You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Anomalous Retinal Correspondence (ARC) adalah suatu keadaan binokuler


dimana kedua fovea mempunyai arah penglihatan yang berbeda, atau arah visual
mempunyai perangsangan pada daerah fovea pada satu mata dan di retina perifer pada
mata pasangannya. ARC merupakan suatu mekanisme adaptasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya diplopia sewaktu menggunakan penglihatan binokuler, seperti yang
ditemukan pada strabismus. Jadi ARC merupakan adaptasi sensorik terhadap kondisi
abnormal dari motorik.(1,2,3)
Pengaturan visual secara normal membutuhkan input dari kedua mata. Titik pada
masing-masing retina bergabung menentukan pengaturan binokuler pada persepsi
penglihatan kita. Normal Retinal Correspondence (NRC) adalah keadaan dimana arah
visual pada masing-masing fovea adalah sama. Istilah retinal correspondence sebenarnya
merupakan penempatan yang kurang tepat karena hubungan antara arah visual dengan
kedua fovea terjadi pada tingkat kortek serebri bukan pada retina. (1)
Menurut J. Lang (1988) sekitar 85 % dari semua pasien strabismus konvergen
mengalami ARC.(4)ARC yang terjadi pada strabismus akan menghalangi keberhasilan
pengobatan strabismus.(2) ARC dipikirkan dapat diobati dan banyak metode pengobatan
yang diajukan.(4) Oleh karena itu perlu diketahui pemeriksaan-pemeriksaan apa saja yang
dilakukan untuk mengetahui keadaan ARC tersebut.

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

Anomalous Retinal Correspondence(ARC)

Jika daerah retina pada kedua mata distimulasi secara simultan menghasilkan
sensasi subyektif dengan arah yang sama disebut dengan corresponding. Jika stimulasi
stimultan pada daerah retina kedua mata menghasilkan arah visual yang berbeda atau
diplopia disebut noncorresponding. Jika daerah retina yang corresponding pada kedua
mata memperlihatkan hubungan yang sama pada fovea masing-masing mata terjadi
normal retinal correspondence (NRC). Jika terdapat hubungan yang berbeda antara dua
retina yang corresponding terjadi keadaan anomalous retinal correspondence (ARC).(5)
Normal tajam penglihatan secara umum adalah 20/20 (6/6) pada masing-masing
mata. Sistem sensorik binokuler berfungsi baik jika tajam penglihatan 20/20 pada
masing-masing mata. Normal ketajaman juga menggambarkan normal fiksasi monokuler
pada masing-masing mata.(1) Anomalous correspondence adalah suatu suatu mekanisme
pertahanan sensorik terhadap diplopia untuk mempertahankan binokuler vision yang
rudimenter sebagai respon terhadap suatu strabismus pada keadaan awal (early onset).(1,6)
ARC merupakan suatu adaptasi sensorik untuk mengatasi diplopia yang terjadi
pada strabismus developmental. Keberadaannya menunjukan suatu perbedaan yang
bermakna antara horizontal objective angle of deviation (H) dan subjective angle of
directionalization (S). Perbedaan antara kedua sudut-sudut ini adalah angle of anomaly
(A). Sedikit kesalahan pengukuran dapat diabaikan. Pada strabismus sudut kecil,
dispensasi kesalahan 1-2 dan pada sudut besar sampai 5 masih bisa ditolerir saat
membandingkan H dan S. Sehingga makin besar strabismusnya lebih banyak toleransi
kesalahan pengukuran. Secara teoritis sudut H dan S haruslah sama pada NRC (sudut A
adalah 0 dalam ukuran), namun ukuran-ukuran klinis tidaklah harus persis tepat. Hal ini
khususnya bila pasiennya adalah anak yang tidak kooperatif atau pengamat yang kurang
teliti.(6,7)

Terdapat tiga sudut yang terkait dengan ARC, hubungan ketiganya dapat dilihat
berikut ini :

2
A=HS

Dimana : A adalah angle of anomaly, merupakan sudut yang berhadapan dengan pusat
rotasi mata terhadap fovea dan terhadap subjective angle of deviation
H adalah objective angle of deviation
S adalah Subjective angle of directionalization

Gambaran NRC dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini ;

Gambar 2. Sudut anomaly (A), merupakan sudut yang berhadapan dengan


rotasi mata pada visual aksis dan subjective angle of deviasi. . (6)

Gambar 1. Normal retinal correspondence. (6)

Diplopia mungkin terjadi ketika terdapat strabismus yang baru muncul serta NRC.
Zero point, target point, distimulasi secara perifer dan menghasilkan diplopia homonim
kecuali bila terdapat supresi perifer yang kuat. Supresi tampaknya bertempat di fovea dari
mata yang berdeviasi guna mencegah overlapping dari dua gambaran fovea yang berbeda
(seperti konfusi). ARC hanya dapat muncul sebagai respon terhadap strabismus selama

3
masa awal kanak-kanak bila terdapat sifat plastisitas kortikal dengan memperhatikan arah
visual binokuler.(6)
Ada tiga tipe anomalous correspondence ;

Harmonius ARC (HARC)
Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan posisi pseudo-
fovea (zero point) yang sudah menetap untuk mengimbangi penyimpangan sudut
pada strabismus. Merupakan tipe ARC yang sering terjadi. Pada pasien dengan
harmonius ARC, penyimpangan sudut sama dengan deviasi pada strabismus.

Unharmonius ARC (UNHRC)
Terjadi apabila sudut strabismus tidak tepat pada daerah pseudo-fovea sehingga
bayangan target tidak jatuh pada daerah pseudo-fovea. Kebanyakan pasien dengan
unharmonious ARC menyembunyikan bayangan target, sehingga tidak terjadi
diplopia. Disini penyimpangan sudut lebih kecil dari deviasi.

Paradoxical ARC
Tipe paradoxical sering terjadi setelah pembedahan over koreksi eksotropia.(1,6,8)

Etiologi ARC

Dasar neurofisiologis ARC tidak diketahui, namun banyak yang


mengamsumsikan terletak pada korteks visual yang memediasi arah visual binokuler.
Neuron-neuron binokuler pada kortek striata nampaknya mampu membandingkan
gambaran dari kedua mata, mendeteksi perbedaan diantara mereka dan menghubungkan
titik-titik retina yang berkorespondensi. Pendapat klasik adalah bahwa normal
correspondence merupakan bawaan lahir.(6)
ARC merupakan suatu adaptasi sensorik didapat (acquired) terhadap strabismus
selama masa awal pertumbuhan, bila korteks visual masih lunak dan mampu membentuk
suatu perangkain baru dari elemen-elemen kortikal yang nonkorespondensi. Individu-
individu yang telah matur secara visual berumur 6 tahun atau yang mendapat strabismus
setelah itu hampir tidak akan mengalami ARC.(6)

4
Menurut Morgan, ARC merupakan suatu fenomena motorik (lebih tepat bila
dibanding dengan adaptasi sensorik),ini diangggap sebagai teori motorik dari ARC. Hal
ini berarti bahwa serangan strabismus terjadi pada saat mata bergerak, abnormal
perjalanan neuron memberikan perubahan pada posisi mata menjadi registered pada
mekanisme perceptual arah visual.(6) Teori sensorik lebih cocok pada harmonius ARC,
sedangkan teori motorik mempunyai persamaan untuk semua tipe anomalus
correspondence.(1,6)

Pemeriksaan ARC

Correspondence dapat dinilai secara tidak langsung dengan membandingkan


sudut H dan S. Sudut anomali (A) secara sederhana dihitung dengan mengurangi sudut
subyektif (S) dari sudut obyektif (H). Sering secara klinis digunakan hasil test alternate
cover pada titik jauh terhadap sudut H dan hasil test dissociated red lens pada titik jauh
untuk sudut S. Sudut anomaly A dapat juga diukur langsung tanpa ketergantungan
terhadap penghitungan dari H dan S. Sebagian besar test klinis ARC untuk menentukan A
secara tak langsung dengan menghitung perbedaan antara H dan S.(6,9,10)
Test yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bagolini Striated Lenses

Test ini merupakan test yang cepat, sederhana dan informatif untuk ARC pada
pasien strabismus. Uji kaca bagolini terdiri dari lensa-lensa optik plano dengan alur-alur
halus yang sama sekali hampir tidak membuat kabur penglihatan sekelilingnya tetapi bila
kaca ini untuk melihat titik sumber cahaya maka akan tanpak sebagai garis terang. Prinsip
optiknya sama dengan Rod Maddox, kaca bagolini ini dipasang pada bingkai kaca mata
tertentu. Kaca bagolini ditempatkan di depan mata penderita sedemikian rupa sehingga
garis-garis alur berorientasi OD 135 derajat dan OS 45 derajat. Pengujian ini dikerjakan
pada jarak 33 cm atau 6 m. Jika pasien esotropia pada ARC tipe harmonious, pasien
melaporkan melihat satu cahaya sentral pada perpotongan garis seperti pada gambar di
bawah ini : (5,6,11)

5
Gambar 3. Test Bagolini striated glass untuk retinal correspondence dan supresi. (5)

2. Afterimages

Test afterimage adalah test yang digunakan untuk menentukan apakah pasien
NRC atau ARC. Test ini dapat dilakukan dengan menutup sebuah flesh kamera dengan
pita hitam dan dibuka hanya celah yang sempit, pusat yang ditutupi dengan pita hitam
berfungsi sebagai titik fiksasi, baik untuk melindungi fovea dari pengaruh luar. Test ini
memerlukan perangsangan makula pada masing-masing mata. Persepsi yang mungkin
terjadi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : (5,6)

Gambar 4. Test
Afterimage. A,
adalah lokasi
normal pada
normal

6
correspondence NRC. B, Lokasi anomalous correspondence (ARC) pada kasus esotropia. C, lokasi pada kasus eksotropia (dikutip dari Von Noorden GK
dalam Binoculer Vision and Oculer Mortility, 2002). (5)


Jika pasien NRC , 2 afterimage akan terlihat menyilang dengan satu celah
(corresponds di fovea pada masing-masing mata) pada daerah sentral.

Jika pasien esotropia dan ARC, afterimage dari kedua mata akan terlihat seperti
menyilang (paradoxical diplopia response)

Jika pasien eksotropia kiri dan ARC, afterimage dari kedua mata akan terlihat
tidak menyilang (paradoxical diplopia response). (5)

3. Red Glass Test

Test ini memerlukan stimulasi kedua mata, pada daerah fovea mata yang fiksasi
dan ekstrafovea mata pasangannya. Pertama dipilih mata yang mengalami deviasi,
kemudian red glasss diletakkan di depan mata yang tidak mengalami deviasi sewaktu
pasien fiksasi pada cahaya putih. Tes ini dapat pada jarak jauh dan dekat. Diplopia
ditemukan jika pasien melihat kedua cahaya yaitu cahaya merah dan cahaya putih seperti
terlihat pada gambar di bawah ini : (5,6)

7
Gambar 5. Red Glass Test untuk supresi ARC ( dikutip dari Von Noorden GK dalam Binocular Vision and Ocular Mortility,2002). (5)

Respon yang mungkin ditemikan pada test ini adalah :



Pasien melihat satu cahaya merah dan satu cahaya putih. Jika pasien esotropia
bayangan yang muncul dapat berpindah (uncrossed). Respon ini merupakan
homonymous atau uncross, diplopia.

Jika pasien melihat 2 cahaya yang berhimpit kemudian muncul warna merah
muda walaupun diduga esotropia atau eksotropia, ditemukan lokalisasi abnormal
pada retina. Keadaan ini diketahui sebagai harmonious anomalous retinal
correspondence.

Jika pasien melihat 2 cahaya tetapi terpisah antara 2 bayangan, keadaan ini
merupakan unharmonious anomalous retinal correspondence.(5)

4. Bifoveal Test of Cppers

Kebanyakan test-test ARC memiliki satu atau lebih kekurangan, sebagian besar
umumnya karena pengaruh ekstrafoveal. Test bifoveal dari Cppers dapat menghilangkan
faktor tersebut. Test ini khususnya berguna dalam menilai korespondensi pada kasus-
kasus amblyopia strabismik. Test ini dilakukan dengan melakukan visuscopy dalam
keadaan penglihatan binokuler guna mengukur sudut A.(5,6)

5. Amblyoscope testing

Amblioskop testing dapat juga digunakan untuk mengetahui keadaan pasien NRC
atau ARC. Dengan amblyoscop pemeriksa menemukan objective angle, sudut dimana
bayangan target pada 2 fovea menunjukan tidak bergerak dengan pergantian pemberian
target. Jika bayangan dilihat berhimpit, dengan keadaan sudut antara lengan amblyoscope
sama dengan objective angle, coorespondence adalah normal. Jika tidak sama,
corerpondence adalah anomalous.(5,6)

8
Gambar 6. Test dengan Mayor Amblyoscope pada retinal correspondence. A, normal retinal correspondence (NRC). B, harmonious retinal
correspondence (HARC). C, unharmonious retinal correspondence (UHARC). (dikutip dari Von Noorden GK, dalam Binocular Vision and Ocular
Motility, 2002). (5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kirschen DG. Undedrstanding Sensory Evolution. In. Clinical Strabismus


Management. W.B Saunders Company : Philadelphia.1999.p.22-34.
2. Cormack GM. Normal Retinopatic Mapping in Human Strabismus With Anomalous
Retinal Correspondence Investigative Opthalmology & Visual Science.1990 :3 (31) :
559-568
3. Noorden GV. Sensory Signs and Symptoms In Strabismus. In . Binocular Vision and
Ocular Motility. Mosby Company : St Louis. 1980. p. 213-274.
4. Lang J. Anomalous Retinal Correspondence Update. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmology. 1988 : 226 ; 137 140.
5. Skuta GL, Cantor LB,. Weiss JS, Sensory Physiology And Pathology. In. Pediatric
Ophthalmology and Strabismus. American of Ophthalmology ; Singapore. 2008.
p.41-65
6. Griffin JR , Grisham JD. Sensory Adaptation to Strabismus. In Binocular Anomalies
Diagnosis And Vision Therapy. Butterworth Heinemann;Amsterdam.2002. p.135-185.
7. Rosner J. Pediatric Optometry. Second Edition. Butterworths; Boston.1990.p.225-387.

9
8. Wright KW. Visual Development, Amblyopid and Sensory Adaptations In. Pediatric
Ophthalmology And Strabismus. Mosby; St. Louis. 1995.p. 199-137.
9. Nelson LB, Olitsky SE. Sensory Adaptation Strabismus. In. Harleys Pediatric
Ophthalmology. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia. 2005. p.
137-142.
10. Cibis GW. Sensory Testing in Strabismus. In. Pediatric Ophthalmology. BC
Decker: Kansas. 1993. p. 306-307.
11.Von Noorden GK. Atlas Strabismus. EGC: Jakarta. 1988.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN . 1

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN . 2


2.1 Klasifikasi Anomalous Retinal Correspondance (ARC) .. 2
2.2 Etiologi ARC 4
2.3 Pemeriksaan ARC 5

DAFTAR PUSTAKA . 11

10
Tinjauan Kepustakaan Rencana dibacakan:
Rabu, 29 April 2009
Jam 08.30 -selesai

PEMERIKSAAN
ANOMALOUS RETINAL CORRESPONDENCE
( ARC)

DAHLINA
MUSLIM

11
SUB BAGIAN STRABISMUS
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2009
Tinjauan Kepustakaan

PEMERIKSAAN
ANOMALOUS RETINAL CORRESPONDENCE
( ARC)

DAHLINA
MUSLIM

12
SUB BAGIAN STRABISMUS
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2009

13

You might also like