You are on page 1of 5

https://kumparan.

com/teuku-muhammad-valdy-arief/pcc-dan-obat-keras-lainnya-dijual-bebas-di-
jabodetabek

Maraknya peredaran PCC di Kendari, Sulawesi Tenggara yang memakan banyak korban itu
membuat masyarakat khawatir. Untuk mengantisipasi peredaran obat keras itu di Jakarta,
Ditresnarkoba Polda Metro Jaya melakukan razia di beberapa tempat yang menjual obat keras
seperti apotek, toko, dan warung di Jabodetabek.
Dari hasil operasi yang dilakukan sejak 13 September hingga 18 September tersebut, polisi
menemukan 5 butir pil PCC yang dijual bebas.
"Kami juga menemukan Tramadol 30.463 butir. Kemudian Hxymer 46 ribu. Dan ada
Dumolid 200 lebih," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, di
kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (20/9).
Argo mengatakan, sejumlah obat keras tersebut semestinya tidak boleh dijual bebas.
Menurutnya, obat-obatan itu hanya boleh dijual di apotek yang sudah memiliki Surat Izin
Apotek (SIA).

Dari razia tersebut, ada enam tersangka yang saat ini diamankan polisi, mereka adalah RPA,
FZ, JI, SY, JO, dan MC.
"Kemudian dari hasil ini bahwa tersangka kita jerat pasal 62 Undang-Undang RI Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotoprika dengan penjara paling lama lima tahun," papar Argo.
Tak hanya itu, jika terbukti mengedarkan obat-obatan itu, keenam tersangka juga dijerat pasal
196 Subsider pasal 198 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dengan
penjara maksimal 10 tahun.

Sedangkan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Jakarta, Dewi
Prawitasari mengatakan, obat-obatan keras itu dijual oleh banyak toko obat di Jakarta.
Padahal menurutnya, toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas.
"Toko hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dengan tanda ada dot
hijau. Obat bebas terbatas dot biru," ucapnya, dalam kesempatan yang sama.
Untuk obat dengan tanda titik merah dan berlogo huruf K, kata Dewi, obat tersebut hanya
boleh didapatkan dari apotek dan harus menggunakan resep dokter. Dewi pun menegaskan,
toko obat yang menjual obat-obat keras itu akan menerima sanksi.
Berikut daftar obat keras yang berhasil diamankan polisi:
- PCC = 5 butir
- Tramadol = 30.463 butir
- Aprazolam = 2.863 butir
- Hexymer = 46.380 butir
- Sanax = 42 butir
- Dumolid = 202 butir
- Riklona Clonazepam = 94 butir
- Trinex Phenidyl = 2.104 butir
http://poskotanews.com/2017/09/22/cari-pcc-toko-obat-dan-apotek-disisir-petugas-gabungan/

SUKABUMI (Pos Kota) Sejumlah apotek dan toko obat di kawasan Pelabuhan Ratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat disisir petugas gabungan yang berasal dari Satnarkoba
Polres Sukabumi, BNNK Sukabumi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Jumat
(22/9/2017).

Penyisiran itu untuk mengawasi peredaran obat keras yang akhir-akhir ini sering
disalahgunakan, seperti yang terjadi di wilayah Kendari hingga merenggut nyawa. Namun,
dari hasil pemeriksaan itu petugas tak menemukan obat keras.

Dalam razia kali ini, petugas mengecek enam apotek di antaranya Puti Farma, Ratu Medika,
Mirah, Bunda, Duta Farma, dan Prima.

Anggota BNN Kabupaten Sukabumi, Iptu Gatot Sukoco, menerangkan kegiatan ini
merupakan yang ketujuh sejak peristiwa penggunaan pil PCC di Kendari. Menurutnya, BNN
mempunyai tanggung jawab moral, dalam hal ini pengawasan mengingat posisinya yang juga
sebagai salah satu stakeholder pencegahan dan pemberantasan.

Kita bersinergi dengan kepolisian dan dinkes untuk mengantisipasi dan juga memberantas
pil PCC dan obat keras lainnya, terangnya.

Dalam kegiatan tersebut, pihaknya juga memberikan himbauan kepada setiap apotek, toko
obat, atau pedagang obat serta apoteker berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika, dan Undang-Undang No 3 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Di situ jelas disebutkan bahwa mendistribusikan, mengedarkan, dan menjual serta meracik
obatan-obatan yang telah disebar melalui selebaran adalah dilarang, ucapnya.

Kasatnarkoba Polres Sukabumi AKP Jajang Jajang Tardiana, menyebutkan terdapat tujuh
jenis obat yang dilarang untuk didistribusikan, diracik dan diedarkan sesuai aturan. Di
antaranya PCC, Magadon, Rohypnol, Calmlet 2 minigram, Dekstrometropan, Tramadol, dan
obat-obatan lain yang mengandung komposisi Carisopradol.

Kita juga akan merazia apotek lain di Kabupaten Sukabumi tapi waktunya belum
ditentukan. Sejauh ini kita sudah sering menangkap penyalahgunaan obat farmasi seperti
tramadol, bahkan sudah ada berkas yang maju ke pengadilan, tandasnya. (sule/win)
https://news.okezone.com/read/2017/07/22/338/1742165/tak-memiliki-izin-petugas-sita-32-
350-obat-keras-dari-toko-obat-di-kabupaten-bogor

BOGOR - Satuan Narkoba (Satnarkoba) Polres Bogor menyita sebanyak 32.350 butir obat-
obatan keras tanpa izin dari sebuah toko obat di wilayah Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kasat Narkoba Polres Bogor, AKP Andri Alam mengatakan obat tersebut disita polisi setelah
mendapatkan informasi dari masyarakat adanya toko obat yang menjual obat keras Golongan
G tanpa izin.

"Setelah dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan ditemukan barang bukti 32.350 obat-
obatan berdosis tinggi yang tidak disertai dengan dokumen izin farmasi," katanya, Sabtu 22
Juli /2017.

Puluhan ribu butir obat tersebut terdiri dari 21.250 butir obat Tamadol, 10.000 butir obat
Hexymer, 100 butir obat Trihexphenidyl. Selain itu, polisi juga mengamankan satu pelaku
sebagai penyedia obat berinisial MH (25).

"Dari hasil pemeriksaan, obat itu di jual ke wilayah Jabodetabek. Setiap minggunya pelaku
meraup omset sekitar 80 juta per minggu dan obat itu selalu habis setiap minggunya,"
jelasnya.

Pelaku dan barang buktinya dibawa ke Mapolres Bogor untuk diperiksa lebih lanjut. Jika
terbukti bersalah pelaku dijerat Pasal 196 jo 197 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

"Daya hancur obat ini dalam jangka waktu lama sangat berbahaya bagi kesehatan bila
dikonsumsi masyarakat tanpa resep dokter dan bisa berujung putus saraf atau kegilaan,"
tutupnya.
https://metro.sindonews.com/read/1240513/170/razia-toko-obat-ilegal-di-depok-ratusan-
butir-obat-keras-disita-1505653292

JAKARTA - Petugas gabungan dari Satuan Narkoba Polresta Depok, Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Depok dan Satpol PP merazia sejumlah toko obat-obatan di daerah itu.
Razia ini sebagai tindaklanjut dari terjadinya kasus penyalahgunaan obat PCC di Kendari.

Dari hasil razia didapat ratusan butir obat daftar G. Ratusan obat keras itu diketahui dijual
bebas tanpa resep dokter. "Ada lima toko obat diduga ilegal menjadi sasaran razia petugas.
Operasi dibagi dua tim sasaran wilayah Sawangan dan Sukmajaya," ujar Kasat Narkoba
Polresta Depok, Kompol Malvino Sitohang, Minggu (17/9/2017).

Menurut dia, obat masuk daftar G yang banyak dijual bebas adalah jenis Dumolid. Pembeli
dengan mudah mendapatkan obat ini sewaktu-waktu. Padahal seharusnya untuk mendapatkan
obat ini harus disertai resep dokter.

Malvino menuturkan, sampai saat ini pihaknya belum menemukan pil jenis PCC yang dijual
di Depok. Namun tidak menutup kemungkinan pil itu beredar.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna mengatakan, pihaknya sangat
mendukung penuh upaya prefentif yang dilakukan BNN dan kepolisian tersebut. "Siapapun
bisa memberikan informasi dan tentu akan ditindaklanjuti. Seperti razia ini merupakan upaya
bersama menekan peredaran narkoba dan penyalahgunaan obat," katanya.

Pradi mengaku prihatin atas kasus yang terjadi di Kendari. Oleh karenanya, sebagai antisipasi
pihaknya pun melakukan upaya antisipasi bersama. "Kita buktikan bahwa kita berkomitmen
untuk terus memerangi narkoba, dan ini merupakan salah satu langkah strategis yang kami
lakukan," pungkasnya.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/09/17/owfjwm382-polisi-razia-toko-
obat-cegah-peredaran-pcc

REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Jajaran Kepolisian Resor Banjar, Kalimantan Selatan


melaksanakan razia sejumlah toko obat guna mencegah peredaran obat keras jenis
Paracetamol, Cafein, Carisoprodol (PCC).

"Kami mengantisipasi kemungkinan beredarnya obat jenis PCC di masyarakat melalui razia
ke sejumlah toko obat," ujar Kapolres Banjar AKBP Takdir Mattanete di Martapura, Ahad
(17/9).

Razia dilakukan untuk mencegah peredaran obat PCC sehingga tidak jatuh puluhan korban
seperti yang terjadi di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu. Ia
mengatakan, hasil razia baik yang dilakukan personel Polres Banjar di pusat kota Martapura
maupun wilayah hukum polsek jajaran, tidak ditemukan adanya obat berbahaya tersebut.

Meski pun hasil razia tidak ditemukan tetapi pihaknya terus mewaspadai kemungkinan
peredaran obat keras yang bisa membuat pemakai seperti orang gila itu. "Kami sudah
perintahkan personel untuk meningkatkan kewaspadaan agar peredaran obat jenis PCC tidak
sampai masuk Kabupaten Banjar karena dampak buruk yang ditimbulkannya," ucap dia.

Menurut dia, pihaknya juga sudah memerintahkan personel Satuan Binmas maupun personel
polsek jajaran untuk gencar menyosialisasikan bahaya obat PCC agar tidak dikonsumsi
masyarakat. "Setiap personel kami minta untuk menyosialisasikan bahaya obat PCC agar
masyarakat mengetahui dan tidak ikut mengonsumsi karena besarnya bahaya obat keras itu,"
ujarnya.

Kapolres juga meminta dukungan masyarakat untuk bersama-sama dalam mencegah


peredaran obat penenang yang tergolong obat keras dan sudah dilarang peredarannya sejak
2013 itu. "Langkah yang kami lakukan tidak akan berhasil tanpa bantuan masyarakat
sehingga kami meminta informasi dan laporan yang tentu akan ditindaklanjuti personel di
lapangan," katanya.

umbe

You might also like