Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal
napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang
mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena
patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok
karena perdarahan, sepsis, rudak paksa / trauma pada paru atau bagian tubuh
lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau
metadon. (Arif Muttaqin, 2009).
ARDS adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001)
2. EPIDEMIOLOGI
Institusi kesehatan nasional memperkirakan pada tahun 2010 terdapat 150 ribu
kasus baru dari ARDS pertahunnya di Amerika Serikat, dengan insiden sebesar
75 kasus per 100.000/tahun. Insiden ARDS sangat sulit untuk ditentukan
keakuratannya karena perubahan dari definisi, kegagalan untuk mendapatkan data
yang komplit dan keragu-raguan tentang populasi yang benar. Dari beberapa
kemungkinan studi Kohort yang baru-baru ini ditemukan lebih banyak
peningkatan kecepatan tingkat insidensi, yaitu berubah dari 1,53,5
kasus/100.000/tahun di Pulau Kanari menjadi 4,88,3 kasus/100.000/tahun di
Negara Utah. Studi lain menemukan insiden 4,5 dan 3,0 per 100.000/tahun di U.
Kingdom dan di Berlin.
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan tahap terjadinya
a) Tahap Exudatif : ditandai dengan pembentukan cairan yang
berlebihan, protein serta sel inflamatori dari kapiler yang kemudian
akan menumpuk kedalam alveoli
b) Tahap Fibroproliferatif : pada tahap ini akibat dari respon terhadap
stimuli yang merugikan maka akan dibentuk jaringan ikat dengan
beberapa perubahan struktur paru sehingga secara mikroskopik jaringan
paru tampak seperti jaringan padat. Dalam keadaan ini pertukaran gas
pada alveolar akan sangat berkurang sehingga tampilan penderita secara
klinis seperti pneumoni.
c) Tahap Resolusi dan pemulihan : Pada beberapa penderita yang dapat
melampaui fase akut akan mengalami resolusi dan pemulihan. Udem
paru ditanggulangi dengan transport aktif Na, transport pasif Cl dan
transport H2O melalui aquaporins pada sel tipe I , sementara protein
yang tidak larut dibuang dengan proses difusi, endositosis sel epitel dan
fagositosis oleh sel makrofag. Akhirnya re epitelialisasi terjadi pada sel
tipe II dari pneumosit.yang berproliferasi pada dasar membarana
basalis. Proses ini distimulasi oleh growth factors seperti KGF.
Neutrofil dibuang melalui proses apoptosis.
4. ETIOLOGI
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti, banyak faktor penyebab yang
dapat berperan pada gangguan ini menyebabkan ARDS tidak disebut sebagai
penyakit tetapi sebagai sindrom. Sepsis merupakan faktor risiko yang paling
tinggi, mikroorganisme dan produknya (terutama endotoksin) bersifat sangat
toksik terhadap parenkim paru dan merupakan faktor risiko terbesar kejadian
ARDS, insiden sepsis menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50%
(Susanto,2012).
5. FAKTOR RESIKO
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung .
Trauma langsung pada paru
Pneumoni virus,bakteri,fungal
Contusio Paru
Aspirasi cairan lambung
Inhalasi asap berlebih
Inhalasi toksin
Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
Trauma tidak langsung
Sepsis
Shock
DIC ( disseminated Intravaskular Coagulation )
Pankretitis
Uremia
Overdosis Obat
Idiophatic ( tidak diketahui )
Bedah Cardiobypass yang lama
Transfusi darah yang banyak
PIH (Pregnand Induced Hipertension )
Peningkatan PIH
Terapi radiasi
6. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
7. MANIFESTASI KLINIS
Sindroma gawat pernafasan akut terjadi dalam waktu 24-48 jam setelah
kelainan dasarnya. Di awali penderita akan merasakan sesak nafas, dan bisanya
berupa pernafasan yang cepat dan dangkal. Karena rendahnya kadar oksigen
dalam darah, kulit terlihat pucat atau biru, dan organ lain seperti jantung dan otak
akan mengalami kelainan fungsi. Hilangnya oksigen karena sindroma ini dapat
menyebabkan komplikasi dari organ lain segera setelah sindroma terjadi atau
beberapa hari/minggu kemudian bila keadaan penderita tidak membaik.
Kehilangan oksigen yang berlangsung lama bisa menyebabkan komplikasi serius
seperti gagal ginjal. Tanpa pengobatan yang tepat, 90% kasus berakhir dengan
kematian. Bila pengobatan yang diberikan sesuai, 50% penderita akan selamat.
Karena penderita kurang mampu melawan infeksi, mereka biasanya menderita
pneumonia bakterial dalam perjalanan penyakitnya. Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan:
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Analisa Gas Darah: hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena
hipersensitivitasi), hiperkapnia (pada emfisemia atau keadaan lanjut).
Alkalosis respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi
asidodid respiratorik
- Leukositosis (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi inflamasi
sistemik dan kerusakan endotel), peningkatan kadar amylase (pada
pankreatitis).
- Gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati, tanda koagulasi intravascular
diseminata (sebagai bagian dari MODS/ multiple organ dysfunction
syndrome)
2. Radiologi
- Foto Toraks: pada awal proses, dapat ditemkan lapangan paru yang
relative jernih, serial foto kemudian tampak bayangan radio-opak
difus atau patchy bilateral dan diikuti pada foto serial berikutnya lagi
gambaran confluent, tidak terpengaruh gravitasi, tanpa gambaran
kongesti atau pembesaran jantung
- CT scan toraks: pola heterogen, predominasi infiltrate pada area dorsal
paru (foto supine) (Amin, 2010) .
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Walaupun tidak ada terapi yang spesifik untuk menghentikan proses inflamasi,
penanganan ARDS difokuskan pada 3 hal penting yaitu:
Penggunaan EMCO untuk ARDS hasilnya masih controversial. Hasil yang baik
diperoleh pada penderita ARDS karena trauma pada stadium dini yaitu kurang
dari 5 hari. (Emmy Hermiyanti, 2011)
10. KOMPLIKASI
11. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap penyakit ARDS antara lain:
a. Meskipun faktor risiko untuk ARDS diketahui, tidak ada tindakan
pencegahan yang sukses telah diidentifikasi. Cairan manajemen hati
dalam pasien berisiko tinggi dapat membantu. Karena pneumonitis
aspirasi merupakan faktor risiko untuk ARDS, mengambil tindakan
yang tepat untuk mencegah aspirasi (misalnya, mengangkat kepala
tempat tidur dan mengevaluasi mekanik menelan sebelum memberi
makan pasien berisiko tinggi) juga dapat mencegah beberapa kasus
ARDS.
b. Pada pasien tanpa ARDS pada ventilasi mekanik, penggunaan volume
pasang surut yang tinggi tampaknya menjadi faktor risiko untuk
pengembangan ARDS, dan, karenanya, penggunaan volume tidal
rendah pada semua pasien pada ventilasi mekanik dapat mencegah
beberapa kasus pada ARDS.
c. Konsultasi
Pengobatan pasien dengan ARDS memerlukan keahlian khusus
dengan ventilasi mekanis dan pengelolaan penyakit kritis. Dengan
demikian, adalah tepat untuk berkonsultasi dengan dokter yang
mengkhususkan diri dalam pengobatan paru atau perawatan kritis atau
ICU.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Mukty, H.A., 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:
Airlangga University Press
Eloise M. Harman,MD. Rajat, Walia, MD. 2012. Acute Respiratory Distress
Syndrome. http://www.emedicine.com/med/topic70.htm. (di akses pada
06 Maret 2015 pukul 11.55 WIB)
Kowalak, Jennifer. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. EGC: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan; Salemba Medika.
Pranggono, Emmy H. 2011. BASIC AND ADVANCES IN THE
MANAGEMENT OF ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(ARDS). Subbagian Pulmonologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Dr.
Hasan Sadikin: FK Unpad Bandung (Online)
(http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/basic_and_advance
s_in_the_management.pdf
Susanto, Yupus Subagio.,Sari, Fitrie Rahayu. 2012. Penggunaan Ventilasi
Mekanis Invasif Pada Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS).
(online).http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/01/jri-2012-
32-1-44.pdf. Diakses 15 Maret 2015.
(online).http://www.lung.org/assets/documents/publications/lungdiseasedata/ldd08c
hapters/LDD-08-ARDS.pdf Diakses pada tanggal 9 Maret 2015
(online).http://allergycliniconline.com/2012/05/06/penanganan-terkini-acute-
respiratory-distress-syndrome-ards/ (di akses pada 06 Maret 2015 pukul
12.09 WIB)