Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Menurut Undang -Undang Republik Indonesia Nomor : 29 tahun 2009, Kawasan transmigrasi
terdiri dari Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang mendukung pusat
pertumbuhan baru dan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) yang mendukung
pertumbuhan yang sudah ada.
Secara hirarkhi kewilayahan WPT atau LPT terdiri dari SKP-SKP (Satuan Kawasan
Pengembangan) dan SKP terdiri dari SP-SP (Satuan Permukiman). Sesuai hirakhi
kewilayahan tersebut perencanaan permukiman dibagi dalam 3 tahap yaitu :
Tahap I : Rencana Kerangka Wilayah Pengembangan Transmigrasi (RKWPT) atau Rencana
Lokasi Permukiman Transmigrasi .
(RLPT), Skala 1: 50.000
Tahap II : Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pengembangan RKSKP, Skala 1 : 25.000
Tahap III : Rencana Tehnik Unit Permukiman Transmigrasi dan Rencana Tehnik Jalan
(RTJ), Skala 1 : 10.000
Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi yang layak idealnya tahapan perencanaannya
mengikuti tahapan tersebut diatas agar dapat memacu pusat-pusat pertumbuhan yang sudah
ada dan mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan baru sesuai dengan hirarkinya.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) berikut ini disusun untuk Penyusunan RTSP dan RTJ dengan
pola usaha Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Pangan Lahan Basah
(TPLB).
Penerapan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menyebabkan
berbagai perubahan pada struktur organisasi pelaksanaan pembangunan di daerah, dimana
Pusat berfungsi sebagai steering, yaitu memberikan fasilitasi dalam mekanisme
pembangunan di daerah, dengan harapan kegiatan pembangunan dapat terkendali, baik
ditingkat Propinsi maupun Kabupaten sebagai pelaksana pembangunan.
1.2 T U J U A N
Sebagai pedoman dalam mengevaluasi laporan hasil Desain sesuai TOR dan Juklak yang
ada.
a. Menyusun Tata Ruang Satuan Permukiman yang memenuhi kriteria 2 C (Clear and Clean)
dan 4 L (Layak Huni, Layak Usaha, Layak berkembang dan layak Lingkungan) dan
menyusun Rencana Tehnik Jalan (RTJ) untuk jalan Penghubung Poros/Penghubung.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang dan Tujuan
1.2. Metode Pendekatan Studi
1.3. Susunan Tim
2.2. Topografi
2.2.1. Kerangka Dasar Pengukuran
2.2.2. Kemiringan lahan
2.3. Hidrologi
2.3.1. Iklim
2.3.1.1. Keadaan Umum dan Klasifikasi Iklim 2.3.1.2. Curah Hujan
2.3.2. Sub Wilayah Aliran Sungai (Debit, Tinggi Muka Air, Kualitas)
2.3.3. Sumberdaya Air (Debit dan Kualitas)
2.3.4. Air Tanah
2.3.4.1.Air Tanah Dangkal
2.3.4.2.Air Tanah Dalam
2.3.4.3. Detail Topografi
2.3.5. Sumber Air Minum
2.3.6. Kemungkinan Pengairan/lrigasi
2.3.7. Resiko Banjir
2.4. Vegetasi
2.4.1. Jumlah dan Potensi Tegakan
2.4.2. Status Hutan
2.4.3. Penggunaan Lahan
2.4.4. Flora dan Fauna
2.5. Sumberdaya Lahan
2.5.1. Diskripsi dan Klarifikasi tanah (Bahan Induk, Geomorfologi, Geologi, Macam tanah)
2.5.2. Satuan Peta Lahan
2.5.3. Kesuburan tanah
2.5.4. Penilaian Kesesuaian lahan
2.6. Kondisi Tanah Dasar dan Sumber Material
2.6.1. Kondisi Tanah Dasar
2.6.2. Sumber Material (Termasuk Untuk Gorong-Gorong dan Jembatan)
BAB Ill. RENCANA TEKNIS UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI (RTSP) DAN RENCANA
TEKNIS JALAN (RTJ)
3.10.Telaahan Lingkungan
3.10.1. Dampak Lingkungan Fisik dan Biologi
3.10.2. Dampak Lingkungan Sosial dan Ekonomi
BA.B IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Umum
4.1.2 Pola Usaha Pokok
4.1.3 Kelayakan Calon Lokasi
4.1.4 Kendala Khusus
4.2 Rekomendasi
DAFTAR RUJUKAN
Materi dan skala peta serta susunannya yang harus disajikan seperti:
Materi Album Peta RTSP dan Susunannya
1 1.4.3. Paket informasi lokasi (PILOK) sesuai dengan Kerangka Out Line :
Out Line Paket Informasi Lokasi (PILOK)
BAB. 1 INFORMASI UMUM
1.1 Letak Lokasi
1.2 Aksesibilitas
BAB. 7 REKOMENDASI
7.1 Sarana Air Bersih Non Standar
7.2 Prasarana Non Standar (Drainase, Jembatan, Dermaga dll)
LAMPIRAN
1. Peta Orientasi
2. Peta RKSKP
3. Peta Rencana Tata Ruang
4. Peta Alinemen Jalan
5. Peta Pembukaan Lahan
1 1.4.4. Rekaman kondisi lokasi dalam Video Compact Disk (VCD) atau yang setara
dengannya
BAB II
RINGKASAN KEGIATAN
BAB III
PEDOMAN TERINCI
b. Kontrol Vertikal
a. Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60 V D Km) mm; D = jumlah jarak pengukuran;
b. Metode pengukuran tachimetris.
Setelah dilakukan penyaringan dengan rintisan per 500 m maka ditentukan areal yang akan
adirencanakan untuk lahan pekarangan. Calon areal lahan pekarangan ini akan dipetakan
keadaan topografinya dalam skala 1 : 5000 untuk itu dilakukan pembuatan rintisan per 250
dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 250 harus terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup
b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat T. atau yang sederajat dengan
pembacaan 30"
c. Salah penutup sudut 4" Vn (n = banyak titik poligon)
d. Ketelitian linier .500
e. Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm VD Km (D = jumlah jarak jalur pengukuran
beda tinggi)
1 d. Survei Topografi Dalam Jalur Rintisan per 125 m (dilakukan setelah diperoleh calon
lahan fasilitas umum dan lahan pekarangan)
1 * Survei topografi dalam jalur rintisan per 125 meter dilakukan pada calon lahan
Fasilitas Umum dan Lahan Pekarangan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa lahan-Iahan tersebut memang berada pada lahan dengan kemiringan lahan
yang sesuai / relative cukup datar.
2 * Pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data tinggi titik-titik dalam
jalur rintisan, untuk keperluan penggambaran contour dan pengecekan terhadap
data kemiringan lahan hasil survei terdahulu.
3 * Pengukuran rintisan per 125 m dilakukan dengan metode polygon-tachimetri,
memakai alat ukur Theodolite atau yang sederajat. Jarak antara titik-titik
pengamatan tidak lebih dari 50 meter, dan dalam hal ditemui perubahan topografi
dalam jarak kurang dari 50 meter, maka detail tersebut perlu diamati.
4 * Ketelitian yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
5 - Rintisan per 125 meter harus terikat terhadap base line
6 - Salah penutup beda tinggi setiap kring pada jalur rintisan tidak lebih dari 60 D
Km mm, D = Jumlah jarak jalur pengukuran dalam Km.
7 - Salah linier jarak tidak lebih dari 1/2500
8 - Salah penutup sudut 4' n dimana n = jumlah titik polygon.
9 * Selanjutnya, peta topografi skala 1 : 5.000 pada calon lahan pekarangan dan
fasilitas umum / pusat desa, harus selesai dibuat di lapangan. Peta topografi
tersebut harus dilengkapi dengan koordinat UTM, data-data tinggi titik-titiknya,
contour dengan interval 2,5 m dan detail-detail lainnya.
Titik-titik pada kerangka dasar dan titik-titik ikat, serta titik-titik dalam jalur rintisan harus di plot
pad a peta kerja skala 1 :5.000 atau 1 : 10.000 dalam sistem koordinat universal transerve
mercator. Data-data ketinggian yang didapat dari pengukuran tachymetri, diplot, kemudian
dibuatkan peta kontournya, dengan interval kontour sebagai berikut :
* Untuk areal bergunung, interval kontour setiap 10 meter
* Untuk areal datar/landai, interval kontour setiap 2-5 m.
Penyajian gambar berdasarkan pada standarisasi yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Direktorat Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrsi.
V = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
* = Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
Terhadap calon lahan pekarangan penilaian kesesuaian lahan pada tingakt unit, khusus
dinilai type penggunaan komiditi tanaman pangan pokok dan tanaman pangan yang
diusulkan dinilai secara aktual dengan masukan input teknologi, tingkat rendah yang
diperlukan sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula untuk type penggunaan
lain, juga untuk tanaman tahunan yang diusulkan. Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan
pada peta skala 1 : 5.000.
Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut diatas (standar rata-rata) lokasi
studi tidak dapat dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan konsultan diharuskan
membuat penilaian kesesuaian lahan secara standar tidak di rata-rta (STR) atau dengan
mempertimbangkan input teknologi pada tingkat sedang. Hasil evaluasi kesesuaian lahan
disajikan pada peta skala 1 : 10.000 untuk seluruh daerah survai dan 1 : 5000 untuk calon
Lahan Pekarangan / Lahan Pangan dan fasilitas Umum.
Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komoditi tanaman pangan pokok dan
tanaman lainnya pangan pokok dan tanaman lainnya yang direkomendasikan oleh konsultan
berpedoman menurut sistem Atlas Format Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).
c. FAUNA
Pembahasan harus Mengemukakan :
1) Populasi hewan, species, ikan, ampibi, reptilia, burung dan mamalia yang habitatnya
dianggap penting karena :nemiliki nilai ekonomis, dan nilai ekologis.
2) Species fauna yang langka, terancam dan yang berperan penting dalam pengembangan
ilmu pengetahuan
3) Species yang kena dampak penting dan uraian mengenai cara pengembang biakannya,
sik!us dan neraca hidupnya.
4) Tempat pemijahan / bersarang atau migrasi dari fauna.
2. Hidrologi
Penyelidikan Hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran sungai yang akan
mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan pada Laporan Tahap 11, Interpretasi Foto
Udara, dan peta yang ada.
Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta tersebut digambarkan pola
drainase, batas daerah sungal utama, daerah genangan dan daerah bahaya banjir. Semua
sungai harus diteliti mengenai lebar. kedalaman. dan debitnya yang kemudian diplot pada
peta. Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas daerah sungai,
perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi dari survai topografi, tanah, dan tata guna
lahan. Tersedianya sumber air bersih akan diteliti. Sumber yang paling disukai adalah sumur
dangkal, tetapi air permukaan dan air hujan (ditampung dari atap rumah) akan diperhatikan
juga. Tersedianya air tanah dangkal ditentukan dengan sampling dan testing:
a. Lokasi sumur percobaan dan daerah yang cocok untuk sumur dangkal ditunjukkan pada
peta yang terpisah.
b. Tersedianya air permukaan ditentukan jika air tanah dangkal tidak tersedia
c. Pengukuran kualitas air (Ec dan pH) dilakukan untuk sumber air tanah dan air permukaan.
d. Penampungan air dari atap rumah dilakukan dan diteliti apabila sumber tak tersedia atau
kurang mencukupi.
3. Ketersediaan air
a. Tersedianya sumber air minum harus diteliti. Sumber air minum yang ada dianjurkan
adalah dari sumur dangkal. Juga air permukaan dan pengumpulan serta penyimpanan air
hujan;
b. Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus diuji, yaitu dengan
membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan pusat SP, sekurang-kurangnya 2 buah pada
tempat yang mewakili daerah yang diteliti. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan
dengan mewawancarai penduduk setempat dan dengan mengamati permukaan air selama
studi. Letak sumur uji dan daerah yang cocok untuk sumur uji yang dangkal harus diplot pada
hidrologi.
c. Air permukaan yang dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih harus diteliti. Sumber
air permukaan yang dipilih sebagai sumber air harus digambarkan baik dari segi letak
maupun penyalurannya.
d. Penelitian tempat-tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan penyimpanan air
permukaan perlu dilakukan sebagai dasar
untuk penentuan penelitian selanjutnya (pembuatan check Dam dan bangunan dengan fungsi
yang sama)
e. Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis terperinci data
hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah
transmigran yang standar (2: 35 m3) Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan
spsesirikasi standar harus disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan air
atap.
f. Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih baik harus dikemukakan
untuk pemakaian yang akan dating.
g. Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan air yang direncanakan .
2) Mengenai kehutanan
a) Jumlah penduduk yang bekerja di bidang kehutanan baik yang bekerja sebagai pekerjaan
utama ataupun pekerjaan sampingan seperti mengambil hasil hutan atau sebagai buruh.
b) Jenis kayu yang diambil
c) Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut
d) Pemasaran hasil hutan tersebut
e) Sarana dan prasarana transpaortasi yang dipergunakan untuk pemasaran hasil hutan
tersebut;
f) Data dan informasi berbagai sarana pelayanan umum meliputi Pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perhubungan dan perekonomian.
3) Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut dalam butir-butir dapat
diperoleh dari :
a) Desa/kampung yang bersangkutan;
b) Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;
c) Tingkat kabupaten.
2 . Model usaha tani yang diusulkan harus digambarkan secara terinci. Jenis dan kalau
mungkin juga varitas tanaman serta pola tanam dan pergiliran tanaman (cropping patern and
crop rotation) harus diidentifikasi, berdasarkan kebutuhan transmigran untuk memenuhi
kebutuhan pangan keluarganya. Hasil produksi tanaman harus memberikan makanan yang
cukup dengan gizi berimbang serta memberikan pendapatan tunai yang memadai. Cara
bercocok tanamnya harus memperhatikan usaha menjaga kondisi tanah;
a. Jumlah luas lahan yang optimal untuk setiap jenis tanaman yang diusulkan di lahan
pekarangan perlu dihitung;
b. Masukkan pertanian minimum dan optimum harus diperkirakan untuk setiap jenis/varitas
tanaman dan pola tanaman yang diusulkan dikaitkan dengan kondisi iklim, tanah dan
topografi. Jika jumlah masukan dari pemerintah (paket supply) berbeda jauh dari
rekomendasi optimum maka pengaruh terhadap pola tanaman yang diusulkan harus
disebutkan dan produktivitas lahan tersebut juga harus diperkirakan.
c. Sumber masukan seperti bibit dan adanya bantuan Dinas Pertanain harus diperhitungkan.
Kesulitan penyediaan pupuk atau keperluan bahan kimia dan obat-obatan harus diidentifikasi.
d. Perkiraan hasil panen untuk tingkat pengelolaan yang berbeda harus dibuat. A.ngka-
angka produksi berdasarkan hasil penelitian yang paling akhir dapat dijadikan sebagai
pegangan. Akan tetapi apabila data produksi yang didapat dari hasil penelitian tersebut cara
pengolahannya yang kurang memadai, maka data tersebut perlu dipertimbangkan. Hasil
panen pad a daerah disekitar daerah studi penting sekali. Kemungkinan perubahan dalam
hasil selama perkembangan pemukiman, karena usaha perbaikan ataupun kendala harus
dapat iperkirakan. Hasil panen pada setiap akhir periode pengembangan pemukiman
transmigrasi (periode tahap konsolidasi, periode tahap pengembangan dan periode tahap
pemantapan) harus dinilai, apakah sudah sesuai dengan target yang ingin dicapai atau
belum.
5. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap sistem usaha tani yang diusulkan harus dihitung dan
sistem usaha tani tersebut harus ditunjukkan sebagai usaha tani yang biasa dipakai.
6. Ketersediaan tenaga kerja dari setiap keluarga transmigran kelahan plasma dan inti serta
sarana transportasi yang mungkin akan disediakan perlu disebutkan. Mekanisasi atau
penggunaan ternak tarik mungkin bisa memecahkan hambatan-hambatan tersebut, tetapi
tidak bisa diperkirakan sebagai pemecahannya pada tahun-tahun pertama perkembangan
permukiman.
7. Fasilias permasaran dan pengolahan yang tersedia dan yang masih diperlukan harus
disebutkan.diperhitungkan disertai biaya yang diperlukan.
8. Pengembangan yang diusulkan hendaknya dikaitkan dengan metoda yang direncanakan
untuk pengembangan lokasi tersebut, khususnya cara pembukaan lahan dan pemanfaatan
kayu dari lahan yang dibuka agar diterangkan sejelas mungkin.
9. Pola kelembagaan pembinaan petai transmigran perlu diusulkan termasuk tata kerjanya,
khususnya kelembagaan penyuluhan
pertanian dengan segala perangkat pendukungnya dan kelembagaan ekonomi pedesaan,
termasuk koperasi dan perkreditan usaha tani.
10. Hendaknya ada saran-saran tentang kemungkinan usaha tani terpadu seperti
menambahkan pemeliharaan ternak dan usaha diversifikasi tani lainnya, dengan uraian
tentang bagaimana mendapatkannya, pemeliharaannya dan keuntung an-keuntungannya.
2. Rencana blok
a. Prinsip.
Prinsip-prinsip perencanaan dalam penyusunan RSTP adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan lahan direncanakan harus berdasarkan kesesuaian lahan tanaman Pangan
dan Tanaman Tahunan yang diusulkan.
2) Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lain, seperti
penggunaan HPH, ladang penduduk dan sebagainya. Secara status Hutan harus merupakan
Araeal Penggunaan lain (APL). Dalam hal menggunakan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK) haius ada persetujuan dari Departemen Kehutan (IPPKH).
3) Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi dan sesuai dengan
kebutuhan pemukiman.
4) RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas (kemudahan hubungan), baik
hubungan di dalam SP maupun hubungan SP dengan daerah luar.
5) Prasarana harus efisien dalam hal jasa-jasa yang disediakan serta biayanya.
6) Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan merencanakan
penggunaan lahan untuk konservasi alam pada lokasi yang kritis.
7) RSTP harus menyediakan suatu areal untuk pengembangan masa depan (Iahan
cadangan).
8) Areal yang direncanakan hurus memiliki ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan air transmigran (SAB).
b. Kriteria Perencanaan
Kriteria yang harus digunakan untuk menyusun RTSP dibicarakan dibawah ini. Kadang-
kadang batas-batas biasa dirubah, tetapi konsultan harus selalu mempertimbangkan
keperluan perencanaan pemukiman yang dapat dipraktek; jadi jika kriteria tidak dipakai
alternatif yang diusulkan oleh konsultan bisa dibenarkan setelah disetujui terlebih dahulu oleh
instansi teknis perencanaan terkait di tingkat pusat dan daerah sebelum perencanaan
diselesaikan.
c. Kesesuaian lahan
Kelas kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan pangan dan
tanaman keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan S3.
1) Pola Pemukiman
Dalam membentuk pola pemukiman konsultan harus mempertimbangkan :
a) Kemudahan transmigran dalam mencapai lokasi fasilitas umum/kebutuhan sehari-hari.
b) Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah pemukiman terutama antara jalan desa.
2) Alokasi lahan
Lahan pada SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran (kapling) dan lahan yang
dialokasikan kepada fasiliats umum atau penggunaan masyarakat (tabel 1)
Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari ;
a) Lahan pekarangan 0,25 Ha/KK,
b) LU.I 0,75 Ha/KK
c) LU.II 1,00 Ha /KK
3) Kemiringan Lahan
Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang diperkenankan adalah sebagai
berikut :
a) Lahan pekarangan, 0- 8 %;
b) Fasilitas umum, 0 - 15 % , disesuaikan dengan peruntukannya
c) Lahan Usaha I : 8 - 15 %
d) Lahan Usaha 11 : 15 - 25 %
e) Lahan Konservasi > 40 %)
4) Jarak Tempuh.
Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan kebeberapa penggunaan sebagai berikut :
Dari lahan pekarangan ke :
a) Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km
b) Lahan Usaha I, 1,5 - 2,5 Km
c) Lahan Usaha 11, 2,5 - 3,5 Km
5) Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) seharusnya 500 Kepala
Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai jumlah yang ideal, karena jumlah ini
membenarkan adanya 1 Unit Sekolah dasar. Jumlah ebih kecil bisa diterima dengan jumlah
minimal 300 KK. Taksiran dari jumlah KK harus diberikan sampai kelipatan 10 KK.
6) Lahan Konservasi
Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-Iokasi dibawah ini harus diperuntukan sebagai
lahan konservasi yang tidak boleh dibuka, sebagai berikut :
a) 50 meter dari kiri dan kanan sungai besar atau 2 kali dalam lereng yang curam dari pinggir
lereng.
b) 25 meter dari kiri dan kanan sungai kecil.
c) Lahan dengan kemiringan di atas 25%.
d) Lahan yang merupakan daerah genangan atau rawa yang tidak sesuai untuk daerah
pertanian.
Pekerjaan konservasi tanah yang sederhana misalnya penanaman rumput sepanjang kontur,
dibuat oleh petani sendiri yang tidak mempengaruhi alokasi lahan
7) Ukuran kapling-kapling di atas RTSP, penting sekali. Secara ideal bentuk kapling harus
persegi empat 25 m x 100 m untuk lahan pekarangan, karena lebih efektif dan efisien dari
segi pengadaan prasarana. Peta kapling menunjukkan batas kapling, letak rumah dan letak
jamban.
8) Blok-blok yang ditunjukkan pada RTSP.
Pedoman menunjukkan bahwa harus menunjukkan lahan pada blok-blok. Slok-blok tersebut
harus dialokasikan berdasarkan faktor-faktor yang dibicarakan dibawah ini :
1 a) Faktor Sosial
Batas-batas blok untuk setiap pengounaan yang diusulkan harus sesederhana yaitu garis
lurus, jalan atau ciri-ciri alam, misalnya sungai. Untuk lebih mengenali batas-batas dilengkapi
dengan batas-batas kapling. Blok LP disajikan dalam peta 1 :5.000 dan LU disajikan dalam :
Peta 1: 10.000
1 c) Fasilitas Umum
Rencana terinci untuk pusat desa diperlukan pada tahap IliA dan disajikan dalam peta 1 :
2.000. Peta tersebut menuju batas kapling masing-masing bangunan FU, Konsultan harus
tahu fasilitas umum yang akan diberikan sebagai standard. Fasilitas Umum tersebut harus
dibuat daftarnya seperti pad a table 1 (Rincian Penggunaan Lahan Pemukiman Transmigrasi)
beserta luas tiap blok. Fasilitas yang akan ditambah didaftar juga. Fasilitas diberikan dalam
dua tahap, yaitu fasilitas yang diberikan sebelum kedatangan transmigran dan fasilitas yang
diberikan selama tiga tahun pertama. Luas yang cukup untuk semua fasilitas yang harus
diberikan dalam rencana. Desain dan spesif:kasi yang standar untuk semua fasilitas tersebut
adalah yang disiapkan oleh Dit. Perencanaan Teknis dan Permukiman dan Perpindahan,
Ditjen P4T Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Konsultan tidak harus mendisain lagi
rumah transmigran atau sekolah. Lahan untuk fasilitas umum diletakkan di Pusat Desa atau
diletakkan di Pusat Satuan Permukiman (SP) berasarkan pertimbangan perencanaan dan
kriteria jarak capai, luasnya disesuaikan dengan daya tampung atau KK yaitu 8 - 15 Ha. di
pusat Satuan Permukiman (SP).
9) Untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dan volume air didaerah studi minimal harus
tersedia : 60 liter/hari/orang untuk kebutuhan transmigran.
3) Rencana jalan RTSP harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pembangunan. Dalam hal ini maka pembuatan rencana jalan sebaiknya mempertimbangkan :
a) Jarak yang paling pendek
b) Topografi relative datar gun a menghindarkan pekerjaan gali & timbun yang tidak perlu.
c) Faktor-faktor pembatas seperti sungai/rawa dan lain sebagainya sedapat mungkin
dihindari.
4) Rencana jalan yang diukur dalam RTSP baru merupakan alinenien jalan yang diukur pada
tingkat pendahuluan (Recoqnaisance). Pengukuran situasi, perencanaan disain geometrik
serta pekerjaan
staking out merupakan pekerjaan selanjutnya, yaitu pekerjaan pembuatan Rencana Teknis
Detail Jalan .
Lahan dengan kemiringan 0-8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman Lahan
Pekarangan .* LC = Land Clearing
Biaya biaya tersebut didasarkan pada jumlah daya tampung hasil perencanaan RSTP III A.
Dasar-dasar perhitungan untuk semua tarip dan biaya yang digunakan dalam perkiraan biaya
perlu disebutkan.
i. Telaahan Lingkungan
1). Tujuan
a. Mengindentifikasi RTSP,
b. Mengetahui besarnya dampak lingkungan (baik dampak positif maupun dampak negative)
yang mungkin timbul, sebagai akibat dikembangkannya pemukiman transmigrasi.
c. Menyusun alternative tindakan bila dampak negative lebih besar dari dampak positif,
sehingga dampak positif dapat seminimal mungkin.
2) Ruang Lingkup Telaahan Lingkungan
Komponen yang harus dicakup dalam studi mencakup fisik, biologi, social, dan budaya.
Komponen yang mempunyai dampak penting perlu ditelaah lebih detail.
1 3) Identifikasi Dampak Potensial dari RTSP
4. Petunjuk atau arahan bagi penyiapan lahan dan bangunan yang mencakup uraian jenis
kegiatan (dalam pembukaan lahan, pekerjaan jalan. bangunan kayu dan reservoar air minum)
yang disertai dengan persyaratan teknis dan caraacara pelaksanaan pekerjaan.
2) Patok beton
a) Sebagai titik pengikat tetap diikatkan pada BM RSTP/bangunan tetap
b) Dipasang ditempat yang aman/mudah ditemukan (15 m sebelah kiri dari rencana as
jalan) dan pada setiap jarak 5.000 meter
c) Diberi nama BM dan nom or urut I, II, III dan seterusnya.
d) Ditanam sedalam 50 cm (muncul 25 cm diatas permukaan tanah
e) Diberi bout dipermukaan atas beton tersebut
f) Kalau panjang jalan < 5 km diambil pada awal dan akhir proyek.
2. Pengukuran
Pengukuran topografi dilakukan pada jalur rintisan jalan yang telah dirintis dan dipatok.
Pekerjaan pengukuran terdiri dari :
a. Polygon
1) Poligon diukur dengan menggunakan alat theodolit TO atau sejenisnya, sedangkan
perhitungannya digunakan methode Bowdith.
2) Pengukuran polygon harus diikatkan pada titik-titik tetap (BM RTSP) yang diketahui
koordinatnya dan titik ikat hasil pengukuran tata ruang. Bilamana kedua titik ikat tersebut
diatas tidak ada disekitar lokasi, maka pengukuran dan perhitungan poligon rnenggunakan
koordinat lokal (0.0) yang dimulai dari awal proyek.
3) Jarak diukur dengan pita baja dalam satu arah, dichek dengan jarak optis dibaca kemuka
dan ke belakang.
4) Ketelitian yang disyaratkan :
* Kesalahan penutup sudur < 1 n (Iebih kecil) n = banyaknya titik polygon
* Kesalahan jarak Iinier < 1 (Iebih kecil) 1/2000 (lebih kecil)
Pekerjaan ini masih termasuk pekerjaan lapangan dan harus dikerjakan di lapangan.
Koordinasi dengan Direk:orat Penyiapan Lahan harus selalu diadakan setiap saat.
1. 1) Peta Situasi Jalan Skala 1 : 2.000
Dibuat diatas kertas milimeter dengan interval garis tinggi (satu) meter dan mencakup :
a) Semua patok dan titik detail dengan dilengkapi tanda/nomor, ketinggian dan koordinatnya.
b) Detail situasi yang ada, seperti batas rawa/kebun/ladang disekitar trace jalan, lebar
sungai/saluran ukuran jembatan/gorong-gorong dan lain-lain yang penting.
c) Diatas peta situasi jalan ini, dibuat alinement horizontal dengan bentuk full circle.
Untuk melengkapi peta Rencana Struktur SKP skala 1 : 20.000, dimana telah dicantumkan
blok-blok SP-nya, perencanaan harus membuat gambar rencana centre line jalan skala 1:
20.000 untuk diplotkan diatas peta Rencana Struktur SKP tersebut diatas.
1. 3) Peta Jalan Skala 1 : 250.000
Peta ini sangat diperlukan untuk diplotkan pada peta Propinsi yang ada, sehingga nampak
kesatuan dan hubungan antara Jaringan Jalan Pemukiman Transmigrasi dengan Jaringan
Jalan Nasional/Propinsi
1 C. Centre Line Stake Out (Pematokan Sumbu Rencana Jalan) Yang dimaksud disini
adalah pemasangan patok dan tanda di lapangan sesuai dengan design alignement
horizontal dengan menggunakan alat ukur TO.
1) Pemasangan patok (lihat tabel 1 dan gambar 1 Patok-patok P). harus diikat dengan 2 titik
ikat bahan betan, dimensi 10 x 10 x 60 cm dipasang pada tempat yang aman diluar DMJ
dilengkapi dengan Azimuth dan jarak.
2) Patok untuk rencana jembatan dipasang = 7,5 m kiri kanan sumbu jalan sebanyak 4 buah.
Pekerjaan ini terutama ditujukan untuk menganalisa tanah dasar material timbunan
perkerasan. Lingkup kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan penyelidikan tanah dan
material ini adalah:
a) Penyelidikan tanah dasar
(1) Pengambilan CBR lapangan dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) setiap 1 km
atau setiap ruas jalan (untuk ruas yang panjangnya kurang dari 1 km).
(2) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dari lapisan tanah yang
diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil, sebanyak 40 kg tiap titiknya. Contoh tanah
ini diambil setiap 5 km panjang jalan.
(3) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undissturbed sample) pada kedalaman -1,5 m
dari muka air tanah, dengan menggunakan alat bor tangan. Contoh tanah ini juga diambil
setiap 5 km panjang jalan.
(4) Untuk ruas jalan yang panjangnya kurang dari 5 m pekerjaan pada item b can c di atas
masing-masing dilakukan dua kali pad a titik awal dan akhir proyek.
(5) Pembuatan bor-log, lengkap dengan diskripsi tanah dan data muka air tanahnya.
E. Photo Lapangan
Photo lapangan diperlukan untuk memebrikan gambaran kondisi medan sekitar rencana
jalan, seperti rawa, kebun, iadang, aianggalang hutan, pedesaan, bukit, batu-batuan, sungai
dan lain sebagainya. Photo diambil pada sport-spot yang penting antara lain:
a. Titik awal dan titik akhir jalan penghubung/poros beserta tanda-tandanya b. Titik pusat SP
c. Patok BM (setiap 5 km)
d. Tikungan beserta sebagaina patok stake out-nya
e. Titik lokasi jembatan/gorong-gorong
f. Lokasi sumber material
g. Spot-spot yang memerlukan perhatian khusus
3. Kriteria Perencanaan
A. Standard Geometrik Jalan
Dalam merencanakan geometrik jalan, sejalh mungkin berpegang pada buku standard
spesifikasi perencanaan geometik jalan raya NO.13/1970 khusus untuk jalan penghubung
dan jalan poros perlu diadakan modifikasi/penyesuaian menjadi sebagai berikut :
Tabel 6. Standar Geometrik Jalan Penghubung/Poros di Lokasi Transmigrasi
B. Perhitungan tabel perkerasan mengikuti standard Bina Marga atau Instansi lain yang
berwenang.
Material : Beton/kayu
Jenis : Bulat dan box
Bentang : Untuk lokasi terdapat pasir dan kerikil diprioritaskan gorong-gorong beton ukuran
dia 0,80 dan 1,00 m. untuk lokasi yang tidak terdapatlsulit material pasir dan kerikil dipakai
gorong-gorong kayu ukuran 0,80 x 1,00 m dan 1,50 x 1,50 m.
1 E. Standard Sheet
Dari bahan kertas kalkir yang telah dicetak terdiri dari : sampul, judul, simbol dan singkatan,
plan dan profil, brige dan detail drawing serta drainage strukture.
G. Jadwal Dan Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Jadwal Pelaksananan.
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dilakukan
selama 120 (seratus duapuluh) hari kalender atau 4 (empat) bulan sejak ditanda-tanganinya
SPMK.
Secara garis-besar jadwal pe!aksanaan pekerjaan diatur sebagaimana tabel berikut ini.
4. Ahli Pertanian (Pertanian Ilmu Ahli Agronomi/Sosek/Tanah) berpengalaman dibidangnya minimum S1= 3
Tahun dan S2/S3 = 1 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang Pertanian di
Wilayah Propinsi dan kabupaten di masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya
5. Ahli Hukum Tanah (Hukum berpengalaman dibidangnya minimum S1= 3 tahun dan S2/S3 = 1 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan bidang Pertanahan untuk
mengatur penguasaaan atau kepemilikan tanah di masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan
kepadanya
b. Menjamin peruntukkan dan penggunaan tanah bagi perlindungan hukum dan peningkatan
kesejahteraan serta mendorong kegiatan ekonomi melalui pemberlakuan undang-undang pertanahan di
wilayah kerjanya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya
6. Ahli Perencanaan Jalan (Teknik Sipil berpengalaman dibidangnya minimum S1=3 tahun dan S2/S3 = 1
Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang sarana dan
prasarana wilayah di masing-masing wilayah perencanaan jalan yang dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Co Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya
7. Ahli Teknik Lingkungan/ Ahli Hidrologi (Teknik Lingkungan dan Hdrologi , S1=3 Tahun dan S2/S3=1
Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang Teknologi
lingkungan dan sanitasi air di Wilayah Kota dan Kawasan di masing-masing wilayah perencanaan yang
dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya
c. menghitung dan pemrosesan data yaitu melaksanakan hitungan berdasarkan data yang diperoleh
d. penyajian data atau pemetaan yaitu menggambarkan hasil-hasil ukuran dan hitungan untuk
menghasilkan Peta, gambar rencana, dsb.
e. pemancangan/pematokan yaitu untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam pelaksanaan
pekerjaan.
B. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan meliputi:
1. Bahan-bahan alat tulis kantor, Komputer, telepon, faximile.
2. Theodolite.
3. Water Pass
4 Compass/ Clino
5. Munsell Chart
6. Soil Test Kit
7. PH Meter
8. GPS
9. Alat ukur Pasut (Pada Daerah Pasang Surut)
10. Current Meter
11. Bor Tanah
12. Pita ukur
13. Peralatan gambar
Banda Aceh, Januari 2013
Lampiran: