Professional Documents
Culture Documents
. Kadar air
Botol timbang dikeringkan terlebih dahulu selama 1 jam dalam oven pada suhu
105C, lalu didinginkan dalam eksikator dan kemudian beratnya ditimbang (x).
Sampel ditimbang seberat 5 gram (y), dimasukkan ke dalam botol timbang, kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 4 6 jam pada suhu 105C, lalu didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang kembali. Pekerjaan ini diulang sampai 3 kali, hingga
dicapai berat konstan (z). Adapun rumus penentuan kadar air sebagai berikut:
2. Kadar abu
Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105C selama beberapa jam, kemudian
didinginkan dalam eksikator dan berat awal ditimbang (x). Sampel bahan ditimbang
dengan berat kira-kira 5 gram (y) dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel
tersebut dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai titik berasap lagi,
kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400 600C. Sesudah
sampel abu berwarna putih, seluruh sampel diangkat dan didinginkan dalam eksikator.
Setelah kira-kira 1 jam sampel ditimbang kembali (z). Adapun rumus penentuan kadar
Prinsip analisa adalah pengukuran kadar nitrogen (N) dari sampel dengan
1. Tahap Destruksi
2. Tahap Destilasi
3. Tahap Titrasi
Cara Kerja :
Kira-kira sebanyak 0.3 g sampel (X) ditimbang dengan menggunakan
mula-mula pada posisi low selama 10 menit, kemudian pada posisi medium
selama 5 menit dan high sampai larutan menjadi jernih dan berwarna hijau
dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml aquadest yang tidak
penyuling dipasang dengan cepat di atas alat penyuling. Proses penyulingan ini
diteruskan hingga semua N telah tertangkap oleh H2SO4 yang ada di dalam
erlenmeyer atau bila 2/3 dari cairan dalam labu penyuling telah menguap
(Tahap Destilasi).
Labu erlenmeyer yang berisi hasil sulingan tersebut diambil dan kelebihan
titrasi berhenti setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan yang
4. Kadar lemak
Cara Kerja :
dalamnya, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 110C selama 1 jam.
selongsong yang terbuat dari kertas saring dan ditutup dengan kapas yang
bebas lemak.
Alat FATEX-S diatur suhunya pada 60C dan waktu selama 25 menit. Proses
merubah suhu pada 105C sampai alat FATEX-S berbunyi. Proses ekstraksi
Selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam alat pengering oven dengan suhu
Prinsip : Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak dapat larut dalam
H2SO4 0.3 N dan dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut dipanaskan selama 30
menit. Serat kasar terdiri dari sellulosa, hemisellulosa, lignin dan silika serta sebagian
pentosan-pentosan.
Cara Kerja :
Sampel ditimbang seberat 1 gram (x) dan dimasukkan ke dalam gelas piala 500
selama 30 menit.
Setelah itu ke dalam gelas piala ditambahkan pula 25 ml NaOH 1.5 N dan terus
agar api tidak terlalu besar dan cairan tidak meluap dan tumpah.
Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan
Kertas saring dan isisnya yang telah dikerngkan didinginkan dalam eksikator
Setelah itu kertas saring dan isinya dipijarkan di dalam tanur sampai menjadi
kemudian larutan ditambahkan beberapa tetes asam asetat sampai warna larutan
digunakan HCl dalam pembuatan larutan abu, filtrat hasil saringan terakhir
Selagi panas (70 80C) dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4 0,01N
Kertas saring dimasukkan dan titrasi dilakukan sampai terjadi warna merah
P enentuan _-
Karoten
Pereaksi:
Peralatan:
3. Pompa vakum
Cara Kerja:
dalam labu soxhlet, refluks selama 1 jam atau lebih dengan kecepatan 1 3
tetes per detik sampai tidak ada lagi warna yang terekstrak, didinginkan pada
suhu ruang dan ditepatkan volume hasil ekstraksi menjadi 100 ml dengan
heksana.
Alternatif lain, ditambahkan pelarut ke dalam sampel yang sudah digiling halus
dan dibiarkan di dalam tempat gelap semalam pada suhu ruang. Kemudian
ekstrak didekantasi atau disaring, dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,
residu dicuci, kemudian ditepatkan sampai tanda tera dengan heksana. Larutan
(ekstrak dikeluarkan).
Lapisan atas dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml yang telah berisi 9 ml
aseton dan diencerkan sampai tanda tera dengan heksana (jika didinginkan
supercel ( 1 + 1 ).
adsorben.
Dengan menggunakan vakum secara kontinyu pada kolom, dimasukkan 50 ml
Karoten akan melewati kolom secara cepat. Band (pita) xantofil, produk
Hasil elusi dikumpulkan, jika warna larutan terang, dipekatkan dengan tekanan
Warna diukur pada 436 nm. Alat diatur pada 100% T dengan menggunakan
dibuat.
dalam 2.5 ml kloroform dan dibuat menjadi 250 ml dengan petroleum eter (1
ukur 100 ml yang terpisah. Masing-masing labu ukur diisi dengan 3 ml aseton.
konsentrasinya akan menjadi 0.5, 1.0, 2.0, 2.5, dan 3.0 g per ml.
Optikal density (OD) larutan ini diukur pada 452 nm dengan menggunakan
Setelah itu dibuat grafik hubungan antara optical density dengan konsentrasi _-
karoten.
Sebanyak 200 300 g bahan ditimbang dan dihancurkan dalam waring blender
ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan akuades sampai tanda, lalu
filtratnya.
Perhitungan :
1 ml 0,01N Iodium = 0,88 mg asam askorbat
Kategori: Metode Penetapan Kadar Air Abu Protein Lemak Beta Karoten Kalsium dan Vitamin
C
Tagged: analisa beta karoten, analisa kadar abu, analisa lemak, analisa pangan, literatur pangan,
metode penetapan protein, metode penetapan vitamin C, penetapan beta karoten, penetapan
kalsium
Rardiaz Sri Kandi, 1992, Polusi Air Dan Udara, Canisius, Jakarta.
RS. Ramalho,1977,Introduction to Wastewater Treatment Processes, Academic Press, New York.
Labels: Analisa klorometris, Analisa spektrofotometri, oksidasi, Prinsip Percobaan, proses fiksasi
4.2 Bahan
1.Aquades;
2.Sampel.
V. CARA KERJA
5.1 Metode Gravimetri
5.1.1 Persiapan
Siapkan dua buah cawan penguap (mulut lebar), 1 buah cawan pijar (cawan kecil) dan satu lembar
kertas saring bebas abu. Cawan-cawan yang telah bersih dipanaskan 6000C selama 1 jam, kemudian
masukkan ke dalam desikator, setelah itu ditimbang sampai konstan. Kertas saring bebas abu
dibasahi dengan akuades, kemudian dipanaskan pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian
dimasukkan ke dalam desikator dan ditimang. Sehingga didapat berat masing-masing sebagai
berikut :
Berat cawan penguap 1 = a gram;
Berat cawan penguap 2 = b gram;
Berat cawan pijar = c gram;
Berat kertas saring = d gram.
5.1.2 Pengukuran Zat Padat
1.Total Solid (TS), FTS, dan VTS
Masukkan 25 ml contoh air (sedikit-sedikit ke dalam cawan ) , dan uapkan di atas water bath dan
uapkan sampai kering;
Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven suhu 105 0C selama 1 jam;
Dinginkan cawan tersbut dalam desikator 15 menit, kemudian timbang(e gram);
Cawan yang berisi TS masukkan ke dalam oven 5500C selama 15 menit, turunkan suhu sampai
1050C, sampai suhu stabil;
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang (f gram).
2.Total Dissolved Solid (TDS)
Saring 25 ml contoh air dengan kertas saring bebas abu;
Filtrat uapkan pada cawan 2 di atas water bath sampai kering;
Masukkan cawan ke oven 1050C selama 1 jam;
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang ( g gram);
Cawan yang berisi TDS masukkan ke dalam oven 5500C selama 15 menit, turunkan suhu ke 1050C,
sampai suhu stabil;
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang (h gram).
3.Total Suspended Solid
Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan dipanaskan ke dalam
oven 1050C selama 1 jam;
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang (i gram);
Panaskan cawan tersebut pada suhu 5500C selama 15 menit, turunkan suhu ke 1050C, sampai
suhu stabil;
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang ( j gram).
5.2 Metode sentrifuge
5.2.1 Persiapan
Siapkan 2 buah cawan penguap (mulut lebar). Cawan cawan yang lebih bersih dipanaskan pada
suhu 5500C 1 jam. Kemudian masukan ke dalam desikator, setelah itu ditimbang sampai konstan.
Didapat :1. Berat cawan penguap I = a gram
2. Berat cawan penguap II = b gram
5.2.2 Pengukuran Zat Padat
1. Total Disolved Solid (TDS), FDS, VDS
o Masukkan zat terlarut ke dalam cawan penguap I, uapkan di atas water bath sampai kering(setelah
di sentrifuge dengan kec 4.103 rpm, 10 menit);
o Kemudian masukkan ke dalam furnace dengan suhu 1050C jam;
o Dinginkan dalam desikator 15 menit , tmbang (c gram);
o cawan yang ada TDS nya dimasukkan kedalam furnace suhu 5500C selama 15 menit, turunkan
suhu ke 1050C, sampai suhu stabil;
o inginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang ( d gram).
Dirjen. Penyelidikan Permasalahan Air, 1981, Pedoman Pengamatan Kualitas Air, Departemen PU,
Jakarta.
Rardiaz Sri Kandi, 1992, Polusi Air Dan Udara, Canisius, Jakarta.
V. CARA KERJA
2,5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi;
Tambahkan 1,5 larutan digesti;
Kemudian tambahkan 3,5 ml H2SO4 Ag2SO4. Aduk hingga homogen;
Letakkan tabung yang berisi larutan tersebut kedalam COD reaktor, panaskan pada suhu 1500 C
selama 2 jam;
Setelah dingin, titrasi dengan FAS 0,05N dengan menggunakan 1 tetes indikator ferroin sehingga
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah coklat;
Diperlukan percobaan blanko dengan cara yang sama;
Untuk sampel dilakukan dengan pengenceran.
PEHITUNGAN :
COD sebagai mg O2 = (A B)Nx8000
Sampel
Dimana :
A = ml FAS untuk blanko
B = ml FAS untuk sampel
N = normalitas FAS
DAFTAR PUSTAKA
http//www.cdnet.edu.cn/mirror/Indonesia_college/www.undip.ac.id/fakultas/ft/lingkungan/isi
www.id.wikipedia-org/wiki
www.jala.or.id
Perhitungan
BOD(5 C) = (DO0 - DO5) (B0 B5)(1 p)hari 20
p
DAFTAR PUSTAKA
Alaert.G dan Sri Sumestri Santika,Msc. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Metclaf,Eddy. 2003. Waste Water Engineering Design. Mc.Graw Hill. New York
Selain itu di air limbah domestik murni, jumlah fosfor total dapat berkisar antara 15 mg P/L, sedangkan
pada air limbah tercampur, antara domestic dan industri, konsentrasi fosfor dapat mencapai 50 mg P/L.
Jenis analisa yang akan diuraikan disini cukupsederhana dan terdiri dari 4 langkah bertahap yang dapat
digabungkan, sehingga setiap unsur fosfat dapat ditentukan. Langkah tersebut antara lain adalah:
a. Penyaringan pendahuluan pada filter membran untuk memisahkan fosfat terlarut yang tersuspensi;
b. Hidrolisa pendahuluan untuk merubah polifosfat menjadi ortofosfat;
c. Peleburan pendahuluan dengan asam sulfat untuk merubah semua polifosfat serta fosfat organis
menjadi ortofosfat;
d. Analisa ortofosfat.
Gangguan dalam langkah pendahuluan yaitu penyaringan, hidrolisa, dan peleburan, pada umumnya
dapat diabaikan. Gangguan biasanya terjadi pada analisa ortofosfat dan zat-zat yang mempengaruhi
hasil analisa adalah:
Arsen, bila konsentrasi 0,1 mg As/e
Krom (IV) dan nitrit, hasil analisa P turun 3% bila konsentrasi Cr(VI) dan turun 10 sampai 15% bila
konsentrasi Cr(VI)
Sulfida bila konsentrasinya > 1 mg S/e
Silikat bila konsentrasinya > 10 mg SiO4-/e
DAFTAR PUSTAKA
APHA, AWWA, WPCF, 15 th ed, Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater.
Washington.
Dirjen. Penyelidikan Permasalahan Air, 1981, Pedoman Pengamatan Kualitas Air, Departemen PU,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Kridiasto, Indradi.2002.Model Simulasi Pencemaran Udara Dengan Metode Sistem
Dinamis.Department_of_Environmental_Engineering.
DAFTAR PUSTAKA
Hafidawati.2002.Pencemaran Udara.Departmen of Enviromental Engineering.
Hendra, Yulia.2002.Pengukuran Konsentrasi Policyclic Aromatic Hidrocarbons (PAHs) Atmosferik Pada
Fase Gas dan Partikulat. Departmen of Enviromental Engineering.
Sampling
Air sample of SPM (suspended particulate matter) is collected on the filter using by High Volume Air
Sampler.
The sampling rate is usually 1m3/min. The sampler is shown on the right. The PUFP (poly urethane form
plug) is attached in the backward of the filter to collect semi-volatile compounds such as complexes of
PCBs and Dioxins. These compounds contains the various congener and isomers, and show the wide
range of physical properties (for example vapor pressure).
The sample is extracted by Soxhlet apparatus. The extract is cleaned up with sulfuric acid treatment,
column cleanup etc. and then concentrated to less than 1.0ml for the determination using by HR(High
Resolution)/HR (High Resolution) GC/MS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Wark & Warner (1981), pengertian pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih
kontaminan di atmosfer pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan
pengaruh buruk pada manusia, hewan, tumbuhan atau material serta dapat mengganggu kenyamanan
dan kesejahteraan hidup.
Menurut PP No. 41, tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, definisi pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien turun atau tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sumber Pencemaran Udara menurut EPA (Environmental Protection Agency) ada 3 yaitu :
a. Sumber tetap
Sumber emisi berada pada posisi tetap dari waktu ke waktu.
Contohnya cerobong asap industri, misalnya emisi SO2 dari cerobong PLTU;
b. Sumber bergerak
Sumber bergerak menghasilkan pencemar yang bergerak dari waktu ke waktu, seperti alat-alat
transportasi;
c. Sumber alamiah
Seperti letusan gunung berapi dan angin yang meniup debu dari tanah.
Penyebab pencemaran lingkungan merupakan peristiwa penyebaran suatu zat dengan kadar tertentu
yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun
fungsinya, sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Salah satu pencemaran lingkungan yang
sedang bergejolak pada masa sekarang adalah pencemaran udara.
Mekanisme pencemaran udara terjadi apabila kontaminan di udara telah memenuhi persyaratan
(kuantitas, lama berlangsung, maupun potensial bahaya) maka kontaminan itu disebut sebagai polutan
atau zat pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran. Mekanisme pemaparan kontaminan di udara
merupakan suatu sistem yang terdiri atas tiga komponen dasar, yaitu sumber emisi, atmosfer dan efek
bagi reseptor/penerima.
Wujud pencemar udara di atmosfer :
1. Pencemar berbentuk gas
Polutan gas adalah zat pencemar berupa fluida tak berbentuk yang menempati ruangan di mana gas
tersebut dilepaskan, berperilaku seperti udara dan tidak mengendap dari atmosfer. Yang termasuk
dalam kategori ini misalnya SO2, NO, NO2, O3, HC, dan CO.
2. Pencemar berbentuk partikulat
Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal lebih besar dari 0,002
m tetapi lebih kecil dari 500 m yang tersuspensi di atmosfer dalam kondisi normal. Sumber emisi
alami partikulat yang penting seperti debu tanah, proses vulkanis, uap air laut, pembakaran liar, reaksi
gas alami. Emisi partikulat tergantung pada aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar
fosil (seperti transportasi kendaraan bermotor), industri (proses dan bahan bakar industri), dan sumber-
sumber non industri (misalnya pembakaran sampah).
Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu pencemaran berbentuk partikulat. PM10 adalah
material yang terdispersi di udara, baik berbentuk padat maupun cair yang berukuran kecil dari 10 m.
PM10 terdiri atas partikel halus berukuran kecil dari 2,5 m dan sebahagian partikel kasar berukuran 2,5
sampai 10 m. Sumber PM10 berbeda untuk setiap daerah, tergantung dari aktivitas di daerah tersebut.
Dari penelitian di Hanoi Vietnam 2002, sumber PM10 berasal dari transportasi (46 %), pembakaran batu
bara (17 %), debu tanah (16 %), kendaraan (10 %), pembakaran zat organik (6 %), sea spray (5 %)
BAB III
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DAN PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Face plate pada bagian elutriator;
Elutriator;
Motor pompa vakum;
Tripod;
Neraca Analitik dengan ketelitian 0,1g;
Filter;
Pinset;
Kompas, untuk penentuan arah angin;
Hygrothermometer, sebagai pengukur suhu dan kelembapan;
Barometer, untuk pengukur tekanan udara;
Desikator, yang digunakan untuk mengkondisikan filter selama minimal 24 jam sebelum dan setelah
sampling dilakukan.
3.2 Prosedur Praktikum
3.2.1 Sebelum Praktikum
Bersihkan filter yang digunakan dengan menggunakan sikat kecil;
Filter dikondisikan selama 24 jam, kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
(pemberian nomor pada filter dilakukan sebelum penimbangan). Sebelum sampling dilakukan filter tidak
boleh dilipat;
Setelah ditimbang letakkan filter di dalam file box yang telah diisi silica gel dan dilapisi kertas
alumunium foil
Tutup rapat file box dengan selotip, agar uap air tidak masuk.
3.2.2 Pada Saat Praktikum
Siapkan sumber arus listrik, pastikan voltase alat sama dengan voltase sumber arus listrik;
Pasang tripod setinggi 1-1,5 m sebagai tempat untuk meletekkan elutriator;
Pasang filter dengan rapi diantara face plate yang terletak pada slang yang akan menghubungkan
elutriator dengan pompa vakum;
Hidupkan LVS dan atur laju aliran sampai 20 l/menit pada tombol pengatur laju aliran;
Catat kecepatan aliran udara setelah alat hidup 5 menit. Biarkan sampling berlangsung selama 1 jam;
Catat kondisi meteorology (suhu, tekanan udara, kelembapan udara, arah, dan kecepatan angin)
minimal setiap 10 menit, dan apabila sampling berakhir catat kembali laju aliran udara;
Setelah praktikum berakhir, matikan alat LVS, face plate dibuka dan filter dikeluarkan, filter dilipat
sedemikian rupa sehingga bagian yang mengandung partikulat tersuspensi saling berhadapan;
Masukkan filter tersebut ke dalam plastik;
Kondisikan filter dalam desikator selama minimal 24 jam;
3.2.3 Setelah Praktikum
Timbang filter yang telah dikondisikan minimal 3 kali pengukuran untuk masing-masing filter.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten Laboratorium Kualitas Udara. 2007. Modul Praktikum Monitoring Kualitas Udara. Jurusan
Teknik Lingkungan. Universitas Andalas : Padang
www.google.com
www.wikipedia .com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara adalah unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan di mana semuanya ini membutuhkan udara untuk tetap dapat mempertahankan
hidupnya. Udara ambien yang dihirup oleh makhluk hidup dikenal dengan kualitas udara ambien
merupakan hal pokok yang harus tetap dijaga kualitasnya, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan
fungsinya. Udara yang tercemar mempunyai tingkat konsentrasi bahan pencemar baik dalam bentuk gas
maupun padat lebih tinggi dari yang umumnya terdapat di lingkungan alam. Nitrogen dioksida
merupakan pencemar udara yang berwarn coklat kemerahan dan berbau tajam. NO2 berasal dari emisi
kendaraan bermotor dan kegiatan industri
Pada keadaan normal, sebagian besar udara terdiri atas oxygen dan nitrogen (90%). Tetapi, aktivitas
manusia dapat merubah komposisi kimiawi udara sehingga terjadi pertambahan jumlah species,
ataupun meningkatkan konsentrasi zat-zat kimia yang sudah ada. Aktivitas manusia yang menjadi
sumber pengotoran/pencemaran udara adalah buangan industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran
di rumah-rumah dan di ladang-ladang. Zat-zat sebagai akibat aktivitas manusia ini dapat digolongkan
pada :
Zat kimia;
Zat fisis;
Zat biologis.
Dalam praktikum ini, kita hanya membahas tentang zat kimia pengotor/pencemar udara : sulfur
dioksida, ozon, nitrogen oxida.
Sulfur dioksida, sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-
sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan
reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akancepat berubah
menjadi SO2 sebagai berikut :
H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O
Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak terbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi akan
memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil, fosil seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik
adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas
dan peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi. SO2 adalah
kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami konveksi menjadi asam
sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat
terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanent pada
paru-paru. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batubara
yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak
sepertiganya saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun. Akan tetapi, karena hamper seluruhnya berasal dari
buangan industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini
bertambah dikemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi
lebih banyak SO2 daripada sumber alamiah.
Sulfur dioksida atau SO2 adalah bagian dari Sox. Gas ini dengan mudah larut dalam air. Sumber SO2
dapat berasal dari pembakaran batubara, industri, dan kendaraan umum.
Ozon, Ozon adalah gas yang tidak stabil, berwarna biru, mudah mengoksidasi, dan bersifat iritan yang
kuat terhadap saluran pernapasan. Ozon didapat secara alamiah di dalam stratosfir dan sebagian kecil di
dalam troposfir, ozon juga merupakan konstituen dari smog (smoke and fog). Secara artificial Ozon
didapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar Rontgen, dan
spektograf. Karena ozon bersifat bakterisidal, maka Ozon seringkali sengaja dibuat untuk dipakai sebagai
disinfektan. Ozon termasuk ke dalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi
fotokimia NOx dan HC.
Pencemaran ozon dapat menimbulkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar
ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu,
logam, cat, dlsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya
keanekaragaman hayati.
Ozon adalah gas yang dikomposisikan oleh tiga atom oksigen. Pada tingkat dasarnya dibentuk oleh
reaksi kimia antara NOx dan senyawa volatil organic (VOC). Ozon dapat menjadi efek yang baik maupun
buruk tergantung pada lokasi ozon di atmosfir. Emisi kendaraan bermotor dan emisi industri merupakan
sumber ozon yang buruk.
Nitrogen oxida, species nitrogen oxida yang sering didapat di dalam atmosfir adalah NO, NO2, ataupun
N2O. Baik NO maupun N2O didapat dalam udara yang tidak tercemar, sedangkan N2O adalah zat yang
tidak pernah ada di dalam udara yang murni. Sumber utama nitrogen oxida adalah pembakaran. Oksida
nitrogen (NOx) adalah kontributor utama smog dan deposisi asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan
senyawa organic volatile membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) di
dalam smog fotokimia dan dengan air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan asam.
Smog fotokimia berbahaya bagi kesehatan manusia karena menyebabkan kesulitan bernafas pada
pendirita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan,
serta menurunkan visibilitas. Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila gas NOx membentuk
partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke permukaan Bumi) dapat membahayakan tanam-tanaman,
pertanian, ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan sungai lalu
melepaskan logam berat dari tanah serta mengubah komposisi kimi air. Hal ini pada akhirnya dapat
menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air. Oksida nitrogen diproduksi terutama dari proses
pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam.
Nitrogen oksida yang terjadi ketika panas pembakaran menyebabkan bersatunya oksigen dan nitrogen
yang terdapat di udara memberikan berbagai ancaman bahaya. Zat nitrogen oksida ini sendiri
menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi di atmosfir, zat ini membentuk partikel-partikel
nitrat amat halus yang menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika
bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam. Selain itu, zat-
zat oksida ini juga bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar
matahari dan membentuk ozon rendah atau smog kabut berwarna coklat kemerahan yang
menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
Nitrogen dioksida merupakan pencemar udara yang berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO2
berasal dari emisi kendaraan bermotor dan kegiatan industri.
BAB III
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DAN PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.1.1 Alat-Alat
Pompa vakum;
Tabung impinger yang berisi absorban;
Tabung impinger yang berisi silica gel atau wool;
Selang penghubung;
Spektrofotometer;
Tabung film;
Termos yang berisi es;
Absorban;
Kompas, untuk penentuan arah angin;
Hygrothermometer, pengukur suhu dan kelembapan;
Barometer, pengukur tekanan udara;
Kuvet spektrofotometer;
Pipet takar 10 ml;
Bola hisap;
Labu ukur 25 ml;
Tripod;
Kotak trap;
Kotak impinger.
3.1.2 Bahan
Larutan penyerap NO2;
Larutan penyerap TCM;
Larutan penyerap O3;
Larutan iodin 0,05 N;
Indikator amilum 0,2 %
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan di atmosfer pada jumlah atau durasi
tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia, hewan,
tumbuhan atau meterial serta dapat mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup.
Metode pengukuran yang digunakan adalah adsorbsi pada permukaan filter. Udara dihisap melalui filter
fiber glass dengan kecepatan aliran uadara (flow rate) 1,13 1,70 m3/mnt atau 40 60 ft3/mnt. Dengan
rentang kecepatan aliran udara tersebut, partikulat yang berukuran <100 m (diameter aerodinamik)
akan tertahan dan menempel pada permukaan filter
Metode tersebut digunakan untuk mengukur konsentrasi partikulat tersuspensi di udara ambien dengan
satuan g/m3, dengan cara menimbang berat partikulat yan tertahan di permukaan filter dan
menghitung volume udara yang terhisap. Kecepatan aliran udara akan tercatat pada kertas debit udara
yang terhisap.
Selain menentukan konsentrasi partikulat, filter hasil sampling juga dapat digunakan untuk mengetahui
komposisi kima yang terkandung dalam partikulat tersebut, misal: sulfat, nitrat, amonium, Cl, dan
elemen logam.
Partikulat tersuspensi adalah salah satu pencemar utama yang terdapat di udara berupa zat padat/cair
yang halus, dan tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog. Partikulat diemisikan
secara alami dan dari aktivitas antropogenik. Efeknya sangat luas terhadap kesehatan akibat senyawa-
senyawa toksik yang terkandung di dalamnya. Salah satu kriteria yang umum digunakan dalam
penempatan stasiun pemantau kualitas udara adalah background lokal non-urban, yaitu di lokasi yang
masih bebas dari aktivitas antropogenik.
Debu adalah zat padat berukuran antara 0,1 sampai 2,5 mikron, sedangkan fumes adalah zat padat hasil
kondensasi gas, yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. Dengan demikian fumes
berukuran sangat kecil, yakni kurang dari 1 mikron. Asap adalah karbon (C) yang berdiameter kurang
dari 0,1 mikron, akibat pembakaran hidrant karbon yang kurang sempurna. Jadi, partikulat ini dapat
terdiri atas zat organik dan anorganik.
Dalam SNI 19-4840-1998 tentang Metode Pengujian Kadar Partikel Debu di Udara Secara Gravimetri
dengan Menggunakan High Volume Air Sampler (HVS). Metode ini digunakan untuk memperoleh
besarnya partikel debu di udara.
Mekanisme pencemaran udara terjadi apabila kontaminan di udara telah cukup memenuhi persyaratan
(kuantitas, lama berlangsung, maupun potensial bahaya) maka kontaminan itu disebut sebagai polutan
atau zat pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran. Mekanisme pemaparan kontaminan di udara
merupakan suatu sistem yang terdiri dari atas tiga komponen dasar, yaitu sumber emisi, atmosfer, dan
efek bagi reseptor/penerima. Proses berkelanjutan di udara tergantung pada jenis kontaminan yang
dibebaskan.
Kendala-kendala dalam pelaksanaan analisis data kualitas udara ambien disebabkan oleh antara lain :
Tidak adanya data konsentrasi background udara yang belum tercemar yang dapat digunakan sebagai
acuan menentukan pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia;
Pemantauan kualitas udara secara kontiniu dan otomatis baru dilaksanakan di 10 kota, dan ada lebih
banyak lagi kota yang tidak memiliki sistem pemantau;
Jumlah stasiun pemantau di kota yang telah memiliki jaringan pemantau juga masih terbatas dan
belum cukup untuk mewakili variasi spesial pencemar;
Bila sudah ada kegiatan pemantauan di kota-kota yang belum memiliki alat pemantau otomatis,
umunya kegiatan tersebut difokuskan pada lokasi-lokasi yang dekat dengan jalan raya, tidak
mempertimbangkan kemungkinan adanya sumber-sumber pencemar lain yang mungkin ada dan
memberikan kontribusi yang cukup dominan;
Pemantauan pada lokasi reseptor sensitif di luar daerah perkotaan, dimana dampak terhadap
lingkungan dapat terjadi tetapi sumber pencemar berada di lokasi lain bisa dikatakan tidak ada;
Dana yang tersedia untuk pemantauan dan pengoperasian alat-alat pemantau otomatis yang sudah
ada sangat terbatas, sehingga dalam banyak kasus tidak semua stasiun pengamat dapat beroperasi. Hal
ini menyebabkan terdapatnya kehilangan data pencemar udara yang diperlukan untuk menentukan
ISPU
BAB III
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DAN PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Face Plate (plat bagian depan) dan gasket;
Filter adapter;
Motor pompa vakum;
Neraca analitik, dengan ketelitian 0,1 mg;
Filter fiber glass;
Pinset;
Kompas, untuk penentuan arah angin;
Hygrothermometer, pengukur suhu dan kelembaban;
Barometer, pengukur tekanan udara;
Desikator, digunakan untuk mengkondisikan filter selama minimal 24 jam sebelum dan setelah
sampling dilakukan.
3.2 Prosedur Praktikum
3.2.1 Sebelum Praktikum
Bersihkan filter fiber yang digunakan dari kotoran dengan menggunakan sikat kecil;
Filter dikondisikan selama 24 jam kemudian ditimbang dengan neraca analitik (pemberian nomor
pada filter dilakukan sebelum penimbangan). Sebelum sampling dilakukan filter tidak boleh rusak;
Setelah ditimbang, letakkan filter dalam file box yang telah diisi dengan silica gel dan dilapisi dengan
kertas atau alumunium foil;
Tutup rapat file box dengan selotip/plester agar tidak berkontak dengan udara luar.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten Laboratorium Kualitas Udara. 2007. Modul Praktikum Monitoring Kualitas Udara Jurusan
Teknik Lingkungan. Universitas Andalas : Padang
www.google.com
www. Wikipedia .com