.

9. PENGEMBANGAN DESAIN
- Mengecek kembali konsistensi rancangan dilihat dari
berbagai aspek rancangan: apakah secara spatial dimensi
ruang sudah benar (dicek dengan ukuran perabot serta
sirkulasi manusia), apakah ruang untuk kebutuhan utilitas
(untuk meletakkan duck AC, shaft pemipaan, ds.) telah
sesuai dimensinya, apakah kolom-kolom perlu diletakkan
dengan cara tertentu agar tidak mengurangi efisiensi ruang
atau mengurangi nilai estetika bangunan, dsb. Dengan cara
melakukan evaluasi ini maka rancangan skematik
dikembangkan untuk menghasilkan rancangan yang lebih
akurat, konsisten dan komprehensip. Rancangan yang sudah
dikembangkan ini masih mungkin akan berubah atau
berkembang setelah melalui proses pembuatan Gambar
Kerja. Karena kemungkinan terdapat detail-detail rancangan
yang sebetulnya tidak sesuai secara dimensi atau
berbenturan dengan kepentingan lain dalam rancangan.

You might also like