You are on page 1of 13

Manfaat dari perdagangan

Untuk menunjukkan bahwa negara-negara memperoleh keuntungan dari perdagangan bebas


internasional, ekonomi modern menggunakan alat ekonomi mikro neoklasik. Mereka termasuk biaya peluang,
batas kemungkinan produksi, kurva ketidakpedulian sosial dan keseimbangan konsumsi produksi yang
dioptimalkan secara autarki. Ilustrasi paling sederhana menggunakan model 2x2x2 dengan dua negara, dua
barang dan dua faktor produksi. Diasumsikan bahwa kedua barang diproduksi dengan kedua faktor produksi dan
faktor-faktor ini dapat diganti. Dalam model seperti itu, keseluruhan barang yang bisa dihasilkan suatu negara
diilustrasikan oleh kemungkinan produksi perbatasan. Ini menjelaskan sekaligus kemungkinan konsumsi suatu
negara dalam keadaan autarky.11 Nilai absolut kemiringannya dari perbatasan ini sama dengan biaya peluang
dari satu kebaikan yang dinyatakan dalam jumlah barang lain - atau yang disebut tingkat transformasi marjinal.
Karena ekonomi neoklasik umumnya mengasumsikan kenaikan biaya kesempatan, kemungkinan produksi
perbatasan adalah cekung ke titik asal. Biaya kesempatan digunakan untuk menentukan harga relatif suatu
negara. Titik produksi yang tepat ditentukan oleh permintaan, yang pada gilirannya ditentukan oleh apa yang
disebut kurva ketidakpedulian sosial atau masyarakat.

Komposisi produksi optimum ekonomi ditentukan oleh titik di mana kurva indiferen sosial
bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Keunggulan komparatif ditentukan dengan
membandingkan biaya peluang nasional di masing-masing optima. Jika masing-masing negara mengkhususkan
diri pada keunggulan komparatifnya, keseluruhan produksi meningkat dan melalui perdagangan, jumlah
komoditi yang tersedia di kedua negara lebih tinggi daripada di negara autarki. Ini berarti, konsumsi nasional
meningkat melampaui batas kemungkinan produksi masing-masing dan setiap negara dapat mencapai kurva
ketidakpedulian sosial yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kebutuhan konsumen dipuaskan ke tingkat yang lebih
tinggi. Dengan cara ini, perdagangan internasional bebas bermanfaat bagi setiap negara.

Ada beberapa penjelasan mengapa biaya peluang nasional berbeda. Ekonom Neoklasik pada umumnya
mengkritik Ricardo karena dia tidak menjelaskan alasan keunggulan komparatif suatu negara dan mereka ingin
mengisi celah ini. Model yang paling terkenal, model Heckscher-Ohlin, mengasumsikan bahwa ini adalah efek
dari aneka faktor produksi yang berbeda. Dalam model ini, masing-masing negara memiliki keunggulan
komparatif "dalam produksi komoditas yang masuk sejumlah besar faktor berlimpah dan murah" (Ohlin 1933)
di negara ini dan akan mengkhususkan diri sesuai dengan itu. Model lain juga mempertimbangkan sisi
permintaan.

Keuntungan dari perdagangan identik dalam rumusan klasik dan neoklasik, yaitu peningkatan
keseluruhan output dan konsumsi. Tidak ada keuntungan lebih lanjut dari perdagangan. Setiap kemungkinan
perubahan dan keuntungan dinamis "sama sekali diabaikan" (Heckscher 1949, hal 274). Konsumsi dan produksi
maksimal. Jika biaya kesempatan sama di kedua negara dan karenanya tidak ada keunggulan produksi
komparatif, perdagangan internasional tidak akan berlangsung, seperti dalam teori klasik.

Bertentangan dengan rumusan klasik, perumusan modern mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan
dan upah berubah, dan bahkan menyamakan kedudukan di seluruh dunia. Tapi ini hanya dilihat sebagai akibat
wajar perdagangan bebas dan bukan sebagai keuntungan, karena ekonom neoklasik, tidak seperti Ricardo dan
ekonom klasik lainnya, tidak memberikan pertimbangan normatif tentang perubahan pendapatan (distribusi)
selama keuntungan keseluruhan positif, karena pemenang kemudian bisa mengkompensasi pecundang apapun.

Menurut mekanisme ini, ketidakseimbangan perdagangan menyebabkan pergeseran nilai tukar. Nilai
tukar semata-mata ditentukan oleh arus perdagangan. Tingkat harga uang mutlak ditentukan secara internasional
oleh nilai tukar mata uang suatu negara. Ketidakseimbangan perdagangan mempengaruhi permintaan mata uang
dan mengakibatkan perubahan nilai tukar. Mata uang negara yang mengalami defisit perdagangan - dan dengan
demikian arus keluar uang - akan disusutkan dan mata uang negara yang memiliki surplus perdagangan akan
dihargai. Dengan demikian, komoditas yang diproduksi di negara defisit akan menjadi lebih murah secara
internasional sedangkan yang dari negara surplus akan menjadi lebih mahal. "Ketika ekspor menjadi sama
dengan impor dalam nilai uang, nilai tukar akan berhenti bergerak dan ekuilibrium akan ada" (Eicher 2009).
Kapan pun terjadi ketidakseimbangan perdagangan, keadaan ekuilibrium akan pulih melalui mekanisme
penyesuaian nilai tukar ini. Uang dipandang netral.
Perubahan nilai tukar tidak mengubah harga relatif atau alokasi sumber daya jangka panjang.
Akibatnya, setiap negara secara otomatis akan mengkhususkan diri dalam produksi barang-barang tersebut, di
mana ia memiliki keunggulan komparatif dan setiap negara akan dapat "berhasil bersaing di pasar dunia" (Jones
1980).

Dalam hal nilai tukar tetap, teori neoklasik beralasan bahwa perdagangan seimbang melalui perubahan tingkat
upah. Penyesuaian ini "dilakukan oleh hubungan harga-tenaga kerja di setiap negara" (Haberler 1929).
Permintaan tenaga kerja bertanggung jawab bahwa upah di negara-negara surplus meningkat. Hal ini membuat
barangnya lebih mahal sementara upah di negara-negara defisit turun. Mekanisme penyesuaian upah ini
kemudian bertanggung jawab atas transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan harga absolut.

http://jeremiabobby.blogspot.co.id/2012/05/antara-fob-dan-cif.html

Free On Board (FOB)


Free On Board (FOB) adalah bagian dari Incoterms. Penyerahan barang dengan
Free On Board dilakukan penjual ketika barang sudah berada di pelabuhan atau
diatas kapal. Semua formalitas untuk ekspor barang ini dilakukan oleh pihak penjual.
Persyaratan dengan menggunakan FOB hanya dapat dilakukan untuk pengangkutan
laut dan antarapulau saja. Disini, penjual hanya melakukan penyerahan barang
ketika barang telah pelewati pagar pelabuhan.lah itu semua resiko di tanggungkan
oleh pembeli. Mulai dari kehilangan kerusakan dan biaya telahmenjadi tanggung
jawab pembeli.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pihak eksportir hanya bertanggung jawab
sampai barang berada di atas kapal (vessel) yang ditunjuk oleh pembeli. Urusan
pengangkutan (Shipping) bisa di urus sendiri, diserahkan kepada Broker (Shipping
agent), Forwarding Company atau Courrier. Untuk pengiriman dalam jumlah/volume
yang besar akan lebih baik jika diserahkan kepada broker (shipping agent),
pengiriman dalam jumlah sedang bisa diserahkan kepada forwarding company,
sedangkan pengiriman dalam paket kecil akan lebih efisien jika menggunakan jasa
courrier.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi FOB
a. Jarak antara Departure Port dengan Destination Port
apabila jarak antara pelabuhan asal semakin jauh maka akan semakin tinggi juga
Freight Cost yang akan timbul. rture.
b. Berat atau volume dari barang yang diangkut
Semakin besar jumlah/volume barang yang akan dikirimkan tentu akan semakin
tinggi juga Freight Cost nya.
c. Cara pengiriman
Cara pengiriman bisa melalui udara bisa juga melalui laut. Untuk jumlah/volume
pengiriman yang sama, pengiriman lewat udara cost lebih tinggi dibandingkan
dengan lewat laut. Dan dengan biaya yang lebih tinggi ini waktu yang dibutuhkan
juga semakin cepat.
d. Carrier (alat transportasi) yang dipergunakan
Masing-masing carrier memiliki rate yang berbeda-beda meskipun untuk cara
pengangkutan yang sama (sama-sama lewat udara atau sama-sama lewat laut).
Hal ini disebabkan oleh layanan masing-masing cargo carrier mereka yang berbeda-
beda, memiliki metode tersendiri dalam menentukan rate. Akan tetapi mereka masih
harus tunduk kepada aturan IATA (International Air Transportation Association)
untuk air carrier.
Cost Insurance Freight (CIF)
CIF (Cost Insurance and Freight) yaitu harga barang sampai pelabuhan tujuan dan
kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua biaya pengapalan sampai
ke pelabuhan tujuan dan ekpsortir wajib menutup asuransinya. CIF merupakan
penyerahan barang sampai ke kapal namun pembiayaan (ongkos) dan asuransi
telah di bayar sampai barang diterima oleh pembeli, dengan begitu penjual wajib
untuk mengurus formalitas ekspor. CIF disebut juga dengan CFR atau Cost and
Freight.
CIF = Cost, Insurance, Freight ---> artinya CNF + Insurance (Asuransi)
ditanggung oleh eksportir.

Untuk kondisi CIF ini asuransi ditutup oleh pihak importir.


Freight Cost atau yang biasa kita kenal di Indonesia dengan ongkos angkut adalah
pengeluaran (expenditure) untuk memindahkan barang dari gudang penjual ke
gudang pembeli, merupakan komponen utama kedua dari landing cost dan landing
cost calculation (The Abstraction). Dalam hal ini penjual berkewajiban untuk
membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai ke tempat
tujuan. Persyaratan penyerahan barang dengan CFR hanya dapat dilakukan untuk
pengangkutan laut dan pengangkutan antara pulau saja.
Dalam transaksi ekspor dari Indonesia ke negara lain syarat pembayarannya selalu
FOB (Free on Board) sedangkan pada transaksi impor ke Indonesia syarat
pembayarannya selalu CFR (Cost and Freight) atau CIF (Cost, Insurance and
Freight).

Dalam kedua atau tiga jenis kondisi tersebut pebisnis Indonesia selalu berada pada
posisi di bawah, dalam arti kalah dalam perolehan valuta asing yaitu pada kondisi
FOB untuk transaksi ekspor, langkah pebisnis Indonesia untuk menghimpun devisa
dari hasil ekspornya terhenti pada saat barang yang diekspor dimuat ke kapal yang
akan mengangkut barang dagangan itu.
Berarti perolehan valuta asing pebsinis Indonesia dari barang yang diekspornya
hanya berupa harga pabrik ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan eksportir
sampai barang tiba di atas kapal yang memuatnya sementara biaya angkutan
(freight) dibayar oleh importir di negara lain sana dan diterima oleh pebisnis asing
adalah importir yang memilih sarana pengangkut dan sejauh ini mereka tidak
memilih perusahaan pelayaran Indonesia sebagai pengangkut.
Sebaliknya dalam transaksi impor, harga barang yang harus dibayar oleh importir
adalah sampai dengan barang dibongkar dari kapal di pelabuhan tujuan di
Indonesia, termasuk biaya asuransinya (pada kondisi CIF) atau tidak termasuk biaya
asuransi (kondisi CFR). Memang uang tambang dibayar oleh eksportir di sana
namun biaya-biaya itu harus dibayar kembali oleh importir Indonesia. Suatu hal pasti
bahwa transajsi ekspor dari Indonesia dengan kondisi harga CIF atau CFR seperti
dikehendaki (diinginkan) oleh pebisnis Indonesia, tentu boleh-boleh saja, demikian
juga kondisi harga FOB untuk impor ke Indonesia, namun apakah mitra bisnisnya di
luar negeri setuju dengan apa yang diinginkan oleh pebisnis Indonesia itu.

a. Definisi CFR
CFR adalah singkatan dari COST AND FREIGHT. CFR merupakan syarat penyerahan
barang (term of delivery) yang kesepuluh dari 11 Istilah dalam Incoterms 2010. Term CFR
hanya berlaku untuk pengangkutan barang dengan menggunakan moda transportasi
pengangkutan laut dan perairan sungai dan danau saja
CFR didefinisikan : syarat penyerahan barang dimana penjual (seller) menyerahkan barang
ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal (on board) di pelabuhan pemuatan
yang ditunjuk oleh si pembeli atau mengadakan barang yang diantarkan (untuk penjualan
berantai-string sale). Namun penjual bertanggunjawab dalam mengurus pengangkutan dari
pelabuhan pemuatan hingga pelabuhan tujuan. Resiko Penjual akan berakhir ketika barang
telah berada diatas kapal.
Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat
barang telah berada diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang telah ditentukan oleh si
pembeli.Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang ,pengurusan prosedur
kepabeanan ekspor dan pengurusan pengangkutan (shipping).
Banyak persepsi keliru terhadap penerapan CFR, dimana resiko penjual adalah hingga
pelabuhan tujuan, seharusnya penjual hanya beresiko hingga barang ditempatkan diatas
kapal (on board) di pelabuhan pemuatan.
Penjual bertanggungjawab dalam mengurus pengangkutan, dan namun tidak berkewajiban
dalam mengurus asuransi barang (marine cargo insurance).
Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) hal kritis yang perlu diketahui :
1. Penjual harus mengetahui dengan tepat pelabuhan tujuan yang ditentukan atau disebutkan
oleh si pembeli. Contoh : Di Tokyo Port, Japan.

2. Penjual harus menempatkan barang hingga berada diatas kapal, dan bertanggungjawab
dalam pengurusan pengapalan barang (penunjukkan shipping company)
3. Resiko Penjual beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barang telah ditempatkan
diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang ditentukan oleh si pembeli, bukan di pelabuhan
tujuan.

b. Petunjuk Penulisan
Petunjuk penulisan untuk CFR adalah :
1. Tulis CFR
2. Tentukan pelabuhan tujuann (port of destination) yang disebutkan ( insertnamed port of
destination) , contoh : Tokyo Port, Japan
3. Tulis Incoterms yang disepakati. (Incoterms 2010)

Penulisan yang lengkap dan benar menjadi :


CFR (Tokyo Port, Japan) Incoterms 2010

c. Pembagian Tanggungjawab (flowchart of responsibility), Biaya dan Resiko

1. Tabel Tanggungjawab CFR

No. Jenis Pekerjaan/Kegiatan Tanggungjawab


Penjual Pembeli
1. Membuat kemasan barang (export packaging) YES NO
2. Membuat marking and labeling YES NO
3. Memuat barang di tempat penjual YES NO
4. Mengurus perijinan ekspor (export lisences) YES NO
5. Mengurus Kepabeanan Ekspor(exportcustom YES NO
clearance)
6. Mengurus pengiriman barang dari tempat penjual YES NO
ke pengangkut atau tempat lain ke pelabuhan muat
(inland freight)
7. Membayar biaya-biaya di pelabuhan (lift YES NO
off&storage)-terminal charges
8. Membayar biaya pemuatan barang ke kapal YES NO
(loading on vessel/THC)
9. Mengurus pengapalan (Ocean/Air Freight)-Main YES NO
Carrier
10. Membayar jasa pengurusan transportasi (Freight YES NO
Forwarder fee)
11. Mengurus asuransi (Marine cargo Insurance) tidak ada kewajiban
12. Membayar biaya bongkar dipelabuhan tujuan NO YES
(Unloading Charges)
13. Membayar biaya dipelabuhan tujuan (lift NO YES
on&storages)- Destination Terminal Charges
14. Mengurus kepabeanan impor (import custom NO YES
clearance)
15. Membayar bea masuk, PPN dan Pph (Import NO YES
Duties)
16. Mengurus pengeluaran barang dari pelabuhan ke NO YES
tempat bongkar (delivery to destinantion)
17. Membongkar barang di tempat bongkar ( Carrier NO YES
Unloading)

2. Tabel Pembagian Biaya CFR

No. Jenis Biaya Dibayar Oleh


Penjual Pembeli
1. Biaya Kemasan (export packaging cost) YES NO
2. marking and labeling YES NO
3. Biaya Buruh/Alat mekanis untuk memuat YES NO
4. Biaya perijinan ekspor (export lisences) YES NO
5. EDI Fee & Custom Clearance Ekspor Fee YES NO
6. Biaya Trucking (inland freight) YES NO
7. lift off&storage-terminal charges YES NO
8. Biaya THC YES NO
9. Ocean/Air Freight)-Main Carrier (Freight YES NO
Prepaid)
10. Freight Forwarder fee YES NO
11 Biaya Asuransi Barang (Marine Cargo) Tidak ada kewajiban
12. THC di Pelabuhan Tujuan NO YES
13. Lift on&storages- destination terminal Charges YES NO
14. EDI Fee dan import custom clearance fee NO YES
15. Bea masuk, PPN dan Pph (Import Duties) NO YES
16. Biaya Trucking barang dari pelabuhan ke tempat NO YES
bongkar (delivery to destination)
17. Biaya Bongkar barang di tempat bongkar( Carrier NO YES
Unloading)

3. Peralihan Resiko (Transfer of Risk)


Peralihan resiko dari penjual dan pembeli terjadi pada saat barang telah ditempatkan diatas
kapal di pelabuhan muat yang disebutkan /ditentukan oleh si pembeli, bukan dipelabuhan
tujuan (port destination).

Contoh:

Kasus
PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir CPO . Dia sepakat dengan pembeli
dari Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura Trading dengan term : CFR ( Tokyo
port, Japan) Incoterms 2010 untuk ekspor CPO sebesar 5000 MT. Setelah selesai hari
pemuatan CPO ke atas kapal tanker, Kapal menunggu otoritas syahbandar untuk berlayar.
Sesaat pada saat mau berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok kapal oleng dan terbalik. Kapal
tangker pun tenggelam di dermaga Tanjung Priok.

a. Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashimura
Trading ) terjadi ?
b. Siapa yang bertanggungjawab atas barang CPO yang tenggelam di kapal pada saat mau
berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok tersebut?
c. Siapa yang menunjuk dan membayar freight kapal tanker tersebut?

Jawab :
a. Titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli (Takashiumra Trading)
terjadi di atas kapal tanker di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib
mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di atas kapal di pelabuhan Tanjung
Priok . Resiko sudah beralih sejak barang sdh ditempatkan diatas kapal tanker tersebut

b. Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan CFR Incoterms 2010, maka Si
pembelilah yang bertanggungjawab atas CPO yang tenggelam di kapal tanker tersebut.
Resiko dari penjual kepada pembeli sudah beralih sejak barang sudah ditempatkan diatas
kapal tanker tersebut. Kapal sudah mau berangkat dari pelabuhan muat , sehingga resiko
adalah di tangan si pembeli

c. Yang menunjuk/ mengurus pengapalan dan membayar freight kapal tanker tersebut atas
biaya si penjual. Penjuallah yang akan mencari kapal tanker untuk memuat CPO tersebut dan
juga termasuk membayar seluruh biaya2 pengapalan.

Tips-Tips

Tips buat Penjual


- Penjual harus mengetahui dengan jelas pelabuhan tujuan yang ditentukan oleh pembeli
- Penjual harus memahami bahwa antara resiko beralih hingga diatas kapal di pelabuhan
pemuatan, bukan dipelabuhan tujuan
- Penjual harus mengurus perijinan ekspor, pengurusan pemasukan barang ke pelabuhan muat
(prosedur kepabeanan) dan termasuk pengurusan pengapalan dan pembayaran biaya
pengapalan .

Tips buat Pembeli


- Pembeli harus menentukan dengan jelas pelabuhan tujuan dalam penyerahan barang
- Pembeli harus memahami resiko adalah di atas kapal pelabuhan pemuatan, bukan di
pelabuhan tujuan.
- Pembeli harus mengurus perijinan impor , dan pengeluaran barang impor.

* Praktisi Logistik dan Pengajar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor


Indonesia (PPEI) dan INFA INSTITUTE.

http://rumaheksporimpor.blogspot.co.id/2014/01/cfr-incoterms-2010.html

Sistem Pembayaran Ekspor

Adapun sisitem pengiriman yang lazim biasanya dengan mengggunakan peti kemas (kontainer),
kargo pesawat dan dalam bentuk curah (bulk) dengan menggunakan mother vessel.
Pengiriman dalam bentuk peti kemas untuk komoditas agrobisnis biasanya antara lain, cengkeh,
pala, pinang, cokelat, kopra, gambir, dll. Ukuran peti kemas yang digunakan antara lain 20 feet FCL
dan 40 feet FCL ( arti dari FCL adalah Full Container Loading artinya bahwa barang yang dikirimkan
berisi penuh 1 kontainer). Sedang pengiriman tidak penuh satu kontainer atau LCL (Less Container
Loading) biasanya minyak nilam, minyak daun cengkeh ataupun essential oil lainnya yang disatukan
dengan komoditas lainnya dari berbagai supplier atau komoditasnya bisa pula komoditas yang
biasanya dikirim satu kontainer penuh yang didalamnya dicampur (mix/consolidation) dengan
berbagai komoditas dari supplier yang sama ataupun supplier yang berbeda atau dengan kata lain
tergantung dari permintaan dan kesepakatan antara pihak supplier (eksportir) dengan pihak pembeli
(importir). Adapula beberapa komoditas yang harus dikirmkan dalam kontainer yang diberi pendingin
(reffer) seperti buah dan sayuran.

Sedangkan pengiriman dengan menggunakan kargo dalam pesawat adalah komoditas yang benar-
benar mendesak (urgent) atau komoditas yang segar seperti sayur dan buah-buahan, biasanya
dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
Pengiriman dengan menggunakan mother vessel dalam bentuk curah (bulk) biasanya adalah kopra
dengan kapasitas 500 MT s/d 3000 MT sekali angkut, arang tempurung kelapa (shell coconut
charcoal) ataupun yang belum menjadi arang (masih dalam bentuk tempurung), minyak kelapa sawit.
Sedangkan sistem pembayaran yang lazim dilakukan dalam transaksi ekspor komoditas agrobisnis
adalah sbb:

L/C (Letter of Credit)dimana jenis L/C yang umum digunakan adalah :

Irrevocable L/C at sight, dimana Bank Pembuka L/C menyatakan janji yang tidak dapat ditarik
kembali untuk membayar atau mengaksep wesel yang diajukan dengan dokumen-dokumen
yang sesuai dengan syarat yang tercantum dalam L/C. L/C ini hanya dapat diubah atau
dibatalkan hanya dengan persetujuan pihak-pihak yang berkepentingan. L/C ini memberikan
jaminan bagi eksportir akan diterimanya pembayaran tapi tetap tergantung kepada perjanjian
dengan Bank Eksportir yang bersangkutan.

Transferable L/C, disebut Transferable karena L/C ini dapat dipindahtangankan dari
beneficiary asal ke beneficiay lain.L/C ini hanya dapat dipindahtangankan satu kali, dimana
beneficiary yang kedua tidak dapat memindahkan kepada benficiary lainnya. Biasanya L/C
seperti ini kita dapatkan melalui agent diluar negeri seperti dari Singapore dimana Pihak
Singapore mendapatkan L/C dari salah satu pembeli (importir) dan pihak Singapore
mengalihkan L/C tersebut kepada eksportir lainnya. Syarat-syarat pengalihan L/C ini haruslah
dilakukan sesuai dengan L/C yang pertama, dengan beberapa point yang dapat dirubah
antara lain: Nama dan alamat beneficiary pertama dapat menggantikan nama applicant dari
L/C (importir) tersebut.

Nilai L/C dan harga satuan dapat dikurangi dalam L/C untuk yang dialihkan agar mendapatkan
keuntungan bagi beneficiary pertama.
Masa berlaku L/C dan jangka waktu pengapalan dapat diperpendek.
Setelah itu beneficiary kedua dapat menyerahkan semua dokumen pengapalan dan dokumen lainnya
yang disyaratkan dalam L/C kepada advising bank untuk menerima pembayaran, negosiasi atau
akseptasi.
Catatan: sebelum pihak pembeli menerbitkan L/C harap pihak penjual menanyakan terlebih dahulu
kepada pembeli nama bank yang akan menerbitkan L/C tersebut dan pihak penjual melakukan
kordinasi dengan baank eksportir apakah bank importir tersebut qualified atau tidak, hal ini dilakukan
semata-mata untuk memberikan rasa aman kepada pihak penjual/eksportir terutama untuk tujuan
beberapa negara Asia Selatan dan Afrika.

T/T (Telegraphic Transfer)


Sistem pembayaran ini biasanya dilakukan oleh pembeli (importir) untuk mempercepat pengiriman
barang dan menghindari pajak bank dimana dilakukan dengan cara:
Advance by T/T 30% before shipment and balance 70% by T/T after received copy of documents by
faxed. Artinya pihak pembeli akan memberikan uang muka sebesar 30% dengan cara transfer dan
sisanya sebesar 70% dibayarkan dengan transfer setelah pihak pembeli menerima copian dokumen
yang diminta melalui fax. Hal ini biasanya dilakukan oleh pembeli kepada supplier (eksportir) yang
sudah dipercaya. Catatan: untuk sistem pembayaran seperti ini diharapkan pihak eksportir tidak
mengirimkan dokumen asli ke alamat pembeli sebelum menerima instruksi atatu bukti pelunasan dari
pihak pembeli (importir), karena dengan sistem ini dokumen tidak dikirimkan melalui bank (bank to
bank), tetapi langsung ke alamat pembeli. Perlu diingat bahwa fungsi dari dokumen asli ini adalah
sebagai alat untuk merelease/menebus barang dipelabuhan negara pembeli.

Gabungan antara T/T dan L/C


misalnya payment made by T/T 30% and 70% by L/C artinya bahwa pihak pembeli akan membayar
uang muka sebesar 30% dan 70% dengan L/C.

D/P (Documents against Payment)


yang berarti penyerahan dokumen melalui bank eksportir kepada bank importir (bank to bank sama
seperti halnya dalam L/C). Eksportir akan menerima pembayaran setelah dokumen ditebus oleh
importir. Tetapi sebaiknya eksportir menerima sistem pembayaran ini bila eksportir telah yakin benar
akan kredibilitas importir. Untuk mencegah kerugian akibat ingkar pembayaran oleh importir
sebaiknya eksportir dapat masuk menjadi anggota ASEI (www.asei.co.id) dimana ASEI ini akan
memberikan fasilitas asuransi ekspor apabila 1. Importir bangkrut 2. Importir cidera janji untuk
membayar 3. Importir menolak menerima barang.

Prosedur ekspor secara garis besar:


1. Eksportir mengirimkan penawaran (offer sheet) kepada pembeli yang dianggap potensial lengkap
dengan data2 spesifikasi, harga, kemasan, kuantitas, photo produk bila diperlukan, kemampuan
supply, sistem pembayaran, kondisi penjualan (FOB/CNF/CIF) dll.
Biasanya bila mendapatkan response positif pembeli meminta sample/contoh produk.
2. Bila telah diresponse dengan baik serta segala syarat dan kondisi yang ditawarkan eksportir
disepakati termasuk harga maka eksportir mengirimkan Proforma Invoice (PI) kepada pembeli.
3. Pembeli atau importir akan membukakan L/C (Letter of Credit) melalui Bank pembukanya (opening
bank) kepada advising/negotiating bank (bank eksportir) di dalam negeri yang kemudian diteruskan
(advising) kepada eksportir.
4. Pihak eksportir mempersiapkan barang yang akan dikirimkan segera mungkin sebelum masa
berlaku L/C selesai. Bila diperkirakan akan terjadi keterlambatan pengiriman segeralah pihak
eksportir memberikan informasi kepada importir untuk mengamandement L/C. Tetapi sebaiknya
pengiriman haruslah tepat waktu seperti yang disepakati sebelumnya untuk menjaga performance
perusahaan.
Setelah barang siap untuk dikirimkan segeralah menghubungi freight forwarder (jasa/agent
pengangkutan), ini dilakukan oleh eksportir untuk kondisi penjualan CNF atau CIF, sedangkan untuk
FOB pihak importir sudah menunjuk langsung freight forwardernya di dalam negeri.
5. Barang dikirimkan kepada kepada importir melalui jasa forwarder. Pihak eksportir menerima
dokumen dari perusahaan shipping berupa B/L (Bill of Lading). Segeralah menyiapkan dokumen-
dokumen lainnya yang disyaratkan dalam L/C tersebut.
6. Setelah semua dokumen lengkap segeralah memasukan ke bank eksportir untuk dinegosiasikan
(negotiating) guna penerimaan pembayaran akibat dari ekspor barang.

Catatan:
A. FOB = Free On Board, artinya pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai barang berada di
atas kapal (vessel)
B. CNF = Cost and Freight biasa disebut juga CFR, artinya pihak eksportir bertanggung jawab juga
terhadap biaya pengiriman sampai pelabuhan negara tujuan.
C. CIF = Cost, Insurance, Freight, artinya CNF + Insurance (Asuransi) ditanggung oleh eksportir.

Dokumen Secara Umum:


1. B/L (Bill of Lading) dikeluarkan oleh maskapai pelayaran (shipping)
2. Certificate of Origin (CO) dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan
3. Certificate of Weight and Quality (SGS), dapat juga dikeluarkan oleh Sucofindo ataupun
perusahaan lain yang berwenang.
4. Certificate of Fumigation, dikeluarkan oleh perusahaan yang berwenang dalam pengurusan
fumigasi.
5. Certificate of Phytosanitary (Karantina), dikeluarkan oleh Departemen Pertanian.
6. Commercial Invoice, dibuat oleh eksportir
7. Packing list, dibuat oleh eksportir.
8.Insurance Certificate (bila CIF), dikeluarkan oleh perusahaan asuransi.
L/C yang dibuka oleh pihak pembeli di luar negeri ditolak karena ada beberapa faktor antara lain:
Nama beneficiary (eksportir) atau applicant (importir) tidak lengkap, adanya kesalahan pencantuman-
pencantuman syarat dan kondisi dalam L/C tersebut seperti kode HS, dokumen-dokumen yang
disyaratkan tidak lengkap dsb. Umumnya sering terjadi karena kurang lengkapnya data-data yang
diberikan importir kepada issuing bank (bank pembuka) untuk membuka L/C.
Mengenai asuransi tergantung dari syarat pembayaran/kondisi jualnya apakah pihak importir
menginginkan FOB, CNF atau CIF?
Bila kondisi FOB & CNF biasanya pihak importirlah yang menutup asuransi tersebut tetapi bila CIF
(Cost Insurance Freight) maka pihak eksportir diwajibkan mengasuransikan produk yang dikirimkan
sampai negara tujuan.
Korespondensi/surat menyurat umumnya sekarang dilakukan oleh kedua belah pihak melalui email.
1. Memberikan surat penawaran tentang syarat & kondisi (terms and conditions) secara lengkap
seperti spesifikasi produk (product specification), harga (price), syarat pembayaran (payment terms),
kemasan (packing), kemampuan suplai (supply ability), waktu pengiriman (delivery time) dll.
2.Bila berminat calon pembeli akan merespon surat tsb dan pada tahap ini akan terjadi negosiasi
pada syarat & kondisi yg ditawarkan.
3. Setelah terjadi kesepakatan maka pembeli meminta penjual memberikan proforma invoice atau
sales contract dimana pembeli akan memberikan sistim pembayaran yg telah disepakati sebelumnya.
TIPS : Untuk lebih meyakinkan calon pembeli agar dalam pengiriman surat penawaran disertakan
photo produk & hasil uji lab (bila memungkinkan) dan surat tsb dibuat tdk berlebihan dengan data2 yg
sebenarnya.
Sebaiknya sample dapat dikirimkan bila telah terjadi kesepakatan tentang syarat & kondisi yg
ditawarkan seperti harga, spesifikasi dan sistim pembayaran.
Untuk menjual barang ke luar negeri tidak diperlukan proposal apapun,cukup dengan surat
penawaran yg lengkap dan sebaik mungkin.
maksudnya pembayaran dimuka sebesar 30% dgn Telegraphic Transfer (TT) dan sisanya sebesar
70% dgn TT sebelum barang dikapalkan artinya saudara diharuskan membayar 100% sebelum
barang dikapalkan.
TIPS : Untuk menghindari hal2 yg tdk diinginkan bila bpk blm mengenal betul penjualnya,blm
mengetahui track recordnya atau baru pertama kali berhubungan dgn penjual tsb sebaiknya hindari
sistim pembayaran tsb.
Tawarkanlah sistim pembayaran dgn menggunakan LC at sight. Bila disepakati segera konsultasikan
dgn bank anda guna pembukaan LC.
Sistim pembayaran lainnya yg umum dilakukan adalah berupa TT,CAD (Cash Against Documents)
atau D/P (Documents Against Payment). Prosedur umumnya sama dgn LC,setelah barang
dikapalkan semua dokumen ekspor dimasukan ke bank eksportir (advising bank) untuk diteruskan ke
bank importir (issuing bank).
Catatan: Dokumen ekspor jg berfungsi sbg alat untuk menebus/release barang/kontainer di
pelabuhan yg bersangkutan.Artinya stlh dokumen diterima bank importir maka importir diminta utk
menebus dok tsb dgn melunasi semua pembayarannya.
TIPS : Jangan mengirimkan original dokumen langsung ke alamat importir harus bank to bank kecuali
bila pembeli telah melunasi semua pembayarannya.
Dokumen ekspor hasil agribisnis secara umum.
1. B/L (Bill of Lading)
2. Commercial Invoice
3. Packing List
4. Certificate of Origin
5. Certificate of Fumigation
6. Certificate of Phytosanitary
7. Certificate of Analysis (bila diminta pembeli)
8.Certificate of Insurance (bila kondisi penjualan CIF)
DH
1. Cara melakukan ekspor ikan hias (benda hidup) harus menggunakan pesawat dan memiliki
perlakuan khusus, untuk hal ini dapat melakukan konsultasi dengan forwarder yang memiliki fasilitas
ekspor via udara. Tetapi sebaiknya sdr juga meminta keterangan lebih lanjut kepada buyer tersebut
terutama perihal packing/kemasan) yang diminta dan cara pembayaran apakah FOB, CNF atau CIF?
karena hal ini merupakan salah satu faktor dalam menentukan besarnya biaya.
2. Proforma Invoice adalah pengikatan antara eksportir dengan importir yang telah terjadi
kesepakatan dimana dokumen ini sebagai acuan importir untuk membuka L/C atau oleh importir
dapat juga di jadikan untuk mendapatkan ijin ekspor atau ijin devisa dari instansi berwenang di
negaranya. Dokumen ini bisa juga disebut dokumen pra ekspor (biasanya tidak disertakan dalam
negosiasi dengan bank dalam pencairan L/C).
Bisa jadi pihak buyer ingin proforma invoice dikirim via e-mail agar pada saat sample diterima dan
sesuai maka mereka akan segera menempatkan order salah satunya dengan menerbitkan L/C.
Dalam Proforma Invoice umumnya mencantumkan:
- Nomor & Tanggal Proforma Invoice
- Nama eksportir & importir (termasuk alamat dan telp)
- Keterangan barang (spec, asal barang (origin), kemasan dll)
- Jumlah barang pesanan
- Harga
- Sistem pembayaran
- Kondisi penjualan apakah FOB, CNF atau CIF
- Cara pengiriman dengan kontainer via laut atau kargo via udara
- Lamanya pengiriman, misalnya 30 hari setelah penempatan order/pesanan
- Bila pembayaran menggunakan L/C atau TT advance (uang muka dengan cara transfer/telegraphic
transfer maka eksportir mencantumkan data banknya, nama bank, no account perusahaan, dan swift
code).

Hasil copas dari berbagai sumber ttg Sistem Pembayaran Ekspor.Artikel lainnya:

How to make payments

There are a number of different payment methods that can be used when you deal with us. Three
mostly used are T/T payment in advance, D/P and L/C.
1. T/T payment in advance
2. Letter of credit
3. D/P (document against payment)

1. T/T payment in advance

T/T means telegraphic transfer, or simply wire transfer. It's the simplest and easiest payment method
to use.

T/T payment in advance is usually used when the sample and small quantity shipments are
transported by air. The reason why is that the documents like air waybill, commercial invoice and
packing list will be sent to you along with the shipment by the same plane. As soon as the shipment
arrives, you can clear the customs and pick up the goods with the documents. As it's acknowledged,
T/T payment in advance presents risk to the importer if the supplier is not an honest one.

For us, T/T advance payment is required for some high-value samples (see our samples ordering
policy) and small quantity order shipped by air.

To the customers who have long-standing business relationships with us, we send free samples; and
for the small quantity order, document against payment is used.

It takes 3-4 days for us to received the wire transfer made from anywhere in the world.

2. Letter of credit

An irrevocable Letter of Credit is also an often used payment method. It is often referred to an L/C.
Letters of Credit are formal payment methods that offer a lot of protection to the parties.

Simply put, a letter of credit is a letter written by the importer's bank to the exporter. It verifies that the
payment will be guaranteed when the bank is presented with the concrete documents (bill of lading,
and freight documents). Most letters of credit are "irrevocable" once the importer has had them sent.

A letter of credit usually includes applicant (you, the importer), beneficiary (our I/E agent), opening
bank, negotiating bank, specification and quantity of the goods, amount of money, loading port and
destination port, shipment date, the validity date of the L/C, terms and conditions agreed by both the
importer and seller, and the documents required by the importers (bill of lading, commercial invoice,
packing list, insurance certificate, etc.)

The L/C payment procedure is usually as follows:

a. You (the importer) applies to open the L/C to us (the seller) through a bank who can open the L/C
in your country.
b. The opening bank will inform The Bank of China that the L/C has been opened.
c. The Bank of China will inform us that the L/C has been established.
d. We'll check all the terms and conditions listed in the L/C. If all terms and conditions are acceptable,
we'll arrange the shipment within the time specified in the L/C.
e. After the goods are loaded onto the ship without any damage, the captain will issue the clean bill of
lading to us.
f. We will submit the clean bill of lading and other relevant documents to The Bank of China to gather
the payment. Only with clean bill of lading can you claim the ownership of the goods.
g. The Bank of China will send the clean bill of lading and relevant documents to your bank (the
opening bank).
h. The opening bank will inform you that all documents are received.
i. You will go to the bank to make the payment to get the clean bill of lading and relevant documents.
j. With all of these documents, you can clear the import Customs and pick up the goods after the
goods arrive on the destination sea port.

L/C is used for the larger quantity order shipped by sea.

The typical L/C scenario takes 14-21 days to complete.

3. D/P (document against payment)

The exporter (we) makes shipment and sends the shipping documents to the exporter's bank (the
Bank of China) for collection. The Bank of China then sends the shipping documents along with a
collection letter to the importer's bank, who then sends a collection notice to the importer. The
importer makes payment upon receiving the notice, and only after payment does the importer receive
the original shipping documents with which you take the physical possession of the goods.

The major advantage of the use of a cash against documents payment is the low cost, versus using a
letter of credit. But, this is offset by the risk that the importer will for some reason reject the documents
(or they will not be in order). Since the cargo would already be loaded (to generate the documents),
we have little recourse against the importer in cases of non-payment. So, a payment against
documents arrangement involves a high level of trust between the exporter and the importer.

To our customers who have long-standing relationships with us, for larger quantity order shipped by
sea, we usually make the payment arrangement as 50% made via T/T advance payment and 50%
made via D/P to expedite the whole transaction process.

There is no payment method that is perfectly safe to both the importer and supplier at the
same time. But, we still have got to do business, right? So, we hold it's crucial to develop a long-
term relationship with our customers based on mutual trust.
source:http://www.binocularschina.com/guide/payment.html

Share sistem pembayaran impor barang dari luar


negeri
(by : prasetyosip 23-10-2010)

Sistem pembayaran yang biasa di tawarkan sama supplier adalah T/T [Telegraphic Transfer]
maupun Bank Transfer dalam USD [United State Dollar / US $].

Di Indonesia untuk T/T bisa memakai jasa Western Union alias WU


WU ada di berbagai tempat berlogo WU seperti Bank, Pegadaian, Money Changer, juga Supermaket,
dll
cari tempat2 yang ada logonya kaya gini:

Sistem WU seperti berikut :

1. Anda akan di berikan data2 simpel oleh supplier anda seperti nama penerima, dan Alamat
Penerima [tujuan kirim] data2 ini jangan sampai salah , lebih baik diketik lalu print, untuk anda
berikan ke agen WU
2. Anda siapkan 1 lembar foto copy Identitas agan misal KTP
3. Mata uang kita kan Rupiah [IDR], anda tanyakan dahulu Rate Dollar Berapa per 1 USD
terhadap IDR, juga biaya kirim USD ke tujuan, pada tempat agen WU tempat anda akan
melakukan kirim uang T/T
4. Setelah semua deal, uang anda akan di proses oleh agen WU, dan anda akan di berikan nota
transfer yang terdapat nomor MTCN [Money Transfer Control Number] yang bisa anda
infokan ke penerima atau supplier anda.
5. Proses transfer WU hanya membutuhkan beberapa jam saja

http://primasprings.blogspot.co.id/2011/09/sistem-pembayaran-eksport.html

Link Sumber : http://primasprings.blogspot.com/2011/09/sistem-pembayaran-


eksport.html#ixzz4tV4z2xwc

You might also like