You are on page 1of 13

Tugas Ke 5

Mata Kuliah
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

KAJIAN TEORI
PRECEDENCE NETWORK
(Karakteristik, Tipe, Koordinasi, Kemitraan Dll)

Disusun Oleh:

YURISDAL 55717110023
NOVRITA SARI 55717110024
CHAIRIL ANWAR 55717110025
ANWAR ALI 55717110026

UNIVERSITAS MERCU BUANA


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
2017
PRECEDENCE NETWORK

I. PENDAHULUAN
(ditulis oleh: Rupen Sharma, PMP diedit oleh: Michele McDonough Diperbaharui: 4/5/2013.)

Precedence Diagram kerja Method dikembangkan oleh J.W. Fondahl dari Stanford University pada awal
decade 1960 an.

(ditulis oleh : I Gusti Ngurah Oka Suputra, Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar,
Email: okasuputra@yahoo.com, dalam Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 2011, PENJADWALAN PROYEK
DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) DAN RANKED POSITION WEIGHT METHOD (RPWM))
Precedence Diagram Method adalah metode jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (Activity On
Node).
Dalam Metode ini kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak
panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan kegiatan yang bersangkutan.
Dengan demikian dummy yang merupakan tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di
dalam PDM tidak diperlukan (Soeharto, 1995).
PDM pada dasarnya menitik beratkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian
proyek.
PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber - sumber daya
untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan
sumber sumber daya tersebut.
Dalam PDM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tahapan dari proyek konstuksi
dianggap diketahui dengan pasti.
Selain itu juga hubungan antara jumlah sumber-sumber daya yang dipergunakan dan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui.
Seperti halnya metode jaringan kerja yang lain, dalam PDM juga terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis
(critical path analysis).
Jalur kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasan dalam start time dan finish time.
Dengan kata lain, aktivitas kritis adalah aktivitas yang tidak memiliki float time.
Setiap aktivitas kritis harus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Adanya perubahan waktu pelaksanaan dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan, akan
mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan.
Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap
aktivitas.
Bila terjadi kondisi keterbatasan tenaga kerja, maka dilakukan penjadwalan ulang yang meliputi proses
alokasi dan perataan sumber daya, dan metode yang digunakan adalah Resource Scheduling Method.
Terdapat dua cara analisis dalam Resource Scheduling Method untuk menentukan aktivitas mana yang akan
diprioritaskan untuk dijadwalkan bila terjadi konflik sumber daya, yaitu :
Analisis float time
Aktivitas yang memiliki float time paling kecil akan diprioritaskan untuk dijadwalkan.
Analisis nilai Pertambahan Durasi Proyek (PDP)
Dengan cara ini selalu dipilih 2 aktivitas yang mengalami konflik untuk dianalisis.

Misalnya aktivitas A dan B.


Bila A dijadwalkan lebih dulu daripada B, maka besarnya PDP akibat hal itu adalah :
PDPAB = EFA LSB
Prioritas diberikan kepada pasangan aktivitas yang memiliki nilai PDP minimum.
Agar diperoleh nilai PDP minimum, maka harus dipilih aktivitas A dengan nilai EF terkecil dan aktivitas B
dengan nilai LS yang terbesar.
Masalah akan timbul bila terdapat lebih dari satu alternatif yang memiliki nilai minimum float time atau PDP
yang sama.
Pada project management software yang biasa digunakan, seperti Microsoft Project 2007, bila ditemui
kondisi serupa, prioritas otomatis akan jatuh kepada aktivitas dengan kode aktivitas yang terkecil.
Hal ini tentu saja tidak dapat dipertanggung jawabkan karena nilai kode aktivitas tidak mempersentasekan
fungsi apapun dan sepenuhnya tergantung pada keinginan operator/perencana.

(ditulis oleh : Irika Widiasanti http://irikakuliah.blogspot.co.id Jumat, 06 Mei 2011)


Precedence Diagram Method adalah metode penyusunan jadwal proyek diagram jaringan untuk mewakili
kegiatan dan menghubungkan mereka dengan panah yang menunjukkan dependensi,
Kritis Tugas, tugas noncritical, dan waktu slack
Menunjukkan hubungan tugas satu sama lain
Memungkinkan untuk apa skenario-jika, terburuk, kasus terbaik dan kemungkinan besar

Elemen - elemen yg termasuk dalam Precedence Diagram Method


Tanggal mulai awal
Tanggal akhir mulai
Tanggal selesai awal
Tanggal selesai akhir
Jangka waktu
WBS referensi
Dapat di lihat juga dari :
Arrow diagram Metode
Proyek jaringan
Metode jalur kritis
Gantt chart
Evaluasi Program dan Teknik Review

Fungsi PDM yaitu:


Berkomunikasi: Representasi visual memudahkan Anda untuk berkomunikasi aliran eksekusi proyek atau
aliran kegiatan proyek.
Mengidentifikasi hilang kegiatan: Bila suatu kegiatan tidak teridentifikasi, tidak pernah akan selesai.
Dengan visual yang mewakili kegiatan, ada kesempatan besar bagi tim Anda untuk mengidentifikasi
aktivitas hilang.
Mengidentifikasi dependensi: Setiap kegiatan tergantung pada beberapa kegiatan lainnya. Ketika suatu
dependensi yang tidak teridentifikasi, proyek ini akan tertunda hingga waktu yang identifikasi terjadi.
Sebagai contoh, jika ada komponen kritis yang sedang diproduksi oleh vendor pihak ketiga, produk akhir
tergantung pada vendor. Jadi, bahkan jika Anda menyelesaikan semua kegiatan lain, proyek tersebut
tidak akan lengkap sampai penjual persediaan komponen kritis.
Mengidentifikasi aktivitas penting: kegiatan tertentu memiliki dampak yang lebih besar pada jadwal
proyek daripada yang lain. Dengan menggunakan PDMS, Anda dapat menentukan kegiatan penting untuk
jadwal proyek. Ini dikenal sebagai jalan Metode Kritis (CPM).
Membuat jadwal proyek: Tujuan akhir dari PDM adalah untuk menciptakan sebuah jadwal proyek praktis
dan kuat.

Jenis Dependensi
Ada empat tipe dependensi yang Anda perlu ketahui sebelum membuat Diagram Precedence.
Selesai - Mulai: Dalam ketergantungan ini, aktivitas tidak dapat dimulai sebelum aktivitas sebelumnya
telah berakhir. Sebagai contoh, Anda tidak bisa memasak sup sebelum mengumpulkan semua bahan.
Oleh karena itu, kegiatan "Mengumpulkan Bahan" harus selesai, sebelum kegiatan "Cook Stew" dapat
dimulai. Ini adalah ketergantungan yang paling umum digunakan.
Mulai - Mulai: Dalam ketergantungan ini, ada hubungan pasti antara awal kegiatan.
Selesai - Selesai: Dalam ketergantungan ini, ada hubungan pasti antara tanggal akhir kegiatan.
Mulai - Selesai: Dalam ketergantungan ini, ada hubungan ditentukan antara awal satu kegiatan dan
tanggal akhir dari suatu kegiatan pengganti. Ketergantungan ini jarang digunakan.
Diagram Precedence memiliki beberapa fitur berikut:
Acara: Start dan oval Akhir menandakan bentuk acara. acara adalah sebuah titik waktu tidak memiliki
durasi, yang juga dikenal sebagai tonggak sejarah. Diagram Precedence akan selalu memiliki Awal dan
Akhir acara.
Kegiatan: Ada empat kegiatan (Aktivitas 1, 2, 3, dan 4), aktivitas masing-masing diwakili oleh sebuah
node.
Dependensi: Setiap node (Kegiatan dan Acara) dihubungkan dengan menggunakan panah uni-directional.
Ini menandakan hubungan antara kegiatan. Hubungan antara kegiatan, baik dapat pendahulu atau
penerus. Sebagai contoh dalam gambar, Kegiatan 1 memiliki ketergantungan tidak, Kegiatan 2 dan 3
tergantung pada Kegiatan 1, sementara Aktivitas 4 tergantung pada Kegiatan 2 dan 3.

Catatan :
Karena aktivitas yang diwakili oleh node, Precedence Diagram juga disebut "kegiatan-on-the-node"
diagram.
Diagram Jaringan akan selalu memiliki peristiwa Awal dan Akhir. Mereka juga mungkin memiliki acara lain
yang disebut tonggak. Sebagai contoh, membunuh-poin yang tonggak. Dalam Diagram Jaringan, awal
suatu kegiatan harus dikaitkan dengan akhir kegiatan lain.
Selanjutnya, membaca bagaimana membangun suatu Diagram Diutamakan diberi daftar kegiatan.

(ditulis oleh : Iin Arianti https://www.slideshare.net/angreliany/precedence-diagram-method-2 Jan 1, 2015)


Kelebihan PDM dari NWP
Tidak perlu kegiatan fikti ( Dummy) sehingga pembuatan jaringanmenjadi lebih sederhana
Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah sejumlah kegiatan.

Lambang Kegiatan PDM


Menurut W. Irfianto
Kegiatan dalam PDM mudah diindentifikasi, misalnya
Menurut Imam Suharto

Bentuk PDM menurut MT. Challahan 1992

Menurut Husen Abrar

Ketentuan Dalam PDM


Kotak menandai suatu kegiatan
Dalam suatu kegiatan harus dicantumkan symbol, nama kegiatan dan durasi
Setiap Node terdapat 2 peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir
Node dibagi menjadi bagian bagian kecil yang berisi keterangandari kegiatan ( nama, durasi, nomor,
dimulai dan selesainya kegiatan)
Dummy tidak diperlukan
Anak panah hanya sebagai penghubung
Garis penghubung dapat dimulaidari kegiatan kiri ke kanan atau dari atas ke bawah
Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula maka dapat
ditambahkan kegiatan fiktif Start dan Finish
Konstrain (tanda) menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan sayu garis dari node terdahulu ken ide
berikutnya
Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node
Perhitungan ES dan EF menggunakan perhitungan ke depan (Forward Analysis) atau dari kiri ke kanan
Kegiatan Predecessor adalah kegiatan I sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J ( ES dan EF)
Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan, maka ambil nilai terbesar
Jika tidak ada konstrain atau kegiatansplitable (FS atau SS) maka ES (J) = EF (J) D (J)
Perhitungan LS dan LF dari kanan ke kiri (Backward Analysis)
Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan I
Jika ada lebih dari satu anak panah yang keluar dari suatu kegiatan, maka ambil nilai terkecil
Jika tidak ada konstrain atau kegiatan spelitable (FF atau FS maka LF (J) = LS (I) + D (I)

Pengertian Lag
Link Lag merupakan garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network.
Lag adalah sejumlah waktu tunggu dari suatu periode kegiatan J terhadap kegiatan I telah dimulai, pada
konstrain SS dan SF.
Lead adalah jumlah waktu yang mendahuluinya dari suatu periode kegiatan J sesudah kegiatan I sebelum
selesai, pada konstrain FS dan FF.

Terdapat empat macam konstrain atau hubungan overlapping


Konstrain Selesai ke Mulai (FS) atau (FTS) adalah konstrain yang memberikan penjelasan hubungan
antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu
Rumus : FS (i-j) = a
Artinya: kegiatan (j) mulai a hari,setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai
Konstrain Mulai ke Mulai (SS) adalah konstrain yang memberikan penjelasan hubungan antara mulainya
suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu
Rumus : SS (i-j) = b
Artinya: kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan yang terdahulu (i) mulai
Konstrain Selesai ke Selesai (FF) adalah konstrain yang memberikan penjelasan hubungan antara
selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu
Rumus : FF (i-j) = c
Artinya: kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan yang terdahulu (i) selesai
Konstrain Mulai ke Selesai (SF) adalah konstrain yang memberikan penjelasan hubungan antara
selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu
Rumus : SF (i-j) = d
Artinya: kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan yang terdahulu (i) mulai

Langkah-langkah penyusunan jaringan PDM


1. Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan
2. Menghubungkan node-node tsb dengan anak panah sesuai ketergantungan dan konstrain
3. Menyelesaikan PDM dengan mengisi bagian- bagian dalam node.
4. Menghitung ES, EF, LS, LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, jalur kritis, float dan waktu penyelesaian
proyek

Cara perhitungan ES, EF


1. Menghasilkan ES, EF dan durasi waktu penyelesaian proyek.
2. Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung.
3. Hitungan maju dari kiri ke kanan
4. Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau
5. Waktu awal dianggap 0 (nol)

Rumusnya LF (i)
LF (i) = LF(j) FF (i-j) atau
LF (i) = LS(j) FS (i-j) atau
LF (i) = LF(j) SF (i-j) + D (i) atau
LF (i) = LS(j) SS (i-j) + D (j)

6. Pilih angka terkecil


7. Rumus Ls (i) = LF (i) D (i)

Rumusnya :
ES (j) = ES(i) + SS (i-j) atau
ES (j) = ES(i) + SF (i-j) atau
ES (j) = EF(i) + FS (i-j) atau
ES (j) = EF(i) + FF (i-j) atau
EF : EF (j) = ES (j) + D (j)

Jalur dan Kegiatan Kritis


Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama ES = LS
Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama EF = LF
Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai
paling awal. LF ES = D
Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis.
(ditulis oleh : I Gusti Ngurah Oka Suputra, Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar,
Email: okasuputra@yahoo.com, dalam Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 2011, PENJADWALAN PROYEK
DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) DAN RANKED POSITION WEIGHT METHOD (RPWM))

II. Tahapan Penjadwalan Aktivitas Proyek dengan PDM


Pada proses penjadwalan PDM, apabila terjadi kondisi keterbatasan sumber daya akan dilakukan
penjadwalan ulang yang meliputi proses alokasi sumber daya dengan metode Resource Scheduling Method.
Terdapat tiga aturan dalam proses alokasi sumber daya ini yaitu (Siswojo, 1981) :
Pengalokasian sumber-sumber menurut waktunya, yaitu dimulai pada hari pertama dan semua pekerjaan
yang mungkin dijadwalkan, ini kemudian dilakukan pula untuk seterusnya.
Bila beberapa pekerjaan berkompetisi untuk sumber - sumber yang sama maka prioritas diberikan pada
pekerjaan yang mempunyai slack paling sedikit.
Bila mungkin, pekerjaan yang tidak kritis dijadwalkan kembali, agar dapat membebaskan sumber-sumber
untuk keperluan penjadwalan pekerjaan yang kritis (nonslack jobs).

III. Ranked Positional Weight Method (RPWM)


Sebuah solusi penjadwalan aktivitas melalui metode lain yaitu Ranked Positional Weight Method (RPWM),
akan dikaji untuk menganalisis aplikasinya dalam penjadwalan proyek konstruksi.
RPWM diperkenalkan oleh Helgeson and Birnie pada tahun 1961.
Metode ini telah diakui sebagai salah satu teknik dasar dari proses line balancing dalam industri manufaktur
yang berarti proses penjadwalan aktivitas perakitan dalam jalur produksi yang bertujuan untuk
memaksimalkan kecepatan dan efisiensi di setiap stasiun kerja serta menyeimbangkan lintasan sehingga
seluruh stasiun kerja bekerja dalam lintasan dengan kecepatan yang sedapat mungkin sama.
RPWM terbukti relatif mudah diaplikasikan dan telah digunakan untuk penjadwalan jalurjalur perakitan
(assembly line) dalam industri manufaktur (Tan dkk, 1998).
Proses alokasi dan perataan sumber daya pada RPWM mempunyai pedoman yang jelas, yang berupa tingkat
positional weight (bobot posisi) dari setiap aktivitas.
Bobot posisi dari setiap aktivitas dapat didefinisikan sebagai jumlah dari durasi suatu aktivitas ditambah
dengan jumlah total durasi seluruh aktivitas yang mengikuti aktivitas tersebut.
Pada intinya, aktivitas dengan bobot posisi yang lebih besar memiliki tingkat prioritas yang lebih tinggi untuk
mengalami proses alokasi dan perataan sumber daya.
Pada gambar 9 di atas diilustrasikan sebuah network diagram, dengan nama aktivitas di kotak kiri dan durasi
aktivitas di kotak kanan. Besarnya bobot posisi dari aktivitas A adalah 18 (5+4+3+2+4), sedangkan bobot
posisi dari aktivitas B adalah 13 (4+3+2+4), dan demikian seterusnya.

Secara umum RPWM mempunyai kemampuan sebagai berikut :


Identifikasi jalur kritis Jalur kritis dapat diidentifikasi dari diagram batang yang diperoleh dari penerapan
RPWM.
Penjadwalan untuk sumber daya yang bersifat terbatas dan tidak terbatas.
Pada penjadwalan untuk sumber daya tak terbatas (unconstrained resource scheduling), penambahan
jumlah sumber daya tidak akan memperpendek durasi proyek.
Pada kasus ini durasi proyek yang dihasilkan sudah merupakan durasi yang paling pendek, sedangkan
pada penjadwalan untuk sumber daya terbatas (constrained resource scheduling), durasi proyek akan
lebih panjang akibat keterbatasan sumber daya.
Alokasi dan perataan sumber daya. Penentuan durasi proyek yang berbeda untuk berbagai macam
tingkat ketersediaan sumber daya.
Estimasi biaya konstruksi Suatu biaya optimal untuk konstruksi dapat diperoleh atas dasar durasi atau
waktu penyelesaian proyek, biaya overhead proyek, pengalokasian dan perataan sumber daya serta
biaya-biaya akibat keterlambatan dan faktor-faktor yang lain.

Tahapan Penjadwalan Aktivitas Proyek dengan RPWM


Penjadwalan aktivitas proyek dengan RPWM akan melalui tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai
dengan tahap
Pertama yaitu tahap mengidentifikasi jenis-jenis aktivitas proyek beserta karakteristiknya (durasi dan
volume).
Tahap kedua membuat precedence diagram dari aktivitas-aktivitas tersebut.
Tahap ketiga dilakukan penentuan tingkat ketersediaan sumber daya selama proyek berlangsung.
Pada tahap keempat ditentukan bobot posisi (positional weight) dari setiap aktivitias, kemudian aktivitas-
aktivitas tersebut disusun dengan urutan, menurut aktivitas-aktivitas dengan bobot posisi terbesar
Tahap Kelima adalah tahap untuk menjadwalkan aktivitas dengan pedoman sebagai berikut:
Aktivitas dengan bobot posisi tertinggi dilaksanakan pada hari pertama proyek.
Sumber daya per hari yang tidak dipekerjakan (sumber daya yang tersisa) didapat dengan
mengurangi jumlah maksimal sumber daya yang telah terpakai.

Aktivitas dengan bobot tertinggi berikutnya dipilih, kemudian dilakukan dua pemeriksaan yaitu
Pemeriksaan Precedence dimana suatu aktivitas hanya bisa dijadwalkan bila semua aktivitas yang
mendahului telah dijadwalkan
Pemeriksaan Kebutuhan Sumber Daya untuk memastikan suatu aktivitas harus lebih kecil atau minimal
sama dengan jumlah sumber daya yang tersisa pada saat itu.

Jika kondisi predence dan kebutuhan sumber daya terpenuhi, aktivitas tersebut dapat dijadwalkan pada hari
tersebut dan tahap kedua dan ketiga diulangi untuk aktivitas dengan bobot posisi tertinggi berikutnya.
Jika salah satu atau keseluruhan kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka aktivitas yang dimaksud tidak dapat
dijadwalkan pada hari tersebut (dilewati).
Kemudian dipilih aktivitas berikutnya dengan bobot posisi terbesar dan pengecekan kondisi precedence dan
kebutuhan sumber daya diulang untuk aktivitas ini.
Langkah kedua dan ketiga diulang untuk hari pertama (hari proyek yang sama) sampai terjadinya kondisi.
Kondisi pertama adalah kondisi yang menunjukkan jumlah sumber daya total dari aktivitas-aktivitas yang
telah dijadwalkan sama dengan jumlah maksimal sumber daya yang tersedia.
Kondisi kedua adalah tidak ada lagi aktivitas yang dapat dijadwalkan akibat batas dalam pemeriksaan
precedence, dan yang ketiga aktivitas selanjutnya memerlukan sumber daya yang tersedia pada saat itu.
Penjadwalan untuk hari berikutnya dimulai dengan memilih aktivitas yang memiliki bobot posisi terbesar
selanjutnya. Harus diperhatikan bahwa setiap aktivitas yang telah dijadwalkan sebelumnya tidak dapat
dihentikan sebelum aktivitas itu selesai, dan sumber daya yang masih digunakan tidak dapat dipakai untuk
aktivitas yang lain
Pedoman sesuai langkah kedua sampai dengan kelima di atas diulang terus menerus sampai semua aktivitas
selesai dijadwalkan.
Jalur kritis diperoleh dari network diagram yang telah dilengkapi dengan penjadwalan semua aktivitas.

IV. Kesimpulan
Dalam PDM, bila terjadi kondisi keterbatasan sumber daya, maka dilakukan penjadwalan ulang dengan
metode Resource Scheduling Method.
Masalah akan timbul bila terdapat lebih dari satu alternatif pasangan aktivitas yang memiliki nilai minimum
float time atau PDP yang sama.
Pada software Microsoft Project 2007, bila ditemui kondisi serupa, prioritas otomatis akan jatuh kepada
aktivitas dengan kode aktivitas yang terkecil.
Proses alokasi dan perataan sumber daya pada RPWM berdasarkan tingkat positional weight (bobot posisi)
dari setiap aktivitas, yaitu jumlah dari durasi suatu aktivitas ditambah dengan jumlah total durasi seluruh
aktivitas yang mengikuti aktivitas tersebut.
Pada intinya, aktivitas dengan bobot posisi yang lebih besar memiliki tingkat prioritas yang lebih tinggi untuk
mengalami proses alokasi dan perataan sumber daya.
V. Daftar Pustaka

Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta.


Husen, A. 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian Proyek, C.V Andi Offset,
Yogyakarta.
Mertha Jaya, N., Diah Parami Dewi, A. A. 2007. Analisa Penjadwalan Proyek Menggunakan Rangked
Positional Weight Method (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Pasar Mumbul di Kabupaten Buleleng),
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 11 No. 2, Juli, pp. 100 108.
Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi 1, Kartika Yudha, Surabaya.
Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1986. Manajemen Proyek Konstruksi 2, Kartika Yudha, Surabaya.
Pramana, I N. B. 2004. Penjadwalan Aktivitas Proyek Konstruksi Menggunakan Rangked Positional Weight
Method (RPWM) Pada Proyek Gelanggang Olah Raga (GOR) Amlapura Tahap I. Fakultas Teknik
Universitas Udayana, Denpasar.
Siswojo. 1981. Pokok-pokok Project Management PERT dan CPM, Erlangga, Jakarta.
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta.
Tan, P.W.M. dan Dissanayake, P.B.G. 1998. Construction Project Scheduling by Rangked Positional Weight
Method, Canadian Journal of Civil Engineering, vol. 25, pp. 424 436.
Rupen Sharma, PMP diedit oleh: Michele McDonough Diperbaharui: 4/5/2013
I Gusti Ngurah Oka Suputra, Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar,
Email: okasuputra@yahoo.com, dalam Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 2011,
PENJADWALAN PROYEK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) DAN RANKED POSITION
WEIGHT METHOD (RPWM)
Irika Widiasanti http://irikakuliah.blogspot.co.id Jumat, 06 Mei 2011)

You might also like