You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kebutuhan kertas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia pun sungguh memperlihatkan angka yang
menakjubkan. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) menunjukkan bahwa antara
tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya,
dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 26,11%. Namun, fenomena ini memberikan fakta
bahwa tingkat penggunaan bahan baku, yang dalam hal ini adalah kayu, sangat besar. Hal ini
mengakibatkan ketersediaan kayu yang semakin terbatas dan semakin parahnya degradasi yang
terjadi di dalam hutan. Salah satu usaha dalam mengefisiensikan pemanfaatan kayu dalam
penggunaannya sebagai bahan baku pulp dan kertas adalah menggantikan peranan kayu dengan
bahan lain yang potensial. Selain itu, proses dalam industri pulp dan kertas kebanyakan adalah
menggunakan proses kimia, yaitu proses soda, sulfat (kraft), sulfit, dan organosolv yang
ternyata bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses tersebut menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan yang cukup serius. Adanya langkah inovatif dengan menggunakan
limbah non-kayu sebagai bahan baku pulp dan penggunaan reaksi asam dalam prosesnya
diharapkan dapat menjadi upaya penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan
lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya industri pulp dan kertas. Pada proses pembuatan
pulp dan kertas menggunakan bahan selulosa yang mengandung lignin, namun pada proses ini
lignin harus dihilangkan karena mencemari warna dari produk kertas, dan membuat kualitas
kertas menjadi rendah. Namun, lignin juga memiliki manfaat, seperti sebagai bahan perekat,
bahan pengisi karet, dan bahan baku vanillin.
Lignin merupakan bagian terbesar dari selulosa, penyerapan sinar (warna) oleh pulp
terutama berkaitan dengan komponen ligninnya. Untuk mencapai derajat keputihan yang
tinggi, lignin tersisa harus dihilangkan dari pulp, dibebaskan dari gugus yang menyerap sinar
kuat sesempurna mungkin. Lignin akan mengikat serat selulosa yang kecil menjadi serat-serat
panjang. Lignin akan mengikat serat selulosa yang kecil menjadi serat-serat panjang. Lignin
tidak akan larut dalam larutan asam tetapi mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang
oleh zat-zat oksida lainnya. Di Indonesia lignin belum banyak dimanfaatkan untuk hal-hal yang
dapat berguna untuk lingkungan, karena lignin tersebut dapat membuat kerusakan jika tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

1
1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lignin?
2. Bagaimana struktur kimia dari lignin?
3. Bagaimana sifat-sifat dari lignin?
4. Bagaimana gugus fungsi lignin?
5. Bagaimana isolasi dari lignin?
6. Bagaimana aplikasi dan pemanfaatan lignin?

1.3. Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lignin
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur kimia dari lignin
3. Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat dari lignin
4. Untuk mengetahui bagaimana gugus fungsi lignin
5. Untuk mengetahui bagaimana isolasi dari lignin
6. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dan pemanfaatan lignin

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lignin

Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi yang tersusun
atas unit-unit fenilpropana. Lignin termasuk ke dalam kelompok bahan yang polimerisasinya
merupakan polimerisasi cara ekor (endwisepolymerization), yaitu pertumbuhan polimer terjadi
karena satu monomer bergabung dengan polimer yang sedang tumbuh. Polimer lignin
merupakan polimer bercabang dan membentuk struktur tiga dimensi.

Di alam keberadaan lignin pada kayu berkisar antara 25-30%, tergantung pada jenis
kayu atau faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kayu. Pada kayu, lignin umumnya
terdapat di daerah lamela tengah dan berfungsi pengikat antar sel serta menguatkan dinding sel
kayu. Kulit kayu, biji, bagian serabut kasar, batang dan daun mengandung lignin yang berupa
substansi kompleks oleh adanya lignin dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah
dengan bertambahnya umur tanaman.

Lignin bersifat tidak larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin yang melindungi
selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisa yang disebabkan oleh adanya ikatan alkil dan ikatan
eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan struktur dengan membentuk asam
format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan lain-lain. Sedangkan bagian lainnya
mengalami kondensasi Lignin mempunyai bobot molekul yang rendah di dalam kayu namun
menjadi makromolekul yang mempunyai bobot molekul lebih tinggi ketika terlarut. Bobot
molekul ini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi fungsi fisik dari lignin.
Bobot molekul lignin tidak seragam, karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses
isolasi lignin, degradasi makromolekul selama proses isolasi, efek kondensasi dan
ketidakteraturan sifat lignin dalam larutan.

2.2. Struktur Kimia Lignin

Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu selain dari selulosa,
hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya
erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya

3
lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat.Sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui
diantaranya adalah kadar lignin dan reaktifitasnya.

Komponen uttama lignin terdiri dari sinapin-alkohol, koniferil-alkohol, dan p-


kumaralkohol. Komponen ini kurang larut dlam air, sehingga di dalam tanaman , komponen
tersebut ada dalam bentuk glukosida yang larut dalam air dan juga dapat berpindah-pindah di
dalam tanaman tersebut. Struktur kimia pada lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama.
Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang
terdiri dari 2-3 karbon.

Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena
terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana. Selama perkembangan
sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel, menembus diantara
fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel. P-koumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapil
alkohol merupakan senyawa induk (prekursor) primer dan prekursor tersebut merupakan unit
pembentuk lignin.

Lignin terbagi atas 2 kelas menurut unsur strukturnya yaitu lignin guaiasil dan lignin
guaiasil-siringil. Lignin guaiasil terdapat pada kayu jarum dengan prekursor koniferil alkohol,
sedangkan lignin guaiasil-siringil terdapat pada kayu berdaun lebar dengan prekursor koniferil
alkohol dan sinapil alcohol.. Dalam tumbuhan berkayu, kandungan lignin bervariasi antar jenis
kayu dan antar kelompok kayu daun jarum dan kayu daun lebar. Konsentrasi lignin tertinggi
terdapat pada lamela tengah dan dengan konsentrasi yang lebih rendah terdapat dalam dinding
sekunder sel serat. Akan tetapi, oleh karena tebalnya dinding sekunder, paling sedikit 70%
lignin kayu terdapat dalam dinding sekunder.

Kayu daun jarum (gymnospermae), kayu daun lebar (dikotil, angiospermae) dan
rerumputan (monokotil, angiospermae) berbeda dalam hal kandungan unit-unit guaiasil,
siringil, dan p-hidroksifenil. Kayu daun jarum yang termasuk gymnospermae mengandung
terutama lignin guaiasil, dan sedikit unit p-hidroksifenil. Sementara itu, kayu daun lebar dari
kelompok angiospermae memiliki tipe lignin guaisil-siringil yang mengandung unit siringil
sebagai tambahan dari unit guaiasil dan p-hidroksifenil. Lignin guaiasil terutama merupakan
polimer koniferil alkohol sedangkan lignin guaiasil-siringil tersusun dari guaiasil dan siringil
dengan perbandingan tertentu, di samping sejumlah kecil unit p-hidroksifenil. Variabilitas

4
komposisi lignin jauh lebih besar pada jenis kayu daun lebar dibandingkan dengan jenis kayu
daun jarum.

Struktur kimia lignin:

Freudenberg (1965)

Glasser and Glasser (1974)


Alder (1977)

5
Vanholme (2010)

2.3. Sifat Lignin

Secara fisik lignin berwujud amorf (tidak berbentuk), berwarna kuning cerah dengan
bobot jenis berkisar antara 1,3 - 1,4 bergantung pada sumber ligninnya. Indeks refraksi lignin
sebesar 1,6. Sifatnya yang amorf menyebabkan lignin sulit dianalisis dengan sinar-X. Lignin
juga tidak larut dalam air, dalam larutan asam dan larutan hidrokarbon. Karena lignin tidak
larut dalam asam sulfat 72%, maka sifat ini sering digunakan untuk uji kuantitatif lignin. Lignin
tidak dapat mencair, tetapi akan melunak dan kemudian menjadi hangus bila dipanaskan.e
Lignin yang diperdagangkan larut dalam alkali encer dan dalam beberapa senyawa organik.

Titik didih lignin secara pasti tidak dapat ditentukan. Namun, pemanasan kayu secara
bertahap dengan suhu tinggi dapat dilihat penguraian thermal dari komponen kayu.
Hemiselulosa terurai pada suhu 200-260 oC, selulosa pada suhu 240-350 oC dan lignin terurai
pada rentang temperatur yang lebih luas yaitu 280-500 oC.

Salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi lignin adalah bobot molekul. Bobot
molekul rata-rata lignin tidak seragam karena beragamnya proses pembuatan pulp, proses
isolasi lignin, degradasi makromolekul selama isolasi, efek kondensasi terutama pada kondisi
asam dan ketidakteraturan sifat fisis lignin terlarut. Lignin umumnya tidak larut dalam pelarut
sederhana, namun lignin alkali dan lignin sulfonat larut dalam air dan alkali encer. Lignin yang
terlarut mempunyai distribusi bobot molekul yang bersifat ganda. Beberapa dari komponennya
memiliki bobot molekul yang lebih tinggi. Lignin yang bobot molekulnya rendah, dalam

6
larutan bobot molekulnya menjadi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lignin mempunyai
berat molekul yang lebih tinggi ketika terlarut.

Sifat kimia lignin :

Gugus OH Fenolik.
Atom-atom hidrogen pada lingkaran fenolik yang bersebelahan dengan gugus OH.
Gugus OH pada rantai samping, terutama pada atom karbon-.
Ikatan eter pada rantai samping, terutama pada atom karbon-.
Gugus-gugus metoksil.

Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa


dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin. Pengerasan dinding sel kulit
tanaman yang disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat dengan
normal. Hal ini merupakan buktibahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara lignin,
polisakarida tanaman dinding sel yang menjadikan komponen-komponen ini tidak dapat
dicerna oleh ternak. Komponen penyusun dari lignin adalah monolignols coniferyl, sinaphyl,
dan p-coumaryl alkhohol yang saling berikatan membentuk struktur 3D. Dalam alam lignin
bersifat hidrofobik yang mana lignin tahan terhadap air, sehingga dinding sel tidak tembus air.
Selain itu lignin tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyimpan lebih
banyak energy matahari daripada selulosa dan hemiselulosa.

Kandungan lignin pada tumbuhan berbeda-beda, dimana kandungannya kadang lebih


besar/sedikit daripada hemiselulosa atau selulosa tergantung jenis, tipe sel, dan tingkatan
perkembangan dari jaringan dinding pohon tersebut. Dalam beberapa referensi disebutkan
jumlah lignin dalam struktur pohon sekitar 20 35%. Rumus empiris dari lignin adalah
C9H10O2(OCH3)n, dimana n adalah rasio CH3 dari grup C9. Dengan kata lain struktur kimia
dari lignin dapat berubah secara dramastis yang membuat sulit untuk mendefinisikannya.

2.4. GugusGugus Fungsi Lignin

Gugus fungsi sangat mempengaruhi reaktivitas lignin. Teknik-teknik analisis modern


telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi gugus fungsi lignin terutama spektroskopi
(UV, IR, 1H NMR dan 13C NMR). Perkusor-perkusor polimer lignin mengandung gugus-gugus

7
metoksil yang karaktersitik dan beberapa gugus aldehida ujung dalam rantai samping. Hanya
relatif sedikit gugus hidroksil fenolik yang bebas, yakni yang berikatan dengan unit-unit fenil
propana yang berdekatan. Terutama unit-unit siringil dalam lignin kayu keras teresterifikasi
secara ekstensif.

Disamping gugus-gugus tersebut, gugus-gugus hidroksil alkohol dan gugus-gugus


karbonil dimasukkan kedalam polimer akhir selama proses polimerisasi dehidrogenatif. Dalam
beberapa spesies kayu cukup banyak gugus hidroksil alkohol teresterifikasi dengan asam p-
hidroksibenzoat atau asam p-hidroksisinamat. Ester-ester dari asam p-hidroksibenzoat adalah
khas dalam lignin aspen, sedangkan ester-ester dalam asam p-hidroksisinamat terdapat dalam
lignin bambu dan rumput. Asam-asam tersebut lebih suka membentuk ester-ester dengan gugus
-hidroksil dalam rantai samping lignin.

Tabel 2.2. Gugus-gugus Fungsi Lignin (setiap 100 unit C6C3)

Lignin Lignin
Gugus
Kayu Lunak Kayu Keras

Metoksil 92-97 139-158

Hidroksil Fenol 15-30 10-15

Benzil alkohol 30-40 50-50

Karbonil 10-15 -

2.5. Isolasi Lignin

Terdapat empat metode pemisahan lignin. Pertama yaitu lignin diekstrak dengan asam,
lignin dihidrolisa dan diekstrak dari kayu, lignin diubah menjadi turunannya yang larut dan
keempat menggunakan bantuan enzim. Yang termasuk turunan lignin antara lain lignosulfonat,
lignin kraft, lignin alkali, dan lignin etanol. Lignosulfonat dihasilkan dengan mereaksikan kayu

8
pada suhu tinggi dengan larutan yang mengandung SO2 dan ion hidrogen sulfit. Adapun lignin
kraft dan lignin alkali dihasilkan dengan mereaksikan kayu dengan NaOH atau campuran
NaOH dengan Na2S pada suhu 170oC. Lignin etanol adalah lignin yang dihasilkan dari
pemanasan kayu dengan etanol pada suhu pengolahan pulp. Lignin merupakan bahan yang
tidak diinginkan dalam pembuatan pulp dan kertas karena menyebabkan masalah selama proses
pembuatan pulp khususnya pada proses bleaching. Adapun metode pemisahan lignin dari lindi
hitam adalah dengan cara penguapan, pengendapan, dan ultra filtrasi.

2.6. Aplikasi dan Manfaat Lignin

Lignin disusun oleh unit-unit fenil propana. Sesuai dengan strukturnya sebagai
polifenol, lignin sebagai perekat memiliki sifat-sifat seperti perekat fenol formaldehida.
Dengan demikian fungsi perekat dari formaldehida dapat disubstitusi oleh lignin terutama
lignosulfonat. Lignin yang terkandung dalam limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan
perekat, bahan pengisi karet, dan bahan baku vanillin. Di laboratorium, lignin sering digunakan
sebagai indikator di dalam eksperimen studi kecernaan pada ternak ruminansia karena sifatnya
yang tidak larut.

Secara garis besar kegunaan lignin dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
sebagai bahan bakar, sebagai produk polimer, dan sebagai sumber-sumber bahan kimia dengan
berat molekul rendah. Bahan-bahan kimia berberat molekul rendah yang dapat dihasilkan dari
lignin adalah vanilin, aldehida, asam vanilat, fenol, asam karbonat, benzena dan sebagainya.
Lignin juga merupakan bahan mentah yang sangat baik untuk pembuatan serat sintetik seperti
nilon, bahan farmasi dan pewarna yang baik.

Kemampuan lignin untuk meredam kekuatan mekanis yang dikenakan pada kayu,
memungkinkan usaha pemanfaatan lignin sebagai bahan perekat (adhesive) dan bahan pengikat
(binder) pada papan partikel (particle board) dan kayu lapis (plywood). Ketahanan terhadap
perlakuan biokimia (fisiologis) dan perlakuan kimia didalam batang melalui mekanisme
enzimatik dan reaksi redoks, memungkinkan lignin untuk diolah lebih lanjut menjadi zat
antioksidan. Pemanfaatan lainnya dari lignin yaitu dapat dijadikan sebagai bahan bakar jika
dibuat dalam jumlah besar dan dalam keadaan benar-benar kering.

9
Lignin relatif lebih tinggi kandungan atom C dan H-nya, namun kandungan O-nya lebih
rendah dibandingkan selulosa dan hemiselulosa, dan lignin sebagai bahan bakar lebih bernilai
dibanding selulosa dan hemiselulosa karena nilai panas pembakarannya lebih besar.

Pada industri pulp dan kertas, lignin dipisahkan dari selulosa untuk menghasilkan pulp.
Lignin memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pulp, yaitu warna maupun sifat fisik
pulp, lamanya waktu penggilingan pulp berbanding terbalik dengan jumlah lignin yang
dikandung oleh pulp. Apabila pulp mengandung kadar lignin tinggi akan sukar digiling dan
menghasilkan lembaran dengan kekuatan rendah.

2.6.1. Lignin pada Industri Pulp

Pada pembuatan kertas terdapat beberapa proses yang harus dilalui, yaitu:

Proses Pembuatan Bubur Kertas (Pulping)

Proses pembuatan kertas terlebih dahulu diawali dengan proses pembuatan bubur kertas
(pulp). Pulp adalah suspensi hasil pemisahan serat dari bahan berlignoselulosa seperti kayu,
bambu, kapas atau sisa hasil pertanian (jerami, bagase, merang, dan lain-lain) yang dapat
dipisahkan secara mekanik, kimia, atau semi kimia yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan kertas, rayon, papan serat, dan lain-lain.

Proses pembuatan pulp :

A. Pembuatan secara mekanik

Dalam proses ini, pulp dibuat dengan menggunakan mesin saja tidak memakai zat-zat kimia
dan pereaksi-pereaksi kimia. Proses pembuatan pulp secara mekanik yaitu sebagai berikut :

1. Kayu diambil dari hutan produksi kemudian dipotong-potong atau lebih dikenal dengan
log. Log disimpan ditempat penampungan beberapa bulan sebelum diolah dengan tujuan
untuk melunakkan log dan menjaga kesinambungan bahan baku.

2. Kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dikenal dengan istilah De- Barker.

3. Kayu dipotong-potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan mesin chipper. Chip yang
sesuai dengan ukuran standar diambil dan disimpan di tempat penampungan.

10
4. Kemudian chip dimasukkan ke dalam mesin penggilas yang terbuat dari beton hingga
lumat, dicampur dengan air hingga menjadi bubur. Kandungan bubur ini adalah serat-
serat kayu, damar kayu (yang menyebabkan kertas cepat berwarna kuning apabila kena
sinar matahari), pektin dan lignin. Bahan dasar ini digunakan untuk pembuatan kertas
yang tidak memerlukan keuletan dan untuk pemakaian jangka pendek misal kertas untuk
membuat Koran.

B. Pembuatan secara kimia

Pembuatan pulp secara kimia yakni dengan mempergunakan bahan-bahan kimia


tertentu, untuk dikenal tiga macam bahan kimia yang mempunyai fungsi berbeda-beda sesuai
dengan jenis kayu yang diolah. Bahan-bahan tersebut adalah :

a. asam sulfat (proses asam)

b. Asam Sulfit (Proses asam)

c. Soda Natron (Proses alkali)

1. Pemilahan kayu

Tanaman hasil hutan (kayu) dipilah secara manual, dipilih kayu sesuai kriteria dan
kualitas yang baik yang tentunya memiliki banyak selolusa.

2. Persiapan Kayu

Setelah melakukan pemilahan kayu kemudian kayu disimpan dengan tujuan untuk
pelapukan dan persediaan bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log.
Kemudian log di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum barker.
Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk membuang
batu yang menempel pada log), setelah itu log dicuci. Log yang sudah bersih ini kemudian di
iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke
penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai dengan yang tidak. Chip yang
sesuai kriteria disimpan ditempat penampungan.

3. Pembuburan Kayu (Pulping)

Serpihan-serpihan kayu dimasukkan ke dalam ketel pemasak yang disebut digester


bersama air dan bahan kimia yang diperlukan, dipanaskan dengan uap tinggi selam 16 -20 jam.

11
Hal ini dilakukan agar lignin, pektin dan dammar dapat dipisahkan dan dikeluarkan dari bahan
bahan dasar sehingga yang tertinggal hanya serat-serat kayu murni dan selulosa. Dengan begitu
mutu kertas yang dihasilkan dari bahan ini akan jauh lebih baik. Tergantung pada jenis kayu
yang akan diolah dan bahan kimia yang dipilih akan diperoleh tiga jenis selulosa sebagai
berikut :

Pemakaian soda natron menghasilkan selulosa natron yang lunak dan panjang. Warna
selulosa agak gelap karena itu perlu proses pemutihan jika ingin memebuat kertas putih dari
bahan ini. Hal itu tidak perlu dilakukan kalau tujuannya untuk membuat kertas bungkus yang
tidak berwarna putih. Proses natron baik untuk memisahkan damar kayu.

Pemakaian asam sulfat menghasilkan selulosa sulfat yang lebih panjang dari selulosa
natron, warna yang dihasilkan pun agak gelap sehingga perlu diputihkan dahulu apabila hendak
membuat kertas putih.

Pemakaian asam sulfit menghasilkan selulosa sulfit yang berkualitas lebih baik dari dua
macam selulosa lainnya. Warna selulosa tetap putih sehingga tidak perlu pemrosesan lebih
lanjut untuk memutihkan.

4. Pencucian (Washing)

Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap, kemudian dicuci dengan tujuan
untuk memisahkan dari cairan sisa hasil pemasakan (sisa zat kimia dan limbah). Hasil samping
dalam poses pencucian yaitu berupa black liquor, debu, lignin. Efisiensi pencucian diukur
berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air yang digunakan untuk mencapai
tingkat kebersihan tersebut. Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari
bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp.

5. Refining

Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan selulosa
menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses pembuatan kertas. Serat dipotong dengan
panjang yang seragam dan diperlakukan untuk memperbaiki ikatan dan kekuatan produk akhir
kertas.

12
6. Oksigen Delignification

Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan natrium hidroksida (NaOH)
di dalam delignification tower sebelum di cuci didalam tangki pencuci. Tujuan dari
pencampuran ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap
pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta memutihkan pulp.

Dengan mengurangi lignin (delignification) akan dihasilkan bubur kayu yang lebih
putih. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan ekstraksi. Oksigen
delignification juga akan mengurangi jumlah klorin yang dibutuhkan dalam proses pemutihan
(bleaching). Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci
sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan dalam tanki penampung
untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter.

7. Pemutihan (Bleacing)

Bubur kayu yang menggunakan soda natron dan asam sulfat membutuhkan tahap
pemutihan jika ingin membuat kertas putih sebab pencampuran bubur kayu dengan soda natron
dan asam sulfat membuat warna selolusa agak gelap. Pemutihan menggunakan bahan-bahan
pemutih seperti klorin, natrium peroksid, natrium bisulfat, dll. Klor dan klor dioksida juga
berfungsi sebagai pengikat kandungan lignin dan pulp. NaOH, O2, H2O2, berfungsi untuk
mengikat zat-zat orgnik dan kandungan lignin dalam pulp serta mempertahankan ikatan
sellulosa.

Klorin yang menjadi bahan penting dalam pemutihan kertas biasanya dapat diperoleh
melalui proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang
dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl diuraikan berikut
ini :

2NaCl + e- ====> 2NaOH + Cl2 + H2.

Klorin dioksida (ClO2) diperoleh dari sodium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk lainnya
adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping. Reaksinya diuarikan berikut
ini.

NaClO3 + SO2===> 2ClO2 + Na2SO4.

13
2) Proses Pembuatan Kertas

Pada proses pembuatan ini, bubur kayu yang telah bersih kemudian dimasukkan ke
dalam alat yang disebut hollader yang telah diisi dengan bahan pelengkap (bahan pengisi dan
bahan perekat) dan air. Di dalam alat ini adonan dicampur sampai homogen, serat-serat selulosa
saling berkaitan, pori-pori erat penuh tertutup bahan pengisi dan seluruh susunan terlumuri
bahan perekat. Dalam keadaan ini adonan telah siap untuk dijadikan lembaran-lembaran kertas.
Kemudian adonan basah dialirkan ke mesin fourdriner. Mesin ini berupa saringan kasa tembaga
(fine mesh bronse screen) meyerupai pita besar yang tidak putus karena terus berputar. Diatas
saringan ini adonan ditebarkan hingga membentuk lembaran tanpa putus yang terus bergerak.
Di tengah-tengah saringan terdapat rol penggilas (dandy roll) yang berfungs sebagai pemeras
air. Lembaran yang telah dilewati dandy roll kadar airnya berkurang dan rata tebalnya. Keluar
dari mesin fourdriner, kemudian lembaran kertas basah (web) masuk ke dalam mesin press.
Prinsip kerja mesin ini tidak beda jauh dengan mesin terdahulu tetapi lebih banyak memiliki
rol-rol penggilas agar lebih menekan air sebanyak-banyaknya keluar dari kertas. Press part
berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50 %. Hasilnya
masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah kertas masuk diantara dua
roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari web. Bagian
ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %).
Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6 %. Hasilnya
digulung di pop reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini
yang dipotong - potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.

2.6.2. Lignin sebagai Perekat

Lignin sebagai limbah yang dihasilkan pada pembuatan pulp telah digunakann sebgai
bahan perekat sejak dikenal pemasakan kayu dengan proses sulfit. Pemanfaatan lignin dari
lindi hitam didasari untuk mengurangi kebergantungan terhadap kebutuhan perekat sintesis
sebagai hasil olahan asal minyak bumi yang merupakan sumber daya tidak terbarukan.
Berdasarkan strukturnya yang merupakan polifenol, lignin sebagai perekat mirip dengan resin
phenol formaldehida.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi yang tersusun
atas unit-unit fenilpropana.
2. Terdapat empat metode pemisahan lignin yaitu lignin diekstrak dengan asam, lignin
dihidrolisa dan diekstrak dari kayu, lignin diubah menjadi turunannya yang larut dan
keempat menggunakan bantuan enzim.
3. Yang termasuk turunan lignin antara lain lignosulfonat, lignin kraft, lignin alkali, dan
lignin etanol.
4. Struktur kimia lignin yaitu Freudenberg (1965), Glasser and Glasser (1974), Alder
(1977), Vanholme (2010).

3.2. Saran

Sebaiknya pemanfaatan lignin di Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi karena di


Indonesia pemanfaatan lignin masih sangat kurang. Dan juga lignin dapat mencemari
lingkungan, oleh karena itu pemanfaatan lignin sangat penting.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fadhli, Haiyul. 2015. Lignin. (online). http://www.haiyul-fadhli.tk/2015/11/lignin.html.


(diakses

pada tanggal 25 Maret 2017).

Ian. 2011. Lignin. (online). http://iandrumer.blogspot.co.id/2011/12/lignin-atau-zat-kayu-


adalah

salah-satu.html. (diakses pada tanggal 25 Maret 2017).

Islamiyakti, Mardevita. 2016. Lignin dan Peranannya bagi Tumbuhan. (online).

http://mardevitaislamiyakti.blogspot.co.id/2016/03/lignin-dan-peranannya-
bagitumbuhan_14.html. (diakses pada tanggal 23 Maret 2017).

Sanil, Wawan. 2013. Vanillin Penguat Rasa Aroma Vanilla. (online).

https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2013/12/06/vanillin-penguat-rasa-aroma-
vanila/. (diakses pada tanggal 23 Maret 2017).

Sucipto, Tito. 2009. Perekat Lignin. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Zend. 2013. Contoh Makalah Industri Pabrik Pulp and Paper. (online).
http://zend28.blogspot.co.id/2013/06/contoh-makalah-indistri-pabrik-pulp-dan.html.
(diakses pada tanggal 25 Maret 2017).

16

You might also like