You are on page 1of 141

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/305701204

Matematika Ekonomi

Book August 2015

CITATIONS READS

0 2,798

1 author:

Sri Subanti
Universitas Sebelas Maret
40 PUBLICATIONS 20 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sri Subanti on 28 July 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MATEMATIKA EKONOMI
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau
Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sri Subanti

MATEMATIKA EKONOMI

SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS


Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sri Subanti
Matematika Ekonomi. Cetakan ke-1 . Surakarta . UNS Press . 2015
viii + 132 Hal; 16 x 24.5 cm

MATEMATIKA EKONOMI.
Hak Cipta @ Sri Subanti. 2015

Penulis
Dr. Sri Subanti, M.Si.

Editor
Arif Rahman Hakim, S.E., M.SE.
Dwi Setiawan

Ilustrasi Sampul
UNS PRESS

Penerbit
Penerbitan dan Pencetakan UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126
Telp. 0271-646994 Psw. 341 Fax. 0271-7890628
Website : www.unspress.uns.ac.id
Email : unspress@uns.ac.id

Cetakan 1, Edisi I, Agustus 2015


Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Right Reserved

ISBN 978-979-498-999-9
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang paling baik dan indah kecuali mengucap syukur
Alhamdulillahirabil-alamin kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulisan buku Matematika
Ekonomi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan buku Matematika Ekonomi
ini tidak terlepas dari peran dan dukungan berbagai pihak di Prodi
Statistika dan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret. Pada kesempatan ini penulis menyam-
paikan ucapan terima kasih kepada:
1. Suami tercinta Drs. H.A. Jazuli atas kerelaan, kesabaran dan
kesetiaannya hidup bersamaku, yang membimbing untuk menjadi
lebih sabar, lebih baik, dan lebih bijak.
2. Kedua anakku Arif Rahman Hakim, SE., M.SE dan Inaki Maulida
Hakim, ST, MT yang telah bersedia untuk mengorbankan banyak hal
untuk mamah, dan memberikan kebahagiaan yang tiada taranya, serta
kalian berdua juga membantu penyelesaian buku ini, terima kasih ya
sayaang untuk kedua anak mamah.
3. Kedua menantuku dr. Riski Prihatningtias, SpM dan Anwar Efendy,
ST yang telah memberi dukungan dan motivasi serta yang menyejuk-
kan hati mamah dalam segala hal.
4. Para mahasiswa yang telah membantu pengetikan penulisan buku ini.
Terima kasih kepada pihak lain yang terlibat langsung maupun tidak
langsung yang juga membantu tetapi tidak disebutkan di sini atas
bantuannya, sehingga buku ini dapat selesai. Akhirnya kepada semua
pihak yang berhubungan dengan penulisan buku Matematika Ekonomi
apabila selama ini ada banyak hal yang tidak berkenan, penulis mohon
maaf. Kiranya buku Matematika Ekonomi ini masih banyak kekurangan,
penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan buku ini. Semoga
Allah SWT selalu meridhloi kita untuk menjadi makhlukNya yang pandai
bersyukur. Amin
Surakarta, Agustus 2015

Penulis
Dr. Sri Subanti, M.Si

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... v


DAFTAR ISI .................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ viii

BAB I. HIMPUNAN ................................................................ 1


A. Pengertian Himpunan .............................................. 1
B. Macam-macam Himpunan ...................................... 1
C. Relasi Antar Himpunan ............................................ 2
D. Operasi Himpunan .................................................. 3
E. Sifat-sifat Operasi Antar Himpunan ......................... 3
BAB II. FUNGSI LINIER DAN FUNGSI NON LINIER .......... 5
A. Pengertian Fungsi .................................................... 5
B. Penggolongan Fungsi .............................................. 5
C. Fungsi Eksponensial dan Logaritma ....................... 7
D. Fungsi Linier ........................................................... 9
E. Fungsi Linier Dalam Ekonomi ................................ 10
F. Perpajakan ............................................................... 10
G. Fungsi Non Linier ................................................... 14
H. Fungsi Kuadrat dalam Ekonomi ............................... 16
Contoh-Contoh Soal 16
BAB III. APLIKASI FUNGSI DALAM EKONOMI ................. 29
A. Fungsi dan Curve Permintaan (Demand) ................. 29
B. Fungsi Curve Penawaran (Supply) .......................... 30
C. Keseimbangan Pasar (Market Equilibrium) ............ 31
D. Subsidi ...................................................................... 33
E. Monopoli dan Pengaruh Pajak ................................. 36

vi
BAB IV. DIFERENSIAL DAN INTEGRAL .............................. 37
A. Diferensial ............................................................... 37
B. Integral .................................................................... 47
BAB V. PENERAPAN GRAFIK DAN PERSAMAAN
DALAM ILMU EKONOMI ........................................ 51
A. Teori Permintaan ..................................................... 51
B. Teori Utiliti............................................................... 54
C. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan ...................... 62
D. Permintaan Pasar dan Elastisitas Permintaan .......... 67
E. Permintaan Pariwisata ............................................. 70
BAB VI. APLIKASI DIFERENSIAL DAN INTEGRAL
DALAM EKONOMI ................................................... 79
A. Konsep Elastisitas ................................................... 79
B. Elastisitas Parsiil ..................................................... 84
C. Curve Biaya ............................................................. 85
D. Hasil Penerimaan Penjualan (Revenue) ................... 92
E. Keseimbangan dari Suatu Perusahaan dalam Pasar
Persaingan Murni ..................................................... 94
F. Laba Maksimal pada Monopoli................................ 96
BAB VII. ALJABAR DAN MATRIKS ....................................... 107
A. Matriks dan Vektor ................................................. 107
B. Model Linier dengan Pendekatan Matriks .............. 114
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 132

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Kurva Permintaan ................................................... 53


Gambar 5.2. Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan Untuk Barang
Normal ..................................................................... 63
Gambar 5.3. Kurva Compensated Demand dan Uncompensated
Demand ................................................................... 65
Gambar 5.4. Kurva Permintaan Pasar .......................................... 68
Gambar 5.5. Konsumsi Pariwisata dan Barang Lain ................... 70
Gambar 5.6. Pengaruh Perubahan Pendapatan dalam Konsumsi
Pariwisata ................................................................. 74
Gambar 5.7. Pengaruh Perubahan Harga dalam Konsumsi
Pariwisata ................................................................. 75
Gambar 5.8. Efek Pendapatan dan Efek Substitusi pada
Permintaan Pariwisata .............................................. 76

viii
Matematika Ekonomi

BAB I
HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah sekumpulan objek-objek (benda-benda real atau
abstrak) yang didefinisikan dengan jelas. Himpunan biasanya dinyatakan
dalam huruf kapital; A, B, C,... atau ditandai oleh dua kurung kurawal,
{...} . Sedangkan anggota himpunan biasanya dinyatakan dalam huruf
kecil ; a, b, c,....
Jika x anggota himpunan A, maka ditulis x A.

Jika y bukan anggota himpunan B, maka ditulis y B.


Banyaknya anggota himpunan A, ditulis n(A) .

B. Macam-Macam Himpunan
Macam-macam Himpunan adalah sebagai berikut.
1. Himpunan kosong
Himpunan yang tidak mempunyai anggota dan ditulis dengan
simbol atau {}.
2. Himpunan semesta
Himpunan yang memuat semua anggota yang sedang dibicarakan,
biasanya ditulis dengan simbol S .
Himpunan Bilangan
Himpunan Bilangan Asli: N {1,2,3,...}
Himpunan Bilangan Cacah: C {0,1,2,3,...}
Himpunan Bilangan Bulat: Z {...,1,0,1,...}

1
Matematika Ekonomi

p
Himpunan Bilangan Rasional: Q { : p, q Z , q 0}
q
Himpunan Bilangan Real : R
3. Himpunan terhingga (finite) dan tak terhingga (infinite)
Himpunan terhingga (finite) adalah himpunan yang banyak anggota-
nya terhingga, yaitu himpunan kosong atau himpunan yang mempunyai n
elemen.
Contoh:
A {a, b, c, d}
B {}
Himpunan tak terhingga (infinite atau denumerable) adalah
himpunan yang berkorespondensi satu-satu dengan bilangan asli, yaitu
himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga.
Contohnya seperti Himpunan bilangan genap, himpunan bilangan
ganjil, himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan rasional, dan
sebagainya.
4. Himpunan Terhitung (countable) dan Tak Terhitung (uncountable)
Himpunan Terhitung adalah himpunan terhingga atau denumerable.
Contohnya:
Misalnya,
A {1,2,3,4}
B himpunan bilangan ganjil
5. Himpunan Tak Terhitung adalah himpunan yang tidak terhitung.
Contohnya: R himpunan bilangan real

C. Relasi Antar Himpunan


1. Himpunan equivalen
Dua himpunan yang memiliki banyak anggota yang sama. Jika A
equivalen B, maka dinotasikan dengan A ~ B.

2
Matematika Ekonomi

2. Himpunan Bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika
setiap anggota A termasuk anggota B, dinotasikan dengan A B.
3. Himpunan Kuasa
Himpunan yang anggotanya adalah himpunan-himpunan bagian dari
suatu himpunan.

D. Operasi Himpunan
1. Irisan
A B {x : x A dan x B}
2. Gabungan
A B {x : x A atau x B}
3. Penjumlahan
A b {x : x A, x B, x ( A B)}
4. Pengurangan
A B A \ B {x : x A, x B}
5. Komplemen
Ac {x : x A, x S}

E. Sifat-Sifat Operasi Antar Himpunan


1. Sifat komutatif
A B B A
A B B A
2. Sifat asosiatif
A ( B C ) ( A B) C
A ( B C ) ( A B) C

3
Matematika Ekonomi

3. Sifat distributif
A ( B C) ( A B) ( A C)
A ( B C ) ( A B) ( A C )
4. Sifat Komplemen
A Ac ,

A Ac S ,
( Ac )c A,
Sc
( A B)c Ac Bc
( A B)c Ac Bc

4
Matematika Ekonomi

BAB II
FUNGSI LINIER
DAN FUNGSI NON LINIER

A. Pengertian Fungsi
Jika ada suatu hubungan sedemikian hingga bila x diberikan suatu
nilai dan oleh hubungan itu dapat ditentukan suatu nilai y, maka
dikatakan bahwa y adalah fungsi dari x biasanya ditulis y f (x) .
x disebut variabel bebas (Independent variabel) dan y disebut dengan
variabel tak bebas (dependent variabel). y variabel tak bebas sebab
nilainya bergantung pada nilai x.
Himpunan yang dapat dijangkau oleh x dinamakan daerah asal
(domain) dari fungsi dan himpunan bilangan yang dapat dijangkau
disebut daerah hasil (range) atau daerah jangkauan dari fungsi. Dalam hal
ini x dan y merupakan pasangan urut ( x, y) dimana x sebagai unsur
pertama dan y sebagai unsur kedua.

B. Penggolongan Fungsi
Fungsi dapat digolongkan menjadi beberapa macam (tergantung dari
sudut pandangnya):
1. Fungsi dilihat dari letak x dan y di dalam suatu persamaan.
Dibagi menjadi:
a. Fungsi Explisit, bila letak x dan y tak seruas, contoh: y a b .
b. Fungsi Implisit, bila letak x dan y seruas, contoh: xy a .
Pada umumnya setiap fungsi Explisit dapat dirubah menjadi fungsi
implisit, tetapi tidak seluruhnya fungsi implisit dapat dirubah ke bentuk
fungsi Explisit.

5
Matematika Ekonomi

Contoh:
y 3x 1 -----------> fungsi Impisit. Dapat ditulis y 3x 1 atau
y 3x 1 0 -----------> fungsi Implisit, tetapi pandang fungsi
sin( xy ) 3 ------> fungsi implisit. Apakah dapat dirubah menjadi fungsi
eksplisit?
2. Dilihat dari derajat pangkat x.
Dibagi menjadi:
a. Fungsi linier/pangkat satu, bila x berpangkat satu.
Bentuk umum: y mx n, m 0 .
b. Fungsi kuadrat, bila x berpangkat dua.
Bentuk umum: y ax2 bx c, a 0 .
c. Fungsi pangkat tinggi, bila x berpangkat lebih dari tiga.
Bentuk umum: y an x n an1 x n1 .... a0
an 0, an 1,..., a0 (konstanta), n 3.
3. Dilihat dari operasi fungsi
Fungsi digolongkan menjadi dua:
a. Fungsi Aljabar
Fungsi aljabar digolongkan menjadi:
1) Fungsi Rasional
a) Fungsi rasional bulat
Bentuk umum: y a0 a1 x ... an x n
a0 , a1 ,..., an (konstanta) n 0
b) Fungsi Rasional Pecah
a0 a1 x ... an x n
Bentuk umum: y
b0 b1 x ... an x n
2) Fungsi Irrasional
Bentuk umum: y a 0 a1 x ... am x m , m bilangan riil.

b. Fungsi Transeden
Fungsi transeden dibagi menjadi dua:

6
Matematika Ekonomi

1) Fungsi Exponen: Bentuk umum: y b x ,


2) Fungsi Logaritma: misal: y log x log a,
3) Fungsi Trigonometri: misal: y sin 2 x cos x,
4) Fungsi Hyperbolik: misal: y arc cosx, y arc tanx .

C. Fungsi Eksponensial dan Logaritma


1. Fungsi Eksponensial
Eksponen (exponent) berarti indikator pangkat dimana suatu
variabel harus dipangkatkan, dimana eksponennya berupa konstanta.
Dalam bentuk sederhana, fungsi eksponensial dapat digambarkan dalam
bentuk :
y f (t ) bt ,(b 1)
Dimana y adalah variabel tidak bebas, t adalah variabel bebas, dan
b menunjukkan basis (base) eksponen yang tetap.
Jika fungsi eksponensial menggunakan basis berupa bilangan
irrasional e = 2,718. Fungsi eksponensial seperti ini disebut fungsi
eksponensial natural. Contohnya antara lain: y et , y e3t , dan
y Aert .
2. Fungsi Logaritma
Bila ada angka 4 dan 16, kedua angka ini dapat dihubungkan oleh
persamaan 42 16 . Jika didefinisikan eksponen 2 sebagai logaritma dari
16 dengan bilangan poko 4, maka dapat ditulis :
log 4 16 2

Logaritma adalah pangkat dari bilangan pokok (4) yang harus


dipangkatkan untuk menghasilkan suatu bilangan (16).
y bt t logb y

blogb y y
Proses pencarian logaritma logb y disebut sebagai mengambil log y
ke dalam bilangan pokok b. Proses sebaliknya, yaitu mencari y dari nilai
logaritma logb y yang diketahui, disebut sebagai mengambil antilog dari
logb y .

7
Matematika Ekonomi

Logaritma ada dua (2) jenis yaitu logaritma biasa dan logaritma
natural. Logaritma dengan bilangan pokok 10 disebut logaritma biasa.
Contohnya, log10 1000 3,log10 100 2, dan log10 10 1 . Logaritma dengan
bilangan pokok e 2, 718 disebut logaritma natural. Logaritma natural
disimbolkan log e atau ln (untuk log natural). Contohnya:
In e3 log e e3 3 In e2 log e e2 2 dan ln e1 loge e1 1 . Logaritma
natural, hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :
y et t loge y (atau t = ln y)
a. Aturan-aturan Logaritma
1) Aturan 1 (log hasil kali)
ln(uv) ln u ln v,(u, v 0)

Contoh : ln(e6e4 ) ln e6 ln e4 6 4 10

ln( Ae7 ) ln A ln e7 ln A 7
2) Aturan 2 (log pecahan)
ln(u / v) ln u ln v,(u, v 0)

Contoh : ln(e2 / c) ln e2 ln c 2 ln c

ln(e2 / e5 ) ln e2 ln e5 2 5 3
3) Aturan 3 (log pangkat)
ln u a a ln u,(u 0)

Contoh : ln e15 15ln e 15


ln A3 3ln A
4) Aturan 4 (konversi bilangan pokok log)
logb u (logb e)(loge u),(u 0)
Contoh : (log 4 e)(loge 64) =3
5) Aturan 5 (pembalikan bilangan pokok log)
logb e 1/(loge b)

Contoh : log5 e 1/(log e 5) 1/ ln 5

8
Matematika Ekonomi

b. Fungsi Logaritma
Bila suatu variabel dinyatakan sebagai fungsi logaritma dari
variabel lainnya, maka fungsi tersebut disebut sebagai fungsi
logaritma. Dimana fungsi log merupakan fungsi invers dari
fungsi eksponensial tertentu.
t logb y dan t loge y( ln y)

D. Fungsi Linier
1. Bentuk-bentuknya:
Bentuk umum: y mx n,
m = gradien = koefisien arah,
n = penggal garis pada sumbu y bila nilai x = 0.
Dari bentuk umum ini, fungsi linier di atas dapat dimodifikasi dari
fungsi tersebut sebagai berikut.
a. y y1 m( x x1)
Adalah fungsi linier yang mempunyai koefisien arah m dan
melalui satu titik ( x1 , y1 ).
y y1 y2 y1
b.
x x1 x2 x1
Adalah fungsi linier antara yang melalui dua titik yaitu: ( x1 , y1 )
dan ( x2 , y2 ).
2. Hubungan antara dua fungsi linier.
Pada umumnya hubungan antara dua fungsi linier dapat diklasifi-
kasikan sebagai berikut.
Syarat dua garis berpotongan
Bentuk pers garis
Berpotongan Tegak lurus Sejajar
g1 m1 x n1 m1 m2 m1 .m2 1 m1 m2
g 2 m2 x n2 n1 n2 n1 n2 n1 n2
g1 Ax B1 y C1 0 A1 A2 A1 A2 A1 A2
. 1
g1 A2 x B2 y C2 0 B2 B2 B2 B2 B2 B2
C1 C2 C1 C2 C1 C2

B1 B2 B1 B2 B1 B2

9
Matematika Ekonomi

E. Fungsi Linier Dalam Ekonomi


Pengertian mengenai fungsi linier penting dalam ekonomi, baik
dalam ekonomi mikro maupun ekonomi makro, ekonomi moneter dan
bagian-bagian dalam teori tersebut.
Contoh-contoh yang dapat dikategorikan di sini antara lain:
1. Dalam ekonomi mikro antara lain:
a. Fungsi permintaan: misal D Q 20 2 p,
b. Fungsi penawaran: misal S Q 10 2 p,

c. Fungsi-fungsi marginal: misalkan: MR 25 20; MC 5. p.


2. Dalam ekonomi makro dan moneter antara lain:
a. Fungsi konsumsi: misal C 100 0,75 y ,
b. Fungsi Investasi: misal I 1350 2000i ,
c. Fungsi permintaan untuk transaksi, misal M t 0,25 y.2000i ,

d. Fungsi permintaan untuk spekulasi, misal M s 1250 2000i ,

e. Fungsi IM, misal Y 1350 3000i.


dan masih banyak lagi contoh-contoh penggunaannya.
Aplikasi teori mengenai hubungan antara dua garis dapat dijumpai
dalam teori ekonomi. Sebagai contoh dalam kita membicarakan
keseimbangan pasar, disini dibicarakan garis berpotongan.
Contoh:
a. keseimbangan pasar permintaan (D) = penawaran (S),
b. keseimbangan pasar barang (di sektor rial), dimana I = S,
c. keseimbangan pasar uang Md = Ms (permintaan = penawaran uang).

F. Perpajakan
Ini merupakan contoh penggunaan hubungan antara dua garis, baik
berpotongan maupu sejajar. Dalam teori ekonomi, dikenal beberapa
istilah pajak, namun dalam buku ini titik fokus pembicaraan hanya pada
pajak per unit dan pajak yang proporsional terhadap harga.

10
Matematika Ekonomi

Kedua jenis pajka tersebut akan mempengaruhi harga melalui


penawaran. Sebagai ilustrasi, penjualan rokok, beras, tekstil, buku adalah
beberapa contoh dimana pajak semacam ini. Penjual sebagai wajib pajak,
dengan syarat-syarat tertentu si penjuai ini akan menggeserkan beban
pajak kepada pihak lain dalam hal ini pembeli. Golongan pajak semacam
ini disebut si wajib pajak tak langsung.
1. Pajak Per Unit
Andaikan penawaran S Q a bP, (a 0 dan b 0).
Pemerintah mengenakan pajak per unit = t, berarti harga
baru p* p m.
a 1
Q a bP bP a Q P Q
b b
a 1
Jadi, P* Q t
b b
bP* a Q bt Q a bP bt
Q a b( P t )

Fungsi penawaran setelah pajak bila digambarkan:


P Q Q*
0 A a bt
(a / b) 0 -
(a / b) t - 0

P Q*=a+b(p-t)

Q=a+bp

(0,-(a/b) +t )
(0, -(a/b))

0 Q

11
Matematika Ekonomi

2. Pajak Proporsional terhadap Harga


Ada dua macam:
a. Pajak yang proporsional terhadap harga lama
Dalam aplikasi dikenal dengan pajak yang proporsional terhadap
harga. Andaikan persamaan mengenakan pajak proporsional t%
terhadap harga, penyelesaian:
Q a bP

a 1
P Q
b b
Setelah pajak:
P * * P t * P (Harga setelah pajak)
a a
P * * (i t * P) P (l t*) Q
b b
bP * * (l t*)(a Q)
b
P * * (a Q)
l t *
b
Q ** a P * * (Penawaran setelah pajak)
l t *
Bila digambarkan:
P Q Q **
0 A A
(a / b) 0 -

(a / b)(1 t*) - 0

12
Matematika Ekonomi

P
Q**=a+ (b/(1+t*) P**)

Q=a+bp

(0, -(a/b))

(a,0) Q

b. Pajak yang proporsional terhadap harga baru


Andaikan penawaran : S Q a bP
Pemerintah mengenaan pajak proporsional sebesar t% terhadap
harga yang baru.
a 1
Q a bP Q Q
b b
P * ** P tP * ** P * * *
(l t ) P(l t )bP a Q
Q * ** a (l t )bP * * *
3. Penerimaan pemerintah dari pajak dan beban pajak yang ditanggung
oleh konsumen dan produsen.
Q3
P

Q3
B

P2 C A
P1
D
P3

Q2 Q1 Q

13
Matematika Ekonomi

Besar pajak yang diterima oleh pemerintah GFAB P3


DEP2 CQ2T . Beban pajak yang ditanggung konsumen P2 BCP1
dan beban pajak yang ditanggung oleh produsen P2 BCP2 . Gambarnya
sebagai berikut.
P Q Q ***
0 A A
(a / b) 0 -

(a / b)(1 t ) - 0

P
Q***=a+ (b/(1+t*) P***)

Q=a+bp

(0, -(a/b)(1+t))

(0, -(a/b))

(a,0) 0 Q

Catatan:
- Pemberian P * * * sebagai akibat pengaruh pajak hanya untuk
membedakan klasifikasi tersebut tetapi pengertian secara fungsional
tetap sebagai harga P.
- Untuk subsidi (S) cara sama dengan pajak yaitu tinggal mengganti t
dengan minus s.

F. Fungsi Non Linier


Persamaan derajat dua:
Bentuk umum, persamaan derajat dua dalam x dan y adalah :

14
Matematika Ekonomi

Ax 2 Bxy Cy 2 Ey F 0, bila harga B C F 0 maka


diperoleh persamaan derajat dua daam x yang biasanya ditulis
ax 2 bx c 0.
Contoh-contoh persamaan derajat dua dalam x dan y antara lain:
1. y ax 2 ; x ay 2 ; y ax 2 bx c; x py 2 qy r (parabola).
2. x 2 y 2 r 2 (Lingkaran).
x y
3. 2
2 1 (Ellips).
a b
2
x y2
4. 1 (Hiperbola).
a 2 b2
Dalam buku ini lebih ditekankan dalam fungsi kuadrat:
1. Bentuk umum:
a. y ax 2 bx c atau Ay 2 By 2 Cx D 0
b. x py 2 qy r atau Px 2 Qy2 Ry S 0

2. Hubungan antara fungsi kuadrat (parabola) dengan fungsi linier.

+bx+c +
P P bx+c

Berpotongan Q Bersinggungan Q

15
Matematika Ekonomi

G. Fungsi Kuadrat dalam Ekonomi


Pada umumnya apa yang dicantumkan pada penggunaan fungsi
linier dalam ekonomi juga berlaku dalam kasus ini.
Misalnya
1. Fungsi Permintaan : Q P 2 2P 10

2. Fungsi Total Revence : TR 20Q Q 2

3. Fungsi Marginal Cost : MC 20 4Q Q 2


Demikian juga penggunaan hubungan antara garis dengan parabola
dapat dijumpai pada waktu membicarakan masalah keseimbangan.
Namun demikian pula apabila kita telah mengenal derivatif, persoalan
yang berhubungan dengan fungsi kuadrat atau fungsi non linier lainnya
lebih mudah dipecahkan. Kasus mengenai fungsi non linier lebih banyak
dijumpai dalam pembicaraan pada bab derivatif (aplikasi derivatif dalam
ekonomi).

Contoh-Contoh Soal
1. Seorang bersedia membeli sejumlah barang A pada berbagai
tingkat harga, seperti tabel di bawah ini:
Harga/Unit Jumlah barang A yang dibeli

15 50

30 40

45 30

Pertanyaan:
a. Bagaimana persamaan permintaan akan barang tersebut.
b. Berapa jumlah barang yang akan dibeli oleh orang kalau harga
barang adalah Rp 42/unit.
c. Berapa harga barang tersebut harus dia bayar, kalau dia bersedia
membeli 22 unit (dengan anggapan orang tersebut adalah
pembeli tunggal).

16
Matematika Ekonomi

Jawab:
a. Misal harga = P
Jumlah barang = Q
Keadaan 1 : ---> P = 15 Q = 50
Keadaan 2 : ---> P = 30 Q = 40
Keadaan 3 : ---> P = 45 Q = 30
Diambil keadaan 1 dan 3, maka dengan menggunakan rumus:
Q Q1 P P1

Q2 Q1 P2 P1
Q 50 P 15

30 50 45 15
30(Q 15) 20( P 15)
30(Q 15) 20( P 15)
3Q 150 2P 30
2P 3P 180
3
P Q 90
2
Persamaan permintaan barang A adalah :
3
P Q 90
2
Dimana P adalah harga sedangkan Q adalah jumlah barang.
b. Kalau harga barang A adalah 42/unit maka P = 42 persamaan
permintaan adalah:
3
P Q 90
2
Bila P = 42 maka
3
42 Q 90
2
3
Q 48
2
Q 32
Jadi bila harga = 42/unit, barang A yang akan dibeli adalah sebesar
Q = 32 unit.

17
Matematika Ekonomi

c. Bila orang yang bersangkutan hanya bersedia membeli 22 unit


(dengan anggapan ia adalah pembeli tunggal). Maka berarti
Q = 22.
Persamaan permintaan adalah:
3
P Q 90
2
Jika Q = 22 maka persamaan permintaan menjadi:
3
P (22)Q 90
2
P 57
Jadi jika jumlah barang yang dibeli hanya 22 unit maka harga
keseimbangan adalah P = 57/unit.
2. Diketahui: fungsi permintaan D : Q 25 2P
Fungsi penawaran D : Q P 2
Pertanyaan:
a. Harga dan kuantitas keseimbangan.
b. Bila kemudian dikenakan pajak 0,5 per unit; tentukan harga dan
kuantitas keseimbangan setelah pajak dan total pajak yang
diterima pemerintah.
c. Gambarkan keadaan di atas.
Jawab:
a. Keseimbangan terjadi bila D S
25 2P P 2
27 3P
29
Pe 9 (harga keseimbangan)
3
Q P2
Qe 9 2 7 (kuantitas keseimbangan)
b. Dikenakan pajak t ----> 0,5
Qt Q 2 ( P t ) 2 P 0,5

Qt 2,5 P

18
Matematika Ekonomi

Keseimbangan baru : D St
25 2P 2,5 P
27,5 3P
25 2P 2,5 P

PE1 9,17 (harga keseimbangan pajak)


QE1 9,17 2 7,17 (kuantitas keseimbangan setelah pajak)

TX t.Q 0,5x7,17 3,585 (total pajak yang diterima pemerintah)


c. Tabel
P Q Q
0 25 -2
5 15 3

Qd jumlah yang diterima


Qs jumlah yang ditawarkan

12,5
Q=P-2,5
10 Q=P-2
E1

7,5 E2

5
Q=25-
2P

3 5 10 15 20 25 Qd/Qs

19
Matematika Ekonomi

3. Diketahui:
Fungsi permintaan : P 30 4Q

Fungsi penawaran : P 6 3 Q
2
P = harga; Q = kuantitas.
Pemerintah memungut pajak penjualan sebesar 15% dari tingkat harga.
Pertanyaan:
a. Harga dan kuantitas keseimbangan sebelum pajak
b. Harga dan kuantitas keseimbangan sesudah pajak
c. Berapakah penerimaan pemerintah dari pajak
Jawab:
a. Sebelum pajak
P 30 4Q
3
P 6 Q
2
3
O 24 4 Q
2
1
QE 5
7
3
O 24 4 Q
2
1 36
P 30 4 5 30 4
7 7
3
PE 9
7
b. Sesudah pajak
Fungsi penawaran setelah pajak
P (l t ). f (Q)
2
(l 0,15) 6 Q
3

2
(1,15) 6 Q 6,90 0,77Q
3

20
Matematika Ekonomi

Syarat keseimbangan D S
P 30 4Q
P 6,90 0,77Q
O 22,10 4,7Q
23,10
QE 4,84
4,77
P 30 4(4,48) 10,64
c. Gambar sketsanya:

QS*(sesudah pajak)

QS(sebelum pajak)
(4,84)
A B
C
E
D

-9 F
Q
Besarnya pajak yang diterima pemerintah = ABCE
2
QE 4,84, jadi DF 6 (4,84) 9,23
3
DB tingkat pajak 15%x9,23 1,40
Luas ABDE = BD x AB = 4,84 x 1,40 = 6,776
Jadi besarnya pajak yang diterima pemerintah adalah 6,776.
4. Diketahui: bahwa pendapatan nasional yang dapat dibelanjakan
(national disposable incame) sebesar 80 milyar rupiah terjadi
dissaving (tabungan yang negatif atau kekurangan tabungan) sebesar
5 milyar rupiah. Apabila tingkat dissposible naik sebesar 50 milyar
rupiah maka tingkat tabungan nasional sebesar 12,5 milyar. Kalau
dianggap bahwa kurve konsumsi dan kurve tabungan adalah linier.

21
Matematika Ekonomi

Pertanyaan:
a. Tentukan fungsi konsumsi dan tabungan.
b. Gambarkan fungsi tersebut.
c. Berapakah besarnya konsumsi terendah.
d. Berapakah besarnya tingkat nasional disposable incame kalau
tabungan = 0.
Jawab:
a. Misal fungsi tabungan : S a bYd , dengan S = tabungan dan
Yd = pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Yd 80, S 5
5 a b.80
5 a 80b ....................................................................... (1)
Y 50
S 12,5
S 12,5
b 0,25
Y 50
Dimasukkan ke persamaan (1) menjadi :
5 a 80((0,25) a 20
a 25
Fungsi tabungan : S 25 0,25Yd

Fungsi konsumsi : C Y S Y (25 0,25Yd )

C 25 0,75Yd
b. Tabel
Yd S C

0 -25 25
100 5 100

22
Matematika Ekonomi

C/S

100

75

C=25+0,75Yd
50

25
S=-25+0,25Yd

25 50 75 100 Yd

-25

c. Besarnya konsumsi terendah = 25 milyar, yaitu konsumsi pada


saat Y=0
d. S 0 0 25 0,25Yd Y d 100
Pendapatan yang dapat dibelanjakan = 100 milyar.
5. Diketahui: fungsi tabungan S = 1/2Y 100 dan investasi I = 200.
Pertanyaan:
a. Tentukan tingkat pendapatan keseimbangan jika S = I.
b. Gambarkan fungsifungsi tersebut.
Jawab:
S I , 1 / 2Y 100 200

1 / 2Y 300 600

S/I S=-100+1/2Y
200 I=200

100

100 200 300 400 500 600 Y

-25

23
Matematika Ekonomi

6. Diketahui: C 40 0,80Yd ; I 72; TX 0,10Y

Pertanyaan:
a. Berapa tingkat pendapatan nasional dalam keseimbangan
b. Jika naik menjadi 86, berapakah tingkat, pendapatan nasional dan
konsumsi masyarakat.
Jawab:
C 40 0,80(Y 0,10Y ) 40 0,80(0,9Y )
C 40 0,72Y
S Y C Y 40 0,2Y 40 0,28Y
I 72
a. S I
40 0,28Y 72 0,28Y 112
Y 400
b. I baru 86
40 0,28Y 86 0,28Y 126
Ybaru 450
7. Pendapatan full employment ditentukan sebesar 600, tingkat
konsumsi masyarakat C 10 0,2Yd , Investasi = 60 pengeluaran
pemerintah = 35 dan penerimaan pemerintah dari pajak
TX 5 0,2Yd .

Pertanyaan:
a. Berapa tingkat pendapatan nasional keseimbangan.
b. Berapa tingkat konsumsi, investasi dan pajak pada tingkat
pendapatan tersebut.
c. Selidikilah pada tingkat pendapatan tersebut perekonomian
mengalami inflationary atau deflationary gap.
Jawab:
C 10 0,90Yd 10 0,90(Y TX )
10 0,90(Y 5 0,1Y ) 10 0,90(5 0,90Y )
10 4,5 0,81Y ) (pada keseimbangan)

24
Matematika Ekonomi

a. Y C I G 5,5 0,81Y 60 35
100,5 0,81Y
0,19Y 528,95
b. C 5,5 0,81(5,25) 5,5 428,4495
C 433,9495
I 60, TX 5 0,10(528,95)
5 52,895
TX 57,985
c. Y full employment = 600; Y keseimbangan = 528,95.
Y full employment > Y keseimbangan, jadi perekonomian
mengalami deflationary gap.
8. Diketahui: suatu perusahaan mendapat laba sebesar Rp 500,00 dari
penjualan sebanyak 700 unit tetapi harus mengeluarkan biaya tetap
Rp 2.000,00; harga penjualan per unit adalah sebesar Rp 20,00.
Pertanyaan:
a. Carilah fungsi ongkos, fungsi pendapatan total dan penjualan
pada keadaan BEP.
b. Manager berpendapat bahwa keuntungan dapat diperbesar
apabila harganya dinaikkan Rp 5,00. Benarkah pendapat itu bila
penjualan berkurang 150 unit? Berapa besarnya tambahan laba
atau rugi tersebut?
Jawab:
a. Pada penjualan sebanyak 700 unit terdapat laba Rp 500,00
TE = P.Q = P.700
Harga/unit = 20,00 TR = 20.700 = 14.000.
Profit ( laba) : = TR - TC
500 = 14.000 - TC TC = 13.500
Padahal diketahui, biaya tetap (FC) = Rp 2.000,00 TC = FC+VC
13.500 = 2.000 + VC VC = 11.500 (pada G = 700).
Ongkos variable per unit:
VC 11.500
16,43
Q 700

25
Matematika Ekonomi

Fungsi total Cost


TC = 2000 + 16,43 Q & TR = 20,0
BEP = TR = TC
20 Q = 2000 + 16,43 QQ
3,57 Q = 2000
Q = 560,22
b. P naik dari Rp 20,00 menjadi Rp 25,00
Q turun dari 700 unit menjadi 550 unit
TR = P.Q (fungsi TR batu)
TR = 25.Q = 25 (550) = 13.750
TC = 2000 + 16,43(550) = 11.036,5
Laba: = TR TC = 2.713,5 (laba baru)
Jadi terdapat kenaikan laba ( )
baru = 2.713,50
lama = 500
Kenaikan laba ( ) = Rp 2.213,50
9. Diketahui: Fungsi permintaan barang X oleh perusahaan P = 5-3Q,
biaya rata-rata untuk memproduksi barang tersebut besarnya =
(5/Q) + 3.
Pertanyaan:
a. Gambar kurve TR dan TC
b. Break Even Point (BEP) terjadi pada tingkat produksi dan harga
berapa
Jawab:
P 15 3Q

TR P.Q (15 3Q).Q 15Q 3Q2

5
AC 3
Q
5
T AC 3 .Q 5 3Q
Q

26
Matematika Ekonomi

a. TR 15Q 3Q 2
- Titik potong dengan sumbu Q, terjadi bila TR = 0
0 15Q 3Q 2
3Q(Q 5) 0
Q1 5, Q2 0
Titik potong dengan sumbu TR, terjadi bila Q = 0
TR 15(0) 3(0) 2 0
- Titik puncak A adalah:
b D
A ,
2a 4a

1 3
A 2 ,18
2 4
TC 5 3Q
Q TC
0 5
1(2 / 3) 0
Gambar sketsanya:

TR/TC
18
TC=5+3Q
BEP

BEP

-1 2/3 3,53
2,5
-2 0,47 1 3 4 5 6 Q
2

27
Matematika Ekonomi

BEP terjadi bila TR TC


15Q 3Q2 5 3Q 0 5 12Q 3Q2

12 144 60 12 9,17
Q12
6 6
Q1 3,53 Q2 0,47

P 15 3Q2 P1 15 3(3,53) 4,41


P2 15 3(0,47) 13,59

28
Matematika Ekonomi

BAB III
APLIKASI FUNGSI DALAM EKONOMI

A. Fungsi dan Curve Permintaan (Demand)


Demand adalah berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai
tingkat harga. Dalam hukum permintaan kita melihat bahwa besar
kecilnya jumlah barang yang diminta sangat tergantung pada barang
tersebut dengan catatan variabel yang lain tetap. Oleh karena itu dengan
pendapatan yang tetap apabila harga barang tersebut naik maka jumlah
barang yang diminta akan berkurang dan sebaliknya.
P

P1

P0

P2
D

0 X1 X0 X2 X

Secara ringkas dapat disimpulkan adanya pola hubungan dari jumlah


barang yang diminta dengan variable barang tersebut.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bila harga turun dari P0 ke
P1 maka jumlah yang dimintanya akan bertambah dari x0 ke x1. Demikian
pula apabila harga naik dari P0 ke P1 maka jumlah yang diminta akan
berkurang dari x0 ke x1.

29
Matematika Ekonomi

Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat suatu pola hubungan


antara variabel kuantitas barang yang diminta dengan variabel harga
barang tersebut.
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dinyatakan dalam
suatau formula yang disebut fungsi permintaan. Dan dinyatakan x f (P)
dimana x : variabel kuantitas dan P: variabe harga.
Di dalam fungssi permintaan, variabel yang menentukan (independent
variabel) tidak harga barang saja, tetapi juga harga dan jumlah barang-
barang substitusi. Hubungan variabel tersebut dinyatakan sebagai:
x f ( x2 , x3 , x4 ,...)
Dimana: x1 : variabel kuantitas yang diminta
x2 : variabel harga barang
x3 : variabel kuantitas yang diminta akan barang substitusi
x4 : harga barang substitusi
dan seterusnya.
Pola hubungan variabel yang diminta dengan variabel harga
berbentuk garis lurus yaitu fungsi linear, dan dapat berbentuk garis tidak
lurus yaitu fungsi non linear.

B. Fungsi dan Curve Penawaran (Supply)


Supply adalah jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat
harga. Dalam hukum penawaran kita melihat bahwa besar kecilnya
jumlah yang ditawarkan akan suatu barang tersebut, dengan catatan
faktor-faktor yang lain tetap.
Jika harga dari suatu barang naik, maka jumlah yang ditawarkan
akan barang tersebut bertambah karena produsen berusaha untuk
menggunakan kesempatan memperbesar keuntungannya, sebaliknya jika
harga barang itu turun maka jumlah yang ditawarkan akan berkurang
karena produsen berusaha mengurangi kerugiannya. Gambar kurve
penawaran suatu barang:
P
S
P1

P0
P2

0 X1 X0 X2 X

30
Matematika Ekonomi

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bila harga suatu barang
naik dari P0 ke P1 maka jumlah yang ditawarkan akan bertambah dari x0
ke x1. sebaliknya jika harga turun dari P0 ke P1 maka jumlah yang
ditawarkan akan berkurang.
Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat suatu pola hubungan dari
variabel kuantitas atau jumlah barang yang ditawarkan dengan variabel
harga barang tersebut.
Apabila pola hubungan tersebut dinyatakan dalam suatau formula
maka formula tersebut dinyatakan sebagai fungsi penawaran. Dan
dinyatakan x f (P) dimana x : variabel kuantitas dan P : variabe harga.
Di dalam fungsi penawaran yang menentukan tidak satu, tetapi
dapat lebih dari satu maka hubungan variabel-variabel tersebut
dinyatakan sebagai:
x1 f ( x2 , x3 , x4 ,...)

Dimana: x1 : variable kuantitas

x2 : variabel harga

x3 : biaya produksi

x4 : kuantitas barang yang tersedia dari bahan bakunya


dan seterusnya.
Pola hubungan variabel kuantitas yang ditawarkan dengan variabel
harga berbentuk garis lurus yaitu fungsi linear, dan dapat berbentuk garis
tidak lurus yaitu fungsi non linear.

C. Keseimbangan Pasar (Market Equilibrium)


Yang dimaksud dengan pasar adalah pertemuan antara pembeli
(peminta) dan penjual (penawar) baik dalam pengertian langsung maupun
tidak (secara komunikatif). Sedangkan harga pasar adalah harga yang
terjadi pada titik keseimbanga pasar. Dan titik keseimbangan pasar adalah
titik pertemuan permintaan dan penawaran. Sehingga titik keseimbangan
pasar ditentukan oleh titik perpotongan antara curve permintaan dan
Curve penawaran.
Di dalam menentukan titik keseimbanagn pasar untuk suatu barang
atau jasa, perlu diperhatikan syarat-syarat yang perlu dipenuhinya.
Adapun syarat-syarat titik keseimbangan pasar adalah

31
Matematika Ekonomi

1. Titik keseimbangan pasar hanya berlaku untuk nilai-nilai yang positif


2. Titik keseimbangan pasar hanya berlaku untuk titik yang memenuhi
ketentuan bagi Curve permintaan dan Curve penawaran.
Atas dasar dua persyaratan tersebut maka tidak mungkin terdapat
dua titik keseimbangan pasar bagi Curve permintaan dan Curve
penawaran, walaupun mungkin terdapat dua titik potong dari fungsi
permintaan dan penawaran.
Grafik

B
Bukan titik keseimbangan pasar

D S

X
Titik keseimbangan pasar

Apabila melihat gambar di atas, maka titik A adalah titik


seimbangan pasar dan titik B bukan titik.
Contoh:
Curve permintaan barang tersebut dapat digambarkan dengan
mencari titik potong fungsi dengan sumbu x dan p.
D : x 2 p 12
S : x 2p 3
Sehingga
2 p 12 2 p 3
4 p 15
3
p3
4
1
x4
2

32
Matematika Ekonomi

(0,6) S: x = 2p - 3
E

D: x = -2p + 12

3 6 9 X
(12,0)

1 3
Jadi, titik keseimbangan pasar pada E (4 ,3 ) .
2 4

D. Subsidi
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada
produsen/suplier terhadap produk yang dihasilkan atau dipasarkannya
sehingga harga yang berlaku di pasar adalah harga yang diinginkan
pemerintah.
Besarnya subsidi yang diberikan biasanya tetap untuk setiap unit
barang yang dihasilkan atau dipasarkan. Notasi besarnya subsidi untuk
tiap unit barang yang dihasilkan atau dipasarkan dinyatakan dengan S.
Oleh karena adanya subsidi, maka tingkat harga yang berlaku di
pasar lebih rendah. Hal ini disebabkan sebagian dari biaya-biaya untuk
produksi dan memasarkan barang tersebut ditanggung pemerintah yaitu
sebesar subsidi. Sehingga dengan adanya subsidi maka fungsi penawaran
akan turun atau bergeser ke bawah, sedangkan fungsi permintaan tetap.
Dengan adanya subsidi sebesar s maka tingkat harga yang ditawar-
kan oleh penjual (penawar) akan turun sebesar s untuk setiap tingkat/
jumlah/kualitas yang ditawarkan. Bila dilihat pengaruh subsidi sebesar s
ini, jika x adalah variabel kuantitas, p variabel harga maka fungsi
penawaran akan bergeser ke bawah sebesar s untuk setiap kuantitas yang
ditawarkan. Dalam bentuk fungsi penawaran sebelum subsidi adalah
p f (x) maka fungsi penawaran sesudah subsidi adalah p f ( x) s .

33
Matematika Ekonomi

P
S

S1
P0 D

E (X0,P0)

P1 E1 (X1,P1)

X0 X1 X

Dalam bentuk umum yang lain dari fungsi penawaran x f ( p)


maka fungsi penawaran sesudah subsidi dapat dirubah dari p1 f ( x) s
menjadi f ( x) p1 s . Dengan mensubstitusikan ke dalam bentuk fungsi
x f ( p) , maka didapat fungsi penawaran sesudah subsidi menjadi
s1 : x1 f ( p1 s) .
Contoh:

Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah p 10 1 x dan


2
fungsi penawaran p 4 2 x dimana x = variabel kuantitas dan p =
variabel harga. Bila terhadap barang tersebut diberikan subsidi sebesar
s 2 , maka :
1. Tentukan titik keseimbangan pasar sebelum subsidi
2. Tentukan keseimbangan pasar sesudah subsidi
3. Gambarkan grafik fungsi atau Curve permintaan dan penawaran
sebelum dan sesudah subsidi.
Penyelesaian:
1. Titik keseimbangan pasar sebelum subsidi:
1
D : p 10 x
2
S : p 4 2 x
Sehingga
1
10 4 2x
2

34
Matematika Ekonomi

1
2 x6
2
6
x 2,4
5
2
p 8,8
Jadi titik keseimbangan pasar sebelum subsidi E (2,4; 8,8).
2. Titik keseimbangan pasar setelah subsidi:
1
D : p 10 x
2
S : p 4 2x s 4 2x 2 2 2x
Sehingga
1
10 2 2x
2
1
2 x8
2
8
x 3,2
5
2
p 8,4
Jadi titik keseimbangan pasar sebelum subsidi E (3,2; 8,4).
3. Curve

S
P
S1
1
0 E

E1

X
2
0

35
Matematika Ekonomi

E. Monopoli dan Pengaruh Pajak


Tujuan utama dalam monopoli adalah memperoleh laba yang
maksimal. Hal-hal yang berkaitan di dalam laba adalah harga dan
kuantitas yang dikehendaki. Tiga faktor dalam monopoli:
1. T.R (Total Revenue) : P.Q
2. Biaya (TC)
3. Laba maksimal (NR) dimana : NR = TR TC
Syarat terjadinya laba yang maksimal:
NR ' 0
NR ' ' 0
NR TR TC
d (TR TC )
NR '
dQ
dTR dTC
NR '
dQ dQ
dTR dTC
0
dQ dQ
dTR dTC

dQ dQ
MR MC
Dengan adanya pajak sebesar t/unit yang dikenakan terhadap barang
yang diproduksi oleh seorang pengusaha monopoli maka akan
menimbulkan seolah-olah biaya rata-rata per-unit meningkat sebesar p,
berarti biaya secara keseluruhan meningkat sebesar tQ.
Misal: pajak : t/unit, maka andaikan:
AC 10 (biaya rata-rata sebelum pajak)
AC1 10 t (biaya rata-rata sesudah pajak)
TC1 AC.Q
TC1 ( AC t ).Q
TC1 ACQ tQ
Sehingga dirumuskan: AC1 AC t

TC1 ACQ tQ atau TC1 TC tQ

36
Matematika Ekonomi

BAB IV
DIFERENSIAL DAN INTEGRAL

A. Diferensial
1. Pengertian Diferensial
Definisi
Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat
variabel bebas, variabel tak bebas dan derivatif-derivatif dari variabel tak
bebas terhadap variabel bebas. Menurut banyaknya variabel bebas
persamaan diferensial dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Persamaan diferensial biasa (jika terdapat 1 variabel bebas),
b. Persamaan diferensial parsial (jika terdapat lebih dari 1 variabel
bebas).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Contoh 1.
Contoh 1.
dy dy derivatif dari variabel tak bebas y
a. xy 0 , dengan
dx dx
terhadap variabel bebas x .
d 2 z dz d 2 z dan dz derivatif dari variabel tak
b. x y 0 , dengan
dx 2
dy dx 2 dy
bebas z terhadap variabel bebas x dan y .
2. Pengertian Diferensiabel
Suatu persamaan/fungsi dikatakan diferensiabel yaitu apabila fungsi/
persamaan tersebut dapat dicari/ditemukan turunannya. Suatu fungsi
dapat dikatakan memiliki suatu turunan/diferensial apabila nilai limit
f ( x) f (a) ada.
(lim xa )
xa

37
Matematika Ekonomi

3. Aturan Diferensiasi dan Penggunaannya dalam Statika Komparatif


Analisis statis komparatif, yaitu mencari tingkat perubahan, dapat
diidentifikasi dengan permasalahan mencari derivatif dari beberapa
fungsi y = f(x), asalkan hanya perubahan kecil dalam x. Jadi konsep
derivatif menjelaskan tingkat perubahan dari suatu fungsi yang terdiri
dari variabel dependen dan variabel independen. Tingkat perubahan
tersebut menangkap sejumlah perubahan (atau perubahan dalam jumlah
yang sangat kecil) dari variabel dependen sebagai dampak dari perubahan
variabel independen. Istilah derivatif dapat dinyatakan dengan :
dy y
lim
dx x 0 x

Dalam hal ini, dy merupakan suatu pernyataan gabungan yang


dx
dibaca dengan derivatif y berkaitan x. Derivatif ini sama dengan limit
dari rasio y saat x mendekati nol. Selain itu, derivatif mengukur
x
tingkat kemiringan kurva linear. Derivatif dapat dinyatakan dengan
bentuk-bentuk lain, seperti :
dy
a.
dx
b. f ' ( x) untuk fungsi y f ( x)
c. y ' ( x) untuk fungsi y y( x)
d
Atau derivatif juga dapat dinyatakan dengan y atau d f ( x) .
dx dx
Sebagai contoh :
Derivatif y ( x) dapat dinyatakan sebagai :
dy
a.
dx
b. '
c. x
d
d. y
dx
d
e. ( x)
dx

38
Matematika Ekonomi

4. Aturan Diferensiasi untuk Fungsi dengan Satu Variabel


Proses penentuan derivatif dari suatu fungsi juga dikenal dengan
istilah diferensiasi. Suatu fungsi terdiri dari satu variabel bebas (single
independent variable) : y = k (fungsi konstan), y = xn, dan y = cxn (fungsi
pangkat). Misalkan suatu fungsi y = f(x), derivatif mencari berapa besar
perubahan y ketika terjadi perubahan x apabila perubahan x, yaitu x,
mendekati nol. Untuk menerapkan derivatif dalam konteks ekonomi,
terlebih dahulu perlu dipahami beberapa aturan diferensiasi.
a. Aturan Fungsi Konstan
Derivatif fungsi konstan y = k, atau f(x) = k, adalah sama dengan
nol, yakni nol untuk semua nilai x.
dy dk
0, f ' ( x) 0 atau
dx dx
d d d
y f ( x) k 0
dx dx dx
Bentuk d d
y mempunyai dua bagian. Pertama, bentuk
dx dx
merupakan simbol operator, yang memerintahkan untuk melakukan
operasi diferensiasi. Kedua, fungsi yang akan dioperasikan (yang
akan dideferensiasikan), y = f(x) = k.
Contoh :
dy
1) Apabila y = f(x) = 5 maka 0
dx
dy
2) Apabila y = f(x) = -13 maka 0
dx
b. Aturan Fungsi Linear
Derivatif fungsi linear y = a+bx, maka derivatifnya adalah b
yang merupakan koefisien dari x. Misalkan :

y a bx maka dy b
dx
Contoh :
dy
1) Apabila y = 5 + 6x maka 6
dx

39
Matematika Ekonomi

dy
2) Apabila y = -13 + 10x maka 10
dx
dy 10
3) Apabila y = -7 + (10/3)x maka
dx 3
dy
Yang perlu dicatat adalah derivatif mengukur tingkat
dx
perubahan dari fungsi atau kemiringannya. Untuk fungsi y = a +
bx, kemiringan fungsi linear adalah b. Nilai b adalah koefisien
dari variabel bebas dan b adalah konstanta.
c. Aturan Fungsi Pangkat
Derivatif fungsi pangkat y = f(x) = axn, adalah naxn-1. Derivatif
dari fungsi tersebut adalah :
1) Perkalian antara eksponen (n) dengan konstanta (a).
2) Selanjutnya, hasil perhitungan sebelumnya dikalikan dengan
x dengan dipangkatkan n-1.
Secara simbolis, hal ini dituliskan sebagai.
d n
ax nax n 1 atau f ' ( x) nax n1
dx
Contoh :
dy d 3
1) Derivatif y = x3 adalah x 3x 2
dx dx
dy d
2) Derivatif y = -13 + 10x4 adalah x 13 10 x 4 40 x 3
dx dx
dy d 1 d 3
3) Derivatif y = 1/x3 adalah x 3x 4
dx dx x dx

Latihan
1) Carilah derivatif dari : y = 7x5, dan w = 3u-1.
2) Carilah f(1) dan f(2) dari fungsi berikut :
y = f(x) = 18x, y = f(x) = -5x-2, dan f(w) = -3w-1/6.

40
Matematika Ekonomi

5. Aturan Diferensiasi yang Melibatkan Dua atau Lebih Fungsi dari


Variabel yang Sama
a. Aturan Penjumlahan Pengurangan
Derivatif penjumlahan (pengurangan) dari dua fungsi adalah
penjumlahan (pengurangan) dari derivatif dua fungsi. Misalkan
ada dua fungsi, f(x) dan g(x), maka derivatifnya adalah :
d d d
f ( x ) g ( x) f ( x) g ( x) f ' ( x) g ' ( x)
dx dx dx

Contoh :
1) Derivatif dari penjumlahan f(x) = 5x3 dan g(x) = 9x3, adalah :
dy d d d
5 x3 9 x3 5 x3 9 x3 15 x 2 27 x 2 42 x 2
dx dx dx dx
2) Derivatif dari f(x) = 5x3 dikurangi g(x) = 9x3, adalah :
dy d d d
5 x3 9 x3 5 x3 9 x3 15 x 2 27 x 2 12 x 2
dx dx dx dx
b. Aturan Hasil Kali
Derivatif dari hasil kali dua fungsi (yang dideferensiasikan)
adalah sama dengan fungsi yang pertama dikalikan derivatif
fungsi kedua ditambah fungsi kedua dikalikan derivatif fungsi
pertama.
d d d
f ( x) g ( x) f ( x) g ( x) g ( x ) f ( x )
dx dx dx
f ( x ) g ( x ) g ( x) f ( x)
' '

Atau
d
f ( x) g ( x) f ' ( x) g ( x) f ( x) g ' ( x)
dx

Contoh :
1) Carilah derivatif dari y = (2x + 3)(3x2).
Misalkan f(x) = 2x + 3 dan g(x) = 3x2. Selanjutnya f(x) 2
dan g(x) = 6x, maka derivatifnya adalah :

2 x 3 3x 2 2 x 3 6 x 3x 2 2 18 x 2 18 x
d
dx

41
Matematika Ekonomi

2) Carilah derivatif dari y = (2x 5)(3x4).


Misalkan f(x) = 2x 5 dan g(x) = 3x4. Selanjutnya f(x) 2
dan g(x) = 12x3, maka derivatifnya adalah :
2 x 5 3x 4 2 x 5 12 x3 3x 4 2 24 x 4 60 x3 6 x 4
d
dx
30 x4 60 x3
c. Aturan Hasil Bagi
Derivatif dari hasil bagi dua fungsi (yang dideferensiasikan)
adalah sama dengan derivatif fungsi yang berada pada pembilang
dikalikan fungsi yang berada pada penyebut dikurangi fungsi
yang berada pada pembilang dikalikan derivatif fungsi yang
berada pada penyebut, kemudian dibagi dengan fungsi yang
berada pada penyebut yang telah dikuadratkan.
d f ( x) f ' ( x) g ( x) f ( x) g ' ( x)

dx g ( x) g 2 ( x)
Contoh :
a. d 2 x 3 2( x 1) (2 x2 3)(1) 5 2
dx x 1 ( x 1) ( x 1)
b. d 5 x 5( x 1) 5 x(2 x) 5(1 x )
2 2

dx x 2 1 x2 1 x2 1
2 2

6. Aturan Diferensiasi yang Melibatkan Fungsi-fungsi dari Variabel


yang Berbeda
Untuk bentuk fungsi dari fungsi y = f(u) dimana u = g(x), maka
derivatifnya adalah derivatif fungsi pertama yang berkaitan dengan u
dikalikan dengan derivatif fungsi kedua berkaitan dengan x. Aturan ini
sering kali dikenal dengan aturan berantai atau chain rule, sering
disebut juga aturan fungsi komposit. Bentuk Chain Rule adalah :
dy dy du
.
dx du dx
Contoh :
a. Carilah derivatif dari z = 3y2, dimana y = 2x + 5.
dz dz dy
. 6 y(2) 12 y 12(2 x 5) 24 x 60
dx dy dx

42
Matematika Ekonomi

b. Carilah derivatif dari z = y 3, dimana y = x3.


1 3 x 2 3 x 2
dz
dx
c. Carilah derivatif dari y = u4, dimana u = 2x2 + 3.
. 4u 3 .4 x 16 xu 3 16 x 2 x 2 3
dy dy du 3

dx du dx

Contoh:
Jika f(x)= x3 + 7x, Carilah f(c)
Penyelesaian
f (c h) f (c)
f ' (c) lim
h0 h
[(c h) 3 7(c h)] (c 3 7c)
f ' (c) lim
h0 h
(3c 2 h 3ch 2 h 3 7h)
f ' (c) lim
h0 h
f ' (c) lim 3c 2 3ch h 2 7) 3c 2 7
h0

7. Diferensial Quotient / Diferensial Fungsi Aljabar


Secara umum diferensial quotient fungsi y = f(x) dilambangkan
dengan:
y f ( x x) f ( x)
lim x0
x x

Bentuk y inilah yang disebut dengan hasilbagi perbedaan atau


x
diferensial quotient, mencerminkan tingkat perubahan rata-rata variabel
terikat y terhadap variabel bebas x.
Contoh: Carilah turunan dari fungsi f ( x) 3x 2 x !
Turunan dari fungsi di atas, yaitu:
y 3x 2 x

y y 3( x x) 2 ( x x)
y y 3( x 2 2 xx (x) 2 ) x x

43
Matematika Ekonomi

y 3x 2 6 xx 3(x) 2 x x 3x 2 x
y 36 xx 3(x) 2 x
y 6 xx (x) 2 x
6 x 3x 1
x x
Dan turunan fungsinya, yaitu:
f ( x x) f ( x)
lim lim 6 x 3x 1 6 x 1
x0 x x0

Jadi turunan atau derivatif dari fungsi f ( x) 3x 2 x yaitu 6 x 1.


8. Diferensial Eksponensial
Bentuk umum untuk fungsi eksponensial yaitu F ( x) Pn ( x)eax ,
dengan Pn (x) merupakan polinomial berderajat n.
Langkah-langkah untuk menyelesaikan fungsi polinomial dalam
persamaan diferensial yaitu:
a. Tulis y p x S Pn ( x)e ax , dengan Pn (x) polinomial berderajat n
yang koefisien-koefisiennya berupa variabel yang akan ditentu-
kan nilainya dan s bilangan bulat tak negatif yang akan di-
tentukan kemudian.
b. Perhatikan penyelesaian persamaan diferensial homogen yang
bersesuaian ( yc ) . Jika ( yc ) tidak memuat bentuk y p yang diambil
dalam langkah (a) yaitu s 0 . Tetapi, jika ( yc ) memuat bentuk
y p yang diambil dalam langkah (a) maka s diambil lebih besar
satu dari derajat yc .

c. Jika bentuk y p sudah ditentukan maka koefisien-koefisien dalam


y p dicari dengan menderivatifkan y p dan mensubstitusikan ke
dalam persamaan deferensialnya.
Dibawah ini akan dijelaskan tentang deferensial polinomial pada
Contoh 2.

d2y dy
Contoh 2: Selesaikan persamaan 2
3 2 y 4e3 x .
dx dx
Penyelesaian:
Persamaan karakteristiknya, yaitu: m2 3m 2 0 , sehingga
diperoleh akar-akar karakteristiknya yaitu m1 1 , m2 2 dan

44
Matematika Ekonomi

yc c1e x c2e2 x . Selanjutnya, diambil y p x S Ae 3 x . Karena tidak


memuat bentuk seperti pada y p maka s diambil 0 . Berarti, y p Ae 3 x ,
y p ' 3 Ae 3 x , y p ' ' 9 Ae 3 x . Dengan mensubstitusikan kedalam persamaan
diferensial diperoleh nilai A = 2 sehingga y p 2e3 x . Jadi, penyelesaian
umum persamaan diferensial di atas, yaitu:
yc c1e x c2e2 x 2e3 x
9. Diferensial Logaritma
Fungsi logaritma secara umum didefinisikan sebagai In xe log x .
Jika u adalah fungsi x yang dapat didefinisikan maka:
dy 1 a du
a. y a log u y' log e
dx u dx
dy 1 du
b. y Inu
dx u dx
Bukti:
y a log u
dy a
log( u h) a log u
lim
du h0 h
dy a
log( u h)
lim
du h0 h
h
a
log(1 )
dy u
lim
du h0 h
h
a
log(1 )
dy u
lim
du h0 uh
h
a
log(1 )u / h
dy u
lim
du h0 u
a
dy log e
lim
du h 0 u
dy a log e

du u

45
Matematika Ekonomi

10. Diferensial Parsial


Jika fungsi implisit terdiri 2 variabel atau lebih, misalnya
f ( x, y) c atau f ( x, y, z,...) 0 f (x,y,z,) = 0 maka turunan fungsi
ini dapat ditentukan melalui turunan parsial atau diferensial parsial
Jika f ( x, y) c , maka turunan parsialnya:
f : turunan parsial ke x , dimana variabel y dianggap tetap fx
x
f : turunan parsial ke y , dimana variabel x dianggap tetap fy
x

x3 2 x 2 y xy 2 6 x 3 y 7 , maka:
f
3x 2 4 xy 4 y 2 6 0
x
f
0 2 x 2 2 xy 0 3 0
x

Berdasarkan perhitungan diferensial parsial maka y dari fungsi


x
implisit f ( x, y) c dapat dihitung dengan fx.dx fy.dy 0 sehingga :
y fy

x fx

Diperoleh hasil:
dy 3x 2 4 xy 4 y 2 6

dx 2 x 2 2 xy 3

11. Diferensial Fungsi Tersusun


Misal y f (x) dimana u g (x) , menentukan fungsi tersusun
y ( fog )( x) f ( f ( x)) dan apabila g mempunyai turunan di x , dan f
mempunyai turunan di u g (x) maka turunan fungsi komposisi
( fog )( x) ditentukan dengan rumus :

( fog )' ( x) f ' ( g ( x).g ' ( x)) atau dy dy . du


dx du dy
Rumus ini dikenal dengan nama aturan rantai.
Contoh : Tentukan turunan dari f ( x) (2 x3 4)7

46
Matematika Ekonomi

Jawab :
u 2 x 3 4 maka u' 6 x 2
f ( x) u 7 maka f ' ( x) 7u 2u'
Jadi f ( x) 42 x 2 (2 x3 4)7
12. Diferensial Total
Diferensial total dari Z f ( x, y) dinyatakan sebagai :
Z Z
dZ .dx .dy
x y
Contoh :
Z x 2 y 2 dan y x 3
dy
dZ 2 xdx 2 y
dx
dy
3x 2
dx
dZ (2 xdx 2 y.3x 2 )dx
Jika terdapat z f ( x1, x2 ,..., xn ) maka:
Z Z Z
dZ .dx1 .dx2 ... .dxn
x1 x2 xn

B. Integral
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki sifat
universal, di mana matematika ini memiliki peran penting di semua
bidang ilmu pengetahuan. Melalui perkembangan penalaran dan
abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, peng-
ukuran dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-
benda fisika. Matematika secara praktis menjadi salah satu kegiatan
manusia sejak adanya rekaman tertulis. Kini, matematika digunakan di
seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu
alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan
psikologi.
Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan
pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan mem-
buat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang
mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya

47
Matematika Ekonomi

baru, seperti statistika dan teori permainan. Para matematikawan juga


bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkem-
bangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran,
meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika
murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian. Salah satu cabang dari
ilmu matematika yang patut dipelajari adalah integral.
Integral adalah lawan dari proses diferensial. Integral terbagi atas
beberapa jenis yaitu integral tentu dan integral tak tentu. Perbedaan antara
integral tertentu dan integral tak tentu yaitu jika integral tertentu memiliki
batasan-batasan, integral tak tentu tidak memiliki batasanbatasan.
Penguasaan mata pelajaran matematika khususnya mengenai integral bagi
peserta didik juga berfungsi membentuk kompetensi program keahlian.
Dengan mengajarkan matematika khususnya dalam hal integral diharapkan
peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan
mengembangkan diri di bidang keahlian dan pendidikan pada tingkat
yang lebih tinggi.
1. Integral Tak Tentu
Integral tak tentu adalah operasi balikan dari turunan atau dari
pendiferensialan.
Definisi
Dikatakan bahwa F adalah anti turunan dari f pada selang s , jika
d
( f ) f pada selang s , yakni jika F ' ( x) f ( x) untuk semua x
dx
dalam selang s .
Perhatikan beberapa turunan di bawah ini :
F ( x) x3 8 turunannya F ' ( x) 3x 2
F ( x) x3 12 turunannya F ' ( x) 3x
2

F ( x) x 3 3 turunannya F ' ( x) 3x
2

Dapat kita lihat anti turunan dari 3x 2 adalah x 3 8 atau x 3 12


atau x 3 3 . Untuk ketiga jawaban tersebut hanya berbeda pada
konstantanya, jadi dapat kita perumum bahwa anti turunan dari 3x 2
adalah x 3 c dimana c adalah konstanta real sembarang. Secara umum
untuk menyatakan integral tak tentu dari f (x) ditulis sebagai berikut:

f ( x)dx F ( x) c
di mana f (x) disebut integran dan c konstanta sembarang.

48
Matematika Ekonomi

2. Sifat-Sifat Integral Tak Tentu


Andaikan f dan g mempunyai anti turunan (integral tak tentu) dan
andaikan adalah suatu konstanta, maka :

a. kf ( x)dx k f ( x)dx
b. [ f ( x) g ( x)dx f ( x)dx g ( x)dx
3. Rumus-Rumus Integral Tak Tertentu
1
x dx n 1 x
n1
a. n
C , n 1

b. kdx kx C
1
c. x dx ln x C
e dx e C
x x
d.

ax
a dx C
x
e.
Ina
dx
f. 1 x 2
sin 1 x C

dx
g. 1 x 2
tgn 1 x C

dx
h. x x 1
2
sec1 x C

49
Matematika Ekonomi

50
Matematika Ekonomi

BAB V
PENERAPAN GRAFIK DAN PERSAMAAN
DALAM ILMU EKONOMI
Lingkup Relatif Grafik dan Persamaan
Teori Permintaan dan Teori Perilaku Konsumen
A. Teori Permintaan
Teori permintaan konsumen bermula dari teori perilaku konsumen
dan teori perilaku konsumen bertitik tolak dari aksioma preferensi atau
fungsi utiliti. Dalam perkembangan selanjutnya, teori perilaku konsumen
ditandai dengan generalisasi konsep utiliti. Pada hakekatnya permintaan
konsumen terhadap sesuatu jenis komoditas mencerminkan posisi
keseimbangan konsumen yang telah mempertimbangkan berbagai tujuan
untuk mencapai utiliti maksimum dengan jumlah pendapatan yang
tersedia. Seorang konsumen dikatakan berada dalam posisi keseimbangan
apabila pendapatannya telah dialokasikan kepada pembelian barang-
barang yang memberikan utiliti maksimum.
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
barang yang diminta dan harga, dan juga menerangkan sifat dari
permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa). Berdasarkan
ciri hubungan antara jumlah barang yang diminta dan harga dapat dibuat
grafik kurva permintaan. Hal ini menerangkan ciri hubungan antara
jumlah barang yang diminta dan harga serta pembentukan kurva
permintaan. Permintaan seseorang terhadap suatu komoditas ditentukan
oleh banyak faktor, yaitu: 1) harga komoditas itu sendiri, 2) harga
komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut, 3) pen-
dapatan, 4) cita rasa masyarakat, 5) keadaan di masa yang akan datang,
dan lain-lain. Tujuan teori permintaan adalah untuk menentukan berbagai
faktor yang mempengaruhi permintaan. Permintaan mempunyai hubungan
multivariat yang ditentukan oleh banyak faktor secara simultan
(Koutsoyiannis, 1994).

51
Matematika Ekonomi

Permintaan adalah berbagai jumlah komoditas (barang dan jasa)


yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu.
Permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu pendapatan yang
terbatas sementara keinginannya adalah untuk mencapai kupuasan
maksimal dengan jalan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa
sebanyak-banyaknya (Joesron & Fathorrozi, 2003).
Dalam penelitian ini, permintaan yang diestimasi adalah permintaan
pariwisata yang diproduksi dengan jumlah kunjungan wisatawan yang
diasumsikan sebagai barang konsumsi atau produk akhir. Oleh karena itu,
fungsi permintaan yang digunakan adalah fungsi permintaan Marshallian
yang diperoleh dari derivasi maksimum utiliti konsumen dengan mem-
perhatikan kendala pendapatan konsumen kunjungan wisata. Kemudian
dalam fungsi permintaan tersebut dimasukkan juga faktor-faktor lain
yang diduga mempengaruhi permintaan pariwisata.
Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang lebih umum,
permintaan diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap
barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun
dalam praktik, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan adanya
permintaan atas sejumlah barang yang diikuti dengan kekuatan membeli
(purchasing power). Karena jika keinginan (wants) diikuti dengan
kekuatan untuk pembelian, maka keinginan akan berubah menjadi
permintaan (Yoeti, 2008), jadi :
Demand = Wants + Purchasing Power ............................................ . (5.1)
Dengan kata lain, permintaan dapat diartikan sebagai hubungan
fungsional yang menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan
harga tertentu pada waktu tertentu. Permintaan sebagai suatu konsep
mengandung pengertian bahwa berlaku terhadap tiga variabel yang saling
mempengaruhi, yaitu kualitas produk (product quality), harga (price),
manfaat produk (product benefit) yang sangat mempengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian kebutuhannya. Salah satu faktor yang paling
mempengaruhi adalah harga. Bila harga suatu barang dianggap rendah
dari yang biasanya berlaku, maka dengan sendirinya permintaan akan
meningkat melebihi permintaan yang biasa terjadi. Sebaliknya bila harga
naik, ada kecenderungan konsumen hanya membeli sekedar yang
dibutuhkan saja dan tidak terjadi membeli lebih banyak yang dibutuhkan.
Dalam ilmu ekonomi, hukum permintaan mengatakan bahwa terjadi
hubungan timbal balik antara barang dan jasa yang diminta dengan harga,
jika faktor lain tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Dalam hal ini,
hukum permintaan mengatakan: Jika harga suatu barang atau jasa (good and
service) harganya mengalami kenaikan, sedangkan harga yang lainnya tetap
tidak mengalami perubahan atau sama, maka konsumen cenderung
melakukan substitusi, yaitu mengganti barang dan jasa itu dengan barang dan
jasa yang lain yang harganya lebih murah.

52
Matematika Ekonomi

Hukum permintaan terutama memperhatikan sifat hubungan antara


harga sesuatu barang dengan jumlah barang yang diminta. Sedangkan
dalam kenyataan yang sebenarnya seperti sudah disampaikan di atas yaitu
banyaknya permintaan terhadap sesuatu barang juga ditentukan oleh
banyak faktor lain. Oleh sebab itu, untuk melengkapi analisis mengenai
teori permintaan adalah perlu untuk menganalisis bagaimana faktor
penting lainnya dapat mempengaruhi permintaan.
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara
permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan
pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin
rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap
barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. (Mc. Eacheen, 2000:
46). Hukum permintaan direpresentasikan dalam grafik yang disebut
kurva permintaan, yang disajikan pada Gambar 5.1.

Px

P2

P1
D

0
Q Q1
Qx
2
Sumber : Salvatore, 1996:16

Gambar 5.1. Kurva Permintaan

Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis-jenis barang


lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : (i). barang lain itu
merupakan pengganti, (ii). barang lain itu merupakan pelengkap,
(iii). Kedua barang tidak mempunyai kaitan sama sekali. Fungsi
permintaan merupakan sebuah representasi yang menyatakan bahwa
jumlah barang yang diminta tergantung pada harga, pendapatan dan
preferensi.
Jumlah barang yang diminta Dx=f (P x, P y, I, preferensi).................. (5.2)
Sumber: Nicholson, 2002:1.

53
Matematika Ekonomi

B. Teori Utiliti
Salah satu tujuan utama ilmu ekonomi adalah untuk menjelaskan
dasar-dasar perilaku konsumen, dalam menjelaskan tentang perilaku
konsumen bersandar pada dasar pemikiran pokok bahwa orang cenderung
memilih barang-barang dan jasa-jasa yang nilainya paling tinggi. Untuk
menentukan perilaku konsumen dalam memilih kombinasi barang-barang
dan jasa-jasa yang akan dikonsumsinya melalui fungsi permintaan
dengan batasan yang sesuai dengan kemampuan anggarannya (budget
constraints). Dari pertentangan antara konsep kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) yang melekat pada diri seseorang terhadap suatu
barang/jasa muncul ukuran yang mencerminkan tingkat kepuasan
seseorang dalam mengkonsumsi barang/jasa yang bersangkutan, yang
dalam perkembangannya dikenal dengan ukuran utiliti dan preferensi.
Guna menjelaskan cara konsumen melakukan pilihan di antara berbagai
kemungkinan, para pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan
mengenai utiliti (Samuelson, 1992: 101).
Utiliti (utility) didefinisikan sebagai tingkat kepuasan tertentu yang
diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang
tertentu. Jika X1, ... Xn menunjukkan barang-barang yang dikonsumsi
oleh konsumen, maka fungsi utiliti dapat dituliskan sebagai U(X 1, ... Xn).
(Yogianto Hartono, 2002 : 111). Utiliti tidak perlu diidentifikasi melalui
fungsi psikologis ataupun daya perasaan yang dapat diamati atau diukur
secara persis, melainkan utiliti merupakan konsep ilmiah yang digunakan
oleh para pakar ekonomi untuk memahami bagaimana konsumen secara
rasional membagi sumber daya yang terbatas di antara berbagai komoditi
yang memberi kepuasan (Samuelson, 1992 : 101).
Pada awalnya, fungsi utiliti ini dipandang sebagai pengukur kardinal
dari kepuasan yang diterima konsumen. Suatu utiliti dikatakan kardinal
indeks, jika item-item yang membentuk indeks ini dapat diukur secara
obyektif dan dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya. Karena utiliti
sifatnya tidak dapat diobservasi (unobservable), sejak akhir abad ke-19,
pengukuran kardinal sudah ditinggalkan. Utiliti sekarang diukur secara
ordinal, yaitu diukur sebagai jenjang dari seikat komoditi (commodity
bundle) tanpa melihat intensitas kepuasan dari isi masing-masing item
yang membentuk ikatan tersebut. Misalnya X adalah seikat komoditi
yang terdiri dari item-item X1, ... Xn dan Y adalah ikatan komoditi yang
terdiri dari item-item Y1, ..., Yn. Untuk dua buah ikatan ini, yaitu X dan
Y, konsumen dapat menentukan pilihannya berdasarkan jenjangnya.
Misalnya X lebih disukai daripada Y (X>Y) atau Y lebih disukai
daripada X ( X Y ) atau X dan Y sama-sama suka ( X Y ) . Fungsi utiliti
kemudian dapat dibentuk sebagai suatu indeks, yaitu U(X) = U(X 1, ... Xn)

54
Matematika Ekonomi

untuk utiliti dengan indeks X dan U(Y) = U(Y1, ..., Yn) untuk utiliti
dengan indeks Y. Kedua utiliti ini kemudian dapat dibandingkan secara
ordinal, yaitu sebagai U ( X ) U (Y ) atau U ( X ) U (Y ) atau U ( X ) U (Y ) .
Konsumen melakukan konsumsi untuk mendapatkan utiliti. Setiap
konsumen diasumsikan menyukai konsumsi lebih daripada konsumsi
kurang. Asumsi ini dapat diartikan bahwa marginal utiliti dari konsumsi
adalah positif, yaitu menambahkan konsumsi akan meningkatkan utiliti.
Asumsi lain adalah bahwa marginal utiliti dari konsumsi sifatnya menurun,
yaitu peningkatan utiliti untuk konsumsi yang sama akan semakin lebih kecil
dari sebelumnya (Hartono, 2002: 111). Dari konsep utiliti tersebut dapat
diturunkan kurva permintaan (Samuelson, 1992: 101).
Christensen, et al (1975: 367) mengemukakan bahwa titik awal dan
studi permintaan konsumen adalah fungsi permintaan yang meng-
gambarkan bahwa jumlah barang yang dikonsumsi adalah fungsi dari
total pendapatan dan harga barang yang dinyatakan dalam bentuk
maksimisasi utiliti. Demikian juga Cooper dan McLaren (1992: 653)
menyatakan bahwa titik tolak teori permintaan adalah fungsi utiliti,
dimana fungsi permintaan dapat diderivasi atau diturunkan dari fungsi
utiliti.
Fungsi permintaan yang diderivasi dari fungsi utiliti disebut fungsi
permintaan Marshallian, yang pertama sekali diperkenalkan oleh Alfred
Marshall seorang ekonom Inggris pada tahun 1890 (Hartono, 2002: 126).
Fungsi permintaan Marshallian ini merupakan permintaan (demand)
terhadap barang oleh konsumen dengan menganggap penghasilan uang
konsumen konstan, sehingga fungsi ini disebut juga istilah Marshallian
(money-income held constant) demand equation (Clements, et al, 1996:
64), atau consumers ordinary demand function (Henderson & Quant,
1980: 18; McLaren, 1982: 393; Haneman, 1991: 636).
Fungsi permintaan Marshallian dapat diperoleh dari derivasi
maksimisasi utiliti dengan pembatas atau kekangan atau kendala
(constraint) pendapatan konsumen. Derivasi fungsi permintaan ini
mempunyai beberapa properti atau restriksi seperti : homogenity, Euler
theorema, Roys identity, symetry and negativity (Slutsky condition),
additivity (Engel aggregation), homotheticity, Sheppards lemma
(Christensen, 1975; chambers and McConnell, 1983; cooper & McLaren,
1992; Clements et.al, 1996; Hartono, 2002).
Untuk mendapatkan fungsi permintaan yang diperoleh dari fungsi
utiliti dengan kendala pendapatan konsumen yang ada, maka formulasi
sistem persamaan adalah sebagai berikut (Hartono, 2002 : 126) :
Memaksimumkan: U U ( X1 , X 2 ,..., X n ) ........................................... 5.3

55
Matematika Ekonomi

Kendala: p1 X 1 , p2 X 2 ,..., pn X n ) Y ................................................... 5.4


Dimana Xn adalah kuantitas barang-n yang dibeli konsumen, pn
adalah harga barang-n dan Y adalah pendapatan konsumen. Penyelesaian
maksimasi ini dapat dilakukan dengan metode Lagrange Multiplier ()
persamaan Lagrange sebagai berikut :
U ( X1 ,..., X n ) (Y p1 X1 p2 X 2 .......n X n ) ................... 5.5

Turunan pertama sama dengan nol terhadap X 1 , X 2 ,..., X n dan


terhadap adalah sebagai berikut :
U
p1 0 ................................................................ (5.6)
X 1 X 1
U
p2 0 ..................................................................... (5.7)
X 2 X 2
U
pn 0 .................................................................... (5.8)
X n X n

Y pv . X 1 ... pn . X n 0 ................................................... (5.9)

Persamaan (5.6) sampai dengan (5.9) dapat dituliskan sebagai


berikut :
1 U1 p1 0 ...................................................................... 5.10
2 U 2 p2 0 ............................................................................ 5.11
n U n p2 0 ........................................................................... 5.12
Y p1. X1... pn . X n 0 .......................................................... 5.13
Turunan kedua untuk masalah maksimasi dengan kendala adalah
determinan matrik bordered Hessian bernilai positif, sebagai berikut :
11 12... 1n 1
12 22... 2 n 2
B 0 .................................................................. 5.14
n1 n 2 ... nn n
1 2 ... n

56
Matematika Ekonomi

Nilai dari masing-masing turunan kedua dari fungsi Lagrange adalah :

2 2U
11 U11
X 12 X 12

2 2U
12 U12
X 1 X 2 X 1 X 2

2 2U
1n U1n
X X n X 1 X n

2
1 p1
X 1

2 2U
21 U 21
X 2 X 1 X 2 X 21

2 2U
22 U 22
X 22 X 22

2 2U
2n U 2n
X 2 X n X 1 X n

2
2 p2
X 2

2 2U
n1 U n1
X n X 1 X n X 1

2 2U
n2 U n2
X n X 2 X n X 2

2 2U
nn Unn
X n2 X n2

2 2U
n pn
X n X X n
Selanjutnya matrik bordered Hessian dapat ditulis :

57
Matematika Ekonomi

U11U12...U1n p1
U 21U 22...U 2 n p1
B 0 ....................................................... 5.15

U n1U n 2 ...U nn pn
Dari persamaan (2.10) sampai dengan (2.12) dapat diperoleh nilai
sebesar :
U1

p1
U2

p2
Un

pn
Dengan menyamakan nilai dapat diperoleh :
U1 U 2 U
... n ............................................................ 5.16
p1 p2 pn
atau

Ui U j
untuk i, j 1,2,..., n .................................................. 5.17
pi pj
atau
U i Pi
........................................................................................... 5.18
U j Pj

Rasio U i adalah marginal rate of substitution (MRS) antara barang


Uj
i dan j . Rasio Pi disebut dengan economic rate of substitution antara
Pj
barang i dan j . Maksimasi menunjukkan bahwa nilai kedua rasio substitusi
ini adalah sama. Rasio ini juga dikenal sebagai equal marginal principle
dari teori pemaksimuman utilitas, yang berarti konsumen akan berada
pada posisi keseimbangan jika rasio antara utiliti marginal dan harga
masing-masing barang yang dikonsumsi adalah sama dan harus sama
dengan utilitas marginal pendapatan (Pindyck and Rubinfeld, 1992: 87).

58
Matematika Ekonomi

Dengan mensubstitusikan nilai U1 yang diperoleh dari persamaan


(5.16) ke persamaan (5.13) atau ke kendala masalah maksimisasi ini,
maka fungsi permintaan Marshallian untuk barang X1 dapat diperoleh,
yaitu :
X *1 X 1M ( p1 ,..., pn , Y ) ................................................................. 5.19
Fungsi permintaan ini merupakan fungsi dari harga barang pi dan
pendapatan Y.
Fungsi permintaan Marshallian mempunyai restriksi homogeneity of
degree 0 terhadap pi dan Y. Homogeneity of degree 0 ini mempunyai arti
bahwa bila harga barang pi dan Y berubah dengan tingkat yang sama,
permintaan barang Xi tidak berubah. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk membuktikan restriksi ini :
Pertama, kalikan semua nilai p dan Y dengan nilai t, sehingga fungsi
kendala pendapatan menjadi t. p1. X1 t. p2 . X 2 t. y . Dengan membagi
fungsi kendala ini dengan t, maka akan diperoleh fungsi kendala seperti
semula. Konsekuensinya, turunan pertama dan turunan kedua dari
maksimimasi utiliti dengan kedua fungsi kendala tersebut juga akan
sama. Maksimumkan fungsi utiliti U X 1.X 2 dengan kendala
t. p1. X1 t. p2 . X 2 t. y , maka akan didapatkan fungsi permintaan Marshallian
Y dan Y . Ini berarti bahwa permintaan Marshallian
X *1 X *2
2 p1 2 p2
mempunyai homogeneity of degree 0 terhadap p dan Y.
Kedua, dengan mengalikan Y dan pi dengan nilai t pada fungsi
permintaan Marshallian, misalnya X *1 ( p1.Y ) Y . Dengan mengalikan-
2 p1
nya nilai t akan diperoleh : X *1 (tp1.tY ) t.Y Y . Dengan demikian
2t. p1 2 p1
terbukti bahwa:
Y . Hasil ini menunjukkan bahwa fungsi
X *1 ( p1 .Y ) X *1 (tp1 .tY )
2 p1
permintaan Marshallian mempunyai homogeneity of degree 0 terhadap p
dan Y.
Ketiga, teorema Euler dapat juga digunakan untuk membuktikannya.
Untuk homogenitas derajat-r, teorema Euler menyatakan :
X *1 X *1
p1 Y r. X *1 ( p1 , Y ) . Untuk homogenitas derajat 0, maka
M
X *1 X *1
teorema Euler dapat ditulis: .p .Y 0 . Besarnya turunan
p1 Y

59
Matematika Ekonomi

X *1 Y
pertama X *1 ( p1 , Y ) Y terhadap p1 dan Y adalah : 2 dan
2 p1 p1 2 p1
X *1 1
, sehingga :
Y 2 p1
X *1 X *1 Y 1 Y Y
. p1 .Y 2 p1 .Y 0
p1 Y 2 p1 2 p1 2 p1 2 p1
Hal ini sesuai dengan Teorema Euler yang menunjukkan bahwa
fungsi permintaan Marshallian mempunyai homogeneity of degree 0
terhadap p dan Y.
Fungsi permintaan Marshallian dapat juga diperoleh dari fungsi
utiliti tidak langsung (indirect utility functions) dengan menggunakan
Roys identity. Fungsi utiliti dan fungsi utiliti tidak langsung mempunyai
hubungan dualitas (duality). Berndt, et al, 1997: 651; Deaton, 1979: 393;
Kay, 1979: 602; Diewert, 1980: 595; McLaren, 1982: 392; Chambers &
McConnel, 1983: 596 ) atau two polar case (Hanemann, 1991: 636 ).
Fungsi utiliti tidak langsung (indirect utility function) diperoleh
dengan mensubstitusikan fungsi permintaan Marshallian ke dalam fungsi
utiliti. Misalnya, dengan mensubstitusikan fungsi permintaan
X M ( p1 ,...,pn ,Y ) ke dalam fungsi U ( X 1 ,...,X n ) , maka diperoleh
U * ( p1 ,...,pn ,Y ) . Hasil dari substitusi ini merupakan fungsi utiliti tidak
langsung, yang dinyatakan dengan :
V ( p1 ,...,pn ,Y ) U * ( p1 ,...,pn ,Y ) [ X M ( p1 ,...,pn ,Y ),...X n ( p1 ,...,pn ,Y )] (5.20)

Jika multiplier Lagrange () menunjukkan hubungan tingkat


perubahan utiliti maksimum terhadap pendapatan atau U * , maka ada
Y
hubungan lain mengenai hubungan tingkat perubahan utilitas maksimum
terhadap harga barang-barang , yaitu U * . Dari persamaan Lagrange :
Y
U(X1 ,...Xn ) (Y - p 2 X 2 - ..........- p n X n ) dan dengan menggunakan
teorema amplop (envelope theorem) (Chambers & McConnell, 1983:
U *
596), dapat diperoleh M . X iM . Hasil ini dikenal dengan Roys
Pi
identity. Identitas ini sangat penting, karena fungsi permintaan
Marshallian dapat diperoleh dari identitas ini. Artinya, jika fungsi utiliti
tidak langsung diketahui, maka fungsi permintaan Marshallian dapat
diperoleh.
Fungsi utiliti tidak langsung mempunyai restriksi sebagai berikut :

60
Matematika Ekonomi

1. Tidak meningkat terhadap harga-harga barang, yaitu jika :


pi1 pi , maka U*( pi1,Y) U*(pi , Y)
2. Tidak menurun terhadap Y, yaitu Y1 >Y, maka U*( pi1,Y) U*(pi , Y)
3. Bersifat homogenius of degree 0 terhadap p dan Y, sebagai berikut :
U*(t.p,t.Y) = U*(pi , Y)
4. U*(pi , Y) bersifat quast-convex terhadap p.
Fungsi permintaan dapat juga diderivasi dari fungsi pengeluaran
yang disebut dengan fungsi permintaan Hicksian atau disebut juga
income-compensated demand function. Fungsi permintaan Hicksian dapat
diperoleh dari proses minimisasi pengeluaran dengan kendala utiliti yang
diinginkan, sehingga disebut dengan fungsi pengeluaran (expenditure
function). Fungsi pengeluaran ini menunjukkan minimum (Y) yang
merupakan pengeluaran minimum yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan utiliti U dengan harga p. Dengan masalah minimisasi
pengeluaran maka dapat dinyatakan :
Minimumkan : Y p1 X1 ... pn X n ................................................ 5.21
Kendala : X X1 ... X n ...................................................... 5.22
Penyelasaian minimisasi ini dapat diperoleh dengan persamaan
Lagrange : p1 X i ... p n X n (U U ( X1 ,...,X n )) Dan setelah men-
dapatkan turunan pertama dan kedua terhadap X1, Xn dan , maka
fungsi permintaan Hicksian dapat dinotasikan sebagai : X i* (p,U) atau
XiH (p,U). Fungsi permintaan Hicksian merupakan fungsi permintaan
input pada kondisi optimal, yaitu :
X *i X iH ( pi ,U ) ............................................................................... 5.23

Selain fungsi permintaan Hicksian diperoleh dari proses minimisasi


fungsi pengeluaran, maka fungsi ini dapat juga diperoleh dari Sheppard
lemma.
Sheppard lemma untuk fungsi pengeluaran minimum diperoleh dari
turunan pertama fungsi pengeluaran minimum terhadap faktor harganya,
di mana fungsi pengeluaran minimum dinyatakan sebagai:
e ( p1 ... pn ,U ) , sehingga :

e( p1 ,...,pn ,U )
X iH ( p1 ,...,pn ,U ) ...................................................... 5.24
pi

Beberapa restriksi dari fungsi permintaan Hicksian adalah :

61
Matematika Ekonomi

1. Meningkat searah dengan U . Jika U meningkat maka pengeluaran


juga meningkat untuk mendapatkan utilitas yang lebih besar.
2. Tidak menurun terhadap harga p . Jika harga baru p meningkat dari
harga sebelumnya p , maka pengeluaran baru tidak akan menurun.
3. Mempunyai homogenitas derajat l terhadap p .

4. Fungsi pengeluaran e ( p1 ... pn ,U ) berbentuk convex terhadap p .

C. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan


Secara teoritis, derivasi fungsi permintaan menunjukkan pengaruh
perubahan tingkat harga barang terhadap jumlah barang yang diminta.
Pengaruh perubahan ini akan menimbulkan dua efek, yaitu efek substitusi
dan efek pendapatan (Sugiarto, dkk, 2005 : 179). Hipotesis maksimisasi
utilitas menyatakan bahwa untuk barang normal, turunnya harga barang
akan meningkatkan jumlah barang yang dibeli, karena : (1) efek substitusi
menyebabkan jumlah barang yang dibeli akan lebih banyak sehingga
utilitas konsumen bergerak sepanjang kurva indiferen, (2) efek
pendapatan menyebabkan jumlah barang yang dibeli lebih banyak karena
harga menurun sehingga meningkatkan daya beli. Dengan demikian
utilitas konsumen bergerak ke kurva indiferen yang lebih tinggi
(Nicholson, 2005: 128).
Secara umum efek substitusi menyatakan bahwa apabila harga
suatu barang naik, maka konsumen akan cenderung mengganti konsumsi
barang tersebut dengan barang lain yang harganya lebih murah dalam
rangka mencapai kepuasan yang diinginkan tetapi dengan anggaran yang
lebih rendah. Sedangkan efek pendapatan menyatakan bahwa efek
perubahan harga terhadap pendapatan riil. Apabila harga meningkat dan
pendapatan nominal tetap, maka pendapatan riil menurun dan cenderung
akan membeli lebih sedikit hampir semua jenis barang. (Samuelson,
1992 : 107). Penjelasan efek substitusi dan efek pendapatan pada kondisi
perubahan harga disajikan pada Gambar 5.2.

62
Matematika Ekonomi

Barang Y

U1

U2
Y1 A

C
Y2
D B

I2
I1
0
X1 E X2 Barang X

Efek Subtitusi Efek Pendapatan


Efek Total

Sumber : Pyndick & Rubinfield ,1992

Gambar 5.2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan Untuk Barang Normal

Turunnya harga mempunyai efek substitusi dan efek pendapatan.


Konsumen mula-mula ada titik A pada garis anggaran l1. Efek substitusi
merupakan konsumsi barang X yang diasoasikan dengan perubahan harga
barang X, dengan tingkat utilitas dijaga agar tetap konstan. Efek ini
adalah perubahan dalam konsumsi barang X yang terjadi akibat
perubahan yang membuat barang X relatif lebih murah daripada
barang Y. Substitusi ini ditandai oleh gerakan sepanjang kurva indiferen.
Dalam gambar A efek substitusi diperoleh pada garis anggaran yang
sejajar dengan garis anggaran baru l2 (yang mencerminkan harga yang
relatif murah, yaitu harga X), tetapi menyinggung kurva indferen awal U1
(menjaga supaya tingkat utilitas tetap konstan). Garis anggaran baru (l2)
menggambarkan kenyataan bahwa pendapatan nominal dikurangi untuk
mengisolasikan efek substitusi. Dengan garis anggaran ini, konsumen

63
Matematika Ekonomi

memilih kombinasi D dan mengkonsumsi barang X sebesar OE. Dengan


demikian garis X1E merupakan efek substitusi, yang selalu menuju ke
peningkatan dalam permintaan jumlah barang X.
Efek pendapatan merupakan konsumsi barang yang disebabkan oleh
peningkatan daya beli dengan harga barang X tetap konstan. Dalam
gambar A, efek pendapatan dilihat dari garis enggaran imajiner yang
melewati titik D ke garis anggaran baru (l2). Konsumen memilih
kombinasi titik B pada kurva indiferen U2 (karena harga barang X yang
lebih rendah telah menaikkan tingkat utilitas konsumen). Peningkatan
konsumsi barang X dari OE ke OX2 merupakan efek pendapatan yang
positif karena barang X adalah barang normal (konsumen akan membeli
lebih banyak karena pendapatan meningkat). Oleh karena mencerminkan
gerakan dari kurva indiferen ke kurva lain, maka efek pendapatan
mengukur perubahan daya beli konsumen. Efek total dari perubahan
harga, secara teoritis merupakan penjumlahan efek substitusi dan efek
pendapatan.
Efek substitusi dan efek pendapatan dapat juga dijelaskan dengan
menggunakan compensated demand Curve (Hicksian demand Curve) dan
uncompensated demand Curve (Marshallian demand Curve) (Nicholson,
2005 : 135). Compensated demand Curve menunjukkan hubungan antara
harga suatu barang dan jumlah yang diminta dengan asumsi bahwa harga
barang lain dan tingkat utilitas adalah konstan. Secara metematis, fungsi
compensated demand dinyatakan sebagai berikut :
x xc ( p x , p y ,U ) ................................................................................ 5.25

Hubungan compensated demand Curve dan uncompensated demand


Curve disajikan pada Gambar 5.3

64
Matematika Ekonomi

Harga

U1

Y1

Y2
x (Px, Py, I)
x' (Px,Py, U)

0 X X X** X Barang X
X*

Sumber : Nicholson, 2005

Gambar 5.3. Kurva Compensated Demand dan Uncompensated Demand

Pada titik kombinasi px dan x kedua kurva saling berpotongan


karena pada tingkat harga tersebut pendapatan konsumen cukup untuk
memperoleh utilitas tertentu. Dengan asumsi barang x adalah normal,
maka pada saat harga px (dibawah px) jumlah barang x yang diminta
lebih sedikit pada sepanjang kurva xc (compensated demand Curve)
dibanding dengan kurva x (uncompensated demand Curve). Sedangkan
untuk harga di atas px (misalnya px) kompensasi pendapatan adalah
positif karena konsumen perlu untuk memperhatikan utilitasnya. Dengan
asumsi barang x adalah barang normal, maka pada saat harga px jumlah
barang x yang diminta lebih banyak pada kurva xc dibanding dengan
kurva x.
Dengan demikian, secara umum untuk barang normal dapat
dikatakan bahwa compensated demand Curve kurang responsif terhadap
perubahan harga dibanding dengan uncompensated demand Curve. Kurva
yang lebih landai (flatter) yaitu compensated demand Curve meng-
gambarkan adanya efek substitusi dan efek pendapatan akibat perubahan
harga, sedangkan compensated demand Curve yang lebih curam (steeper)
hanya menggambarkan efek substitusi.

65
Matematika Ekonomi

Compensated demand Curve yang hanya menggambarkan efek


substitusi dapat juga diturunkan secara matematis (Nicholson, 2005 :
134). Misalkan fungsi utilitas untuk barang y dan barang x adalah :
U U ( x, y) a y ............................................................................ 5.26

Dan dimisalkan nilai dan masing-masing 0,5, maka persamaan


5.26 menjadi U U ( x, y) a 0,5 y 0,5 ..................................................... 5.27
Dengan menggunakan nilai dan yang sama, kemudian ditulis
fungsi permintaan Marshallian (uncompensated demand) :
l l
x ...................................................................................... 5.28a
Px 2 Px

l l
y ...................................................................................... 5.28b
Py 2 Py

Dengan menggabungkan persamaan 2.28a dan 2.28b maka diperoleh


fungsi utilitas tidak langsung (indirect utility function) sebagai berikut :
l
U V (l , Px , Py ) ................................................................. 2.29
2 Px0,5 Py0,5

Fungsi compensated demand untuk x dan y dapat diperoleh dari


persamaan 2.29 dengan mencari nilai l dan mensubstitusikannya terhadap
U pada persamaan 2.27 dan diperoleh :
Vp 0y ,5
x ............................................................................................ 5.30a
p x0,5

Vp 0y ,5
y ............................................................................................ 5.30b
p 0y ,5

Persamaan 2.30a dan 2.30b adalah fungsi compensated demand


(Hicksian demand function) untuk barang x dan y. Dari persamaan ini
dapat dinyatakan bahwa permintaan lebih tergantung pada utilitas
daripada pendapatan. Dengan asumsi bahwa utilitas adalah konstan, maka
jelaslah bahwa peningkatan harga px akan mengurangi barang x dan hal
ini hanya menggambarkan efek substitusi saja.

66
Matematika Ekonomi

D. Permintaan Pasar dan Elastisitas Permintaan


1. Permintaan Pasar
Permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang adalah
kuantitas total permintaan barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial.
Kurva permintaan pasar (market demand Curve) menunjukkan hubungan
antara kuantitas total barang yang diminta dengan harga pasar dari barang
tersebut, ketika faktor lain dianggap konstan. Bentuk kurva permintaan
pasar dan posisinya ditentukan oleh bentuk kurva permintaan setiap
individu untuk produk yang diminta. Permintaan pasar tidak lebih
merupakan efek kombinasi dari berbagai pilihan ekonomi konsumen.
Untuk memudahkan penjelasan, diasumsikan bahwa hanya terdapat
dua barang (X dan Y) dan hanya dua individu (yang diberi nomor 1 dan
2) dalam sebuah perekonomian. Fungsi permintaan orang pertama
terhadap barang X diketahui:
X 1 D1x ( Px , Py , I1 ) .............................................................................. 5.31

Dan permintaan orang kedua akan barang X diketahui:


X 2 Dx2 ( Px , Py , I 2 ) ............................................................................ 5.32

Dua ciri dari fungsi permintaan ini harus ditekankan secara eksplisit.
Pertama, kedua individu tersebut diasumsikan menghadapi harga yang
sama (Px dan Py). Setiap orang diasumsikan sebagai penerima harga yang
harus menerima harga yang berlaku dalam pasar, karena kemungkinan
tidak berlaku dalam kasus informasi yang tidak sempurna tentang harga.
Kedua, harus diperhatikan bahwa permintaan setiap orang bergantung
pada pendapatannya sendiri karena masing-masing dikendalikan dengan
batasan anggaran yang menetapkan berapa yang dapat dibelinya dengan
I1 dan I2., secara berturut-turut.
Permintaan total untuk X semata-mata merupakan penjumlahan
dari jumlah yang diminta oleh kedua individu ini. Jelas, permintaan pasar
ini akan bergantung pada parameter Px, Py, I1, dan I2. Secara matematis.
total X X 1 X 2 D1x ( Px , Py , I1 ) Dx2 ( Px , Py , I 2 ) ............................... 5.33
atau
total X MDx ( Px , Py , I1 , I 2 )

di mana fungsi MDx mewakili fungsi permintaan pasar untuk barang


X. Perlu diperhatikan bahwa dalam kasus ini, permintaan pasar
bergantung baik pada barang X maupun pada barang Y dan pada
pendapatan setiap individu. Untuk lebih jelasnya kurva permintaan pasar
disajikan pada Gambar2.4.

67
Gambar 2.4
Kurva Permintaan Pasar
Matematika Ekonomi

PX PX
PX Kurva Permintaan Kurva Permintaan Kurva Permintaan
Individu 1 Individu 2 Pasar

PX*

dX1 DX
dX 2

X1* X X2* X X* X

X1* + X2* = X*

Sumber: Nicholson, 2005.

Gambar 5.4. Kurva Permintaan Pasar

Kurva permintaan pasar merupakan penjumlahan horizontal dari


setiap kurva permintaan individual. Pada setiap harga, jumlah yang
diminta di pasar merupakan penggabungan dari jumlah-jumlah yang
diminta dari setiap individu.
2. Elastisitas Permintaan
Secara umum, permintaan selalu dipengaruhi oleh harga barang
itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan, yang dapat dinyatakan
dalam bentuk fungsi persamaan: Qx = f(Px, Py,I ). Jumlah Qx (barang yang
diminta) dapat berubah sebagai akibat perubahan-perubahan variabel-
variabel Px (harga barang itu sendiri), Py (harga barang lain) dan I
(pendapatan). Rasio yang mengukur perubahan antara jumlah barang
yang diminta sebagai akibat perubahan variabel-variabel yang mem-
pengaruhinya disebut elastisitas permintaan, (Salvatore, 1994; Henderson
& Quandt, 1980). Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif
dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu
faktor yang mempengaruhinya (cateris paribus). Elastisitas yang
dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price
elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga
barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan yang dikaitkan
dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity)
(Prathama Rahardja & Mandala Manurung, 2004).
a. Elastisitas Harga (Price Elasticity)
Koefisien elastisitas harga dari permintaan (eP) mengukur
persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta per unit yang
diakibatkan oleh persentase perubahan harga tertentu dari komoditi
tersebut. Karena hubungan antara harga dan jumlah adalah terbalik,
maka koefisien elastisitas harga dari permintaan adalah angka negatif.
Agar nilai negatif dihindarkan dalam pembahasan, maka minus

68
Matematika Ekonomi

seringkali dimasukkan ke dalam rumus e. Misalkan Q mewakili


perubahan jumlah komoditi yang diminta yang diakibatkan oleh
perubahan harga tertentu dari komoditi itu ( P), maka diperoleh :
persentase perubahan jumlah barang yang dim int a
ep
persentase perubahan h arg a
%Q

%P
Q / Q Q P
. ................................................................... 5.34
P / p P Q

Permintaan disebut elastis jika e > 1, inelastis jika e < 1, dan


elastis uniter jika e = 1.
b. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Koefisien elastisitas pendapatan dari permintaan (eI) mengukur
persentase perubahan jumlah komoditi yang dibeli per unit waktu
(Q / Q) akibat adanya persentase perubahan tertentu dalam pendapatan
konsumen (I / I ) . Maka diperoleh:
persentase perubahan jumlah barang yang dim int a
eI
persentase perubahan pendapatan
%O

%I
Q / Q Q I
. .......................................................................... 5.35
I / I I Q

Apabila eM negatif, barang tersebut adalah barang bermutu


rendah (inferior). Jika eM positif, barang tersebut adalah barang
normal. Barang normal biasanya menjadi barang mewah jika eM >1,
kalau tidak demikian maka barang tersebut adalah barang kebutuhan
pokok. Tergantung pada tingkat pendapatan konsumen, eM untuk
suatu barang mungkin sangat bervariasi. Maka, barang tertentu
mungkin menjadi barang mewah pada tingkat pendapatan yang
rendah, barang kebutuhan pokok pada tingkat pendapatan menengah
dan barang bermutu pada tingkat pendapatan yang tinggi.
c. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Koefisien elastisitas silang dari permintaan komoditi X terhadap
komoditi Y (exy) mengukur persentase perubahan jumlah X yang
dibeli per unit waktu (Qx / Qx ) akibat adanya persentase perubahan
tertentu dalam harga Y Y (Py / Py ) . Maka diperoleh rumus sebagai
berikut :

69
Matematika Ekonomi

persentase perubahan jumlah barang X yang dim int a


exy
persentase perubahan harga barang Y
%Qx

%Py
Qx / Qx Qx Py
. ................................................................ 5.36
Py / Py Py Qx

Jika X dan Y adalah barang substitusi, exy adalah positif. Di


pihak lain, jika X dan Y adalah barang komplementer, exy adalah
negatif. Jika komoditi-komoditi itu tidak berhubungan (yaitu, jika
komoditi-komoditi itu bebas satu sama lain), maka exy = 0.

E. Permintaan Pariwisata
Menurut Melatsih & Goeldner, 1986, permintaan pariwisata tergantung
pada jumlah anggaran yang tersedia untuk belanja dan pada pilihan untuk
realitas pariwisata terhadap barang-barang dan jasa lainnya. Pada sebuah
kondisi ekstrim, seseorang dapat mengalokasikan seluruh anggarannya
untuk berpariwisata dan pada sisi lain juga dapat digunakan seluruhnya
untuk mengkonsumsi barang lain. Seluruh kemungkinan kombinasi
digambarkan sepanjang budget line T1 dan G1 yang merupakan
kombinasi seseorang dalam mengkonsumsi kedua barang, dan disajikan
pada Gambar 2.5.
Pariwisata

D
T
1
Barang lain

0 G
G1
Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997:1

Gambar 5.5. Konsumsi Pariwisata dan Barang Lain

70
Matematika Ekonomi

Pada Gambar 5.5. titik OT bila seseorang menghabiskan seluruh


anggaran untuk pariwisata, OG bila seluruh anggaran dihabiskan untuk
mengkonsumsi barang-barang lain. Seseorang akan mengalokasikan
anggaran antara konsumsi barang lain dan untuk pariwisata dengan
memilih kombinasi yang memberikan kepuasan maksimal. Kemudian D
merupakan titik kombinasi yang maiksimal dimana OT 1 untuk pariwisata
dan OG1 untuk konsumsi barang lain. Permintaan pariwisata pada
dasarnya dipengaruhi oleh harga dan pendapatan serta informasi tentang
keduanya dapat mempengaruhi angka permintaan (Sinclair & Stabler,
1997; 19-20). Dengan demikian, kenaikan pendapatan akan mengakibat-
kan kenaikan pada pembelian produk pariwisata, sama halnya dengan
efek kenaikan pendapatan pada permintaan kebanyakan barang dan jasa
lainnya, contohnya adalah barang normal (normal good) karena
permintaan akan barang tersebut secara positif berhubungan dengan
pendapatan. Selain itu, pendapatan yang naik memungkinkan juga
menurunkan permintaan seperti pada produk pariwisata dalam daerah
tujuan pemasaran umum, secara tidak langsung bentuk produk pariwisata
ini adalah barang inferior (Sinclair dan Stabler, 1997).
Keputusan wisatawan untuk berkunjung sebenarnya merupakan
pertemuan antara jumlah permintaan dan penawaran komponen-
komponen pariwisata dimana pasar bagi jasa-jasa pariwisata adalah
wisatawan potensial, yaitu orang yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata. Dalam ilmu ekonomi,
hukum permintaaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta
dalam satu periode tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika
hal lain diasumsikan tetap (cateris paribus). Oleh karena itu, semakin
rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang
diminta, sebaiknya semakin tinggi harganya, semakin kecil jumlah
barang yang diminta (Mc. Eachern, 2001). Hukum permintaan
direpresentasikan dalam grafik yang disebut kurva permintaan (pada
Gambar 2.1).
Ada alasan, mengapa jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki
sifat hubungan seperti di atas. Yang pertama, sifat hubungan seperti ini
disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari
barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang
yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka
orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya
dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan
harga.Yang kedua, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para
pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para
pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang
yang mengalami kenaikan harga.

71
Matematika Ekonomi

Hampir pada kebanyakan industri jasa, masalah yang penting untuk


menentukan permintaan pariwisata adalah kualitas yang harus sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan, sedangkan soal harga merupakan
masalah yang kedua. Walau ditambahkan biaya asuransi pelanggan mau
saja menerima karena hal ini merupakan suatu ketentuan umum,
tersedianya fasilitas yang memadai merupakan pilihan yang menentukan
untuk permintaan yang spesifik.
Dalam kepariwisataan sudah biasa dilakukan perbedaan harga (price
differentiation) yang secara umum sebagai suatu strategi dalam
pemasaran. Sebagai contoh misalnya, sedikitnya dijumpai 12 tarif
perjalanan round trip yang disusun oleh International Air Transportation
Association (IATA) antara London dan New York berdasarkan :
1. Musim (season) dijumpai 3 (tiga) macam tarif
2. Berdasarkan rata-rata lamanya tinggal dijumpai 4 (empat) macam
tarif
3. Berdasarkan bentuk pelayanan di tempat tujuan dijumpai 2 (dua)
macam tarif
4. Berdasarkan umur pengunjung dijumpai 3 (tiga) macam tarif.
Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama
tour operator. Sering terjadi, paket wisata untuk suatu DTW yang sama
ditawarkan dengan harga yang berbeda. Jika perbedaan dalam fasilitas
tidak seberapa bedanya, biasanya wisatawan akan lebih suka memilih
harga paket wisata yang lebih murah.
Menurut Thomas, J.A dalam bukunya yang berjudul Principle and
Procedure of Tour Management yang dikutip oleh J.T. Curran (1978: 17)
menyatakan bahwa orang melakukan perjalanan wisata disebabkan oleh :
1) ingin melihat bangsa-bangsa lain, 2) ingin melihat dan menyaksikan
sesuatu yang istimewa, unik, aneh atau langka, berbeda dengan apa yang
ada di negaranya, 3) untuk memperoleh wawasan yang lebih luas,
meningkatkan saling pengertian dan apa yang sedang terjadi di negara
lain, 4) untuk mengetahui suatu peristiwa tertentu, 5) untuk menghindari
kegiatan rutin yang menimbulkan kejenuhan dan bosan, 6) menggunakan
kesempatan yang ada: waktu senggang, uang tabungan, dan kondisi
kesehatan yang memungkinkan, 7) untuk melihat perkembangan kegiatan
ekonomi dan teknologi yang sudah dicapai oleh negara-negara yang
dikunjungi. Selanjutnya menurut MacIntosh, R.W. (1972: 61) dalam
bukunya Tourism : Principles, Practices and Philosophies mengatakan
bahwa orang melakukan perjalanan wisata disebabkan oleh: 1)m otivasi
fisik, 2) motivasi kultural, 3) motivasi personal, 4) motivasi status dan
prestise.

72
Matematika Ekonomi

Mengenai permintaan dalam industri pariwisata, menurut G.A Schmoll


(1977:43) dalam bukunya Tourism Promotion menyatakan bahwa
wisatawan bertindak sesuai dengan kehendak hatinya dan bebas memilih
Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang akan dikunjunginya, obyek dan
atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas atau produk apa yang
dibutuhkan atau diinginkannya. Perjalanan wisata misalnya, bukanlah
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, akan tetapi wisatawan melakukan
perjalanan wisata lebih banyak ditentukan secara subyektivitas dan penuh
dengan perasaan emosional, yang ada kalanya jauh dari pemikiran
rasional.
Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas
dan produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, tetapi juga manfaat
dan kebutuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk sifatnya sangat
berbeda satu dengan yang lainnya (heterogenity), akan tetapi permintaan
fasilitas dan produk sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan
selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand).
Menurut G.A. Schmoll (1977) menyatakan bahwa permintaan dalam
industri pariwisata tidak hanya membutuhkan A Single Services tetapi
juga membutuhkan suatu kombinasi dari bermacam-macam pelayanan
yang ditawarkan dalam suatu paket wisata yang dalam ilmu ekonomi
pariwisata sebagai An Assartment of Services. Oleh karena itu
permintaan (demand) dalam industri pariwisata tidak hanya terbatas pada
waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan
tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan, permintaan itu sudah
mengemukakan informaasi tentang DTW yang akan dikunjungi, hotel di
mana akan menginap, pesawat yang akan digunakan, tempat-tempat yang
akan dikunjungi dan banyak uang yang harus dibawa. Hal ini juga harus
dapat memuaskan calon wisatawan sebelum melakukan perjalanan
wisata, karena atas kelengkapan informasi inilah calon wisatawan
memutuskan akan membeli paket atau tidak.
Permintaan dalam industri pariwisata tidak berbeda dengan
permintaan dalam ilmu ekonomi pada umumnya. Dalam ilmu ekonomi
kebutuhan-kebutuhan yang dapat diperoleh dengan mudah juga
merupakan barang-barang ekonomi karena dapat diperoleh secara bebas
misalnya udara yang segar, pemandangan yang indah, atau cuaca yang
cerah. Hal ini berlaku juga dalam industri pariwisata, dan bahkan justru
barang-barang yang termasuk free goods ini yang dapat meningkatkan
kepuasan bagi wisatawan.
Bagi wisatawan, semua unsur, produk dan fasilitas yang tersedia dan
barang-barang tergolong free goods saling berkaitan antara yang satu
dengan yang lain untuk mencapai kepuasannya dalam perjalanan wisata

73
Matematika Ekonomi

yang dilakukannya. Dari sudut pandangan wisatawan, semua unsur


permintaan mulai dari free good sampai dengan tourist services
diperoleh dengan pengorbanan. Artinya, untuk mendapatkan semua itu
wisatawan harus membayar dengan sejumlah uang. Semua unsur
permintaan itu saling melengkapi dan mempunyai ikatan yang erat sekali
satu dengan yang lain (complementary and interrelated).
Schmidhauser (1962) menyatakan bahwa karakter permintaan dalam
industri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan
tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang
satu dengan yang lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah.
Dengan kata lain, permintaan terhadap produk wisata itu tercermin dalam
suatu paket wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang
berbeda dalam bentuk, fungsi, dan manfaatnya.
Dalam Gambar 2.6 sumbu vertikal menunjukkan pariwisata dan
sumbu horizontal menunjukkan barang lain. Garis TG dan TG secara
berturut-turut adalah budget line sebelum dan sesudah kenaikan
pendapatan, dan keduanya sejajar karena asumsi harga relatif untuk
pariwisata dan barang lain adalah konstan. Kurva indifferent diikutkan
untuk mengilustrasikan preferensi seseorang.

T
'
I2

T I1 E
Pa T2
I2
ri
wi T1 D I3
sa I1
ta
F
T3 I3

0 G1 G2 G3 G Barang Lain
G
'

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997.

Gambar 5.6. Pengaruh Perubahan Pendapatan dalam Konsumsi Pariwisata

74
Matematika Ekonomi

Jika pariwisata merupakan barang normal, preferensi mungkin


diilustrasikan oleh kurva indifferent I2I2, sehingga permintaan baik dari
OT1 ke OT2 pada titik E. Jika pariwisata merupakan barang inferior, yang
dinyatakan dengan kurva indifferent I3I3, kenaikan pendapatan akan
menyebabkan penurunan pariwisata. Jika permintaan naik lebih dari nilai
proposionalnya, maka barang tersebut dikenal sebagai barang mewah
(luxury) dan jika permintaan naik kurang dari nilai proposionalnya,
barang tersebut dikenal dengan sebagai barang kebutuhan dasar
(necessity). Dalam konsep elastisitas, permintaan barang luxury dikatakan
elastis berkaitan dengan perubahan pandapatan dan inelastis untuk
necessity (Sinclair dan Stabler, 1997).
Kasus kedua menyangkut pengaruh permintaan pariwisata atas
perubahan harga relatif dengan asumsi pendapatan konstan. Permintaan
dan harga biasanya berhubungan negatif, sehingga penurunan harga
secara normal berhubungan dengan kenaikan permintaan, dan sebaliknya.
Pengaruh penurunan harga pariwisata dalam Gambar 5.7.

T'

I2

Pa T I1
I2
ri T2 D
wi I1
T1
sa
ta
0
G1 G2 G
Barang Lain

Gambar 5.7. Pengaruh Perubahan Harga dalam Konsumsi Pariwisata

Karena pariwisata sekarang lebih murah, anggaran seseorang


sekarang dapat membeli pariwisata OT yang maksimum sebagai ganti
OT, sementara jumlah maksimum barang lain yang dapat dibeli tetap
konstan pada OG karena harganya dianggap konstan. Kombinasi
pariwisata dan barang lain yang dapat dibeli setelah harga turun
ditunjukkan dengan garis TG. Kombinasi optimal semula dan berikutnya

75
Matematika Ekonomi

antara pariwisata dan barang lain secara berturut-turut adalah titik D dan
E pada gambar 2.4, sehingga penurunan harga pariwisata menghasilkan
kenaikan permintaan dan kepuasan seperti orang membeli pariwisata
sebesar OT2 dan barang lain sebesar OG2 dibandingkan dengan OT1 dan
OG1 sebelum harga turun. Mungkin juga mempertimbangkan pilihan
antara dua bentuk pariwisata yang sama, dimana harga dari yang satu
berubah relatif terhadap harga dari yang lain. Jadi, misalnya warga
Inggris mungkin sedang memikirkan salah satu dari dua tempat liburan di
Mediterania, satu di Perancis dan yang lainya di Italia, namun nilai Franc
Perancis naik terhadap poundsterling sementara Lira tetap tidak berubah,
tempat liburan di Italia akan dipilih (Sinclair dan Stabler, 1997).
Dalam analisis permintaan pariwisata, di mana secara umum
pariwisata termasuk barang normal. Artinya jika pendapatan naik , maka
permintaan pariwisata juga naik. Dalam hal ini yang bekerja adalah efek
pendapatan sesuai dengan konsep teori permintaan Marshallian.
Efek Perubahan Pendapatan Dan Harga Pada Permintaan Pariwisata .
Perubahan pendapatan seseorang dan perubahan harga
menyebabkan perubahan pada konsumsi pariwisata, yang disebut income
effect dan substitution effect. dan disajikan pada Gambar 5.8.

E IC2
T
Pa
ri
T2
wi
sa F IC3
ta T' D
T3
IC
T 1
P
1
0
G1 G2 G3 G

Barang Lain
Sumber: Sinclair & Stabler, 1997:17.

Gambar 5.8. Efek Pendapatan dan Efek Substitusi pada Permintaan Pariwisata

76
Matematika Ekonomi

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa garis anggaran mula-


mula TG, turunnya harga pariwisata menyebabkan garis anggaran
bergeser ke TG, tetapi optimal mula-mula D. Efek perubahan harga
digambarkan dengan garis putus-putus PP dengan slope yang sama
dengan TG yang menyinggung IC1, sehingga titik optimal bergeser ke S.
Artinya permintaan pariwisata naik dan permintaan harga lain turun.
Kemudian jika terjadi perubahan pendapatan dimana harga menjadi lebih
murah. Seseorang dapat memilih menghabiskan tambahan pendapatan itu
untuk pariwisata bergeser dari S ke E dimana OT2 untuk pariwisata dan
OG2 untuk barang lain. Jika untuk mengkonsumsi barang lain, maka titik
optimum bergeser dari S ke F dimana OT3 untuk pariwisata dan OG3
untuk barang lain.

77
Matematika Ekonomi

78
Matematika Ekonomi

BAB VI
APLIKASI DIFERENSIAL DAN INTEGRAL
DALAM EKONOMI

A. Konsep Elastisitas
Di dalam analisa ekonomi diferensial dan integral banyak diper-
gunakan dalam masalah elastisitas, biaya, hasil penjualan, consumers
surplus dan producers surplus.
Seperti yang telah diketahui banyaknya pertambahan atau
penurunan jumlah yang diminta atau yang ditawarkan suatu barang
sebagai akibat dari naik atau turunnya harga dari barang tersebut
ditentukan oleh tingkat elastisitas harga atas permintaan atau penawaran
barang tersebut. Yang dimaksud elastisitas harga adalah angka
perbandingan antara perubahan relatif dari jumlah barang dengan
perubahan relatif dari harga. Apabila p merupakan harga dan x
merupakan jumlah/kuantitas barang maka pengertian elastisitas tersebut
dapat dinyatakan dalam formula berikut.
x p
Elastisitas : .
x p
Contoh:
Bila harga Rp 10,- terdapat jumlah/kuantitas 150 unit sedangkan jika
harga Rp 12,50 maka jumlah/kuantitas 200 unit. Dalam hal ini kita
dapatkan perubahan harga yaitu: naik sebesar: Rp 12,50 Rp 10,- =
Rp 2,50. Sedangkan perubahan jumlah yaitu naik sebesar = 200 150
= 50 unit. Maka diperoleh eastisitas:
x p 50 2,5
: :
x p 150 10

79
Matematika Ekonomi

1 1 4
:
3 4 3
Contoh 2:
Jika harga Rp. 12,5 terdapat jumlah/kuantitas 100 unit, sedangkan
bila harga Rp. 10 maka jumlah/kuantitas 150 unit. Dalam hal ini kita
dapatkan perubahan harga yaitu turun sebesar p p2 p1 Rp2,50 .
Sedangkan perubahan jumlah barang adalah naik yaitu:
x x2 x1 100 150 50
Sehingga diperoleh:
x p
Elastisitas :
x p
50 2,50 1 1 4
:
150 : 10 3 4 3
Dari contoh (1) terlihat bahwa terdapat pertambahan jumlah barang
sebagai akibat naiknya harga sehingga elastisitasnya mempunyai angka
positif. Grafiknya terlihat grafik (1), maka terlihat Curvenya bergerak
dari kiri bawah ke kanan atas atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
hukum penawaran dimana harga naik maka jumlah barang yang di-
tawarkan bertambah. jadi elastisitas penawaran akan memberikan angka
positif. Sedangkan dari contoh (2), terlihat bahwa terdapat kenaikan
jumlah orang sebagai akibat turunnya harga sehingga elastisitasnya
mempunyai angka negatif.
Bila dilihat dalam grafik terlihat pada grafik (2), maka terlihat
Curvenya bergerak dari kiri atas ke kanan bawah.

P P
15 15 D
S
12,5 12,5
10 10
7,5 7,5
5 5
2,5 2,5 X
X
0 50 100 150 200 0 50 100 150
Gambar 1 Gambar 2

80
Matematika Ekonomi

Dari uraian tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya


angka elastisitas permintaan mempunyai nilai negatif dan angka
elastisitas penawaran mempunyai nilai positif.
Angka perubahan x sedemikian kecil mendekati limitnya maka kita
nyatakan sebagai dx ; dan perubahan ini menimbulkan adanya perubahan
harga yang dinyatakan sebagai dp .
Maka besarnya angka elastisitas permintaan atau penawaran dapat
diperoleh dengan formula.
x p x p p x
. .
x p x p x p

p x p dx
lim
Bila x 0 . .
x0 x p x dp
Contoh 3: Fungsi permintaan suatu barang tertentu adalah p 12 2 x
dimana p adalah variable harga dan x adalah variable jumlah/kuantitas.
Carilah besarnya elastisitas permintaan barang pada harga 6.
Penyelesaian:
p 12 2 x

dp dp 1
2;
dx dx 2
Bila p 6 maka p 3
Besarnya elastisitas permintaan barang adalah:
p dx 6 1
. .
x dp 3 2
1
Contoh 4: Fungsi penawaran akan suatu barang adalah p 2 x 3
dimana p adalah variable harga dan x adalah variable jumlah/kuantitas.
Carilah besarnya elastisitas barang pada harga 7.
Penyelesaian:
S : p 2x 3
dp dp 1
2;
dx dx 2

81
Matematika Ekonomi

Bila p 7 dan p 2
Besarnya elastisitas penawaran barang adalah:
p dp p 1 7 1 7
. . .
x dx x 2 2 2 4
Contoh 5: Bila diketahui fungsi permintaan dan penawaran suatu barang
adalah D : p 16 x 2 dan S : p 4 x .
Carilah besarnya elastisitas permintaan dan penawaran barang pada
titik keseimbangan pasar.
Penyelesaian
Keseimbangan pasar diperoleh pada saat fungsi permintaan sama
dengan fungsi penawaran yaitu:
DS

16 x 2 4 x
x 2 x 12 0
( x 4)(x 3) 0
Jadi titik keseimbangan pasar adalah x0 3 dan P0 7

D : S 16 x 2
dp dp 1
2 x
dx dx 2x
Besarnya elastisitas permintaan pada titik keseimbangan pasar adalah:
p dx 7 1
D . .
x dp 3 2 x

7 1 7
.
3 6 18
Besarnya elastisitas penawaran pada titik keseimbangan pasar
adalah:
p dx
S .
x dp
S : p 4 x

82
Matematika Ekonomi

dx dx
1 1
dp dp
7 7
S .1
3 3
Pada contoh-contoh di atas adalah elastisitas harga terhadap
permintaan dan penawaran.
Di samping elastisitas harga dikenal pula elastisitas pendapatan
(income elasticity) terhadap permintaan. Bila y adalah pendapatan
masyarakat dan x adalah kuantitas barang yang diminta, maka elastisitas
pendapatan terhadap permintaan adalah perbandingan antara perubahan
relative dari jumlah barang yang diminta dengan perubahan relative dari
pendapatan.
x y
Jadi elastisitas pendapatan :
x y
y x

x y
Bila x 0 maka didapat:
y dx
y .
x dy
Contoh 6: Pendapatan masyarakat di suatu daerah pada suatu waktu
sebesar Rp 200 juta, dan jumlah barang A yang diminta sebesar 100 ribu
unit.
Pada saat berikutnya pendapatan masyarakat itu meningkat menjadi
Rp 250 juta dengan jumlah barang A yang diminta sebesar 120 ribu unit.
Maka besarnya elastisitas pendapatan terhadap permintaan barang
adalah:
x x 20.000 50.000.000
: :
x x 100.000 200.000.000
20.000 200.000.000
x
100.000 50.000.000
2 20 40 4
x
10 5 50 5

83
Matematika Ekonomi

B. Elastisitas Parsiil
Pada kenyataannya jumlah barang yang diminta tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat harga barang tersebut, tetapi juga dipengaruhi
oleh harga barang lainnya seperti harga barang substitusinya. Maka
dalam hal ini perlu diperhatikan elastisitas parsiilnya.
Adapun yang dimaksud elastisitas parsiil dalam hal ini adalah angka
perbandingan antara perbandingan relatif jumlah yang diminta akan suatu
barang tertentu dengan perubahan relatif harga barang tersebut,
sedangkan harga barang lainnya tetap.
Bila dinyatakan dalam pola hubungan fungsional adalah:
xa f ( Pa , Pb )
Di mana:
xa : jumlah/ kuantitas yang diminta akan barang A

Pa : harga barang A
Pb : harga barang B
Sedangkan kita hanya mempunyai harga dari dua barang untuk
sejumlah barang n.
Jadi elastisitas parsiil dari barang A dengan menekankan pada Pa
dirumuskan:
xa xa
.
Pa Pa
Sedangkan elastisitas parsiil dari barang A dengan menekankan
pada Pb dirumuskan:
xa Pb
.
Pb xa
Contoh: Diketahui hubungan fungsional sebagi berikut:
xa 50 5Pa 4Pb
Maka elastisitas dengan penekanan Pa adalah:
xa xa
.
Pb Pa

84
Matematika Ekonomi

xa
5
Pa

Pa
(5).
50 5Pa 4 Pb

Harga barang A( Pa ) 5 dan harga barang B( Pb ) 5 maka diperoleh:

5
5. 5
50 25 20

C. Curve Biaya
Dalam pembahasan ekonomi, teknik-teknik matematika/kalkulus
dipergunakan pula dalam analisis biaya. Adapun yang dimaksud dengan
biaya adalah: pengorbanan atau pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan
untuk menghasilkan/memproduksi suatu barang atau memasarkannya.
Apabila kita menghasilkan dan atau memasarkan sejumlah barang/
jasa tertentu, maka kita mengeluarkan/mengorbankan sejumlah biaya
yang disebut biaya total. Jadi yang dimaksud biaya total adalah: sejumlah
biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan atau memasarkan
sejumlah barang atau jasa.
Jika x merupakan jumlah barang yang dihasilkan atau dipasarkan,
dan Q merupakan biaya total, maka pola hubungan fungsional antara
variabel biaya total dan jumlah barang adalah: Q f (x) . Jadi dalam hal
ini besar kecilnya biaya total ditentukan oleh besar kecilnya jumlah
barang yang dihasilkan. Sehingga dengan diketahuinya biaya total untuk
menghasilkan sejumlah barang tertentu (x) , maka dapat diperhitungkan
besarnya biaya rata-rata. Adapun yang dimaksud dengan biaya rata-rata
adalah: biaya per unit yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang
pada tingkat produksi tertentu.
Besarnya biaya rata-rata ini kemungkinan berbada-beda besarnya
pada berbagai tingkat produksi. Tingkat produksi yang mempunyai biaya
rata-rata terendah disebut tingkat produksi optimal.
Dan juga besarnya biaya rata-rata dapat diperoleh dari hasil bagi
biaya total dengan jumlah barang yang dihasilkan. Bila adalah biaya
rata-rata, maka:
Q
q
x

85
Matematika Ekonomi

Di samping biaya rata-rata, maka dengan mengetahui biaya total


pada berbagai tingkat produksi dapat pula diketahui besarnya biaya
marginal. Yang dimaksud biaya marginal adalah besarnya pertambahan
biaya total yang dibutuhkan akibat pertambahan hasil produksi satu unit
pada suatu tingkat produksi tertentu. Besarnya biaya marginal
kemungkinan berbeda-beda pada berbagai tingkat produksi, tergantung
dari bentuk fungsi atau Curve biaya totalnya.
Jadi besarnya biaya marginal dapat diperoleh dari hasil bagi pertam-
bahan biaya total dengan pertambahan jumlah barang yang diproduksi.
Bila Q ' adalah biaya marginal, dan Q merupakan pertambahan biaya
total serta x merupakan pertambahan jumlah barang yang diproduksi,
maka:
Q
Q' atau bila limit x 0 maka
x
dQ df ( x)
Q'
dx dx
Jadi biaya marginal merupakan derivative dari fungsi biaya total.
Di dalam pembahasan biaya total dan biaya rata-rata perlu
diperhatikan bahwa variabel biaya total, biaya rata-rata, dan variabel
jumlah tidak mungkin negatif. Jadi harus lebih besar atau sama dengan
nol.
Sehingga : Q 0; q 0 dan x 0.
Pola hubungan variabel biaya total dengan variabel jumlah hasil
produksi dapat berbentuk garis lurus yaitu fungsi linier, dan dapat
berbentuk garis tidak lurus yaitu fungsi non linier, antara lain fungsi
kuadrat dan fungsi pangkat tiga.
1. Fungsi dan Curve Biaya Total Garis Lurus.
Pada suatu Curve biaya total garis lurus, fungsi biaya totalnya
merupakan fungsi linier. Bentuk umum dari fungsi biaya total linier ini
adalah: Q a b .
Di mana :
Q = variabel biaya total
x = variabel jumlah hasil produksi
a & b = haruslah positif

86
Matematika Ekonomi

Dari fungsi biaya total linier di atas, maka diperoleh biaya rata-
ratanya yaitu:
b
qa dan biaya marginalnya adalah Q' b .
x
Dari uraian di atas, apabila biaya total, biaya rata-rata dan biaya
marginal digambar grafiknya maka akan berbentuk:
Q, q, Q'
Q

Q'

Dari gambar di atas bahwa grafik fungsi atau curve biaya total
adalah garis lurus, dimulai dari titik (0, b) , sedangkan biaya rata-rata
hiperbola dengan asimtot datarnya adalah q a . Curve biaya rata-rata
tersebut terus menurun dengan bertambahnya x .
Contoh: Bila diketahui fungsi biaya total suatu barang adalah
Q 2 x 3 dimana Q merupakan variabel biaya total, dan x merupakan
variabel kuantitas.
Carilah fungsi biaya rata-rata dan biaya marginalnya serta gambar
grafik fungsi atau curve-nya.
Penyelesaian
Q 2x 3
3
q 2 dan Q' 2
x
Gambar grafik fungsi biaya total (Q) , biaya rata-rata (q) dan biaya
marginal (Q' ) adalah:
Dari gambar di atas terlihat bahwa biaya rata-rata terendah apabila
mencapai tidak terhingga (asimtot datar).

87
Matematika Ekonomi

2. Fungsi dan curve biaya total garis tidak lurus (Non Linier)
Pada suatu curve biaya total garis tidak lurus (non linier) yang
berbentuk parabola, fungsi biaya totalnya merupakan fungsi kuadrat, dan
berbentuk:
Q ax2 bx c
Dimana:
Q = variabel biaya total
x = variabel kuantitas
a, b, c = konstanta
Dari fungsi biaya total kuadrat di atas, maka diperoleh biaya rata-
ratanya, yaitu:
c
q ax b , dan biaya marginalnya adalah:
x
Q' 2ax b
Gambar grafik fungsi biaya total, biaya rata-rata dan biaya marginal
adalah:

Q, q, Q'

3
Q
2
Q'
1 q

X
1 2

Dari gambar di atas terlihat bahwa grafik fungsi biaya rata-rata


berbentuk hiperbola dan biaya marginalnya berbentuk garis lurus.

88
Matematika Ekonomi

Contoh: Jika diketahui fungsi biaya total dari suatu barang tertentu
1 1 9
adalah Q x 2 x
4 2 4
Carilah fungsi biaya rata-rata dan biaya marginalnya serta
gambarkan grafiknya.
Penyelesaian:
1 1 9
Q x2 x
4 2 4
1 1 9
q x x
4 2 4x
1 1
Q' x
2 2
Gambar grafik fungsi biaya total (Q) , biaya rata-rata (q) dan biaya
marginal (Q' ) adalah:
Dari gambar di atas terlihat bahwa biaya total minimum diperoleh
bila (Q' ) 0 dan Q' ' 0 .
1
4
1
2
9 1

Jadi Q x 2 x x 2 2 x 9
4 4

1 1 1
Q' x ( x 1)
2 2 2
1
Q' '
2
Oleh karena itu titik pada x 1 & Q 2 adalah titik minimum.

3. Fungsi dan Curve Biaya Total Pangkat Tiga

Bentuk umum fungsi biaya total pangkat tiga adalah


Q ax3 bx2 cx d
Dimana :
Q = variabel biaya total
x = variabel kuantitas
a, b, c, d = konstanta.
Dari fungsi biaya total tersebut, diperoleh biaya rata-ratanya yaitu:
d
q ax2 bx cx berbentuk fungsi pecah dan biaya marginalnya:
x

89
Matematika Ekonomi

Q' 3ax2 2bx c .


Contoh: Bila diketahui fungsi biaya total dari suatu barang tertentu adalah
Q' x3 3x 15x 27 . Dimana Q merupakan variabel biaya total dan x
merupakan variabel kuantitas. Carilah fungsi biaya rata-rata dan biaya
marginalnya, serta gambarkan grafik fungsi atau curve-nya.
Jawab
Q' x3 3x 15x 27

27
q x 2 15
x
Q' 3x 2 6 x 15
Untuk menggambarkan grafik fungsi atau curve biaya total (Q) ,
biaya rata-rata (q) , dan biaya marginal (Q' ) diperlukan tabel
x Q q Q' Q1
0 27 15 28
1 40 40 12 40
2 53 26,5 15 52
3 72 24 24 64
4 103 25,75 39 76
5 152 30,4 60 88
6 225 37,5 87 100

Grafik:
Q
Q, q, Q' Q1

70

50 Q'

30
q

10
X
1 2 3 4

90
Matematika Ekonomi

Pada grafik terdapat titik belok (inflection point) dari curve biaya
total pada 1 ; Q 40 . Jika 0 x 1 curve-nya cekung ke bawah dan
bila x 1 curve-nya cekung ke atas. Kecuraman (slope) dari curve biaya
total pada x 1 adalah Q' (1) 12 . Persamaan garis tangent perbelokan
(inflection tangent line) diperoleh dengan bentuk persamaan: Q1 2 x b .
Karena garis melalui titik (1,40) maka:
b 28 . Jadi garisnya adalah Q1 12x 28 merupakan pendekatan
yang baik untuk fungsi biaya total pada interval 0 x 2 .

4. Fungsi dan Curve Biaya Total Exponensial

Dalam hal ini terdapat pola hubungan fungsional antara variabel


biaya total dengan variabel/kuantitas barang yang diproduksi dalam
bentuk fungsi exponensial.
Misalnya fungsi : Q e x / 5 (0 x 10)
Dimana:
Q = variabel biaya total
x = variabel kuantitas
1 x/5 1 x/5
Fungsi biaya marginalnya: Q' e dan Q' ' e
5 25
Sedangkan fungsi biaya rata-ratanya adalah:
1 x/s
xe e x / s (1)
ex/5
q' dan q' ' 5
x x2
ex/ s
q' ' 2 ( x 5)
5x

Q, q, Q'

Q
Q'
5

q
X
5 10

91
Matematika Ekonomi

Untuk menggambarkan grafik fungsi atau Curve biaya total, biaya


rata-rata dan biaya marginal digunakan bantuan tabel berikut:
x Q q Q'
0 1 0,2
1 1,22 1,22
5 2,7 0,54 0,54
10 7,4 0,74 1,5

D. Hasil Penerimaan Penjualan (Revenue)


Untuk memperhatikan keuntungan (laba) yang diperoleh suatu
perusahaan, kita perlu menghitung besarnya hasil penerimaan penjualan
dari produk yang diproduksi. Dalam hal ini kita perlu melihat hasil
penerimaan penjualan total, hasil penerimaan penjualan rata-rata dan
hasil penjualan marginal.
Adapun yang dimaksud hasil penerimaan penjualan total adalah:
besarnya hasil penerimaan total yang diterima oleh perusahaan/produsen
dari penjualan sejumlah produk yang diproduksinya. Besarnya hasil
penerimaan total ini merupakan hasil perkalian antara kuantitas produk
dengan harga yang terjadi karena adanya permintaan (demand). Bila x
merupakan jumlah/kuantitas dari produk dan p merupakan harga
permintaan (demand) sedangkan R merupakan hasil penerimaan dari
penjualan produk dalam jumlah tersebut, maka bentuk fungsi hasil
penerimaan total adalah:
R x. p x. f ( x) R( x)
Contoh:
1
Bila fungsi permintaan suatu barang adalah p 8
x , dimana p
2
adalah harga permintaan dari barang tersebut dan x adalah jumlah/
kuantitas barang itu.
Penyelesaian
Dari fungsi permintaan ini dapatlah diperoleh fungsi total
penerimaan penjualan yaitu R x. p

1 1
R p ( x ) x 8 x 8 x x 2
2 2

92
Matematika Ekonomi

x 0 2 4 6 8 10 14 16

p 8 7 6 5 4 3 1 0

R 0 14 24 30 32 30 14 0

Grafik:
R
32

2
4
R

16

8
MR A
R
X
4 8 12 16
Dari grafik terlihat bahwa curve penerimaan penjualan total ber-
gerak dari titik nol pada saat x 0 dan meningkat sampai pada titik
tertinggi pada saat x 8 dan kembali menurun, akhirnya pada titik nol
saat x 16 di mana p 0 . Jadi dalam hal ini terdapat titik penerimaan
penjualan total yang maksimum sehingga Curve-nya berbentuk parabola.
Dengan diketahuinya hasil penerimaan total dari penjualan sejumlah
barang tertentu (x) , maka dapat diperhitungkan besarnya hasil penerimaan
rata-rata. Adapun yang dimaksud dengan hasil penerimaan rata-rata
adalah hasil penerimaan per unit yang diperoleh dari penjualan suatu
barang/jasa pada jumlah/kuantitas tertentu. Fungsi penerimaan rata-rata
diperoleh dari penerimaan total dibagi jumlah/kuantitas yang dijual.
R p.x
(x) yaitu : AR p
x x
AR = Average revenue
p = harga permintaan dari barang tersebut.

1 2
Sebagai contohnya, pada contoh di depan ada/terdapat: AR 8 x x .
2

93
Matematika Ekonomi

Jadi, penerimaan rata-rata ( AR) 8x 1 x 2 p dan AR p f (x) =


2
fungsi permintaan.
Di samping hasil penerimaan rata-rata perlu pula diketahui hasil
penerimaan marginal (marginal revenue). Yang dimaksud dengan hasil
penerimaan marginal adalah besarnya pertambahan hasil penerimaan
yang diperoleh akibat pertambahan penjualan suatu barang/jasa satu unit
pada suatu tingkat jumlah/kuantitas tertentu.
Besarnya hasil penerimaan marginal kemungkinan berbeda-beda
pada berbagai tingkat kuantitas, tergantung bentuk fungsi atau Curve
hasil penerimaan total, dengan pertambahan jumlah/kuantitas yang dijual,
maka:
R 2 dR
R' x atau bila x 0 maka: R'
x dx
Jadi hasil penerimaan marginal merupakan derivatif dari fungsi hasil
penerimaan total. Dari contoh, dapat dicari penerimaan marginalnya,
yaitu:
1 2
d (8 x x )
dR 2
R' 8 x
dx dx
Di dalam pembahasan hasil penerimaan total dan hasil penerimaan
rata-rata perlu diperhatikan bahwa variabel hasil penerimaan total (R) ,
AR dan x tidak mungkin negatif, jadi : R 0 ; AR 0 ; x 0 .

E. Keseimbangan dari Suatu Perusahaan dalam


Pasar Persaingan Murni
Dalam hal ini akan diuraikan bagaimana suatu perusahaan akan
mendapatkan laba maksimal dalam pasar persaingan murni. Dalam suatu
pasar persaingan murni, curve permintaan adalah mendatar. Secara
grafik, fungsi permintaan, fungsi biaya rata-rata dan fungsi biaya
marginal dapat digambarkan sebagai berikut:

94
Matematika Ekonomi

MC
P
P=AR=MR
A B AC

X
X0 X1

Bila:
p = harga
x = kuantitas hasil/output.
Maka p adalah tetap/tertentu (sebesar konstanta) pada pasar persaingan
murni. Dengan demikian maka diperoleh R p.x atau R c.x .

Fungsi penerimaan marginal adalah R' dR p atau R' dR p x dp .


dx dx dx

Karena p tetap, maka R' dR p atau R' dR C sehingga dalam


dx dx
gambar terlihat curve permintaan berimpit dengan Curve penerimaan
marginal dan penerimaan rata-rata atau R' p AR . Bila Q adalah biaya
total, maka besarnya laba R.Q dimana R f (x) dan Q y(x) .
d
Laba maksimum diperoleh bila ' 0
dx
d 2
'' 0
dx2
d dR dQ
Maka didapat : ' R'Q' 0
dx dx dx
Berarti : MR MC 0 MR MC atau R' Q'
Kemudian : ' ' 0

95
Matematika Ekonomi

d 2 d 2 R d 2Q R' 'Q' ' 0 R' ' Q' '


2
dx2 dx dx2
Hal ini berarti tingkat pertambahan dari penerimaan marginal (MR) harus
lebih kecil dari tingkat pertambahan dari biaya marginal (MC ) bila
terdapat pertambahan dalam x .
Contoh :
Bila diketahui fungsi permintaan suatu barang D : p 8 dan biaya
rata-rata dari barang tersebut q x 2 6 x 12 . Gambar curve permintaan,
biaya total dan permintaan total (silahkan jawab).

F. Laba Maksimal pada Monopoli


Berdasarkan hukum permintaan, harga yang harus dibayar konsumen
tergantung pada jumlah barang yang dimintanya, dan dianggap fungsi
permintaan: p f (x) diketahui. Seorang monopolis dapat mengendalikan
harga dengan mempengaruhi besarnya penawaran dari barang tersebut,
sehingga penawaran dibatasi dan harga relatif tinggi, serta bila penawaran
bertambah harga akan turun. Jika si monopolis mengetahui biaya rata-rata
(q) dari produksi sejumlah barang merupakan fungsi dari jumlah yang
diproduksi, maka fungsi biaya total Q Q( x) qx . Dengan asumsi yang
lainnya tetap, maka si monopolis akan mengendalikan penawaran x dan
akibatnya p ditentukan dengan mengetahui fungsi permintaan dalam
usaha memaksimalkan labanya. Curve permintaan, MR dan MC dapat
digambarkan.

Q'

AC

R' AR

X
X1 MR

96
Matematika Ekonomi

Penerimaan yang diterima adalah R px di mana p f (x) , dan


laba total adalah selisih dari penerimaan total dengan biaya total
R Q px qx . Untuk memperoleh laba maksimum dibutuhkan
persyaratan:
' R'Q' 0 atau R' Q'
Ini sesuai dengan pengetahuan teori ekonomi dasar yang
menyatakan bahwa : laba maksimum yang dapat diperoleh si produsen
bila MR MC . Sehingga terjadi harga yang terjadi p dengan jumlah
hasil produksi x1 . Juga diperhatikan persyaratan : ' ' 0 atau ' ' 0 .
Contoh:
Misalkan fungsi permintaan suatu barang x 400 20 p dan biaya
2
rata-rata q 5 x Q 5 x x . Tentukan laba maksimum!
50 50
Penyelesaian
RQ
Persyaratan yang harus dipenuhi : ' 0, ' ' 0
d dR dQ
' R'Q' 0 R' Q'
dx dx dx
dQ x dR
Dari biaya total, diperoleh : Q' 5 dan R' R p.x
dx 25 dx
x 400 20 p
20x 400 x
x
p 20
20
x2
R xp 20x
20
dR x
R' 20
dx 10
Padahal R'Q' maka:

x x
5 20
25 10
x x
15
25 10

97
Matematika Ekonomi

7x
15
50
7 x 750
750
x 107
7
107
p 20 9,3
20
Dan besarnya laba maksimum:
x2 x2
5 x 20x
50 20
23,2

d 2R 1
Cek: R' ' 2

dx 10

d 2Q 1
Q' ' 2

dx 25

d 2 1 1
2
R' 'Q' ' 0 (memenuhi)
dx 10 25
Jadi, ' ' 0

1. Pengaruh Perpajakan Pada Monopoli


Adanya pajak sebesar t per unit yang dikenakan terhadap barang
yang diproduksi oleh seorang monopoli akan menimbulkan meningkatnya
biaya rata-rata sebesar t dan meningkatnya biaya total sebesar tx . Harga
dan jumlah keseimbangan yang dicapai yaitu dengan memaksimalkan
laba dan dengan menggunakan fungsi biaya:
Q1 Q tx . Jadi, R Q1 R Q tx
( p q t)x
Memaksimalkan laba syaratnya: ' 0 & ' ' 0
Jika pajak yang dikenakan merupakan pajak penjualan yang
didasarkan pada harga, yang ditetapkan kepada konsumen yaitu:
t rp; r dalam persentase. Maka persamaan laba dapat dinyatakan :

98
Matematika Ekonomi

Misalkan:
p : harga sebelum pajak
p1 : harga sesudah pajak, sehingga p1 p(1 r ) .

p1 x
Jadi R Q px Q Q dimana p1 dan Q adalah
1 r
fungsi dari x .
Contoh:
Bila fungsi permintaan adalah p 10 3x , biaya rata-ratanya q 3
dan terhadap barang ini dikenakan pajak sebesar satu per unit pada si-
monopolis. Tentukan banyaknya barang dan harganya yang dapat
menghasilkan laba maksimum.
Penyelesaian:
p 10 3x ; q 3 1 4
R px 10x 3x 2 Q1 4 x
R' px 6 x dan Q'1 4
R' ' 6
10x 3x 2 4 x 6 x 3x 2
' 6 6x
' ' 6
Syarat laba maksimum : ' 0
6 6x 0 x 1
x 1 p 10 3 7
63 3
Jadi banyaknya barang adalah 1 dan harga barang yang menghasil-
kan laba maksimum adalah 7.
2. Penerimaan Maksimum Dari Pajak
Jika pajak tambahan dikenakan terhadap suatu barang yang
dipasarkan, maka penerimaan total dari pajak T yang diterima Pemerintah
adalah T tx1 .
Dimana :
x1 : jumlah keseimbangan baru setelah pajak
t : bayar per unit

99
Matematika Ekonomi

Nilai t dan x1 dihubungkan melalui fungsi permintaan dan penawaran

D : p1 f ( x) dan S : s1 F ( x) t
Bila t dianggap variabel, maka terlihat t 0 berarti penerimaan
dari pajak tidak ada dan bila pajak t sangat besar sehingga menimbulkan
jumlah yang diminta nol, maka penerimaan dari pajaknya juga tidak ada.
Sehingga dengan demikian kita dapat menentukan besarnya nilai T
maksimum. Seandainya T merupakan fungsi dari t saja, maka maksi-
mumnya dicapai dengan melihat penerimaan marginal dari pajak dengan
pemakaian pada t saja atau x saja.
Bila t merupakan hubungan linier dengan x , maka T fungsi dari x .
Contoh:
Bila diketahui permintaan suatu barang adalah: p 12 2 x dan
fungsi penawaran barang p 3 2 x . Terhadap barang ini dikenakan
pajak tambahan sebesar t . Berapa besarnya pajak t tersebut agar hasil
penerimaan total dari pajak bagi pemerintah menjadi maksimal.
Penyelesaian:
D : p 12 2 x
S1 : p 3 x t
Titik keseimbangan pasar dicapai bila:
12 2 x 3 x t
9 t 3x
9t 1
x 3 t
3 3
Hasil penerimaan dari pajak ini adalah:
1
T t.x 3t t 2
3
dT 2 d 2T 2
3 t dan 0
dt 3 dt 2 3
Hasil penerimaan pajak yang maksimum dicapai untuk
t 4,5; x 1,5; p 9 dan Tmak 6,75 .
3. Consumers Surplus dan Producers Surplus.
Apabila fungsi atau curve permintaan suatu barang tertentu
diketahui dan besarnya permintaan pasar x0 dan harga yang terjadi P0

100
Matematika Ekonomi

dapat ditentukan, seperti halnya pada pasar persaingan murni, pasar


monopoli dan sebagainya.
Dalam hal ini consumer yang sebenarnya telah bersedia membayar
untuk harga yang lebih dari harga pasar P0 .
Keuntungan yang diterima consumers surplus, surplus ini dinilai
dari luas dibawah curve permintaan sampai dengan tingkat harga yang
terjadi di pasar.
Curve-nya adalah:

P
S
Cs E
P0

X
X0
Dari gambar dapat dilihat: luas dibawah Curve permintaan dikurangi
luas segi empat dari x0 P0 adalah luas consumers surplus (c.s).
x0
c.s. 0 pd dx ( p0 x0 )

Dimana pd adalah suatu fungsi dari x untuk fungsi permintaan.


Jika fungsi permintaan adalah: x g ( p) maka consumers surplus
diperoleh yaitu:
x0
c.s. 0 x dp .

Dimana luas yang terdapat dengan melihat sumbu p sebagai garis


horizontal, yang dimulai dari p 0 sampai dengan titik M dari nilai pd
saat x 0 .
Jika fungsi atau curve penawaran suatu barang tertentu diketahui,
dimana jumlah yang ditawarkan x0 dengan harga p 0 , maka produser
(supplier) menawarkan barangnya dibawah harga p 0 , dan mendapatkan
keuntungan karena harga yang terjadi adalah p 0 .

101
Matematika Ekonomi

Surplus produser total dapat dinyatakan pada gambar:

P
S

E
P0
Ps
D

X
X0
Dari gambar terlihat bahwa surplus produser adalah luas dibawah
garis horizontal p 0 dan diatas curve penawaran. Keuntungan ini disebut
producers surplus.
Untuk mencari producers surplus dengan mencari luas:
x0
p.s. ( p 0 x0) 0 ps dx

Dimana p.s. merupakan suatu fungsi dari p untuk fungsi


penawaran. Jika fungsi penawaran dalam bentuk x G( p) ; maka luas
x0
producers surplus yaitu p.s. 0 x dp .

Dimana luasnya dapat dicari dengan melihat sumbu p sebagai garis


horizontal yang dimulai dari titik sampai dengan p 0 dari curve pada
saat x 0 .
Contoh 1:

Jika fungsi permintaan adalah p 35 2 x x 2 , maka tentukan


besarnya consumers surplus pada x0 3 .
Penyelesaian:

p 35 2 x x 2 bila x0 3 maka p 0 20

Grafik fungsi atau curve permintaan merupakan sebagian dari


parabola dan dapat digambarkan:

102
Matematika Ekonomi

P
35

Cs

20
D

10
X

0 5

3
0 (35 2x x
2
c.s. )dx ( p0 x0 )

3
0 (35 2x x
2
)dx (20.3)

3
0 (35 2x x
2
)dx (60)

1 3

35 x 2 x3 0 60 27
3

Jadi besarnya consumers surplus adalah 27.


Contoh 2:
Bila fungsi penawaran adalah p 16 x dan x0 5 . Carilah
besarnya producers surplus.
Penyelesaian:

p 16 x p 2 16 x

x p 2 16
Jika x0 5 p 0 5 dan x 0 p 4

Grafik fungsi atau Curve penawaran merupakan sebagian parabola


dan dapat digambarkan:

103
Matematika Ekonomi

5
Cs
4 S

0 9 X
9
p.s. 45 0 16 x dx

0
2 9
45 (16 x) 16 x
3
250 128 13 1
45 4
3 3 3 3

Contoh 3:
12
Jika diketahui fungsi permintaan adalah D : p 2 dan fungsi
x 1
penawaran adalah S : p 12 2 dan fungsi penawaran S : p 1 ( x 2),
x 1 2
tentukan Consumers surplus dan producers surplus pada titik
keseimbangan pasar (silahkan coba sendiri).
Contoh 4:
Bila diketahui fungsi permintaan D : p (8 x) 2 dan fungsi
penawaran S : p 10 5x . Tentukan consumers surplus dan producers
surplus.
a. Pada titik keseimbangan pasar.
b. Laba maksimal dari pasar monopoli dimana fungsi penawaran
tersebut merupakan fungsi biaya marginal.
Penyelesaian
a. Keseimbangan pasar diperoleh S D

10 5x (8 x)
10 5x 64 16x x 2

104
Matematika Ekonomi

x 2 21x 54 0
( x 3)(x 18) 0

Jadi titik keseimbangan pasar adalah pada x 0 3 dan p 25 .

Grafik fungsi atau curve permintaan dan penawaran dapat


digambarkan:

60 S
50
40
30 E
20
10
D
X
0 4 8

Besarnya consumers surplus:


3
0 (16 16x x
2
c.s. )dx 75


3
1 3
16 8 x 2 x 0
75 54
3
Besarnya producers surplus:
3 5 2 3
p.s. 75 0 (10 5x)dx 75 (10x 2 x )
0

b. Laba maksimal dari pasar monopoli diperoleh:

R 64x 16x 2 x3 Q' 10 5x

R' 64 32x 3x 2
R ' Q'

64 32x 3x 2 10 5x

105
Matematika Ekonomi

54 3 / x 3x 2 0
2 2
x1 1 dan x2 10
3 3
2
Jumlah yang dicapai pada laba maksimal adalah x 1 dengan
3
1
harga 18 .
3
Besarnya consumers surplus adalah:
5/3 275
c.s. 0 (64 32x 3x 2 )dx
9


5/ 4
1 3 275
64x 8 x 2 x 0

3 9
55,43

Besarnya producers surplus adalah:


275 5/3
p.s.
9
0 (10 5 x)dx

275 5 5/3
(10 x 2 )
9 2 0

275 50 125
0
9 3 18
275 300 125

9 18
550 425

18 18
125
7, 4
18

106
Matematika Ekonomi

BAB VII
ALJABAR DAN MATRIKS

A. Matriks dan Vektor


Matriks
Matriks adalah kumpulan bilangan, parameter atau variabel tersusun
dalam baris dan kolom sehingga terbentuk segi empat. Susunan ini
biasanya diletakkan dalam tanda kurung atau kurung siku .
Bilangan, parameter atau variabel yang berada dalam kurung tersebut
merupakan anggota atau elemen dari matriks.
Notasi : huruf besar, misal A
Contoh matriks A dengan elemen aij
A = [ aij ], dengan i = 1 ,2, ..., m
J = 1 , 2, ..., n
m : menunjukkan baris
n : menunjukkan kolom
m x n : dimensi / ordo / ukuran matriks
Vektor
Susunan bilangan yang hanya terdiri dari satu baris (vektor baris)
atau satu kolom vektor kolom).
Vektor baris A(1xn) a11 a12. ... a1n

a11

a21
Vektor kolom A( mx1)
...

am1

107
Matematika Ekonomi

Jenis-jenis Matriks
1. Matriks Bujur Sangkar
Matriks yang memiliki jumlah baris (m) dan jumlah kolom (n) yang
sama. Misal matriks A berdimensi 2 x 2 dimana m = 2 dan n =2.
a a
A2 x 2 11 12
a21 a22
2. Matriks Diagonal
Matriks A disebut matriks diagonal jika aij 0 untuk i j .

a11 a12 a13 1 0 0



A2 x 2 a21 a22 a23 0 2 0
a31 a32 a33 0 0 3

3. Matriks Simetris
Matriks bujur sangkar yang memiliki elemen di bawah diagonal
merupakan cerminan dari elemen di atas diagonal sehingga tranpose
matriks A( A' atau AT ) sama dengan matriks A( A' AT A) . Atau
dengan kata lain, matriks A disebut matriks simetris jika aij a ji untuk
setiap i dan j.
a11 a12 a13 1 3 5 a12 a21

[ A] a21 a22 a23 3 2 7 dimana a13 a31
a31 a32 a33 5 7 4 a23 a32

4. Matriks Skalar
Matriks bujur sangkar yang elemen-elemen nilai yang sama pada
diagonal utamanya.
a11 0 0

A 0 a22 0 dimana a11 a22 a33
0 0 a33

Contoh:
3 0 0
0 3 0 [3]

0 0 4

108
Matematika Ekonomi

5. Matriks Identitas ( I atau I n )


Matriks bujur sangkar yang elemen-elemen pada diagonal utama
bernilai 1, sedangkan elemen yang lain bernilai nol.
1 0 0
1 0
I2 I 3 0 1 0
0 1 0 0 0

Sifat-sifat:
a. AI IA A
b. IT I
c. I 1 I
6. Matriks Nol
Matriks yang seluruh elemen-elemennya terdiri dari bilangan nol.
0
0 0
I 2x 2 , I 3x1 0
0 0 0

7. Matriks Segitiga
Matriks dimana nilai semua elemen di atas diagonal utama atau di
bawah diagonal utama bernilai nol.
a11 a12 a13
Matriks segitiga atas: A 0 a22 a23


0 0 a33
0 0 0
Matriks segitiga bawah: A a21 a22 a23

a31 a23 a33

8. Matriks Idempoten
Matriks bujur sangkar A disebut matriks idempoten jika memenuhi
aturan AA=A.
Contoh:
0,4 0,8
A
0,3 0,6
0,4 0,8 0,4 0,8 0,4 0,8
A A
0,3 0,6 0,3 0,6 0,3 0,6

109
Matematika Ekonomi

9. Matriks Partisi
Suatu matriks yang dibagi menjadi dua atau lebih submatriks.
Pembagiannya dapat dilakukan menurut baris dan (atau) kolom. Matriks
partisi ditandai dengan garis horizontal dan (atau) garis vertikal secara
terputus-putus. Kegunaannya adalah untuk memudahkan dalam operasi
matriks. Misal matriks A berukuran m x n :
A A A
A 1 , A A1 A2 , A 11 12
A2 A21 A22
10. Matriks Tranpose
Matriks yang barisnya saling dipertukarkan menjadi kolom atau
sebaliknya kolom menjadi baris.

Notasi: A' atau AT


3 7 3 9
Contoh: A maka AT
9 2 7 2
Sifat-sifat Tranpose:
a. Tranpose dari tranpose suatu matriks adalah matriks itu sendiri
atau matriks aslinya.
[ AT ]T A
b. Tranpose dari suatu jumlah atau selisih matriks adalah jumlah
selisih matriks masing-masing tranpose.
[ A B]T AT BT
c. Tranpose dari suati hasil kali matriks adalah perkalian dari
tranpose-tranpose dalam urutan yang terbalik.
[ AB]T BT AT atau [ ABC]T CT BT AT
Operasi Matriks
a. Penjumlahan dan pengurangan matriks
Matriks dapat dijumlah atau dikurang jika memiliki dimensi
(ukuran) yang sama.
Amxn Bmxn Cmxn
Sifat-sifat penjumlahan (atau pengurangan):
Komutatif: A B B A
Asosiatif: ( A B) C A ( B C)

110
Matematika Ekonomi

b. Perkalian matriks
Matriks dapat dikalikan jika dan hanya jika ukuran kolom suatu
matriks sama dengan ukuran baris matriks lainnya.
Amxn B pxq Cmxn dimana n = p

Sifat-sifat:
1) A 0 0
2) AI 0
3) Perkalian skalar (k ) : kA Ak
4) AB BA
5) Asosiatif: ( AB)C A( BC)
6) Distributif: A( B C ) AB BC
( B C ) A BA CA
Determinan dan Sifat Dasar dari Determinan
Determinan suatu matriks adalah suatu bilangan skalar yang
diperoleh melalui operasi tertentu dari elemen-elemen matriks tersebut.
Determinan hanya dapat diperoleh pada matriks bujur sangkar. Penulisan
suatu determinan matriks ditandai dengan kurung | |, misalkan determinan
matriks A ditulis A .
Metode perhitungan determinan:
a. Determinan tingkat dua (second-order determinant)
a a
A 11 12
a21 a22

a a
A 11 12 (a11 a 22 ) (a12 a 22 )
a21 a22
Contoh:
10 4
A {(10)(5)} {(8)(4)} 18
8 5
b. Determinan tingkat tiga (third-order determinant)
a11 a12 a13

[ A] a21 a22 a23
a31 a32 a33

111
Matematika Ekonomi

1) Metode sarrus
a11 a12 a13 a11 a12
A a21 a22 a23 a21 a22
a31 a32 a33 a31 a32

a11a22a33 a12a23a31 a13a23a31


a31a22a13 a32a23a11 a33a21a12
Contoh:

2 1 3
A 4 5 6
7 8 9
(2)(5)(9) (1)(6)(7) (3)(8)( 4) (2)(8)(6) (1)( 4)(9) (3)(5)(7)
9
2) Metode laplace expanation
j
A aijCij
i 1

Dimana:

Cij (1)i j Cij


aij : elemen matriks A ke-ij
Cij : kofaktor matriks ke-ij
M ij : minor matriks ke ij, merupakan nilai submatriks
dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j.
Sehingga nilai determinan dari matriks A berdimensi 3 x 3:
A a11C11 a12C12 a13C13
A a11 M11 a12 M12 a13 M13
a22 a23 a21 a23 a21 a22
A a11 a12 a13
a32 a33 a31 a33 a31 a32
a11a22a33 a11a23a32 a12a23a31 a12a21a33 a13a21a32
a13a22a31

112
Matematika Ekonomi

Sifat-sifat Determinan:
a. Pertukaran baris dengan kolom tidak mempengaruhi nilai
determinan. Dengan kata lain, nilai determinan suatu matriks
sama dengan nilai determinan tranpose matriks tersebut.
A A'
a b a c
ad bc
c d b d

43 45
Contoh: 9
56 36
b. Pertukaran dua baris (atau dua kolom) manapun akan mengubah
tanda, tetapi nilai dari determinannya tidak berubah.
a b
ad bc
c d
Pertukaran kedua baris menghasilkan:
c d
cb ad (ad bc)
a b
013
Contoh: 2 5 7 26 ,
301

Pertukaran kolom pertama dengan kolom ketiga menghasilkan:


310
7 5 2 26
10 3

c. Perkalian dari satu baris (atau satu kolom) manapun dengan


bilangan skalar k akan mengubah nilai determinan sebesar k kali.
ka kb
kad kbc k (ad bc)
c d

Perlu diingat bahwa: kA k A


Jika dengan mengalikan suatu matriks A dengan bilangan konstan
k, maka semua elemen dalam A dikalikan oleh k. Tetapi, bila
mengalikan determinan A dengan k, hanya satu baris (atau kolom
yang dikalikan oleh k.

113
Matematika Ekonomi

a b ka kb
k
c d kc kd
a b ka kb ka b
k
c d c d kc d
d. Penambahan (atau pengurangan) dari suatu kelipatan baris atau
kolom manapun, ke baris atau kolom yang lain akan menyebab-
kan nilai determinannya tidak berubah.
a b
a(d kb) b(c ka)
c ka d kb

a b
ad bc
c d
e. Apabila satu baris atau kolom adalah identik atau kelipatan dari
baris atau kolom lainnya, maka nilai determinannya akan menjadi
nol.
2a 2b
2ab 2ab 0
a b

B. Model Linier dengan Pendekatan Matriks


Pengenalan Matriks
Matriks adalah sederetan bilangan berbentuk persegi panjang yang
diapit oleh sepasang kurva siku dan memenuhi aturan-aturan tertentu.
Matriks juga didefinisikan sebagai array segi empat dari bilangan,
parameter, atau variabel. Misalkan diketahui sistem persamaan linear
sebagai berikut :
6 x1 3x2 x3 22
x1 4 x2 2 x3 12
4 x1 x2 5 x3 10

Maka sistem persamaan linear (SPL) tersebut dapat ditulis dalam


bentuk berikut :
6 3 1 x1 22

A 1 4 2 , x x2 , d 12
4 1 5 x 10
3

114
Matematika Ekonomi

Sehingga bentuk tersebut dapat ditulis dalam bentuk umum berikut :


a11 a21 ... a1n x1 d1

a a ... a2 n x d
A 21 22 , x 2 ,d 2
.... .... ... .... ... ...

am1 am 2 ... amn xn dm

Matriks m x n menunjukkan m baris dan n kolom. Matriks A aij


menunjukkan suatu matriks A yang berisi elemen i dan j adalah baris ke-i
dan j adalah kolom ke-j.
a a12
A 11
a21 a22

Sehingga dapat dibuat matriks dengan berbagai dimensi sesuai


dengan banyaknya baris dan kolom. Sebagai contoh adalah matriks 2 x 3
dan matriks 3 x 3 berikut.
1 3 1
1 3 1
A2 x 3 A3 x 3 2 1 4
2 1 4 4 7 6

Operasi Matriks
Untuk menggunakan matriks dalam aplikasi ekonomi, terlebih
dahulu perlu dipahami operasi matriks, yaitu :
a. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua buah matriks bisa ditambah atau dikurangi jika dan
hanya jika matriks tersebut memiliki dimensi yang sama. Contoh:
1 3 6 7
1) A , B maka penjumlahan matriks A dan
2 1 8 9
matriks B adalah A B
7 10

10 10

Bentuk umumnya : aij bij cij , dimana cij aij bij .

Jika matriks B dijumlahkan dengan matriks A menghasilkan :


7 10
B A
10 10
Kesimpulan : A B B A .

115
Matematika Ekonomi

2) Pengurangan matriks A dan B menghasilkan matriks :


5 4
A B
6 8


Bentuk umumnya : aij bij cij , dimana cij aij bij .

Jika matriks B dikurangi matriks A menghasilkan :


5 4
B A
6 8
Kesimpulan : A B B A .
Hukum komutatif hanya berlaku pada operasi penjumlahan
matriks, yaitu : A B B A .
Selain berlaku hukum komutatif, pada operasi penjumlahan
matriks juga berlaku hukum asosiatif, ( A B) C A ( B C ) ,
coba buktikan.
b. Perkalian Skalar
Perkalian matriks dengan angka atau yang lebih sering dikenal
dengan skalar adalah perkalian setiap elemen matriks dengan
skalar tersebut.
Contoh :

Perkalian matriks A, A
1 3
, dengan angka 10, akan
2 1
menghasilkan, misalkan matriks B, yaitu :
1 3 10 30
B 10 = .
2 1 20 10
c. Perkalian Matriks
Untuk suatu matriks A dan B, secara umum, jika matriks A
memiliki dimensi m x n dan matriks B memiliki dimensi p x q,
maka matriks A dapat dikalikan dengan matriks B jika dan hanya
jika n = p.
Contoh :
b11 b12 b13
1) A1x 2 a11 a12 dan B23 , maka :
b21 b22 b23

116
Matematika Ekonomi

A1x 2 .B2 x3 C c11 c12 c13

c11 a11b11 a12b21


Dimana : c12 a11b12 a12b22
c13 a11b13 a12b23
2) Dalam perkalian matriks berlaku aturan Asosiatif dan
Distributif.
Aturan Asosiatif
( AB)C A( BC )
Aturan Distributif
A( B C ) AB AC
( B C ) A BA CA
Jenis-jenis Matriks
a. Matriks Identitas
Matriks identitas atau identity matrix adalah matriks kuadrat
(square matrix) dengan nilai 1 pada diagonal utamanya dan nilai
0 pada posisi lainnya. Disimbolkan dengan In atau I saja.
Contohnya sebagai berikut :

1 0 0
1 0
I2 I3 0 1 0
0 1 0 0 1

Pada matriks identitas berlaku aturan : IA AI A .
Contoh :
1 2 3
Bila A , maka
2 0 3

1 0 1 2 3 1 2 3
1) IA A
0 1 2 0 3 2 0 3
1 0 0
1 2 3 1 2 3
2) AI 0 1 0 A
2 0 3 2 0 3
0 0 1

117
Matematika Ekonomi

Jika A I n , dimana In adalah matriks identitas, sehingga :

AI n ( I n )2 I n ( I n )k I n ,(k 1, 2,.....)
Suatu matriks identitas tidak akan berubah jika dikalikan berapa
kalipun oleh matriks itu sendiri, disebut dengan matriks
idempoten (idempotent matrix).
b. Matriks Nol
Matriks nol adalah matriks yang seluruh elemennya berupa
bilangan nol. Contoh :
0 0 0 0 0
0(2 x 2) , dan 0(2 x 3)
0 0 0 0 0
Pada matriks nol berlaku aturan :
a. A( mxn ) 0( mxn ) 0( mxn) A( mxn) A( mxn)

b. A( mxn ) .0( nxp ) 0( mxp )

c. 0( qxm). A( mxn ) 0( qxn)

c. Matriks Kolom
Adalah suatu matriks yang hanya memiliki satu kolom saja.
Contoh :

1

A 2
4

d. Matriks Baris
Adalah suatu matriks yang hanya memiliki satu baris saja.
Contoh :
A 1 3 1
Transpose Matriks
Transpose matriks dapat dilakukan dengan menukar posisi baris dan
kolom, baris pertama akan menjadi kolom pertama dan kolom pertama
akan menjadi baris pertama, dan dinotasikan dengan A' atau AT .
Contoh:

118
Matematika Ekonomi

3 8 9 3 4
A dan B
1 0 4 1 7
Maka transpose dari kedua matriks tersebut adalah :
3 1
3 1
A 8 0 dan B '
'

9 4 4 7

Secara definisi, jika matriks A berdimensi m x n, selanjutnya
transpose-nya, A' , akan berdimensi n x m. Untuk matriks kuadrat yang
berdimensi n x n memiliki transpose dengan dimensi yang sama.
Sifat-sifat Transpose
a. Transpose dari transpose matrik adalah matrik asalnya
( A' )' A

4 1 4 9
Contoh: A , maka A
'

9 0 1 0
4 1 ( A' )' A .
Sehingga: ( A )
' '
; terbukti
9 0
b. Transpose dalam bentuk penjumlahan adalah penjumlahan dari
transpose:
( A B)' A' B'

4 1 2 0
Contoh : A dan B
9 0 7 1
Selanjutnya :
6 1 6 16
A B , maka ( A B)
'

16 1 1 1
4 9 2 7 6 16
A' dan B
'
, maka A B
' '

1 0 0 1 1 1
Terbukti ( A B)' A' B' .

119
Matematika Ekonomi

c. Transpose suatu hasil perkalian adalah perkalian dari transpose


dalam urutan yang terbalik (in reverse order)
( AB)' B' A'
1 2 0 1
Contoh : A dan B , maka
3 4 6 7
12 13 12 24
1) AB sehingga (AB)'
24 25 13 25
0 6 1 3 12 24
2) B' A'
1 7 2 4 13 25
3) Jadi, terbukti ( AB)' B' A' .
Invers Matriks
Untuk matriks A, invers matriks A dinotasikan dengan A1 . Pada
umumnya, setiap matriks pasti memiliki transpose, tetapi tidak dengan
invers matriks. Tidak semua matriks memiliki invers. Invers matriks,
A1 , hanya bisa didefinisikan dari matriks segi empat atau persegi yang
memenuhi kondisi :
AA1 A1 A I
Sifat-sifat Matriks Invers adalah :
a. Tidak setiap matriks persegi (jumlah baris = kolom) mempunyai
invers. Matriks persegi merupakan syarat perlu (necessary
condition) tapi belum merupakan syarat cukup (sufficient
condition) untuk menimbulkan invers matriks. Matriks persegi
yang memiliki invers disebut matriks non-singular, dan yang
tidak memiliki invers disebut matriks singular.
b. Invers dari matriks invers adalah matriks awal.
( A1 )1 A
c. Invers dari perkalian matriks AB adalah perkalian invers matriks
AB dengan susunan yang berkebalikan.
( AB)1 B1 A1
d. Invers dari matriks transpose adalah transpose dari matriks
invers.
( A' )1 ( A1 )'

120
Matematika Ekonomi

e. Jika A adalah matriks yang berdimensi n x n, selanjutnya A1


haruslah merupakan matriks yang berdimensi n xn juga.
f. Jika suatu matriks memiliki invers, matriks tersebut adalah unik
(unique).
Seperti disebutkan sebelumnya, matriks persegi dapat memiliki
invers atau disebut juga matriks non-singular, dan ada juga yang tidak
memiliki invers atau disebut matriks singular. Syarat untuk matriks yang
non-singular adalah :
a. Syarat Perlu
Syarat perlu atau necessary condition-nya adalah matriks
tersebut harus berbentuk matriks persegi atau kuadrat.
b. Syarat Cukup
Syarat cukup atau sufficient condition adalah bahwa baris
maupun kolom matriks tersebut harus bebas secara linear
(linearly independent). Suatu baris atau kolom dikatakan sebagai
tidak bebas secara linear (linearly independent) jika dan hanya
jika baris atau kolom tersebut bukan merupakan kombinasi linear
dari baris atau kolom lainnya.
Misalkan ada matriks berikut :
5 12 matriks ini tidak bebas secara linear (linearly
1) A
10 24
independent). Karena baris 1, b1 5 12 dan baris 2,
b2 10 24 memiliki kombinasi linear. Yaitu :

2b1 2(5 12) (10 24) b2 atau 2b1 b2 0

3 4 5 v1

2) A 0 1 2 v2 matriks ini juga tidak bebas secara
6 8 10 v
3
linear (linearly independent). Karena v3 2v1 , yaitu
(6 8 10) 2((2 4 5) . Atau bisa ditulis juga, v3 2v1 0v2 ,
2v1 0v2 v3 0 . Bentuk terakhir ini akan diperoleh vector
nol, sehingga dapat dikatakan matriks ini juga tidak bebas
secara linear (linearly independent).

121
Matematika Ekonomi

1. Pengujian Non-Singularitas dengan Menggunakan Determinan


Determinan matriks A, A , berupa bilangan skalar/konstan.
Determinan didefinisikan hanya untuk matriks kuadrat atau persegi saja.
Matriks terkecil yang mungkin memiliki determinan adalah matriks
dimensi 1 x 1, A1x1 a11 . Determinan sama dengan elemen tunggal
a11 , A a11 a11 .
a. Determinan Orde Kedua
a a
Untuk matriks 2x2, A 11 12 maka determinannya
a21 a22
a11 a12
dirumuskan sebagai berikut : A a11a22 a21a12 .
a21 a22

10 4
Contoh : A maka determinan matriks A adalah
8 5
10 4
A 10(5) 8(4) 18
8 5
b. Determinan Orde Ketiga
a11 a12 a13
Untuk matriks 3x3, A a a maka determinan-
21 22 a23
a a33
31 a32
nya dirumuskan sebagai berikut :
a11 a12 a13
a a23 a a a a
A a21 a22 a23 a11 22 a12 21 23 a13 21 22
a32 a33 a31 a33 a31 a32
a31 a32 a33

A a11a22 a33 a11a23a32 a12a23a31 a12 a21a33 a13a21a32 a13a22 a31

Ini yang dikenal dengan Metode Sarus.


2 1 3
Contoh : A 4 5 6 maka determinan matriks A adalah

7 8 9

122
Matematika Ekonomi

2 1 3
A 4 5 6 (2)(5)(9) (1)(6)(7) (3)(8)( 4) (2)(8)(6) (1)( 4)(9)
7 8 9

(3)(5)(7) 9

c. Determinan Orde Ke-n


Untuk menghitung determinan dari matriks yang memiliki
dimensi besar, n x n, digunakan Metode Ekspansi Laplace.
Metode Ekspansi Laplace menggunakan salah satu baris atau
kolom saja dalam matriks tersebut. Misalkan ada matriks A yang
a11 a12 a13
berdimensi 3x3, A a21 a22 a23 , maka determinan matriks

a
31 32a a 33

a11 a12 a13


A adalah A a21 a22 a23 .
a31 a32 a33
Untuk menentukan determinan matriks A, ambil salah satu
baris atau kolom, misalkan baris yang digunakan adalah baris 1,
b1 a11 a12 a13 . Elemen-elemen pada baris 1 terdiri dari
a11 , a12 a13
, dan .

1) Elemen a11
Pada waktu memilih elemen a11 maka diperoleh sub-
determinan A yang diperoleh dengan menghilangkan baris
pertama dan kolom pertama dari A . Ini disebut minor dari
elemen a11 atau M 11 .

a22 a23
M 11
a32 a33

123
Matematika Ekonomi

2) Elemen a12
Pada waktu memilih elemen a12 maka diperoleh sub-
determinan A yang diperoleh dengan menghilangkan baris
pertama dan kolom kedua dari A . Ini disebut minor dari
elemen a12 atau M 12 .

a21 a23
M 12
a31 a33
3) Elemen a12
Pada waktu memilih elemen a13 maka diperoleh sub-
determinan A yang diperoleh dengan menghilangkan baris
pertama dan kolom ketiga dari A . Ini disebut minor dari
elemen a13 atau M 13 .

a21 a22
M 13
a31 a32
Suatu konsep yang berhubungan erat dengan minor
adalah kofaktor. Kofaktor dirumuskan : Cij (1)i j M ij .
Maka pada waktu memilih baris pertama untuk menentukan
determinan dari matriks A diperoleh rumus sebagai berikut.
A a11 M11 a12 M12 a13 M13
3
A a11 C11 a12 C12 a13 C13 aij C1 j
j 1

Contoh :
5 6 1
Ada matriks A 2 3

0 , tentukan determinan dari

7 3 0

matriks A tersebut dengan menggunakan metode ekspansi
laplace?
5 6 1
A2 3 0
7 3 0

124
Matematika Ekonomi

a) Menggunakan baris pertama


3 0 2 0 2 3
M11 , M12 , dan M13
3 0 7 0 7 3

M11 0, M12 0, dan M13 27

C13 (1)13 M13 =-


27
3 0 2 0 2 3
A 5 6 1 0 0 27 27
3 0 7 0 7 3
b) Menggunakan kolom pertama
3 0 6 1 6 1
M11 , M 21 , dan M 31
3 0 3 0 3 0

M11 0, M 21 3, dan M 31 3

C21 (1)21 M 21 3, dan C31 (1)31 M 31 3

3 0 6 1 6 1
A 5 2 7 0 6 21 27
3 0 3 0 3 0

2. Sifat-sifat Dasar Determinan


Ada lima sifat dasar determinan dan merupakan sifat umum
determinan untuk semua orde.
a. Pertukaran baris dengan kolom tidak mempengaruhi nilai
determinan dari matriks, misalkan matriks A, tersebut. Sehingga :
A A' .

4 3 4 5 a b a c
Contoh : 9 atau ad bc
5 6 3 6 c d b d
b. Pertukaran dua baris manapun (atau dua kolom manapun) akan
mengubah tanda, tetapi nilai bilangan dari determinan-nya tidak
berubah.

125
Matematika Ekonomi

Contoh :
a b
1) ad bc , tetapi pertukaran kedua baris menghasilkan
c d
c d
bc ad (ad bc)
a b

0 1 3
2) 2 5 7 26 , tetapi pertukaran kolom pertama dan ketiga
3 0 1
3 1 0
menghasilkan 7 5 2 26
1 0 3

c. Perkalian dari satu baris (atau satu kolom) manapun dengan


skalar k akan mengubah nilai determinan sebesar k kali. Dimana
k tadi dikalikan ke satu baris atau kolom saja.
Contoh :
2 4
16 20 4
5 8

2 4 6 12
Kalikan dengan skalar 3, maka 3 48 60
5 8 5 8
12 3(4) , dimana skalar 3 dikalikan ke baris 1 saja. Jika
2 4
skalar 3 dikalikan ke kolom 2 maka dihasilkan 3
5 8
2 12
48 60 12 3(4) .
5 24
d. Pertambahan/pengurangan dari suatu kelipatan baris manapun
ke/dari baris yang lain akan menyebabkan nilai determinannya
tidak berubah, begitu juga dengan kolom.

126
Matematika Ekonomi

Contoh :
2 4
Jika ada matriks A maka determinan dari matriks A
5 8
2 4
adalah A 16 20 4
5 8

Baris 1 matriks A dikali dengan skalar 3 kemudian ditambahkan


ke baris ke-2 maka dihasilkan matriks, misalkan matriks B,
berikut :
2 4 2 4
B maka determinan matriks B adalah B
11 20 11 20

B 40 44 4 .

e. Bila satu baris atau kolom adalah kelipatan dari baris atau kolom
lainnya, maka nilai determinan-nya menjadi nol.
Contoh :
3 6 maka determinan matriks A, 3 6
= 24 24 = 0.
A A
4 8 4 8

Rank/Peringkat Matriks
Rank suatu matriks menunjukkan jumlah maksimum baris atau
kolom yang bebas secara linear dalam matriks tersebut. Misalkan jumlah
baris maksimum dalam matriks A adalah r maka matriks A mempunyai
rank r. Rank dari matriks m x n paling tinggi bernilai m atau n, mana
0 11 4
yang terkecil. Contoh, temukan rank dari matriks A 2 6
2 ?

4 1 0

Langkah-langkah mencari rank suatu matriks adalah :
a. Periksa kolom pertama untuk keberadaan nol. Jika terdapat elemen
nol di kolom 1, pindahkan 0 (elemen pertama dari kolom 1) ke
bagian bawah kolom tersebut. Tukar baris 1 dan baris 3, sehingga
dihasilkan :
4 1 0

A1 2 6 2
0 11 4

127
Matematika Ekonomi

b. Tujuannya untuk membentuk matriks identitas dan matriks


segitiga atas. Sehingga baris 1 matriks A1 dikali dengan ,
menghasilkan matriks berikut.
1 1/ 4 0

A2 2 6 2
0 11 4

c. Kemudian, perhatikan kolom pertama dan baris kedua matriks
A2 , ubah elemen 2 menjadi nol. Baris 1 matriks A2 dikali
dengan skalar -2 kemudian tambahkan hasilnya dengan baris 2.
Sehingga dihasilkan matriks berikut.
1 0

A3 0 5 2
0 11 4

d. Pada matriks A3 , baris 1 diabaikan. Sekarang perhatikan baris 2,


ubah elemen 5 menjadi 1. Baris 2 dibagi dengan 5, sehingga
dihasilkan matriks A4 berikut.

1 0

A4 0 1 4 /11
0 11 4

e. Pada matriks A4 , baris 1 dan 2 diabaikan. Sekarang perhatikan
baris 3-nya. Ubah elemen -11 menjadi nol. Baris 2 dikali dengan
11 kemudian tambahkan ke baris 3, sehingga diperoleh matriks
berikut.

1 0

A5 0 1 4 /11
0 0 0

f. Matriks A5 merupakan matriks akhir. Berdasarkan matriks
tersebut, jumlah baris bukan nol sebanyak dua (2) buah. Jadi,
0 11 4
dapat disimpulkan matriks A 2 6

2 memiliki rank

4 1 0

sama dengan 2, r(A)=2.

128
Matematika Ekonomi

Mencari Matriks Invers


Bila matriks A dalam sistem persamaan linear : Ax=d adalah non-
singular, maka nilai x dapat dicari bila nilai A1 diketahui sesuai aturan :
Ax d
A1 Ax A1d
x A1d

Metode yang paling sering digunakan untuk mencari matriks invers


adalah dengan Metode Pembalikan Matriks. Misalkan matriks
a11 a12 a13
1
A a21 a22 a23 maka matriks invers-nya adalah A . Dirumuskan:
a
31 a32 a33
1
A1 adjA . Contoh :
A

3 2
a. Carilah invers dari matriks A ?
1 0
Determinan matriks A, A 2 0 maka matriks A memiliki
matriks invers, A1 . Kofaktor setiap elemennya adalah
determinan 1 x 1, yaitu :

C C12 0 1
C 11 adjA
C21 C22 2 3

1
A1 adjA
A

0 2 0 1
A1
1 3 3/ 2

1 0 1
Jadi, matriks invers dari matriks A adalah A .
3/ 2
4 1 1
b. Carilah invers dari matriks B 0 3
2 ?

3 0 7

129
Matematika Ekonomi

Determinan matriks B, B 99 0 maka matriks B memiliki


matriks invers, B 1 . Kofaktor untuk masing-masing elemennya
adalah :
3 2
C11 (1)2 21
0 7

1 1
C31 (1)4 5
3 2

0 2
C12 (1)3 (6) 6
3 7

4 1
C32 (1)5 8
0 2

0 3
C13 (1)4 9
3 0

4 1
C33 (1)6 12
0 3

1 1
C21 (1)3 7
0 7

4 1
C22 (1)4 31
3 7

4 1
C23 (1)5 (3) 3
3 0
Maka matriks invers dari matriks B adalah :

C11 C12 C13 21 6 9



1
B C21 C22 C23 7 31 3
C
31 C32 C33 5 8 12

Aturan Cramer dirumuskan sebagai berikut.


Aj
x* j
A

130
Matematika Ekonomi

Contoh :
Carilah solusi dari sistem persamaan linear (SPL) berikut :
5 x1 3x2 30
6 x1 2 x2 8
SPL tersebut dapat dibuat matriks, Ax=d.

5 3 x1 30
, x , dan
6 2 2 8
5 3
A sehingga A 28
6 2
30 3
A1 84
8 2
5 30
A2 140
6 8
A1 84
Maka : x*1 3
A 28

A2 140
x* 2 5
A 28
Jadi, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear
tersebut adalah x 1 3 dan x 2 5 .
* *

131
Matematika Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Alpha, C.C., 1984, Fundamental Methods of Mathematical Economic,


McGraw. Hill. Inc. USA
Assaury, S.,1992, Matematika Ekonomi, Jakarta, Rajawali
Dumary, 1999, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi,
Yogyakarta, BPFE
Draper, JE., Klingman, JS., 1967, Mathematical Analysis, Business and
Economics Applications, New York, Harper and Row
Handoko, BS., 1974, Petngantar Matematika Untuk Ekonomi, Jakarta,
LP3ES
Hartono, D., 2008, Bahan Ajar Matematika Ekonomi, Jakarta, Program
Pascasarjana Ilmu Ekonomi, UI
Insukindro, dkk, 1985, Matematika Ekonomi, Yogyakarta, BPFE
Insukindro, 1985, Matematika Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, BPFE
Nasoetion, AH., 1972, Aljabar Matriks, Jakarta, Bharatarara
Sarjono, 1985, Modul Matematika Ekonomi, Jakarta, Karunika
Suprapto, J, 1972, Pengantar Matriks, Jakarta, FE UI
Subanti, S. dan Harjito, B., 1991, Matematika Ekonomi, Surakarta, UNS
Tauchid, 1989, Matematika Ekonomi, Semarang, Untag
Varian, Hal R., 1992, Microeconomic Analysis 3nd Edition, New York,
Norton & Company

132

View publication stats

You might also like