You are on page 1of 16

https://www.linkedin.

com/pulse/what-main-factors-affecting-international-trade-simon-kang
Setiap negara perdagangan bilateral atau multilateral dipengaruhi oleh posisi geografis,
sumber daya alam, tingkat perkembangan ekonomi dan faktor politik.

1. Lokasi geografis. Mid-lintang iklim sedang, daerah pesisir, transportasi yang nyaman,
bagus untuk pengembangan perdagangan internasional. Lintang tinggi iklim dingin, daerah
pedalaman pegunungan blok lalu lintas, merugikan perkembangan perdagangan
internasional. Jepang untuk "trading", itu ada hubungannya dengan posisi pulau. Selain itu,
menguntungkan bagi perkembangan perdagangan bilateral antar tetangga.

2. Sumber daya alam. Sebuah negara kaya akan jenis dan tingkat sumber daya alam secara
langsung mempengaruhi perdagangan produk primer negara tersebut. Seperti yang Zaire
katakan sebagai "permata Mid-Afrika", dalam komoditas ekspor nasional, mineral (70% ~
80%).

3. Tingkat perkembangan ekonomi. Tingkat perkembangan ekonomi dapat secara langsung


mempengaruhi struktur komoditas perdagangan luar negeri suatu negara dan posisi dalam
perdagangan internasional. Tingkat perkembangan ekonomi nasional Amerika Serikat,
Jepang dan Uni Eropa tinggi, impor dan ekspor menyumbang setengah dari dunia dan
populasi negara tersebut hanya menyumbang sekitar 1/7 dari seluruh dunia. Negara-negara
berkembang relatif terbelakang, perdagangan luar negeri relatif kurang. 4. Faktor politik.
Hubungan politik dunia, kebijakan sebuah negara juga memiliki dampak besar terhadap
perdagangan internasional. Perang Teluk setelah ekspor minyak Irak anjlok, adalah karena
alasan politik. Di China sejak akhir 1970-an mengadopsi sebuah kebijakan untuk membuka
dunia luar, pengembangan perdagangan luar negeri dengan cepat.

Faktor paling berpengaruh yang mempengaruhi Perdagangan Luar Negeri adalah sebagai berikut:

Karena perdagangan internasional dapat secara signifikan mempengaruhi ekonomi suatu negara, penting untuk
mengidentifikasi dan memantau faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1) Dampak Inflasi:

Jika tingkat inflasi suatu negara meningkat relatif terhadap negara-negara yang diperdagangkan, maka giro akan
diperkirakan akan menurun, hal-hal lain sama. Konsumen dan perusahaan di negara tersebut kemungkinan besar
akan membeli lebih banyak barang di luar negeri (karena inflasi lokal yang tinggi), sementara ekspor negara ke
negara lain akan menurun.

2) Dampak Pendapatan Nasional:

Jika tingkat pendapatan suatu negara (pendapatan nasional) meningkat dengan persentase yang lebih tinggi
daripada jumlah negara lain, maka giro pada saat ini diperkirakan akan menurun, hal-hal lain sama. Seiring
tingkat pendapatan riil (adjusted to inflation) naik, begitu pula konsumsi barang. Persentase kenaikan konsumsi
tersebut kemungkinan besar akan mencerminkan peningkatan permintaan barang asing.

3) Dampak Kebijakan Pemerintah:

Pemerintah suatu negara dapat memiliki dampak yang besar terhadap neraca perdagangannya karena
kebijakannya untuk mensubsidi eksportir, pembatasan impor, atau kurangnya penegakan pembajakan.
4) Subsidi untuk Eksportir:
Beberapa pemerintah menawarkan subsidi kepada perusahaan domestik mereka, sehingga perusahaan tersebut
dapat menghasilkan produk dengan biaya lebih rendah daripada pesaing global mereka. Dengan demikian,
permintaan ekspor yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut lebih tinggi akibat subsidi.

Banyak perusahaan di China umumnya menerima pinjaman gratis atau lahan bebas dari pemerintah.
Perusahaan-perusahaan ini mengeluarkan biaya operasi yang lebih rendah dan mampu menurunkan harga
produk mereka sehingga menghasilkan pangsa pasar global yang lebih besar.

5) Pembatasan Impor:

Jika pemerintah suatu negara mengenakan pajak atas barang impor (sering disebut tarif), harga barang asing ke
konsumen meningkat secara efektif. Tarif yang dikenakan oleh pemerintah A.S. rata-rata lebih rendah daripada
yang dikenakan oleh pemerintah lain. Beberapa industri, bagaimanapun, lebih banyak dilindungi oleh tarif
daripada yang lain. Produk pakaian Amerika dan produk pertanian secara historis mendapat lebih banyak
perlindungan terhadap persaingan luar negeri melalui tingginya tarif impor terkait.
Selain tarif, pemerintah bisa mengurangi impor negaranya dengan memberlakukan kuota, atau batas maksimal
yang bisa diimpor. Kuota biasanya diaplikasikan pada berbagai barang yang diimpor oleh Amerika Serikat dan
negara lainnya.

6) Kurangnya Pembatasan Pembajakan:

Dalam beberapa kasus, pemerintah dapat mempengaruhi arus perdagangan internasional karena kurangnya
pembatasan pembajakan. Di China, pembajakan sangat umum terjadi; individu (disebut bajak laut)
memproduksi CD dan DVD yang terlihat hampir persis seperti produk asli yang diproduksi di Amerika Serikat
dan negara lainnya. Mereka menjual CD dan DVD di jalan dengan harga lebih rendah dari produk aslinya.
Mereka bahkan menjual CD dan DVD ke toko ritel. Diperkirakan bahwa produsen film, musik, dan perangkat
lunak A.S. kehilangan $ 2 miliar dalam penjualan per tahun karena pembajakan di China.
Akibat pembajakan, permintaan impor China lebih rendah. Pembajakan adalah salah satu alasan mengapa
Amerika Serikat memiliki defisit neraca perdagangan yang besar dengan China. Namun, bahkan jika
pembajakan dieliminasi, defisit perdagangan A.S. dengan China masih akan besar.

7) Dampak Nilai Tukar:

Mata uang masing-masing negara dinilai dalam mata uang lain melalui penggunaan nilai tukar, sehingga mata
uang dapat ditukar untuk memfasilitasi transaksi internasional.
http://www.yourarticlelibrary.com/foreign-trade/7-most-influential-factors-affecting-foreign-
trade/5938/

Untuk rekapitulasi, perdagangan internasional mengeksploitasi manfaat kuantitatif dan


kualitatif dari pembagian kerja yang diperluas. Perdagangan internasional mengarah pada
peningkatan spesialisasi yang meningkatkan produktivitas melalui inovasi teknis dan organisasi.
Dengan demikian, lebih banyak barang bisa diproduksi secara keseluruhan dengan jumlah tenaga
kerja yang sama. Hal ini mendorong perkembangan ekonomi karena sumber daya diaktifkan dan
industri didorong (lihat Bloomfield 1975, 473). Jelas bahwa teori Smith tentang perdagangan
(internasional) "terjalin erat dengan teorinya tentang pembangunan ekonomi" (Myint 1977, 233).
Perdagangan dan pembangunan tidak dapat dipisahkan dalam teori Smith. Mereka dihubungkan
melalui pembagian kerja.

Keuntungan dari perdagangan internasional diperkuat oleh meningkatnya persaingan yang


dihadapi produsen dalam negeri. Ini adalah keuntungan lain, karena perdagangan internasional
mengurangi kemungkinan monopoli dalam negeri (lihat, misalnya, WN, IV.vii.c.102). Smith
berpendapat bahwa persaingan bebas, meski seringkali tidak untuk kepentingan produsen, selalu
bermanfaat bagi publik.
Smith juga menyebutkan aspek menguntungkan dari perdagangan internasional, yaitu
bahwa transfer pengetahuan dan teknologi antar negara yang berbeda. Adopsi dan penggunaan
teknik produksi baru menyebabkan pertumbuhan produktivitas dan pembangunan ekonomi dan
peningkatan kekayaan. Smith menunjukkan bahwa keuntungan ini bahkan bisa menjadi lebih
penting bagi sebuah negara daripada akses ke pasar yang lebih luas, terutama untuk negara besar.
Dia membahas hal ini berkenaan dengan China. China sudah memiliki pasar dalam negeri yang besar
dan oleh karena itu terutama akan memperoleh keuntungan dari perdagangan terbuka dengan
Eropa dengan mendapatkan akses ke teknologinya daripada dengan memperluas pasarnya.

Secara keseluruhan, perdagangan internasional bermanfaat bagi individu bangsa dan dunia
secara keseluruhan. Smith memiliki pandangan optimis tentang pertumbuhan dan kemajuan
ekonomi. Dia tidak pernah menyebutkan batas atas pembagian kerja; dan pertumbuhan teorinya
tidak terbatas (lihat Darity and Davis 2005, 146-148). Pembagian kerja dibatasi oleh tingkat pasar,
namun tingkat pasar tidak terbatas pada teori Smith. Melainkan ukuran pasar itu sendiri tergantung
pada pembagian kerja dan perpanjangan pembagian tenaga kerja yang mengarah pada pelebaran
pasar.

Secara umum, selalu lebih menguntungkan untuk berdagang dengan negara yang lebih maju
yang memiliki ekonomi lebih matang, karena memiliki pasar yang lebih maju dan umumnya lebih
besar, yang memungkinkan pembagian kerja lebih maju. Karena Smith terutama berkepentingan
dengan Inggris Raya, dia berpendapat bahwa perdagangan bebas dengan Prancis akan lebih
menguntungkan daripada perdagangan bebas dengan Portugal karena Prancis memiliki "kemewahan
yang superior" dan "akan mengambil lebih banyak dari kita, dan bertukar dengan nilai dan nilai yang
jauh lebih besar cara yang jauh lebih besar, akan mendorong lebih banyak industri di Inggris Raya
dan memberi kesempatan kepada lebih banyak subdivisi kerja "(Smith, 1978).

Tujuan Smith adalah untuk menunjukkan bahwa perdagangan internasional bermanfaat bagi
semua negara yang terlibat dalam perdagangan. Namun, dia mengakui bahwa negara-negara tidak
memperoleh keuntungan dalam hal yang sama: "perdagangan yang, tanpa kekuatan atau kendala,
secara alami dan teratur dilakukan di antara dua tempat selalu menguntungkan, meski tidak selalu
sama, bagi keduanya" (WN, IV .iii.c.2). Sama seperti perdagangan dalam negeri tidak sama
menguntungkannya dengan semua wilayah di dalam suatu negara, perdagangan internasional tidak
sama menguntungkan bagi semua negara. Perdagangan bahkan bisa memperkuat perbedaan di
antara mereka, terutama jika mereka berbeda dalam kekayaan mereka. Sejalan dengan gagasan ini,
dalam ceramahnya tentang yurisprudensi, Smith membandingkan hubungan dagang antara orang
kaya dan orang miskin untuk itu antara negara maju dan terbelakang:

Pertumbuhan domestik dan pola perdagangan internasional

Smith berpendapat bahwa perdagangan domestik dan internasional ditentukan oleh


peraturan yang sama. Pembagian kerja bekerja secara internasional dengan cara yang sama di dalam
negeri. Sebuah negara, oleh karena itu, mengkhususkan diri dalam produksi beberapa barang saat
membeli barang lain dari luar negeri. Ini bermanfaat bagi sebuah negara: "Jika sebuah negara luar
bisa memasok komoditas dengan harga lebih murah daripada yang bisa kita lakukan, lebih baik
membelinya dari mereka dengan sebagian hasil produksi industri kita yang dipekerjakan dengan cara
di mana kita memiliki beberapa keuntungan.

Ini berarti bahwa sebuah negara memproduksi dan mengekspor komoditas-komoditas yang
dihasilkannya lebih murah daripada negara lain, dan mengimpor barang-barang yang tidak dapat
diproduksi. Sebuah negara tidak akan menghasilkan barang yang diproduksi lebih mahal di rumah
daripada di luar negeri - jadilah "sepertiga puluh, atau bahkan sepertiga bagian lagi" (WN, IV.ii.15).
Akibatnya, perdagangan internasional berkembang dengan cara yang sama seperti perdagangan
dalam negeri: "Apakah semua negara mengikuti sistem liberal untuk ekspor bebas dan impor bebas,
negara-negara yang berbeda di mana benua besar terbagi sejauh ini menyerupai berbagai provinsi
yang berbeda kerajaan besar.

Jika perdagangan bebas berjalan, konsumen akan membeli barang dari siapa pun yang
menjualnya dengan harga terendah. Bangsa (atau produsen) dengan yang terendah biaya produksi
mampu menjualnya lebih murah daripada setiap produsen lain dan mampu menurunkan
pesaingnya.12 Oleh karena itu, setiap bangsa akan menghasilkan komoditas yang bisa menghasilkan
harga lebih murah daripada negara lain.

Biaya produksi-menurut Smith-semua itu dikeluarkan dengan membawa produk ke pasar.


Mereka termasuk biaya transportasi. Smith menekankan pentingnya biaya transportasi sering
mengacu pada perdagangan internasional (lihat, WN, I.xi.c.5, IV.i.29, IV.ii.16, IV.ix.41). Ini berarti
bahwa negara yang berbeda dapat masing-masing memiliki keunggulan absolut dalam barang yang
sama di pasar (domestik) yang berbeda, dengan mempertimbangkan biaya transportasi dari tempat
produksi ke pasar di mana produk tersebut dijual.

Akibatnya, arah perdagangan internasional ditentukan oleh keuntungan biaya produksi


absolut saat ini, yaitu biaya yang timbul dalam menghasilkan barang dan membawanya ke pasar.
Bangsa-bangsa secara otomatis akan mengkhususkan diri sesuai dengan keuntungan masing-masing
jika perdagangan tidak dibatasi. Daya saing internasional ditentukan dengan cara yang sama seperti
daya saing di dalam suatu negara, yaitu dengan keunggulan harga.

Apa asal usul keuntungan itu? Smith mengakui bahwa ada beberapa perbedaan antara
negara-negara yang menghasilkan spesialisasi. Ini termasuk "tanah, iklim, dan situasi" suatu negara
dan juga "undang-undang dan institusi" (WN, I.ix.15) dan sarana komunikasi dan transportasinya
(lihat WN, III.iv.20, IV.ix .41). Namun, pendekatan Smith secara keseluruhan terhadap spesialisasi
adalah bahwa perdagangan dan pembagian kerja mengarah pada spesialisasi dan bukan sebaliknya.
Dia berpendapat bahwa spesialisasi dalam kebanyakan kasus bukan penyebabnya tapi "efek
pembagian kerja" (WN, I.ii.4). Dia memberi contoh seorang filsuf dan portir jalanan yang "mungkin
sangat mirip" (WN, I.ii.4) di masa kecil mereka. Perbedaan antara mereka muncul dengan pendidikan
mereka untuk pekerjaan yang berbeda dan terus melebar saat mereka mengejar profesi tersebut.

Hal yang sama berlaku untuk spesialisasi bangsa-bangsa. Dengan demikian, perdagangan
antar negara pada umumnya tidak didasarkan pada perbedaan antara keduanya yang ada sebelum
perdagangan. Sebaliknya, itu adalah perdagangan yang mengarah ke spesialisasi dan perbedaan.
Perbedaan antar bangsa, kemudian, adalah terutama karena tingkat pembagian kerja suatu negara,
dan dengan demikian produktivitas dan teknologinya, dan bukan karena perbedaan alam.
Keuntungan biaya produksi suatu negara terutama berkembang secara endogen, melalui efek
pelebaran pasar perdagangan internasional (lihat Blecker 1997, 534).

Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara perdagangan internasional dan
pembangunan ekonomi domestik. Mereka saling bergantung satu sama lain dan masing-masing
berdampak pada pola perdagangan. Keuntungan biaya produksi suatu negara "ditentukan secara
endogen oleh jalur pengembangannya, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh pola perdagangannya"
(Maneschi 1998, 48). Baik perdagangan internasional dan pembangunan domestik mempengaruhi
pembagian kerja. Akibatnya, keuntungan biaya produksi absolut suatu negara tidak tetap. Mereka
cenderung diperkuat oleh perdagangan. Dan mereka juga bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Sebuah negara bisa mendapatkan keuntungan absolut dalam produksi barang, misalnya, atau bisa
kehilangan keuntungan seperti itu - seperti produsen di pasar domestik.
Untuk meringkas bagian ini, teori perdagangan internasional Adam Smith bersifat dinamis
karena ia terintegrasi ke dalam kerangka ekonomi yang lebih luas dalam pembagian kerja. Ini
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari dan mempengaruhi perdagangan
internasional. Keuntungan biaya produksi absolut dan pembagian keuntungan dari perdagangan
tidak tetap satu kali dan selamanya. Sebaliknya, mereka berkembang dan muncul secara endogen
sebagai hasil

(https://www.tentorku.com/spesialisasi-keunggulan-komparatif-absolut)

ABSOLUTE ADVANTAGE
Absolute Advantage adalah kemampuan suatu pihak untuk menghasilkan barang atau jasa yang
lebih banyak daripada para pesaing, dengan menggunakan sumber daya yang sama. Absolute
Advantage ditentukan oleh perbandingan sederhana dari produktivitas tenaga kerja, sangat
memungkinkan bagi suatu pihak untuk tidak memiliki keuntungan absolut pada yang lainnya.
Sehingga tidak ada terjadi perdagangan dengan pihak lain. Tampak kontras perbedaannya pada
konsep keuntungan komparatif yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan barang-
barang tertentu pada biaya peluang yang lebih rendah.

Teori ini berasal dari An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations oleh Adam
Smith tahun 1776. Adam Smith berpendapat bahwa tidak mungkin semua bangsa menjadi kaya
secara serentak, jika mengikuti Merkantilisme, karena ekspor dari salah satu negara adalah impor
bagi negara tujuan. Malahan, semua negara akan bisa untung secara serentak jika mereka
mempraktekkan perdagangan bebas dan spesialisasi sesuai dengan keuntungan absolut mereka.
Smith juga menyatakan bahwa kesejahteraan para bangsa tergantung pada barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia bagi warga negara ketimbang cadangan emas mereka. Ketika ada
kemungkinan dari perdagangan keuntungan absolut, maka keuntungan tidak mungkin bermanfaat
satu sama lain. Comparative Advantage berfokus pada jarak kemungkinan keuntungan pertukaran
satu sama lain.

COMPARATIVE ADVANTAGE
Teori ini terjadi jika dua negara dapat sama-sama beruntung dari perdagangan jika saat tidak ada
perdagangan tersebut, mereka memiliki biaya relatif yang berbeda dalam menghasilkan barang
yang sama. Walau suatu negara efisien dalam menghasilkan suatu barang, masih ada keuntungan
saat berdagang dengan negara yang kurang efisien, selama mereka memiliki perbedaan efisiensi
yang relatif.

Teori ini berawal dari gambaran David Ricardo yang dijelaskan dalam buku On the Principles of
Political Economy and Taxation (1817) dalam sebuah contoh antara Inggris dan Portugal. Di
Portugal, sangat memungkinkan untuk menghasilkan anggur dan pakaian dengan tenaga kerja
yang lebih sedikit dari pada Inggris dengan jumlah yang sama. Di Inggris, sulit untuk
menghasilkan anggur dan pakaian dengan tenaga kerja yang lebih sedikit daripada Inggris, pada
jumlah yang sama. Di Inggris, sulit untuk menghasilkan anggur, dan lumayan sulit untuk
menghasilkan pakaian. Karenanya, ketika lebih murah untuk menghasilkan kain di Portugal
daripada di Inggris, masih lebih murah untuk menghasilkan anggur dan memperdagangkannya
untuk pakaian Inggris. Dan sebaliknya, Inggris memiliki keuntungan dari perdagangan ini karena
biayanya dalam menghasilkan pakaian telah tidak berubah, tapi dapat memperoleh anggur dengan
harga yang lebih murah. Keputusan seri ini dapat memberikan keuntungan pada kedua belah
pihak melalui spesialisasi yang memiliki keuntungan komparatif.

https://hehemahita.wordpress.com/2011/09/12/ekonomi-internasional-absolute-advantage-vs-
comparative-advantage/

Keungulan Absolut (Absolut Advantage)


Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut teori murni perdagangan internasional.
Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan melakukan perdagangan atau pertukaran apabila
setiapnegara memperoleh keuntungan mutlak dari perdagangan. Suatu negara dikatakan mempunyaikeuntungan
mutlak dalam memproduksi suatu jenis barang apabila negara tersebut dapat memproduksibarang
dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika barang itu diproduksi di negara lain. Dengan demikian, suatu
negara akan mengekspor suatu barang jika negara tersebut dapat membuatnya secaralebih murah
dibandingkan negara lain.

Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih
tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang
digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi
individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk
menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk
mendapatkan keuntungan lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.

Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan absolut ada.
Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya produksi yang lebih rendah per
unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah
kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.

Ada beberapa asumsi dari keunggulan Absolut ini

Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja

Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama

Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang

Biaya ditanspor ditiadakan.

Keutungan dan kerugian

Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang
saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini
meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki
keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.

Kelemahan dari teori ini adalah Perdagangan internasional hanya akan menguntungkan
kedua negara apabila kedua negera tersebut masing-masing mempunyai keunggulan
absolut yang berbeda. Apabila hanya suatu negara yang memiliki keunggulan absolut
untuk kedua jenis komoditas, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang
menguntungkan kedua belah pihak
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai tukar dan
berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori
absolute advantage.

Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan
pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk
memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi i unit pizza dengan 1 jam TK
dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi
1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu memproduksi
keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan
Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak
demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan
menggunakan teori keuntungan komparatif :

Sebelum melakukan perdagangan

Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di Amerika
adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian.
Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang
relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah
persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara.

https://fajrina.wordpress.com/teori-perdagangan-internasional/

2. Production Comperative Advantage ( Labor produktifiti)


Suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif
serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang / tidak produktif
Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut dibandingkan cina untuk kedua produk,
sebetulnya perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui
spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity. kelemahan teori klasik
Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara
2 negara. Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat
terjadi walaupun hanya 1 negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-masing dari
negara tersebut memiliki perbedaan dalam cost Comparative Advantage atau production Comparative
Advantage.
Teori ini mencoba melihat kuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif. Teori ini
berlandaskan pada asumsi:
1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang ditukar seimbang
dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.
2. Perdagangna internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak berpengaruh.
Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu , suatu negara akan
melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya bilamana negara
tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika
mempunyai kerugian dalam memproduksi.
Paham klasik dapat menerangkan comparative advantage yang diperoleh dari perdagangan luar
negeri timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif ataupun tenaga kerja dari barang-barang
tersebut yang diperdagangkan.
PERBEDAAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF
Dalam kehidupan pemerintah, sering kali kita mendengar atau banyak orang menyebut adanya
Keunggulan Kompetitif dan Keuanggulan Komparatif, untuk memahami kedua keunggulan ini, penulis
mencoba memberikan pemahaman dan pengertian, seperti yang akan jelaskan dibawah ini :
1. Keunggulan Kompetitif
Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan Publik Manajemen SDM, 2003)
bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk
memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan
dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka
menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kemudian
di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan
kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami
berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana
keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk
mendapatkan sesuatu, Contoh, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang Perbankan,
masing-masingnya bagaimana berusaha untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya dengan cara
berkompetisi sesuai dengan keuanggulan yang dimilikinya.
2. Keunggulan Komparatif.
Pengertian Keunggulan Komparatif dapat dilihat pada kamus Bahasa Indonesia, oleh Badudu-Zain
(1994), dimana komparatif diartikan bersifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Jadi
keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk dapat
membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut, kami berpendapat, bahwa
keunggulan komparatif, adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM,
fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan
keuanggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Contoh, beberapa instansi /
lembaga pemerintahan, dengan memanfaatkan segala keuanggulan yang dimilikinya, dan mereka
mempunyai satu tujuan bersama, yakni untuk mewujudkan VISI dan MISI yang telah dibuatnya
bersama-sama.
Oleh sebab itu, jelaslah bahwa keunggulan komparatif, bagaimana untuk mencapai tujuan bersama
dengan segala keunggulan yang dimiliki baik oleh organisasi maupun terhadap organisasi lainnya,
sedangkan keunggulan kompetitif, bagaimana memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh
organisasi untuk bisa mendapatkan tujuan organisasi, dengan cara berkompetisi dengan organisasi
lainnya

TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF

Para Ekonom klasik, khususnya Adam Smith, David Richardo, dan John Stuart Mill, memberikan
kontribusi besar bagi justifikasi ekonomi teoritikal terhadap perdagangan internasional. Setiap
Negara mempunyai kekhasan dalam corak dan ragam, serta kualitas dan kuantitas sumber dayanya,
baik kekayaan alam, sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan sebagainya. Perbedaan
sumber daya antar Negara mendorong mereka untuk melakaukan spesialisasi. Kegiatan produksi
barang dan kreasi jasa diarahkan untuk mengeksploitasi kelebihan ayang dimiliki, sehigga dapat
dihasilkan barang dan jasa yang lebih efisien dan bermutu. Barang dan jasa ini akan dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian akan diekspor ke Negara lain. Sebagai
gantinya, akan diimpor barang dana jasa dari Negara lain yang memiliki keunggulan dalam
memproduksi dan mencipta barang dan jasa tersebut. Uraian singkat diatas merupakan benang
merah dari konsep yang diajukan mashab klasik, yang dikenal dengan teori keunggulan komparatif.
Teori keunggulan komparatif pada dasarnya merupakan perluasan dari teori keunggulan absolut
yang dikemukakan oleh Adam Smith, dimana keunggulan absolute merupakan kasus khusus dari dari
keunggulan komparatif. Menurut teori keunggulan absolute, setiap Negara mampu memproduksi
barang tertentu secara lebih efisien daripada Negara lain (dengan kata lain memiliki keunggulan
absolute untuk barang tersebut) melalui spesialisasi dan pengelompokan kerja secara internasional
(international division of labor). Perdagangan diantara dua Negara, dimana masing-masing memilikii
keunggulan absolute dalam produksi barang yang berbeda, akan memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Keunggulan absolute bias diperoleh karena adanya perbedaan dalam factor-
faktor seperti ikllim, kualitas tanah, anugerah sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi atau
kewirausahaan (entrepreneurship). Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya disadari bahwa
perdagangan yang saling menguntungkan tidak selalu menuntut setiap Negara harus memiliki
keunggulan absolute disbanding mitra dagangnya. Misalnya Negara A memiliki keunggulan absolute
pada produksi kalkulator dan TV disbanding Negara B. Bila semata-mata diasarkan pada teori
keunggulan absolute, maka tidak akan ada perdagangan antar Negara A dan Negara B. karena jelas
saja negar A tidak bersedia membeli barang apapun dari negar B yang harganya jauh lebih mahal.
Penjelasan alternatif atas kasus ini adalah teori keunggulan komparatif yang dikembangkan oleh
David Richardo. Menurut teori ini, sekalipun sebuah negar memiliki keunggulan absolute dalam
produksi sebuah barang, tetapi selama nnegara yang lebih lemah memiliki keunggulan komparatif
pada produksi salah satu barang tersebut , maka perdagangan tetap bisa dilakukan. Cotoh kasus
teori keunggulan komparatif Jepang dan Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif dalam
penguasaan teknologi canggih disbanding Indonesia dan Vietnam. Sebaliknya Indonesia dan Vietnam
memiliki keunggulan komparatif dalam upah kerja yang relative jauh lebih murah dibandingkan upah
pekerja di Jepang dan Amerika serikat. Perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika serikat , oleh
karena itu akan lebih cocok jika bermain di industry pada modal (misalnya industry otomotif,
industry barang- barang elektronik, dan sebgainya). Sementara itu, perusahaan-perusahaan di
Indonesia dan Vietnam akan lebih tepat jika berusaha di industry padat karya (misalnya industry
sepatu, tekstil, garmen, dan sebagainya).

TEORI KEUNGGULAN KOMPETITIF

Konsep ini dikembangkan oleh Michael E. Porter (1990) dalam bukunya berjudul The Competitive
Advantage of Nations. Menurutnya terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk
lingkungan dimana perusahaan-perusahaan local berkompetisi sedemikian rupa, sehingga
mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut meliputi:
a. Kondisi faktof produksi (factor conditions), yaitu posisi suatu Negara dalam factor produksi
(misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam
industry tertentu.

b. Kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestic atas produk atau jasa
industry tertentu.

c. Industry terkait dan industry pendukung (related and supporting industries), yaitu keberadaan
atau ketiadaan industry pemasok dan industry terkait yang komoetitif secara internasional di
Negara tersebut.

d. Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan
bagaiman perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan
domestic.

Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu system, menciptakan konteks dimana
perusahaan-perusahaan dalam sebuah Negara dibentuk dan bersaing. Ketersediaan sumber daya
dan ketrampilan yang diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu Industri
informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahan kemana sumber dan daya
dan ketrampilan dialokasikan,tujuan pemilik, manajer, dan karyawan yang terlibat dalam atau yang
melakukan kompetisi, dan yang jauh lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk
berinvestasidan berinovasi.

http://el-anshary212.blogspot.co.id/2014/03/Perbedaan-keunggulan-kompetitif-dan-
komparatif.html

PERBEDAAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DENGAN KEUNGGULAN KOMPARATIF

Ditulis pada April 15, 2008 oleh hidayaters. Dalam kehidupan pemerintah, sering kali kita mendengar
atau banyak orang menyebut adanya Keunggulan Kompetitif dan Keuanggulan Komparatif, untuk
memahami kedua keunggulan ini, penulis mencoba memberikan pemahaman dan pengertian,
seperti yang akan jelaskan dibawah ini :

1. Keunggulan Kompetitif Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan


Publik Manajemen SDM, 2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan
sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang
menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila
pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah
organisasi pesaingnya. Kemudian di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Badudu-Zain (1994),
dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak
dari kedua sumber diatas, kami berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang
dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing
dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan sesuatu, Contoh, perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam bidang Perbankan, masing-masingnya bagaimana berusaha untuk menarik nasabah
sebanyak-banyaknya dengan cara berkompetisi sesuai dengan keuanggulan yang dimilikinya.

2. Keunggulan Komparatif.Pengertian Keunggulan Komparatif dapat dilihat pada kamus Bahasa


Indonesia, oleh Badudu-Zain (1994), dimana komparatif diartikan bersifat perbandingan atau
menyatakan perbandingan. Jadi keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh
suatu organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti
tersebut, kami berpendapat, bahwa keunggulan komparatif, adalah keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keuanggulan beberapa organisasi untuk mencapai
tujuan bersama. Contoh, beberapa instansi / lembaga pemerintahan, dengan memanfaatkan segala
keuanggulan yang dimilikinya, dan mereka mempunyai satu tujuan bersama, yakni untuk
mewujudkan VISI dan MISI yang telah dibuatnya bersama-sama. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa
keungggulan komparatif, bagaimana untuk mencapai tujuan bersama dengan segala keunggulan
yang dimiliki baik oleh organisasi maupun terhadap organisasi lainnya, sedangkan keunggulan
kompetitif, bagaimana memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh organisasi untuk bisa
mendapatkan tujuan organisasi, dengan cara berkompetisi dengan organisasi lain.

Ciri-ciri Keunikan

(1) Kemampuan finansial dan ekonomis. Ciri keunikan ini ditunjukan oleh adanya kemudahan perusahaan untuk
memperoleh sumber finansial dengan relatif cepat dengan bunga yang relatif lebih rendah dari pada bunga
pasar. Selain itu dapat berupa kemampuan perusahaan menekan harga produk yang lebih murah ketimbangan
harga produk yang sama dari perusahaan lain.

(2) Kemampuan menciptakan produk strategik.Bentuk jenis keunikan ini berupa kelebihan ciri-ciri produk Anda
dibanding produk yang sama dari perusahaan lain. Antara lain dapat dilihat dari aspek rasa, ukuran,
penampilan dan keamanan produk serta suasana lingkungan bisnis Anda. Kembali ke contoh terdahulu,
misalnya Anda menyajikan sate dengan ukuran daging yang lebih besar, bumbu yang lebih bervariasi,
minuman tradisional, kematangan yang merata, ada musik khas, ada tempat bermain untuk anak-anak, oleh-
oleh buat anak-anak tanpa harus mengurangi keuntungan bisnis Anda dsb.

(3) Kemampuan teknologi dan proses. Perusahaan harus memiliki ciri berbeda dalam membuat dan menyajikan
produk ke para pelanggan dibanding perusahaan lain.Hal ini dicirikan oleh alat yang digunakan apakah alat tua
ataukah yang modern dan sudah sangat dikenal kehandalannya di kalangan luas pelanggan. Biasanya
pelanggan sudah mempunyai pilihan favorit tentang alat-alat dan proses tertentu yang digemarinya. Contoh
lain adalah penggunaan alat-alat canggih seperti sistem komputer dan fasilitas pabrik pengolahan produksi
modern .

(4) Kemampuan keorganisasian. Keunikan disini dicirikan oleh kelebihan perusahaan dalam pengelolaan sistem
keorganisasian yang sepadan dengan kebutuhan pelanggan. Perusahaan termasuk karyawannya perlu memiliki
daya tanggap, sensitif dan adapatasi yang tinggi dalam mengikuti perubahan-perubahan karakter pelanggan,
teknologi, keadaan pasokan, peraturan, dan kondisi ekonomi. Dengan demikian para pelanggan akan senang
hati untuk selalu loyal kepada perusahaan.
CONTOH : Keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pada sector pertanian

perhatian khusus bagi perkembangan industri karet di Sumatera Selatan. Bentuk perhatian
tersebut diwujudkan dalam seminar manajemen bertajuk Kuunggulan Komparatif dan Kompetitif
Komoditi karet serta Peranannya Terhadap perekonomian Sumatera Selatan,Sabtu (14/1). Seminar
Yang menghadirkan Prof.Dr. H. M. Sidik Priadana dan Prof.Dr.H. Fachrurozi, MSc. Sebagai
narasumber dibuka langsung Oleh Rektor UTP, prof. Dr. Ir. Edizal AE, MS. Prof.Dr.H. Sulbahri Madjir
Ardja, Direktur MM UTP Menjelaskan seminar manajemen yang digelar setiap empat bulan tersebut
bertujuan agar mahasiswa tidak hanya menguasai teori namun juga praktisi. Melihat besarnya
peranan dari hasil perkebunan karet bagi masyarakat Sumsel, dan mayoritas masyarakat Sumsel
sebagai petani dan bekerja di perkebunan karet, Seminar kali ini kita membahas tentang strategi
keunggulan produk karet Banyak yang harus di pelajari lebih mendetail untuk menciptakan produk
karet yang unggul serta meningkatkan nilai pasar ujar nya.

Produksi kelapa sawit

Padi, kentang, the

kedelai, kapas, jagung

Pada alat teknologi seperti : alat komunikasi berupa Hp, laptop, computer,

CONTOH : Keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pada sector perikanan

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau
sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal, 2006). Total
luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar
70% dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah
satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan
diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun,
potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10
miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi
bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens lainnya pun dapat dikelola,
seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata
bagi pembangunan Indonesia.

http://www.dindingkota.co.vu/2011/08/keunggulan-komparatif-vs-keunggulan.html

"Keunggulan Komparatif vs Keunggulan Kompetitif"


4:53 PM Revolution Jher

a competition, implikasinya hanya produksi dengan biaya murah dan kualitas baik yang mampu
bertahan. Hukum the survival or the fittest pasti berlaku, negara yang mampu dan bertahan
dalam kompetisi serta memiliki struktur ekonomi kuat akan menang. Membahas tentang
pergeseran paradigma dari comparative advantage ke competitive advantage menjadi hal yang
menarik untuk dikaji tanpa mengurangi arti pentingnya teori-teori perdagangan lainnya.
Keunggulan Komparatif

Comparative advantage telah menjadi paradigma sejak adanya teori perdagangan oleh Ricardo
yang tumbuh subur dalam menganalisa dan implementasi kebijakan ekonomi . Teori ini
meganjurkan bahwa suatu negara sebaiknya melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
komoditi yang memiliki keunggulan komparatif, sebaliknya jangan memproduksi atau
mengekspor komoditi yang memiliki comparative disadvantage.

Heckscher-Ohlim menyatakan bahwa keunggulan komparatif disebabkan adanya anugerah


faktor (fakctor endowment) yang dimiliki oelh suatu negara, seperti jumlah tenaga kerja yang
melimpah, iklim, struktur tanah, sumber daya alam yang bersifat ekstraktif seperti minyak bumi,
hasil hutan, tambang dan sebagainya. Negara cenderung mengekspor barang-barang yang
produksinya secara intensif menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah. Melalui ini 2
pihak atau negara sama sama untung (win-win game) jika mereka berdagang atas dasar
keunggulan komparatif. Keuntungan ini dalam literatur disebut gain from trade.

Disadari atau tidak teori ini benyak mengilhami negara-negara berkembang berlomba-lomba
untuk memberdayakan fakctor endowmentr yang dimilikinya. Korean mengekspor labor intensive
goods, Amerika mengekspor skilled labor intensive goods, seperti mobil dan televisi, Swedia
berspesialisasi pada produksi yang berkadar fosfor rendah, negara negara Arab mengekploitasi
ladang-ladang minyaknya, sementara itu India dan Cina memberdayakan penduduknya sebagai
sumber input industri.

Semua yang dilakukan negara-negara tersebut merupakan upaya mengejar keunggulan


komparatif dari anugerah alam yang dimilikinya. Mereka percaya spesialisasi dan konsentrasi
pada produksi akan dilakukan pula oleh negara-negara lain yang pada akhirnya masing masing
negara memperoleh manfaat (gain from trade). Spesialisasi produksi ini dalam periode waktu
tertentu, menempatkan negara dalam posisi monopolis dan memperoleh keuntungan berlebih
(excess profit). Keuntungan ini cenderung menimbulkan incentive problems untuk melakukan
inovasi. Keengannan melakukan inovasi akan semakin tinggi ketika prmintaan terhadap komoditi
ekspor unggulan bersifat inelastic terhadap perubahan harga. Artinya persentase penurunan
harga sebagai akibat dari penemuan teknik-teknik baru adalah lebih besar dari persentase
perubahan kuantitas, sehingga excess profit menurun. Dalam posisi demikian, do nothing lebih
menguntungkan daripada inovasi teknologi.

Menurut Prebish (1949) jauh jauh telah mewaspadai kemungkinan kegagalan teori keunggulan
komparatif. khususnya jika dianut oleh negara- negara berkembang yang kebanyakan adalah
negara agraris. Kenyataan menunjukkan bahwa spesialisasi justru tidak menguntungkan negara-
negara berkembang, padahal dalam perspektif Ricardo, kedua belah pihak yang berdagang atas
dasar spesialisasi sama-sama untung.

Teori teori baik oleh Ricardo maupun Ohlin - Heckscher memang logis dan bermanfaat untuk
menjelaskan mengapa perbedaan relatif dalam produktifitas pekerja dan karunia alam
(endowment) menyebabkan terjadinya spesialisasi produksi darn perdagangan antarbangsa.
Akan tetapi teori ini tidak handal dalam menjelaskan pola perdagangan yang tejadi dewasa ijni,
yang dicirikan oleh pola perdagangan di antara sesama negara industri yang pada umumnya
memiliki fakctor endowment sama dan berbasis teknoli. Maka tak dapat dihindari lai kemampuan
internal dari teori ini kian lemah.

Sungguhpun demikian yang perlu iingat bahwa para pemikir enonomi dahulu mapun sekarang
tidak lepas dari situasi ekonomi yang mereka hadapi. Mereka mengeluarkan pandangan-
pandangannya dalam rangka mengannggapi masalah masalah yang dihadapi pada saat iitu oelh
negara masing-masing yang mengalami.Sehingga dalam kasus kasus tertentu panangan-
pandangan menjadi tidak netral, artinya pekerjaan dan kedudukan mereka dalam sistem politik
ikut mempengaruhi juga.

Keunggulan Kompetitif

Permasalahan yang muncul sehubungan dengan terori perdagangan internasionl berkisar pada
pertanyaan; apakah negara akan selalu mengimpor produk yang memiliki comparative
advantage?apakah keunggulan komparatif bersifat statis dan tidak dapat disptakan?Bagaimana
melestarikan (sustain) keunggulan komparatif? Dan pertanyaan-pertanya sentimen ini tidak
dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.

Porter(1990) melihat teori keunggulan komparatif tidak mampu menjelaskan fonemena


prdagangan internasional. Menurut Porter pola perdagangan menunjukkan peran faktor cost
dan factor endowment yang cukup berati. Ini disebabkan technological cahnage, comparable
factor endowment dan globalization.

Perubahan teknologi mereduksi peran ekspor produk yang naturally recourc-based input. Swedia
tidak lagi memiliki keunggulan komparatif dalam produksi baja, sebab teknologi pemurnian bijih
besi sudah dikuasai oleh Korean. Adanya factor endowment yang comparable menyebabkan
Amerika tidak lagi menguasai produk highly skilled seperti industri telekomunikasi, konstruksi
jalan karena posisi ini telah diambil alih oleh Jepang dan Korea, yang keduanya terkenal memiliki
highly disciplined workers.Gejala globalisasi mengurangi derajat kelangkaan (scarcity) faktor-
faktor produksi. Perdagangan dalam kerangka foreign direct investment yang dilakukan oleh
industri mobil Jepang dan Korea nampaknya dapat dijadikan contoh upaya memecahkan
masalah kelangkaan.
Ketiga faktor diatas memungkinkan negara atau industri mengejar ketertinggalannya.Pola
perdagangan yang diamati Porter menggambarkan upaya negara mengejar untuk merih
competitive advantage daripada mempertahankan comparative advantage. Dengan kata lain
paradigma baru dalam konstelasi perdagangan dunia menjadi competitive advantage.

Meier (1995) meratifikasi tori keunggulan kompetitif dengan menyebutnya sebagai dynamic
comparative advantage. Ia melihat ada dinamika dalam teori keunggulan komparatif Ricardo.
Negara yang memiliki keunggulan komparati dalam suatu industri harus terus menerus
menciptakan produk-produk baru serta meningkakan mutu produk. Setelah negara melakukan
inovasi untuk menemukan teknologi baru dan menghasilkan produk berteknologi baru, ia
menempati posisi monopolis dalam penguasaan teknologi dan mudah mengakses pasar.
Sehingga dalam perdagangan ia menikmati gain from trade.

Meskipun demikian penguasaan teknologi ini hanya bersifat sementara saja. setelah produk
ekspor distandarisasi yang dihadapi negara pengimpor adalah technological gap dan
memperkecil lag, dan keunggulan komparatif diperoleh. Pada tahap ini terjadi kompetisi anntara
dua negara atau lebih yang memiliki keunggulan komparatif relatif hampir sama. Pilihan hasil
dari "permainan: ini adalah menang atau kalah (win or lose). Negara mula-mula mengekspor
dimungkinkan berbalik menjadi pengimpor apabila pasar dalam negeri sudah jenuh (saturation)
dan harga input meningkat, sehingga kebijakan economic of scale atau meningkatkan kuatitas
menjadi tidak menarikJika lebih dari satu negara berhasil meraih (cathing up) keunggulan
komparatif, untuk selanjutnya persoalannya bukan lagi keunggulan komparatif melainkan
keunggulan kompetitif. Meier melihat bahwa motiif perdagangan yang diartikulasikan bukan lagi
gain from trade tetapi from growth.

Fenomena perdagangan ini dapat dijelaskan dengan apa yang disebut product life cycle, yaitu
siklus yang disebabkan perkembangan teknologi serta skill. Siklus ini menjelaskan bagaimana
keunggulan komparatif suatu komoditi yang mula mula diproduksi suatu negara maju
ditransmisikan kepada negara berkembang melalui perdagangan. Proses ini diilustrasukan
misalnya, suatu negara pada mulanya melakukan inovasi teknologi sehingga ia memiliki posisi
monopolis dalam komoditi tersebut. Dan pada suatu titik tertentu negara itu menjadi satu-
satunya negara pengeskpor komoditi hasil inovasinya itu. Tetapi pada satu periode atau titik
berikutnya negara tersebut secara perlahan kehilangan keunggulan komparatifnya karena
distandarisasi oleh negara lain dan negara lain telah mampu meniru atau membuat produk
subtansinya. akhirnya pada titik dan periode berikutnya negara itu menjadi pengimpor komoditi
yang menjadi unggulan inovasinya pada saat pertama.

Pesan yang dapat ditangkap dari competitive advantage paradigm adalah, interaksi yang terjadi
dalam perdagangan internasional akan menimbulkan reaksi dari negara atau industri lain. Pesan
kedua adalah negara atau industri harus mewaspadai bahwa keunggulan komparatif dapat
dikejar dan ditiru, sebaliknya ia dapat mangejar (cath up) dan meniru (imitate) keunggulan
komparatif yang dimiliki negara lain.

Persoalan yang kemudian timbul adalah, bagaimana negara melestarikan keunggulan


komparatif sehingga ia menjadi sustainable competitive advantage. Persoalan ini dapat dilihat
dari lima faktor yang mempengaruhi ijndustri dan harus diwaspadai agar mencapai competitive
advantage. Lima faktor tersebut adalah, Threat of new Entrans, Bergaining power of Supplier,
Rivalryamong Existing Competitors, Bargaining Power of Buyers serta Treath of Subtitute
Products.

kesimpulan dari tulisan ini adalah, bahwa strategy economics of scope jauh lebih penting
daripada economisc of scale. Strategi pertama mengisyaratkan diversifikasi produk melalui
inovasi teknologi untuk menghasilkan produk berbeda dan menciptakan pasar baru. Sedangkan
strategi kedua mensyaratkan peningkatan skala atau kuantitas produk sama untuk
memperbesarpangsa pasar.

You might also like