You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunyi merupakan getaran yang merambat melalui medium udara. getaran
dapat merambat di medium padat, cair dan udara. Gelombang bunyi adalah
gelombang yang dirambatkan sebagai gelombang mekanik longitudinal yang
dapat menjalar dalam medium padat, cair dan gas. Medium gelombang bunyi ini
adalah molekul yang membentuk bahan medium mekanik ini (Sutrisno, 1988).
Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi/getaran molekul-molekul zat dan
saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah
terjadi perpindahan partikel (Resnick dan Halliday , 1992). Dan suatu sumber
getaran yang dalam praktikum ini merupakan mesin pompa air bergetar karena
putaran mesin pompa air sehingga terjadi turbelensi pada udara dan menghasilkan
gelombang yang berosilasi yang menghasilkan suatu dengungan atau yang disebut
bising.
Bising yang dihasilkan oleh putaran mesin pompa air dapat dikecilkan atau
diredam dengan berbagai cara, salah satunya dengan memberikan alas pada dasar
mesin pompa air sehingga getaran yang di rambat menjadi semakin kecil. Untuk
itu dalam praktikum ini akan dicari bahan/alas yang dapat meredam getaran
dengan baik sehingga mendapatkan nilai RPM yang maksimal. Tingkat tekanan
bunyi dapat dinyatakan sebagai nilai-nilai puncak dari perubahan-perubahan
tekanan, atau sebagai perubahan-perubahan tekanan rata-rata di sekitar tingkat
tekanan barometer.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui perubahan tingkat tekanan bunyi akibat pemberian bantalan pada
sumber bunyi.
2. Mengetahui perubahan tingkat tekanan bunyi akibat perubahan frekuensi
getaran.

1.3 Permasalahan
Permasalahan dari percobaan pertama ini adalah :
1. Bagaimana cara mengetahui tingkat tekanan bunyi akibar sumber bunyi
(pompa air) yang diberi bantalan.
2. Bagaimana cara mengetahui perubahan tingkat tekanan bunyi akibat
perubahan frekuensi getaran.

1.4 Sistematika Laporan


Sistematika laporan ini terdiri dari abstrak, bab I pendahuluan yang berisi
latar belakang, tujuan, permasalahan, dan sistematika laporan. Bab II dasar teori
yang berisi materi dalam percobaan pertama ini, bab III metodologi percobaan
yang berisi peralatan percoban dan prosedur bercobaan, bab IV analisa data dan
pembahasan, bab V kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, dan
lampiran.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tingkat Tekanan Bunyi


Tingkat tekanan bunyi dapat dinyatakan sebagai nilai-nilai puncak dari
perubahan-perubahan tekanan, atau sebagai perubahan-perubahan tekanan rata-
rata di sekitar tingkat tekanan barometer. Tingkat tekanan ini dinyatakan dalam
mikrobar (bar) atau dalam newton per meter persegi, di mana 1 bar = 0,1 N/m2.
Bila menyatakan tingkat tekanan suara, biasanya disebut decibel (dB) di atas
tingkat ambang pendengaran rata-rata. Nilai dipakai ialah 2 x 10-4 bar untuk rata-
rata perubahan tegangan (0 dB). Tingkat tekanan suara berkisar di antara ambang
pendengaran pada 2 x 10-4 bar hingga jauh di atas ambang rasa sakit pada 120
dB (setara dengan 200 x 10-4 bar). Daya yang dipancarkan oleh suatu gelombang
suara adalah sebanding dengan kuadrat dari tekanan, perbandingan intensitas
suara dalam dB adalah sama dengan tingkat tekanan suara dalam dB. Sebuah
daftar dari tingkat tekanan suara dalam mikrobar, yang dibandingkan dengan
tingkat dB yang setara dan tingkat intensitas yang setara pada telinga rata-rata
disajikan dalam Gambar Pada daftar ini diperlihatkan tingkattingkat untuk
beberapa suara yang khas.

2.2 Stroboskop
Stroboskop adalah alat yang canggih dan aman untuk mengukur
kecepatan. Stroboskop menggunakan sumber sinar cahaya yang dapat
disinkronisasi dengan setiap kecepatan dan pengulangan gerakan sehingga benda
yang berpindah sangat cepat terlihat tidak bergerak atau berpindah perlahan.
Untuk menggambarkan prinsip ini, diambil sebuah contoh sebuah disket putih
dengan titik hitam terpasang pada as dari motor 1800 rpm. Bila disket berputar
pada 1800 rpm tidak mungkin untuk mata orang untuk melihat gambaran tunggal
dan titik akan tampak menjadi lingkaran kabur. Bila diterangi oleh sinar cahaya
stroboskop, disinkronkan pada cahaya untuk setiap putaran disket (bila titik
berada pada jam tiga, sebagai contoh), titik akan terlihat pada posisi ini dan hanya

3
pada posisi ini pada kecepatan 1800 kali untuk setiap menit. Oleh karena itu, titik
akan nampak membeku atau berdiri diam. Jika laju sinar dari stroboskop
diperlambat menjadi 1799 sinar per menit, titik akan teriluminasi pada posisi
cahaya yang berbeda, setiap kali piringan berputar, dan titik akan tampak
berpindah perlahan dalam arah putaran 360 dan tiba pada posisi sebenarnya 1
menit kemudian.

Gambar 2.1 Stroboskop [1]

Perpindahan yang sama, tetapi di arah yang berlawanan rotasi dari titik,
akan diobservasi jika laju sinar dari stroboskop ditingkatkan menjadi 1801 rpm.
Jika diinginkan, laju perpindahan yang tampak dapat dipercepat dengan
meningkatkan atau menurunkan laju sinar pada stroboskop. Bila bayangan
dihentikan, laju sinar strobo setara dengan kecepatan perpindahan obyek. Karena
laju sinar diketahui, maka kecepatan obyek juga diketahui. Oleh karena itu
stroboskop mempunyai dua tujuan yaitu mengukur kecepatan dan pengamatan
penurunan yang nampak pada kecepatan makin perlahan atau pemberhentian
gerakan cepat. Hal yang cukup berarti dari efek gerakan lambat adalah karena
gerakan ini merupakan copy atau salinan yang tepat dari gerakan kecepatan tinggi,
maka semua ketidak teraturan (getaran, torsi, suara-suara, loncatan) yang ada pada
gerakan kecepatan tinggi dapat dipelajari.

4
Stroboskop memancarkan intensitas tinggi, waktu pendek sinar cahaya.
Peralatan memberi gambaran pulsa elektronik dari generator yang mengkontrol
laju sinar, pasokan daya pada jalur operasi, dan dioda pemancar cahaya (LED)
yang terbaca dalam nyala per menit. Cahaya dapat ditujukan pada hampir semua
obyek berpindah, termasuk pada area yang tidak dapat diakses. Bila mengukur
kecepatan perputaran obyek, atur laju cahaya awal mendekati yang tertinggi dari
perkiraan kecepatan obyek. Kemudian, perlahan mengurangi laju cahaya sampai
dengan satu gambar tampak. Pada titik ini, laju cahaya stroboskop setara dengan
putaran kecepatan obyek, dan kecepatan dapat dibaca secara langsung dari
tampilan digital.

2.3 Sound Level Meter


Sound Level Meter adalah suatu alat yang digunakan untuk pengukuran
suatu intensitas suara. Dalam menggunakan alat Sound Level Meter ini untuk
pengukuran taraf intensitas bunyi dapat menggunakan sumber suara dari sirine
secara. Membunyikan sirine ini dapat dengan cara memberikan variasi tegangan
yang diberikan untuk sirine tersebut, sehingga berdengung keras atau kecilnya
suara yang dihasilkan oleh sirine bergantung pada tegangan yang diberikan untuk
sirine tersebut. Untuk menggunakannya, sirine diletakkan pada suatu titik, dan
Sound Level Meter diletakkan pada jarak yang ditentukan yaitu sekitar 5cm (bisa
kurang ataupun lebih) dari arah yang berhadapan dengan Sound Level Meter
tersebut. Pada saat sirine dibunyikan, Sound Level Meter akan mencatat Intensitas
bunyi dari sirine tersebut.
Sound Level Meter ini digunakan untuk mengukur tingkat suara dalam
desibel (dB). Sound Level Meter memiliki sebuah panel LCD, yang merupakan
perangkat yang berdiri sendiri dan digunakan untuk pembacaan pada alat ini.
Pengukuran dengan menggunakan sound level meter ini biasanya digunakan
dalam studi polusi suara untuk kuantifikasi kebisingan, tapi terutama untuk
industri, lingkungan dan kebisingan pesawat. Namun, pembacaan yang diberikan
oleh sound level meter tidak berkorelasi dengan baik untuk kenyaringan suara
manusia, karena ini meter kenyaringan diperlukan.

5
Gambar 2.2 Sound Level Meter [2]

Sound Level Meter ini terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.
Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar Sound Level Meter. Tujuannya
adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat
kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan
frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah
maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi,
ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan
tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.

6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan Percobaan


Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan getaran dan tingkat
kebisingan mesin pompa adalah sebagai berikut :
1. Pompa air yang telah diambil impelernya.
2. Stroboscop.
3. Sound Level Meter merk Lutron 401.
4. Tiga jenis landasan atau bantalan mesin yaitu spons, sterofom dan kardus.
5. Regulator tegangan.

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan getaran dan tingkat
kebisingan mesin pompa adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan pompa air pada meja tanpa meletakkan bantalan dibawahnya.
2. Memberi tegangan sebesar 100 Volt pada pompa.
3. Menyalahkan stroboscop dan mengarahkan cahaya stroboscop pada As
pompa yang telah ditandai dengan warna putih.
4. Memutar knop stroboscop sehingga terlihat bahwa As tidak berputar
(stasioner) dan mencatat angka yang ditunjukkan stroboscop.
5. Mendekatkan Sound Level Meter pada pompa yang sedang bergetar dan
mencatat angka yang dutunjukkan Sound Level Meter.
6. Mengulangi langkah 1 sampai 5 sebanyak tiga kali.
7. Mengulangi langkah 1 sampai 6 dengan memberikan variasi tegangan
yang keluar ke pompa.
8. Mengulangi langkah 1 sampai 7 dengan memberikan bantalan pada
pompa.
9. Mengulangi langkah 1 sampai 8 dengan mengganti bantalan-bantalan lain.

7
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Dari hasil praktikum Getaran dan Tingkat Kebisingan mesin Pompa Air
didapatkan analisa data sebagai berikut :
4.1.1 Tabel
4.1.1.1 Percobaan Putaran Pompa Air menggunakan Stroboskop
Sound Level Meter Stroboscop
Bantalan 1 2 3 1 2 3
kardus 90.1 93.6 95.5 158.1 180.1 329.3
91.4 93.3 96.5 176.6 262.1 269.3
91.2 93.6 96.4 118.3 321.2 270.5
Busa tipis 95.9 96.7 97.2 286.5 290.1 327.3
95.2 95.6 96.4 572.9 289.7 371
94.8 95.3 96.3 409.4 322.6 326.8
Busa tebal 93.6 92.4 96.2 715.1 578.2 330.2
94.5 94.6 97.9 717.9 578.4 371.1
94.2 95.6 96.2 573.1 415.5 368.9
4.1.2 Grafik
Dari hasil data yang didapatkan maka terbentuk grafik sebagai berikut :
800

700

600

500
Series1
400
Series2
300 Series3
200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

8
120

100
95.9 95.2 94.8 93.6 94.5 94.2
90.1 91.4 91.2
80
1
60
2

40 3

20

0 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4.1.3 Getaran PerDetik


Untuk mencari getaran perdetik dari suatu RPM maka digunakan rumus
sebagai berikut :
f = RPM/60 dengan satuan Hz = getaran perdetik
jika dimasukan kedalam data yang telah didapat maka getaran perdetiknya adalah
sebagai berikut :
a. Pada I
715.1
- Alas Busa Tebal, f = = 11.91 Hz
60
286.5
- Alas Busa Tipis, f = = 4.77 Hz
60
158.1
- Alas Kardus, f= = 2.64 Hz
60
b. Pada II
578.2
- Alas Busa Tebal, f = = 9.64 Hz
60
290.1
- Alas Busa Tipis, f = = 4.84 Hz
60
180.1
- Alas Kardus, f= = 3.00 Hz
60

9
c. Pada III
329.3
- Alas Busa Tebal, f = = 5.49 Hz
60
327.3
- Alas Busa Tipis, f = = 5.46 Hz
60
270.5
- Alas Kardus, f= = 4.51Hz
60

4.2 Pembahasan
Dewi Widya Lestari
2411106011
Dari percobaan didapatkan, pada titik 1 bantalan busa tebal = 11.91Hz,
bantalan busa tipis = 4.77 Hz dan bantalan kardus = 2.64 Hz. Pada titik 2 bantalan
busa tebal = 9.64Hz, bantalan busa tipis = 4.84Hz dan bantalan kardus = 3.00 Hz.
pada titik 3 bantalan busa tebal = 5.49 Hz, bantalan busa tipis = 5.46 Hz dan
bantalan kardus = 4.51 Hz.
Sedangkan dari grafik menunjukkan bahwa putaran pompa air (RPM)
menggunakan stroboskop pada bantalan busa tebal bernilai lebih tinggi
dibandingkan bantalan lain (bantalan busa tipis dan bantalan kardus) karena
bantalan lain tidak dapat meredam getaran dengan maksimal sehingga putaran as
mesin akan terganggu sehingga dapat mempengaruhi cepat lambatnya putaran
dari mesin pompa tersebut. sedangkan getaran pompa air yang didapat dengan
menggunakan SLM dapat disimpulkan bahwa nilai tingkat tekanan bunyi (TTB)
yang paling rendah ialah pada saat menggunakan bantalan kardus.
Adapun kendala kendala yang dihadapi pada percobaan ini adalah pada
percobaan menggunakan stroboscop pada titik 1 , titik 2 dan titik 3 seharusnya
data yang didapatkan menunjukkan data yang sama dari pengambilan percobaan
sebanyak 3 kali. Namun pada kenyataannya menunjukan perbedaan yang jauh.
Hal ini karena adanya kesalahan pengamatan (human error).

10
Alvira Heriatna Nasution
2411106008
Pada percobaan kali ini untuk mengukur getaran pada motor dengan tiga
buah bantalan yang berbeda dan memiliki tiga macam tegangan, yaitu 25 v, 50 V
dan 100 V. Pada bantalan pertama yaitu kerdus diperoleh hasil (2.64 Hz,3.00 Hz,
4,51 Hz) , bantalan kedua berupa busa tebal menghasilkan (11.91Hz, 9.64Hz,
5.49) dan bantalan terahir berupa busa tipis di peroleh hasil sebesar (4,77 Hz, 4.84
Hz, 5.46 Hz).
Dari data yang diperoleh menghasilkan sebuah grafik getaran yang di ukur
dengan SLM , pada grafik menunjukan bahwa busa tipis memiliki nilai tertinggi
95-97 , busa tebal memiliki nilai 92-97, dan yang terendah pada bantalan kardus
90-96. Sedangkan grafik putaran pompa air menunjukan bahwa bantalan busa
tebal memiliki nilai lebih tinggi yang ditangkap oleh alat ukur stroboskop. Hal ini
terjadi karena pada bantalan busa tebal tidak dapat meredam getaran secara
maksimal.
Dari prosedur praktek yang telah di jalankan terdapat kerancuan dari hasil
data praktek yang tidak sesuai dengan teori yang telah ada. Kemungkinan yang
sangat besar hal ini terjadi akibat human error dalam pengambilan data.

11
Andi Royhan Alby
2411105004
Pada percobaan ini melakukan 3 kali uji coba menggunakan jenis alas
kardus, busa tebal dan busa tipis pada mesin pompa air yang kemudian diukur
menggunakan stroboskop dan sound level meter. Jika dilihat dari hasil yang
didapat mungkin hasil yang didapat kurang sesuai dengan target yang dihasilkan,
Dari data yang didapat maka yang diketahui bahwa nilai RPM yang menggunakan
alas busa tebal akan bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis alas
yang lainnya dikarenakan getaran pada mesin pompa air diredam dengan
maksimal menggunakan busa tebal sehingga putaran pada mesin pompa air akan
lebih cepat. Sedangkan ketiga jenis alas yang lain tidak dapat meredam getaran
dengan maksimal sehingga putaran mesin akan terganggu dengan getaran dan
menghasilkan putaran yang tidak maksimal. pada titik 1 bantalan busa tebal
menghasilkan frekuensi 11.91 Hz sedangkan bantalan busa tipis didapatkan hasil
4.77 Hz dan bantalan kardus adalah 2.64 Hz.Untuk titik pada titik 2 bantalan busa
tebal didapat 9.64Hz, untuk pada bantalan busa tipis menghasilkan nilai 4.84Hz
dan bantalan kardus 3.00 Hz. pada titik 3 bantalan busa tebal frekuensi yang
didapat 5.49 Hz, bantalan busa tipis 5.46 Hz dan bantalan kardus 4.51 Hz.
Meskipun dilihat dari hasil terlihat sangat-sangat random tapi jika dilihat dari
hasil yang didapat masih dapat disimpulkan jika redaman getaran bisa
menghasilkan perputaran yang lebih sempurna.

12
Melita Puri Jayanti
2411105009

Pada percobaan kali ini mempelajari tentang getaran dan tingkat


kebisingan mesin pompa air. Percobaan dilakukan dengan menggunkan 3 bantalan
yang berbeda. Bantalan yang pertama menggunkan kardus, percobaan kedua
menggunakan busa tipis dan percobaan yang ketiga menggunakan busa tebal dan
bergerigi atau permukaan yang tidak rata. Pompa yang berputar akan diukur
menggunakan stroboscop untuk mengetahui frekuensi getar pad mesin pompa dan
menggunakan sound level.
Dari data yang didapatkan dari percobaan ini bahwa nilai RPM dengan
menggunakan alas kardus lebih kecil daripada nilai RPM pada als busa tipis dan
busa tebal. Pada bantalan kardus diperoleh hasil 2,64Hz ; 3,00Hz ; dan 4,51Hz.
Pada bantalan busa tebal diperoleh hasil dengan 11,91Hz ; 9,64Hz ; dan 5,49Hz.
Pada bantalan busa tipis diperoleh nilai 4,77Hz ; 4,84Hz ; dan 5,46Hz. Pada
peristiwa ini, bantalan busa tebal memiliki frekuensi getaran jauh lebih tinggi
dikarenakan busa memiliki tingkat redaman yang besar terhadap mesin pompa.
Dari pegambilan data yang telah dilakukan dapat terlihat nilai yang
dihasilkan oleh stroboscop sangat berbeda. Hal ini kemungkinan terjadi eror atau
kurangnya ketelitian pada saat pengambilan data.

13

You might also like