You are on page 1of 19

Tugas Ke IX

Mata Kuliah
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

KAJIAN TEORI
PENETAPAN DURASI PROYEK YANG PALING EKONOMIS DAN CRASH PROGRAM

Disusun Oleh:
KELOMPOK IV

HERY AGUSTIAN 55717110021


AMINARTI 55717110022
YURISDAL 55717110023
NOVRITA SARI 55717110024
CHAIRIL ANWAR 55717110025
ANWAR ALI 55717110026

UNIVERSITAS MERCU BUANA


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
2017
PENETAPAN DURASI PROYEK YANG PALING EKONOMIS DAN CRASH PROGRAM

I. PENDAHULUAN

(Diambil dari buku ADVANCED & EFFECTIVE PROJECT MANAJEMENT karangan Budi Suanda)
th
Menurut PMBOK 5 Edition, proses merencanakan Manajemen Waktu adalah Proses yang merencanakan
bagaimana pengelolaan waktu yang akan dilakukan dalam penanganan proyek.

Hasil proses akan menjadi pedoman bagi Tim Proyek untuk mengelola waktu pelaksanaan proyek.

Hasil dari proses ini berupa metodologi penting yaitu rencana manajemen waktu yang merupakan komponen
rencana manajemen proyek.

Metodologi yang akan digunakan pada proses perencanaan waktu adalah

Pendefinisian aktivitas,

Pengurutan aktivitas,

Estimasi sumber daya aktivitas,

Estimasi durasi aktivitas,

Pembuatan jadwal,

Pengendalian jadwal,

Disamping itu metodologi ini juga akan berperan pada pengelolaan risiko yaitu pada proses identifikasi risiko
dan analisis penilaian risiko secara kuantitatif.

II. DURASI
th
Menurut PMBOK 5 Edition, proses estimasi durasi sumber daya aktivitas merupakan proses yang
mengestimasi durasi pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dengan sumber daya
yang telah diestimasi.

Penentuan durasi aktivitas akan sangat tergantung dengan,

Jumlah sumber daya utama,

Akan menjadi ukuran besarnya pekerjaanyang akan dilakukan

Jumlah sumber daya pendukung aktivitas,

Akan menjadi ukuran seberapa kapasitas produk pekerjaan

Produktivitas masing masing sumber daya


Akan menjadi ukuran seberapa cepat pekerjaan akan dilakukan.

Proses estimasi durasi aktivitas proyek direkomendasikan untuk diuraikan menjadi rangkaian kegiatan
kegiatan untuk memudahkan pemahaman dan implementasi proses ini.

Rekomendasi kegiatan kegiatan dalam menentukan estimasi durasi aktivitas adalah sbb,

1. Mengumpulkan data dan informasi terkait produktivitassumber daya.

Merupakan kegiatan yang mengumpulkan berbagai data dan informasi yang terkait dan dibutuhkan untuk
melaksanakan proses ini.

Kegiatan ini diperlukan mengingat terdapat begitu banyak data dan informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan produktivitas sumber daya.

Kumpulan data dan informasi yang disertai dengan resume khusus akan membuat penentuan durasi
menjadi efektif.

2. Menentukan produktivitas tiap sumber daya

Merupakan kegiatan yang menentukan besarnya produktifitas atau kapasitas produksi satu atau lebih
sumber daya yang diperlukan dalam melakukan aktivitas proyek.

Produktifitas suatu aktivitas pada suatu proyek pada dasarnya bersifat unik karena dipengaruhi oleh
berbagai factor proyek yang bersifat unik pula.

Sehingga cara penentuan adalah dengan menjadikan database produktifitas dan informasi historis
pelaksanaan proyek sebagai dasarpenentuan yang disesuaikan dengan factor tertentu atas kondisi proyek
dan metode pelaksanaan yang spesifik untuk proyek.

Produktifitas dapat menggunakan satuan waktu/jumlah sumber daya seperti jam/orang, hari/orang,
hari/set dan seterusnya. Diambil yang diangap praktis dan paling sesuai.

Rumus umum dalam penentuan produktifitas sumber daya (P rencana) adalah :

Prencana = Pdasar x F

Dimana :
Pdasar adalah rata rata nilai produktifitas aktivitas yang sama secara historis.
F adalah factor penyesuaian produktifitas.
Jika terdapat lebih dari satu factor, maka rumus atas factor penyesuaian produktifitas ( F ) adalah :
F = f1 x f2 x f3 x . x fn
Dimana :
F adalah factor penyesuaian produktifitas total.
f1, f2, f3 adalah factor utama pengaruh produktifitas sumber daya.
Contoh,
Pada pekerjaan galian tanah pile cap yang dikerjakan secara manual oleh tenaga kerja local yang kurang
terlatih. Kondisi tanah lempung dengan kondisi cuaca cenderung hujan. Data Historis menunjukkan nilai
produktifitas adalah 0,7 m3 /jam/ pada kondisi tanah lempung berpasir dan kondisi normal. Nilai
produktifitas menjadi :

Nilai produktifitas dasar, Pdasar = 0,7 m3/jam/grup

Asumsi factor berpengaruh :

Factor tenaga = 0,75

Faktor kondisi tanah = 0,85

Faktor cuaca = 0,8

Akumulasi factor = 0,75 x 0,85 x 0,80 = 0,51

Nilai produktifitas rencana = 0,7 x 0,51 = 0,36 m 3/jam/grup

3. Perhitungan estimasi durasi aktivitas.

Kegiatan ini didasarkan pada jumlah volume kebutuhan sumber daya utama dan volume kebutuhan serta
pendukung. Metode perhitungan adalah dengan membagi besaran volume pekerjaan dengan nilai
produktifitas rencana.

Beberapa ketentuan dalam perhitungan estimasi durasi aktivitas adalah

Sumber daya utama harus sesuai perhitungan perencanaan, Jika terdapat beberapa penyesuaian atas
kondisi lapangan, maka volume kebutuhan harus diperbaharui.

Sumber daya pendukung diasumsikan sesuai ketersediaannya berdasarkan kalender sumber daya.

Penentuan kebutuhan sumber daya aktivitas, target durasi ditentukan berdasarkan pengalaman
proyek dengan teknik analog dan teknik estimasi paramedic. Metode ini bersifat iterative dimana
adanya keterbatasan sumber daya aktivitas, maka durasi aktivitas target akan menyesuaikan
ketersediaan sumber daya pendukung aktivitas.
Rumus umum dalam penentuan durasi aktivitas adalah
D = SU / (SP x P)
Dimana :
D adalah durasi
Su adalah sumber daya utama
SP adalah sumber daya pendukung atau tambahan
P adalah produktifitas
Contoh
Pada pekerjaan galian tanah pile cap, pada contoh sebelumnya memilik volume pekerjaan sebanyak 150
m3. Jika pekerjaan dilakukan dengan jumlah tenaga kerja local sebanyak 10 grup, maka durasi aktivitas
menjadi =
150 / (0,36 x 10) = 42 jam

III. CARA MENENTUKAN DURASI OPTIMUM PELAKSAAN PROYEK


(Diambil dari http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 30 November 2013, ditulis oleh Budi
Suanda)
Durasi optimum adalah durasi dimana terjadi biaya pelaksanaan proyek yang paling efisien. Adanya durasi
optimum tersebut telah memberikan petunjuk baik kepada owner maupun kontraktor dalam menentukan
durasi pelaksanaan proyek.
Cukup sulit untuk merumuskan titik optimum tersebut karena begitu banyaknya faktor yang harus dihitung
dan disimulasikan. Berdasarkan pengalaman penulis Budi Suanda selama bekerja di dunia konstruksi, penulis
mengusulkan cara yang diuraikan pada rincian berikut ini:
Menentukan rencana biaya indirect cost yang dibuat secara bulanan.
Menentukan durasi pelaksanaan proyek dengan asumsi-asumsi segala kondisi adalah normal tanpa
tindakan percepatan yang menaikkan biaya sama sekali termasuk dengan mengasumsikan bahwa
terjadi penurunan produktifitas karena masalah cuaca atau alam. Ini akan menjadi titik low-cost plan
duration point.
Menentukan direct cost berdasarkan durasi pelaksanaan di atas.
Menentukan jalur kritis proyek. Sehingga didapat beberapa item pekerjaan yang menjadi item critical
terhadap waktu pelaksanaan proyek.
Menentukan tindakan yang dapat dilakukan pada item kritis tersebut untuk melakukan percepatan
waktu dalam satuan bulan. Pada dasarnya akan terdapat beberapa cara yang mungkin dapat
mempercepat waktu pelaksanaan hingga satu bulan berdasarkan item yang kritis tersebut. Tiap cara
dapat berupa satu item pekerjaan dan dapat pula terdiri atas beberapa item pekerjaan.
Melakukan perhitungan tambahan biaya percepatan proyek selama sebulan pada tiap cara tersebut.
Biaya yang diambil adalah biaya yang paling rendah.
Setelah menentukan cara percepatan selama sebulan yang paling murah, maka dilakukan kembali
analisis CPM (Critical Path Method) untuk menentukan jalur kritis baru yang berubah ketika dilakukan
percepatan pada item pekerjaan yang terpilih sebagai cara terbaik tadi.
Selanjutnya dilakukan ulang identifikasi beberapa cara yang dapat mempercepat pelaksanaan proyek
satu bulan lagi dengan metode seperti pada langkah percepatan sebulan sebelumnya.
Langkah tersebut dilakukan terus hingga pada akhirnya berhenti pada suatu kondisi percepatan
maksimum yang mungkin berdasarkan kondisi yang ada.
Biaya percepatan satu bulan pertama, kedua, dan seterusnya dibuat secara akumulasi.
Lalu dibuat tabel akumulasi biaya direct cost dan indirect cost untuk mendapatkan durasi optimum
suatu pelaksanaan proyek.

Grafik hubungan antara waktu dan biaya pelaksanaan proyek


Diakui memang tidak gampang untuk melakukan ini karena membutuhkan analisa yang cukup rumit pada
simulasi yang terbentuk. Analisis ini mutlak membutuhkan suatu master schedule yang akurat sehingga akan
terbentuk critical path yang benar.

Grafik akan sangat bervariasi karena akan sangat tergantung pada:

Perbandingan direct cost dan indirect cost

Jenis proyek yang dikerjakan

Lokasi proyek

Kemampuan tim proyek

Ketersediaan resources dalam tindakan percepatan


Ketersediaan cara yang mungkin untuk dilakukan percepatan

Namun dengan membuat analisa titik durasi optimum tersebut akan didapat benefit yang berupa smart
project efficiency.

IV. PERCEPATAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI (CRASH PROGRAM)

(Diambil dari http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 12 Desember 2016, ditulis oleh Budi
Suanda)

Percepatan waktu proyek sering dilakukan ketika progress proyek dinilai mengalami keterlambatan terhadap
rencana. Di samping itu, percepatan waktu juga dapat dilakukan pada saat perencanaan. Namun percepatan
waktu memiliki dampak atas biaya, kualitas, dan risiko. Oleh karena itu, percepatan waktu pelaksanaan
proyek harus direncanakan dengan pertimbangan yang matang.

Dalam manajemen waktu berdasarkan PMBOK 5 th Edition, percepatan proyek atau schedule
compression digunakan untuk mempercepat jadwal proyek pada saat perencanaan maupun saat
pelaksanaan. Schedule compression saat perencanaan bertujuan untuk mendapatkan jadwal yang optimal
atas biaya. Hal ini terdapat pada proses Schedule Development. Sedangkan schedule compression saat
pelaksanaan umumnya untuk mengatasi keterlambatan pelaksanaan. Dimana hal ini terdapat pada
proses Control Schedule.

Terdapat dua jenis Schedule compression yaitu crashing dan fast tracking. Teknik crashing umumnya berusaha
memendekkan durasi aktifitas dimana cenderung memiliki konsekuensi penambahan biaya akibat
penambahan sumber daya maupun durasi kerja (lembur). Sedangkan fast tracking umumnya berusaha
mengerjakan pekerjaan secara overlap yang mengubah hubungan ketergantungan antar aktifitas dimana
cenderung memiliki konsekuensi risiko teknis yang dapat berdampak pada kualitas dan juga biaya. Pada
kenyataannya, seringkali kedua jenis metode percepatan digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan
tingkat percepatan yang setinggi-tingginya.

Pada percepatan waktu secara crashing, terdapat metode untuk mendapatkan strategi percepatan yang
optimal atas biaya, yaitu metode Least cost analysis. Metode ini menggunakan dasar jalur kritis sebagai basis
untuk mendapatkan percepatan yang efektif.

Proyek konstruksi merupakan salah satu proyek yang memiliki kompleksitas relatif tinggi. Kompleksitas
tersebut berupa banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, tingkat kesulitan yang tinggi, banyaknya sumber
daya dan pihak terkait proyek yang harus dikelola, tingginya ketidakpastian, dan tingginya risiko. Hal tersebut
sering menjadi penyebab keterlambatan pada pelaksanaan proyek konstruksi.

Untuk mengatasi keterlambatan yang terjadi pada proyek konstruksi dilakukan langkah atau strategi
percepatan proyek (schedule compression) seperti yang telah dijelaskan. Umumnya dilakukan
metode crashing dan fast tracking secara bersamaan. Hal ini untuk mendapatkan tingkat percepatan yang
terbaik dalam mengatasi keterlambatan pada situasi yang kompleks. Walaupun pada kenyataannya, banyak
program percepatan yang kurang berhasil padahal telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Terdapat tiga kelompok atas strategi percepatan yang efektif pada proyek konstruksi, yaitu kelompok
manajerial, kelompok disain, dan kelompok konstruksi. Berdasarkan pengalaman mengerjakan proyek
konstruksi, didapat beberapa strategi percepatan yang dianggap memberikan hasil yang efektif dan optimal.

IV.1. STRATEGI PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

(Diambil dari http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 28 Februari 2011, ditulis oleh Budi
Suanda)

Proyek konstruksi merupakan proyek yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Proyek konstruksi terdiri atas
banyak pekerjaan yang saling terkait. Proyek ini sering mengalami keterlambatan karena kompleksitasnya
sendiri.

Begitu banyaknya item pekerjaan yang ada pada proyek konstruksi tentu menuntut perencanaan yang detil
terhadap schedule pelaksanaan. Hubungan antar pekerjaan, volume dan spesifikasi pekerjaan, metode
pelaksanaan serta aspek yang lain harus betul-betul diperhatikan. Terutama keterkaitan antar pekerjaan,
sangat menentukan dalam mendapatkan strategi yang tepat dalam melakukan percepatan.

Dikarenakan banyaknya item pekerjaan yang harus dilakukan, hal ini berarti pula akan melibatkan cukup
banyak vendor dan tenaga kerja. Akhirnya dituntut pengelolaan tenaga kerja yang memadai dalam rangka
mencapai target waktu pelaksanaan.

A. Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Pada hampir seluruh proyek konstruksi, seringkali ditarget dengan masa pelaksanaan yang sangat singkat.
Bahkan sering dikatakan mustahil untuk dapat diselesaikan. Pada proyek pemerintah dimana masa mulai
proyek yang umum adalah setelah bulan Juni. Hal ini disebabkan masalah birokrasi. Sering dijumpai proyek
konstruksi yang harus mengimport alat atau material dari luar negri (Lift, AC, Pompa, Panel, dll) ditarget
pelaksanaannya hanya selama 4 bulan dimana waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan material yang
diimport sendiri membutuhkan waktu yang sama, sehingga seringkali kontraktor tidak memiliki waktu yang
cukup untuk melakukan proses procurement yang memadai.

B. Penyebab Umum Keterlambatan Proyek Konstruksi

Sebelum membahas mengenai strategi percepatan proyek konstruksi yang terlambat, perlu diidentifikasi
mengenai faktor penyebab keterlambatan proyek ini. Dalam tulisan sebelumnya, telah diberikan 25 faktor
keterlambatan proyek. Daftar tersebut dapat dipakai dalam mengidentifikasi penyebab yang berkontribusi
terhadap keterlambatan proyek konstruksi. Daftar 25 faktor penyebab keterlambatan proyek yang terdapat
pada tulisan sebelumnya adalah faktor yang bersifat umum untuk semua jenis proyek.

C. Strategi Percepatan Proyek Konstruksi

Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan membuat Risk
Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk management tersebut adalah
adanya risk response dan tentu monitoringnya.

Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas waktu
pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk
management yang dibuat.

Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management. Hanya saja pada risiko yang
telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek
jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang
menyebabkan keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi strategi dalam
melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu:

1. Manajerial

Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim
proyek.

Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di proyek.

Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek
dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian harus dihadiri oleh Pejabat
proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah. Jangan pernah mengulur
pengambilan keputusan pada rapat harian saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus
dihadiri oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan wakil subkontraktor.

Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan Mandor. Hal ini
agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini

Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik. Dapat
pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana proyek agar didapatkan strategi yang
paling efisien dan efektif.

Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan mental
kerja lebih baik.

Menambah jam kerja dengan lembur.

Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.

Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan pengulangan pekerjaan.

Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendampinguntuk hal-hal yang bersifat
emergency.

Membantu mempercepat proses penagihan termijn bagi subkontraktor

Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi percepatan
proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.

Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek, subkontraktor
dan kepada pekerja.

Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.

Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain yang memahami tentang proyek
konstruksi ke proyek yang mengalami keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan yang terus
menerus, Tim proyek menjadi kurang sensitif terhadap terjadinya masalah keterlambatan proyek.
Orang lain dapat personel manajemen atas atau tim proyek lain.

Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor. Sering
kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.

2. Scope atau Lingkup Pekerjaan

Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana tingkat detil yang baik dan
memadai. Daftar atau checklist ini akan sangat membantu dalam proses-proses berikutnya.
Daftar sisa pekerjaan dengan melihat secara keseluruhan dokumen kontrak yaitu gambar, BQ, dan
spesifikasi.

Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah-kurang. Perubahan lingkup akan
membuat pekerjaan semakin kompleks dan sulit dikelola. Perlu effort yang lebih besar dengan
adanya perubahan lingkup.

3. Critical Path Method

Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya pekerjaan dibuat lebih maju untuk
mengantisipasi kejadian yang tak terduga

Membuat CPM berdasarkan update WBS yang cukup detil dan schedule sisa pelaksanaan agar
dapat diidentifikasi item pekerjaan yang masuk dalam kategori pekerjaan kritis. CPM adalah alat
yang paling powerfull dalam membantu percepatan pada saat situasi proyek kritis.

Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan kritis agar pekerjaan kritis tersebut
tidak delay dari yang direncanakan.

Mengurangi sebanyak mungkin jumlah pekerjaan kritis yang terdapat dalam rangkaian jalur
pekerjaan kritis (CPM). Contoh untuk teknik percepatan ini adalah pekerjaan finishing lantai
(keramik) dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan finishing plafond selesai.

Menyebarkan suatu rangkaian pekerjaan kritis menjadi beberapa jalur pekerjaan kritis atau
membuat jalur pekerjaan kritis yang semula berupa satu rangkaian seri menjadi beberapa
rangkaian yang tersusun paralel. Teknik ini akan membuat total durasi akan semakin pendek.
Biasanya dilakukan dengan membagi suatu pekerjaan dalam zone yang lebih kecil yang berdiri
sendiri

Menggabungkan dua atau lebih pekerjaan yang berada di jalur kritis menjadi hanya 1 pekerjaan
kritis. Misal dari teknik ini adalah dengan mengganti bekisting pelat lantai dan tulangannya
dengan material span deck.

Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis sehingga total durasi pelaksanaan
menjadi lebih singkat. Contoh dari teknik ini adalah dengan menambah resources.

Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga kuantitas pekerjaan kritis
menjadi lebih kecil. Contohnya adalah pada pekerjaan plafond yang umumnya dapat dikerjakan
setelah pekerjaan instalasi M/E selesai. Padahal ruang atau area instalasi M/E hanya
menggunakan sebagian area finishing plafond. Untuk area yang tidak berada pada jalur M/E,
plafond tersebut dapat dikerjakan. Dapat juga dengan melaksanakan rangka pekerjaan plafond
bersamaan dengan pekerjaan instalasi M/E. Pada saat pekerjaan instalasi M/E selesai, baru
dilakukan penutupan plafond.

Menentukan target milestone pekerjaan. Hal ini untuk mengurangi kompleksitas dalam
pengendalian dan monitor waktu pelaksanaan proyek.

Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. Harus diingat bahwa jalur
kritis dapat berpindah-pindah sesuai perkembangan di lapangan. Suatu pekerjaan yang tidak
kritis, bisa saja menjadi kritis karena terlambat mulai dilaksanakan.

Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai sesuai target. Melesetnya realisasi
waktu pelaksanaan suatu pekerjaan juga dapat mengubah jalur kritis. Pekerjaan yang terkait
dengan pekerjaan yang terlambat bisa menjadi kritis.

4. Material dan Supplier

Pengiriman material menggunakan transportasi udara. Ekspedisi yang menggunakan jalur laut
sering terlambat karena faktor cuaca dan birokrasi. Ini menjadi satu-satunya cara apabila terjadi
larangan berlayar karena cuaca sedang jelek

Aktif memonitor proses pengiriman dengan meminta bukti manifest pengiriman material

Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan dikirim ke proyek. Ini untuk
memastikan bahwa material dalam kondisi ready untuk dikirim.

Jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih dari satu.

Mengganti material import dengan material yang ready stock dengan spesifikasi yang setara.

Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready stockdengan tetap
memperhatikan kualitas pekerjaan. Contoh pada saat terjadi kelangkaan semen, pekerjaan lantai
kerja diganti dengan plastic sheet. Contoh lain adalah mengganti semen biasa PC dengan semen
tipe PCC.

5. Alat

Memastikan alat dirawat sesuai prosedur

Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.


Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat yang bersifat aus

Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan

Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar

Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan menghentikan hampir seluruh
pekerjaan.

6. Subkontraktor

Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan menggantinya dengan


subkontraktor yang terpercaya.

Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.

Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih dari satu.

Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang dapat memutuskan masalah.

Aktif komunikasi via surat untuk masalahmasalah yang krusial

7. Tenaga Kerja

Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif. Durasi pekerjaan
proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja.

Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan jam 24.00. Di atas
jam tersebut biasanya produktifitas menurun.

Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas ketidakdisiplinan tenaga kerja
berdampak cukup besar.

Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal yang tidak sehat, akan
menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut akan menambah loss time di
proyek.

Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan dalam event meeting atau
safety talk

Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian pekerja meningkat sehingga
akhirnya produktifitasnya bertambah.

Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan

Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya warung akan membuat waktu
istirahat pekerja lebih panjang.
Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja. Ini akan
memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas.

Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat dimonitor dengan
baik. Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu luas sehingga menurunkan tingkat
pengawasan

8. Design dan Metode Pelaksanaan

Aktif menemukan metode pelaksanaan baru yang lebih efisien dan efektif daripada metode
eksisting.

Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang
paling efisien dan efektif.

Melakukan review design sedemikian design yang baru memberikan waktu penyelesaian yang
lebih singkat dengan tanpa mengabaikan kehandalan fungsi design.

Membuat metode pelaksananaan sedemikian dapat meminimalisir dampak cuaca buruk.


Misalnya mempercepat pekerjaan struktur agar pekerjaan finishing dapat segera dimulai. Contoh
lain adalah menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun
terjadi hujan.

Melakukan review design sehingga volume pekerjaan yang kritis berkurang

9. Kontrak

Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah karena kontrak.

Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi penyebab keterlambatan
serta menyampaikan dengan surat kepada Owner dimana hal-hal tersebut secara kontraktual
dapat menjadi dasar perpanjangan waktu pelaksanaan proyek / addendum waktu.

Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya melakukan
percepatan. Usahakan pekerjaan tambah adalah pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis dan
memiliki durasi pekerjaan yang singkat. Demikian pula dengan pekerjaan kurang haruslah
pekerjaan yang berada di jalur kritis dan memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi
konstruksi masih dapat dipertahankan.

10. Site
Mengevaluasi site dan penataannya. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site
harus dievaluasi agar menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif
atau jalur alur sependek mungkin

Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat menghalangi alur proses dan material.
Contoh adalah jalan kerja harus memadai.

Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air berpotensial menghambat laju pergerakan
alur proses pelaksanaan dan material.

Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan sangat membantu
secara psikologis para pekerja yang bekerja di proyek.

Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak terhambat

IV.2. METODE CRASING

(Diambil dari https://artiamitrapersada.blogspot.co.id, Oleh: YOHANES OE)

Crashing adalah suatu metode untuk mempercepat durasi proyek. Terminologi proses crashing adalah dengan
mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek, yang
dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis.

Alasan dilakukanya crashing, yaitu :

Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai, sebab sudah merupakan keputusan
pemilik proyek dengan suatu alasan tertentu.

Karena terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek yang sudah melebihi batas toleransi tertentu, dan
dinilai oleh pemilik proyek akan sangat mempengaruhi kelancaran penyelesaian proyek secara
keseluruhan.

Ada berbagai cara untuk mereduksi durasi suatu proyek, dan banyak kombinasi dari durasi kegiatan dan biaya
yang harus diperhatikan dalam menganalisis secara detail. Cara yang baik adalah :

Tidak menambah biaya proyek secara keseluruhan.

Memperpendek umur proyek dengan memperpendek lintasan kritisnya.

Kegiatan yang dipilih untuk dilakukan percepatan harus mempunyai biaya percepatan yang terendah.

Usaha percepatan proyek sudah direncanakan dan dilakukan dari awal pelaksanaan proyek
Hindari percepatan pekerjaan pada lintasan kritis apabila menimbulkan lintasan kritis baru yang
menyulitkan pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.

(Diambil dari http://konstruksimania.blogspot.co.id, Oleh: James Thoengsal, S.T., M.T., IPP. E-Journal:
Dep.Teknik Sipil, Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) Makassar)

Kondisi yang paling sering di alami pada suatu proyek konstruksi adalah terbatasnya waktu pelaksanaan.
Berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, sering terjadi perpanjangan waktu pelaksanaan akibat kurang
cermatnya perencanaan, kurang rapinya manajemen pelaksanaan, kurang logis dan realitisnya hubungan
antar aktivitas yang membawa dampak perpanjangan waktu serta membengkaknya biaya penyelesaian
proyek.

Dasar pertimbangan seorang manajer proyek dalam memutuskan percepatan waktu dengan menggunakan
metode crashing adalah sebagai berikut :

Waktu pelaksanaan proyek yang sudah terlambat dari jadwal semula, sehingga perlu dilakukan
percepatan waktu.

Waktu proyek normal dipercepat dengan menerapkan metode Crashing agar waktu penyelesaian
lebih awal untuk meningkatkan performance dan profil dari pengembang/kontraktor.

Cara crashing hampir selalu berarti peningkatan biaya. Pertambahan biaya yang diakibatkan percepatan
waktu/crashing adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan atau melaksanakan kegiatan dengan
durasi yang dipercepat.

Project crashing ini melibatkan empat langkah yaitu :

1. Tentukan critical path normal dan identifikasi aktivitas kritis.

2. Hitung crash cost per periode untuk seluruh aktivitas dalam jaringan proyek (dengan asumsi bahwa crash
cost bersifat linier), rumus yang digunakan adalah :

3. Pilih aktivitaspada jalur kritis yang memililki crash cost/periode minimum.

Percepat aktivitas tersebut semaksimal mungkin atau sesuaikan dengan batas waktu yang diinginkan.

4. Periksalah, apakah aktivitas yang dipercepat tersebut masih merupakan aktivitas kritis.
Seringkali, percepatan pada jalur kritis dapat menyebabkan jalur lain yang tidak kritis menjadi jalur kritis.
Apabila jalur kritis tersebut masih tetap menjadi jalur terpanjang, maka ulangi langkah 3, jika tidak
tentukan jalur kritis baru dan ulangi langka 3.

IV.3. STRATEGI PERCEPATAN TERBAIK PADA PROYEK KONSTRUKSI PADA FASE KONSTRUKSI

(Diambil dari http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 12 Desember 2016, ditulis oleh Budi
Suanda)

Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengerjakan proyek, berikut ini adalah rekomendasi dan penjelasan
atas strategi-strategi percepatan pada aspek pelaksanaan.

1. Menggunakan metode prefabrikasi Metode prefabrikasi merupakan metode yang mengolah


material mentah menjadi setengah jadi. Melakukan prefabrikasi dapat dilakukan sebelum pekerjaan
dilakukan, sehingga akan memotong waktu pelaksanaan. Adapun contoh prefabrikasi yang sering
dilakukan dan berhasil adalah prefabrikasi bekisting, prefabrikasi besi tulangan kolom, prefabrikasi
beton atau precast, dan prefabrikasi secara precast dinding faade.

2. Aplikasi metode modularisasi Metode ini adalah perkembangan terbaru atas metode prefabrikasi
dimana dilakukan pada multi-elemen bangunan dalam bentuk yang hampir jadi. Metode ini dapat
mempercepat pelaksanaan konstruksi secara signifikan dan aktif dikembangkan oleh berbagai negara,
salah satunya Cina.

3. Aplikasi metode pelaksanaan bersifat dua arah Proyek konstruksi memiliki banyak ketergantungan
yang membuat pekerjaan harus dilakukan secara berurutan sesuai ketergantungan antar pekerjaan.
Aplikasi metode pelaksanaan yang bersifat dua arah bertujuan untuk mengurangi tingkat
ketergantungan antar pekerjaan tersebut. Adapun contoh dari metode ini seperti metode top-down
construction, metode pelaksanaan pekerjaan lantai gedung tiap dua lantai, dan lainnya.

4. Menghilangkan aktivitas saling ketergantungan yang tidak perlu Terdapat beberapa aktivitas pada
proyek konstruksi dapat dihilangkan. Contohnya adalah pada pekerjaan bored pile. Pengecoran bored
pile umumnya dilakukan hingga elevasi permukaan tanah. Padahal, elevasi yang diperlukan adalah
berada di bawah tanah. Sehingga harus dilakukan pembongkaran pondasi bored pile yang berada di
atas elevasi rencana. Untuk menghilangkan aktivitas ini, dilakukan dengan dengan membatasi beton
di atas elevasi rencana dan sesegera mungkin membuang beton di atas elevasi rencana segar
sedemikian hingga elevasi atas beton sesuai elevasi rencana.
5. Transportasi material kritis yang secepat-mungkin Pada pelaksanaan proyek konstruksi di remote
area, pengadaan dan transportasi material akan membutuhkan waktu yang relatif lama. Di samping
itu, pada proyek tertentu akan terdapat beberapa material yang membutuhkan waktu yang lama
untuk pengadaannya (long lead item) seperti pada proyek EPC. Sehingga mempercepat proses
transportasi material kritis akan dapat mempercepat durasi pelaksanaan proyek. Adapun contohnya
adalah engine pembangkit.

6. Menyiapkan proteksi atas kondisi alam Untuk mengatasi masalah dimana kondisi alam yang
menghambat pekerjaan proyek konstruksi, maka harus disiapkan berbagai proteksi. Contohnya adalah
proteksi hujan saat pengecoran dengan menggunakan tenda besar.

7. Strategi khusus atas masa pengerasan beton Beton adalah elemen utama hampir semua jenis
proyek konstruksi. Mempercepat pekerjaan beton akan mempercepat pelaksanaan proyek secara
signifikan. Namun beton memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan kuat tekan tertentu,
sehingga diperlukan strategi khusus untuk mengatasinya. Adapun contoh strategi adalah penggunaan
metode shoring pada pekerjaan bekisting, penggunaan mutu beton tinggi, dan penggunaan aditif
yang mempercepat pengerasan beton.

8. Pemanfaatan elemen struktur bangunan untuk struktur pekerjaan sementara Strategi ini akan
mengurangi waktu yang diperlukan dalam membuat struktur khusus pada pekerjaan sementara atau
terkait metode pelaksanaan. Pada strategi ini, perlu dilakukan cek kekuatan elemen struktur atas
kedua fungsi tersebut dan dampaknya. Beberapa contohnya adalah pemanfaatan pondasi bangunan
gedung untuk pondasi alat Tower Crane (TC), pemanfaatan bagian tertentu dari lantai bangunan
sebagai kantor direksi keet, dan pemanfaatan jalan akses permanen proyek sebagai jalan akses
sementara proyek.

Setiap strategi memiliki kelebihan dan kekurangan serta mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu untuk dapat
berjalan efektif dan memberikan hasil yang optimal dimana dengan tingkat percepatan yang tinggi dengan
biaya yang efisien. Oleh karena itu, pada rekomendasi strategi yang telah diberikan dan dijelaskan di atas,
penggunaannya harus dengan memperhatikan kondisi dan situasi proyek yang unik. Rekomendasi strategi
percepatan tersebut juga dapat dilakukan beberapa penyesuaian sesuai kebutuhan untuk dapat diaplikasikan
dengan hasil yang sesuai tuntutan dan optimal bagi proyek konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

PMBOK 5Th Edition


http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 30 November 2013, ditulis oleh Budi
Suanda
http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 28 Februari 2011, ditulis oleh Budi
Suanda
https://artiamitrapersada.blogspot.co.id, Oleh: YOHANES OE
http://konstruksimania.blogspot.co.id, Oleh: James Thoengsal, S.T., M.T., IPP. E-Journal:
Dep.Teknik Sipil, Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) Makassar
http://manajemenproyekindonesia.com, di posted tanggal 12 Desember 2016, ditulis oleh Budi
Suanda
Budi Suanda. Buku Advanced & Effective Project Manajement Jilid 01

You might also like