Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Nonfragmental dilaksanakan pada
hari Jumat, 31 November 2014 dan hari Senin, 23 Maret 2015 yang bertempat di ruang seminar Gedung Pertamina Sukowati Teknik Geologi Undip, yang dimana pada saat itu dilakukan pengamatan secara megaskopis terhadap batuan-batuan peraga yang telah disediakan oleh asisten. Praktikan diperintahkan untuk mengamati 6 batuan dengan jenis batuan yang berbeda-beda. Hal-hal yang diamati pada saat praktikum yaitu jenis batuan, deskripsi megaskopis, deskripsi komposisi serta memperkirakan peterogenesa dari batuan tersebut dan dapat memperkirakan nama batuan itu. Adapun batuan yang penyusun amati yaitu sebagai berikut :
4.1 Batuan Peraga Nomor BIP-35-A
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara megaskopis, dapat diambil data bahwa batuan ini mempunyai warna berwarna hijau tua keabuan. Batuan ini mempunyai tekstur berupa derajat kristalisasinya yaitu holokristalin yang dimana batuan ini tersusun atas Kristal seluruhnya selain itu tekstur lainnya berupa granularitas dari batuan ini ialah inequigranular-faneroporfiritik yang dimana Kristal-kristalnya mempunyai ukuran yang tidak seragam dengan adanya fenokris yang dikelilingi oleh masa dasar yang begitu kecil. Tekstur lainnya yaitu bentuk butirnya berupa subhedral yang dimana batas-batas bidang kristlanya sebagian tertutupi oleh mineral lain. Ukuran butir dari batuan ini yaitu sedang yang berkisar yang berkisar.Struktur pada batuan peraga berupa masif karena tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gasdan tidak menunjukkan ada nya fragmen lain. Dari data yang telah didapatkan, dapat ditarik informasi bahwa Batuan ini terbentuk dari pendinginan magma yang mendingin di zona plutonik sampai hipabisal yang karenakan dilihat dari teksturnya berupa holo kristalin. Dari ukuran butirnya, dapat ditarik informasi bahwa waktu untuk membentuk batuan cukup lama yang dikarenakan mineral yang ada dalam batuan tersebut mempunyai waktu yang cukup untuk mengkristal. Selain itu dari keterdapatan mineralnya yaitu dapat diperkirakan terbentuk dari magma basa-ultrabasa. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 30 % yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Kuarsa sebanyak 10 % yang berwarna putih bening, dengan kekerasan > 6,5 skala mohs, Biotit sebanyak 20 % yang berwarna kehitaman dengan kekerasan 2,5-3 skala mohs. dan penyusun 40 % merupakan massa dasar. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, batuan peraga BIP-35 A merupakan jenis batuan beku. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1995 merupakan Porfiri dasit.
4.2 Batuan Peraga Nomor BI-50-A
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara megaskopis, dapat diambil data bahwa batuan ini mempunyai warna berwarna hijau tua keabuan. Batuan ini mempunyai tekstur berupa derajat kristalisasinya yaitu holokristalin yang dimana batuan ini tersusun atas Kristal seluruhnya selain itu tekstur lainnya berupa granularitas dari batuan ini ialah inequigranular-faneroporfiritik yang dimana Kristal-kristalnya mempunyai ukuran yang tidak seragam dengan adanya fenokris yang dikelilingi oleh masa dasar yang begitu kecil. Tekstur lainnya yaitu bentuk butirnya berupa subhedral yang dimana batas-batas bidang kristlanya sebagian tertutupi oleh mineral lain. Ukuran butir dari batuan ini yaitu sedang yang berkisar yang berkisar.Struktur pada batuan peraga berupa masif karena tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain. Dari data yang telah didapatkan, dapat ditarik informasi bahwa Batuan ini terbentuk dari pendinginan magma yang mendingin di zona plutonik sampai hipabisal yang karenakan dilihat dari teksturnya berupa holokristalin. Dari ukuran butirnya, dapat ditarik informasi bahwa waktu untuk membentuk batuan cukup lama yang dikarenakan mineral yang ada dalam batuan tersebut mempunyai waktu yang cukup untuk mengkristal. Serta dari keterdapatan mineralnya, dapat diperkirakan batuan ini merupakan pembekuan dari magma basa karena terdapat mineral olivine. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 35% yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Olivine sebanyak 20 % yang berwarna hijau dengan kekerasan 5,5-6 skala mohs. dan penyusun 40% merupakan massa Piroksen. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, batuan peraga BIP-35 A merupakan jenis batuan beku. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1995 merupakan Gabro.
4.3 Batuan Nomor Peraga BIP-57-A
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara megaskopis, dapat diambil data bahwa batuan ini mempunyai warna Putih keabuan. Batuan ini mempunyai tekstur berupa derajat kristalisasinya yaitu holokristalin yang dimana batuan ini tersusun atas Kristal seluruhnya selain itu tekstur lainnya berupa granularitas dari batuan ini ialah inequigranular-faneroporfiritik yang dimana Kristal-kristalnya mempunyai ukuran yang tidak seragam dengan adanya fenokris yang dikelilingi oleh masa dasar yang begitu kecil. Tekstur lainnya yaitu bentuk butirnya berupa anhedral yang dimana batas-batas bidang kristlanya sebagian tertutupi oleh mineral lain. Ukuran butir dari batuan ini yaitu sedang yang berkisar yang berkisar.Struktur pada batuan peraga berupa masif karena tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain. Dari data yang telah didapatkan, dapat ditarik informasi bahwa Batuan ini terbentuk dari pendinginan magma yang mendingin di zona plutonik sampai hipabisal yang karenakan dilihat dari teksturnya berupa holokristalin. Dari ukuran butirnya, dapat ditarik informasi bahwa waktu untuk membentuk batuan cukup lama yang dikarenakan mineral yang ada dalam batuan tersebut mempunyai waktu yang cukup untuk mengkristal. Serta dari keterdapatan mineralnya, dapat diperkirakan batuan ini merupakan pembekuan dari magma basa karena terdapat mineral olivine. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 35% yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Olivine sebanyak 20 % yang berwarna hijau dengan kekerasan 5,5-6 skala mohs. dan penyusun 40% merupakan massa Piroksen. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, batuan peraga BIP-35 A merupakan jenis batuan beku. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1995 merupakan Gabro. 4.4 Batuan Peraga Nomor BI-50 -A Berdasarkan pengamatan secara megaskopis warna batuan hijau tua dengan bercak putih. Struktur batuan adalah masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi yaitu holokristalin. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang termasuk porfiroafanitik. Batas antar mineralnya yaitu euhedral atau mineral satu dengan yang lain jelas batasannya. Struktur pada batuan peraga berupa masif atau pejal yang ditunjukkan tidak adanya lubang-lubang gas pada batuan peraga. Tekstur batuan peraga berupa derajat kristalisasi yang berupa holokristalin yang berarti batuan peraga terdiri seluruhnya oleh kristal. Bentuk kristal yaitu euhedral yang berarti batas antar mineral tampak jelas. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang berarti ukuran granul pada kristal yang sama. Granularitas pada batuan peraga yaitu porfiroafanitik dengan kristal yang berukuran kecil yang mengelilingi kristal berukuran besar tidak dapat diamati secara megaskopis. Batuan ini diinterpretasikan terbentuk dari pendinginan magma basa di zona pluktonik sampai hipoabisal. Magma basa tersebut berasal dari melting kerak samudra yang dapat dijumpai pada zona pemekaran kerak samudra, island arc, ocenaic intraplate, dan oceanic rift zone. Awal mulanya magma yang berada dalam outer layer di bawah permukaan bumi merupakan magma asam yang berasosiasi dengan kerak samudra sehingga menyebabkan adanya bagian dari kerak samudra yang melting dan menjadikan produk magma yang dikeluarkan bersifat basa. Awalnya magma mengalami pembekuan di zona plutonik dan membentuk mineral plagioklas dengan kestabilan suhu sekitar 1200 derajat celsius. Kemudian batuan yang telah terisi dengan mineral plagioklas mengalami tekanan dan bergerak naik sehingga menyebabkan terjadinya penurunan suhu menjadi sekitar 1000 derajat celsius yang merupakan suhu kestabilan untuk mineral biotit. Batuan yang telah terbentuk yang menuju daerah hipoabisal dan suhu magma mengalami penurunan menjadi sekitar 600 derajat celsius sehingga terbentuklah mineral kuarsa. Saat pembentukan mineral-mineral penyusun batuan, magma juga mengalami pembekuan dengan membentuk mineral yang berukuran kecil yang diinterpretasikan pembentukan mineralnya tidak sempurna yang dapat diakibatkan oleh kestabilan tekanan atau suhu yang kurang. Ukuran kristal yang besar karena tempat pembekuan magma yang berada di pluktonik sampai hipoabisal. Waktu untuk membentuk batuan cukup lama karena batuan seluruhnya tersusun atas kristal atau holokristalin. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 50 % yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Kuarsa sebanyak 10 % yang berwarna putih bening, dengan kekerasan > 6,5 skala mohs, Biotiti dengan jumlah 20% yang memiliki sifat fisik mineral berwarna hitam, kekerasan 2,5-3 skala mohs, cerat putih dan bentuk kristal perismatik dan penyusun 50 % merupakan massa dasar. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, batuan peraga BIP-35-A merupakan jenis batuan beku non fragmental. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1955 merupakan Porfiri Andesit. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, maka dapat disimpulkan bahwa batuan peraga memiliki warna abu-abu. Struktur yaitu masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi seperti holokristalin, granularitas berupa equigranular, dengan bentuk kristal seperti euhedral. Batuan ini terbentuk atas pembekuan magma yang terjadi di zona pluktonik sampai hipoabisal. Batuan ini secara genesa termasuk batuan intrusi. 4.5 Batuan Peraga Nomor BI-43-A Berdasarkan pengamatan batuan peraga secara megaskopis warna batuan yaitu hijau kehitaman. Struktur batuan adalah masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi yaitu holokristalin. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang termasuk faneroporfiritik. Batas antar mineralnya yaitu euhedral atau mineral satu dengan yang lain jelas batasannya. Ukuran kristal penyusun batuan yaitu sedang sampai kasar atauu 2mm- 64 mm. Struktur pada batuan peraga berupa masif atau pejal yang ditunjukkan tidak adanya lubang-lubang gas pada batuan peraga. Tekstur batuan peraga berupa derajat kristalisasi yang berupa holokristalin yang berarti batuan peraga terdiri seluruhnya oleh kristal. Bentuk kristal yaitu euhedral yang berarti batas antar mineral tampak jelas. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang berarti ukuran granul pada kristal yang sama. Granularitas pada batuan peraga yaitu faneroporfiritik dengan fenokris yang dikelilingi kristal kecil yang dapat diamati secara megaskopis. Batuan ini terbentuk dari pendinginan magma di zona pluktonik sampai hipoabisal. Magma yang membentuk batuan ini diindikasikan merupakan magma intermediet basa apabila dilihat dari komposisi mineral penyusun batuan. Magma basa diperoleh dari lempeng samudra yang bersifat basa yang telah berasosiasi dari magma murni yang sejatinya bersifat asam. Magma basa umumnya dapat ditemukan di daerah MOR, Oceanic Rift zone, Island Arc, dan Oceanic Intraplate yang pada umumnya berada pada kerak samudra. Magma yang masih berada dalam zona pluktonik pada suhu 1.200 derajat celsius magma mulai mendingin dan membentuk mineral Ca-plagioklas seiring dengan berkurangnya suhu magma makan unsur Ca dapat terganti oleh Na. Saat magma membentuk plagioklas diinterpretasikan juga terbentuk olivin pada suhu yang sama. Olivin dan plagioklas yang telah bersatu menjadi batuan naik menuju permukaan sebagai akibat perbedaan tekanan. Pada suhu 1.100 derajat celsius di zona pluktonik samapi hipoabisal mineral piroksen mengalami kestabilan suhu dan terbentuk. Kemudian batuan yang telah terisi beberapa mineral terus naik dan mengalami penurunan suhu 1.000 derajat celsius sehingga stabil untuk pembentukan mineral hornblende. Batuan yang telah terbentuk tadi terus berjalan menuju permukaan bumi sehingga terjadilah penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim. Mineral olivin yang awalnya telah terbentuk karena memiliki tingka resistensi yang rendah maka diinterpretasikan saat berada dizona vulkanik hancur sebelum keluar menjadi batuan.Ukuran kristal yang besar karena tempat pembekuan magma yang berada di pluktonik sampai hipoabisal. Waktu untuk membentuk batuan cukup lama karena batuan seluruhnya tersusun atas kristal atau holokristalin. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 25% yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Piroksen sebanyak 65% dengan sifat fisik mineral yaitu berwarna hijau kehitaman, dengan kilap arang, kekerasan 5,5 6,5 skala mohs, dan warna cerat putih. Mineral lainnya yaitu hornblende sejumlah 10% dari komposisi seluruh batuan yang memiliki sifat fisik warna hitam, kilap arang, kekerasan 5,5-6,5, cerat putih dan memiliki transparansi opak. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1955 merupakan Porfiri Teralit. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, maka dapat disimpulkan bahwa batuan peraga memiliki warna abu-abu. Struktur yaitu masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi seperti holokristalin, granularitas berupa equigranular, dengan bentuk kristal seperti euhedral. Batuan ini terbentuk atas pembekuan magma yang terjadi di zona pluktonik sampai hipoabisal. Batuan ini secara genesa termasuk batuan intrusi. 4.6 Batuan Peraga Nomor 7 Warna batuan peraga secara megaskopis yaitu hitam keabuan. Struktur batuan adalah masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi yaitu holokristalin. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang termasuk faneroporfiritik. Batas antar mineralnya yaitu euhedral atau mineral satu dengan yang lain jelas batasannya. Ukuran kristal penyusun batuan yaitu sedang sampai kasar atauu 2mm- 64 mm. Struktur pada batuan peraga berupa masif atau pejal yang ditunjukkan tidak adanya lubang-lubang gas pada batuan peraga. Tekstur batuan peraga berupa derajat kristalisasi yang berupa holokristalin yang berarti batuan peraga terdiri seluruhnya oleh kristal. Bentuk kristal yaitu euhedral yang berarti batas antar mineral tampak jelas. Hubungan antar kristal yaitu inequigranular yang berarti ukuran granul pada kristal yang sama. Granularitas pada batuan peraga yaitu faneroporfiritik dengan fenokris yang dikelilingi kristal kecil yang dapat diamati secara megaskopis. Batuan ini terbentuk dari pendinginan magma asam di zona pluktonik sampai hipoabisal. Magma yang bersifat asam dapat ditemukan pada kerak benua meliputi vukanik arc, continental rift zone, dan continental intraplate. Magma asam dicirikan dengan cairan yang kental dengan kandungan silika tinggi. Magma asam yang masih berada dalam tubuh gunung api di zona pluktonik pada suhu 1.200 derajat celsius magma mulai mendingin dan membentuk mineral Ca-plagioklas seiring dengan berkurangnya suhu magma makan unsur Ca dapat terganti oleh Na. Kemudian batuan yang telah terisi beberapa mineral terus naik dan mengalami penurunan suhu 1.000 derajat celsius sehingga stabil untuk pembentukan mineral biotit. Batuan yang telah terbentuk mineral plagioklas dan biotit berjalan naik dan di zona hipoabisal pada kondisi lingkuangan yang sesuai yaitu suhu stabil 600 derajat celsius maka terbentuk mineral kuarsa. Batuan yang telah terbentuk keluar ke permukaan bumi saat terjadi erupsi gunungapi. Ukuran kristal yang besar karena tempat pembekuan magma yang berada di pluktonik sampai hipoabisal. Waktu untuk membentuk batuan cukup lama karena batuan seluruhnya tersusun atas kristal atau holokristalin. Komposisi penyusun batuan peraga yaitu berupa plagioklas sebanyak 40% yang memiliki warna putih keruh, dengan kekerasan 5,5-6,5 skala mohs. Biotit sebanyak 30% dengan sifat fisik mineral yaitu berwarna hitam, dengan kilap kaca, kekerasan 2,5 - 3 skala mohs, dan warna cerat putih. Mineral lainnya yaitu kuarsa sejumlah 30% dari komposisi seluruh batuan yang memiliki sifat fisik warna putih bening, kilap kaca, kekerasan 7 skala mohs, cerat putih dan memiliki transparansi. Nama batuan peraga menurut tabel klasifikasi Russel B. Travis, 1955 merupakan Porfiri Monzonit Kuarsa. Berdasarkan deskripsi secara megaskopis, maka dapat disimpulkan bahwa batuan peraga memiliki warna abu-abu. Struktur yaitu masif. Tekstur batuan seperti derajat kristalisasi seperti holokristalin, granularitas berupa equigranular, dengan bentuk kristal seperti euhedral. Batuan ini terbentuk atas pembekuan magma yang terjadi di zona pluktonik sampai hipoabisal. Batuan ini secara genesa termasuk batuan intrusi.