You are on page 1of 91

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROGRAM IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN METODE JOB


SAFETY ANALYSIS (JSA) BERDASARKAN KLAUSUL C.2.c.1
PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SMK3
DI PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER
UBP SEMARANG

Eva Noviana Oktavia


R.0009040

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

PROGRAM IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS


(JSA) BERDASARKAN KLAUSUL C.2.c.1 PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN SMK3 DI PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER
UBP SEMARANG

Eva Noviana Oktavia*, Sumardiyono*, Henry Sulistyo*

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan


identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA)

Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang


memberikan gambaran tentang penerapan identifikasi bahaya. Pengambilan data
mengenai identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) melalui
observasi langsung kelapangan, wawancara serta studi kepustakaan.

Hasil: Potensi Bahaya di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang adalah
tersengat listrik, tergelincir, tertimpa peralatan, tersandung, kesalahan manuver
peralatan, kepala terbentur benda, disengat binatang berbisa, motor terbakar, ledakan,
kebakaran, kebocoran CO2, tersembur udara panas atau api, kebocoran bahan bakar,
sedangkan faktor bahaya yang ada adalah radiasi panas, kebisingan dan vibrasi. Maka
dari itu PT. Indonesia Power UBP Semarang melakukan identifikasi bahaya dengan
metode Job Safety Analysis (JSA). Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3.

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Job Safety
Analysis (JSA) sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah
NO. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. Saran yang diberikan adalah supaya
perusahaan menerapkan metode Job Safety Analysis (JSA) pada seluruh pekerjaan yang
ada di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

Kata Kunci: Job Safety Analysis (JSA), Identifikasi Bahaya, PP NO. 50 Tahun2012

*) Prodi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas


Sebelas Maret Surakarta

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

HAZARDS IDENTIFICATION PROGRAM WITH JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)


METHOD BASED ON CLAUSE C.2.C.1 PP NO. 50 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN SMK3 AT PLTU UNIT 3 PT. INDONESIA POWER
UBP SEMARANG

Eva Noviana Oktavia*), Sumardiyono*), Henry Sulistyo*)


Objectives: The purpose of this research is to describe implementation of hazards
identification with job safety anlysis method.

Methods: This research using descriptive method to show description about


implementation hazard identification. To get the data about hazard identification with
job safety analysis which obeservation, interview and book literature.

Results: The potential hazards at PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang
there are electric shock, slipery, falling objects, stumble, manuver equipment erorrs,
stung by poisonous animals, burned motor, explosion, fire, co2 leakage, hot air ejected,
fuel leakage, while factor hazards there are heat radiation, noise dan vibration.
Therefore PT. Indonesia Power UBP Semarang do hazards identification with Job safety
analysis(JSA) method. It compliance with Peraturan Pemerintah NO. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan SMK3.

Conclusion: The result is JSA method has been implemented well accourding PP NO.
50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. The suggestion is a company implementation
JSA method in all work at PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

Keywords: Job Safety Analysis (JSA), Hazard Identification, PP No. 50 Tahun


2012

*) Prodi Diploma III Health and Safety Occupational, Medicine Faculty, Sebelas Maret
University Surakarta.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia,
kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan
laporan Tugas Akhir dengan judul Program Identifikasi Bahaya Dengan Metode
Job Safety Analysis (JSA) Berdasarkan Klausul C.2.c.1 PP No. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan SMK3 di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Kegiatan Magang yang dilakukan oleh Penulis telah banyak memberikan
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan industri serta
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kepada Penulis melalui kegiatan di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan
dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus
selaku pembimbing I.
3. Bapak Henry Sulistyo, ST selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Lusi Ismayeti, ST., M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan waktunya
untuk penulis.
5. Bapak Moelyadi Martoyo, ST selaku Supervisor Senior K3 yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
6. Bapak Ir. Sumarna P, MM, MT selaku General Manager PT. Indonesia Power UBP
Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan kegiatan
magang di PT. Indonesia Power UBP Semarang.
7. Bapak Aris Pramono, Bapak Bambang Nurahmad, ST, seluruh staf bagian K3 yang
telah membimbing penulis dilapangan.
8. Bapak Wujud HC, SE selaku SPS Keamanan & Humas yang telah membantu
penulis dalam pelaksanaan magang di PT. Indonesia Power UBP Semarang
9. Bapak Nurul Falaq, Amd selaku PLT. SPS Operasi dan Niaga A atas bantuan yang
diberikan kepada penulis.
10. Bapak, Ibu dan adik ku terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan
kepada penulis
11. Alpriza Sakti Kusuma Putra atas dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat
commit to user
menyelesaikan penyusunan laporan ini.

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12. Ika Mega P selaku kakak penulis atas bantuan, doa dan motivasinya.
13. Mustika MP, Wahyu Lida dan Aditya PWselaku sahabat-sahabat saya.
14. Seluruh keluarga besar penulis atas segala dukungan yang diberikan.
15. Semua teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
16. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya,
maka dari itu untuk mencapai hasil yang lebih baik penulis sangat mengharapkan kritik,
saran, dan masukan demi perbaikan laporan ini.

Surakarta, 06 Juni 2012


Penulis,

Eva Noviana Oktavia

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 4

BAB 2. LANDASAN TEORI .............................................................. 6


A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 6
B. Kerangka Pemikiran ........................................................... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................... 42


A. Metode Penelitian ............................................................... 42
B. Lokasi Penelitian ................................................................ 42
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................. 42
D. Sumber Data ....................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 43
F. Pelaksanaan ........................................................................ 44
G. Analisis Data ...................................................................... 44

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 45


A. Hasil Penelitian ................................................................... 45
B. Pembahasan ........................................................................ 66

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 78


A. Simpulan ............................................................................. 78
B. Saran ................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 81


LAMPIRAN
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Start Up .......................................................................................... 59
.........................................................................................................
Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan
Pengoperasian Turbin ...................................................................... 60

Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Purging H2 Generator .................................................................... 61

Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Pengoperasian Air Heater Shoot Blower ......................................... 62

Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Penyalaan Burner ............................................................................ 63

Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Mengoperasikan FO PUMP ............................................................ 63

Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan


Mengoperasikan LO pump .............................................................. 65

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Domino ................................................................................. 16

Gambar 2. Teori Gunung Es ............................................................................ 21

Gambar 3. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 41

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Job Safety Analysis Pekerjaan Start Up PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 2. Job Safety Analysis Pekerjaan Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 3. Job Safety Analysis Purging H2 generator PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 4. Job Safety Analysis Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU Unit 3
di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 5. Job Safety Analysis Penyalaan Burner PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 6. Job Safety Analysis Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Lampiran 7. Job Safety Analysis Mengoperasikan LO Pump PLTU Unit 3


di PT. Indonesia Power UBP Semarang

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri.

Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakan terutama pada era

industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan

modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian

penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut disamping

memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping

yang tidak dapat dielakan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber

bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri (Tarwaka, 2008).

Teori Domino menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan

cidera, terdapat lima faktor secara beruntun yang dinamakan sebagai lima

domino yang berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang,

perbuatan dan kondisi tak aman (Hazard), kecelakaan serta cidera. Heinrich

mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah

dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan membuang

hazard, satu domino di antaranya (Rudi Suardi, 2005).

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman

adalah dengan meminimalkan resiko yang pada akhirnya diperoleh

produktivitas kerja yang optimal. Untuk mengendalikan resiko kecelakaan

itulah maka perlu dilakukan identifikasi sumber bahaya dari suatu pekerjaan

lalu dilakukan langkah-langkah pengendalian terhadap bahaya-bahaya yang

timbul dari pekerjaan tersebut. Salah satu teknik analisa bahaya yang sangat

populer dan banyak digunakan di lingkungan kerja adalah Job Safety Analysis

(Soehatman Ramli, 2010). Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu metode

yang berguna untuk:

1. Mengidentifikasi bahaya potensial baik dari segi keselamatan ataupun

kesehatan

2. Melakukan observasi suatu pekerjaan yang telah direncanakan

3. Membantu mengadakan training

4. Mengurangi insiden

5. Membantu dalam melaksanakan investigasi kecelakaan

Setelah diketahui potensi bahaya yang dapat terjadi dari setiap urutan

maupun langkah kerja maka proses selanjutnya adalah menentukan resiko

bahaya potensial yang mungkin dapat terjadi dan dilakukan teknik

pengendalian yang memadai. Sehingga perusahaan dapat lebih meningkatkan

kewaspadaanya dengan melakukan beberapa tindakan preventif (Tarwaka,

2008)

Menurut Permenaker No. PER.05/MEN/1996 lampiran satu point dua

yang menyatakan perihal pentingnya prosedur identifikasi bahaya, penilaian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

pengendalian resiko dari seluruh kegiatan produksi serta lampiran dua point

satu yang berisi antara lain:

1. Prosedur yang terdokumentasi dengan mempertimbangkan identifikasi

bahaya dan penilaian resiko yang dilakukan pada tahap melakukan

perancangan atau penanganan ulang

2. Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian

sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perencanaan.

PT. Indonesia Power UBP Semarang merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang pembangkitan listrik dan dalam proses produksinya

terdapat berbagai macam bahaya. Dimana bahaya ini dapat mengakibatkan

kecelakaan dan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung bagi

perusahaan. Maka dari itu perlunya melakukan identifikasi bahaya pada setiap

pekerjaan.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis mengambil judul

Program Identifikasi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)

Berdasarkan Klausul C.2.c.1 PP No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3

di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas didapatkan rumusan masalah

yaitu bagaimanakah tahapan program Job Safety Analysis (JSA) untuk

mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya di PLTU Unit 3 PT.

Indonesia Power UBP Semarang?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui program identifikasi bahaya dengan metode JSA di

PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah program identifikasi bahaya dengan

metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

3. Untuk mengetahui hasil dari program identifikasi bahaya dengan metode

JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari program identifikasi bahaya

dengan metode JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh manfaat bagi:

1. Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama

mengenai cara identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA)

di tempat kerja dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.

2. Perusahaan

Diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dan masukan untuk bahan

pertimbangan dalam pembuatan Standart Operating Procedures (SOP) yang

lebih baik, khususnya di area PLTU Unit 3 serta sebagai masukan dalam

usaha peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

3. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang

teknik identifikasi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Definisi tempat kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup

atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering

dimasuki kerja untu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber

atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2:

Termasuk Tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut.

2. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya agar diperoleh produktivitas yang optimal (UU Kesehatan

No.23 Tahun 1992). Sedangkan menurut Dr.Sumamur P.K (2009)

kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental

maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

3. Keselamatan Kerja

Yang dimaksud keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan

kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

produksi.Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di

perusahaan. Dengan demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan

untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada diperusahaan serta

masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat dari

suatu proses produksi industri. Dengan demikian jelas bahwa, keselamatan

kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa

luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan

peralatan/mesin dan lingkungan secara luas.(Tarwaka, 2008)

4. Bahaya

Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan

tertentu bisa mengakibatkan kerugian pada makhluk hidup (Bird Jr dan

Germain, 1990).

Pengertian lain dari bahaya adalah suatu kondisi baik yang ada

maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan

kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau

diharapkan seperti kematian, cidera manusia, kerusakan fasilitas dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 2003). Sedangkan sumber bahaya

adalah segala sesuatu yang menimbulkan bahaya.

Bahaya (Hazard) adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya

potensial untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan

alat, kerusakan lingkungan tempat kerka atau kombinasi dari hal-hal

tersebut (Santoso, 2004)

Bahaya adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu baik barang

atau kondisi (Dzulkifli Djunaedi, 2005). Bahaya sebenarnya tidak dapat

menimbulkan dampak/ konsekuensi atau tidak berkembang menjadi

accident tanpa adanya kontak/ eksposure dengan struktur baik berupa

badan manusia maupun peralatan (Santoso, 2004)

Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut:

a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan yang

kurang, temperatur ekstrim baik panas mapun dingin, vibrasi atau

getaran yang berlebihan, radiasi, dan sebagainya.

b. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung,

kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja.

c. Bahaya kimia adalah substansi kimia yang digunakan secara tidak

tepat, baik dalam proses pekerjaan, pengelolaan dan penyimpanan.

Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak,

mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator.

d. Bahaya biologi, yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di

lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

menyebabkan dan atau mendukung timbulnya penyakit akibat kerja

seperti infeksi, alergi, dan berbagai penyakit lainnya.

e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh ketidaksesuaian

interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan, yang berkaitan

dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna,

dan manual handling yang tidak sesuai.

f. Bahaya psikologik yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau

menyebabkan timbulnya kondisi psikologik pekerja yang berpengaruh

terhadap pekerjaan, seperti bekerja dibawah tekanan, hubungan atasan

yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan.

Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor

penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya

dari kecelakaan di lingkungan kerja berasal dari :

a. Manusia/ Pekerja.

Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

tinbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian

bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau

kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya

langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan

faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh

perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat

mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan

mesin dan peralatan (Sumamur, 1996).

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau

kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang

terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya

menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N. B. Silalahi dan

Rumondang B. Silalahi, 1995).

Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan

oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi

syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius

dan tidak disiplin.

b. Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu

timbulnya bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang

tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, peralatan yang tidak

lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan.

Maka dari itu bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu

mendapat perhatian lebih. Instalasi harus memenuhi persyaratan

keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum

penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim

ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan persyaratan

bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum operasi harus

dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatanya serta


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

dioperasikan oleh operator yang memenuhi syarat. (Syukri Sahab,

1997)

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung

bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak

dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa

menimbulkan macam-macam bahaya seperti :

1) Kebakaran

2) Sengatan listrik

3) Ledakan

4) Luka-luka / cidera

Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah

diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk

peralatan yang rumit cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam

petunjuk sebagai daftar periksa (check-list) pengoperasiannya. (Syukri

Sahab, 1997)

c. Bahan/ Material

Menurut Syukri Sahab (1997) tiap-tiap material mempunyai resiko

bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan, yaitu:

1) Mudah terbakar,

2) Mudah meledak,

3) Menimbulkan alergi,

4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,

5) Menyebabkan kanker,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

6) Mengakibatkan kelainan pada janin,

7) Bersifat racun,

8) Radioaktif.

Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat

bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi

dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada

yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar

yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang

berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat

(akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah

bertahun-tahun (kronis). Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan

harus mengetahui sifat bahan yang digunakan sehingga mampu

mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan

dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan bagi perusahaan

(Syukri Sahab, 1997).

Menurut Soeripto (2008) tingkat bahaya yang ditimbulkan akan

tergantung pada:

1) Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung,

2) Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut,

3) Berapa lama seseorang terpapar,

4) Susceptibilitas seseorang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

d. Cara Kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu

sendiri dan orang lain di sekitarnya. Menurut Syukri Sahab (1997) cara

kerja yang demikian antara lain:

1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara

yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah

cidera pada tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan

sebagai akibat cara mengangkut dan mengangkat.

2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,

percikan api serta tumpahan bahan berbahaya,

3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara

memakai yang salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja

yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun

dalam pengawasan pelaksanaann pekerjaan sehari-hari.

e. Proses

Bahaya yang ditimbulkan dari proses tergantung dari teknologi

yang dipakai. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana,

proses yang rumit, proses yang berbahaya dan ada proses yang tidak/

kurang berbahaya. Di dalam suatu proses sering digunakan faktor

tambahan yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang

timbul debu, asap , panas bising dan bahaya mekanis seperti terjepit

terpotong, memar tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Dalam suatu proses, banyak bahan kimia yang dipakai baik sebagai

bahan baku maupun sebagai bahan penolong dan terdapat juga bahan

kimia yang merupakan hasil sampingan dari proses produksi.

Karakteristik bahan kimia sebagian adalah bahan kimia beracun seperti

mudah terbakar, iritan, beracun dan sebagainya.

f. Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai

jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun

berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta

penurunan produktivitas dan efiensi kerja.

Bahaya-bahaya tersebut adalah:

1) Bahaya yang bersifat fisik, seperti ruangan yang terlalu panas,

terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan,

radiasi dan sebagainya,

2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang

digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi,

3) Bahaya biologik disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari

serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja,

4) Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan

sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan

jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi

yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan

bawahan yang tidak serasi, dan lain-lain.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

5) Gangguan yang besifat fatal karena beban kerja yang terlalu berat,

peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja. (Syukri

Sahab, 1997).

5. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan.Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak

diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun

penderitaan yang paling ringan sampai yang paling berat. (Sumamur

1996)

Pengertian lain dari kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak

diinginkan yang mengakibatkan bahay fisik terhadap seseorang atau

kerusakan harta benda dan biasanya akibat dari tekanan suatu sumber

energi. Misalnya: mekanis, listrik, dan lain-lain (Sumamur, 1996).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusaahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti

bahwa kecelakaan terjadi sebab oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan.

Pada dasar nya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan

manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak

aman (unsafe condition). Dari data kecelakaan didapatkan bahwa 85%

sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya

manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

keselamatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam

keadaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka

kecelakaan kerja. (Sumamur, 1996)

Kurang kendali dari sistem manjemen menerapkan sebab utama

terjadinya kecelakaan (Frank E Bird, Jr. Dan George L.Germain, 1990),

dijelaskan dalam teori domino tersaji pada gambar 1.

Gambar 1 : Teori Domino

Sumber: Frank E Bird, Jr. George L.Germain, 1990

Untuk lebih detail nya, diagram alir tersebut dapat dijabarkan seperti

dibawah ini:

a. Kurang nya Sistem Pengendalian (Lack Of Control)

Dalam urutan Domino, kurang nya pengendalian merupakan urutan

pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian.

Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi

manajemen yaitu perencanaan (planning), pengoperasian (organizing),

kepemimpinan (leading ) dan pengendalian (controlling)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Tanpa manajemen pengendalian yang kuat penyebab kecelakaan

dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab

kerugian.Kurang nya pengendalian dapat disebabkan karena faktor:

1) Kekurangan pada program

Hal ini dapat disebabkan terlalu sedikitnya program yang

diterapkan.

2) Kekurangan pada Standart Program

Faktor yang menyebabkan kurangnya standart yang ditetapkan

tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya

standart yang ditetapkan.

3) Kekurangan pada kepatuhan terhadap standart program

Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja, menetapkan standart yang digunakan dan

melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut.

Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak

mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam

memenuhi standart yang telah ditentukan (Suardi, 2007).

b. Sebab-sebab dasar (Basic Causes)

Sebab-sebab dasar dianggap sebagai akar dari masalah, penyebab

riil, penyebab tidak langsung, atau penyebab pendukung. Penyebab

dasar membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang

standart. Sebab-sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

1) Faktor manusia (Personal Factor)

Faktor manusia meliputi:

a) Kurangnya kemampuan fisik dan mental

b) Kurangnya ketrampilan

c) Kurang nya pengetahuan

d) Stres fisik dan mental

e) Kurangnya motivasi

2) Faktor Pekerjaan (Job Factor)

Adanya standart kerja tidak cukup, rancang bangun dan

pemeliharaan yang tidak memadai, standart pembelian yang kurang

atau lain-lain (Suardi, 2007)

Faktor pekerjaan meliputi:

a) Pemimpin dan atau pengawas kurang tepat

b) Engineering kurang memadai

c) Maintenance kurang memadai

d) Alat dan peralatan kurang memadai

e) Pembelian barang kurang memadai

c. Sebab langsung (Immediate Causes)

Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi

tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Santoso

(2004), menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan oleh tidakan

yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2%

disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)

Unsafe Act merupakan pelanggaran terhadap tata cara kerja

yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan. Tindakan

tidak aman tersebut antara lain:

a) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya

b) Melepas alat pengaman

c) Menggunakan peralatan yang rusak

d) Membuat alat pengaman tidak berfungsi

e) Menggunakan peralatan secara tidak layak

f) Menjalankan mesin/ peralatan/ kendaraan melebihi kecepatan

2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi tidak aman meliputi:

a) Alat pelindung diri tidak layak

b) Sistem peringatan tidak berfungsi

c) Pelindung/ pembatas tidak layak

d) Peralatan, mesin atau material rusak

e) Kebersihan, tata ruang tempat kerja tidak layak

f) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap, atau uap

yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas)

(Suardi, 2007)

d. Kecelakaan (Accident)

Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu

sumber energi atau bahan yang melampui nilai ambang batas dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

bahan atau stuktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis,

tenaga kinetis, kimia, listrik, dan sebagainya. Accident dapat berupa:

1) Terjepit diantara dua benda

2) Terbentur/tertabrak suatu benda

3) Terjepit diantara benda berputar

4) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah

5) Terbentur/ tertabrak benda/ alat yang bergerak

6) Jatuh pada tingkat yang sama

7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun dan

sebagainya.

(Suardi, 2007)

e. Kerugian (Loss)

Pada akhir rangkaian-rangkaian tersebut akan menyebabkan

kerugian, baik pada manusia atuupun harta benda yang dapat

mempengaruhi kualitas produksi serta keselamatan dan kesehatan

kerja. Kerugian dari kecelakaan menurut Suma'mur (1996) berupa :

1) Kerusakan,

2) Kekacauan organisasi,

3) Keluhan dan kesedihan,

4) Kelainan dan cacat,

5) Kematian.

Kecelakaan dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi dan non

ekonomis. Kerugian non ekonomis dapat berupa kekacauan organisasi,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

aspek kemanusiaan dan turunnya citra perusahaan dimata masyarakat.

Kerugian ekonomis dapat digambarkan seperti gunung es, yaitu biaya

langsung sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut,

sedangkah biaya tak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada

di bawah permukaan laut yang ternyata jauh lebih besar. (Frank E

Bird, Jr. George L.Germain, 1990).

Biaya Langsung

Biaya Tidak Langsung

Gambar 2. Teori gunung es

Sumber: Frank E Bird, Jr. George L.Germain, 1990

1) Biaya Langsung

Biaya langsung dari kecelekaan meliputi :

a) Perawatan dokter,

b) Biaya kompensasi.

2) Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung akibat dari kecelakaan meliputi :


commit to user
a) Kerusakan dan kerugian harta benda.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

(1) Kerusakan bangunan

(2) Kerusakan perkakas

(3) Kerusakan hasil produksi dan material

(4) Gangguan dan keterlambatan produksi

(5) Biaya untuk pemenuhan aturan

(6) Biaya peralatan untuk keadaan darurat

(7) Biaya sewa peralatan

(8) Waktu untuk penyelidikan

b) Biaya-biaya lain:

(1) Gaji selama tidak bekerja

(2) Biaya penggantian dan atau pelatihan

(3) Overtime

(4) Ekstra waktu untuk supervisor

(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai

bekerja

(6) Menurunnya business volume

(Syukri Sahab, 1997)

Jika seluruh urut-urutan terjadi akan mengakibatkan kerugian terhadap

manusia dan harta benda yang mempengaruhi kualitas serta produksi

sebagaimana pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan dan keamanan

Menurut Sumamur (1996 ) Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah

dengan:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

a. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,

konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan

cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervise medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan

b. Standarisasi

Standarisasi merupakan penetapan standart-standart resmi,

setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang

memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri

tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum alat pelindung

diri.

c. Pengawasan

Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-

ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

d. Penelitian bersifat teknik

Penelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan

yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-

alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas

dan debu, dan desain paling tepat untuk tambang-tambang

pengangkatan dan peralatn pengangkatan lainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

e. Riset medis

Riset medis meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan

patologis faktor-faktor lingkungan, teknologis dan keadaan-keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian Psikologis

Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola

kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik

Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan

yang terjadi, banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan

apa sebab-sebabnya.

h. Pendidikan

Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam

kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus

pertukangan

i. Latihan-latihan

Latihan-latihan yaitu praktek-praktek bagi tenaga kerja, khususnya

tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

j. Penggairahan

Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

k. Asuransi

Asuransi yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar

oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan

ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada

perusahaan lah kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola

kecelakaan pada perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran

akan keselamatan kerja oleh pihak yang bersangkutan.

Jelaslah bahwa untuk pencegahan kecelkaan akibat kerja

diperlukan kerja sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat

undang-undang, pegawai, pemerintah, dokter, ahli ilmu jawa, ahli

statistik, guru-guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh

6. Resiko

Menurut Silalahi (1995) istilah resiko dengan kemungkinan kerugian

yang disebabkan karena kebetulan mendapatkan musibah, bencana atau

peristiwa yang tidak diharapkan sedangkan menurut Australian Standart/

New Zealand Standart (AS/NZS) 1999, resiko adalah kemungkinan atau

kesempatan tejadinya sesuatu kejadian yang akan menimbulkan pengaruh

terhadap tujuan. Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu

peristiwa, sedangkan resiko menurut Aditama, 2002 didefinisikan sebagai

kecenderungan (likelihood) akan terjadinya suatu kejadian yang berkaitan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

erat dengan suatu alternative perspektif yaitu menaruh perhatian apa yang

akanterjadi pada waktu kedepan dan kemungkinan apa penyebab

terjadinya kejadian tersebut.

Suatu kejadian dapat mempunyai resiko apabila kejadian atau kegiatan

dapat mengakibatkan kerugian atau ketidak pastian, perubahan atau

pilihan yang dapat merugikan. Karena itu resiko tidak mungkin tidak

berdampak kerugian yang sangat besar dan luas tetapi menimbulkan

ketidakpastian (Aditama,2002)

Wujud Resiko itu bermacam-macam antara lain:

a. Berupa kerugian atas harta milik/kekayaan atau penghasilan. Misalnya

diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagai nya.

b. Berupa penderitaan seseorang. Misalnya sakit atau cacat karena

kecelakaan

c. Berupa tanggung jawab hukum. Misalnya resiko dari perbuatan atau

peristiwa yang merugikan orang lain

d. Berupa kerugian karena perubahan keadaan pasar. Misalnya terjadinya

perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya.

Jenis resiko pada dasarnya dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu:

a. Resiko spekulatif

Yaitu resiko yang timbul karena melakukan kegiatan yang bersifat

spekulatif artinya ada kemungkinan penyimpangan yang

menggantungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Misalnya memberi lotre, berjudi dan sebagainya. Pada umumnya

resiko jenis ini tidak dapat diansurasikan

b. Resiko murni

Yaitu resiko yang timbul karena kegiatan usaha yang biasa

dilakukan didalam perusahaan/industri. Resiko ini hanyalah

mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai

kemungkinan untung.

Misalnya resiko terjadinya kebakaran, bencana alam dan

sebagainya. Pada umumnya resiko jenis inilah yang dapat

diansurasikan.

Klasifikasi resiko adalah sebagai berikut:

a. Resiko dasar yaitu resiko dalam kegiatan yang tidak teranalisa dan

tidak terkendali

b. Resiko residual (tersisa) yaitu resiko yang tersisa setelah

dilaksanakan program pengurangan nya.

c. Resiko yang dapat diterima, resiko residual dapat diterima setelah

mengadakan estimasi dan ecaluasi dan evaluasi alternatifnya.

d. Ketidakpastian yaitu luput dari perhatian, sengaja tidak mendapat

perhatian termasuk perhitungan/pengukuran yang salah satu

adanya kesalahan.

e. Resiko kelompok (Group risk) yaitu menyangkut resiko terhadap

sekumpulan atau sekelompok orang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

7. Metode pengendalian

Walaupun bahaya telah dihilangkan, tetapi resiko yang berkaitan

dengan bahaya tersebut tidak pernah akan dapat hilang. Perusahan perlu

mencanangkan pengaturan dan pengendalian terhadap kegiatan, produk,

ataupun jasa yang dapat menimbulkan suatu resiko terhadap karyawan

nya. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan

kebijakan, standart untuk tempat kerja, perancangan fasilitas kerja dan

bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengelola dan mengendalikan

setiap pekerjaan, produk, dan jasa tersebut.

Hirarki Pengendalian Resiko, antara lain:

a. Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan

bahaya secara keseluruhan (nol), biasanya proses eliminasi ini adalah

100% artinya dapat menghilangkan bahaya pada titik nol.

b. Substitusi

Substitusi merupakan penggantian material, bahan, proses dengan

yang mempunyai resiko lebih kecil. Sebagai contoh penggunaan bahan

yang beracun diganti dengan bahan yang kurang beracun.

c. Rekayasa Teknik

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur

objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi

bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat

bantu mekanik dan lain-lain.

d. Isolasi

Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang

atau pemisah waktu, Perubahan struktural dilakukan terhadap

lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup

jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan penjaga

mesin, isolasi atau penutup bahaya, penggunaan ventilasi penghisap

dan alat untuk penanganan manual.

e. Administratif

Pengendalian administratif mengurangi atau menghilangkan

kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi.

Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan

terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja

(job rotation), system ijin kerja, atau hanya dengan menggunakan

tanda bahaya.Pengendalian administratif tergantung pada perilaku

manusia untuk mencapai keberhasilan.

f. Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri digunakan oleh pekerja sebagai pelindung

terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pelindung diri ini dapat

mengurangi keparahan resiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian

ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,

artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Dalam melakukan pengendalian resiko bahaya ini, maka dapat

ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan

tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak

dapat dipenuhi oleh perusahaan maka pengupayaan melakukan tingkat

pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian

resiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan

tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari

pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian tersebut

untuk mencapai tingkat pengendalian resiko yang diinginkan.

8. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

atau lingkungan kerja (Iwan, 2007). Menurut Sumamur (2009) penyakit

akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Golongan fisik

Pada golongan fisik misalnya karena suara tinggi/bising bisa

menyebabkan ketulian, temperatur/ suhu yang tinggi dapat

menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan

sampai berat.Misalnya: heat cream, heat stoke. Hal ini akibat dari

keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang banyak dari dalam tubuh

tenaga kerja, juga disebabkan oleh radiasi sinar elektromagnetik,

misalnya: infra merah yang menyebabkan katarak, ultraviolet yang

menyebabkan konjungtivitis (radioaktif, alfa, gama, X) selain itu bisa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

disebabkan oleh tekanan udara yang menyebabkan reynauld diseases

(penyempitan pembuluh darah)

b. Golongan Kimia

Berbagai jenis industri banyak mempergunakan bahan kimia

sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memproduksi

bahan kimia yang langsung dipakai oleh masyarakat. Penggunaan

bahan kimia tersebut mengandung bahaya misalnya kebakaran,

peledak, iritasi dan keracunan. Masuknya bahan kimia kedalam tubuh

dapat berupa zat padat, cair, gas uap maupun partikel dan dapat secara

akurat maupun kronis. Keracunan akut sebagai absorbsi bahan kimia

dan jumlah kimia dalam jumlah besar dan waktu yang pendek, dapat

berupa keracunan gas, Karbon Monoksida (CO), Asam Cianida

sedangkan keracunan kronis sebagai alat absorbsi bahan kimia dalam

jumlah sedikit tetapi dalam waktu yang lama, dapat berupa keracunan

bejana uap Pb yang dapat berakibat leukimia, keracunan karsinogenik

yang dapat menyebabkan kanker.

c. Golongan Biologi

Berbagai golongan biologi misalnya virus, bakteri, parasit, cacing,

jamur, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kanker.

d. Golongan Fisiologi (Ergonomi)

Akibat posisi kerja/cara kerja yang salah seperti bekerja dengan

membungkuk yang untuk menyebabkan sakit otot, sakit pinggang,

cidera punggung dan juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

tuhuh. Pada konstruksi mesin yang kurang baik juga akan

mengakibatkan penyakit akibat kerja.

e. Golongan Mental Psikologis

Berbagai keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan

kerja yang kurang baik, tempat kerja yang terpencil dapat berpengaruh

terhadap pekerja yaitu menimbulkan stress yang manifestasinya antara

lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa membuat keputusan,

tekana darah meningkat yang kelanjutanya dapat mengakibatkan

timbulnya penyakit.

Pengurus perusahaan harus tetap mewaspadai adanya ancaman

penyakit akibat kerja terhadap pekerjaan nya, kewaspadaaan tersebut

dapat berupa:

1) Melakukan pencegahan terhdap timbulnya penyakit

2) Melakukan deteksi dari gangguan kesehatan

3) Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial

kerja seperti yang diatur oleh undang-undang RI No. 3 tahun 1992

Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Untuk mendiagnosa penyakit akibat kerja perlu dilakukan dua hal

sebagai berikut:

1) Monitoring kesehatan tenaga kerja melalui pemeriksaan kesehatan

yang teratur, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan 2

kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

a) Untuk mendiagnosa dan memberikan terapi bagi tenaga kerja

yang menderita penyakit umum. Bagi negara-negara yang

sudah maju hal ini seperti dilakukan asuransi

b) Untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa penyakit

akibat kerja serta menentukan derajat kecacatan, hal ini

dilakukan oleh dokter perusahaan/ dokter yang mempunyai

keahlian dibidang kesehatan/ kedokteran kerja.

2) Memonitoring lingkungan kerja terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya penyakit

akibat kerja adalah lingkungan kerja yang buruk. Lingkungan

yang dimaksud meliputi desain maupun tata latak ruang dan

barang. Lingkungan kerja fisik, kimia dan biologi. Faktor-faktor

tersebut sejak awal harus dilaksanakan untuk menunjukan tingkat

kesehatan dan produktivitas pekerja. Lingkungan kerja yang aman,

selamat dan nyaman merupakan persyaratan yang penting utuk

tercapainya kondisi kesehatan yang prima bagi pekerja yang ada di

dalam nya.

9. Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis atau analisa keselamatan pekerjaan yang sering

juga disebut Task Risk Assesment (TRA) merupakan salah satu sistem

penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaanya

ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan

pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja atau analisa keselamatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

pekerjaan merupakan suatu cara/ metode yang digunakan untuk

memeriksa metode kerja dan menemukan bahaya-bahaya yang

sebelumnya di abaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/ alat kerja,

mesin yang digunakan dan proses kerja.

Pelaksanaan program JSA digunakan untuk mereduksi kondisi bahaya

terdapat dalam suatu proses pekerjaan, selain itu JSA dapat dipergunakan

sebagai alat kontrol/ pengawasan dari manajemen yang praktis untuk

memastikan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang aman (Mualimin,

2003).

Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA adalah:

a. Sebagai upaya pencegahan

b. Mempersiapkan instruksi kerja

c. Sebagai bahan 5 minute safety talks

d. Mempelajari kemungkinan cara kerja yang lebih aman

e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan

f. Memberikan pre-job instruction pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak

tetap

g. Meninjau ulang Standart Operation Prosedur sesudah kecelakaan atau

nearmiss accident terjadi

h. Sebagai evaluasi sejauh mana diperlukan perubahan pada mesin atau

peralatan yang menjadi objek analisa serta untuk perbaikan desain

teknik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Di dalam teknik JSA terdapat lima tahap yang harus dilakukan yaitu:

a. Meninjau Daftar Pekerjaan

Pekerjaan disini diasumsikan sebagai salah satu bagian yang

dilakukan oleh seseorang dan ada kaitanya dengan suatu

pekerjaan.Kegiatan ini dimulai dengan membuat daftar dari

keseluruhan line (area) atau jabatan, dan dari line tersebut dapat dibagi

lagi menjadi beberapa pekerjaan/ tugas yang spesifik.Sedangkan

sumber informasi yang dapat adalah daftar tugas yang dilakukan dalam

setiap line dan office atau tugas-tugas lain disekitar perusahaan.

b. Menentukan Jenis pekerjaan yang akan dianalisa

Langkah kedua adalah menentukan jenis pekerjaan yang dianalisis

atau mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini

sangat menentukan keberhasilan program ini.Beberapa perusahaan

seharusnya melakukan untuk semua tugas yang dilakukan namun

kebanyakan perusahaan melakukan JSA hanya pada beberap

pekerjaan yang dianggap kritis. Hal tersebut didasarkan pada

permasalahan klasik, yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap

tugas disuatu perusahaan. Untuk keluar dari perusahaan tersebut

diperlukan usaha untuk mengidentifikasi pekerjaan/ tugas kritis dengan

cara mengklasifikasikan tugas yang mempunyai sejarah kerugian yang

pernah terjadi (berdasarkan statistik kecelakaan), apakah itu cidera

manusia, kerusakan harta benda, kerugian kualitas dan kerugian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung dari tingkat

kekritisan individu yang melakukan.

Dengan menentukan pekerjaan/ tugas kritis atau tidak didasarkan pada:

1) Tingkat keparahan

Adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi jika bahaya

tersebut menjadi insiden yang menyebabkan terjadinya cidera,

kerusakan atau kerugian.

2) Tingkat kekerapan

Adalah seberapa sering sumber bahaya atau kecelakan ditemui

sehari-hari secara normal dan seberapa banyak orang yang

mungkin berada dalam atau terkena dampak kondisi tersebut.

3) Pekerjaan yang menggunakan peralatan, mesin dan lay out baru

Sangat penting untuk membuat program JSA pada pekerjaan

yang menggunakan peralatan dan mesin baru terutama pada lay out

perusahaan yang mengalami perubahan. Untuk meminimalisasi

potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja pada tenaga kerja.

c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar

Dari setiap tugas/ pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa

bagian atau tahapan yang berurutan yang pada akhirnya dapat

dimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap tersebut

nantinya akan dinilai keefektifan dan potensi kerugian yang mencakup

aspek keselamatan, kualitas dan produksi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Tahapan kerja dapat diartikan bagian/ rangkaian dari keseluruhan

pekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus menulis/ membuat daftar

dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada uraian kerja tersebut.

Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi ke

lapangan/tempat kerja untuk mengamati secara langsugn bagaimana

suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui

aspek-aspek/ langkah-langkah kerja apa saja yang perlu kita

cantumkan.

Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja, tidak terdapat

standart yang pasti, harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis.

Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini

adalah memasukan tahapan kerja utama yang kritis. Setelah tim

melakukan observasi, hasil dari observasi tersebut dicek kembali dan

diperlihatkan kepada operator/foreman yang bersangkutan untuk

mendapatkan persetujuan tentang apa yang telah dilakukan dalam

penulisan tahapan kerja tersebut.

d. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan

Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung

akan dapat menganalisa atau mengidentifikasi dampak atau bahaya apa

saja yang disebabkan dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses ini

diharapkan kondisi resiko dapat dihilangkan atau diminimalkan sampai

batas yang dapat diterima dan ditoleransi dari kaidah keilmuan

maupun tuntutan standart atau hukum.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau

kondisi yang bisa menyebabkan cedera, kerusakan atau kerugian

(kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen

untuk mengendalikan kerugian dan bersifat pro aktif dalam upaya

pengendalian bahaya di lapangan atau tempat kerja. Dalam hal ini

tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan seberapa parah atau

seberapa besar akibat atau kerugian yang akan terjadi jika suatu

insiden terjadi, namun identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya insiden dengan melakukan upaya-upaya tertentu.

Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal

seperti dibawah ini:

1) Melakukan pengamatan secara dekat

2) Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang

3) Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang

diamati

4) Pengamatan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman

dalam pekerjaan yang dimati.

e. Mengendalikan bahaya pada masing-masing pekerjaan

Setelah semua bahaya teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah

menentukan cara koreksi (solusi dan control) sebagai upaya untuk

menghilangkan resiko yang ada pada tiap langkah pekerjaan.Untuk

menentukan solusi, tanyakan pada diri kita (team assement) : apa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

yang saya lakukan untuk mencegah bahaya ini!, dan tulis jawaban dari

pertanyaan tersebut pada kolom koreksi.

f. Hubungan Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan dengan

teknik JSA dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Tempat kerja merupakan suatu ruangan atau lapangan baik yang

tertutup atau yang terbuka, dimana di dalamnya terdapat berbagai

macam usaha yang dilakukan oleh manusia atau tenaga kerja untuk

melakukan usaha atau adanya proses produksi untuk menghasilkan

barang dan jasa. Secara tidak langsung seluruh kegiatan proses

produksi berhubungan dengan beberapa faktor yaitu manusia,

peralatan, mesin, lingkungan yang mengandung faktor bahaya dan

potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja, untuk meminimalisasikan maka perlu dilakukan

identifikasi bahaya keselamatan maupun kesehatan dan penilaiaan

resiko berikut dengan cara pengendalianya yaitu Job Safety Analysis

yang lebih menekan pada tahap-tahap kerja dari suatu pekerjaan dan

dianalisa faktor dan potensi bahaya nya serta mengendalikan bahaya

yang ada. Jika pengendalian membuat resiko dapat terkendali maka

dapat menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, hal ini

akan menguntungkan perusahaan jika rekomendasi pengendalian yang

diberikan tidak terkendali akan menyebabkan kerugian bahkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

kerugian kecelakaan maka Job Safety Analysis yang diterapkan akan

ditinjau ulang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Proses Kerja

Urutan Kerja/ Instruksi Kerja

Identifikasi Bahaya Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dengan Teknik Job
Safety Analysis (JSA)

Potensi Bahaya Faktor Bahaya


Contoh: Contoh:
Kebakaran, peledakan, Kebisingan, getaran,
terjatuh, tersengat listrik, debu, penerangan, dan
terpeleset, dan lain-lain. lain-lain.

Pengendalian Resiko

Standart Operating Procedure


(SOP)

Evaluasi

Aman Tidak aman

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian yang bersifat

deskriptif, yaitu metode penelitian untuk meneliti suatu kondisi atau

peristiwa dengan cara memberikan gambaran secara jelas dan terbatas

guna mengungkapkan suatu masalah, dan data yang diperoleh digunakan

sebagai bahan penulisan laporan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power

UBP Semarang yang berada di Jl. Ronggowarsito, Semarang.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah tenaga kerja , proses kerja dan

bahaya sedangkan ruang lingkup nya adalah Job Safety Analysis pada

pekerjaan yang terdapat di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP

Semarang.

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

D. Sumber Data

Sumber data diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu

data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah

sebagai berikut :

1. Data Primer

Data ini diperoleh melalui hasil observasi, pengamatan serta

wawancara.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari data-data resmi perusahaan yang berupa dokumen

dan catatan tentang objek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan:

1. Teknik Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek

yang diteliti, yaitu tenaga kerja, proses, dan bahaya yang ada.

2. Teknik wawancara

Yaitu melakukan wawancara dengan pembimbing perusahaan dan

tenaga kerja mengenai masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

3. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mempelajari dokumendokumen dan

catatan catatan serta literaturliteratur yang ada di perusahaan yang

berhubungan dengan masalah K3

F. Pelaksanaan

Magang dilaksanakan di PT. Indonesia Power UBP Semarang selama

1 bulan mulai tanggal 2 April 2012 sampai 1 April 2012.

G. Analisis Data

Hasil penelitian identifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya dengan

metode Job Safety Analysis di analisa dan dievaluasi kembali, kemudian

dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang

Penerapan SMK3, serta memberikan rekomendasi atau saran kepada

perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada

perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Indonesia Power UBP

Semarang didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Program Job Safety Analysis (JSA)

a. Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan

Dalam ikut serta menjaga lingkungan serta K3 terhadap dampak

negatif dari aktivitas produksinya, maka pihak manajemen menetapkan

suatu kebijakan. Dimana kebijakan ini tertuang dalam kebijakan mutu,

lingkungan, K3 dan pengamanan. Adanya kebijakan tersebut guna

meningkatkan kesadaran karyawan terhadap lingkungan serta

keselamatan dan kesehatan kerja.

Isi dari kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan adalah

sebagai berikut:

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

mempunyai komitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan

secara berkesinambungan di dalam membangun dan menerapkan

Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Sistem

Manajemen K3 dan Sistem Manajemen Pengamanan.

Perusahaan mewujudkan komitmen tersebut dengan :

1) Memberikan produk yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.


commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

2) Mengidentifikasi sekaligus mengendalikan risiko dan dampak yang

ditimbulkan terkait mutu produk, aspek lingkungan, K3, dan

pengamanan.

3) Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memantau

program-program mutu, lingkungan, K3 dan pengamanan guna

mencapai produk ramah lingkungan.

4) Mengupayakan tempat kerja yang selalu aman, bersih dan sehat

guna mencapai nihil kecelakaan dan nihil penyakit akibat kerja.

5) Menciptakan sistem pengamanan terpadu terhadap seluruh aset

perusahaan.

6) Melatih dan membina pegawai terkait bidang kerjanya masing-

masing dengan menekankan pada tanggung jawab individu untuk

mengelola pencapaian mutu, lingkungan, K3 dan pengamanan.

7) Secara terus-menerus dan berkesinambungan mengembangkan

mutu, lingkungan, K3, dan pengamanan untuk memenuhi

persyaratan pelanggan dan stakeholder.

Kebijakan tersebut telah dokumentasikan, direview dan

dikomunikasikan kepada seluruh karyawan untuk dimengerti dan

dilaksanakan serta dapat ditinjau kembali sesuai kebutuhan. Tetapi

kebijakan tersebut tidak dikomunikasikan secara langsung kepada

tenaga kerja proyek atau pihak ketiga yang bekerja sama dengan

perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Didalam kebijakan tersebut dinyatakan komitmen perusahaan

tentang K3 dan Lingkungan. Dimana komitmen tersebut secara khusus

diwujudkan dengan adanya point 2, ponit 3, point 4, point 6 dan point

7. Dan sebagai penanggung jawab dari pelaksanaanya adalah Bagian

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) .

Dalam point 2 dinyatakan bahwa Mengidentifikasi sekaligus

mengendalikan risiko dan dampak yang ditimbulkan terkait mutu

produk, aspek lingkungan, K3, dan pengamanan didalam kebijakan

tersebut perusahaan berkomitmen untuk melakukan identifikasi,

pengendalian resiko serta dampak yang ditimbulkan dalam aspek K3

dan Lingkungan. Salah satu metode untuk mewujudkan komitmen

tersebut adalah dengan teknik Job Safety Analysis (JSA).

Teknik Job Safety Analysis (JSA) dimaksudkan untuk

mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin ada dalam setiap

pekerjaan. JSA dibuat berdasarkan adanya pemikiran bahwa:

1) Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya

2) Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam satu

urutan tahapan pekerjaan yang sederhana.

3) Setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat dikenali bahayanya

4) Setiap bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan pekerjaan

tersebut dapat diatasi agar tidak menyebabkan kecelakaan atau

penyakit akibat kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

b. Tujuan pembuatan dan penerapan teknik JSA

Pembuatan Job Safety Analysis secara umum ditujukan untuk

mengetahui potensi-potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan (tugas),

sehingga diharapkan tenaga kerja mampu mengatasi potensi-potensi

bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat

kerja. Sedangkan tujuan untuk diterapkan atau dilaksanakannya teknik

JSA (Job Safety Analysis) di PT. Indonesia Power UBP Semarang

adalah agar setiap langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan dapat

dianalisi potensi kecelakaan bahayanya, cara menanggulanginya,

sehingga kecelakaan yang mingkin timbul dapat dihindari.

c. Tim Pelaksana

Pelaksana JSA adalah kerjasama antara berbagai pihak yang saling

berkaitan. Dan penanggung jawab pelaksanaan adalah Bagian K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Team assessment terdiri dari

Bagian K3, Supervisor dan operator dari setiap seksi yang

bersangkutan

Diikutkan operator didasarkan pada pemikiran:

1. Operator dianggap sebagai personil yang paling mengerti tentang

cara pengoperasian mesin

2. Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang dianalisa.

3. Operator adalah orang yang paling mengerti potensi bahaya dan

faktor bahaya yang terdapat ditempat kerja karena operator

berhubungan langsung dengan pekerjaan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kerja

tentang resiko dari setiap aktifitas yang biasa mereka lakukan.

2. Tahapan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

a. Meninjau Daftar Pekerjaan

Hal yang pertama dilakukan yaitu dimulai dengan membuat daftar

dari keseluruhan area, dan dari area tersebut dapat dibagi lagi menjadi

beberapa pekerjaan/tugas yang spesifik. Sedangkan sumber informasi

yang dapat dipakai adalah daftar tugas yang dilakukan dalam setiap

pekerjaan.

b. Menentukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa

Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa merupakan

langkah awal untuk membuat program JSA yang dilakukan di PT.

Indonesia Power UBP Semarang. Pada tahap ini team assesment

beserta operator menganalisa jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat

resiko yang tinggi atau pekerjaan yang mempunyai catatan kecelakaan

yang diperoleh dari proses investigasi. Untuk menganalisa keselamatan

dan kesehatan pekerjaan, maka team assesment mengacu faktor-faktor

sebagai berikut:

1) Frekuensi kecelakaan

Suatu pekerjaan yang mengakibatkan kejadian kecelakaan yang

berulang-ulang merupakan calon pekerjaan yang harus dianalisa

keselamatan pekerjaan (JSA). Jumlah kecelakaan yang semakin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

besar dan terkait dengan pekerjaan tersebut merupakan prioritas

yang lebih besar pula.

2) Tingkat Kecelakaan

Setiap kecelakan yang mengakibatkan kecacatan dilakukan

analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya dengan teknik

JSA, karena kecacatan itu membuktikan bahwa tindakan

pencegahan yang telah dilakukan sebelumnya belum sepenuhnya

berhasil

3) Potensi kecelakaan

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai laporan catatan

mengenai suatu kejadian kecelakan tetapi kemungkinan kecelakaan

potensial dapat mengakibatkan cidera serius /parah.

4) Pekerjaan Baru

Sebuah analisa keselamatan pekerjaan ataupun kesehatanya

dengan teknik JSA untuk setiap jenis pekerjaan baru dan

perubahan pada peralatan baru sesegera mungkin dan sebaiknya

tidak ditunda sampai adanya kecelakaan atau nearmiss dahulu.

5) Kejadian Hampir Celaka

Pekerjaan yang sering terjadi kejadian hampir celaka

seharusnya juga diperlukan analisa keselamatan pekerjaan ataupun

kesehatanya dengan teknik JSA.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

c. Menguraikan Pekerjaan Menjadi Langkah-Langkah Dasar

Setelah mendapatkan semua pekerjaan maka kemudian diadakan

observasi kesetiap pekerjaan tersebut khususnya di area PLTU Unit 3

sehingga dapat melihat proses pekerjaan secara langsung untuk

menjalin komunikasi dengan operator untuk melakukan diskusi

mengenai pekerjaan yang dilakukan untuk memudahkan proses

pembuatan JSA, karena informasi dari operator tersebut sangat

membantu untuk mnetahui hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan

yang dilakukan. Dengan mengadakan observasi diharapkan dapat

mempunyai gambaran mengenai tahapan-tahapan pekerjaan yang

dilakukan operator dalam melaksanakan pekerjaan, kondisi

lingkunngan (meliputi: penerangan, iklim kerja, kondisi lantai,

kebisingan dan lain lain) serta bahaya yang mungkin timbul.

d. Mengidentifikasi Bahaya Pada Masing-Masing Pekerjaan.

Proses pembuatan teknik JSA yang selanjutnya adalah proses

identifikasi terhadap potensi-potensi bahaya untuk menentukan

keterpaparan dari kerugian yang ada disetiap tahapan pekerjaan. Dalam

pengisian potensi-potensi bahaya ada beberapa faktor yang harus

dijadikan pertimbangan, yaitu:

1) Faktor Manusia

Yang perlu diamati dari segi ini adalah:

a) Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang baru atau tidak

berpengalaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

b) Apakah operator dapat bekerjama dengan baik.

c) Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang yang tidak diserai

tanggung jawab

d) Apakah orang yang mengerjakan tugas tersebut cukup.

2) Faktor Peralatan

a) Jenis peralatan apa yang digunakan/dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan (berat/ringan)

b) Apakah peralatan tersebut bekerja secara otomatis atau manual.

c) Apa saja kondisi tidak aman yang mungkin timbul

d) Alat pengaman apa saja yang sudah ada tau belum ada.

e) Apakah area kerja sudah cukup nyaman.

3) Faktor Material

a) Material berbahaya apa saja yang dicapai dalam proses tersebut

b) Bagaimana cara menangani material tersebut.

c) Kemungkinan apa saja yang bisa membuat material tersebut

menyebabkan kerugian, gangguan keselamatan, kualitas dan

produktivitas.

4) Faktor Lingkungan

a) Potensi-potensi apa saja yang mempunyai pengaruh signifikan

terhadap proses (kebisingan, penerangan, panas, dll)

b) Bagaimana kondisi tempat kerja

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

e. Mengendalikan Bahaya

Rekomendasi usaha pengendalian ini bertujuan untuk

pengembangan tindakan perbaikan guna pencegahan bahaya sedini

mungkin, dan memastikan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang

aman dan efisien. Pengendalian yang dilakukan meliputi tindakan

perbaikan yang ditujukan pada faktor manusia, peralatan, bahan dan

lingkungan.

Tindakan pengendalian yang dilakukan di PLTU Unit 3 PT

Indonesia Power UBP Semarang adalah dengan metode rekayasa

teknik yaitu dengan memberi peredam kebisingan di dalam control

room, isolasi contohnya dengan adanya control room , administratif

contohnya dengan memastikan operator mengikuti SOP yang ada,dan

Alat Pelindung Diri.

f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis)

Selanjutnya SPS bagian K3 dan manajemen yang terkait yang akan

meninjau ulang atau mengevaluasi analisa keselamatan pekerjaan

ataupun kesehatanya dengan teknik JSA yang telah dibuat tersebut.

Setelah itu jika telah disetujui akan disahkan dan dibuat dokumentasi.

g. Melaksanakan atau menerapkan teknik JSA (Job Safetys Analysis)

Dalam melaksanakan atau menerapkan teknik JSA (Job Safety

Analysis) tersebut dilakukan dengan memberikan latihan atau

memberikan penjelasan metode analisa keselamatan ataupun kesehatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

pekerjaan dengan teknik JSA yang sudah disetujui tersebut kepada

tenaga kerja yang terkait.

Dilakukan pengamatan terencana secara langsung dilapangan,

sehingga dapat melakukan peninjauan ulang bila terjadi kecelakaan

atau terjadi perubahan proses kegiatan atau pekerjaan. Dan

diinformasikan kepada semua karyawan dan tenaga kerja, sehingga

dapat diperoleh atau dibaca di tempat kerja serta dirangkum dengan

baik pada sebuah file atau dokumen.

h. Dokumentasi dan Review Teknik JSA

Hasil dari teknik JSA (Job Safety Analysis) akan didokumentasikan

oleh departemen terkait untuk dilakukan perbaikan atau sebagai

masukan pada perancangan pengaman/modifikasi desain mesin baru.

3. Hasil Job Safety Analysis (JSA)

Dari Hasil pengamatan di area PLTU Unit 3 terdapat tujuh pekerjaan

yang dilakukan identifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja

dengan teknik Job Safety Analysis (JSA), diantaranya adalah:

a. Start Up PLTU Unit 3

Langkah-langkah kerja dari Start Up PLTU Unit 3 adalah:

1) Persiapan Start Up

a) Line Up peralatan utama dan peralatan bantu.

b) Line Up Auxiliary Power Sistem

c) Line Up Service Water Sistem

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

d) Pemeriksaan semua main power sistem dalam kondisi

energized

2) Pengoperasian Sistem Air Pendingin

a) Pengoperasian travelling water screen

b) Pengoperasian Screen wash pump

c) Pengoperasian condensor dan heat exchanger

d) Pengoperasian CWP

e) Pengoperasian vacuum primming system

f) Pengoperasian Sistem Air pendingin Bantu (Pengoperasian

ACW Pump)

3) Pengoperasian Sistem Udara Control dan Service

a) Line up peralatan (status peralatan, valve, breaker, pemipaan,

pengecekan pelumasan)

b) Pengoperasian(contol panel dan lapangan)

c) Monitoring (control panel dan lapangan)

4) Persiapan Pengoperasian Boiler

a) Line Up Boiler

b) Pengisian Boiler Drum (mengoperasikan valve)

c) Pengisian Hotwell Condensor (Mengoperasikan valve)

d) Pengisian Deaerator (Start Condensate System)

e) Pengoperasian Boiler Feed Water System

5) Persiapan Penyalaan Boiler

a) Pengoperasian Air Heater system


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

b) Pengoperasian FD Fan System

c) Pengoperasian GR Fan

d) Pengoperasian APC System

e) Pengoperasian Sealing Air Booster Pump

b. Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3

Uraian kerja nya adalah sebagai berikut:

1) Persiapan Start Turbin

a) Periksa main power system ter-energize

b) Yakinkan Throtle valve dan governor valve posisi minimum

c) Yakinkan load limit controller pada posisi maximum

d) Yakinkan TGOP dan vapour Extractor Blower Operasi

e) Yakinkan Turbin diputar oleh turning gear

2) Tarik Vacuum Condensor

a) Start Gland Exhauster

b) Start Turbin steam seal

c) Start Priming Ejector

d) Tutup Vacuum Breaker

e) Start Auxiliary Oil Pump

f) Start Exhaust hood spray

g) Start Main Ejector

h) Stop Primong Ejector

3) Start Turbin

a) Periksa rotor eccentricity, diff expantion, dan kondisi uap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

b) Reset turbin

c) Atur pemasukan uap menggunakan throtle valve

d) Naikkan putaran turbin sampai putaran 3000 RPM

c. Purging H2 Generator PLTU Unit 3.

Uraian langkah kerjanya adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Line Up peralatan (pengecekan valve, pemipaan, pengecekan

botol CO2, regulator)

2) Pemasangan botol CO2 pada line CO2 system yang ada

3) Pengisian CO2 dan pembuangan H2

d. Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU 3

Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut:

1) Line Up peralatan (memastikan status peralatan dalam kondisi siap

dioperasikan dan tidak dalam perbaikan)

a) Pengecekan valve suction dan discharge

b) Pengecekan kebocoran pada saluran Uap Auxiliary

2) Penyalaan Air Heater Shoot Blower

3) Monitoring

e. Penyalaan Burner PLTU 3

Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut:

1) Line Up peralatan (Memastikan status peralatan dalam kondisi

siap dioperasikan dan tidak dalam perbaikan)

a) Pengecekan valve suction dan discharge


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

b) Pengecekan kebocoran pada saluran bahan bakar

2) Purging sistem Burner dilakukan oleh operator control panel dan

dipantau oleh operator lapangan

3) Penyalaan Burner

4) Monitoring

f. Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3

Uraian langkah kerja nya adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Line Up peralatan

b) Pengecekan valve, pemipaan, level tanki, dan menentukan FO

tank yang akan digunakan untuk operasional

2) Pengoperasian FO Pump (control panel dan lapangan)

3) Monitoring (Control panel dan lapangan)

g. Mengoperasikan LO pump PLTU Unit 3

1) Persiapan

a) Line Up peralatan

b) Pengecekan valve, pemipaan, level tanki, dan menentukan LO

tank yang akan digunakan untuk operasional

2) Pengoperasian LO Pump (control panel dan lapangan)

3) Monitoring (Control panel dan lapangan)

Dari uraian langkah kerja tersebut terdapat bahaya dan cara

pengendaliannya diantaranya adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

a. Start Up PLTU Unit 3

Pekerjaan start up adalah penyalaan awal peralatan/system setelah

mengalami shut down.

Tabel.1.Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Start Up

No. Bahaya Pengendalian


1. Tersengat listrik Pastikan sumber power maupun pengkabelan
dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi
dan grounding bagus)

2. Tergelincir Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau


hal lain yang membuat lantai licin

3. Tertimpa peralatan Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang


dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area
bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan
pada tempatnya dan dalam kondisi aman

4. Tersandung Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk


bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun
barang yang dapat menyebabkan tersandung

5. Kesalahan Manuver Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan


peralatan SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan

6. Kepala terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di


benda area kerja rambu rambu peralatan yang dapat
membahayakan kerjarambu rambu peralatan yang
dapat membahayakan

7. Disengat binatang Pastikan area travelling dalam kondisi bersih dari


berbisa sampah sehingga keberadaan binatang berbisa
dapat terdeteksi

8. Radiasi panas yang Pastikan pipa/saluran panas terisolasi dengan baik


dapat mengakibatkan dan pastikan tidak ada kebocoran panas pada
luka bakar saluran pemipaan ataupun valve

9. Motor Terbakar Pastikan sistem pendinginannya normal

10. Ledakan Receiver Pastikan Relieve valve dapat bekerja sesuai


tank karena over dengantosetingan
commit user parameter yang rekomendasikan
Pressure
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Sumber: Job Safety Analysis Start Up PLTU Unit 3

b. Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3

Pengoperasian turbin adalah pekerjaan menghidupkan turbin

dengan memanfaatkan uap dari boiler untuk memutar poros turbin dan

generator untuk menghasilkan listrik.

Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan

Pengoperasian Turbin

No Bahaya Pengendalian
1. Tersengat listrik Pastikan instalasi elektrik baik, dikerjakan 2
orang, dan gunakan APD

2. Jatuh tersandung Memberi penerangan, gunakan senter, APD

3. Tergelincir Memberi penerangan, gunakan senter, APD

4. Kepala terbentur Memberi penerangan, gunakan senter, APD

5. Kejatuhan benda Memberi penerangan, gunakan senter, APD

6. Kebisingan Gunakan APD

7. Kesalahan manuver Pastikan line up peralatan sesuai SOP

8. Terpapar panas Gunakan APD

9. Kebocoran minyak Monitoring kebocoran minyak


pelumas di setip bearing

10. Kebakaran Sediakan APAR

11. Vibrasi Mengoperasikan kenaikan putaran turbin


sesuai parameter memantau critical speed
Sumber: Job Safety Analysis Pengoperasian Turbin PLTU Unit 3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

c. Purging H2 Generator PLTU Unit 3.

Purging H2 Generator adalah pekerjaan menghidupkan generator H2.

Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan Purging

H2 Generator

No. Bahaya Pengendalian


1. Tergelincir Pastikan area kondisi bersih dari ceceran
minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai
licin

2. Tertimpa peralatan Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang


dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area
bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan
pada tempatnya dan dalam
kondisi aman

3. Tersandung Pastikan di area kerja terutama akses jalan


untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan
ataupun barang yang dapat menyebabkan
tersandung dan selalu berhati-hati dalam
bekerja.

4. Kesalahan manuver Pastikan line Up peralatan sesuai dengan


peralatan urutan SOP dan dilengkapi dengan ceklist
peralatan, pastikan personil operator/pekerja 2
orang untuk menghindari kesalahan dalam
manuver, pastikan personil operator lapangan
selalu berkoordinasi dengan operator control
panel

Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di


5. Kepala terbentur
area kerja rambu rambu peralatan yang dapat
benda
membahayakan kerjarambu rambu peralatan
yang dapat membahayakan

Pada pemasangan CO2 botol ke line harus tepat


6. dan rapat.
Kebocoran CO2
Pastikan petugas mengerti rambu-rambu
7. peringatan dan lokasi APAR.
Kebakaran
Selalu koordinasi dengan pihak laborat untuk
8.
commit to userkadar CO2 dan Kadar H2 di dalam
pengecekan
Ledakan generator .
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Sumber: Job Safety Analysis Purging H2 Generator PLTU Unit 3.

d. Pengoperasian Air Heater Shoot Blower PLTU 3

Pengoperasian Air Heater Shoot Blower untuk membantu

memanaskan udara sebelum masuk boiler dan sisanya dikeluarkan

lewat stack.

Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan

Pengoperasian Air Heater Shoot Blower

No. Bahaya Pengendalian


1. Tergelincir Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air,
atau hal lain yang membuat laintai licin

2. Tersandung Pastikan di area kerja terutama akses jalan


untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan
kerja ataupun barang yang bukan pada
tempatnya dan dapat menyebabkan tersandung
dan selalu berhati hati dalam bekerja
3. Tersembur udara
panas atau api Pastikan saluran ignitor tip tidak buntu dan
pastikan operator dilengkapi dengan pelindung
muka
4. Kebakaran
Pastikan di area kerja dilengkapi dengan APAR

Sumber: Job Safety Analysis Pengoperasian Air Heater Shoot Blower

PLTU 3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

e. Penyalaan Burner PLTU 3

Penyalaan burner bertujuan untuk memanaskan air di dalam boiler.

Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan

Penyalaan Burner

No. Bahaya Pengendalian


1. Tergelincir Pastikan area bersih dari ceceran minyak, air, atau hal
lain yang membuat laintai licin

Pastikan di area kerja terutama akses jalan untuk


2. Tersandung bekerja tidak terhalangi oleh peralatan kerja ataupun
barang yang bukan pada tempatnya dan dapat
menyebabkan tersandung dan selalu berhati hati dalam
bekerja

3. Tersembur udara Pastikan saluran ignitor tip tidak buntu dan pastikan
panas atau api operator dilengkapi dengan pelindung muka

4. Kebakaran Pastikan di area kerja dilengkapi dengan APAR

Sumber: Job Safety Analysis Penyalaan Burner PLTU 3

f. Mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3

Mengoperasikan FO PUMP bertujuan untuk menyedot bahan bakar

bahan bakar dari kapal menuju ke tank bahan bakar.

Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan

Mengoperasikan FO PUMP

No. Bahaya Pengendalian


1. Tergelincir Pastikan area jalan kondisi bersih dari ceceran
minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai
licin

2. Tersengat listrik Pastikan sumber power maupun pengkabelan


dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi
dan grounding bagus)
commit to user

Bersambung...
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Sambungan...

3. Tertimpa peralatan Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang


dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area
bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan
pada tempatnya dan dalam
kondisi aman

4. Tersandung Pastikan di area kerja terutama akses jalan


untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan
ataupun barang yang dapat menyebabkan
tersandung dan selalu berhati-hati dalam
bekerja.

5. Kesalahan manuver Pastikan line Up peralatan sesuai dengan


peralatan urutan SOP dan dilengkapi dengan ceklist
peralatan,Pastikan personil operator/pekerja 2
orang untuk menghindari kesalahan dalam
manuver , pastikan personil operator lapangan
selalu berkoordinasi dengan operator control
panel

6. Kepala terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di


benda area kerja rambu rambu peralatan yang dapat
membahayakan kerjarambu rambu peralatan
yang dapat membahayakan

7. Di sengat binatang Berhati - hati dan waspada dan pastikan


berbisa linkungan dalam kondisi bersih dari sampah
sehingga keberadaan binatang berbisa dapat
terdeteksi

8. Kebocoran Fuel Oil Pastikan seal di duplek strainer Suction FO


Pump dan packing di FO heater terpasang
dengan baik.
9. Kebakaran
Pastikan tidak ada kebocoran minyak FO, dan
mengetahui lokasi APAR
Sumber: Job Safety Analysis mengoperasikan FO PUMP PLTU Unit 3

g. Mengoperasikan LO pump PLTU Unit 3

Mengoperasikan LO pump adalah pekerjaan menghidupkan LO pump.

Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Pada Pekerjaan

Mengoperasikan LO pump
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

No. Bahaya Pengendalian


1. Tergelincir Pastikan area jalan kondisi bersih dari ceceran
minyak, air, atau hal lain yang membuat laintai
licin
2. Tersengat listrik
Pastikan sumber power maupun pengkabelan
dalam kondisi aman dan normal (sistem isolasi
dan grounding bagus)

3. Tertimpa peralatan Pastikan area aman dari kondisi peralatan yang


dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area
bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan
pada tempatnya dan dalam keadaan aman bagi
pekerja.

4. Tersandung Pastikan di area kerja terutama akses jalan


untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan
ataupun barang yang dapat menyebabkan
tersandung dan selalu berhati-hati dalam
bekerja.

Pastikan line Up peralatan sesuai dengan urutan


5. Kesalahan manuver
SOP dan dilengkapi dengan ceklist peralatan,
peralatan
pastikan personil operator/pekerja 2 orang
untuk menghindari kesalahan dalam manuver ,
pastikan personil operator lapangan selalu
berkoordinasi dengan operator control panel
6. Kepala terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk peralatan di
benda area kerja rambu rambu peralatan yang dapat
membahayakan kerjarambu rambu peralatan
yang dapat membahayakan

Berhati - hati dan waspada dan pastikan


7. Di sengat binatang linkungan dalam kondisi bersih dari sampah
berbisa sehingga keberadaan binatang berbisa dapat
terdeteksi
8. Kebocoran minyak Pastikan seal di duplek strainer Suction LO
HSD Pump terpasang dengan baik.
9. Kebakaran Pastikan tidak ada kebocoran minyak HSD,
pastikan petugas mengerti rambu-rambu
peringatan dan lokasi APAR

commitmengoperasikan
Sumber: Job Safety Analysis to user LO pump PLTU Unit 3
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

4. Hambatan-hambatan dalam program identifikasi bahaya dengan teknik

JSA

Didalam pelaksanaan JSA di PT. Indonesia Power UBP Semarang

terdapat berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi. Adapun kendala

yang dihadapi, diantaranya adalah:

a. Kurangnya kesadaran dari tenaga kerja tentang arti Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

b. Sulitnya informasi yang didapatkan mengenai potensi bahaya dan

faktor bahaya dari tenaga kerja, karena tenaga kerja kurang

memperhatikan terhadap kemungkinan bahaya yang timbul

disekitarnya.

B. Pembahasan

1. Program Job Safety Analysis (JSA)

a. Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan

Dari Kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan PT.

Indonesia Power UBP Semarang, dapat disimpulkan bahwa pihak

manajemen mempunyai tekad/komitmen untuk menciptakan kondisi

tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi orang lain

yang memasuki area tempat kerja.

Kebijakan tersebut juga sudah di komunikasikan secara langsung

kepada seluruh tenaga kerja, tetapi belum kepada tenaga kerja proyek

yang bekerja di dalam PT. Indonesia Power UBP Semarang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Aplikasi di lapangan dari komitmen tersebut adalah dibuatnya

prosedur kerja pada setiap aktivitas pekerjaan untuk memastikan

tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan benar, dimana

prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan revisi apabila

terdapat kondisi yang mengharuskan adanya perubahan prosedur kerja

tersebut. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya

aktifitas identifikasi bahaya yang terdapat ditempat kerja yang

menghasilkan masukan-masukan untuk perbaikan/ revisi prosedur

kerja yang ada.

Untuk itu diperlukan suatu metode yang efisien dan dapat dianalisa

dengan lebih cepat dan analisa tersebut digunakan metode Job Safety

Analysis. PT. Indonesia Power UBP Semarang telah membuat serta

menerapkan Job Safety Analysis dan hal tersebut telah tertuang dalam

kebijakan Mutu, Lingkungan, K3 dan Pengamanan point 2.

Program pembuatan JSA di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power

UBP Semarang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50

Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Lampiran 1 point C.2.c.1) yang menyatakan bahwa

perlunya prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis

pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job

Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

b. Tujuan dan Sasaran Job Safety Analysis

Tujuan PT. Indonesia Power UBP Semarang menerapkan Job

Safety Analysis adalah agar setiap langkah-langkah pekerjaan yang

dilakukan dapat dianalisi potensi kecelakaan bahayanya, cara

menanggulanginya, sehingga kecelakaan yang mungkin timbul dapat

dihindari.

Tujuan dan sasaran pembuatan JSA tersebut telah sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

point dua tentang perencanaan K3 yang memuat tujuan dan sasaran

serta indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan

identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko harus

dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.

c. Penerapan teknik JSA

Didalam penerapan atau pelaksanaan di PT. Indonesia Power UBP

Semarang yang menjadi tim pelaksana adalah team assessment yang

terdiri dari Bagian K3, Supervisor dan operator dari setiap seksi yang

bersangkutan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan masukan

dari pihak yang dianggap lebih tahu dengan kondisi lapangan/ tempat

kerja dan berpengalaman dalam melakukan pekerjaan, sehingga

mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan identifikasi bahaya

keselamatan dan kesehatan serta cara penanggulangan kondisi bahaya

untuk memperbaiki prosedur kerja atau tindakan perbaikan yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada pada E. Bird Jr (1990),

dimana program analisa melibatkan pekerja yang merupakan orang

pertama yang terpapar bahaya dan supervisor yang merupakan manajer

serta pengawas dari pekerja. Proses analisa akan efektif apabila

langsung bertanya kepada pekerja yang sehari-hari bekerja dilapangan

dan berpengalaman dalam bidang tersebut. Keberadaaan Bagian K3

disini bertugas sebagai petugas khusus yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan program tersebut, hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Pemerintah tentang penerapan SMK3 Lampiran 1 point C.2.c.1) yang

menyatakan bahwa perlunya prosedur operasi/kerja harus disediakan

pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan

berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.

2. Tahapan Pembuatan Job Safety Analysis

a. Meninjau Daftar Pekerjaan

Proses inventaris pekerjaan di PT. Indonesia Power UBP Semarang

telah dilaksanakan secara menyeluruh oleh team. Proses tersebut telah

memperhitungkan jenis alat/ mesin yang dipakai tetapi belum

mencakup seluruh pekerjaan yang dilaksanakan secara tetap.

b. Menetukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa

Identifikasi yang telah dilaksanakan di PT. Indonesia Power UBP

Semarang didasarkan atas kecelakan kerja, penyebabnya kejadian

kecelakaan dan akibat kecelakaan tersebut, hal tersebut telah sesuai

dengan Teknik Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

pelaksanaan JSA diprioritaskan pada pekerjaan yang histories/catatan

kecelakaan yang berulang-ulang, mempunyai kemungkinan cacat, serta

pekerjaan baru yang timbul dari perubahan proses, bahan maupun

metode produksi pekerjaan yang telah dianalisa.

PT. Indonesia Power UBP Semarang telah melakukan Analisa

Keselamatan maupun kesehatan dengan teknik JSA namun belum

dilaksanakan pada setiap daerah kerja dan mencakup pekerjaan/tugas

yang telah diidentifikasi mempunyai histories kecelakaan yang tinggi.

c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar

Pekerjaan yang dianalisa diuraikan menjadi langkah-langkah dasar

yang terdiri dari beberapa tahap sesuai dengan aktivitas pekerjaan

tersebut. Dimana didalam menguraikan tahap-tahap pekerjaan ini

dilakukan dengan ringkas dan jelas. Penguraian tahap-tahap ini tidak

terlalu detail, mudah diingat dan mudah dikenali.

Didalam setiap langkah kerja yang dikemukakan merupakan

pedoman yang benar dengan memberikan instruksi yang jelas,

mencakup langkah atau tahap utama dari pekerjaan dan juga

memperhitungkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta

menekankan penggunaan teknik pengaman.

d. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan

Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan cara melakukan

observasi ke lapangan, untuk mengamati secara langsung bagaimana

tahapan-tahapan pekerjaan tersebut dilakukan dan kondisi bahaya apa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

saja yang mungkin timbul. Dari pengamatan yang dilakukan team

diharapkan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Apakah aktifitas yang dilakukan tenaga kerja dapat membahayakan

dirinya atau orang lain yang berada disekitar pekerja yang

melakukan tugas atau pekerjaanya.

2) Apakah peralatan yang dipakai dalam keadaan/kondisi yang aman.

3) Bagaimana kondisi lingkungan disekitar tempat tenaga kerja

melakukan aktifitas kerja.

4) Apakah tenaga kerja menggunakan material yang berbahaya/

berpengaruh terhadap keselamatan diri operator atau setiap orang

lain disekitar tempat kerjanya.

Dari pertanyaan tersebut dapat diketaui bahwa proses identifikasi

bahaya telah memperhitungkan aspek yang berhubungan dengan suatu

pekerjaan, yaitu manusia, peralatan, material dan lingkungan.

e. Mengendalikan Bahaya

Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan cara menyesuaikan

antara kegiatan produksi dengan kesesuaian pekerjaan yang dilakukan

sehingga meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang terjadi di

lingkungan pekerjaan. Cara yang paling aman untuk mengendalikan

bahaya yang dilihat dari keselamatan maupun kesehatan yaitu dengan

melibatkan tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan

yang mereka lakukan atau kerjakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Metode pengendalian yang dipakai adalah metode rekayasa teknik,

isolasi, administratif dan APD. Dimana dari pengendalian resiko yang

dilakukan belum mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian.

f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis)

Bagian K3 akan melakukan peninjauan ulang dan mengevaluasi

Job Safety Analysis (JSA) tersebut. Setelah dilakukan peninjauan ulang

dan disetujui maka akan diterima.

g. Melaksanakan atau menerapkan JSA

Dalam tahap ini bagian K3 akan memberikan latihan atau

penjelasan JSA yang telah disetujui dan dibuat oleh team assesment

kepada karyawan dan tenaga kerja yang terkait. Dilakukan pengamatan

terencana dilapangan yang dilakukan oleh team assessment kepada

tenaga-tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Setelah melakukan

pengamatan dan peninjauan ulang akan dirangkum dan dibuat file serta

diinformasikan kepada tenaga kerja.

h. Pendokumentasian dan Revisi JSA

Pendokumentasian terhadap JSA di PT. Indonesia Power UBP

Semarang belum sesuai dengan Frank E.Bird Jr (1990) yang

menyatakan bahwa JSA harus diperbaharui untuk mengetahui

kesesuaian antara prosedur kerja dan teknologi dan proses produksi

yang dipakai diperusahaan ini, karena belum adanya prosedur untuk

merevisi JSA yang telah ada jika terjadi perubahan proses produksi,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

lay out, teknologi/mesin atau jika terjadi suatu kecelakaan kerja pada

mesin atau pekerjaan tertentu.

3. Hasil Pembuatan JSA

Di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang proses

penganalisaan dengan menggunakan JSA sudah diterapkan dan

diusahakan tetapi belum mencakup semua aktivitas pekerjaan/ tugas yang

memiliki resiko kecelakaan, sehingga perlu dilakukan pembuatan JSA

disegala aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki potensi bahaya, agar

dapat menghilangkan atau meminimalisir resiko kecelakaan.

Adapun dari hasil pembuatan JSA pada pekerjaan Start Up,

Pengoperasian Turbin, Purging H2 Generator, pengoperasian Air Heater

Shoot Blower, penyalaan Burner , mengoperasikan FO PUMP ,

mengoperasikan LO pump di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP

Semarang telah ditemukan berbagai bahaya dan pengendaliannya

diantaranya adalah

a. Potensi Bahaya

1) Tersengat listrik

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan

sumber power maupun pengkabelan dalam kondisi aman dan

normal (sistem isolasi dan grounding bagus). Selain itu juga dapat

di berikan APD berupa safety shoes dan sarung tangan tahan

listrik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

2) Tergelincir

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan area

bersih dari ceceran minyak, air, atau hal lain yang membuat lantai

licin. Pengendalian lainnya yang dapat dilakukan adalah

memberikan APD berupa safety shoes.

3) Tertimpa peralatan

Pengendaliannya dengan memastikan area aman dari kondisi

peralatan yang dapat jatuh dan menimpa pekerja dilokasi/area

bekerja dan pastikan peralatan kerja disimpan pada tempatnya dan

dalam kondisi aman Selain itu perlunya penyediaan safety helm

sebagai Alat Pelindung Diri.

4) Tersandung

Pengendaliannya dengan memastikan di area kerja terutama

akses jalan untuk bekerja tidak terhalangi oleh peralatan ataupun

barang yang dapat menyebabkan tersandung. Langkah

pengendalian tersebut sudah tepat untuk mengendalikan potensi

bahaya tersandung.

5) Kesalahan Manuver peralatan

Pengendaliannya dengan memastikan line Up peralatan sesuai

dengan urutan SOP dan dilengkapi dengan cheklist peralatan.

Selain itu juga perlu peningkatan pengawasan supervisor terhadap

operator.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

6) Kepala terbentur benda

Pengendaliannya dengan memastikan ada identifikasi/petunjuk

peralatan di area kerja rambu rambu peralatan yang dapat

membahayakan kerja rambu rambu peralatan yang dapat

membahayakan. Selain itu mungkin dapat menyediakan akses jalan

lain yang tidak membahayakan pekerja dan penyediaan safety

helm.

7) Disengat binatang berbisa

Pengendalian yang dilakukan dengan memastikan area

travelling dalam kondisi bersih dari sampah sehingga keberadaan

binatang berbisa dapat terdeteksi. Pengendalian lain perlunya

diberikan pagar pengaman sehingga binatang berbisa tidak dapat

masuk ke area kerja.

8) Motor Terbakar

Pengendalian dengan memastikan sistem pendinginannya

normal, selain itu perlu dilakukan pengecekan motor apabila sudah

terlihat aus segera dilakukan penggantian.

9) Ledakan

Pada pekerjaan Start Up pengendalian yang dilakukan dengan

memastikan Relieve valve dapat bekerja sesuai dengan setingan

parameter yang rekomendasikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Pada pekerjaan Purging H2 Generator pengendalian yang

dilakukan adalah dengan koordinasi dengan pihak laborat untuk

pengecekan kadar CO2 dan Kadar H2 di dalam generator .

10) Kebakaran

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memastikan

petugas mengerti rambu-rambu peringatan dan lokasi APAR. Alat

pemadam kebakaran tidak hanya berupa APAR, tetapi juga ada

hidrant dan sprinkler. Selain itu juga perlunya dilakukan latihan

pemadam kebakaran.

11) Kebocoran CO2

Pengendalian dengan memastikan pemasangan CO2 botol ke

line harus tepat dan rapat. Perlunya peningkatan pengawasan

terhadap tenaga kerja yang mengerjakan.

12) Tersembur udara panas atau api

Pengendalian dengan memastikan saluran ignitor tip tidak

buntu dan pastikan operator dilengkapi dengan pelindung muka.

Selain itu juga wearpack serta safety shoes.

13) Kebocoran bahan bakar

Pengendalian dengan memastikan seal terpasang dengan baik.

Selain itu juga pastikan seal dalam keadaan baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

b. Faktor Bahaya

1) Radiasi panas

Pengendalian yang dilakukan memastikan pipa/saluran panas

terisolasi dengan baik dan pastikan tidak ada kebocoran panas pada

saluran pemipaan ataupun valve. Selain itu perlu dilakukan

pengukuran terhadap radiasi panas tersebut lalu dilakukan

pengendalian dengan melakukan rotasi kerja untuk mengurangi

paparan panasnya dan juga perlu disediakan pakaian tahan panas

bagi tenaga kerja.

2) Kebisingan

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan

APD, seharusnya dijelaskan juga APD yang dipakai berupa ear

plug dan ear muff.

3) Vibrasi

Pengendalian yang dilakukan dengan mengoperasikan

kenaikan putaran turbin sesuai parameter memantau critical speed.

Selain itu juga perlu dilakukan peredaman terhadap mesin yang

menimbulkan vibrasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis data yang dilakukan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai program penerapan JSA

di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang, yaitu:

1. PT. Indonesia Power UBP Semarang telah membuat suatu kebijakan

dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, salah satu penerapan

yang dilakukan dengan melakukan identifikasi bahaya keselamatan dan

kesehatan kerja dengan metode Job Safety Analysis. Dimana kebijakan

tersebut belum dikomunikasikan kepada tenaga kerja proyek.

2. Langkah-langkah pelaksanaan Job Safety Analysis adalah sebagai berikut:

a. Meninjau Daftar Pekerjaan

Dalam meninjau daftar pekerjaan belum mencakup seluruh

pekerjaan yang dilaksanakan secara tetap.

b. Menetukan Jenis Pekerjaan yang akan dianalisa

Identifikasi didasarkan atas kecelakaan kerja, penyebabnya

kejadian kecelakaan dan akibat kecelakaan tersebut, hal tersebut telah

sesuai dengan Teknik Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja

c. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar

Tahapan pekerjaan diuraikan secara ringkas dan jelas.

commit to user

78
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

d. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan

Dilakukan observasi sacara langsung ke lapangan untuk

mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dari tahapan pekerjaan.

e. Mengendalikan Bahaya

Metode pengendalian yang dipakai adalah metode rekayasa

teknik, isolasi, administrasi dan APD. Pengendalian yang dilakukan

belum mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian.

f. Mengkaji ulang JSA (Job Safety Analysis)

Sudah dilakukan peninjauan ulang dan evaluasi Job Safety Analysis

g. Melaksanakan atau menerapkan JSA

Bagian K3 akan memberikan latihan atau penjelasan tentang JSA

yang telah dibuat.

h. Pendokumentasian dan Revisi JSA

Belum adanya prosedur untuk merevisi JSA.

3. Penerapan dan pelaksanaan pembuatan JSA di PLTU Unit 3 PT.

Indonesia Power UBP Semarang sudah sesuai dengan Permenaker No.

PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman SMK3.

4. Pelaksana JSA merupakan kerjasama antara berbagai pihak yang saling

berkaitan. Team assessment terdiri dari Bagian K3, Supervisor dan

operator dari setiap seksi yang bersangkutan. Dan penanggung jawab

pelaksanaan adalah Bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

5. Potensi Bahaya di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

adalah tersengat listrik, tergelincir, tertimpa peralatan, tersandung,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

kesalahan manuver peralatan, kepala terbentur benda, disengat binatang

berbisa, motor terbakar, ledakan, kebakaran, kebocoran CO2, tersembur

udara panas atau api, kebocoran bahan bakar.

6. Faktor Bahaya yang terdapat di PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP

Semarang adalah radiasi panas, kebisingan dan vibrasi.

7. Hambatan dari program identifikasi bahaya dengan metode JSA adalah:

a. Kurang kesadaran tentang K3

b. Sulitnya informasi dari tenaga kerja sebagai orang yang terpapar secara

langsung terhadap bahaya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, maka penulis

dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlunya dikomunikasikan secara langsung kebijakan tentang K3 kepada

semua tenaga kerja dan tenaga proyek yang bekerja di lingkungan PT.

Indonesia Power UBP Semarang.

2. Perlu dibuat Job Safety Analysis di semua jenis aktivitas pekerjaan di PT.

Indonesia Power UBP Semarang.

3. Pengendalian terhadap sumber bahaya perlu dilakukan dengan pendekatan

hirarki pengendalian.

4. Perlunya dibuat Standart Operation Prosedur untuk merevi Job Safety

Analysis.

5. Perlunya dibuat poster-poster K3 untuk meningkatan kesadaran tenaga

kerja akan bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari pekerjaannya.


commit to user

You might also like