You are on page 1of 9

Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

Jurnal Bimbingan Konseling


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

MASALAH ANAK TAMAN KANAK-KANAK MENURUT GURU DAN ORANG


TUA SERTA IMPLEMENTASIYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Helmut Y Bunu

FKIP Universitas Palangkaraya, Indonesia

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan masalah yang dialami anak TK menurut guru
Diterima Agustus 2012 dan orang tua berdasarkan aspek-aspek perkembangan anak, dari segi psikologi perkembangan
Disetujui September 2012 anak, (2) mendeskripsikan implikasi masalah anak TK bagi bimbingan dan konseling, dan 3)
Dipublikasikan November implikasinya bagi fungsi layanan bimbingan dan konseling di TK. Populasi adalah Guru
2012 orang dan orang tua murid TK Nanda Pahandut sebanyak 83 orang tua dan 10 orang guru.
Sampel adalah sample total (penelitian populasi). Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto
Keywords: (1992) bahwa apabila jumlah subjek atau populasi kurang dari 100, maka sebaiknya diambil
Counseling semua. Instrumen penelitian meliputi kuesioner dan pedoman wawancara untuk guru TK.
Kindergarten children Teknik analisa data menggunakan prosentase (%). Hasil penelitian mengungkapkan 5 (lima)
problems kelompok masalah yang diamalami anak TK Nanda Palangka Raya, adalah: (1) masalah
sosial, misalnya negativisme, (2) masalah emosional misalnya cemas cemas, (3) masalah moral
Teachers
misalnya merusak mainan teman, (4) masalah perkembangan misalnya lambat mengerti/
Parents
memahami penjelasan/keterangann dan (5) masalah bahasa misalnya keterlambahan
berbicara. Implikasi dalam layanan bimbingan dan konseling, guru TK perlu memberikan
layanan bimbingan dan kosenling kepada anak terutama kegiatan layanan preventif dan
pengembangan.

Abstract
This study aims at: (1) Describing the problems experienced by kindergarten teachers and par-
ents on aspects of child development, from psychological view, (2) describing the implications
of the kindergarten guidance and counseling issue, and (3) the implications of guidance and
counseling services functions in kindergarten. The population is gathered from teachers and
parents of Nanda Pahadut kindergarten as much as 83 parents and 10 teachers. The sample
used is total samples (population studies). This method refers to Arikunto (1992) proposed that
if the amount of subject less than 100, all subjects must be counted. Research instruments
included the questionnaire and interview guideline for kindergarten teachers. Data analysis
techniques used a percentage (%). The results of the study revealed that there were 5 (five)
groups of problems experienced by Nanda Palangkaraya kindergarten students, includes
(1) social issues, such as negativism, (2) emotional problems, such as anxiety, (3) moral issues
such as breaking other kids toys, (4) developmental problems like tardiness in understanding
explanation and (5) language problems like lack of spoken language. As for the implication,
kindergarten teachers should give guidance and counseling services to children especially pre-
ventive and developmental services.

2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889


Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
Email: jurnalpps@unnes.ac.id
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

Pendahuluan sampai enam tahun. Masing-masing anak


mempunyai karakteristik tersendiri. Dengan kata
Taman kanak-kanak (selanjutnya disingkat lain, antara anak yang satu berbeda dengan anak
TK) sebagai bagian dari pendidikan pra-sekolah lainnya. perbedaan tersebut misalnya fisik (tinggi
yang dirancang untuk mewujudkan tujuan dan berat badan, warna kulit dan rambut, jenis
pendidikan nasional dengan memperhatikan kelamin dll), dan psikis (kemampuan, bakat,
tahap perkembangan anak, kebutuhan minat, cita-cita dll). Adanya perbedaan individual
pembangunan nasional, perkembangan ilmu tersebut menyebabkan timbulnya masalah yang
pengetahuan dan teknologi serta kesenian berbeda antara anak yang satu dan anak yang
(Depdikbud, 1994). Pendidikan TK punya lainnya. permasalahan anak TK dapat diketahui
tanggung jawab mengembangkan berbagai potensi dengan mengamati perilaku anak ketika belajar
anak, menyiapkan anak didik menjadi warga dan perilaku lainnya di sekolah dan di rumah.
negara yang bertanggung jawab, konstruktif, dan Bimbingan dan konseling (selanjutnya
produktif. disingkat BK) dilaksanakan mulai dari
TK merupakan lembaga persekolahan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
yang berfungsi mengembangkan kepribadian Keberadaan BK di TK sebagai salah satu upaya
anak usia 4 6 tahun. Perkembangan fisik, yang efektif dalam membantu perkembangan
kognitif, maupun emosional mereka belum anak secara optimal. Secara formal keberadaan
matang. Dengan demikian pendidikan di BK di TK diakui sejak berlakunya kurikulum BK
TK harus dirancang secara khusus, sehingga 1976, yang secara tegas dituangkan dalam buku
sesuai dengan perkembangan anak. salah III c kurikulum BK 1976. Dalam kurikulum
satu ciri pertumbuhan dan perkembangannya 1994 juga ditegaskan pelaksanaan BK di TK
adalah anak senang bermain. Oleh sebab dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan
itu, pembelajaran di TK harus dilaksanakan belajar sehari-hari di TK. Dengan demikian
sambil bermain. Anak didik bermain sambil pelaksanaan BK di TK dilakukan oleh guru
belajar dan belajar sambil bermain. Program kelas yang merangkap sebagai guru pembimbing,
kegiatan belajar disusun sesederhana mungkin sehingga guru TK melaksanakan dua tugas
agar tidak terlalu membebani anak didik. Di sekaligus, yaitu mengajar dan membimbing.
samping itu, perkembangan anak TK meliputi : Sebagai guru TK khususnya di TK Tunas
perkembangan jasmani dan psiko-motorik, dan Rimba Palangka Raya dimana peneliti observasi
perkembangan kognitif (Monks, Knoers, dan selama sekitar 1 bulan, berbagai pengalaman
Haditono, 1998). Pembelajaran di TK harus menarik yang diperoleh baik dari perilaku
disesuaikan dengan dimensi perkembangan anak murid sehari-hari maupun dari ucapan dan
tersebut. Bidang-bidang pengembangan anak usia agresivitasnya, sehingga peneliti berfikir bahwa di
TK adalah bidang-bidang pengembangan moral, TK sangat memerlukan tenaga BK, sebab profesi
bahasa, jasmani, kesehatan, kognitif, sosial BK sangat diperlukan menangani berbagai
kemasyarakatan, dan daya cipta (Depdikbud, masalah yang dialami anak taman kanak-kanak,
1990). seharusnya seorang guru TK memahami psikologi
Pertumbuhan dan perkembangan anak perkembangan serta bimbingan dan konseling.
TK perlu mendapat perhatian dari berbagai Kenyataannya, wawasan guru TK tentang BK
pihak seperti orang tua dan guru. Anak yang belum memadai, sehingga pelaksanaan BK di
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami TK tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
gangguan dan hambatan mengakibatkan Pada hal sesungguhnya justeru BK di TK sangat
timbulnya masalah pada periode perkembangan diperlukan mengingat berbagai masalah yang
selanjutnya. Pengalaman negatif pada masa dialami murid TK seperti yang dijelaskan di atas.
kanak-kanak menimbulkan dampak sampai Seperti diketahui bahwa konsep dasar
anak memasuki masa dewasa (McGhile, 1986). pendidikan TK adalah berpusat pengembangan
Masalah yang dialami pada awal masa kanak- psikologis anak. Minimal ada 5 pengembangan
kanak akan berlanjut pada masa remaja dan psikologis yang harus dikembangkan oleh guru
dewasa. Kesuksesan dan kegagalan anak yang yaitu (1) Masalah sosial, (2) Masalah Emosional,
dialami anak berhubungan dengan masalah (3) Masalah Moral, (4)Masalah perkembangan
yang dialami anak di masa depan (Shaftel, pengertian, (5) Masalah Bahasa (Drs. Slamet
1956). Singkatnya, pengalaman pada masa Suyanto, M.Ed, 1985 : 7). Dengan demikian
anak berdampak pada pertumbuhan dan maka bermula dari konsep dasar perkembangan
perkembangan periode selanjutnya. psikologis itulah penelitian ini mendasarkan
Usia anak TK berkisar antara empat teorinya.

109
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

Pendidikan TK merupakan pendidikan A 11,1%, kelas B 14,5%), dan (b) berebut mainan
awal bagi anak sebelum memasuki sekolah (kelas A 8,9%, kelas B 6,4 %).
dasar. Oleh sebab itu, kesukesan pendidikan Menurut Guru, masalah sosial yang
anak di TK cenderung berpengaruh terhadap dialami anak TK adalah masalah : (1) perilaku
pendidikan anak selanjutnya. Jika pada masa sok kuasa,misalmua ,menang sendiri (kelas A
TK anak diberikan layanan BK secara optimal, 33,3%, kelas B 17,6%), (2) egois misalmua
maka diharapkan akan membawa dampak positif berfikir dan berbicara tentang diri sendiri (kelas
bagi kegiatan pendidikan selanjutnya secara A 27,8% kelas B 11,8%), (3) bertengkat, misalnya
umum dan perkembangan pribadi anak secara (a) berebut mainan (kelas A 11,1%, kelas B
khusus. Karena tujuan utama bimbingan adalah 35,3%), (4) negativisme, misalnya (a) menolak
untuk memfasilitasi perkembangan pribadi anak secara lisan perintah (kelas A 22,2% kelas B
sebagai murid (Shertzer dan Stone, 1981) yang 29,4%), dan (b) memberikan perlawaan dalam
sekaligus terkait dengan mencegah pola-pola bentuk fisik (kelas A 16,7% kelas B 11,6%), dan
yang menghambat anak mencapai perkembangan (5) Agresif , misalnya menyepak dan memukul
yang optimal (LoCascio dalam Pietrofesa, teman (kelas A 16,7%, kelas B 17,6%).
1980). Tujuan bimbingan ini sesuai dengan Masalah emosional yang dialami anak
fungsi bimbingan di jenjang TK, sebagai fungsi TK menurut orang tua adalah masalah : (1)
pengembangan (development) dan pencegahan cemas, misalnya (a) tidak mau berpisah dari
(preventive) (Berry, 1979). pengantar (kelas A 2,2%, kelas B 7,3%), dan (b)
Dari uraian terdahulu disimpulkan gelisah tanpa sebab (kelas B 2,7%), (2) khawatir,
pentingnya layanan BK di sekolah khususnya di misalnya merasa khawatir (kelas A 1,5% kelas
TK, namun pelaksanaannya belum maksimal. B 2,7%), (3) pemalu tidak mau berteman (kelas
Guru belum mampu menangani semua masalah- B 4,5% anak pria 2,5%, (4) canggung, misalnya
masalah yang dialami anak di samping itu, memerah mukanya kalau disapa (kelas B 3,6%).
masalah-masalah apa yang dialami anak TK Menurut guru masalah emosional yang
perlu diungkapkan dominan dialami anak TK adalah masalah :
(1) takut, misalnya menampakkkan ekspresi
Metode ketakutan (kelas A 16,7%, kelas B 17,6%), (2)
canggung, misalnya memerah mukanya kalau
Penelitian ini menggunakan pendekatan disapa (kelas A 16,7%, kelas B 23,5%), (3)
deskreptif kuantitatif. Metode ini berusaha khawatir, misalnya (a) merasa khawatir (kelas A
mendeskripsikan fenomena berdasarkan data 16,7%, kelas B 17,6%), (b) gelisah tanpa sebab
kuantitatif dari lapangan. Data tersebut diperoleh (kelas A 1,1%, kelas B 11,8%), (4) pemalu tidak
dari checklist wawancara dan pengamatan di mau berteman (kelas A 11,1%, kelas B 17,6%).
lapangan. Populasi adalah guru orang dan orang Masalah moral yang dialami anak TK
tua murid TK Nanda Pahandut sebanyak 83 berdasarkan pendapat orang tua adalah masalah
orang tua dan 10 orang guru. Sampel adalah : (1) berbuat bohong (kelas A 3%), (2) merusak,
sample total (penelitian populasi). Hal ini sesuai misalnya sengaja merusak mainan teman (kelas
dengan pendapat Arikunto (1992) bahwa A1,5% kelas B 2,7%), dan (3) mencuri,
apabila jumlah subjek atau populasi kurang dari misalnya mengambil mainan teman tanpa izin
100, maka sebaiknya diambil semua. Instrumen (kelas B sebanyak 3,6%).
penelitian meliputi kuesioner dan pedoman Menurut guru masalah moral yang
wawancara untuk guru TK. Teknik analisa data dominan di alami TK adalah masalah : (1) berbuat
menggunakan prosentase (%). bohong (kelas A 1,1%, kelas B 5,9%), (2) berbuat
curang, misalnya (a) melakukan kecurangan
Hasil dan Pembahasan (kelas A 1,1%, kelas B 11,8%), dan (b) menipu
teman dalam bermain (kelas A 5,6% kelas B
Menurut orang tua masalah sosial yang 11,1%), (3) mencuri. Misalnya mengambil
dominan dialami anak TK berdasarkan kelas mainan teman tanpa izin (dialami oleh anak kelas
adalah masalah : (1) egois, misalnya berfikir dan B 29,4%), dan (4) merusak, misalnya sengaja
berbicara tentang diri sendiri, (kelas A 12,6% merusak mainan teman (dialami oleh anak
kelas 10,9%), (2) perilaku sok kuasa, misalnya kelas B 11,8%). Bila dikaitkan dengan klasifikasi
(a) menang sendiri, (kelas A 12,6% kelas B persentase masalah, maka masalah moral yang
10,9%), dan (b) mengatur teman (kelas A 10,4% dialami anak TK berdasarkan kelas menurut guru
kelas 16,4%), dan (3) bertengkar, misalnya (a) yang termasuk kategori cukup banyak dialami
sering berselisih pendapat dalam kelompok (kelas anak TK adalah masalah mencuri. Misalnya

110
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

mengambil mainan tanpa izin (dialami oleh 50% berfikir dan berbicara tentang dirinya sendiri,
anak). menang sendiri, sering berselisih pendapat dalam
Masalah perkembangan Pengertian kelompok, menyepak dan memukul teman.
berdasarkan pendapat orangtua adalah: (1) keliru Bila tingkah laku tersebut berkembang dalam
memahami penjelasan atau keterangan (kelas diri anak ke arah yang negatif, akan berpotensi
nol besar 1,5%). Untuk pilihan jawaban kadang- menjadi tingkah laku bermasalah, misalnya anak
kadang, masalah perkembangan pengertian yang menjadi tidak bisa menghargai hak orang lain,
dominan dialami anak TK berdasarkan kelas bertindak semena-mena terhadap orang lain dan
adalah : (1) lamban dalam memahami keterangan main hakim sendiri.
atau penjelasan (kelas nol besar 21,5%, kelas nol Tingkah laku anak TK menurut guru dan
kecil 20%) dan (2) keliru memahami penjelasan orang tua dapat dikategorikan sebagai tingkah
atau keterangan (kelas nol besar 15,6%, kelas nol laku bermasalah, karena menganggu kegiatan
kecil 16,4%) kelas, misalnya anak selalu mau menang sendiri,
Menurut guru, masalah perkembangan kalau tidak dituruti dia akan mengamuk,
pengertian yang dominan dialami anak TK memukul dan menyepak temannya, kelas
adalah masalah : (1) lamban dalam memahami menjadi terganggu. Tingkah laku tersebut adalah
keterangan atau penjelasan (kelas A 38,9%, kelas tingkah laku yang menyimpang dari standar yang
B 29,4%), dan (2) kesulitan dalam memahami diterima secara umum, dan diperlukan teknik-
perkataan orang (kelas A 33,3%, kelas B 29,4%). teknik khusus untuk menanganinya (Caplin
Masalah bahasa yang dialami anak TK 1975).
berdasarkan pendapat orang tua adalah masalah: Tingkah laku emosional yang ditampilkan
(1) memiliki perbendaharaan kata yang relatif anak TK sebelumnya, pada dasarnya tergolong
sedikit dibandingkan teman seusianya (kelas A sebagai tingkah laku wajar, bila anak bertingkah
10,4%, kelas B 10%), (2) perkembangan bicara laku seperti ini pada awal minggu pertama dan
berada di bawah tingkat perkembangan bicara kedua anak belajar di TK. Anak bertingkah laku
anak seusianya (kelas A 10,4% kelas B 6,4%), demikian karena memasuki situasi lingkungan
dan (3) berbicara cepat sehingga sulit dimengerti yang masih baru dan asing bagi anak. Anak
(kelas A 5,9% kelas B 10,9%). belum mengenal guru dan teman-temannya,
Menurut guru. masalah bahasa yang misalnya anak yang tidak mau berpisah dari
domian dialami anak TK adalah masalah : pengantarnya, pemalu tidak mau berteman,
(1) perkembangan bicara berada di bawah grogi, memerah muka di sapa dan menampakkan
tingkat perkembangan bicara anak seusianya ekspresi ketakutan. Tingkah laku tersebut wajar
(kelas A 27,8%, kelas B 11,8%), (2) memiliki dilakukan anak, karena anak baru memasuki
perbendaharaan kata yang relatif sedikit suasana lingkungan baru yang asing sama sekali
dibandingkan dengan teman seusianya (kelas bagi dirinya.
A 22,2%, kelas B 29,4%), dan (3) gagap dalam Tingkah laku emosioanl yang ditampilkan
berbicara (kelas A 5,6% kelas B 5,9%). oleh anak TK sebagaimana dikemukakan
Masalah sosial yang dialami anak TK sebelumnya, akan berpotensi menjadi tingkah
menurut guru dan orang tua pada dasarnya laku bermasalah, bila tidak mendapatkan
tergolong tingkah laku yang wajar, sebagai bimbingan dan arahan dari orang dewasa (guru
seorang anak yang sedang tumbuh dan dan orang tua) ke arah yang positif, misalnya
berkembang.. Apakah kecenderungan ini akan tingkah laku anak yang tidak mau berpisah
hilang, menetap atau akan berkembang semakin dengan pengantarnya, akan berkembang ke arah
kuat bergantung pada tiga hal : Pertama, seberapa negatif, dan berpotensi menjadi tingkah laku
kuat keinginan anak untuk diterima secara bermasalah, misalnya setelah remaja, ia tidak
sosial, Kedua, pengetahuan mereka tentang cara bisa mandiri, penakut, selalu tergantung pada
memperbaiki perilaku, dan Ketiga, kemampuan orang lain, dan kurang percaya diri.
intelektual yang semakin berkembang yang Tingkah laku anak yang memerah
memungkinkan pemadaman hubungan antara mukanya jika disapa termasuk tingkah laku yang
perilaku mereka dengan penerimaan sosial potensial menjadi tingkah laku bermasalah.
(Hurlock, 1978). Misalnya setelah anak belajar di SD, atau SLTP,
Bila tingkah laku anak yang wajar saat ia akan pemalu, tidak mau berteman, dan
ini tidak mendapat bimbingan dan pengarahan menjadi anak yang terisolisir. Tingkah laku anak
dari orang dewasa, terutama guru dan orang TK yang menampakkan ekspresi ketakutan,
tua, tingkah laku tersebut potensial berkembang tingkah laku tersebut bila dibiarkan berkembang
ke arah tingkah laku bermasalah, misalnya anak dalam diri anak, akn mengarah menjadi tingkah

111
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

laku bermasalah. Misalnya anak takut datang ke Beberapa masalah moral yang dialami
sekolah, anak tidak mampu berlosentrasi dalam anak TK menurut guru dan orang tua adalah
belajar, anak merasa curiga pada orang lain. tingkah laku bermasalah, misalnya anak selalu
Tingkah laku emosional yang ditampilkan bertingkah laku menipu temannya dalam
anak TK tersebut, yaitu pemalu tidak mau bermain. Temannya merasa tidak senang
berteman, memerah mukanya jika disapa, serta dan akan mengucilkan anak tersebut dalam
menampakkan ekspresi ketakutan, merupakan pergaulan sehari-hari. Contoh lain, yaitu : anak
tingkah laku bermasalah. Hal tersebut merugikan yang selalu dengan sengaja merusak mainan
anak baik dalam pergaulan di sekolah karena temannya, membuat temannya terganggu dan
tidak ada teman, anak selalu merasa was-was merasa tidak senang dengan anak tersebut,
dan curiga pada orang lain, membuat anak tidak dalam belajar di sekolah perilaku anak tersebut
percaya pada orang lain maupun dirinya sendiri. menganggu anak yang lainnya, suasana kelas
Tingkah laku moral yang ditampilkan menjadi terganggu. Tingkah laku anak tersebut
anak TK tersebut di atas pada dasarnya tergolong akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain
sebagai tingkah laku wajar dilakukan oleh anak (temannya). Tingkah laku bermasalah/ tingkah
yang sedang tumbuh dan berkembang. Sebagai laku menyimpang, tidak normal, bukan dalam
contoh tingkah laku anak menipu teman dalam bentuk bagaimana tingkah laku itu menyimpang
bermain, berbohong, melakukan kecurangan, menurut kacamata pengamat. Ukurannya adalah
dilakukan anak karena ingin menonjolkan bila tingkah laku itu kurang/tidak memuaskan
sifat keakuannya. Anak berperilaku demikian individu atau akan membawa individu mengalami
karena ingin tampil hebat, mau menang dari konflik dengan lingkungannya (Hansen, 1982).
teman-temannya, ingin kelihata jagoan, yang Tingkah laku dalam perkembangan
menyebabkan anak melakukan penipuan dan pengertian yang dialami anak TK pada dasarnya
berbuat curang. Contoh lain, tingkah laku anak dikategorikan sebagai tingkah laku yang wajar.
TK mengambil barang tanpa seizin yang punya. Misalnya anak yang mengalami kesulitan
Tingkah laku tersebut dikategorikan wajar memahami penjelasan/keterangan, lamban
dilakukan anak, bila sebelumnya anak tersebut dalam memahami keterangan/penjelasan dan
belum memperoleh pendidikan tentang nilai- keliru memahami perkataan orang. Tingkah laku
nilai baik dan buruk, atau nilai yang menyangkut tersebut dikatakan wajar, karena si anak kurang
hak orang lain. diajak berkomunikasi dalam keluarga, anak
Sebagian tingkah laku moral yang ditinggal dengan pembantu rumah tangga yang
dikemukakan oleh guru dan orang tua potensial kurang mengadakan komunikasi dengan si anak.
ke arah tingkah laku bermasalah, misalnya anak Anak tidak biasa mendengarkan penjelasan dan
yang bertingkah laku menipu teman dalam perkataan orang lain. Kebiasaan anak terbawa
bermain, berbohong, melakukan kecurangan, sampai ke sekolah TK. Anak bertingkah laku
bila tidak mendapatkan bimbingan dan arahan seperti itu adalah akibat dari proses belajar yang
dari orang dewasa (guru dan orang tua), akan diterima anak sebelumnya dalam keluarga.
berkembang ke arah yang negatif, misalnya anak Beberapa tingkah laku dalam
akan menjadi orang yang pendusta, di dalam perkembangan pengertian yang dialami anak
ujian suka menyontek, melakukan palagiat TK menurut guru dan orang tua potensial
terhadap karya ilmiah, tukang fitnah, suka berkembang menjadi tingkah laku bermasalah,
mengadu domba dan menjadi koruptor. misalnya anak yang mengalami kesulitan
Tinkah laku anak TK mengambil barang memahami perkataan orang lain, lamban dalam
tanpa seizin yang punya, sengaja merusak memahami penjelasan, serta keliru memahami
mainan teman, tingkah laku tersebut bila tidak penjelasan, bila tidak mendapatkan bimbingan
mendapatkan arahan dan bimbingan, akan dan arahan dari orang dewasa (terutama guru
berkembang menjadi tingkah laku bermasalah. dan orang tua) akan berkembang ke arah tingkah
Misalnya setelah besar anak akan menjadi laku bermasalah. Misalnya anak yang tidak
seorang yang tidak mampu menghargai hak disukai temannya, anak menjadi minder dalam
milik orang lain, memandang enteng orang lain, bergaul karena tidak bisa memahami temanya,
suka tawuran antar sesama teman, dan menjadi anak menjadi malas datang ke sekolah karena
koruptor. sulit memahami keterangan gurunya.
Guru TK dan orang tua harus membimbing Sebagian tingkah laku dalam perkembangan
dan mengarahkan tingkah laku moral anak ini pengertian menurut guru dan orang tua
kearah yang baik, melalui penanaman disiplin, merupakan tingkah laku bermasalah. Tingkah
nilai-nilai budaya dan agama. laku bermasalah tersebut merugikan anak baik

112
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

dalam situasi belajar di sekolah, bermain dengan Berdasarkan uraian terdahulu tentang
teman dan masa mendatang akan mendatangkan masalah-masalah yang dialami anak TK menurut
kesulitan dalam penyesuaian diri anak dengan guru dan orang tua berupa tingkah laku wajar,
lingkungannya. Dalam belajar di sekolah, anak potensial menjadi tingkah laku bermasalah, dan
mengalami kesulitan memahami penjelasan guru; tingkah laku bermasalah dibahas implikasinya
dalam bermain dengan teman, anak mengalami bagi BK/ layanan bimbingan dan konseling
kesulitan berkomunikasi sehingga di masa datang di TK bertujuan untuk membantu anak TK
anak mengalami kesulitan dalam penyesuaian mencapai tugas-tugas perkembangannya sebagai
diri. Tingkah laku anak dapat dikatakan sebagai anak. Layanan bimbingan di TK menfasilitasi
perilaku yang bermasalah, harus menyangkut perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak
tiga kriteria, yaitu: (1) perilaku itu harus sering/ TK adalah pribadi yang mempunyai berbagai
selalu ditampilkan anak, misalnya tiap hari, (2) macam potensi. Terganggu atau terhambatnya
perilaku itu apabila dibiarkan akan merugikan pengembangan potensial anak akan
anak atau lingkungan, dan (3) perilaku tersebut mengakibatkan timbulnya masalah pada anak.
akan merintangi penyesuaian dan perkembangan Beberapa topik yang relevan dikembangkan
berikutnya (Prof.Dr.H. Sunarto 1994). sehubungan dengan kegiatan bimbingan di TK,
Sebagian tingkah laku dalam adalah rasionel, pelaksanaan, pelaksana, metode,
perkembangan bahasa yang ditampilkan anak contoh penerapan kegiatan bimbingan di TK.
TK di atas pada dasarnya dikategorikan sebagai Dalam usaha melayani anak TK
tingkah laku yang wajar, misalnya anak yang menghadapi tugas-tugas perkembangan,
orang tuanya sBapak /Ibuk, tidak punya banyak layanan BK berupaya melakukan berbagai
waktu melatih anak berbicara/berbahasa dengan kegiatan pencegahan terhadap sesuatu yang
baik, anak ditinggal dengan pembantu rumah akan menghambat dan merintangi anak dalam
tangga yang pendiam, kurang berdialog dengan mencapai tugas-tugas perkembangannya. Begitu
anak, sehingga anak kurang memperoleh stimulus juga dalam mengembangkan berbagai potensi
untuk berbahasa secara baik. Untuk mengatasi yang dimiliki anak TK, layanan BK berupaya
masalah tersebut juga dilakukan melalui proses mengembangkan semua potensi anak TK secara
belajar. keseluruhan. Oleh karena itu bimbingan di TK
Sebagian tingkah laku dalam lebih difokuskan pada upaya pencegahan dan
perkembangan bahasa yang dialami anak akan pengembangan, sehingga fungsi layanan BK di
potensial ke arah tingkah laku bermasalah, TK lebih ditekankan pada fungsi Pencegahan
misalnya anak berbicara cepat sehingga sulit dan fungsi pengembangan, tanpa mengabikan
dimengerti, anak memiliki perbendaharaan kata fungsi bimbingan yang lain.
relatif sedikit, bila tidak mendapatkan bimbingan Fungsi pencegahan dalam layanan BK di
dan arahan dari orang dewasa (guru dan orang TK, yaitu : kegiatan bimbingan dan konseling yang
tua), akan mengarah menjadi tingkah laku menghindarkan anak dari berbagai permasalahan
bermasalah, misalnya anak tidak bisa bergaul yang akan menganggu, menghambat, atau
dengan teman sebaya karena pembicaraannya menimbulkan kerugian pada dirinya dan
sulit dimengerti teman, menjadi anak yang masyarakat di masa datang. Kegiatan bimbingan
terisolir karena tidak diterima teman, dan anak dimaksud seperti bermain peran modeling, dan
akan menjadi frustasi dalam hidupnya. bimbingan kelompok. Tujuannya, adalah untuk
Beberapa tingkah laku dalam mencegah perilaku anak yang potensial menjadi
perkembangan bahasa merupakan tingkah laku masalah menjadi perilaku tidak bermasalah di
bermasalah, misalnya anak sulit berkomunikasi masa datang. Sedangkan fungsi pengembangan,
dengan orang lain, orang lain pun sulit memahami yaitu : kegiatan bimbingan dan konseling yang
anak. Dengan demikian anak mengalami akan menghasilkan tersalurkannya berbagai
gangguan dan hambatan dalam kehidupannya. potensi anak TK dalam rangka perkembangan
Tingkah laku anak dikatakan sebagai tingkah dirinya secara berkelanjutan, misalnya tingkah
laku bermasalah apabila memenuhi kategori laku wajar dan anak TK dapat berkembang ke
sebagai berikut, yaitu : (1) konflik dengan arah perilaku yang lebih wajar lagi. Singkatnya,
orang lain, misalnya anak mengalami kesulitan kegiatan bimbingan di TK lebih ditekankan pada
berhubungan dengan orang tua, guru dan teman fungsi pengembangan dan pencegahan.
sebaya, (2) konflik dengan diri sendiri, (3) kurang Pelaksanaan kegiatan bimbingan di
informasi tentang diri, (4) kekurangan informasi TK dipadukan dengan kegiatan belajar secara
tentang lingkungan, dan (5) masalah kurang keseluruhan. Pemaduan kegiatan bimbingan di
keterampilan (Rudolp, 1983). TK, dilakukan guru dengan cara melaksanakan

113
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

bimbingan sekaligus melaksanakan kegiatan moral pada anak, guru sekaligus melaksanakan
belajar. Sebagai contoh : Pada saat guru melakukan peranannya dibidang BK, yaitu : melaksanakan
kegiatan bimbingan dalam mewujudkan fungsi fungsi bimbingan berupa fungsi pencegahan.
pencegahan dengan cara bermain peranan, Kegiatan layanan BK di TK
sekaligus tercakup di dalam kegiatan tersebut. pelaksanaannya berbeda dengan kegiatan pada
Pelaksanaan kegiatan belajara anak TK dalam lembaga pendidikan yang lebih tinggi seperti
pengembangan bidang soial, moral, disiplin, dan : SD, SLTP dan SMU. Kegiatan layanan BK di
kognitif yang menjdi program pengembangan TK dirancang khusu dan disesuaikan dengan
anak di TK. ciri khas anak TK yang senang bermain.
Satu kegiatan bimbingan di TK Sebagaimana metode pengajaran di TK yang
dapat berfungsi sebagai pengembangan dan dikemukakan oleh Montesori yang intinya
pencegahan, misalnya ketika guru melaksanakan adalah pemberian kebebasan. Dengan diberikan
kegiatan BK dengan bermain peran bisa mencegah kebebasan anak mengajar dirinya sendiri, sambil
tingkah laku anak yang suka mengambil barang bermain, sesuai dengan usia yang masih muda
tanpa seizin yang punya. Pada saat bersamaan, untuk mengembangkan fungsi indera, gerak
kegiatan bermain peranan dapat mewujudkan (motor), dan pikiran. Anak diberikan kebebasan
fungsi pengembangan. Dengan adanya kegiatan dan kebebasan berarti aktivitas, kebebasan dalam
bermain peranan, potensi yang dimiliki anak bisa manifestasinya yang spontan (Munandor, 2001).
tersalurkan melalui peran yang dilakoni anak. Pendapat Montesori ini dapat diterapkan dalam
Anak berimajinasi, berkreasi, mengembangkan kegiatan bimbingan di TK, yaitu : memberikan
tingkah laku berani tampil di depan umum. bimbingan kepada anak TK dalam suasana
Dengan demikian dalam satu kali kegiatan spontan, bebas dan dalam bentuk permainan.
BK, menjangkau dua fungsi BK, yaitu : fungsi Sehubungan dengan masalah yang dialami
pencegahan bagi anak yang mkenjadi sasaran anak TK, teori konseling yang digunakanl, adalah
layanan, dan fungsi pengembangan bagi anak teori konseling Pengubahan Tingkah Laku (Teori
yang dengan adanya kegiatan bimbingan dapat Behavioral). Alasan penggunaan teori tersebut,
menyalurkan berbagai potensi dan kreatifitasnya. adalah karena sasaran layanan bimbingan di
Di dalam menerapkan kegiatan bimbingan TK individu yang berusia muda, mereka belum
di TK, seorang guru TK haruslah memperhatikan mampu sepenuhnya menggunakan pikiran dan
beberapa saran yang dikemukakan oleh perasaannya. Oleh karena itu teori konseling
Montesori tentang pembelajaran di TK yang cocok adalah teori konseling pengubahan
dengan ciri : singkat, sederhana, obyektif, Singkat tingkah laku yang tidak banyak menuntut
dimaksudkan penggunaan kata-kata oleh guru pemikiran dan perasaan yang dalam. Alasan
waktu memberi bimbingan, artinya agar guru lain penggunaan teori konseling pengubahan
menggunakan tuturan bahasa sesingkat mungkin, tingkah laku, adalah karena teori tersebut
agar membuang kata-kata yang tidak berguna. dapat dipadukan dengan proses belajar di TK
Sederhana berhubungan dengan ciri pertama, yang menanamkan pembiasaan dan latihan.
artinya: guru hendaknya membuang hal-hal Tingkah laku bermasalah yang dialami anak
yang bukan merupakan kebenaran. Ini dicapai adalah akibat proses belajar, untuk merubahnya
dengan pemilihan kata-kata sheingga uraian guru melalui proses belajar, yaitu : dengan melakukan
menjadi sederhana. Obyektif yang dimaksud ialah berbagai pembiasaan dan latihan kepada anak.
: bahwa dalam memberikan bimbingan guru Ada beberapa BK yang dapat diterapkan dan
tidak memasukkan subyektifiyas pribadinya. dipadukan dengan program belajar anak TK,
Dalam membimbing guru diingatlam agar tidak misalnya latihan dan pembiasaan, bermain
melakukan dua hal : pertama, tidak memasakan peranan, modeling, bimbingan kelompok.
; dan kedua, tidak membuat anak merasa telah Kegiatan BK harus dilaksanakan guru secara
membuat kesalahan (Munandir, 2001). rutin dan berkelanjutan, dengan topik yang
Kegiatan bimbingan di TK, bervariasi sesuai dengan masalah yang dialami
pelaksanaannya dilakukan oleh guru TK sendiri. anak TK.
Guru TK mempunyai dua peranan, yaitu : Uraian berikut menjelaskan tentang tiga
peranan dibidang pengajaran dan peranan bidang contoh penerapan pelaksanaan kegiatan BK
bimbingan dan Konseling. Kedua peranan di TK, sesuai dengan masalah anak TK hasil
tersebut dilakukan guru sekaligus tanpa terpisah temuan penelitian, yaitu : kegiatan bermain
antara satu dengan yang lain. Pada saat guru peranan diterapkan untuk tingkah laku anak
melakukan kegiatan dibidang pengajaran seperti yang suka mengambil barang orang tanpa seizin
: mengajarkan pelajaran bidang pengembangan yang punya modeling diterapkan untuk tingkah

114
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

laku anak yang dengan sengaja merusak mainan masalah, maka model yang diperlihatkan adalah
temannya, dan bimbingan kelompok diterapkan model yang sudah disiapkan sesuai dengan
untuk tingkah laku anak yang pemalu tidak mau tujuan. Dengan memanfaatkan sifat peniru anak,
berteman. Ketiga kegiatan bimbingan harus diharapkan model yang diamati oleh anak, cepat
dilaksanakan guru secara rutin dan berkelanjutan atau lambat akan ditiru oleh anak. Bila proses
dengan topik yang bervariasi sesuai dengan peniruan ini sudah berhasil, diharapkan tingkah
masalah yang dialami anak TK. laku anak yang tidak diinginkan akan berangsur
Ketiga kegiatan bimbingan Konseling ini hilang. Kegiatan modelling dilakukan secara
berkaitan erat dengan keadaan anak TK yang berkelanjutan. Model yang diberikan disesuaikan
dikatakan yang diungkapkan Montesori dalam dengan masalah anak. Sebagai contoh : tingkah
ungkapan : aku dengar aku lupa, aku lihat laku anak yang pemalu tidak mau berteman,
dan aku ingat, aku lakukan dan aku mengerti tingkah laku ini supaya tidak menetap dalam diri
(Elizabeth G. Hainstock, 1997). Dalam kegiatan anak, dicegah guru melalui salah satu kegiatan
bimbingan di TK anak tidak hanya sekedar BK, yaitu : dengan cara modelling.
mendengarkan nasehat dari guru tetapi anak juga Bimbingan kelompok merupakan layanan
harus diikutsertakan dan terlibat dalam kegiatan BK yang memungkinkan sejumlah anak TK
bimbingan itu. secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
Bermain peranan merupakan suatu memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
kegiatan layanan BK yang dilaksanakan dengan tertentu (terutama guru TK) dan membahas
cara melakukan satu topik permainan. Masing- secara bersama-sama pokok bahasan (topik)
masing anak memerankan peran seorang tertentu yang berguna bagi perkembangan, dan
tokoh sesuai dengan topik yang dibahas dalam pengambilan keputusan (Prayitno, 1994). Salah
permainan. Peserta dan penonton diharapkan satu contoh penerapan bimbingan kelompok
mengambil manfaat dari penampilan peran terhadap masalah penelitian, misalnya tingkah
yang dimainkan dalam bermain peranan, dan laku anak yang sengaja merusak mainan
mengambil keputusan tentang tingkah laku yang temannya.
mereka lakukan selama ini. Dengan bermain
peranan, anak yang suka mengambil barang Simpulan
orang lain tanpa seizin yang punya, menyadari
bahwa tingkah lakunya tersebut tidak baik. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang
Kegiatan bermain peranan mencegah dominan yang dialami anak TK menurut guru
tingka laku anak mengambil barang tanpa dan orang tua berdasarkan hasil penelitian adalah
seizin yang punya, supaya tidak menjadi suatu sebagai berikut.
kebiasaan bagi anak. 1. Masalah Soial meliputi: egois misalnya
Modelling diartikan sebagai mengajarkan berfikir dan berbicara tentang diri sendiri,
perihal baru kepada seseorang dengan dan mengatur teman, perilaku sok kuasa
menyuruhnya mengamati seseorang yang dapat misalnya menang sendiri, bertengkar
memperlihatkan perilaku yang dikehendaki misalnya sering berselisih pendapat
(Krumbolts, 1972) Penggunaan modelling bagi dalam kelompok, negativisme misalnya
anak TK didasarkan atas sifat anak yang suka memberikan perlawanan dalam bentuk fisik,
meniru apa yang mereka amati. Kepada anak membantah tidak mau ikut kelompok, dan
diperlihatkan model-model yang diinginkan oleh agresif misalnya menyepak dan memukul
anak. Di TK model yang dilihat anak adalah teman.
guru dan teman sebaya. Penampilan dan perilaku 2. Masalah emosional yang dialami anak TK
guru sekaligus dipakai sebagai alat membentuk adalah masalah cemas misalnya tidak
perilaku yang diinginkan dari anak. Suatu model mau berpisah dengan pengantar, pemalu
bisa ditampilkan melalui televisi, film, video tape, tidak mau berteman, canggung misalnya
buku-buku bergambar, teman-teman anak, orang memerah mukanya jika disapa, dan takut
dewasa, maupun guru (Thompson, 1983). misalnya menampakkan ekspresi ketakutan.
Bandura (1974) telah membuktikan 3. Masalah moral misalnya: berbuat curang
keampuhan modelling melalui percobaan yang seperti menipu teman dalam bermain,
akhirnya menemukan teori belajar yang disebut berbohong misalnya melakukan
dengan teori belajar sosial. Dalam belajar sosial kebohongan, dan melakukan kecurangan,
terdapat dua hal. Pertama obyek di luar diri anak, mencuri misalnya mengambil barang tanpa
kedua proses meniru, yaitu : reaksi yang dilakukan ijin yang punya, merusak misalnya sengaja
oleh anak. Bila peniruan sebagai usaha menangani merusak mainan teman.

115
Helmut Y Bunu / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

4. Masalah perkembangan pengertian adalah: Bandung.


kesulitan memahami perkataan orang, Helly, P. 1989. Hubungan antara jumlah anak dalam kelu-
dan lamban dalam memahami penjelasan arga, persepsi pola asuh orang tua, dan kemandirian
keterangan pada siswa kelas I SMA Negeri yang mempunyai
Bapak /Ibu yang bekerja dan tidak bekerja dikota-
5. Masalah bahasa adalah: perkembangan bicara
madya Yogyarkarta. Laporan penelitian, Yogya-
yang berada di bawah tingkat perkembangan karta : Fakultas Psikologi UGM.
anak seusianya, berbicara cepat sehingga sulit Kustiah.196. Pola asuh orang tua ditinjau dari teori keprib-
dimengerti, dan memiliki perbendaharaan adian analisis transaksional dan hubungannya den-
kata yang relatif sedikit dibandingkan teman gan kemandirian anak. Tesis PPS IKIP Malang.
seusianya. Munandir,1989. Bimbingan Sekolah di Indonesia : corak
yang bagaimana ? Pidato Pengukuhan Guru Be-
Daftar Pustaka sar IKIP Malang.
Munandir, 1993. Masalah mutu pendidikan dan peranan
Arikunto, S. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta : Dep- pendidikan dalam Pengembangan Sumber Daya
dikbud Ditjen Dikti P2LPTK. Manusia. Pidato Ilmiah pada Dies Natalits ke-
Daradjat, Z. 1982. Perawatan Jiwa Anak. Jakarta Pener- 39 IKIP Malang.
bit N.V.Bulan Bintang Munandir.1993. Program Bimbingan Karier di Sekolah.
Daradjat, Z. 1985. Kesehatn Mental. Jakarta Gunung Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebu-
Agung dayaan Dirjen Dikti P2T.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Taman Kanak-kanak ; Munandir 2001. Ensklopedia Pendidikan. Malang : UM
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Press
Jakarta : Diperbanyak oleh Dirjen PDM Dep- Mussen, P.H.,Conger, JJ., Kagan, J., dan Huston,
dikbud. A.C.1984. Perkembangan anak dan Kepribadian
Depdikbud. 1994. Program Kegiatan Belajar Mengajar anak (alih bahasa dr. Med. Meitasari Tyandra-
Taman Kanak-kanak ; Pedoman Kegiatan Bela- sa). Jakarta : Erlangga.
jar Mengajar. Jakarta : Diperbanyak oleh Dep- Robert C. 1997. Menumbuhkan Kecerdasan moral pada
dikbud. Anak (Alih bahasa : T. Hermaya). Jakarta : PT.
Faizah, H. 1986. Penyesuaian diri anak dihubungkan Gramedia.
dengan pola asuhan Bapak /Ibu dan penerapan Rosjidan.1994. Pendekatan-Pendekatan Modern dalam
peranan bimbingan oleh guru. Tesis tidak diter- Konseling. Malang : Institut Keguruan dan Ilmu
bitkan. Bandung : Program Pascasarjana IKIP Pendidikan

116

You might also like