You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1.1. Latar Belakang.

Menurut Undang -Undang Republik Indonesia Nomor : 29 tahun 2009, Kawasan transmigrasi
terdiri dari Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang mendukung pusat
pertumbuhan baru dan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) yang mendukung
pertumbuhan yang sudah ada.
Secara hirarkhi kewilayahan WPT atau LPT terdiri dari SKP-SKP (Satuan Kawasan
Pengembangan) dan SKP terdiri dari SP-SP (Satuan Permukiman). Sesuai hirakhi
kewilayahan tersebut perencanaan permukiman dibagi dalam 3 tahap yaitu :
Tahap I : Rencana Kerangka Wilayah Pengembangan Transmigrasi (RKWPT) atau Rencana
Lokasi Permukiman Transmigrasi .
(RLPT), Skala 1: 50.000
Tahap II : Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pengembangan RKSKP, Skala 1 : 25.000
Tahap III : Rencana Tehnik Unit Permukiman Transmigrasi dan Rencana Tehnik Jalan
(RTJ), Skala 1 : 10.000
Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi yang layak idealnya tahapan perencanaannya
mengikuti tahapan tersebut diatas agar dapat memacu pusat-pusat pertumbuhan yang sudah
ada dan mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan baru sesuai dengan hirarkinya.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) berikut ini disusun untuk Penyusunan RTSP dan RTJ dengan
pola usaha Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Pangan Lahan Basah
(TPLB).
Penerapan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menyebabkan
berbagai perubahan pada struktur organisasi pelaksanaan pembangunan di daerah, dimana
Pusat berfungsi sebagai steering, yaitu memberikan fasilitasi dalam mekanisme
pembangunan di daerah, dengan harapan kegiatan pembangunan dapat terkendali, baik
ditingkat Propinsi maupun Kabupaten sebagai pelaksana pembangunan.

1.2 T U J U A N
Sebagai pedoman dalam mengevaluasi laporan hasil Desain sesuai TOR dan Juklak yang
ada.
a. Menyusun Tata Ruang Satuan Permukiman yang memenuhi kriteria 2 C (Clear and Clean)
dan 4 L (Layak Huni, Layak Usaha, Layak berkembang dan layak Lingkungan) dan
menyusun Rencana Tehnik Jalan (RTJ) untuk jalan Penghubung Poros/Penghubung.

b. Memberikan rekomendasi kegiatan pembangunan permukiman, penempatan dan


pembinaan transmigrasi serta pengembangan usaha transrnigrasi.
1.3 SA SA RAN
1 1. Terwujudnya "Dokumen/Laporan RTSP-RTJ" yang informatif serta dapat digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.
2 2. Tersedianya rencana penempatan dan pembinaan transmigrasi serta
pengembangan usaha transmigrasi
1.4. MATERI YANG HARUS DISAJIKAN
1.4.1. Laporan disarankan sesuai dengan kerangka out line yang diusulkan Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan seperti:
* OUT LINE LAPORAN
OUT LINE LAPORAN RTSP-RTJ
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang dan Tujuan
1.2. Metode Pendekatan Studi
1.3. Susunan Tim

BAB 11. L1NGKUNGAN FISIK DAN SOSIAL


2.1. Daerah Studi
2.1.1. letak Administrasi
2.1.2. letak Geografis
2.1.3. Aksesibilitas (Termasuk Informasi kondisi jalan yang ada dan usulaan penanganan,
letak trase terhadap jaringan jalan dan lain-lain).

2.2. Topografi
2.2.1. Kerangka Dasar Pengukuran
2.2.2. Kemiringan lahan

2.3. Hidrologi
2.3.1. Iklim
2.3.1.1. Keadaan Umum dan Klasifikasi Iklim 2.3.1.2. Curah Hujan
2.3.2. Sub Wilayah Aliran Sungai (Debit, Tinggi Muka Air, Kualitas)
2.3.3. Sumberdaya Air (Debit dan Kualitas)
2.3.4. Air Tanah
2.3.4.1.Air Tanah Dangkal
2.3.4.2.Air Tanah Dalam
2.3.4.3. Detail Topografi
2.3.5. Sumber Air Minum
2.3.6. Kemungkinan Pengairan/lrigasi
2.3.7. Resiko Banjir
2.4. Vegetasi
2.4.1. Jumlah dan Potensi Tegakan
2.4.2. Status Hutan
2.4.3. Penggunaan Lahan
2.4.4. Flora dan Fauna
2.5. Sumberdaya Lahan
2.5.1. Diskripsi dan Klarifikasi tanah (Bahan Induk, Geomorfologi, Geologi, Macam tanah)
2.5.2. Satuan Peta Lahan
2.5.3. Kesuburan tanah
2.5.4. Penilaian Kesesuaian lahan
2.6. Kondisi Tanah Dasar dan Sumber Material
2.6.1. Kondisi Tanah Dasar
2.6.2. Sumber Material (Termasuk Untuk Gorong-Gorong dan Jembatan)

2.7. Kegiatan Pertanian, Sosial Ekonomi dan Budaya


2.7.1. Kondisi Pertanian (Termasuk Periode Tanam)
2.7.2. Penduduk dan Adat Istiadat
2.7.3. Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja
2.7.4. Perkiraan Produksi dan Swasembada Pangan
2.7.5. Kesehatan Lingkungan Masyarakat
2.7.6. Mata Pencaharian Penduduk
2.7.7. Pendapatan dan Pengeluaian Penduduk
2.7.8. Fasilitas Sosial dan Prasarana Ekonomi
2.7.9. Tanggapan Masyarakat Terhadap Transmigrasi
2.7.10. Perkiraan Jumlah Penduduk Yang Terkena Proyek dan Jumlah Calon TPS Yang ingin
Bermukim di Lahan Masing-masing/ Desa/Dusun.
2.7.11. Potensi TPS dan Komposisi TPS : TPA serta Daerah Asal TPA Yang Diinginkan.

2.8. Kebijakaan Pengembangan Daerah

BAB Ill. RENCANA TEKNIS UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI (RTSP) DAN RENCANA
TEKNIS JALAN (RTJ)

3.1. Penilaian Kesesuaian Pemukiman


3.1.1. Penilaian Aksesibilitas Lokasi
3.1.2. Penilaian Fisik Lahan
3.1.3. Penilaian Status lahan.
3.1.4. Penilaian Ketersediaan Air dan Resiko Banjir
3.1.5. Kesesuian permukiman

3.2. Rencana Tata Ruang


3.2.1. Dasar-dasar Perencanaan
3.2.2. Peruntukan Lahan dan daya tampung
3.2.3. Penilaian Terhadap tata Ruang yang Terjadi
3.2.4. Usulan Pengembangan Kawasan
3.2.5. Fungsi SP dalam Hirarki Pusat Kawasan
3.2.6. Usulan Pembentukan UPT

3.3. Rencana Teknis Jalan


3.3.1. Alinemen Jalan dan Desain Geometrik
3.3.2. Kontruksi
3.3.3. Volume Pembangunan Jalan
3.3.4. Biaya Pembangunan Jalan ( Analisa RAB mengacu standar Standar Dit. Pembangunan
Permukiman ).

3.4. Pembukaan Lalan


3.4.1. Batas Pembukaan Lahan (Termasuk Panjang Jalan)
3.4.2. Metode Pembukaan Lahan (Termasuk Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan, Peralatan
dan Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan Dimana Peralatan harus mengacu kepada peralatan
jalan)
3.4.3. Potensi Erosi Tanah
3.4.4. Persyaratan Teknis Penyiapan lahan
3.4.5. Biaya Pembukaan Lahan (Mengikuti Standar Dit Pembangunan Permukiman)

3.5. Penyiapan Bangunan

3.5.1. Jenis, Jumlah dan Type Bangunan


3.5.2. Sumber Material dan Ketersediaan Kayu
3.5.3. Sumber Air Bersih (Termasuk Penyediaan KTA/ Bendali/Gentong Plastik).
3.5.4. Biaya Penyiapan Bangunan Analisa RAB Pembangunan mengacu Standar Dit.
Permukiman

3.6. Usulan Pengembangan Pertanian


3.6.1. Bentuk Usaha tani
3.6.2. Pola dan Jadwal tanam
3.6.3. Alokasi Tenaga kerja
3.6.4. Masukan sarana Produksi Pertanian (Bukan berupa paket standar tetapi harus
mengacu pada kondisi tanah dan jenis usaha tani )
3.6.5. Perkiraan Produksi
3.6.6. Prasarana Pengolahan dan Pemasaran
3.6.7. Biaya Pengembangan Pertanian

3.7. Kelayakan Usaha Transmigran


3.7.1. Perkiraan Pendapatan Bersih
3.7.2. Kelayakan Usaha Transmigrasi

3.8. Perkiraan Biaya Pengembangan


3.8.1. Biaya Penyiapan Lahan
3.8.2. Biaya Penyiapan Bangunan
3.8.3. Biaya Pembangunan jalan
3.8.4. Biaya Pengerahan Transmigrasi
3.8.5. Biaya Pengadaan Paket Suplai
3.8.6. Biaya Pembangunan Test Farm
3.8.7. Biaya Pengembangan Pertanian
3.8.8. Biaya Pengadaan Dukungan Pemerintah
3.8.9. Rekapitulasi Biaya Pengembangan Pelayanan

3.9. Kelayakan Usaha Transmigran


3.9.1. Pendapatan Kotor Transmigran
3.9.2. Pengeluaran Transmigrasi
3.9.3. Pendapatan Bersih Transmigrasi

3.10.Telaahan Lingkungan
3.10.1. Dampak Lingkungan Fisik dan Biologi
3.10.2. Dampak Lingkungan Sosial dan Ekonomi
BA.B IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Umum
4.1.2 Pola Usaha Pokok
4.1.3 Kelayakan Calon Lokasi
4.1.4 Kendala Khusus
4.2 Rekomendasi

DAFTAR RUJUKAN

LAMPI RAN-LAMPI RAN

1 1.4.2. Album Peta RTSP dan RTJ

Materi dan skala peta serta susunannya yang harus disajikan seperti:
Materi Album Peta RTSP dan Susunannya

MATERI ALBUM PETA RTSP & RT J

1 1.4.3. Paket informasi lokasi (PILOK) sesuai dengan Kerangka Out Line :
Out Line Paket Informasi Lokasi (PILOK)
BAB. 1 INFORMASI UMUM
1.1 Letak Lokasi
1.2 Aksesibilitas

BAB. 2 KONDISI FISIK LOKASI


2.1 Kemiringan Lahan
2.2 Kondisi Iklim dan Hidrologi
2.3 Sumber Air Bersih dan Air Pertanian
2.4 Status Hutan dan Sumberdaya Hutan
2.5 Status Lahan dan Penggunaan Lahan
2.6 Kesesuaian Lahan
2.7 Sumber Material

BAB. 3 RENCANA TEKNIS UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI (RTSP) OAN RENCANA


TEKNIS JALAN (RT J)
3.1 Peruntukan Lahan dan Oaya Tampung
3.2 Pembukaan Lahan dan Biaya Pembukaan Lahan
3.3 SAB dan Biaya Pembangunan
3.4 Volume dan Biaya Pembangunan RT JK dan Fasilitas Umum
3.5 Volume dan Biaya Pembangunan Jalan dan Jembatan

BAB. 4 SOSIAL EKONOMI


4.1 Usaha Perbaikan Kualitas Lahan dan Masukan Pertanian
4.2 Komoditas yang dapat dikembangkan
4.3 Po la Usaha Pengembangan Pertanian
4.4 Pendapatan Bersih Keluarga Transmigran per KK

BAB. 5 SOSIAL BUDIYA


5.1 Aspirasi dan Oukungan Masyarakat Setempat
5.2 Komposisi TPS, TPA
5.3 Asal TPA yang diinginkan
BAB. 6 KELAYAKAN PROGRAM

BAB. 7 REKOMENDASI
7.1 Sarana Air Bersih Non Standar
7.2 Prasarana Non Standar (Drainase, Jembatan, Dermaga dll)

LAMPIRAN
1. Peta Orientasi
2. Peta RKSKP
3. Peta Rencana Tata Ruang
4. Peta Alinemen Jalan
5. Peta Pembukaan Lahan

1 1.4.4. Rekaman kondisi lokasi dalam Video Compact Disk (VCD) atau yang setara
dengannya
BAB II
RINGKASAN KEGIATAN

Secara umum, kegiatan penyusunan Rencana Teknis Satuan Pemukiman Transmigrasi


(RTSP), untuk pengembangan pertania lahan kering, terdiri atas kegiatan sebagai berikut:
1. Klarifikasi Penyediaan Areal
Penyediaan Areal Permukiman Transmigrasi
1. Jelas letak, luas dan batas fisik tanah yang digambarkan dalam peta;
2. Bebas dari hak dan/atau peruntukkan pihak lain yang dituangkan dalam Surat Keterangan
Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Kantor Pertanahan Setempat;
3. Bebas dari hak adat dan/ ulayat yang sah dan dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan
Hak Atas Tanah oleh masyarakat adat setempat;
4. Diprioritaskan pada Areal Penggunaan Lain (APL), atau berada dalam kawasan hutan
yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehutanan.
5. Penilaian Status Calon Lokasi Transmigrasi antara adalah:
a. Harus jelas (clear) yaitu dapat diketahui letak, luas, dan batas fisik serta dipetakan pada
peta calon lokasi skala 1 : 50.000. dengan koordinat nasional bukan lokal (geografis dan
UTM).
b. Harus bebas dari masalah, yaitu adanya dukungan dari masyarakat, areal tidak masuk
dalam kawasan hutan, areal bebas dari tumpang tindih peruntukkan lain dan adanya SK
Penetapan / Pencadangan dari Gubernur / Bupati / Walikota. Status hutan berada di Areal
Penggunaan Lain (APL) atau ada ijin pelepasan kawasan hutan bila pada areal bukan APL.
c. Telah mendapatkan surat pernyataan tentang status hutannya dari Balai Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH) setempat dilengkapi dengan petanya yang juga telah disahkan oleh
BPKH.
d. Status hutan daerah studi berupa hutan produksi yang dapat dikonversi atau areal
penggunaan lain (APL);
e. Calon lokasi berada dekat ( < 5 km) dari lokasi Permukiman Transmigrasi yang Ada (PTA),
lokasi Permukiman Transmigrasi yang
sudah Diserahkan (PTD), lokasi Permukiman Transmigrasi yang Baru (PTB), dengan jumlah
total warga yang memenuhi lokasi PTA, PTD dan PTS mencapai 1500 - 2000 KK.
f. Seluruh lokasi PTA, PTD, PTC dan Desa sekitarnya harus dapat dipetakan pada peta
dengan skala 1 : 50.000, lengkap dengan informasi prasarana dan sarana yang sudah ada di
kawasan tersebut.

2. Rencana Teknis Satuan Permukiman


1. Pemetaan Topografi dan Lereng ;
2. Survai pengikatan dan jalur rintisan utama (Base line);
3. Survei pada jalur rintisan 500 m;
4. Survai jalur rintisan per 250 m (setelah RSTP pendahuluan) pada LP dan FU;
5. Perhitungan dan penggambaran peta topografi skala 1 : 5000 di areal calon LP dan FU;
6. Pembuatan peta kemiringan lahan skala 1 5000 untuk LP dan FU dan 1 : 10.000 untuk
seluruh areal survai.;
7. Penelitian Tanah
a. Penelitian tanah dilakukan dengan pemboran setiap 250 m sepanjang rintisan;
b. Pengamatan diskripsi tanah profil pewakil setiap macam tanah;
c. Analisis laboratorium contoh tanah untuk k!asifikasi dan kesuburan tanah (komposit);
d. Pembuatan peta Satuan Tanah/Lahan skala 1 50.000 dan 1: 10.000.
8. Evaluasi kesesuaian, lahan
a. Penilaian kesesuaian lahan pendahuluan;
b. Penilaian akhir kesesuaian lahan;
c. Pembuatan peta kesesuaian lahan skala 1 :5000 di LP dan 1 : 10.000 di seluruh areal
survey.
9. Survai Penggunaan Lahan dan Sumber Daya Hutan
a. Diamati tiap 50 m sepanjang rintisan;
b. Wawancara dengan penduduk setempat/Pemerintah Daerah;
c. Analisis potensi tegakan kayu dari data-data sekunder dan hasil inventarisasi hutan;
d. Pembuatan peta penggunaan lahan dan tegakan kayu skala 1: 10.000.
10. Penelitian ik!im dan hidrologi
a. Penelitian hidrologi pada aliran sungai dan sepanjang rintisan;
b. Analisa daerah bahaya banjir;
c. Inventarisasi dan Analisa data-data iklim evapotranspirasi dan lain-lain;
d. Penelitian sumber air minum;
e. Pembuatan peta hidrologi skala 1 : 10.000.
11. Analisis Tata Ruang
a. Hasil super impose kesesuain lahan, tata guna lahan dan hidrologi;
b. Rekomendasi penggunaan lahan skala 1 : 10.000.
c. Penyusunan Usulan Pengembangan Pertanian
d. Penelitian aspek sosial dan agroekonomi;
e. Penelitian aspek agronomi;
f. Rekomendasi pengembangan pertanian;
g. Analisis ekonomi dan keuangan.
12. Penyusunan RTSP
a. Analisis daya tampung;
b. Penggambaran Peta RTSP skala 1 : 5.000 untuk LP dan dan FU, Skala 1 : 10.000 untuk
areal survai ;
c. Penggambaran detail kapling Pusat Desa skala 1 : 2.000;
d. Staking out dan penggambaran batas pembukaan lahan skala 1: 5.000.
e. Penggambaran Peta Alignement jalan penghubung poros skala 1 :5.000

13. Telaahan Lingkungan


a. Identifikasi dampak potensial dari RTSP.
b. Penanggulangan dampak negative.
14. Perkiraan Biaya
a. Perkiraan biaya untuk penyiapan lahan dan bangunan (PLBP);
b. Pengerahan Transmigran;
c. Pengembangan pertanian;
d. Rekapitulasi biaya pengembangan
15. Penyusunan laporan :
a. Buku Laporan;
b. Album peta-peta;
c. Paket Informasi Lokasi (PILOK)
d. Dokumentasi, poto-poto dan dokumen-dokumen lapangan data ukur dll.
3. Rencana Teknis Detail Jalan (RTDJ)
1. Perintisan dan pengukuran
a. Menentukan titik awal dan pemasangan patok titik akhir dari rencana jalan;
b. Menjajagi kemungkinan trase jalan
2 . Pengukuran
a. Pengukuran polygon;
b. Pengukuran beda tinggi;
c. Pengukuran sifat datar melintang (cross section) pad a medan yang bergelombang
(rolling);
d. Pengukuran rintisan sungai / jembatan.
3. Pembuatan peta
a. Peta Situasi dengan skala 1 2.000 di atas kertas millimeter;
b. Peta Jalan berskala 1 : 20.000 melengkapi peta struktur SKP dari RSTP;
c. Peta jalan (skala 1: 250.000) untuk diplot pada peta jaringan jalan propinsi
4. Staking out
Pemasangan patok-patok permanen sesuai dengan alinemen jalan yang direncanakan.
5. Penyelidikan tanah dan material
a. Penyelidikan tanah dasar (subgrade);
b. Penyelidikan sumber material (selected material);
c. Pengambilan contoh tanah untuk analisis laboratorium
6. Photo lapangan,
7. Analisis Traffic;
8. Rencana T eknis detail jalan
9. Perkiraan biaya
a. Pembangunan jalan penghubung/ Poros ;
b. Pembangunan jalan desa

BAB III
PEDOMAN TERINCI

1. Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP).


A. Pemetaan Topografi
Tujuan pemetaan topografi adalah untuk membuat peta dasar yang cukup teliti dan cukup
terinci untuk jenis pengernbangan yang direncanakan. Pada pola tanaman pangan lahan
kering ini diperlukan sebuah peta topografi skala 1: 10.000. Lingkup (Scope) pekerjaan
Pemetaan Topografi mencakup pekerjaan (a) Survai Topografi Pengikatan dan Base Line; (b)
Survai Topografi dalam jalur rintisan per 500 M, (mith band, clinometer, compas); (c) Survai
topografi dalam jalur rintisan per 250 meter, setelah RTSP pendahuluan.
1 a. Survai Topografi Pengikatan dan Base Line Pengukuran disini adalah pengukuran
horizontal dan vertikal dilakukan secara bersamaan dari titik kontrol nasional yang
terpilih terhadap areal survai yang dimaksud. Bila di dalam atau di dekat daerah survai
terdapat titik kontroi nasional (titik trianggulasi, astronomi, doppler dan sebagainya)
yang koordinatnya dapat diperoleh dari Bakosurtanal, maka titik tersebut harus
digunakan sebagai titik ikat pengukuran. Apabila titik yang dimaksud tidak ada, maka
titik ikat pengukuran dipilih suatu titik tertentu yang dapat diidentifikasi pad a peta
topografi dan mudah dicari di lapangan. Lintang dan bujur titik ikat tersebut
diinterpolasi dengan seteliti mungkin dari peta topografi kemudian ditransformasi
kedalam sistem koordinat UTM. Selanjutnya titik itu dipergunakan sebagai titik
referensi bagi pengukuran base line dan pemetaan topografi. Titik ikat harus dipilih
sedemikian rupa sehingga jarak antara titik ikat dengan titik awal proyek sebaiknya
tidak lebih dari < 5 km. Untuk datum vertikal dapat dipergunakan ketinggian
permukaan air laut rata-rata atau ketinggian Baromatrik atau ketinggian suatu object
yang dapat diidentifikasi pada peta, topografi. Pengukuran tinggi dilakukan pada
semua titik polygon. Base line dibuat sedemikian rupa, sehingga jarak maksimum
antara dua base line tidak lebih dari 3 Km. Jika jarak antara base line ke tepi batas
areal pengukuran kurang dari 3 km, maka cukup dibuat 1 (satu) buah base line yang
dipilih sedemikian rupa, sehingga base line tersebut bisa membagi areal survai
menjadi 2 bagian hampir sama besar. Jika terdapat dua base line atau lebih, maka
base line yang satu harus terikat pada base line lainnya.

Spesifikasi Teknik pengukuran :


a. Kontrol horizontal
1) Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sudut dengan ketelitian 30";
2) Jarak diukur dengan pita ukur searah dan dichek dengan jarak optis kemuka dan
kebelakang;
3) Pengukuran sudut dilakukan satu serti ganda (B-B-LB-LB) diambil harga rata-ratanya.
Pengukuran jalur pengikatan dilakukan pulang pergi dengan ketelitian sebagai berikut :
a) Salah penutup sudut 4' V n ; n = banyaknya titik polygon;
b) Bench Mark dipasang setiap jarak + 3 km.;
c) Penentuan azimuth matahari dilakukan dua seri pagl dan dua seri sore dengan ketelitian
30" pada titik ikat dan pada awal base line dan setiap 50 stasiun pengukuran.

b. Kontrol Vertikal
a. Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60 V D Km) mm; D = jumlah jarak pengukuran;
b. Metode pengukuran tachimetris.

b. Survai Topografi dalam jalur rintisan per 500 meter


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pembuatan jalur rintisan per 500 m dengan alat
pita ukur, klinometer dan komaps untuk mengetahui gambaran umum kemiringan lahan areal
yang di studi dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 500 m tersebut terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup;
b. Salah penutup beda tinggi < 2 m;
c. Ketelitian Iinier < 15 meter.
1 c. Survei Topografi dalam jalur rintisan per 250 m (dilakukan setelah RTSP
Pendahuluan)

Setelah dilakukan penyaringan dengan rintisan per 500 m maka ditentukan areal yang akan
adirencanakan untuk lahan pekarangan. Calon areal lahan pekarangan ini akan dipetakan
keadaan topografinya dalam skala 1 : 5000 untuk itu dilakukan pembuatan rintisan per 250
dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 250 harus terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup
b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat T. atau yang sederajat dengan
pembacaan 30"
c. Salah penutup sudut 4" Vn (n = banyak titik poligon)
d. Ketelitian linier .500
e. Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm VD Km (D = jumlah jarak jalur pengukuran
beda tinggi)
1 d. Survei Topografi Dalam Jalur Rintisan per 125 m (dilakukan setelah diperoleh calon
lahan fasilitas umum dan lahan pekarangan)
1 * Survei topografi dalam jalur rintisan per 125 meter dilakukan pada calon lahan
Fasilitas Umum dan Lahan Pekarangan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa lahan-Iahan tersebut memang berada pada lahan dengan kemiringan lahan
yang sesuai / relative cukup datar.
2 * Pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data tinggi titik-titik dalam
jalur rintisan, untuk keperluan penggambaran contour dan pengecekan terhadap
data kemiringan lahan hasil survei terdahulu.
3 * Pengukuran rintisan per 125 m dilakukan dengan metode polygon-tachimetri,
memakai alat ukur Theodolite atau yang sederajat. Jarak antara titik-titik
pengamatan tidak lebih dari 50 meter, dan dalam hal ditemui perubahan topografi
dalam jarak kurang dari 50 meter, maka detail tersebut perlu diamati.
4 * Ketelitian yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
5 - Rintisan per 125 meter harus terikat terhadap base line
6 - Salah penutup beda tinggi setiap kring pada jalur rintisan tidak lebih dari 60 D
Km mm, D = Jumlah jarak jalur pengukuran dalam Km.
7 - Salah linier jarak tidak lebih dari 1/2500
8 - Salah penutup sudut 4' n dimana n = jumlah titik polygon.
9 * Selanjutnya, peta topografi skala 1 : 5.000 pada calon lahan pekarangan dan
fasilitas umum / pusat desa, harus selesai dibuat di lapangan. Peta topografi
tersebut harus dilengkapi dengan koordinat UTM, data-data tinggi titik-titiknya,
contour dengan interval 2,5 m dan detail-detail lainnya.

1 e. Perhitungan dan Penggambaran

Titik-titik pada kerangka dasar dan titik-titik ikat, serta titik-titik dalam jalur rintisan harus di plot
pad a peta kerja skala 1 :5.000 atau 1 : 10.000 dalam sistem koordinat universal transerve
mercator. Data-data ketinggian yang didapat dari pengukuran tachymetri, diplot, kemudian
dibuatkan peta kontournya, dengan interval kontour sebagai berikut :
* Untuk areal bergunung, interval kontour setiap 10 meter
* Untuk areal datar/landai, interval kontour setiap 2-5 m.
Penyajian gambar berdasarkan pada standarisasi yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Direktorat Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrsi.

f. Pembuatan Peta Kemiringan Lahan dan Satuan Lahan (Land Unit)


Batas klasifikasi kemiringan lahan dibuat berdasarkan peta kontour hasil survai, dengan cara
melakukan delineasi kelasskelas kemiringan.
Penarikan baras blok kemiringan lahan dominan, dibuat berdasarkan pad a klasifikasi
kemiringan lahan :
a. 0 - 3% (Datar)
b. 4 - 8% (Landai)
c. 9 - 15% (Berombak))
d. 16 - 25% (Bergelombang)
e. 26 - 40% (Berbukit)
f. > 40% (Bergunung)
B. Survey Penelitian Tanah dan Evaluasi Kesuaian
a. Survey I Penelitian Tanah
Survai/penelitian tanah dilaksanakan dengan pemboran, deskripsi profil pewakil dan analisis
laboratorium. Pemboran dilakukan sampai kedalaman 120 cm. atau sampai bahan induk.
mengikuti setiap rintisan yang telah dibuat untuk survey topografi dengan kerapatan per 250
m. atau rata-rata kerapatan 1/ 12,5 Ha untuk sebuah areal survei jarak antar rintisan 500) dan
1/6,25 Ha untuk calon lahan Pekarangan/Pangan dan fasilitas umum (Rintisan / 250 m).
Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti pedoman "Soil survey manual" (Soil
Survey staff, 1951, 1961) atau "Pedoman Pengamatan tanah di lapang" (Dok LPT, 1969).
Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk seluruh areal survai
dan tingkat detail untuk calon lahan pekarangan/pangan fasilitas umum dengan klasifikasi
menurut terminologi dari Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) dan disebutkan padanannya
menurut sistem Soil Taxonomy (USDA, 1977) dan FAO-Unesco (1985) sekurang-kurangnya
dibuat 2 profil, salah satu profil pewakil diambil contoh tanah setiap lapisan/horizon untuk
dianalsia di laboratorium.Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1: 1 0.000
untuk seluruh areal survai dan skala : 5000 untuk calon lahan pekarangan / pangan dan
fasilitas umum berdasarkan pengamatan di lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi
foto udara. Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) Skala 1 : 10.000 dilengkapi
dengan klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di atas dan penilaian kesesuaian lahan untuk
setiap Satuan Peta Lahan (SPL) tersebut. Peta Lahan skala 1 : 5000 dilengkapi
dengan legenda satuan tanah / lahan dengan menunjukkan deskripsi (schema) yang meliputi
kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH),
kapasitas
tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Setiap titik observasi tanah baik pemboran,
profil, komposit dan contoh fisik / undistrub-sample jika ada) di plotkan pada peta yang
disajikan. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi yang
dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I (LU.I), dengan kerapatan satu contoh
untuk setiap blok/kelompok lahan pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari
kedalaman 0-30 cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50
Ha pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan adalah:

Tabel 2. Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi

V = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
* = Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah

b. Satuan Lahan (Land Unit)


Penentuan / klasifikasi Satuan Lahan (Land unit) dilakukar: berdasarkan peta topografi /
lereng hasii survey, dengan berpedoman kepada sistem
Dessaunettes (1977) atau modifikasinya dalam sistem terbaru (PT, 1986 - 1988).

c. Evaluasi Kesesuaian Lahan .


Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan pnnslp sesuai seperti yang
diterapkan dalam A Frame Work Lang Evaluation (FAO.1976). Kesesuaian lahan dinilai pada
tingkat Sub Kelas untuk 3 type penggunaan lahan yaitu padi sawah, tanaman pangan lahan
kering dan tanaman tahunan (lampiran 6), terhadap seluruh areal survei (Skala 1 : 10.000).
Penilaian ini dimaksudkan untuk :
1 * Screening (Penyaringan) guna penentuan calon lahan pekarangan & pangan);
2 * Penentuan lahan-Iahan yang memiliki potensi Tanaman Pangan dan Tanaman
Tahunan
3 * Evaluasi kesesuaian lahan tanaman Pangan dan Tahunan (jika berdasarkan
perhitungan analisa ekonomi terhadap alternatif; tanaman Pangan dan Tahunan
memiliki kelayakan yang lebih tinggi, Konsultan dapat menyusun evaluasi kesesuaian
lahan untuk tanaman lain sesuai yang direkomendasikan).

Terhadap calon lahan pekarangan penilaian kesesuaian lahan pada tingakt unit, khusus
dinilai type penggunaan komiditi tanaman pangan pokok dan tanaman pangan yang
diusulkan dinilai secara aktual dengan masukan input teknologi, tingkat rendah yang
diperlukan sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula untuk type penggunaan
lain, juga untuk tanaman tahunan yang diusulkan. Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan
pada peta skala 1 : 5.000.
Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut diatas (standar rata-rata) lokasi
studi tidak dapat dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan konsultan diharuskan
membuat penilaian kesesuaian lahan secara standar tidak di rata-rta (STR) atau dengan
mempertimbangkan input teknologi pada tingkat sedang. Hasil evaluasi kesesuaian lahan
disajikan pada peta skala 1 : 10.000 untuk seluruh daerah survai dan 1 : 5000 untuk calon
Lahan Pekarangan / Lahan Pangan dan fasilitas Umum.
Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komoditi tanaman pangan pokok dan
tanaman lainnya pangan pokok dan tanaman lainnya yang direkomendasikan oleh konsultan
berpedoman menurut sistem Atlas Format Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).

c. Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan


1. Penggunaan lahan
a. Penggunaan lahan Sekarang .
1) Peta penggunaan lahan harus disajikan pada skala 1: 10.000 yang menunjukkan
penggunaan lahan dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel 2. Peta harus berdasarkan
pengamatan yang terbaru di lapangan dan data-data penunjang lain yang ada.
2) Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua katagori yang
diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50 meter sepanjang semua rintisan dan
poligon yang dipakai untuk survai tanah.
3) Peta penggunaan lahan harus menunjukkan juga batas-batas HPH, "Long Yard" dan
"Camp" serta jalan angkutan kayu utama (main logging road) dengan cabang-cabangnya,
dan jembatan yang ada; kesemuanya meliputi yang sedang direncanakan maupun yang
sudah ada.
4) Untuk kelengkapan data, harus menghubungi Instansi Perhubungan, Pertanian, Agraria,
Kehutanan, Pekerjaan Umum serta Camat setempat mengenai keadaan lahan pada saat
diadakan studi serta rencana dari instansi-instansi tersebut yang berkaitan dengan masalah
penygunaan iahan daerah studio Wawancara dengan lurah dan petani-petani setempat
diperlukan antara lain untuk mengetahui status pemilikan lahan daerah study. Wawancara
dengan lurah dan petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui status
pemilikan lahan di daerah tersebut.
5) Penelitian penggunaan lahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil luasan
ketersediaan lahan (Land availability) di daerah studi yang bebas dari permasalahan /
kendala.
b. FLORA
Komunitas tumbuh-tumbuhan baik dalam lingkungan hidup alami maupun binaan manusia
perlu rnengemukakan potensi dan dalam arti sebagai habitat atau species pangan dan
komoditi pertanian lainnya menurut komposisi dan manfaatnya bagi :
1) Pengamatan flora langka yang diiindungi ;
2) Makanan satwa liar;
3) Pengembangan perekonomian

c. FAUNA
Pembahasan harus Mengemukakan :
1) Populasi hewan, species, ikan, ampibi, reptilia, burung dan mamalia yang habitatnya
dianggap penting karena :nemiliki nilai ekonomis, dan nilai ekologis.
2) Species fauna yang langka, terancam dan yang berperan penting dalam pengembangan
ilmu pengetahuan
3) Species yang kena dampak penting dan uraian mengenai cara pengembang biakannya,
sik!us dan neraca hidupnya.
4) Tempat pemijahan / bersarang atau migrasi dari fauna.

2. Sumber Daya Hutan


Hasil penelitian hutan harus dipetakan, peta tersebut menunjukkan potensi tegakan, status
hutan sebagai hutan produksi, konservasi dan Hutan Lindung. Batas HPH, daerah yang
sudah ditebang dan rencana penebang Fl.n untuk lima tahun yang akan datang harus
diberikan jika ada. Data tersebut harus dikonsultasikan dengan Dinas Kehutanan dan atau
Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Setempat. Inventarisasi hutan harus dibuat dalam
bagian Satuan Kawasan Pengembangan yang tercakup hutan primer untuk rnenentukan
volume kayu yang bisa dipakai, ongkos pembukaan lahan dan untuk memberikan dasar bagi
perhitungan nilai keuntungan dari kayu pada studi kelayakan yang berikut. Dalam hutan
sekunder inventarisaasi perlu hanya untuk menentukan ongkos pembukaan lahan. Semua
data harus dihubungkan terhadap klasifikasi hutan fungsional dari Dinas Kehutanan. Pola
inventarisasi terserah kepada masing-masing konsultan, tetapi prosedur sampling sudah
direkomendasikan dalam pedoman dari Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiaoan
Permukiman dan Penempatan Transmigrasi (P4Trans), diharapkan bahwa inventarisasi hutan
akan berdasarkan rinrisan yang dibuka untuk pengamatan lereng dan tanah Hutan harus
diklasifikasikan dalam beberapa tipe hutan, berdasarkan hasil perencanaan tahap 11
(bila ada), dan interpretasi foto udara : Faktor seperti garis tengah pohon,
warna (tone) dan kerapatan pohon yang besar harus diperkirakan. Perbedaan yang penting
dalam tipe hutan harus digambarkan diatas peta tata guna lahan, bersama dengan batas-
batas antara hutan yang
sudah ditebang atau belum. Inventarisasi hutan primer harus memberikan data jumlah
volume kayu yang biasa digunakan, untuk semua species yang mempunyai DBH sama
dengan atau lebih dari 35 cm, dengan kesalahan penarikan contoh 10% atau kurang pada
tingkat kenyataan 95%. Bila klasifikasi ini cukup baik, maka persentase penarikan contoh
tersebut bisa dicapai dengan contoh kurang dari 1 % luasnya, tetapi harus ada lebih dari
0,5% luasnya. Dalam setiap satuan
contoh, semua pohon yang hidup, dengan DBH 35 cm atau lebih harus dicatat bersama
dengan pohon yang lebih jelas sudah rusak. Pohon-pohon harus dicatat menggunakan nama
jenis (species), atau kelompok jenisnya dan 6 (enam) kelas garis tengah 35-50 cm, 51-60 cm,
60-70-80, 81190 cm dan lebih besar dari 91 cm ditambah 20% dari hasi! satuan pencatatan
inventarisasi kecuali yang mempunyai DBH 10-34 cm, untuk perhitungan ongkos pembukaan
lahan. Inventarisasi terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali survai pendahuluan
menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau lebih kayu yang bisa dipakai dengan DBH lebih
dari 60 cm. Untuk perhitungan ongkos pembukaan lahan, data yang diperlukan pada hutan
sekunder adalah jumlah batang, dalam 9 (sembilan) kelas garis tengah: 1060 cm - 61-70, 71-
80, 81-90 dan lebih besar dari 91. Data ini adalah data garis tengah saja dan klasifikasi dalam
jenis tidak diperlukan. Penelitian sumber daya hutan ini juga meliputi penelitian flora dan
fauna sebagai masukan untuk studi analisa dampak lingkungan. Penelitian flora dan fauna
yang ada secara umum, terutama untuk mengetahui jenis-jenis yang spesifik dan jenis
langka.

d. Iklim Dan Hidrologi


1. Iklim
a. Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap ke II harus dilihat lagi dan dipertimbangkan
kembali hubungannya dengan model usaha tani (Farm Model) yang diusulkan pad a daerah
tersebut.
b. Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan Fergusson dan
Oldeman
c. Analisa curah hjan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir musim kering.
d. Analisa data-data curah hujan harian untuk mendapatkan frekwensi hari hujan (> 1 mm)
tiap bulan dan terjadinya periode kering selama 5, 10, 15 dan 20 hari 5 mm hujan/hari).
e. Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-adata yang ada dan di plot
terhadap curah hujan bulan rataa-rata. Suatu perkiraan harus dibuat mengenai kegawatan
masa keringd alam 1 dan 5 tahun kering.

2. Hidrologi
Penyelidikan Hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran sungai yang akan
mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan pada Laporan Tahap 11, Interpretasi Foto
Udara, dan peta yang ada.
Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta tersebut digambarkan pola
drainase, batas daerah sungal utama, daerah genangan dan daerah bahaya banjir. Semua
sungai harus diteliti mengenai lebar. kedalaman. dan debitnya yang kemudian diplot pada
peta. Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas daerah sungai,
perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi dari survai topografi, tanah, dan tata guna
lahan. Tersedianya sumber air bersih akan diteliti. Sumber yang paling disukai adalah sumur
dangkal, tetapi air permukaan dan air hujan (ditampung dari atap rumah) akan diperhatikan
juga. Tersedianya air tanah dangkal ditentukan dengan sampling dan testing:
a. Lokasi sumur percobaan dan daerah yang cocok untuk sumur dangkal ditunjukkan pada
peta yang terpisah.
b. Tersedianya air permukaan ditentukan jika air tanah dangkal tidak tersedia
c. Pengukuran kualitas air (Ec dan pH) dilakukan untuk sumber air tanah dan air permukaan.
d. Penampungan air dari atap rumah dilakukan dan diteliti apabila sumber tak tersedia atau
kurang mencukupi.

3. Ketersediaan air
a. Tersedianya sumber air minum harus diteliti. Sumber air minum yang ada dianjurkan
adalah dari sumur dangkal. Juga air permukaan dan pengumpulan serta penyimpanan air
hujan;
b. Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus diuji, yaitu dengan
membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan pusat SP, sekurang-kurangnya 2 buah pada
tempat yang mewakili daerah yang diteliti. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan
dengan mewawancarai penduduk setempat dan dengan mengamati permukaan air selama
studi. Letak sumur uji dan daerah yang cocok untuk sumur uji yang dangkal harus diplot pada
hidrologi.
c. Air permukaan yang dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih harus diteliti. Sumber
air permukaan yang dipilih sebagai sumber air harus digambarkan baik dari segi letak
maupun penyalurannya.
d. Penelitian tempat-tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan penyimpanan air
permukaan perlu dilakukan sebagai dasar
untuk penentuan penelitian selanjutnya (pembuatan check Dam dan bangunan dengan fungsi
yang sama)
e. Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis terperinci data
hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah
transmigran yang standar (2: 35 m3) Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan
spsesirikasi standar harus disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan air
atap.
f. Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih baik harus dikemukakan
untuk pemakaian yang akan dating.
g. Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan air yang direncanakan .

e. Penelitian Aspek Sosial, Agro Ekonomi


Maksud dan tujuan penelitian aspek sosial dan agro ekonomi adalah untuk mengetahui
keadaan sosial ekonomi penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik di
dalam maupun sekitar daerah penelitian;

1. Data primer yang perlu dikumpulkan di lapangan adalah:


a. Data sosial :
1) Adat istiadat dan hukurn adat atas pemilikan/penggunaan lahan;
2) Kemungkinan pengaruhnya terhadap rencana transmigrasi;
3) Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi

b. Data sosial ekonomi :


1) Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan pada kelompok usia
kerja (analisa / uraian)
2) Tingkat perkembangan jumlah penduduk
3) Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan
4) Kornposisi penduduk berdasarkan Pekerjaan/mata pencaharian
5) Kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk pembangunan lokasi
transmigrasi

c. Data Agro Ekonomi :


1) Mengenai pertanian tanaman pangan lahan kering.
a) Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan cara mengusahakannya, misalnya bagaimana
cara-cara bercocok tanam yang umum dan lain sebagainya;
b) Jenis-jenis tanaman serta perkiraan produksi yang memberi indikasi dapat dikembangkan,
dan mengapa dikembangkan;
c) Apakah sudah mengenal penggunaan teknologi maju benih / bibit unmgghul, pupuk,
pestisida, pengolahan lahan dan sebagainya), bagaimana mengenalnya dan bagaimana
memperoleh sarana produksi;
d) Kalau usahatani bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga, bagaimana
mendapatkan penghasilan uang kontan/caqsh, termasuk bagaimana memasarkan hasil, dan
bagaimana peranan KUD.
e) Bagaimana jalur pemasaran hasil-hasil usaha tani
f) Keadaan prasarana dan sarana angkutan
g) Analisa sederhana usahatani setempat (farm survey), mengenai pola dan jadwal tanam
berdasarkan bentuk usaha tani yang umum.
h) Data penunjang usahatani
i) Penyuluhan pertanian (sarana, tenaga penyuluh, cara- cara penyuluh)
j) Hasil-hasil uji coba pertanian lapangan/diplot
k) Keadaan swasembada pang an daerah studi
I) Dan lain-lain

2) Mengenai kehutanan
a) Jumlah penduduk yang bekerja di bidang kehutanan baik yang bekerja sebagai pekerjaan
utama ataupun pekerjaan sampingan seperti mengambil hasil hutan atau sebagai buruh.
b) Jenis kayu yang diambil
c) Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut
d) Pemasaran hasil hutan tersebut
e) Sarana dan prasarana transpaortasi yang dipergunakan untuk pemasaran hasil hutan
tersebut;
f) Data dan informasi berbagai sarana pelayanan umum meliputi Pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perhubungan dan perekonomian.
3) Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut dalam butir-butir dapat
diperoleh dari :
a) Desa/kampung yang bersangkutan;
b) Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;
c) Tingkat kabupaten.

4) Dari data-data yang dikumpulkan hendaknya dapat diidentifikasikan masalah-masalah


untuk dipecahkan dan keberhasilan-keberihasilan untuk dimanfaatkan dalam rangka rencana
transmigrasi;
2. Evaluasi Lokasi - Lokasi di Daerah Studi
Khusus untuk lokasi-Iokasi yang sudah ada disekitar daerah studi hendaknya dievaluasi
sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan dan pengembangan dibidang sosial ekonomi sesual
dengan kriteria yang tercantum dalam SK MenteriTransmigrasi NO.269/Men/1984.

f. Usulan Pengembangan Pertanian


1. Pengembangan pertanian di lahan pekarangan/ pangan
a. Usulan pengembangan pertanian pada lahan pekarangan di daerah pemukiman
Transmigrasi harus disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah. Sebagai pola pengem
bangan yang standar untuk mencapai swasembada bahan pangan sedapat mungkin
berdasarkar. tanaman pangan lahan kering. Jika lokasi tersebut tidak cocok untuk tanaman
pangan lahan kering maka pengembangan lainnya harus diusulkan. Usulan-usulan tadi
menunjukkan kepada definisi tipe penggunaan lahan (land utilisation type) untuk mana
kesesuaian lahan diterapkan;
b. Usulan pengembangan pertanian harus dihubungkan dengan pertanian yang ada. data
penghasilan dengan tingkat masukkan tertentu yang diperoleh petani di sekitar daerah studi
harus disebutkan. Informasi sebagai tambahan yang dikumpulkan pada tahap sebelumnya
mengenai luas kapling, kebutuhan tenaga kerja dan pengelolaan yang berhubungan dengan
lahan-Iahan khusus harus dikumpulkan.

2 . Model usaha tani yang diusulkan harus digambarkan secara terinci. Jenis dan kalau
mungkin juga varitas tanaman serta pola tanam dan pergiliran tanaman (cropping patern and
crop rotation) harus diidentifikasi, berdasarkan kebutuhan transmigran untuk memenuhi
kebutuhan pangan keluarganya. Hasil produksi tanaman harus memberikan makanan yang
cukup dengan gizi berimbang serta memberikan pendapatan tunai yang memadai. Cara
bercocok tanamnya harus memperhatikan usaha menjaga kondisi tanah;
a. Jumlah luas lahan yang optimal untuk setiap jenis tanaman yang diusulkan di lahan
pekarangan perlu dihitung;
b. Masukkan pertanian minimum dan optimum harus diperkirakan untuk setiap jenis/varitas
tanaman dan pola tanaman yang diusulkan dikaitkan dengan kondisi iklim, tanah dan
topografi. Jika jumlah masukan dari pemerintah (paket supply) berbeda jauh dari
rekomendasi optimum maka pengaruh terhadap pola tanaman yang diusulkan harus
disebutkan dan produktivitas lahan tersebut juga harus diperkirakan.
c. Sumber masukan seperti bibit dan adanya bantuan Dinas Pertanain harus diperhitungkan.
Kesulitan penyediaan pupuk atau keperluan bahan kimia dan obat-obatan harus diidentifikasi.
d. Perkiraan hasil panen untuk tingkat pengelolaan yang berbeda harus dibuat. A.ngka-
angka produksi berdasarkan hasil penelitian yang paling akhir dapat dijadikan sebagai
pegangan. Akan tetapi apabila data produksi yang didapat dari hasil penelitian tersebut cara
pengolahannya yang kurang memadai, maka data tersebut perlu dipertimbangkan. Hasil
panen pad a daerah disekitar daerah studi penting sekali. Kemungkinan perubahan dalam
hasil selama perkembangan pemukiman, karena usaha perbaikan ataupun kendala harus
dapat iperkirakan. Hasil panen pada setiap akhir periode pengembangan pemukiman
transmigrasi (periode tahap konsolidasi, periode tahap pengembangan dan periode tahap
pemantapan) harus dinilai, apakah sudah sesuai dengan target yang ingin dicapai atau
belum.
5. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap sistem usaha tani yang diusulkan harus dihitung dan
sistem usaha tani tersebut harus ditunjukkan sebagai usaha tani yang biasa dipakai.
6. Ketersediaan tenaga kerja dari setiap keluarga transmigran kelahan plasma dan inti serta
sarana transportasi yang mungkin akan disediakan perlu disebutkan. Mekanisasi atau
penggunaan ternak tarik mungkin bisa memecahkan hambatan-hambatan tersebut, tetapi
tidak bisa diperkirakan sebagai pemecahannya pada tahun-tahun pertama perkembangan
permukiman.
7. Fasilias permasaran dan pengolahan yang tersedia dan yang masih diperlukan harus
disebutkan.diperhitungkan disertai biaya yang diperlukan.
8. Pengembangan yang diusulkan hendaknya dikaitkan dengan metoda yang direncanakan
untuk pengembangan lokasi tersebut, khususnya cara pembukaan lahan dan pemanfaatan
kayu dari lahan yang dibuka agar diterangkan sejelas mungkin.
9. Pola kelembagaan pembinaan petai transmigran perlu diusulkan termasuk tata kerjanya,
khususnya kelembagaan penyuluhan
pertanian dengan segala perangkat pendukungnya dan kelembagaan ekonomi pedesaan,
termasuk koperasi dan perkreditan usaha tani.
10. Hendaknya ada saran-saran tentang kemungkinan usaha tani terpadu seperti
menambahkan pemeliharaan ternak dan usaha diversifikasi tani lainnya, dengan uraian
tentang bagaimana mendapatkannya, pemeliharaannya dan keuntung an-keuntungannya.

f. Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP)


1. Maksud dan Tujuan
Studi Tahap III A dimaksudkan untuk memperoleh alokasi lahan untuk beberapa penggunaan
tertentu dalam setiap satuan pemukiman, bersama dengan rencana jalan penghubung, jalan
paras, jalan desa dan jalan lahan. Tujuannya adalah sebagai dasar untuk pembukaan lahan
dan pembuatan jalan guna memperoleh pemanfaatan ruang yang optimal.;

2. Rencana blok
a. Prinsip.
Prinsip-prinsip perencanaan dalam penyusunan RSTP adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan lahan direncanakan harus berdasarkan kesesuaian lahan tanaman Pangan
dan Tanaman Tahunan yang diusulkan.
2) Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lain, seperti
penggunaan HPH, ladang penduduk dan sebagainya. Secara status Hutan harus merupakan
Araeal Penggunaan lain (APL). Dalam hal menggunakan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK) haius ada persetujuan dari Departemen Kehutan (IPPKH).
3) Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi dan sesuai dengan
kebutuhan pemukiman.
4) RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas (kemudahan hubungan), baik
hubungan di dalam SP maupun hubungan SP dengan daerah luar.
5) Prasarana harus efisien dalam hal jasa-jasa yang disediakan serta biayanya.
6) Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan merencanakan
penggunaan lahan untuk konservasi alam pada lokasi yang kritis.
7) RSTP harus menyediakan suatu areal untuk pengembangan masa depan (Iahan
cadangan).
8) Areal yang direncanakan hurus memiliki ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan air transmigran (SAB).
b. Kriteria Perencanaan
Kriteria yang harus digunakan untuk menyusun RTSP dibicarakan dibawah ini. Kadang-
kadang batas-batas biasa dirubah, tetapi konsultan harus selalu mempertimbangkan
keperluan perencanaan pemukiman yang dapat dipraktek; jadi jika kriteria tidak dipakai
alternatif yang diusulkan oleh konsultan bisa dibenarkan setelah disetujui terlebih dahulu oleh
instansi teknis perencanaan terkait di tingkat pusat dan daerah sebelum perencanaan
diselesaikan.

c. Kesesuaian lahan
Kelas kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan pangan dan
tanaman keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan S3.
1) Pola Pemukiman
Dalam membentuk pola pemukiman konsultan harus mempertimbangkan :
a) Kemudahan transmigran dalam mencapai lokasi fasilitas umum/kebutuhan sehari-hari.
b) Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah pemukiman terutama antara jalan desa.
2) Alokasi lahan
Lahan pada SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran (kapling) dan lahan yang
dialokasikan kepada fasiliats umum atau penggunaan masyarakat (tabel 1)
Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari ;
a) Lahan pekarangan 0,25 Ha/KK,
b) LU.I 0,75 Ha/KK
c) LU.II 1,00 Ha /KK

Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari;


a) Lahan Fasilitas Umum di Pusat desa, 8-12 Ha/SP;
b) Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP;
c) Lahan Kuburan, 1-2 Ha/SP;
d) Test Farm, 2-4 Ha/SP;
e) Lahan Penggembalaan, 3-5 Ha/SP;

3) Kemiringan Lahan
Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang diperkenankan adalah sebagai
berikut :
a) Lahan pekarangan, 0- 8 %;
b) Fasilitas umum, 0 - 15 % , disesuaikan dengan peruntukannya
c) Lahan Usaha I : 8 - 15 %
d) Lahan Usaha 11 : 15 - 25 %
e) Lahan Konservasi > 40 %)
4) Jarak Tempuh.
Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan kebeberapa penggunaan sebagai berikut :
Dari lahan pekarangan ke :
a) Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km
b) Lahan Usaha I, 1,5 - 2,5 Km
c) Lahan Usaha 11, 2,5 - 3,5 Km

5) Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) seharusnya 500 Kepala
Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai jumlah yang ideal, karena jumlah ini
membenarkan adanya 1 Unit Sekolah dasar. Jumlah ebih kecil bisa diterima dengan jumlah
minimal 300 KK. Taksiran dari jumlah KK harus diberikan sampai kelipatan 10 KK.

6) Lahan Konservasi
Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-Iokasi dibawah ini harus diperuntukan sebagai
lahan konservasi yang tidak boleh dibuka, sebagai berikut :
a) 50 meter dari kiri dan kanan sungai besar atau 2 kali dalam lereng yang curam dari pinggir
lereng.
b) 25 meter dari kiri dan kanan sungai kecil.
c) Lahan dengan kemiringan di atas 25%.
d) Lahan yang merupakan daerah genangan atau rawa yang tidak sesuai untuk daerah
pertanian.
Pekerjaan konservasi tanah yang sederhana misalnya penanaman rumput sepanjang kontur,
dibuat oleh petani sendiri yang tidak mempengaruhi alokasi lahan

7) Ukuran kapling-kapling di atas RTSP, penting sekali. Secara ideal bentuk kapling harus
persegi empat 25 m x 100 m untuk lahan pekarangan, karena lebih efektif dan efisien dari
segi pengadaan prasarana. Peta kapling menunjukkan batas kapling, letak rumah dan letak
jamban.
8) Blok-blok yang ditunjukkan pada RTSP.
Pedoman menunjukkan bahwa harus menunjukkan lahan pada blok-blok. Slok-blok tersebut
harus dialokasikan berdasarkan faktor-faktor yang dibicarakan dibawah ini :
1 a) Faktor Sosial

Penting sekali rencana dibuat dengan memperhatikan kebutuhan untuk mengembangkan


prasarana sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan yang dapat memungkinkan
kehidupan masyarakat bermasyarakat yang baik. Jadi sebagian besar lahan pekarangan
harus diusahakan menghadap ke jalan desa, bukan ke jalan penghubung atau ke jalan poras.
1 b) Batas Blok

Batas-batas blok untuk setiap pengounaan yang diusulkan harus sesederhana yaitu garis
lurus, jalan atau ciri-ciri alam, misalnya sungai. Untuk lebih mengenali batas-batas dilengkapi
dengan batas-batas kapling. Blok LP disajikan dalam peta 1 :5.000 dan LU disajikan dalam :
Peta 1: 10.000
1 c) Fasilitas Umum

Rencana terinci untuk pusat desa diperlukan pada tahap IliA dan disajikan dalam peta 1 :
2.000. Peta tersebut menuju batas kapling masing-masing bangunan FU, Konsultan harus
tahu fasilitas umum yang akan diberikan sebagai standard. Fasilitas Umum tersebut harus
dibuat daftarnya seperti pad a table 1 (Rincian Penggunaan Lahan Pemukiman Transmigrasi)
beserta luas tiap blok. Fasilitas yang akan ditambah didaftar juga. Fasilitas diberikan dalam
dua tahap, yaitu fasilitas yang diberikan sebelum kedatangan transmigran dan fasilitas yang
diberikan selama tiga tahun pertama. Luas yang cukup untuk semua fasilitas yang harus
diberikan dalam rencana. Desain dan spesif:kasi yang standar untuk semua fasilitas tersebut
adalah yang disiapkan oleh Dit. Perencanaan Teknis dan Permukiman dan Perpindahan,
Ditjen P4T Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Konsultan tidak harus mendisain lagi
rumah transmigran atau sekolah. Lahan untuk fasilitas umum diletakkan di Pusat Desa atau
diletakkan di Pusat Satuan Permukiman (SP) berasarkan pertimbangan perencanaan dan
kriteria jarak capai, luasnya disesuaikan dengan daya tampung atau KK yaitu 8 - 15 Ha. di
pusat Satuan Permukiman (SP).
9) Untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dan volume air didaerah studi minimal harus
tersedia : 60 liter/hari/orang untuk kebutuhan transmigran.

3. Rencana Batas Pembukaan Lahan


1) Pedoman (KAK) menetapkan bahwa RTSP harus menunjukkan batas-batas pembukaan
lahan, Slok-blok yang dibuka. Yang harus diutamakan adalah batas lahan pekarangan, pusat
desa dan jalan poros/penghubung. Untuk itu perlu dibuat beberapa patok permanen yang
dapat mewakili batas lahan di lapangan (Iihat lampiran 6, dekripsi patok permanen)
2) Pilar/patok permanen terse but harus diikatkan pada patok jalur rintisan dan posisinya
dapat mudah diidentifikasikan di lapangan (misalnya pada ujung-ujung blok, di dekat sungai
dan lain sebagainya). Pengukuran pilar-pilar permanen tersebut dilakukan dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a) Sudut Horizontal diukur dengan alat To atau yang sederajat (dengan pembacaan terkecil
30"), jarak diukur dengan pita ukur.
b) Salah penutup sudut 4 n (n = banyaknya titik pengukuran).
c) Ketelitian linier 1/2.500
d) Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm ~ D Km (0 = Jumlah jarak jalur pengukuran
bed a tinggi).
3) Setelah rencana Tata Ruang Satuan Pemukiman selesai, maka batas lahan yang dibuka
(di land clearing) harus diukur POSISI horizontalnya dengan metode poligon dengan
Theodolite yang mempunyai ketelitian bacaan minimal 30". Patok-patok beton Batas
Pembukaan Lahan (BPL) harus dipasang pada pusat desa dan titik batas lahan pekarangan
serta dibuat dokumentasinya. Sebagai pengikat titik po ligon SPL, diambil titik Bench Mark
(BM) pada base line terdekat.
4) Spesifikasi pengukuran poligon dan sebagai berikut :
a) Sudut poligon diukur dengan theodolite To atau yang sederajat sebanyak 1 seri ganda (B-
8-L8-LB).
b) Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk seraha dan di cek dengan jarak optis ke
muka dan ke belakang.
c) Salah penutup sudut tidak lebih dari 4" n; ( n = jumlah titik polygon).
d) Ketelitian linier tidak lebih dari 1/2.500.

3. Rencana Jaringan Jalan


1) Ada 2 (dua) kelas jalan yang dikenal dalam perencanaan pemukiman transmigrasi yaitu :
a) Jalan Penghubung 1 Paras yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat
SP ke pusat-pusat lain diluar SP (poros) dan sarana perhubungan tingkat kabupaten/propinsi
jalan penghubung)
b) Jalan Desa yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP kesemua
lahan pekarangan.
Jalan paras apabila tidak memungkinkan untuk dihubungkan langsung ke pusat yang lebih
besar harus dihubungkan ke prasarana perhubungan yang ada, seperti jalan utama dari
Pusat Desa perhubungan sungai/ laut dan sebagainya
2) Lebar perkerasan, DMJ dan jarak jalur hijau untuk dari as jalan untuk masing-masing kelas
jalan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Lebar Perkerasan, DMJ, dan Badan Jalan Lokasi Transmigrasi


*DMJ = Daerah Milik Jalan (ROW).

3) Rencana jalan RTSP harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pembangunan. Dalam hal ini maka pembuatan rencana jalan sebaiknya mempertimbangkan :
a) Jarak yang paling pendek
b) Topografi relative datar gun a menghindarkan pekerjaan gali & timbun yang tidak perlu.
c) Faktor-faktor pembatas seperti sungai/rawa dan lain sebagainya sedapat mungkin
dihindari.

4) Rencana jalan yang diukur dalam RTSP baru merupakan alinenien jalan yang diukur pada
tingkat pendahuluan (Recoqnaisance). Pengukuran situasi, perencanaan disain geometrik
serta pekerjaan
staking out merupakan pekerjaan selanjutnya, yaitu pekerjaan pembuatan Rencana Teknis
Detail Jalan .

Tabel 4. Rincian Penggunaan Lahan di Permukiman Transmigrsi

Lahan dengan kemiringan 0-8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman Lahan
Pekarangan .* LC = Land Clearing

g. Analisis Ekonomi Dan Keuangan


Konsultan harus melakukan analisis ekonomi dan keuangan yang lengkap dari tiap
pengembangan yang diusulkan baik dilahan pekarangan maupun diplasma serta initio Bentuk
analisis ekonomi dan keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Prakiraan arus tunai transmigran (=projected cash flow) selama 10-25 tahun dengan
menghitung :
1) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari LP (Iahan pekarangan) sesuai
dengan usulan pengembangan pertanian (Iuas, Pola tanam dan jenis tanaman) yang telah
diuraikan sebelumnya. Harga satuan diperhitungkan berdasarkan harga pasar terdekat.
2) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dilahan, LU.I dan LU.II setelah
tanamannya dapat menghasllkan. Dalam memperkirakan pendapatan Transmigran perlu
disebutkan hal-hal mengenai Perkiraan produksi dan Harga satuannya
3) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari sumber lainnya.
4) Prakiraan pengeluaran transmigran untuk sarana produksi pertanian di Lahan
Pekarangan :
a) Benih dan Bibit
b) Masukan pertanian (Pupuk dan Pestisida)
c) Dan lain-lain
5) Perkiraan perkembangan pendapatan kotor transmigran, berdasarkan butir 1 sampai 3
dikurangi butir 4.
1 2. Prakiraan pengeluaran transmigran untuk kebutuhan sehariihari atau kebutuhan
rumah tangga;
2 3. Berdasarkan butir A dan B diatas dihitung pendapatan bersih transmigran sehingga
dapat dilihat kelayakan proyek pengembangan transmigrasi.
3 4. Apabila berdasarkan hasil penilaian butir C di atas proyek terse but tidak layak untuk
kehidupan transmigran, konsultan perlu membuat usulan pemecahan/alternatip
pengembangan pertanian di daerah studi tersebut.
4 5. Pendapatan transmigran pada tiap akhir periode/tahap pengembangan transmigran
(akhir periode/tahap kosolidasi, pengembangan dan pemantapan) perlu dievaluasi
juga apakah pendapatan transmigran tersebut sudah mencapai target pendapatan
seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Transmigrasi dan PPH Nomor : KEP.
06/MEN/1999 Tentang Tingkat Perkembangan Pemukiman Transmigrasi dan
Kesejahteraan Transmigran SK MenTrans 269/Men/1984) atau belum. Apabila belum
perlu dibuatkan rekomendasi pengembangan yang lebih baik untuk pemukiman
transmigrasi Pola TPLK.

h. Perkiraan Biaya Pengembangan Permukiman Transmigrasi


Perkiraan biaya yang akan dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
mencakup :
1) Perkiraan biaya untuk menyiapkan lahan pemukiman transmigrasi yang meliputi :
a. Pekerjaan pembukaan jalan
b. Pekerjaan pembuatan jalan penghubung/ paros
c. Pekerjaan pembuatan bangunan rumah transmigrasi dan penyediaan sarana sumber air
bersih
2) Perkiraan biaya pengerahan penduduk
3) Perkiraan biaya untuk pemberian paket saprotan

Biaya biaya tersebut didasarkan pada jumlah daya tampung hasil perencanaan RSTP III A.
Dasar-dasar perhitungan untuk semua tarip dan biaya yang digunakan dalam perkiraan biaya
perlu disebutkan.

i. Telaahan Lingkungan
1). Tujuan
a. Mengindentifikasi RTSP,
b. Mengetahui besarnya dampak lingkungan (baik dampak positif maupun dampak negative)
yang mungkin timbul, sebagai akibat dikembangkannya pemukiman transmigrasi.
c. Menyusun alternative tindakan bila dampak negative lebih besar dari dampak positif,
sehingga dampak positif dapat seminimal mungkin.
2) Ruang Lingkup Telaahan Lingkungan
Komponen yang harus dicakup dalam studi mencakup fisik, biologi, social, dan budaya.
Komponen yang mempunyai dampak penting perlu ditelaah lebih detail.
1 3) Identifikasi Dampak Potensial dari RTSP

Dalam mengindentifikasi dampak, konsultan sedapat mungkin mempertimbangkan


komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak yaitu antara lain.
a. Lahan pertanian
b. Pelongsoran dan pengikisan tanah/pantai
c. Kestabilan lereng
d. Kuantitas air permukaan
e. Kualitas air permukaan/pencemaran air
f. Kuantitas air tanah
g. Kualitas air tanah
h. Species langka dan terancam punah
I. Tumbuhan bermanfaat.
J. Hewan bermanfaat k. Tumbuhan hama
I. Hewan hama
m. Faktor penyakit
n. Kesehatan masyarakat
o. Sumber Daya Alam / Tata Guna Lahan
p. Sistem Distribusi Produksi
q. Tenaga Kerja dan la pang an pekerjaan
r. Populasi yang terkena resiko
s. Kestabilan masyarakat / kesenjangan masyarakat
t. Nilai budaya dan Agama
4) Dampak penting yang perlu diidentifikasi dalam rencana pengembangan pemukiman ini
adalah :
a. Dampak Pembukaan Lahan Dampak pembukaan lahan terhadap kemungkinan banjir,
potensi air, kestabilan ekologi (longsor), kestabilan lereng, erosi.
b. Dampak terhadap Flora dan Fauna,
c. Dampak RTSP terhadap flora dan fauna yang bernilai historis, ekonomis, estetis dan
ilmiah, baik daerah daratan maupun perairan.
d. Dampak RTSP terhadap migrasi, tempat bersarang, tempat mencari makan, pemijahan
fauna dan sebagainya.
e. Dampak terhadap kepunahan hewan dan tumbuhan langka.

5) Dampak terhadap Kependudukan


a. Dampak pertambahan penduduk berdasarkan usia, jenis kelamir., ketrampilan, dan
sebagainya.
b. Dampak RTSP terhadap transmigran pendatang.
6). Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Dampak terhadap pusat-pusat perekonomian dan infrastruktur,
b. Dampat terhadap pencaharian dan masyarakat,
c. Dampak terhadap lembaga formal,
d. Dampak terhadap struktur industri pertanian daerah dan pola perdagangan daerah,
e. Dampak terhadap kesempatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, formal dan
informal.
f. Dampak sosial dan budaya lainnya yang dianggap relevan (kehidupan sehari-hari, adat
istiadat, peninggalan sejarah, estetika, dan lain-lain).
7) Dampak Pengembangan Pertanian
a. Dampak terhadap struktur perekonomian daerah,
b. Dampak masukan pertanian terhadap ekosistem daerah, misalnya: dampak jumlah input
tanah terhadap kesuburan tanah.

8) Dampak Pengembangan Permukiman


a. Dampak prasarana dan sarana permukiman yang direncanakan untuk kehidupan
masyarakat setempat.
b. Dampak kegiatan sehari-hari (seperti pembuangan sampah yang tidak tertib, pencemaran
air buangan) terhadap ekosistem yang ada.
c. Dampak pengembangan pemukiman terhadap perkembangan daerah.

9) Evaluasi Dampak Penting


Penilaian dampak penting harus dibagi atas hal-hal sebagai berikut :
a. Dampak positif/negatif
b. Jangka pendek dan jangka panjang, serta
c. Ditinjau berdasarkan sifat biofisik, dan sosekbud yang terjadi setelah adanya permukiman
transmigrasi (prediksi ilmiah).
d. Diuraikan mengenai hubungan sebab akibat antara RTSP/RTJ dan lingkungan hidup
(dikaitkan dengan dampak positif dan negatif).
10) Menyusun Alternatif Tindakan
Seandainya berdasarka hasil penilaian dampak penting diketahui ternyata bahwa nilai
dampak negatif lebih besar dari dampak positif, maka konsultan diwajibkan untuk
memberikan alternatif tindakan agar dampak positif dapat dikembangkan dan dapat negatif
dapat ditekan seminimal mungkin.
j. Penyusunan Laporan Dan Album Peta
1. Laporan sebaiknya disusun dengan out line yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga kerja
dan Mobilitas Penduduk . Dalam hal tertentu isi laporan dapat saja dibuat lain atas
pertimbangan konsultan setelah didiskusikan dan disetujui ;
2. Sebelum menyerahkan laporan Buku Laporan Akhir sebanyak 15 Set dan - Executif
Summary sebanyak 18 Set konsultan wajib menyerahkan:
- Laporan pendahuluan 5 set
- Laporan analisis/interem report 5 set
- Draf Laporan Akhir 5 set
- Paket Informasi Lokasi (Pilok) 15 set
- Buku Album Peta (23 jenis peta) 15 set
3. Konsultan juga harus menyerahkan laporan, Album Peta dan Pilok dalam bentuk Software
(CD).
4. Penyajian Peta dalam bentuk digital, dengan ukuran A 1 dan mengikuti format standar
Bakosurtanal dan ditandatangani oleh Juru Gambar, Tenaga Ahli, pemeriksa dan pemberi
persetujuan.

k. Spesifikasi Teknis Penyiapan Lahan dan Bangunan


RTSP pada dasarnya merupakan rencana detail oleh karenanya harus dilengkapi dengan
informasi dan arahan bagi pelaksanaannya.
Informasi dan petunjuk dalam pelaksanaan RTSP disajikan secara tersendiri dalam laporan
tambahan dalam spesifikasi Teknis Penyiapan Lahan dan Bangunan. Laporan ini
dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan kontraktor dalam pekerjaan penyiapan
lahan dan bangunan,
agar tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan dapat dicapai secara lebih optimal.

Spesifikasi teknis penyiapan lahan dan bangunan disusun meliputi:


1. Volume pekerjaan yang menyangkut pembukaan lahan, pekerjaan jalan, bangunan dan
raservear air minum.
2. LetakJlokasi pembukaan lahan, sumber bahan-bahan yang akan digunakan
3. Klasifikasi hutan

4. Petunjuk atau arahan bagi penyiapan lahan dan bangunan yang mencakup uraian jenis
kegiatan (dalam pembukaan lahan, pekerjaan jalan. bangunan kayu dan reservoar air minum)
yang disertai dengan persyaratan teknis dan caraacara pelaksanaan pekerjaan.

2. Rencana Teknis Detail Jalan (RT J)


A. Pekerjaan Lapangan
Sebagain besar dari pada pekerjaan Perencanaan Jalan Pemukiman Transmaigrasi ini
merupakan pekerjaan lapangan yang dilakukan setelah selesai kegiatan penentuan SP di
lapangan. Pekerjaan lapangan ini meliputi :
1. Perintisan dan Pemasangan Patok Pengukuran Rencana Jalan. Dengan bantuan data
yang ada dilakukan pengenalan lapangan disekitar rencana jalan untuk mendapatkan
gambaran medan secara menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan dari tahapan pekerjaan ini
meliputi :
a. Menentukan titik awal dan titik akhir dari rencana jalan penghubung/ poros dilapangan,
sejauh yang telah ditentukan diatas peta dasar.
b. Mencatat keterangan penting disepanjang jalan seperti rawa/kebun/ladang dengan batas-
batasnya, sungai atau saluran dengan ukuran dan karakteristiknya, jembatan/gorong-gorong
dengan dimensinya, dan lain sebagainya.
c. Mengadakan pencatatan lokasi sumber material yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan
penimbnan dan payment/strukture. Lokasinya digambarkan diatas peta dasar dan
dilampirkan pad a gambar rencana.
d. Marintis dan menetapkan trace jalan yang akan digunakan sebagai pedoman bagi team
pengukuran.
e. Memasang patok-patok sepanjang trace jalan dengan ukuran dan ketentuan sebagai
berikut :
1) Patok kayu
a) Sebagai patok pengukuran;
b) Ukuran 60 cm dengan . 5 cm (diameter);
c) Dipasang pada setiap jarak 50-100 m;
d) Diberi nomor urut;
e) Ditanam 40 cm (muncul 20 cm diatas permukaan)

2) Patok beton
a) Sebagai titik pengikat tetap diikatkan pada BM RSTP/bangunan tetap
b) Dipasang ditempat yang aman/mudah ditemukan (15 m sebelah kiri dari rencana as
jalan) dan pada setiap jarak 5.000 meter
c) Diberi nama BM dan nom or urut I, II, III dan seterusnya.
d) Ditanam sedalam 50 cm (muncul 25 cm diatas permukaan tanah
e) Diberi bout dipermukaan atas beton tersebut
f) Kalau panjang jalan < 5 km diambil pada awal dan akhir proyek.

2. Pengukuran
Pengukuran topografi dilakukan pada jalur rintisan jalan yang telah dirintis dan dipatok.
Pekerjaan pengukuran terdiri dari :
a. Polygon
1) Poligon diukur dengan menggunakan alat theodolit TO atau sejenisnya, sedangkan
perhitungannya digunakan methode Bowdith.
2) Pengukuran polygon harus diikatkan pada titik-titik tetap (BM RTSP) yang diketahui
koordinatnya dan titik ikat hasil pengukuran tata ruang. Bilamana kedua titik ikat tersebut
diatas tidak ada disekitar lokasi, maka pengukuran dan perhitungan poligon rnenggunakan
koordinat lokal (0.0) yang dimulai dari awal proyek.
3) Jarak diukur dengan pita baja dalam satu arah, dichek dengan jarak optis dibaca kemuka
dan ke belakang.
4) Ketelitian yang disyaratkan :
* Kesalahan penutup sudur < 1 n (Iebih kecil) n = banyaknya titik polygon
* Kesalahan jarak Iinier < 1 (Iebih kecil) 1/2000 (lebih kecil)

b. Pengukuran Beda Tinggi


1) Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan doublestand (2 x berdiri alat)
2) Alat pengukuran beda tinggi menggunakan Wil Nak2, Zeis Ni2 atau alat sipat datar
automatic yang sejenisnya.
3) Patok beda tinggi dan titik ikatnya diambil sama dengan yang digunakan pada pengukuran
polygon (BM).
4) Kesalahan penutup < 25
D = jarak dalam Km

c. Pengukuran Cross Section


1) Pengukuran dilakukan pada bagian medan yang datar, bukit dan pegunungan
2) Alat ukur yang dipergunakan adalah TO atau sejenisnya
3) Pengambilan setiap jarak 100 m untuk daerah datar, bukit 50 m, dan pegunungan 25 m
dan pada scope yang penting seperti lembah dan puncak bukitlgunung
4) Lebar pengukuran meliputi daerah koridor sejauh :
a) 25 m sebelah kanan dan kiri sumbu jalan yang lurus/datar;
b) 25 m kesisi luar dan 50 m kesisi dalam pada jalan menikung;
c) Untuk daerah yang pada saat pengukuran masih belum dapat ditentukan rencana centre
line jalannya, koridor perlu diperlebar sehingga diperoleh jangkauan medan yang lebih luas.
d. Pengukuran situasi sungai/jembatan
1) Pengukuran situasi sungai meliputi daerah sejauh 50 m ke hilir dan 50 m ke hulu dari (CL)
Rencana Jalan 25 m sebelah kiri dan sebelah kanan tapi sungai dibuat cross/situasi.
2) Pada setiap tepi sungai/saluran 7,5 meter sebelah kiri dan kanan rencana as jalan
dipasang patok pralon / beton 75 cm 10 cm
3) Gambar detail sungai harus meliputi keadaan topografi dasar, tebing dan tepi sungai
serta daerah sekitarnya.
4) Ketinggian muka air banjir, muka air normal dan muka air terendah harus dicatat.
5) Jembatan/gorong-gorong yang ada harus dibuat skets dan ukuran-ukurannya, serta
dicantumkan material yang dipakai.

1 B. Pembuatan Peta Situasi dan Alinemen Horizontal Jalan

Pekerjaan ini masih termasuk pekerjaan lapangan dan harus dikerjakan di lapangan.
Koordinasi dengan Direk:orat Penyiapan Lahan harus selalu diadakan setiap saat.
1. 1) Peta Situasi Jalan Skala 1 : 2.000

Dibuat diatas kertas milimeter dengan interval garis tinggi (satu) meter dan mencakup :
a) Semua patok dan titik detail dengan dilengkapi tanda/nomor, ketinggian dan koordinatnya.
b) Detail situasi yang ada, seperti batas rawa/kebun/ladang disekitar trace jalan, lebar
sungai/saluran ukuran jembatan/gorong-gorong dan lain-lain yang penting.
c) Diatas peta situasi jalan ini, dibuat alinement horizontal dengan bentuk full circle.

1. 2) Lay Out skala 1 . 20.000

Untuk melengkapi peta Rencana Struktur SKP skala 1 : 20.000, dimana telah dicantumkan
blok-blok SP-nya, perencanaan harus membuat gambar rencana centre line jalan skala 1:
20.000 untuk diplotkan diatas peta Rencana Struktur SKP tersebut diatas.
1. 3) Peta Jalan Skala 1 : 250.000

Peta ini sangat diperlukan untuk diplotkan pada peta Propinsi yang ada, sehingga nampak
kesatuan dan hubungan antara Jaringan Jalan Pemukiman Transmigrasi dengan Jaringan
Jalan Nasional/Propinsi

1 C. Centre Line Stake Out (Pematokan Sumbu Rencana Jalan) Yang dimaksud disini
adalah pemasangan patok dan tanda di lapangan sesuai dengan design alignement
horizontal dengan menggunakan alat ukur TO.

1) Pemasangan patok (lihat tabel 1 dan gambar 1 Patok-patok P). harus diikat dengan 2 titik
ikat bahan betan, dimensi 10 x 10 x 60 cm dipasang pada tempat yang aman diluar DMJ
dilengkapi dengan Azimuth dan jarak.
2) Patok untuk rencana jembatan dipasang = 7,5 m kiri kanan sumbu jalan sebanyak 4 buah.

D. Penyelidikan Tanah Dan Material


1) Umum
Sesuai dengan jenis konstruksi yanga kan diterapkan untuk proyek jalan ini, maka
penyelidikan tanah akan diadakan dengan penyederhanaan, dimana pengamatan secara
visual serta test-test dianggap cukup untuk memenuhi tuntutan pekerjaan phisiknya nanti.
1 2) Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini terutama ditujukan untuk menganalisa tanah dasar material timbunan
perkerasan. Lingkup kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan penyelidikan tanah dan
material ini adalah:
a) Penyelidikan tanah dasar
(1) Pengambilan CBR lapangan dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) setiap 1 km
atau setiap ruas jalan (untuk ruas yang panjangnya kurang dari 1 km).
(2) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dari lapisan tanah yang
diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil, sebanyak 40 kg tiap titiknya. Contoh tanah
ini diambil setiap 5 km panjang jalan.
(3) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undissturbed sample) pada kedalaman -1,5 m
dari muka air tanah, dengan menggunakan alat bor tangan. Contoh tanah ini juga diambil
setiap 5 km panjang jalan.
(4) Untuk ruas jalan yang panjangnya kurang dari 5 m pekerjaan pada item b can c di atas
masing-masing dilakukan dua kali pad a titik awal dan akhir proyek.
(5) Pembuatan bor-log, lengkap dengan diskripsi tanah dan data muka air tanahnya.

b) Penyelidikan sumber quarry


Yang dimaksud quarry disini adalah material timbunan (selected material), material
perkerasan dan material material lain yang akan digunakan dalam pembangunan jalan.
(1) Material timbunan (selected material)
(a) Contoh tanah terganggu diambil dari lapisan tanah yang diperkirakan sebagai subgrade,
dibawah top soil sebanyak 40 kg tiap titik.
(b) Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) diambil dari lapisan tanah sedalam
1,5 meter dari permukaan tanah dengan memakai alat bor tangan.
(c) Pada saat pengambilan contoh tanah, dibuat pula bor-log dan deskripsi serta data muka
air tanahnya.
(d) Pada satu lokasi quarrj harus diambil minimal satu contoh tanah terganggu dan satu
contoh tidak terganggu yang dapat mewakili kondisi tanah pada deposit tersebut.
(2) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dari lapisan tanah yang
diperkirakan sebagai subgrade, dibawah top soil, sebanyak 40 kg tiap titiknya. Contoh tanah
ini diambil setiap 5 km panjang jalan.
(3) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undissturbed sample) pada kedalaman -1,5 m
dari muka air tanah, dengan menggunakan alat bor tangan. Contoh tanah ini juga diambil
setiap 5 km panjang jalan.
(4) Untuk ruas jalan yang panjangnya kurang dari 5 m pekerjaan pada item b can c di atas
masing-masing dilakukan dua kali pad a titik awal dan akhir proyek.
(5) Pembuatan bor-log, lengkap dengan diskripsi tanah dan data muka air tanahnya.
b) Penyelidikan sumber quarry
Yang dimaksud quarry disini adalah material timbuunan (selected material), material
perkerasan dan materiallmaterial lain yang akan digunakan dalam pembangunan jalan.
(1) Material timbunan (selected material)
(a) Contoh tanah terganggu diambil dari lapisan tanah yang diperkirakan sebagai subgrade,
dibawah top soil sebanyak 40 kg tiap titik.
(b) Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) diambil dari lapisan tanah sedalam
1,5 meter dari permukaan tanah dengan memakai alat bor tangan.
(c) Pada saat pengambilan contoh tanah, dibuat pula bor-Iog dan deskripsi serta data muka
air tanahnya.
(d) Pada satu lokasi quarri harus diambil minimal satu contoh tanah terganggu dan satu
contoh tidak terganggu yang dapat mewakili kondisi tanah pada deposit tersebut.

(2) Material perkerasan


(a) Pemeriksaan material perkerasan dilakukan secara visual saja, kecuali bila material
perkerasan berupa tanah laterit.
(b) Dalam hal terakhir ini perlu diambil contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan
bor tangan, pada kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah, serta contoh tanah terganggu
5 kg.
(c) Lokasi penyelidikan tanah ini harus diambil sedemikian rupa sehingga dapat mewakili
kondisi tanah pada deposit tersebut.
(d) Banyaknya titik ,bor tangan minimal satu buah pada tiap lokasi quary.
(e) Pada saat pengambilan contoh tanah dibuat pula bor-log, deskripsi tanah dan data muka
air tanahnya.

3) Analisa dan Test yang diperlukan di laboratorium, yaitu:


a) Index properties Test, termasuk test Batas Atterberg .
b) Analisa saringan (Sieve Analysis).
c) Conpaction Test untuk mengetahui berat isi kering max dan kadar air optimumnya.
d) CBR Test

Penjelasan yang lebih detail dapat dilihat pad a tabel 5.

Tabel 5. Penyelidikan tanah Jalan

E. Photo Lapangan
Photo lapangan diperlukan untuk memebrikan gambaran kondisi medan sekitar rencana
jalan, seperti rawa, kebun, iadang, aianggalang hutan, pedesaan, bukit, batu-batuan, sungai
dan lain sebagainya. Photo diambil pada sport-spot yang penting antara lain:
a. Titik awal dan titik akhir jalan penghubung/poros beserta tanda-tandanya b. Titik pusat SP
c. Patok BM (setiap 5 km)
d. Tikungan beserta sebagaina patok stake out-nya
e. Titik lokasi jembatan/gorong-gorong
f. Lokasi sumber material
g. Spot-spot yang memerlukan perhatian khusus

F. Analisa Lalu Lintas


Data-data dan komposisi lalu lintas yang ada dan melakukan perkiraan perkembangan lalu
lintas yang akan datang dalam kaitannya dengan lalu lintas harian rata-rata (LHR).

3. Kriteria Perencanaan
A. Standard Geometrik Jalan
Dalam merencanakan geometrik jalan, sejalh mungkin berpegang pada buku standard
spesifikasi perencanaan geometik jalan raya NO.13/1970 khusus untuk jalan penghubung
dan jalan poros perlu diadakan modifikasi/penyesuaian menjadi sebagai berikut :
Tabel 6. Standar Geometrik Jalan Penghubung/Poros di Lokasi Transmigrasi

Catatan : Bentuk tikungan full circle

B. Perhitungan tabel perkerasan mengikuti standard Bina Marga atau Instansi lain yang
berwenang.

1 C. Standar Design Jembatan adalah sebagai berikut

Material: Kayu kelas I / 11 Bentang : < 20 m


> 20 m menggunakan konstruksi jembatan sesuai dengan kondisi yang ada, dan harus dibuat
rencana teknis jembatannnya.
1 D. Standard Design Gorong-gorong, adalah sebagai berikut :

Material : Beton/kayu
Jenis : Bulat dan box
Bentang : Untuk lokasi terdapat pasir dan kerikil diprioritaskan gorong-gorong beton ukuran
dia 0,80 dan 1,00 m. untuk lokasi yang tidak terdapatlsulit material pasir dan kerikil dipakai
gorong-gorong kayu ukuran 0,80 x 1,00 m dan 1,50 x 1,50 m.

1 E. Standard Sheet

Dari bahan kertas kalkir yang telah dicetak terdiri dari : sampul, judul, simbol dan singkatan,
plan dan profil, brige dan detail drawing serta drainage strukture.
G. Jadwal Dan Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Jadwal Pelaksananan.
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) dilakukan
selama 120 (seratus duapuluh) hari kalender atau 4 (empat) bulan sejak ditanda-tanganinya
SPMK.
Secara garis-besar jadwal pe!aksanaan pekerjaan diatur sebagaimana tabel berikut ini.

12341234123412341Tahap Persiapan2Tahap Survey Lapangan3Penyusunan Draf Laporan


Akhir4Persentase Laporan5Penyempurnaan Laporan6Penyerahan LaporanNOJENIS
KEGIATANKETBULAN IBULAN IVWAKTU PELAKSANAANBULAN IIBULAN IIILaporan
PendahuluanDrafLaporan Akhir Laporan Akhir Sementara BukuLaporanAkhir danAlbum Peta

H. Pelibatan Tenaga Ahli


Sistem pengorganisasian yang digunakan adalah koordinasi lini dan staff (line and staff
organisation) ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi
fungsional. Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan kebaikan-kebaikannya dan
meniadakan keburukannya. Asas komando tetap dipertahankan dan pelimpahan wewenang
berlangsung secara vertikal dari pucuk pimpinan pada pemimpin dibawahnya. Pucuk
pimpinan (dalam hal ini team leader) tetap sepenuhnya berhak menetapkan keputusan dan
kebijakan, serta merealisasikan tujuan pekerjaan. Dalam membantu kelancaran tugas
pimpinan, team leader mendapat bantuan dari para staff (terdiri dari para tenaga ahli). Tugas
para staf (tenaga ahli) adalah untuk memberikan bantuan, pemikiran saran-saran, data,
informasi, dan pelayanan kepada team leader sebagai bahan pertimbangan untuk
menetapkan keputusan dan kebijaksanaannya. Untuk keperluan administratif baik team
leader, maupun Tenaga Ahli dapat dibantu oleh tenaga administratif.
Secara umum, kewenangan tenaga ahli dibagi menjadi 3 tingkat kewenangan untuk masing
masing bidang kegiatan yang menjadi lingkup kewenangannya, yaitu:
- Accountability (akuntabilitas/tanggung gugat), yaitu tenaga ahli yang bersangkutan
mempunyai tanggungan atas keberhasilan pelaksanaan jenis kegiatan yang menjadi
wewenangnya secara mutlak dengan atau tidak dukungan tenaga ahli lainya.
- Responsibility (tanggung jawab), yaitu tenaga ahli yang bersangkutan mempunyai
tanggungan secara kolektif dengan tenaga ahli yang lain atas keberhasilan pelaksanaan jenis
kegiatan tertentu.
- Support (dukungan), yaitu tenaga ahli yang bersangkutan mempunyai tugas untuk memberi
dukungan pada tenaga ahli yang lebih mempunyai wewenang pada pelaksanaan kegiatan
tertentu, agar tercapai penyelesaian pekerjaannya.
Secara struktural, tenaga-tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan ini bertanggung jawab
kepada co-team leader yang kemudian co-team leader ini akan bertanggung jawab kepada
team leader. Selengkapnya mengenai jadual keterlibatan tenaga ahli di masing-masing lokasi
dapat dilihat pada Tabel berikut:
1). Team Leader
a. Bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan proyek
b. Bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan proyek
c. Memonitor seluruh kegiatan proyek pelaksanaan yang dilakukan oleh Co Team Leader
dan Staf Ahli Perencanaan
2). Staf Ahli yang terdiri atas tenaga ahli profesional dalam bidangnya, yang akan membantu menyusun
rencana untuk bersama-sama secara terkoordinasi dibawah pimpinan Team Leader melakukan survai
pengamatan, rapat-rapat koordinasi, analisis dan pembuatan laporan hasil penyusunan tata ruang.
3). Tenaga penunjang, yang terdiri atas tenaga Survaior, operator GIS, Juru Hitung , operator komputer
dan sebagainya.
H. Organisasi Pelaksana
a. Susunan Personil (Layanan dan Kualifikasi keahlian )
Tenaga ahli yang diperlukan untuk penyusunan Rencana Teknis Unit Permukiman
Transmigrasi terdiri dari:
1. Team Leader (Perencanaan Wilayah, S1=5 Tahun, S2/S3= 3 Tahun)
a. Bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan pekerjaan
b. Bertanggung jawab atas kerangka pelaksanaan dan penulisan laporan yang akan
diserahkan
c. Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja untuk masing-masing wilayah
perencanaan beserta pelaporannya
d. Mengkoordinasikan pekerjaan masing-masing dengan staf ahli, sehingga dapat menjaga
sinkronisasi pekerjaan
e. Menganalisis dan merangkum berbagai analisis perhitungan yang telah dilakukan oleh
seluruh staf ahli di masing masing wilayah perencanaan, sehingga menghasilkan hasil
penyusunan yang memenuhi standart perencanaan seperti yang telah ditetapkan

2. Ahli Perencana Perencanaan Wilayah (Planologi S1= 3 Tahun, S2/S3= 1 Tahun).


a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing wilayah perencanaan yang
dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di
wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di
wilayah yang ditanganinya
d. Mengkoordinasikan anggota Team di wilayahnya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan bidaang tugas masing-masing

3. Ahli Geodesi (Geodesi, S1= 3 Tahun dan S2/S3= 1 Tahun)


a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis fisik wilayah melalui pendekatan
interpretasi citra satellite dan penyusunan model-model analisis dengan bantuan GIS serta
pembuatan produk-produk peta tematik di Wilayah Perencanaan di masing-masing wilayah
yang dibebankan kepadanya
b. Membantu masing-masing tenaga ahli dalam melakukan analisis melalui overlai peta-peta
tematik di wilayah masing-masing
c. Selalu berkoordinasi dengan Co Team Leader dalam pelaksanaan pekerjaan di wilayah yang
ditanganinya

4. Ahli Pertanian (Pertanian Ilmu Ahli Agronomi/Sosek/Tanah) berpengalaman dibidangnya minimum S1= 3
Tahun dan S2/S3 = 1 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang Pertanian di
Wilayah Propinsi dan kabupaten di masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya

5. Ahli Hukum Tanah (Hukum berpengalaman dibidangnya minimum S1= 3 tahun dan S2/S3 = 1 Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan bidang Pertanahan untuk
mengatur penguasaaan atau kepemilikan tanah di masing-masing wilayah perencanaan yang dibebankan
kepadanya
b. Menjamin peruntukkan dan penggunaan tanah bagi perlindungan hukum dan peningkatan
kesejahteraan serta mendorong kegiatan ekonomi melalui pemberlakuan undang-undang pertanahan di
wilayah kerjanya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya

6. Ahli Perencanaan Jalan (Teknik Sipil berpengalaman dibidangnya minimum S1=3 tahun dan S2/S3 = 1
Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang sarana dan
prasarana wilayah di masing-masing wilayah perencanaan jalan yang dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Co Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya

7. Ahli Teknik Lingkungan/ Ahli Hidrologi (Teknik Lingkungan dan Hdrologi , S1=3 Tahun dan S2/S3=1
Tahun)
a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan analisis dan penyusunan kebijakan dalam bidang Teknologi
lingkungan dan sanitasi air di Wilayah Kota dan Kawasan di masing-masing wilayah perencanaan yang
dibebankan kepadanya
b. Mengidentifikasikasi dan merencanakan metode penyusunan dan analisis serta Survai di wilayahnya
c. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya

8. Operator GIS (S1 = 1 Tahun)


a. Melakukan analisis terhadap kondisi data spasial yang akan ditayangkan
b. Memberikan masukan kepada team leader dan seluruh anggota tim mengenai kondisi data spasial yang
akan ditayangkan
c. Melakukan pengendalian dan pengawasan mutu hasil dari seluruh pekerjaan di bidang GIS
d. Mengajukan usulan-usulan dan memberikan pertimbangan jika ada anomali dalam kualitas GIS yang
dikembangkan
f. Selalu berkoordinasi dengan Team Leader dalam setiap pengambilan keputusan di wilayah yang
ditanganinya

9. Surveyor/ Juru Ukur


Secara umum, lingkup tugas juru ukur (surveyor) dapat dibagi menjadi lima bagian, sebagai berikut:
1 a. analisis penelitian dan pengambilan keputusan meliputi pemilihan metode pengukuran,
prosedur, peralatan, dsb
2 b. pekerjaan lapangan atau pengumpulan data yaitu melaksanakan pengukuran dan mencatat
data di lapangan

c. menghitung dan pemrosesan data yaitu melaksanakan hitungan berdasarkan data yang diperoleh
d. penyajian data atau pemetaan yaitu menggambarkan hasil-hasil ukuran dan hitungan untuk
menghasilkan Peta, gambar rencana, dsb.
e. pemancangan/pematokan yaitu untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam pelaksanaan
pekerjaan.

B. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan meliputi:
1. Bahan-bahan alat tulis kantor, Komputer, telepon, faximile.
2. Theodolite.
3. Water Pass
4 Compass/ Clino
5. Munsell Chart
6. Soil Test Kit
7. PH Meter
8. GPS
9. Alat ukur Pasut (Pada Daerah Pasang Surut)
10. Current Meter
11. Bor Tanah
12. Pita ukur
13. Peralatan gambar
Banda Aceh, Januari 2013

KEPALA BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN

PUTUT RANANGGONO, S.ST


Pembina
NIP. 19610612 198403 1 002

Lampiran:

You might also like