You are on page 1of 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Otonomi Daerah sebagai implementasi pemberlakuan UU No.12 tahun

2008 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai revisi dari UU No.32/2004)

telah membawa banyak perubahan khususnya dalam paradigma pengelolaan

daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih

luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Sebagaimana

dikemukakan (Hoessein, 2001) :

Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan


pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenarnya
menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai
masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan
masyarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula disebut
otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan
kepada daerah atau pemerintah daerah.

Pada dasarnya tujuan utama dari pelaksanaan kebijakan otonomi

daerah adalah membebaskan pemerintah pusat dari segala tugas-tugas

pemerintahan yang membebani dan dinilai tidak perlu karena lebih efektif jika

ditangani oleh pemerintah daerah. Dengan demikian pusat lebih banyak

waktunya untuk mengamati dan merespon setiap perkembangan yang terjadi

di dunia global untuk dijadikan pertimbangan dari setiap kebijakan yang akan

diambil.
2

Jika ditinjau dar aspek sosial, terdapat ragam maslah yang kemudian

sering terabaikan dari kacamata kebijakan pemerintah daerah seperti

kurangnya upaya yang serius untuk mengurangi pengaruh sosial yang

mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural apalagi jika

lebih diperparah dengan kurangnya akses masyarakat untuk memeperoleh

pengetahuan dan keterampian serta informasi yang digunakan untuk

kemjuan masyarakat ditambah dengan kurangnya berkembangnya

kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang merupakan sarana

untuk melakukan interaksi serta memperkuat ketahanan dan perlindungan

bagi masyarakat.

Melihat kondisi tersebut, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah

untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam

masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat

berhasil dengan baik baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial

maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih

menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus

pembangunan daerah dengan mengangkat bidang oahraga sebagai potensi

masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah

daerah.
3

Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang

sistem keolahragaan nasional menjelaskan bahwa olahraga merupakan

bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga

keberadaan dan peranan olahraga dalam kehiduan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas

dalam sistem hukum nasional.

Permasalahan keolahragaan baik tingkat nasional maupun daerah

semakin kompleks dan berkaitan dengan dinamika sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat dan bangsa serta tutuntutan perubahan global sehingga

sudah saatnya pemerintah memperhatikan secara menyeluruh dengan

memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan

oahraga dan masyarakat, sekaligus sebagai instrumen hukum yang mampu

mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dan

daerah pada masa kini dan masa yang akan datang.

Dalam undang-undang tersebut, memperhatikan asa desentralisasi,

otonomi dan peran serta masyarakat, keprofesionalan,kemitraan,

transparansi dan akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan dan

pengembangan keolahragaan nasional diatur dalam semangat otonomi

daerah guna mewujdkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mapan

secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan


4

keolahragaan ini tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus

ditagani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan

dan pengembangan keolahragaan dilakukan melalui pembentukan dan

pengembangan hubungan kerja para pihak terkait secara harmonis, terbuka,

timbal balik, sinergis dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi dan

akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat

diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berperan

serta dalam kegiatan keolahragaan, memungkinkan semua pihak untuk

melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk

memperoleh haknya, serta memungkinkan berjalannya mekanisme kontrol

untuk menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan

sasaran keolahragaan nasional bisa tercapai.

Sekali lagi digambarkan dalam UU tersebut bahwa sistem

keolahragaan nasional merupakan keseluruhan subsistem keolahragaan

yang saling terkait secara terencana, teradu dan berkelanjutan untuk

mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud antara

lain, pelaku olahraga, organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan

prasarana olahraga, peran serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan

termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga

nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh

subsistem keolahragaan nasioanl diatur dengan memperhatikan keterkaitan


5

dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan

berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem antara lain, melalui

peningkatan koordinasi antar lambaga yang menangani keolahragaan,

pemberdayaan organisasi keolahragaan, pemberdayaan sumber daya

manusia keolahragaan, pengembangan sarana dan prasarana, peningatan

sumber dan pengelolaan pendanaan serta penataan sistem pembinaan

olahraga secara menyeluruh.

Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada dalam ruang kedaulatan

NKRI, Kota Palopo sendiri mempunyai tanggung jawab yang serupa untuk

melaksanakan pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konteks

pengembangan daerah. Dalam konteks keolahragaan, Kota Palopo

merupakan daerah dengan potensi keolahragaan yang cukup menjanjikan

dalam prospek pembangunan sosial dengan berorientasi pada produktifitas

masyarakat yang tentu saja membutuhkan stimulus bagi peningkatan

pengelolaan sumberdaya lokal secara optimal berdasarkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan mengingat perkembangan pembangunan dalam

bidang keolahragaan ini masih cukup baik dan dominan dalam menyerap

potensi-potensi masyarakat jika terdapat saling bantu antara stakeholder di

daerah untuk mengembangkannya. Selain itu bidang ini dapat menampung

dan memberikan ruang-ruang kreativitas sebagai wadah aktualisas angkatan

muda untuk dapat diarahkan kearah pembangunan sosial yang positf


6

mengingat sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa dalam tubuh

yang sehat terdapat jiwa yang kuat, hal ini kemudian dapat mengurangi

tingkat patologi masyarakat yang kemudian jika ini diterapkan di Kota Palopo

sebagai sebuah kota yang mampu mengembangkan potensi masyarakatnya.

Namun dalam pengamatan penulis terkait hal ini, upaya pemerintah

daerah masih kurang efektif dan efisien sehingga kemudian keberdayaan

masyarakat terutama di bidang keolahragaan masih terbatas pada minat dan

bakat yang belum terwadahi, akses terhadap sumber daya dalam

peningkatan produktivitas masyarakatnya disamping itu ketersediaan sarana

dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal diatas.

Bertolak dari latar diatas kemudian keinginan penulis untuk

mengelaborasi lebih jauh mengenai pemberdayaan masyarakat terutama

dalam pengembangan potensi keolahragaan. Dengan mengangkat judul

penelitian Peranan Dinas Pemuda dan Olahraga Dalam Pembinaan Atlit

Di Kota Palopo.
7

1.2. Rumusan Masalah

Merujuk dari beberapa pernyataan mengenai implementasi Otonomi

Daerah di Kota Palopo dalam bidang olahraga, maka dalam penelitian ini

yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana peranan Dinas Pemuda dan Olahraga dalam pembinaan

atlit untuk peningkatan prestasi di bidang olahraga ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Dinas Pemuda dan

Olahraga untuk peningkatan prestasi atlit di Kota Palopo?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam malakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan peranan Dinas Pemuda dan Olahraga dalam

peningkatan prestasi olahraga di Kota Palopo.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pemuda

dan Olahraga dalam pembinaan atlit di Kota Palopo.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja

Dinas Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan prestasi bidang

olahraga di Kota Palopo.


8

3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis, dari hasil penelitian ini kemudian dapat menjadi

masukan dan bahan evaluasi bagi pelaksanaan program pemerintah

daerah Kota Palopo dan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata.

b. Manfaat Akademis, dapat memberikan tambahan teori/ literatur dalam

studi pemberdayaan masyarakat bidang olahraga dengan

singkronisasinya terhadap penyelenggaraan otonomi daerah.

c. Kegunaan Metodologi, hasil dalam penelitian ini kemudian dapat

menjadikan sebuah dorongan moril dalam penelitian selanjutnya

mengenai pembahasan yang serupa tentunya.

1.4. Kerangka Konseptual

Dalam program pembangunan nasional sangat penting kirannya

memperhatikan adanya pegembangan sumber daya manusia dalam

pemberdayaan masyarakat yang ada agar dapat memberikan manfaat, guna

pencapaian tujuan tersebut. Paradigma pemerintah daerah saat ini yang

ditandai dengan ditetapkannya undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan


9

pelayanan, pemberdayaan, peran pemerintah dan peningkatan kualitas

daerah.

Dalam hal pemberdayaan masyarakat itu sendiri, pemerintah daerah

kemudian mempunyai peran dalam memaksimalkan proses peningkatan

kualitas olah raga yang diharapkan nantinya mampu mengarahkan potensi

keolahragaan Kota Palopo dalam tahap perkembangan yang signifikan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005

menggambarkan bahwa keolahragaan daerah ditata sebagai suatu

bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pengembangan

dan pembinaan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga,

pemantauan dan pemanduan, serta peningkatan dan pengembangan bakat

prestasi. Penahapan tersebut diarahkan untuk pemasalahan dan

pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada

tingkat daerah atau sebiasa mungkin dapat mencapai level nasional atau

bahkan internasional. Semua penahapan tersebut melibatkan unsur

keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan dan organisasi olahraga dalam

masyarakat. Sesuai dengan penahapan tersebut, seluruh ruang lingkup

olahraga dapat saling bersinergi.

Dalam pemberdayan masyarakat bidang olah raga, ditangani oleh

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Bidang


10

Keolahragaan) yang kemudian mempunyai fungsi untuk membina dan

menyiapkan sumber daya pendukung bagi tercapainya tujuan pemberdayaan

masyarakat tersebut melalui tahapan-tahapan pembinaan melalui metode

pelatihan dan mendayagunakan organisasi-organisasi masyarakat sebagai

pendukung keberhasilan program tersebut dengan revitalisasi peran

masyarakat sebagai faktor utama keberhasilan peningkatan olahraga mulai

dari keluarga, sekolah sampai ke lembaga keolahragaan. Selanjutnya melihat

bahwa upaya pembinaan tidak hanya dapat bermodalkan sebuah semangat

melainkan diperlukan adanya upaya untuk melakukan langkah dan strategi

pembiayaan yang memungkinkan tersedianya sarana dan prasarana yang

mendukung dan memadai. Perlu adanya pengalokasian dana yang masuk

akal dari pemerintah daerah bagi program-prolam pelatihan daerah terpadu

bagi bibit-bibit potensial serta mengupayakan pewadahan bagi penelusuran

potensi keolahragaan daerah.

Dari temuan empirik dilapangan selama kurun waktu ini

pemberdayaan keolahragaan lebih banyak merujuk dalam penyediaan

sarana dan prasarana pendukung dengan pembangunan beberapa lapangan

untuk bidang olahraga tertentu. Namun peranan pemerintah daerah Kota

Palopo dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olahraga sebatas ini hanya untuk

menstimulasi produktivitas masyarakat namun tidak tersistem dengan baik


11

Dari deskripsi diatas, maka untuk mempermudahkan arah penelitian

dan penulisan skripsi nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran

dari skema kerangka konsep dalam kaitannya dengan peranan Dinas

Pemuda dan Olahraga dalam pembinaan atlit di Kota Palopo. Adapun

kerangka konseptual yang dimaksud adalah sebagai berikut :


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Peran

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran

dan fungsi dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Dalam melaksanakan

perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal

ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosialnya.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran

sebagai berikut :

a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia adalah

pemain sandiwara atau pemain utama.

b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam

sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang

diberikan

c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003),

mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut :

a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa

peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan

b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalikan bahwa peran

merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public

support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan


13

dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan

didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki

kredibilitas.

c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen

atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses

pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran

bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga

pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang

bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.

d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai

suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha

pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang

melandasi persepsi ini dalah bertukar pikiran dan pandangan dapat

meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa

ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess).

e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya

mengobati masalah masalah psikologis masyarakat seperti halnya

perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri

dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam

masyarakat.

Peran merupakan aspek yang dinanis dalam kedudukan (status)

terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya


14

sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto,

2002; Soekamto, 1984:237).

Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan, yaitu ketentuan peranan, gambaran peranan dan harapan

peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang

perilaku yang harus ditampilkan seseorang dalam membawa perannya.

Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara

aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Dari berbagai

pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan

dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya

dalam pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pengaturan

masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto bahwa

peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang

melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka

ia telah melakukan sebuah peranan.

2.2. Tinjauan tentang Pemerintah

Pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyuruh

melakukan sesuatu. Istilah pemerintahan diartikan sebagai perbuatan dalam

artian bahwa cara, hal urusan dan sebagainya dalam memerintah (Sri

Soemantri, 1976: 17), sehingga secara etimologi, dapat diartikan sebagai

tindakan yang terus menerus (kontinue) atau kebijaksanaan dengan

menggunakan suatu rencana maupun akal (rasio) dan tata cara tertentu
15

untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki (Utrecht, 1986: 28).

Sedangkan definisi lain mengartikan bahwa pemerintah ialah jawatan atau

aparatur dalam susunan politik (Muhammad Yamin, 1982: 112).

Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan

publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam usaha

mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah segala

kegiatan dalam badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif

(C.F. Strong).

Pemerintahan dalam arti luas dari definisi di atas mengungkapkan

bahwa segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan

kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu sendiri, jadi tidak

diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja,

melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif.

Pemerintah dalam hal ini melingkupi semua urusan negara.

Dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,

yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah kepala daerah, yaitu

kepala daerah pada umumnya, seperti gubernur, bupati, dan wali kota, serta

anggota DPRD. Kedudukan anggota DPRD sederajat sama tinggi dengan

bupati, di mana kepala daerah memimpin bidang eksekutif dan DPRD

bergerak di bidang legislatif. Dalam hal pembuatan peraturan daerah


16

(PERDA), kepala daerah dan anggota DPRD harus bersama-sama dalam

pembuatan PERDA. Tugas utama kepala daerah sebagai unsur pemerintah

daerah adalah memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab penuh

atas jalannya pemerintahan daerah.

Bintoro Tjokroamidjojo dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi

Pembangunan menyebutkan pula peranan dan fungsi pemerintah sebagai

berikut : Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan

masyarakat tergantung pada beberapa hal; pertama adalah filsafat hidup

kemasyarakatan dan politik masyarakat. Ada negara yang memberikan

kebebasan yang cukup besar kepada anggota masyarakatnya untuk

menumbuh-kembangkan masyarakat sehingga pemerintah diharapkan tidak

terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan masyarakat. Pada masa

lampau dalam bentuk yang eksterm, hal ini didukung oleh filsafat

kemasyarakatan Laissez Faire namun ada pula nagara yang filsafat hidupnya

menghendaki negara dan pemerintah memimpin serta mengurusi segala

sesuatu dalam kehidupan masyarakatnya, seperti filsafat politik tradisionalis.

Hal ini berkaitan dengan suatu pandangan bahwa pemerintah sebagai

pemegang mandat untuk mengusahakan kepentingan dan keadilan dalam

masyarakat secara keseluruhan. Ini perlu dinyatakan dan tetap

memperhatikan kepentingan golongan ekonomi lemah.


17

Ryas Rasyid membagi fungsi pemerintahan manjadi empat bagian

yaitu ;

1. Fungsi pelayanan (public service)

2. Fungsi pembangunan (development)

3. Fungsi pemberdayaan (empowering)

4. Fungsi pengaturan (regulation)

2.3. Dinas Pemuda dan Olahraga

Dinas pemuda dan olahraga adalah salah satu instansi pemerintahan

yang bergerak dalam bidang kepemudaan dan olahraga. Dinas ini bertugas

dalam menyusun dan menyiapkan rencana strategis sekretariat dinas dan

bidang-bidang dalam lingkup dinas, mengkoordinasikan dengan instansi

terkait, mengarahkan dan membuat petunjuk pelaksanaan teknis di bidang

pemuda dan olahraga dan tugas lain yang diserahkan oleh Bupati.serta

melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas

dalam lingkup pemuda dan olahraga dengan laporan secara berkala.

Dalam hal olahraga, semua hal ihwal akan dikoordinasikan melalui

Dinas pemuda dan Olahraga. Pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan

melaksanakan kebijakan serta standardisasi bidang keolahragaan secara

nasional. Pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan

kebijakan dan mengoordinasikan pembinaan dan pengembangan

keolahragaan serta menlaksanakan standardisasi bidang keolahragaan di


18

daerah. Ada kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan,

melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan. Semua hal

tersebut dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan yang

dikoordinasikan oleh Menteri.

Berbeda dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang

merupakan induk organisasi cabang olahraga yang dibentuk oleh masyarakat

yang pengorganisasiannya disesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Komite Olahraga Nasional mempunyai tugas ;

a. Membantu pemerintah membuat kebijakan nasional dalam bidang

pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi

b. Mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga, organisasi

olahraga fungsional

c. Melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan cabang

olahraga prestasi berdasarkan kewenangannya

d. Melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan multikejuaraan

cabang olahraga.

Dalam melaksanakan tanggunga jawabnya KONI selalu dikordinir oleh

Dinas Pemuda dan Olahraga. Di Kota Palopo, Dinas Pemuda dan Olahraga

telah sukses mendampingi beberapa cabang olahraga yang kini

mengharumkan nama daerah seperti cabang olahraga kempo, pencak silat,


19

bulu tangkis, tenis lapangan, lari, dan beberapa cabang olahraga atletik

lainnya.

2.4. Tinjauan tentang Atlet

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, atlet adalah para pelaku

dalam kegiatan olahraga. Atlet sering dieja atlet, dari Bahasa Yunani athlos

yang berarti kontes adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi

olahraga kompetitif. Para atlet ini ini harus mempunyai kemampuan yang

lebih tinggi dari rata-rata. Kata atlet ini juga seringkali digunakan untuk

merujuk pada peserta atletik.

Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah

pelaku olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan

Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan meliputi :

1. Olahragawan amatir, yakni melaksanakan olahraga yang menjadi

kegemaran dan keahliannya. Olahragawan amatir mempunyai hak

sebagai berikut :

a) meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan

olahraga;

b) mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan

cabang olahraga yang diminati;


20

c) mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah

melalui seleksi dan/atau kompetisi;

d) memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti

kegiatan keolahragaan daerah, nasional, dan internasional; dan

e) beralih status menjadi olahragawan profesional.

2. Olahragawan profesional, yakni melaksanakan kegiatan olahraga

sebagai profesi sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat

menjadi olahragawan profesional setelah memenuhi persyaratan:

a) pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi

secara periodik;

b) memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;

c) memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan

d) memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari

olahragawan amatir menjadi olahragawan profesional yang

diketahui oleh induk organisasi cabang olahraga yang

bersangkutan.

Setiap olahragawan berkewajiban: a. menjunjung tinggi nilai luhur dan

nama baik bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b.

mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang

dilaksanakan; c. ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup; dan d.


21

menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang olahraga

yang diikuti dan/atau yang menjadi profesinya.

2.5 Bagan Kerangka Konseptual

DINAS PEMUDA, OLAHRAGA,


KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PEMBINAAN ATLIT

Pendanaan
Pengadaan Sarana PRESTASI DAN
dan Prasarana KESEJAHTERAAN
Penghargaan atlet ATLET
(UU No. 3 Tahun 2005)

FAKTOR BERPENGARUH

Faktor Pendukung Faktor Penghambat


Minat dan bakat Minimnya fasilitas olahraga
Pelatih yang profesional Pembinaan kurang
berkesinambungan
22

BAB III

Metode penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini Peran Dinas Pemuda dan

Olahraga dalam pembinaan atlit di Kota Palopo, maka penelitian ini akan

dilakukan di wilayah administratif Kota Palopo.

3.2 Tipe dan Bentuk Penelitian

a. Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu

penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran

mengenai peran Dinas Pemuda dan Olahraga dalam pembinaan

atlit.

b. Adapun bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang menekankan

penggunaan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan

informan terkait fokus penelitian sehingga dapat menemukan ruang

lingkup tertentu. Data tersebut dilakukan secara langsung ke lokasi

penelitian. Penelitian ini juga tetap dibantu dengan data sekunder melalui

dokumen-dokumen arsip dari beragai kegiatan olahraga yang

berlangsung.
23

3.3 Informan

Informan yang dilibatkan me rupakan orang yang dapat memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun rincian informan

yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut :

- Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata beserta

aparat sejajarannya

- Atlit, Pelatih, dan Wasit

- Panitia pelaksana dalam event olahraga

- Masyarakat yang pernah menjadi sponsor dalam event olahraga

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh berdasarkan sumbernya

dapat digolongkan berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi dua

bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data

yang diperoleh dari informan dengan cara wawancara maupun pengamatan

secara langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang bersumber

dari dokumen-dokumen arsip tertentu yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat

dipertanggungjawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam

pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,

yaitu :
24

a. Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian di mana

peneliti atau pengamat dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan

objek penelitian.

b. Wawancara, adalah proses percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak berupa tanya jawab kepada

sejumlah informan untuk memperoleh informasi dan gagasan yang

berkaitan erat dengan penelitian ini.

c. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku,

majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, undang-undang, dan media

informasi lainnya yang berkaitan dengan hal-ihwal olahraga di Kota Palopo

d. Penelusuran data online, data yang dikumpulkan melalui online seperti

internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online

sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi

yang berupa data maupun informasi teori secepat atau semudah mungkin

dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

3.6 Analisis Data

Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa

secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-

kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian

baik dari hasil studi lapang maupun studi literatur untuk kemudian

memperjelas gambaran hasil penelitian.


25

3.7 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

a) Peranan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata di sini

adalah kebijakan serta program yang dilakukan oleh pemerintah dalam

hal ini Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata di

Bidang Olahraga sebagaimana fungsinya sebagai pemberdaya

masyarakat bidang olahraga. Karena dalam penelitian ini mengenai

peningkatan SDM melalui sektor olahraga, maka akan dilihat

bagaimana partisipasi pemerintah dalam mendukung peningkatan

kualitas olahraga. Adapun indikatornya yang dapat dilihat disini

adalah:

1. Pelaksanaan peran Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan

peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam

meningkatkan kualitas SDM

2. Bantuan-bantuan yang diberikan kepada obyek kebjakan

misalnya, dalam peningkatan kualitas pendidik serta kelengkapan

sarana dan prasarana pendidikan

b) Olahraga yang dimaksud di sini adalah sesuai dengan definisi

olahraga dalam penjelasan UU No 3 Tahun 2005 tentang sistem

keolahragaan nasional yaitu segala kegiatan sistematis yang


26

mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani

dan sosial.

c) Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, maka peranan Dinas

Pemuda dan Olahraga dalam pembinaan atlet dioperasionalkan

dengan indikator sebagai berikut :

1) Pendanaan,

2) Pengadaan sarana dan prasarana, dan

3) Penghargaan kepada atlet.

d) Faktor berpengaruh merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam

hal ihwal peranan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata dalam pembinaan atlit yang indikatornya sebagai berikut :

Faktor pendukung

Minat dan bakat

Pelatih yang profesional

Faktor penghambat

minimnya fasilitas olahraga

pembinaan yang kurang berkesinambungan


27

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang, M. Drs. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Raja Grafindo


Persada, Jakarta

Koentjaraningrat. 1991. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT.Gramedia


Pustaka, Jakarta

Labolo, M., 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan, Jakarta : Raja Grafindo

Marijan, Kacung, 2010. Sistem Politik Indonesia. Jakarta : Kencana

Narbuko,Cholid, 2007. Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara

Redaksi New Merah Putih, 2009. Undang-Undang Pelayanan Publik (Nomor


25 Tahun 2009), Yogyakarta : Percetakan Galangpress

Salman, Darmawan. 2002. Apa dan Bagaimana Pemberdayaan


Masyarakat, Makalah, PSKMP Unhas, Makasar.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,


Bandung

Suharto, Edi., 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,


Bandung : PT.Refika Aditama

Suharto,2008. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, : PT.Refika


Aditama

Sunarno, S., 2008. Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia, Jakarta : Sinar


Grafika

Suyanto, Bagong. 2006. Metode Penelitian Sosial. Kencana, Jakarta

Tunggal,Setia Hadi, 2006. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional


(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005), Jakarta
:Harvarindo

Widjaja, H.A.W., 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
28

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan


Dokumen Lainnya

Buku-buku dan Catatan Kecil Materi Kuliah

Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2001 Tentang


Olahraga

Pedoman Penulisan USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI Prodi Ilmu


Pemerintahan FISIP UNHAS Makassar 2007

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2003 Tentang


Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaaraan
Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang


Penyelenggaraan Olahrag.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007 Tentang


Pendanaan Olahraga

SUL-SEL, KPUD. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32


Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. KPUD, Makassar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem


Keolahragaan Nasional

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas UU


No. 32 Thn. 2004

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan


Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

You might also like