You are on page 1of 485
Buku Ajar PCT em ele lc min) dengan Gangguan SC tet ede 1) >) Arif Muttaqin F/B) Penerbit gz Salemba Medika = Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan Arif Muttagin Manajer Penerbitan dan Produksi: Edward Tinujaya Koordinator Penerbitan dan Produks Copy Editor: Aulia Novianty Tata Letak: M. Azhari Desain Sampul: ‘Smastergrafis riyanto Hak Cipta © 2008, Penerbit Salemba Medika Jl. Raya Lenteng Agung No. 101 Jagakarsa, Jakarta 12610 ‘Telp. — : (021) 781 8616 Faks. — : (021) 7818486 Website: hutp://www.penerbitsslemba.com E-mail: info@penerbitsalemba.com Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh ist but ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektzonik meupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit, UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA, 1, Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu eiptean atau member‘ izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar ruj Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (I), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000,000,00 (lima ratus juta rupiah), Muttagin, Arif Boku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem, Persarafan/Arif Muttagin Jakarta: Salemba Medika, 2008 1 il, 360 him., 19 x 26 cm ISBN. 978-979-3027-60-9 1. Keperawatan 2. AjarSistem Persarafan 3. Buku Ajar 1. Judul IL. Arif Muttagin x Dattar ist araf Otonom 40 fem Saraf Otonam Simpatis 41 Sistem Saral Olonom Parasimpatis 4a Konsep Relleks 45 Sensibilitas 46 Kepustakaan 49 Bah 2 Pengkajian Keperawatan Gangguan Sistem Persarafan 51 Pengkajian 53 Komponen Pengkajian 53 Anamnesis 54 Identitas Klie 56 Riwayat Penyakit Si ROEM rath oceans 39 Kemampuan Koping Norma 59 Pengkajian Sosio-ekonomi-spiritual 60 Pemeriksaan Fisik Neurologis 63 Tingleat Kesadaran 63 Pemeriksaan Pungsi Serebri 66 Pemeriksaan Saraf Kranial 74 Pemeriksaan Sistem Motorik 106 Pemeriksaan Rezpons Rellekes 116 emeriksaan Sistem Sensorik 132 Pemeriksaan Diagnostik 135 foto Rontgen. 136 Computed ‘Tomography ¢ 136 Positron Emission Tomo, 138 Magnetic Resonance Ima: 140 x ali Serebri 14 Miclogram 143 Elektroensefalografi 14 Elen emiogeal: 146 Lambal Pungsi dan Pemerikeaan Cairan Sercbrospinal 146 ba eai Cee 148. 2a, 152 Kepustakaan 156 Bahan dengan hak cipta Daftar ist a Bab 3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Infeksi dan Inflamasi Sistem Saraf Pusat 169 Asuhan Keperawatan Klien dengan Meningitis 160 160 ian 161 is Keperawatan 171 Rencana Intervensi 171 Asuhan Keperawatan Klien dengan Ensefalitis TTT Deskripsi LZ? Diagnosis Kepe 83 Rencana Interv 84 Asuhan Keperawatan Klien dengan Abses Otak 187 Pengkajian 188 Diagnosis Keperawatan 93 Rensana Inlervensi 9 Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Guillain-Bare 197 ipsi 197 kajian 199 204 na 208 Asuhan Kepe 209 ‘Deskripsi 206 Diagnosis Keperawatan 217 Rencana Intervensi 218 Asuhan Keperawatan Klien dengan Tetanus 219 219 Diagnosis Keperawatan 226 Renwana Interv 227 Kepustakaan 231 Bab 4 Asuha perawatan Klien dengan Gangguan Darah Otak 233 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Darah Otak 234 Deskripsi_ eskripsi Bahan dengan hak cipta xil Daftar ist Pengkajian Diagnosis Keperawaten fvalua. Kepustakaan Bab 5 Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma Sistem Saraf Pusat 269 Asuhan Keperawatan Klien dengan Cedera Kepala 270 270 276 Diagnosis Keperawatan 285 Rencana Intervensi 288 Asuhan Keperawatan Klien dengan Cedera Medula Spinalis 298 Cedera Medula Spinalis Servikalis 303 engkaiian 304 Diagnosis Keperawatan 313 Reneana Interve 313 Cedera Medula Spinalis 'Torako-lumbal 317 Pengkajian 318 Diagnosis Keperawatan 323 Kepustakaan Bab 6 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Degeneratil Sistem Persarafan 333 Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Parkinson 334 Deskripsi 334 engkajian 337 Diagnosis Keperawatan 343 Reneana Intervensi 343 Asuhan Keperawatan Klien dengan Herniasi Nukleus Pulposus 349 Deskripsi 349 ) ‘is Keperawatan 360 Renoana Infervensi 360 Bahan dengan hak cipta Darr xu) Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Alzheimer 364 Deskrips 364 Pengkajian 365 Diagnosis Keperawatan 370 Rencana Intervensi 370 Asuhan Keperawatan Klien dengan Multipel Sklerosis 374 Deskripsi 374 Pengkajian 376 Diagnosis Keperawatan 381 Rencana Intervensi 382 Kepustakaan 390 Bah 7 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kongenital Sistem Persarafan 393 Asuhan Keperawatan Klien dengan Hidrosefalus 394 Deskripsi 394 Pengkajian 397 Diagnosis Keperawatan 408 Reneana Intervensi 409 Asuhan Keperawatan Klien dengan Spina Bifida 416 Desk 416 Pengkajian 417 Diagnosis Keperawatan 424 Rencana Interyensi 424 Asuhan Keperawatan Klien dengan Retardasi Mental 426 Deskripst 426 430 Diagnosis Keperawatan 433 Rencana Intervensi 433 Kepustakaan 437 Bah 8 Asuhan Keperawatan Klien dengan Konvulsif dan Penyakit Neuromuskular 439 Asuhan Keperawatan Klien dengan Epilepsi dan Status Epileptikus 440 Deskripsi 440 Bahan dengan hak cipta image not available image not available |G | Dattar ist Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available Buku Ajat Asuhan Keperawatan Kiien dengan Gangguan sistem Persaratan Dendrit Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit. Neuron tertentu juga mempunyai aksoa fibrosa yang panjang yang berasal dari daerah yang agak tcbal di badan sel, yaitu akson hilok (bukit akson). Akson Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebur akson. _Dendrit dan akson, secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf, Kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifaf khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia, Klasifikasi Struktur Neuron Klasifikasi struktur neuron berdasarkan pada hubungan antara dendrit, badan sel, dan akson mencakup: (a) Neuron Tanpa Akson Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson (dapat dilihat pada Gambar {-2a). Neuron ini berlokasi di otak dan beberapa organ perasa khusus. (b) Neuron Bipolar Ukuran dari neuron bipolar (dapat dilihat pada Gambar 1-2b) lebih keeil dibandingkan dengan neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipolar sangat jarang ada, tetapi mereka ada di dalam organ perasa khusus, neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan, penciuman, dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-neuron lainnya. (©) Neuron Unipolar Didalam suatu neuron unipolar (dapat dilihar pada Gambar 1-2c), dendrite dan akson melakukan proses secara berlanjut. Dalam suatu neuron, segmen awal dari cabang dendrit membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakan neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di sistem saraf pusat (SSP). (d) Neuron Multipolar Neuron multipolar (dapat dilihat pada Gambar 1-2d) lebih banyak memilik dendrit dan dengan satu akson, Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka. Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Ependimal Ependimal berperan dalam produksi cairan serebrospinal (C$S). Ependimal adalah neuroglia yang membatasi sistem ventrikel SSP. Sel-sel inilah yang merupakan epitel dari pleksus koroideus ventrikel orak. Astroglia Astroglia atau astrosit (astro—bintang) merupakan sel glia terb dilihat pada Gambar 1-4). Fungsi astrosit antara lain: sar (dapat * Scbagai barier darah-otak. Kandungan dalam sirkalasi tidak bisa bebas masuk ke dalam cairan interstisial dari SSP. Jaringan neural haras terisolasi dari sirkulasi umum karena hormon dan beberapa kimia darah akan menghambat fungsi dari neuron. Sel-sel endotelial dari kapiler-kapile: SSP akan melakukan pertukaran kimia antara sirkulasi darah dan cairan interstisial. Sel-sel ini discbut dengan barier darah-otak, Barier ini terisolasi dari sirkulasi umum, ‘© Memperbaiki kerusakan jaringan neuron. Di dalam SSP, kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologis dari neuron. Fungsi dari astrosit akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron. * Menjaga perubahan interstisial, Oligodendroglia Oligodendroglia atau oligodendrosit (dapat dilihat pada Gambar 1-4) seperti astrosit memiliki silinder sitoplasma yang panjang dan merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan miclin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi bebcrapa neuron dan membran plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Mielin pada SST dibentuk oleh sel-sel Schwann. Sel Schwann Sel Schwann (dapat dilihat pada Gambar 1-5) membentuk miclin maupun neurolema saraf tepi. Membran plasma sel Schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan neuron SST. Mielin Mielin (dapat dilihat pada Gambar 1-5) merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf, Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus Ranvier. Tonjolan saraf pada SSP dan SST dapat bermielin atau tidak bermielin, image not available image not available image not available ry buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton TABEL 1-1. Contoh Neurotransmiter Neurotransmiter Mekanisme aksi Distribusi ‘Asatilkolin Sooara langsung mongikat regulas | Menyebar di dalam sistem saraf pusat (SSP) kimia dan sistom saat topi (SST) ‘SSP; sinaps akan menjelar di alak dan balang olak ‘SST. porlaulan nouromuskulr, Snaps preganglion davi sisiom sara otonom (S80); pertautan neurootoktor dari parasimpatis civisi dai simpatis. ‘Amina biogsnik ‘Norepinefrin Tidak langsurg, menggunakan ‘SSP; korteks serebii, hipotalamus, batang second messengers lak, serebollum, medula spralis SST: beberapa neuroefektor dari saraf simpais Epinetin Tidak langsung, menggunakan SSP: falamus, hipotalamus, olak tengah, second messengers rmedula spinalis Doparrin |Langsung dan tidak langsung sosuai | SSP; hipotalamus, sistom limbik dengan tipe reseptor ‘Serotonin |Langeung dan tidsk langeung sesual | SSP: sistem limbik, hipotalamus, eerebellum, dengan tipe resepior ‘medula spinalis Fistamin Tidak langsurg, menggunakan ‘SSP: hipotalamus ocend mossongers Pembangkit asam amino Glutamat Langsung dan tidek langsung sesuai | SSP: korteks serebii, batang otak | dengan tipe resepior | Aspartat Langsung dan tidak langsung sesuai | SSP: medula spinalis dengan tipe reseptor Penghambat asam amino Gamma aminobutyric acid | Langsung dan tidak langsung sesuai [SSP" sorobollum, korteks seiobri, porghambat (GABA) dengan tipe resepior intemeuron pada otak dan modula spinalis Gisin Langsung ‘SSP: penghambal interneuron pada olak dan ‘medula spinalis Neuropeptida Enkefain, endorin Tidak langourg, menggunakan | SSP: hipotalamus, falamus, batang olak second messengers Sinapais Kimia nny Senyawa borenergi ing | Tidak langsurg, menggunakan | SSP: medla spinais (arp. oTP) secend messengers Hormon (ADH, akeitosin, | Secara umur langsung SSP trscbar has di otak insulin, lukagon, sekretin CCK, all) Prostaglandin Tidak langaurg, renggunakan | SSP" toreobarluaa di olak second messengers Dissohed Gases Herbon monokaida (SO) [Tidak langourg, monggunakan [SSP otak dan boborapa porlauton second messengers neuroofoktor Nitrit oksida (NO) Tidak langsung, menggunakan SSP: olak dan beberapa periautan second messengers heutvetekior SST: pertautan neuroefektor dari saraf simpais image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan (antara durameningeal dan arakhnoid), ruang subarakhnoid (antara arakhnoid dan pia mater), atau di bawah pia mater ke dalam otak sendiri. Garis fraktur yang melintasi salah satu alur tersebut dapat merusak arteri yang terletak di dalamnya dan ini merapakan penyebab tersering dari ckstradural hematoma ataw epidural hematoma (Price, 1995). Ekstradural hematoma biasanya terjadi jika kepala terpukul di daerah parietotemporal sehingga merusak arteri meningea media, yang merupakan penyebab ekstradural hematoma yang paling sering. Subdural hematoma sering kali disebabkan kerusakan pembuluh vena yang melintasi ruang subdural, sedangkan perdarahan intraserebri terjadi apabila pembuluh darah yang menembus jaringan otak rusak, schingga darah masuk ke dalam jaringan otak itu sendiri. Kulit kepala merupakan struktur tambahan loin yang juga harus dipertimbangkan sebagai salah satu penutup SSP. Kulit kepala yang melapisi tengkorak dan melekat pada tengkorak melalui otot frontalis dan oksipitalis merupakan jaringan ikat padat fibrosa yang dapat bergerak dengan debas, yang dinamakan galea aponeurotika (dalam bakasa Latin "galea" berarti "helm". Galea membantu meredam kekuatan trauma eksternal, terutama pukulan yang tidak tepat. Tanpa lindungan kulit kepala, tengkorak jauh lebih rentan terhadap fraktur, Di atas galea terdapat lapisan membran yang mengandung. banyak pembuluh darah besar, lapisan lemak, kulit, dan rambut. Bila sobek, maka pembuluh-pembuluh darah tersebut tidak dapat berkonstriksi dengan baik, yang menyebabkan perdarahan hebat namun dapat dikontrol dengan menekannya dengan jari (Price, 1995). Cairan Serebrospinal Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang dinamakan pleksus koroideus. Pleksus koroideus inilah yang menyekresi CSS yang jernih dan tak berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung di sekitar SSP. CSS terdiri atas air, elektroli, gas oksigen dan karbon dioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit (terutama limfosit), dan sedikit protein (Price, 1995}. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraselular lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kalium lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi bukan hanya fltrasi. Setelah mencapai ruang subarakhnoid, maka CS$ akan bersirkulasi di sekitar otak dan medula spinalis, lalu keluar menuju sistem vaskular (SSP tidak mengandung sistem getah bening). Sebagian besar CSS direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang disebur villi arakhnoidalis atau granulasio arakhnoidalis, yang menonjol dari rang subarakhnoid ke sinus sagitalis superior otak (dapat dilihat pada Gambar 1-10). CSS diproduksi dan direabsorpsi terus-menerus dalam SSP. Volume total CSS di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan image not available image not available image not available (-] buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton > Po Mootsies AQ Arter maksiint Arter serebra! oksipital Actor fatalls verotkas Arter common karotkus Arter komunitan anterior | Lingkaren ater serebeal | ‘arterio! ett Sseeebral ‘anen Komuniean | teeeran Peat wat ter serebeal posterior Arter ‘serebral posterior ‘iter serebelar inferior ‘Arter! spina ‘Aron serebeter posterior © Gambar 1-12. (A) (Tampak cari sisi kanan) Aliran darah arteri yang menuju ke otak: arteri karotis interna dan sistem vertebra basilaris. (B) Arreri-arteri dalam otak dilihat dari sisi inferior menggambarkan distribusi arteri ke dalam otak (ewnber: Simon dan Sehustes, Fundamental of Anaionry and Physiology, 4 ed, New Jersey: Prentice Hall, Ine., 1998). Bahan denga image not available image not available image not available | buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton Kovtks primer Sukus —Kortoks senserk primer mata Tengah poston! Suleue parieto-oksipital Area pertemuan pengihatan Lobus oksipital Korteks penglihatan ‘Area pertemuan Korteks auditor! ‘Arca interprestast (eroa Wernicke) Gambar 1-15. — Hemisfer serebri. (a) Gambaran anatomi permukaan hemisfer serebri iri, (b) gambaran interpretasi area Brodmann, (c) area korteks serebri yang ditentokan dari analisis histologik. Sekitar 47 area yang dipetakan oleh Brodmann untuk membandingkan peta fungsional (stonber: Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4° ed, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1998). TABEL 1-2. Fungsi Area Utama Korteks menurut Brodmann, ‘rea Nama Fungst [__Akibat Lest Keterangan 1.2.8 | Kortoks Memproses dan mengintegrasi|Ganaquan sensorik | Tetletak pada girus patietalis area jinformasi sensok yang lebih kontralateral postsentrals, parael somestotik primer ting ingkatnya, Sensasi umum terhadap horteks (Gomatasensork) |ini mencakup nyeri, suhu, raba, rmotork, dan postoror tekan, dan propriosepior | avi sulkus sontrals 4 | Korteks frontalis | Gerakan-gerakan volunter. | Hemiplegia Terletak di girus: rmorupakan aroa |rontratatoral pracontalis (idopan motorik primer sulkus sentralis). 587 | Asosiasi Menerime dan mengirtograsi | Los pada aroe Torletak di lobus | somestetik berbagal modalitas sensonk: ini menyedabkan. parietalis supenor Kuaitas, bentuk, tekst, berat, | penurunan pengindraan | dan meluas sampai ddan suhu. Kesaderan akan | sebagai modaltas dari | permokaan medial benluk buh, lek berbagal | fungs: sensor hemister. bbagian tubuh, sikep tubuh, dan kesadaran akan diri sendin juga merupakan fungsi area ini 6 | Korioks ‘Gerakan tort: menulio, | Filangnya kemampuan | pramotorik mengemudi, atau mengetik | menus, agrafa Bahan dengan ha image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan 1. Mengatur otet-orot postural tubuh, Serebellum mengoordinasi penyesuaian secara cepat dan otomatis dengan memelihara keseimbangan tubuh, 2. Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah sadar. Serebellum sebagai pusat cefleks yang mengoordinasi dan memperhalus gerakan otot serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh. Batang Otak Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis dan ke bagian rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Bagian- bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons, dan mesensefalon (otak tengah). Di sepanjang batang otak banyak ditemukan jaras- jaras yang berjalan naik dan turun. Batang orak merupakan pusat transmiter dan refleks dari SSP. Pons Pons (dalam bahasa Latin berarti *jembatan”) berbentuk jembatan serabur-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebellum, serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata di bawah (dapat dilihat pada Gambar 1-17). Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer serebri dan serebellum. Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan. Nukleus saraf kranial V (trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasialis) terdapat di sini. ula Oblongata Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air lius, dan muntah. Untuk lebih ringkas dalam mengenal komponen dan fungsi dari medula oblongata lihar Gambar 1-17 dan Tabel 1-4. image not available image not available image not available | | buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton Input impuls dari korteks serebri ke RAS yang selanjutnya akan diproyeksikan kembali ke korteks, dapat meningkatkan aktivitas kortikal dan kesadaran, Inilah yang menjelaskan mengapa aktivitas intelektual yang tinggi, perasaan khawatir, atau kegelisahan dapat meningkarkan aktivitas korteks. Natu : ‘Sarat ko I Sea Retilulars Gambar 1-19. Mekanisme RAS dalam menerima input jalur sensorik. Stimulasi dari dlactah ini akan menghasilkan suatu peningkatan respons perhatian dari individ (sereber Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4° ed, New Jecsey: Prentice Hall, Inc., 1998). | Diensefalon 1 Dicnsefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktar struktur di sekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah, yaitu talamus, subtalamus, epitalamus, dan hiporalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut. image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan 6. Koordinasi antara fungsi otonom dan volunter. Ketika kita mengalami situasi bahaya atau stres, maka denyut jantung dan frekuensi pernapasan meningkat untuk menyesuaikan kondisi tubuh terhadap situasi darurar. 7. Mengatur suhu tubuh, Area preoptik memelihara suhu tubsh dalam kondisi normal. Apabila suhu tubuh turun maka area preoptik akan mengirim instruksi ke pusat vasomotor di medula dan kontrol aliran darah akan mengatur diameter pembuluh darah perifer menjadi vasokontriksi untuk menurunkan kehilangan panas tubuh. Subtalamus Subtalamus merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting. Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus ruber, substansia nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum jelas diketahui, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang disebuc hemibalismus. Epitalamus Sara’ Epitalamus berbentuk pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon, Struktur utama dacrah ini adalah nukleus habenular dan komisura, komisura posterior, striae medulatis, dan epifisis. Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan sedikit berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin dan membantu mengatur irama sirkadian tubuh serta menghambat hormon-hormon gonadotropin. £ Kranial Saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka Romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), okulomotorius (Ill), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (V1), fasialis (VID), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (Xi). Saraf kranial I, I, dan VII mecupakan saraf sensorik marnis Saraf kranial Ill, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinyas Sarat kranial V, VI, dan X merupakan saraf campuran. Saraf kranial III, VI, dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom. image not available image not available image not available i] buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton saraf sakralis, dan 1 pasang saraf koksigis. Pengenalan distribusi saraf spinal yang keluar sesuai dengan foramen intervetebra dapat membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan saraf spinal, menurut gangguan distribusi saraf yang keluar. Saraf Otonom T Sistem saraf oronom (SSO) merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa inpur dari organ-organ viseral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darak, pernapasan, pencermaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan sebagainya). Sarafeferen motorik (dapat dilihat Gambar 1-25) SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjarkelenjar viseral. SSO terutama mengatur fungsi viseral dan interaksinya dengan lingkungan internal. Sistem saraf otonom terbagi dua, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. SISTEM SARAF PUSAT (Otak dan Medula Spinalis) > Pesan Perintah neural pesan sonsorik (feren) sistem (Aferen) SereM “erdin dar TEP Sistem Sistem saraf ‘sarat ‘olonom Somalis Simpatis Penerimaan dari || Peneiimaen dar Zasesi bat oncoriciusve, |] sensor somali, Dicapat dar Serert oot sersasiresa. |) sangia, tang, au, pengihatan, iat tata] | Otodenkng endengaran, [fl Cidepatuga dant lot! a Peta ee | Lee FJ ortotat Potos keseimbangan ‘sentuhan, Keenjar ‘okaran, myer. ‘dan su Peneriaan dar sensork vse tonuamma dar orcan-ergan intonal seperti kardovaskular perapasan, oncomaan, prkomnan dan ‘orpan-rgan reproduls. RESEPTOR EFEKTOR Gambar 1-25. Proses regulasi dari penerimaan pesan sampai perintah pesan dalam sistem persarafan manusia (seraber: Simon dan Schuster, Funtdamental of Anatomy and Physiology, 4 ed, New Jersey’ Prentice Hall, Inc, 1998). image not available image not available image not available | buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton glukosa untuk menghesilkan energi yang cepats peristaltik makin lambat;rambut berdiris dan keringat meningkat. Pelepasan simpatis yang meningkat cepat sama seperti tubuh saat diberikan suntikan adrenalin, oleh karena itu stasiun sistem saraf adrenergik kadang dipakai jika menunjukkan kondisi seperti pada sistem saraf simpatis (Price, 1995). Sistem Saraf Otonom Parasimpatis Fungsi sistem parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama. Srna yal ran pagan um ewe pram vous = Gambar 1-28. Distribusi serabut saraf parasimpatis adalah sama pada kedua sisi tubuh (swonber: Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4 ed, New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1998). Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Gatal dan Geli Rangsang yang relatif ringan terutama apabila ditimbulkan oleh sesuatu yang bergerak di atas kulit, menimbulkan gatal dan geli (gelitik). Titik-titik gatal dapat diketahui di kulit terutama daerah-daeral di mana banyak terdapat ujung saraf tidak bermielin, Menggaruk menghilangkan rasa gatal karena tindakan ini mengaktifkan aferen besar yang memiliki daya hantar cepat yang menghambat transmisi di tanduk dorsal. Menariknya, scnsasi geli biasanya dianggap menyenangkan, sedangkan gatal mengganggu dan nyeri tidak menyenangkan, Gotal dapat ditimbulkan tidak saja dengan rangsangan_mekanis lokal berulang pada kulit tetapi juga oleh berbagai bahan kimia. Histamin menimbulkan gatal hebat, dan cedera menyebabkan pembebasan histamin di kulit. Namun, pada sebagian besar keadaan gatal, histamin tampaknya bukan merupakan bahan penyebab; dosis histamin yang terlalu kecil untuk dapat menimbulkan gatal masih dapat menimbulkan kemerahan dan pembengkakan apabila disuntikkan ke kulit, dan gatal hebat sering timbul tanpa disertai adanya perubahan kulit yang jelas. Golongan kinin disinyalir bisa menyebabkan gatal hebat. Stereognosis Kemampuan mengidentifikasi sebuah objek dengan memegang tanpa melihatnya disebut stereognosis. Orang normal dapat mudah mengidentifikasi benda-benda misalnya kunci dan koin dengan bermacam-macam nilai, Kemampuan ini jelas bergantung pada keutuhan sensasi sentuh dan tekanan; serta terganggu apabila kolumna dorsalis meagalami kerusakan. Kemampuan ini juga memiliki komponen korteks yang besars gangguan stereognosis adalah tanda awal adanya kerusakan korteks serebrum dan kadang-kadang timbul tanpa adanya defek pada sensasi sentuh dan tekan apabila terdapat lesi di lobus parietalis posterior dari girus pascasentralis (Price, 1995). image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon e | anamnesis secara tekun dan menjadikannya kebiasaan pada setiap melakukan pengkajian keperawaran. Untuk memperoleh data yang baik, maka perawat perlu melaksanakan dan memerhatikan beberapa hal pada klien agar proses anamnesis dapat optimal dilaksanakan meliputi (Potter, 1996): 1. Ketenangan, Perawat dapat melaksanakan proses anamnesis dengan baik agar dapat mengorganisasikan pikiran dan informasi lengkap terhadap apa yang akan disampaikan atau ditanyakan kepada Klien. Mendengar dengan aktif. Memperlihatkan minat dan perhatian dari b perawat dan membantu memastikan keakuratan data yang terkumpul 3. Penyampaian yang meyakinkan, Mengomunikasikan keinginan mendengar tanpa menilai. 4, Pertanyaan yang berbubungan. Memusatkan wawancara pada masalah kesehatan atau sistem tubuk tertentu untuk menghindari wewaneara yang bertele-tele. Penyusurtar kata, Perawat mengulang kembali apa yang telah didengar dari komunikasi klien. Ini merupakan validasi dalam bentuk yang lebih khusus tentang apa yang dikatakan klien, Ini memungkinkan klien mengetahui bagaimana orang lain memahami pesannya. 6. Klarifikasi. Meminta klien untuk mengulang kembali informasi dalam bentuk atau cara lain yang membantu perawat untuk mengerti maksud klien dengan lebih baik. Berilah waktu dan kesempatan yang cukup kepada klien untuk memberikan tanggapan dengan mempergunakan kata-katanya sendiri, agar perasaan yang terkandung di dalam dirinya akan terungkap melalui ekspresi maupun kata-kata yang digunakannya. Memberi klien contoh merupakan suatu cara mengklarifikasi arti yang sangat membantu. 7. Memfokuskan, Membantu menghilangkan kesamaran dalam komunikasi dengan menanyakan pertanyaan evaluasi dan meminta klien untuk melengkapi data. Perawat dapat mengacu pada hal yang tidak konsisten melalui pernyataan, 8, Menetapkan observasi. Memungkinkan klien mendapat umpan balik dan mendorong klien menyatakan informasi tambahan yang berhubungan. 9. Konfrontasi. Suatu pendekatan konstruktif yang menginformasikan Klien tentang apa yang dipikirkan perawat atau dirasakan tentang perilaku Klien selama interaksi. Perawat dapat menggambarkan perilaku klien yang terlihat dengan menggunakan respons yang mengacu kepada pengertian Klien dan umpan balik yang konstrukeif, Keterampilan ini berfokus kepada persepsi perawat mengenai perilaku klien baik yang jelas terlihat maupun yang samar. 10, Memberi wnpan balik, Memberi klien informasimengenai apa yang telah diobservasi atau disimpulkan oleh perawat. Umpan balik yang efektif meliputi: a. berfokus pada perilaku bukan klien, b. berfokus pada observasi bukan kesimpulan, image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon I] * Perawat sebaiknya bertanya mengenai riwayat perubzhan penglihacan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. * Apakah klien pernah mengalami riwayat trauma kepala atau tulang belakeng, meningitis, kelainan kongenital, penyakit newrologis, atau konscling psikiatci. @ Perla ditanyakan apakah klien pernah mengalami peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi. * Apakah klien mempunyai riwayat tumors, baik yang ganas maupun jinak pada sistem persarafan. Hal ini perlu ditanyakan karena kemungkinan ada hubungannya dengan keluban sekarang yang dapat memberikan metastasis ke sistem saraf pusat dengan segala komplikasiny. Riwayat Penyakit Keluarga Anamnesis akan adanya ciwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes melitus yang memberikan hubungan dengan beberapa masalah disfungsi neurologis seperti masalah stroke hemoragik dan neuropati perifer. Pengkajian P. tual Pengkajian psikxologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, sp! dan perilaku klien, Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang saksama, Suatu pemeriksaan mental kecil meliputi penampilan, perilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berpikis, persepsi, dan kognitif. Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk pengkajian fungsi serebri (lihat pemeriksaan fisik sistem persarafan) meliputi tingkat kesadaran klien, perilaku dan penampilan, bahasa, dan fungsi intelekeual (cermasuk ingatan, pengetahuan, kemampuan berpikir abstrak, asosiasi, dan penilaian). Sebagian hesar pengkajian ini dapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan memberi pertanyaan dan tetap melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran. Kemampuan Koping Normal Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran Klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengarubnya dalam kchidupan schati-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam ma yarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon [+] Pemeriksaan Fisile Neurologis Tingkat K Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum biasanya menggunakan ceknik pengkajian per siscem, sama seperti pemeriksaan medikal bedah lainnya meliputi Bi (Breathing), B2 (Bleeding), B3 (Brain), B4 (Bladder), BS (Bowel), dan B6 (Bone). Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umam dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Dalam melakukan pemeriksaan fisik sistem persarafan (B3) seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, dan parofisiologi dari sistem persarafan, Pengalaman dan keterampilan perawat diperlukan dalam pengkajian dasar kemampuan fungsional sampai manuver pemeriksaan diagnostik canggih yang dapat menegakkan diagnosis kelainan pada sistem persarafan. Pemeriksaan fisik sistem persarafan dan interpretasi hasilnya memerlukan banyak latihan. Tanda-tanda dari kelainan saraf sangat bergantung pada lokalisasi anatomi dari setiap lesi yang ada. Pada praktiknya teknik pemeriksaan sistem persarafan lebih rumit daripada pemeriksaan sistem lainnya, maka penting untuk mengingat kembali neuroanatomi dasar. Secara umum pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan untuk area fungsi mayor meliputi pemeriksaanz Tingkat kesadaran. . Fungsi serebri. Saraf kranial . Sistem motorik. . Respons refleks. . Sistem sensorik. AweRwPe daran Kesadaran mempunyai arti yang luas. Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen, Keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat disebut ourput susunan saraf pusat (Priguna Sidharta, 1985). Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi dan reaksi terhadap apa yang diserap (dilihat, didengas, dihidu, dikecap, dan seterusnya) bersifat sesuai dan tepat. Keadaan ketika aksi sama sekali tidak dibalas dengan reaksi dikenal sebagai koma. Kesadaran yang terganggu dapat menonjolkan kedua seginya, yaitu unsur tingkat dan unsur kualitasnya. Suatu ilustrasi perbedaan tingkat dan kualitas kesadaran ketika seorang Klien yang sakit tidak dapat mengenal lagi orang-orang yang biasanya bergaul akrab dengan dia. Orang awam menamakan keadaan itu ‘tidak sadar atau ‘pikiran kacau’, Apa yang dimaksud dengan istilah iu adalah kualitas image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon Iv} TABEL 2-3. Tara Pemeriksaan Status Mental Penilaian Respons Perbatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakang, Daya ingat ‘+ Jangka pendek: mengingat kembai tige item seiclah lima meni + Jangka panjang: menginget nama depen ibunya, menginget kembal ‘menu makanan pagi,kejadian pada ha sebelumnya, dsb Perasaan (afekti) |* Amati suasana hati yang fercermin pada tubuh, ekspresitubunh + Deskrpsi verbal afekil + Verbal kongruen, indicator tubub tentang suasana hat Bahasa + {sidan kualias uoapen spontan ‘+ Menyetutkan benda-benda yang umum, bagian-bagian dari suatu benda. + Pengulengan kalmat. + Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan singkat pada ‘surat kabar, majalah, + Kemamauan menulis seeara spontan, didikte Pikiran + Informasi dasar (misslnya presiden terbaru, tiga prosiden terdahulu) + Pengetzhuan tentang kejedian-kejadian baru, + Orientasi temadap orang, tempat, dan waktu + Monghitung: menambahkan dua angka, mengurangi 100 dengan 7 Persepsi + Menyalin gambar: peiseqi, tanda slang, kubus tga dimensi ‘+ Menggember bentuk jam, membuat pela uangan, + Menunjuk ke sisi Kanan dan kisi tubuh, + Memperagakan: mengenakan jaket, meniup peluit, menggunakan sikat gig Dimodifikasi dari Carolyn M, Hudak dan Barbara M. Gallo, Keperateatan Kritis: Pondekatan Holistik Jakarta: EGC, 1996. menimbulkan aktivitas intelektual yang paling khusus. Klien dengan kerusakan otak tidak mampu untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang kecil (cumit/kompleks) dan mengalami banyak kesulitan untuk menangkap intisari sesuatu. Untuk menilai fungsi intelektual klien tidak diperlukan bahan uji yang khusus. Segi-segi pelaksanaan intelektual yang ditelitiialah (a) ingatan atau memori, (b) pengetahuan umum, (c) berhitung atau kalkulasi, (d) pengenalan persamaan dan perbedaan, dan (e) pertimbangen. INGATAN TAU MEMORI Dua unsur yang harus diteliti, yaitu ingatan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk meneliti unsur pertama dari memori jangka pendek, maka klien diminta untuk mengulangi angka-angka atau kata-kata yang diucapkan oleh perawat, Untuk meneliti ingatan jangka panjang, perawat dapat menanyakan kapan tahun lulus SD, SMP, SMA, atau universitas, Kapan hari ulang tahun diri sendiri, istri/suami, dan orang tua. PENGETAHUAN UMUM. Pengetahuan umum yang dimiliki setiap klien berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan, lingkungen, dan faktor sosio-kultural lainnya. Contoh pertanyaan siapa kepala negara, presiden RI pertama, ibukota provinsi, dan sebagainya. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon iJ lagi nama-nama tersebut lima menit kemudian, Tes memori jangka panjang misalnya dengan menanyakan tahun berapa Indonesia merdeka, Memori dapat terganggu pada semua jenis demensia. Klien yang sadar dengan gangguan memori yang berat dapat mengarang cerita untuk menutupi kekosongan dalam memorinya. Kelainan ini disebut Konfabulasi dan merupakan hal yang khas untuk sindrom psikosis Korsakoff (demensia amnestik). Konfabulasi dapat diperiksa dengan menanyakan kepada Klien apakah klien pernah bertemu dengan Anda sebelumnya. Tetapi, bersiap- siaplah untuk mendapat jawaban yang sangat panjang, mendetail, dan lengkap tetapi tidak benar. Psikosis Korsakoff paling sering terjadi pada peminum alkohol (di mana terdapat kerusakan sel-sel saraf naklei talamik dan korpus mamilare) dan jarang torjadi pada cedera kepala, tumor, atau ensefalitis. Kelainan ini ditandai oleh amnesia retrograd, yaitu hilangnya ingatan untuk kejadian-kejadian sebelum onset penyakit, dan ketidakmampuan untuk mengingat informasi baru pada Klien yang sadar, responsif, dan dapat memecahkan masalah, Lobus Frontal Pemeriksaan dimulai dengan melihat adanya reficks primitif yang dalam keadaan normal tidak terdapat pada orang dewasa meliputi: 1) Refleks memegang, pemeriksa meletakkan jari-jari tangannya pada telapak tangan klien yang mana klien akan memegang jari-jari tangan tersebut secara involunter pada sisi kontralateral dari lesi. TABEL 2-5. Fungsi dn Gangguan Serebri Lobus Serebri Fungsi Gangguan Frontal Penilaian + Gangguan penileian + Kepribadian bawaan + Gangguan penampilan dan kebershan ditt + Keahlian montal komploke (abetrak, + Gangguan alok dan prooce berpikir membuat konsep, memperkirakan masa _|* Gangguan fungs| motorik depan} Temporal + Memon pendengaran + Gangguan memori kejadian yang baru ‘+ Memoti kojadian yang baru teriad terjadi + Daerah auditorius primer yang + Kejang psikomotor memengarun! Kosadaran + Tull + Konfabulasi PariotalDominan |* Bicara + Alasia, agraiia, akalkulia, agnosia + Bethitung (matematka) + Gangguan sensor (bilateral) + Topogiati kedua sisi Wondominan |» Kesadaran sansa = Disorientasi ‘+ Sintosis ingatan yang kompleks + Apraksia + Disiorsi konsep ruang +) Hileng kesadaran sisi tubuh yang berlawanan Oksipital Memori vsual penglihatan + Dafisit penglihatan dan buta Sumber: Smeltzer dan Bare, Buku Ajar Keperawaian Medikal Bedab, Jakarta: EGC, 2002. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available I] Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan Gambar 2-4. Medan penglihatan normal (stanber: Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4" ed, New Jersey: Prentice Hall, Ine», 2003). mulai dari saraf optikus, kiasma, traktus oprikus, traktas genikulo-kalkarina pada tingkat lobus temporal, parietal, dan oksipital. Di samping iru pemeriksaan ini dapat memberikan data dalam penilaian visus, daya pengenalan warna dan penilaian gambaran papiledema pada tahap dini, Medan penglihatan yang normal mempunyai konfigurasi yang tertentu (dapat dilihat pada Gambar 2-4). Tes konfrontasi Untuk setiap tes yang akan dipakai diperlukan kerja sama dari klien. Tes konfrontasi menggunakan jari sebagai objek yang harus dilihat di dalam batas medan penglihatan. Pemeriksa berdiri berhadapan dengan klien yang duduk di atas tempat tidur periksa. Jarak antara mata klien dan pemeriksa harus sejauh 30-40 cm. Untuk pem iksaan mata kanan klien, maka mata kiri klien dan mata kanan pemeriksa harus ditutup. Pada giliran medan penglihatan kiri klien diperiksa, maka mata kanan klien dan mata kiri pemeriksa harus ditutup. Dengan dua jarinya yang digoyang-goyangkan tangan pemeriksa memasuki medan penglihatan masing-masing. Dalam memasuki medan penglihatan ini, jari Klien ri pemeriksa harus tetap berada di bidang yang sama jauhnya antara mata n mata pemeriksa. Klien harus memberitahukan terlihatnya j i itu dengan kata “Ya”. Medan penglihatan pemeriksa digunakan sebagai patokan medan penglihatan yang normal. Maka dari itu, baik klien maupun pemeriksa harus dapat melihat jari-jari yang bergerak ita pada jarak yang sama, apabila medan penglihatan Klien normal. Dengan metode ini diperoleh medan penglihatan secara kasar (dapat dilihat pada Gambar 2-5). image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan 2. Penyakit di dalam ruang orbital: tumor nervi optisi,oftalmopatia tiroidea. 3. Patologi okular: glaukoma akut, hipotonia akibat trauma, operasi atau karena uveitis. 4, Penyakit sistemik: hipertensi maligna, anemia, hipovolemia, dan poliomielitis. TABEL 2-6. Gambaron Klinis Papiledema KUNIS Tahap val Lanjut Diowige’ | AgakMantap [Mantap |» Selurd batns pap kabur Hiporenia—Hiperemia—Perclarahan|*C2kurgan mengembung, eal + Lamina kribrosa tak tampak sana (7 Portmakaan papi den scktamya somrviat Batasneeel! | Betas Pulsasivena |. aderi-arteri dan vena-vena sekitar papil tampak tesfbawah temporal juga | hileng neraidpag burs aur: + Kontinuitas pembuluh darah terputus-putus. Cekungan Bintikmala —Skotoma + Perdarahan beigaris-garis mongembeng dal papi papi meluss sentra + Borcak-boreak oksudat di papil dan sokitamnya mondatar Sumber: Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan Klints dalam Newrologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1989, Saraf Kranial IIT, TV, dan VI Saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens (Saraf kranial II, [V, dan V1) ketiga saraf ini diperiksa bersama-sama, karena mereka bekerja sama mengatur otor-orot ekstraokular (EOM). Kecuali itu, saraf okulomotorius juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi orot konstriktor yang mengubah ukuran pupil. Persarafan EOM diperiksa dengan meminta klien untuk mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata bergerak ke atas, ke bawah, medial, dan lateral. Kelemahan otot diketahui bila mata tidak dapat mengikuti gerakan pada arah tertentu, PEMERIKSAAN FUNGSI DAN REAKS! PUPIL Pupil adalah lubang di pusar iris mara. Lubang itu bisa mengembang dan menguncup seiring dengan aktivitas muskulus dilatator dan muskulus sfingter pupilae. Kedua otot itu ialah otot polos yang disarafi oleh serabut parasimpatetik (untuk muskulus sfingter pupilae) dan serabut ortosimpacetik (untuk muskulus dilatator pupilae). Diameter pupil ditentukan oleh keseimbangan aktivitas parasimpatetik dan ortosimpatetik. Pupil yang normal mempunyai diameter yang berkisar antara 2-6 mm, Rata-rata diameter pupil adalah 3mm, Tidak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama, Di antaranya 17% menunjukkan anisokoria dengan selisih sampai 1 mm dalam diameternya. Anisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupil bereaksi terhadap penyinaran dengan sama cepatnya. Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midriasis. Pada keadaan nyeri, ketakuran, dan cemas terjadi midriasis. Dalam keadaan tidur, koma yang dalam dan tekanan intrakranial yang meninggi terjadi image not available image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Bagian korteks serebri yang mempunyai tugas dalam gerakan konjugat itu ialah area § Brodmann di lobus frontalis. Impuls okulomotorik konjugatif itu disampaikan ke batang otak melalui kapsula interna. Di barang otak sendiri, serabut-serabut yang menghantarkan impuls tersebut berjalan di pedunkulus serebri ipsilateral. Siakron dengan dikirimnya impuls okulomotorik oleh area 8 Brodmann, dikirim pula impuls okulomotorik yang mengatur fiksasi antara kedua bola mata pada posisiistirahat atau sedang bergerak, sehingga proyeksi di retina kedua s terjadi pada tempat-tempat yang identik. Sumber impuls tersebut ialah area 19 Brodmann. Pada pemeriksaan apabila bola mata kiri melirik ke kiri, maka bola mata kanan melirik pula ke kici secara sinkron, tanpa selisih dalam arah dan kecepatan baik dalam arti linear, tangensial, atau rotatorik. Bila erdapat selisih yang sedikie pun dalam sinkronisasi itu, kedua bola mata tidak lagi bertindak sebagai organ visual yang tunggal. Dan hasilnya ialah penglihatan yang kembar atau diplopia. nv G erakan diskonjugat atau gerakan konvergen Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan ke arah y ng berlawanan, TABEL 2-8. Gambaran Klinis dan Penyebab Kelainan Saraf Kranial Ill, IV, dan VI Sarat Gambaran Klinis Penyebab I [+ Ptosis total (ptosis parsial dapat terjadi pada | Penyebab sen‘ral meliputi tumor, esi vaskular, lesi yang inkompli dan demielinasi + Strabiemus divergen (mata ke arah kawah dan | Penyebab periler meliput luan) + Lesi kompresif, sepert tumor, aniisme, + Pupil yang melebar tidak bereaks! terhadap meningitis basalis, karsinoma nasofaring, ‘cahaya langsung (teaksi konsensualpada | * Losi orbital sincram figura orbitalis superior mata normal lainnya masih utuh| dan tidek —_|*_Infatk, seperti pada arteritis dan dabeles, boreaks! torhadap akomodast Iv [+ Losiyang menyebabkan paralisis muskulus | Kelumpuhan saraf lV yang torsendi jarang ‘oblikus superior dengan kelomahan gerakan | dtemukan. Kelainan ini kadang-kadang dapat ke bawah (dan keluar). terjad pada lesi pedunkulus serebri. Biasanya + Kepala kiion juga memutar menjauhi lest borkaitan dengan kelumpuhan sara Il citandai dengan sisi bahu kontralateral (hal in membuat klien memiliki penglihatan binokuler) VI [+ Terdapat kegagalan gerakan ke lateral Les\ bilateral dapat disebabkan leh. strabismus konvergen, dan diplopia. Tanda- + Trauma, lands ini maksimal bila memandang ke sisi__|*_Ensefalopati Wemicke (sindrom oftalmoplegia, yang terkena dan bayangan yang timbul konfusi, dan ataksia yang sering kali berkatan letaknya horisontal dan sejajar satu sama lain | dengan psikosis Korsakolf dan yang + Bayangan yang paling luar dari mata yang disebabkan oleh defisiens! tiamin), terkena menghilang bila mata tersebut ditulup |* Monongunits multipleks, (bayangan ini biasanya juga lebih kabur) + Tokanan intrakanial yang meningkat Les! sarat VI unilateral dapat berasal dari sential (tumor atau los! vaskular atau penter (trauma, mononeurtis multcloks), Sumber: Nicholas J. Talley dan Simon O'Cannos, Pemeribsaan Klinis: Pedaman Diagnacis Fisib, Jakarta: Binarapa Aksara, 1994, image not available image not available image not available Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan c. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral pada waktu malut dibuka dapat dikonfirmasi dengan menilai secara khusus kekuatan kontraksi bersama otot-otot pterigoidens internus dan eksternus, Jika terdapat kelumpuhan sesisi, maka gerakan ke samping yang lampuh adalah kuat, sedangkan gerakan ke samping yang schat adalah lemah atau tidak ada sama sckali. d. Kekustan otot maseter dapat diperiksa dengan meletakkan kayu penekan lidah (‘tong spate?) di atas deretan geraham kiri, lalu perintahkan klien untuk menggigit kayu itu sekuat-kuatnya, Lakukan tes ini untuk gigitan dengan deretan geraham sisi kanan, Bekas gigitan pada kayu penekan lidah dibandingkan, Lubang gigitan pada sisi maseter yang lumpuh adalah lebih dangkal daripada lubang gigitan dengan maseter yang sehat. Paresis dan paralisis otot-otot pengunyah adalah jelas jika saraf trigeminus mengidap lesi nuklearis atau infranuklearis. Karena lesi supranuklearis, gerakan mengunyah hampir tidak terganggu, oleh karena inti motorik saraf trigeminus menerima inervasi kortikal secara bilateral. PEMERIKSAAN FUNGS! RIK SARAP TRIGEMIN' Sensibilitas yang diperiksa meliputi sensibilitas kulit dan mukosa dalam kawasan saraf trigeminus. Modalitas sensorik yang harus diteliti mencakup perasa nyeri, panas, dingin, dan raba, Hipestesia, parestesia, dan anestesia diperiksa dengan teknik meminta Klien untuk menunjukkan batas-batas daerah dengan defisit sensorik menurat perasaannya sendiri. Bila gangguan sensoriknya berupa nyeri, suruhlah klien menunjuk daerah di mana nyeriitu terasa. Kemudian jelaskan terlebih dabulu maksud pemeriksaan yang akan dilakukan, Dalam praktik tidaklah mudah untuk menjelaskan tindakan itu. Tetapi dengan kesabaran, pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan kerja sama klien. Pada adanya neuralgia, klien dapat menyarakan bahwa sentuhan atau penekanan daerah wajah tertentu dapat disusul dengan bangkitnya nyeri. Tempatitulah yang dikenal sebagai trigger point. Modalitas proprioseptif pada wajah tidak dapat diperiksa secara tuntas dan di dalam praktiknya juga tidak diusahakan untuk mengetahui keadaan penghantaran impuls tersebut. PEMERIKSAAN REFLEKS TRIGEMINAL Serabut-serabut aferen saraf trigeminus merupakan penyalur tunggal bagi impuls cksteroseptif dari wajah. Dalam beberapa gerakan reflektorik, serabut-serabut tersebut merupakan komponen aferen dari busur refleks. Dengan membangkitkan refleks trigeminal didapat konfirmasi atas ada/ tidaknya gangguan eksteroseptif di kawasan sensorik wajah. Hal ini penting image not available image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon TJ Disiniia berjalan dengan saraf vagus dan saraf glosofaringeus. Saraf asesorius pars bulbaris merupakan juluran inti ambigus yang keluar dari permukaan medula oblongata dihubungkan dengan saraf asesorius, Setelah meninggalkan foramen jugulare saraf asesorius tiba di wilayah Iehes di mana saraf ini diapit oleh arteri karotis interna dan vena jugularis. Kemudian sarafiniberjalan di belakang muskulus stemokleidomastoideus dan sekaligus mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius. Orot-otot ini berfungsi melakukan fleksio leher. Otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas. eral poglosus Meula cblongata Komponen kanal Sarat ascoorive (oi ap / / Romponen £ spinal ‘ati. Otot-ototlidat bbagian dalam Otot Stlogiosus: /‘cavang spinal 7 dai 8. #1 ‘ | edule tet Genioglozue Matte ‘tot Genichiote (tet Hipogiosus’ ( oot vapezus Gambar 2-17. Distribusi anatomis saraf asesorius yang _mempersarafi_otot sernokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius. Serta distribusi saraf hipoglosus (sember: Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4" ed, New Jersey Prentice Hall, Inc., 2003). Fungsi saraf asesorius dapat dinilai dengan memerhatikan adanya atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot-otot terscbut. Untuk menguji kekuatan otot sternokleidomastoideus, klicn diminta untuk memutar kepala ke salah satu bahu dan berusaha melawan usaha pemeriksa untuk menggerakkan kepala ke aah bahu yang berlawanan. Kekuatan otot stemokleidomastoideus pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan. Otot trapezius dinilai dengan meminta klien mengangkat bahu sementara pemeriksa berusaha menekan ke bawah. Kemudian klien diminta mengangkat kedua lengannya ke arah vertikal. Klin dengan otor trapezius yang lemah tidak Bahan dengan hi | | Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan dapat melakukan perintah tersebut. Yang paling secing mengganggu fungsi saraf asesorius adalah trauma di daerah leher. Asimetti yang timbul akibat posisi leher/kepala biasanya disebabkan oleh disfungsi unilateral otot sternokleidomaroideus dan trapezius. Kepalanya miring dengan wajah yang menolch ke salah satu sisi dengan dagunya sedikit terangkat dikenal sebagai posisi tortikolis (dapat dilihat pada Gambar 2-18). Gambar 2-18. Posisi tortikolis akibat disiungsi unilateral otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius (suber: Nicholas J. Talley dan Simon O'Connor, Pemerikeaans Klinsst Pedoman Diagnosis Fisik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994). Penyebab-penyebab Jesi saraf asesorius (saraf kranial XI) Unilateral: trauma yang mengenai leher atau basis kranii, poliomiclitis, platibasia, siringomielia, dan tumor dekat foramen jugulare. Bilateral: penyakit motor neuron, poliomiclitis, dan sindrom Guillain-Bare. Saraf Kranial XI Saraf hipoglosus (saraf kranial XII) mengendalikan otot-otot lidah (distribust secara anatomis lihat Gambar 2- Fungsilidah yang nocmal penting untuk berbicara dan menelan, Kelemahan ringan bilateral menyebabkan klien mengalami kesulitan mengucapkan konsonan dan menelan. Kelemahan hebat menyebabkan Klien hampir tidak dapat berbicara dan menelan, Pemeriksaan lidah termasuk ada tidaknya asimetris, deviasi pada satu sisi, dan fasikulasi, Mula-mula pemeriksaan dilakukan di dalam mulut dengan lidah dalam keadaan istirahat, kemudian dilanjutkan dengan lidah terjulun Tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus irreguler dan tidak ritmik). Ini meaunjukkan adanya lesi lower motor neuron. Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral (dapat dilihat pada Gambar 2-19 A) Pada pemeriksaan klien disuruh menjulurkan lidahnya yang mana akan berdeviasi ke arah sisi yanglemab (terkena)jika terdapatlesi upper atau lower motor neuron unilateral (dapat dilihat pada Gambar 2-19 B). Lesi upper motor neuron dari saraf hipoglosus (saraf kranial XIl) biasanya bilateral dan menyebabkan lidah bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon ee | imobil dan kecil. Kombinasi lesi upper motor neuron bilateral dari saraf IX, X, dan XII disebur kelumpuhan pseudobulber. Lesi lower motor neuron dari sarat XII menyebabkan fasikulasi atrofi dan kelumpuhan serta disartria jika lesinya bilateral, Gambar 2-19. (A) Fasikulasi lidah pada penyakit motor newror. (B) Kelumpuhan pada saraf hipoglosus kanan (saraf kranial XII) lesi lower motor neuron |sumber: Nicholas J Talley dan Simon O°Connon, Pemeriksaan Klinis: Pedoman Diagnosis Fistk, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994). Penyebab-penyebab kelumpuhan saraf kranial XII (saraf hipoglosas): 1, Lesi upper motor neuron bilateral dapat discbabkan oleh lesi vaskulas, penyakit motor neuron atau tumor. 2. Lesi lower motor neuron unilateral dengan penyebab sentral yang meliputi lesi vaskular seperti trombosis arteri vertebralis, peayakit motor neuron, dan siringobulbia. 3. Penyebab-penyebab perifer meliputi pada tumor fosa posterior, aneurisma, meningitis kronis, dan trauma; pada leher bagian aras siringomielia, tumor atau limfadenopatis dan malformasi Arnold Chiari. Malformasi Arnold Chiari adalah malformasi kongenital pada basis kranii dengan herniasi Lingua serebellum dan medula oblongata ke dalam kanalis spinalis menyebabkan kelumpuhan saraf kranialis bagian bawah, tenda-tanda serebellum pada anggota badan (akibat kompresi tonsiler) dan tanda-tanda upper motor neuron pada tungkai 4. Penyakit lesi lower motor neuron bilateral meliputi penyakitmotor neuron, sindrom Guillain-Bare, poliomielitis, dan malformasi Arnold Chiari. Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan J Luotojo ueszqul Ip 1897 [sueGienaoy syoyu uen661e6) ekueyyp Bued yolqo uejpyapued pped yduoduaw yepn |kdng eAUJEYIP BURA yogo UREYAPUEd ped ydwohow upawas yng suaBs2Au04 eww mppowoye pnd syayoy ‘arpye UeSaqUT IP IS] Tera yan jd SISOTA Isis Pnpay eped udnd SISO [ensuasuOY SHAHOH Z By ‘woyue6 say VosueRoN ind eujpsiws yeBuay 9210 997 ‘epe >epn pnd uzieqojed ‘ydnd ueyjeBBuuoW eheyED eques wee pnd ueteqejod ‘dnd uerye6Buuow eheyeo Sunsbuy ekeyeo sxaoH “L idhd syayer uPESypoWwog 2BIN|OIOAGO Spyered Upp ‘winuojuey IeeUeY "ee | UU | Uep ulea| Ueepaqad Uoxosiuny way wep Buniny ueepeqied ‘ses0q eure dng up upp umuey end ueBuIpuEqieg dnd weureiey Zz eqeL eu jesorequn sis wep siseEpY WU 9-2 BiRUP ydnd J}EwEIG “ur UEP ye e/usejeg Lep sepung dnd ym}Uag deed sito uep ymueg seRaEqO ‘UojpyasuEseur uvibeq uep ¢-03 loxujuen jepney, upi6eq 1p siHojo}ed sooid SeIsayUEU eoyequn wep We Uupyedniaur peraraq Isyenney | jBi6VeN9 PEW YedOye eyENEH ALE’ yeuou peu yedojay, yeu yedojey IBeNIASAO | AL I ‘puapayded ‘doysoupayo jpluenyeqU uEUEYO) UBVeYBuUad | UEP BdojeWo “eidonoUwadiy “eidoyy| —_“PpE ¥EPH BUEpardey “UEUIRIOY BPE urBuep umsyawieg ‘efuepe umjnluaig) spa idnd ‘eujo. ‘su “esua) UPEpeoy enpung umereweg eayowad ‘eayaed ‘snqo| e45uy eped euserrey-onyuaB | ueHuep ues Suek yere! ped YeI0bI0q uebuep wules Suh yore! ped ssnpyea'srygdo sny¥eH ‘ewseDy ‘srydO| —-ueK UeLUEL YEU ndWeU YepLL| yYelOfiEG DURA ueF-uEl you ndulepy (uebuey Wel |se|uoI}U0y se) etes yep jeinul 'snydo Ueunsns jp |sa} ununueu Buepued Bede ypuicu Buepued Guede Suepued Buedi) ‘ual jp uByeepiod naje wneIIA sndioy ‘(syeujas yewoue 4222109) ‘Boue} ‘eeUloy ip ueUrejoy ‘emqado. ‘urunueww snei, jeuou snsiy (uojious <0) pers 169, winyndo ewSeD} Ip 1597 uejeyyBuod uewiseey uerejueg| ‘SnLOpIeIO snyns eped jem euoBuIueus aMy24} ‘due gredoy eunea “jessreiun ‘ypulo} snewore1e7 wee geqekueg ‘jeyue6u0y wep Huey siseq -equiew Buu uaIp4 ‘mm np ‘ploutie sown “snuopyejJosmyNs neq ueyepaquiou yews]! Bunply Duegn| nes ewes DEK word ewo(Suiuaus (Buues Bujed) Was! ymin uendweway uebueiyey| —_Shewor 1ez UBYEPeqwWew ndueW | tees wpe Ue dninupuoK BEN | | ‘suyjeuiouay uqekuog jewouqy jeWHON ueesyoulog 91u{aL je1es upesyHoWiod SEH ossjuauing Wes! A OTe aa Lo] Bab 2 + Pengkajian Keperawatan Ganggucn Sistem Persarafan ‘985 SuiGujueu (BEINISE) ‘yejuod 189) ‘NWT IST "NINN 1997]| UB ISIS NyeS BORA SeIAap “SHOU ‘suewis yepr yep upesyuawieg | IX ‘58D ep snijomoyod Uuouneu sojou ypyefued :jerereie eaieun uep (esate snizeden nizaden ‘aien6inf uaureio) sown uep | Uep snepioiseulopie;youteis 1o.0 You | eaniou snizeden, ISeWOPIEOUOTS yusy siseq 104s} Bune :Jes9TeNUN, S110¥HIOL| 610 UEP snepoisewopepjous%s 1010 oro @Buny jsyedsuj| px ‘SE Uep ‘SUUOH snGuTUAU ‘eusunoue ‘sown soytod 1697 jones sesiqou uenduewoy jewou ‘uoInowoyow yyeKued uep UenbBueb up uedeoabuad) Yepy Cusyejoq uRibeq Zyl UBdeOeDUOg updeoabueg JeNBeA Ba} HOU :ieiuES GeoeKUeg | _UENbHues Yeqa4 UReUAW UENBBuES yeuuiou uejouew sosoie upjouaus ausiveyany | x8 XI jidesoudeid sinduy uereueysued uendiuep ueBuequiesey uenbbuep Suequiss yerebrEq pfenas uspeq deys uEp uipieq dexig senqnsen s6uny uResyHaUeS jobeq wekued NAW ‘880148010 ‘pou! sino ‘uawiNiag pnp uo} tn. (ouee yeq0 Buereg yHeKuEd neqe /SOIUT seysisyo) ‘ewes |se.0u8bep VOW, yeas yn eaiou ueseBuepuog eie6uepued uresyHouied sinawise YPIeM ‘upfem sxedsuy ‘SnU]UIOB IY jores sueapInUeIGNS 69] ped yeySuluow syeyos uep snuwos jones suvepynuesju) UEp siseOpynU red wped BURY is.esew S¥B|Jous ‘yeu yed0)95 Uuedipoy wpe yepy ‘Bewloy SyayoH eyDuluous ete BuPiy iaysesew SHeI}oH jeu yedojay vedipay vauloy sxoyOR nus uedrinued JOI0 JSHeHUOY ‘a}seseU SYEIIOL [euWobuy syeyer UBESyLOWEd ‘Qyysmye RUOInaL .oosuas sypes neye UO UE epEd 1997 ‘Asjed 5:9 eped sesauatias ‘ejored vprpur6 syoyur 'smidey ewnel | ‘ypfew eped esoqsoue ep ‘eisaisaied ‘usojsody efuapy spostias 1sy9p YyeIe~P sbjeg veypjnfunuaws uendueuyengay, puos ehuupeseiod nunusws yvosuaS Is\}9p YBIseP seTEq -sujeq uBpinlunuew uendurewioy, ‘snunwa6in eres suosuas is8ury ures yyaweg sheapynueiuy ne sueerynu 9} depiGuow snulus snuie}s36 wep snuioqul sneprobuerd Je1es Ueygeqesip YeAunBuad | JoI0-J0}0 |sIs88 UEYNd\UN|ay ‘eia}eISAI yeunou yPxunBuaLs Uyee6 snujwie6 JoIO-pJO sisiB1ed UEP sISa1e| ISS O% YenEG FUBYPL UEHURdUIIMuEg| —_UBYNHEIeW BUA IOIO-0I0 EUIPIOOY | je1PS YOIOW! LUN UPES\AWEd | A, JB]UDy) Sago|Ip UUBUIPaIg g PAE SujBoy jo UeyRIOB UEP ‘yee “eUUnyOnu neve wept esd 1p 69) BeISAyIUEHY snuiBeisiu jeurouge ueye106 ekuapy tre nee nies 9» yyH}Ow wedep PIED PipUl Bjog UPyEI05 URPSHNOWOS uuewpoig 6} Uepg Bare |p Sveluonjus uep syd wen5BueD vdoidig TPUOU WaBIOAUOH upyei96 wep yeBniuoy ueye1e9, TeqUnIOA eeu vjog UPye105 UeeSaWiES image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 2 + Pengkajian Keperawatan Ganggucn Sistem Persarafan TABEL 2-11. Derajat Derajato Penilaian Kekuatan Orot Kekuatan otot ParalisistotalTidak ditemukan adarya kontraksi pada otal. TJ Gambaran kiinis Teghato Derajat 4 Kontraksi otot yang teriadi hanya berupa perubahan dari tonus ctot yang dapat diketahul dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan send Devajat2 Olothanya mampu menggerakkan persendian tetapi keluatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi Dorajats Di comping dapat monggorakkan sondi, clot ga dapat melawan pengaruh gravitas! tetapi tidak kual terhadap tahanan yang dierken oleh pomarikea. Tioga Derajat 4 Kekvatan otot seperti pada deraiat 3 disertai dengan kemampuan oiot terhadap tahanan yang ringan. Tregiat 4 Derajat 5 Kokuatan otot normal, Tight § ; aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. bab 2+ PengkatanKeperovaton Ganggun stem Pentfon | ee | 11, Ekstensi di sendi lutue. Penggerak utamanya ialah otot quadriseps femoris. 12, Fleksi di sendi lutut. Penggerak utamanya ialah otot biseps femoris (dapat dilihat pada Gambar 2-27). Gambar2-27. Penilaian kekuatan otot-otor flcksor senei Lutut (Ly, Ls dan S,,53) (stnber Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan: Klinis dalam Neuroloyi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). 13. Dorsofleksi di sendi pergelangan kaki dan dorsofleksi jari-jari kaki, Penggerak utamanya ialah otot tibialis anterior dan otot-otot ekstensor jar'-jari kaki. 14, Plantar fleksi kaki dan jari-jari kaki, Penggerak utamanya ialah otot gastroknemius, soleus, peroneus, dan fleksor haluksis longus, Kekuatan gerak otor masing-masing perlu dinilai apabila dijumpai kelemahan gerakan akibat lesi pada otomya sendiri atau akibat lesi di saraf tepi, pleksus, radiks anterior, ataupun di medala spinalis yang melibatkan beberapa segmen, Teknik pemeriksaan dapat dilihat pada gambar-gamber. Di situ terlihat bahwa perawat pemeriksa menilai tenaga gerak otot klien dari tenaga sendiri yang menahan terlaksananya gerakan yolunter yang dilaksanakan Klien (Sidharta, 1985). Panah putih menunjuk kepada arah gerakan yang dilekukan klen, panah hitam ‘menunjuk kepada arah penahanan yang dikerjakan perawat pemeriksa, Gambar 2-28. (Kiri) Penilaian kekuatan otot trapezius bagian bawah (C, dan C,).(tengah| Penilaian kekuatan otot trapezius bagian atas (C dan C,). (kanan) Penilaian kekuatan otot deltoid (C; dan C,) (sumnber: Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985), i] Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan Gambar 2-29. (kiri) Fenilaian kekuatan otot intrasapinatus (Cy, Ce, dan Cy). (tengah) Penilaian kekuatan otot pektoralis mayor (C,-T,, saraf pektoralis lateralis dan medialis) (Kanan) Penilaian kekuatan otot suprasupinatus (C,, C5, dan G,) (stumber: Priguna Sidharta, Tata Pemeritsaan Klisis dalam Newrologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985) Gambar 2-30. {kiri) Penilaian kekuatan ctot latismus dorsi (Coy Coy dan Cy). (Kanan) Penilaian kekwatan otot biseps brakhii (Cy dan C,) (suber: Priguna Silharta, Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). Gambar 2-31. (kiri) Penilaian kekuatan otot triseps brakhii (Cy, Cs, dan Cy). (Kanan) Penilaian Kekuatan otot brakhioradialis (Cy dan C,) (sember: Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985) bab 2+ PengkatanKeperovaton Ganggun stem Pentfon [+] wh Gambar 2-32. (Kiri) 1, Penilaian kekuatan otor pronator teres (C, dan C;),2. penilaian kekuatan otot supinator (Cs dan C,). {kanan) Atas, Penilaian kekuatan otot ekstensor karpi radialir longus (Cy. C>, Cy, saraf fadialis), Bawah. penilaian kekuatan otor fleksor karpi radialis (C,, C;, saraf medianas) (suamber: Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologt, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). Pengkajian kekuaran otot dapat lebih dirinci sesuai kebutuhan. Salah satu pengujian keknatan yang cepat, yaitu pada otot proksimal ekstremitas atas dan bawah dengan membandingkan kedua sisinya. Kekuatan otor yang baik mengontrol fungsi tangan dan kaki dan semuanya itu dapat dikaji. Pemeriksaan Kescimbangan dan Koordinasi Pengaruh serebellum pada sistem motorik terlihat pada kontrol kescimbangan dan koordinasi. Koordinasi tangan dan ekstremitas atas dikaji dengan cara meminta klien melakukan gerakan cepat, berselang-seling, dan uji menunjuk satu titik ke titik lain, Pertama, klien diminta untuk menepukkan tangan ke paha secepat mungkin, Masing-masing tangan diuji secara terpisah. Kemudian Klien diinstruksikan untuk membalikkan tangan ke posisi telungkup dengan cepat. Koordinasi ekstremitas bawah dikaji dengan cara klien diperintahkan untuk meletakkan tumit pada kaki yang satunya dan turun perlahan-lahan ke bawah, yaitu ke daerah tibia bagian anterior (Sidharta, 1985). Masing-masing kaki diuji, Ketidakmampuan mengarahkan gerakan tersebut disebut ataksia, Adanya ataksia atau tremor (gerakan berirama, involunter] selama pengujian ini, menandakan adanya penyakit serebellam. Selama pemeriksaan rutin, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sederhana terhadap ekstremitas atas dan bawah dengan meminta klien melakukan gerakan baik cepat, berubah-ubah, atau pengujian satu titik ke titik lain, Bila ada abnormalitas, pemeriksaan lebih lengkap dianjurkan. image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon | * iaistinulasi) “> (@inambat) Téiter ike ae Mena serena Menuju ke segmen iain ‘|| ‘simaus yet yer ® Gambar 2-33. Refleks fleksor dan ckstensor menyilang, (a) Refleks fleksox, suata contoh dari refleks penarikan dari suatu stimulus rasa sakit. (b) Refleks ekstensor secara menyilang, memberikan ceaksi berbeda dari kedua kaki (lihar panah) (stensber: Priguna Sidharta, Tata Temeriksaan Klinis dalam Newrologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). “TEKNIK PEMERIKSAAN REFLLEKS DALAM Gerakan reflektorik yang timbul akibat perangsangan terhadap otot dapat dilakukan dengan pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum Karena itu, maka refleks dalam disebut juga refleks tendon dan reflcks periosteum (Sidharta, 1985). Hasil pemeriksaan refleks rersebut merupakan informasi penting yang sangat menentukan, Maka dari itu, pembangkitan dan penilaiannya harus tepat, Penilaian ini selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan, Respons tethadap suatu perangsangan tergantung dari intensitas pengetukan Oleh karena itu, refleks tendon atau periosteum kedua belah tubuh yang dapat dibandingkan harus merupakan hasil perangsangan yang berintensitas sama. Di samping itu, posisi anggota gerak yang sepadan pada walktu perangsangan dilakukan harvs sama juga. Maka dari itu teknik untuk membangkitkan refleks tendon harus sempurna. Pokok-pokok yang harus diperhatikan ialah sebagai berikuts 1. Teknik pengetukan. Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras Gagang palu refleks dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk sedemikian rupa schingga palu dapat diayun secara bebas. Bahan dengan ha +] Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan Pengetukan tidak boleh dilakukan seolah-olah memotong atau menebas kayu, melainkan menjatuhkan secara terarah kepala palu refleks ke tendon atau periosteum (dapat dilihat pada Gambar 2-34). Dalam hal iru, gerakan pengerukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan. Tangan dan bukannya lengan yang mengangkat palu refleks. Kemudian tangan menjatuhkan kepala palu refleks dengan tepat ke tendon atau periosteum. Gambar 2-34. (kisi) Teknik pengetukan dengan palu refleks. (kanan) Menempatkan lutut di atas guling (sumber: Priguna Sidharta, Tata Pemeriksaan Klinis dalam Newrologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). 2. Sikap anggota gerak yang simetris. Anggota gerak yang akan diperiksa refleks tendon/periosteumnya harus bersikap santai dan tidak boleh tegang. Untuk menempatkan kedua lutut pada posisi yang simetris dalam membangkitkan refleks tendon lutut, adakalanya kekuatan perawat (wanita) kurang mampu untuk menyangga kedua tungkai dengan lengan kiri sambil lengan kanannya digunakan untuk mengetuk tendon. Maka dalam hal ini, posisi kedua lutut tidak simetris dan hasil pembangkitan refleks tendon lutut kurang dapat dipercaya. Maka hendaknya dicari akal untuk dapat menempatkan anggota gerak dalam posisi simetris. Salah satu cara ialah menempatkan kedua lutut di atas guling (dapat dilthat pada Gambar 3. Pengetukan tepat pada tendon Refleks tendon harus benar-benar berarti bahwa yang diketuk ialah tendon, Untuk menjamin itu, maka pengerukan hendakaya dilakukan secara tak langsung yang berarti bahwa yang diketuk oleh palu refleks ialah jari pemeriksa yang di tempatkan di tendon yang bersangkutan. Metode perkusi indirek ini diterapkan apabila tendon yang bersangkutan tidak berlandasan pada bangunan yang cukup keras. Dalam kanan), hal itu respons terhadap pengetukan pada tendon yang tidak herlandasan pada bangunan yang keras adalah lemah atau kurang nyata. Maka metode bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon T+] tersebut dipakai pada membangkitkan refleks tendon biseps brakhialis dan biseps femoris. 4, Pengetukan dengan intensitas yang berbeda-beda. Penilaian secara banding antara refleks tendon yang sepadan dilakukan dengan pengetukan yang dilakukan berkali-kali dengan intensitas yang berbeda-beda. Setiap respons yang dihasilkan oleh pengetukan yang berint rendah atau tinggi adalah selalu sebanding apabila setiap perbandingan dihasilkan oleh stimulus yang sama. 5. Penderajatan refleks tendoniperiosteum. ensitas TABEL 2-12. Derajat Refleks Derajat Respons Refieks 4+ | Gerakan retlektorik patologis (hiperakti dengan Klorus terus-menerus) 3+ | Gerakan reflektorik melebihi respons normal (hiperaktif) 2+ | Gerakan reflektorik cukup copat, beramplitudo cukup, dan berlangsung cukup lama (rofloks nermal pada indlvidu eohat) 1+ _ [Ada gerakan refloktork lemah (hipoakit) Tidak ada gerakan refleks REELEKE Bl Refleks biseps didapar melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang meaguji menyokong lengan bawah dengan satu lengan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks, Respons normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps (dapat dilihat pada Gambar 2-35 kiri). Gambar 2-35. _ (kisi) Teknik pengetukan pada tendon biseps. Pethatikan arah panah pada gambar kanan merupakan respons normal dengan fleksi pada siku dan kontcaksi biseps (kanan) Pemeriksaan refleks peristium triseps. Perhatikan arah panah pada gambar kanan rmerupakan respons normal dengan adanya kontraksi otot eriseps dan ekstensi siku (sumber Nicholas J. Talley dan Simon O'Connon, Pemeriksaan Klint: Pedoman Diagnosis Fisik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994), aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Refleks Gordon Metode membangkitkan ‘ekstensor plantar response’ itu ialah dengan memencet betis secara keras (dapat dilinat pada Gambar 2-40 C). Refleks Schaeffer Metode membangkitkan respons tersebut ialah dengan memencet tendon Achilles secara keras (dapat dilihat pada Gambar 2-40 D), Refleks Bing Metode membangkitkan respons dengan memberikan rangsang tusuk pada ku yang menutupi metatarsal kelima (dapat dilihat pada Gambar 2-40 B). Mekanisme refleks patologis tersebut di atas masih belum jelas, namun menurut penelitian (neurofisiologi eksperimental) pada primara, adanya lesi yang khusus merusak area 4 Brodmann dan lintasan desendensnya, gerakan reflektorik yang dapat ditimbulkan dengan metode Chaddock akan didaparkan dorsofleksi kaki. Tetapi apabila lesi di daerah premotorik, yaitu area 6 Brodmann atau di lintasan desendensnya, gerakan reficktorik patologis yang dapat ditimbulkan di kaki terdiri atas pengembangan dan ekstensi jari-jari kaki. Pada lesi yang merusak kedua daerah area 4 dan 6 Brodmann, respons patologis pada kaki terdiri atas: elevasi ibu jari kaki, dorsofleksi kaki, pengembangen dan ekstensi jari-jari kaki lainnya. REFLEKS PATOLOGIS DI TANGAN Lesi di susunan piramidal menimbulkan refleks patologis di tangan. Adapun refleks patologis di tangan/lengan meliputis a. Refleks ‘Trdmner. Sikap tangan klien dan tangan pemeriksa terlihat pada Gambar 2-41 A. Stimulus: mencolek-colek ujung jari tengah. Respons: jari telunjuk, terutama ibu jari dan jari-jari lainnya berfleksi setiap kali ujung jari tengah itu tercolek. Gambar 2-41. (A) Refleks Trimner. (B) Refleks Hoffman, (C) Refleks Wartenberg (suber: Nicholas J. Talley dan Simon O'Connor, Pemeriksaan Klinis, Pedoman Diagnosis Fisik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994). image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon J Spasme Spasme adalah kejang otot setempat yang mengenai sckelompok atau beberapa kelompok otot, yang timbul secara involunter. Adanya kejang otot disebabkan oleh gangguan ovor atau karena gangguan persarafannya. Gangguan pada persarafan bisa terjadi di tingkat perifer atau di pusat. Dalam Klinik dikenal kejang otot yang disebut kram muskulorum, spasme tetanik, spasme fasialis, krisis okulogirik, singultus, dan spasme profesi, di antaranya yang paling sering dijumpai ialah twriter’s cramp (Talley, 1995). Kram muskulorum, Kram muskulorum pada otot betis pernah dialami oleh semua orang yang relah mengeluarkan banyak tenaga seperti berenang, lari-lari, main tenis, dan sebagainya. Pemberian garam seperti calcium gluconate, KCI, atau NaCl dapat mencegah timbulnya kembali kram muskulorum pada otot betis, otot latisimus dorsi, atau otot-otot jari. Spasme tetani. Spasme tetani merupakan spasme akibat tetanus. Hipokalsemia dan alkalosis sering kali menimbulkan kejang tersebut. Spasme tetanik paling sering dijumpai pada jari-jari tangan. Dalam keadaan spasme, jari rangan memperlihatkan sikap khas yang disebut main d'acconcheur atau main d'obstetrique, yaitu sikap tangan/jari seorang perawat abli penyakit kandungan yang hendak melakukan pemeriksaan dalam (PD), Dengan mengikat lengan atas selama 4 menit, main d’accoucheur dapat timbul pada orang dengan hipokalsemia. Fenomena tersebut dikenal sebagai tanda Trousseau, Juga pada keadaan hipoksemia otot wajah mudah mengalami kejang jika saraf fasialis diketuk-ketuk pada bagian yang berada di dacrah glandula parotis. Fenomena tersebut dikenal sebagai tanda Chvostek, Keadaan alkalosis sering terjadi pada sindrom hiperventilasi histerik. Krisis okulogirik, Verjadi apabila kedua bola mata melirik ke salah satu sisi, biasanya sclama beberapa menit, tetapi adakalanya dapat berlangsung sampai beberapa jam. Selama krisis, klien berada dalam ketegangan karena mendapat perasaan seperti menghadapi maut atau berhalusinasi yang seram-seram. Krisis okulogirik hanya timbul pada penderita Parkinson akibat ensefalitis. T capi sekarang, banyak orang non-Parkinsonismus mengidap krisis tersebut, akibat efek obat-obat psikotropik. Singultus. Singultus adalah spasmas diafragma dengan adduksi pita suara akibat iritasi perifer terhadap saraf vagus atau akibat iritasi di pusat inti saraf vagus. Lesi di tepi ialah gangguan di lambung, esofagus, diafragma, atau di mediastinum, Lesi iritatif di pusat dapat disebabkan oleh iskemia medula oblongata, uremia, asetonemia, ensefalitis, atau tumor di ventrikel keempat. Singultus dapat mengganggu sekali pada klien schingga tidak dapat makan/minam dan ketentraman jiwanya sangat terganggu. | | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Spasme profesi. Spasme profesi sering terjadi pada saat melakukan pekerjaan dalam kehidupan seharichari. Bila spasme tersebut timbul pada otot-otot jari atau otot lengan, maka tergantung dari pekerjaan, spasme tersebut dapat disebut spasme juru ketik, spasme penulis, spasme tukang sepatu, dan seterusnya. Pada umumaya spasme tersebut timbul akibat ketegangan dalam pekerjaan kantor. Sekretaris laki-laki atau perempuan yang mempunyai atasan yang keras dan ditakuti, mudah mendapat spasme penulis/uru ketik yang disebut juga dengan writer's cramp. Diskinesia dan stonia Diskinesia dan distonia merupakan suatu gerakan involunter yang menunjukkan gerakan yang berbelit-belit dengan tonus otot yang meninggi dan menurun secara tidak teratur, Pemeriksaan Sistem Sensori Sistem sensorik lebih kompleks dari sistem motorik karena modal dari sensorik mempunyai perbedaan traktus, lokasi pada bagian yang berbeda pada medula spinalis. Pengkajian sensorik adalah secara subjektif, dengan luas, dan membutuhkan kerja sama klien. Dianjurkan penguji mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari medula spinalis (Sidharta, 1985). Di dalam praktik klinis ada lima jenis sensibilitas (perasaan) yang perlu diketahui perawat dan menjadi objek pemeriksaan. Kelima jenis perasaan itu ialah: if Perasaan khusus atau perasaan pancaindra seperti perasaan penciuman atau perasaan olfaktorik, perasaan visual, perasaan auditorik, perasaan gustatorik, dan sebagainya. Perasaan eksteroseptif atau perasaan protopatik. a. Perasaan rabs. Hilangnya perasaan raba disebut arestesia, Berkurangnya pecasaan raba dikenal sebagai hipestesia, Terasanya perasaan raba secara berlebihan dinamakan hiperestesia. b. Perasaan ayeri. Hilangnya perasaan nyeri disebut analgesia. Berkurangnya perasaan ayeri disebut hipalgesia. Terasanya perasaan ayeri secara berlebihan di namakan hiperalgesia c. Perasaan suhu. Hilangnya perasaan suhu disebut termoanestesia. Berkurangnya perasaan suhu disebut fermobipestesia, Terasanya perasaan suhu secara berlebihan disebut fermohiperestesia. d, Perasaan abnormal di permukaan tubuh. Kesemutan dijuluki parestesia. Nyeri-panas-dingin yang tidak karuan dlikenal sebagai disestesia-hiperpatia. bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon Ls] 3. Perasaan proprioseptif yaitu perasaan gerak, getar, sikap, dan tekan. Perasaan eksteroseprif dan proprioseptif sering diklasifikasi juga sebagai somestesia, yaitu perasaan yang bangkit hasil perangsangan alat-alat perasaan di jaringan yang berasal dari somatopleura, sebagai banding dari viscroestesia. Perasaan gerak disebut kinestesia, perasaan sikap dikenal juga sebagai statestesia, perasaan getar atau palestesia, perasaan tekan atau barestesia. Hilang atau berkurangnya perasaan proprioseptif disebut dengan menambahkan ‘hip’ atau ‘ar’ di depan suku kata -estesia, menjadi: - Kinhipestesialkinanestesia. - Stathipestesialstatanestesia. - Palbipestesialpalanestesia. - Barhipestesiaibaranestesia. 4, Perasaan interoseptif atau viseroestesia, yaitu perasaan yang bangkit akibat perangsangan alat-alat perasaan dijaringan yang berasal dari viseropleura (usus, para, limpa, dan sebagainya). 5. Perasaan diskriminatif atau perasaan multimodalitas, yaitu perasaan yang sekaligus memberikan pengenalan secara banding. Penurunan sensorik yang ada mecupalkan hasil dari neuropati perifer dan sestai dengan keadaan anatomi yang tergangeu Kerusakan otak akibat lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi, yang memengaruhi seluruh sisi tubuh, dan neuropati yang dihubungkan dengan penggunaan alkohol dengan penyebaran seperti sarung tangan dan kaos kaki Pengkajian sistem sensorik mencakup tes sensasi raba, nyeri superfisial, dan posisi rasa (proprioseptif). Keseluruhan pengkajian sensorik dilakukan dengan mata klien tertutup. Kerja sama klien didukung dengan perunjuk sederhana dan dengan menenangkan Klien bahwa penguji tidak menyakiti dan mengejutkan klien, Sensasi taktil dikaji dengan menyentuh lembut gumpalan kapas pada masing-masing sisi tubuh. Sensitivitasekstremitas bagian proksimal dibandingkan dengan bagian distal. Sensasi nyeri dan suhu ditransmisi bersama di bagian lateral medula spinalis Schingga, tidak perlu menguiji sensasi suhu dalam keadaan ini. Nyeri superfisial dapat dikaji dengan menentokan sensitivitas klien terhadap objek yang tajam Klien diinstruksikan memejamkan mata dan membedakan antara ujung yang tajam dan tampul dengan menggunakan lidi kapas yang dipatahkan atau spatel lidah, Untuk keamanan hindaci penggunaan peniti karena dapat merusak integritas kulit. Kedua sisi objek tajam dan tumpul digunakan dengan intensitas yang sama pada semua pelaksanaan dan kedua sisi diuji dengan simetris (dapat dilihat pada Gambar 2-47). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. t=] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan perlu perawat persiapkan pada klien, sehingga peran perawat sangat penting dalam mengolaborasikan status kondisi klien dengan mempertimbangkan perlunya jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan untuk penegakkan diagnostik sistem persarafan terscbut meliputi foto Rontgen, CT scan, PET, MRI, angiografi serebri, mieolografi, EEG, EMG, lumbsl pungsi, dan laboratorium. Foto Rontgen Foto Rontgen polos rengkorak dan medula spinalis sering kali digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktuy dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itn, foto Rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada basil foto Rontgen, yang merupakan petunjuk awal tentang adanya space occupying lesion (SOL). Adanya udara dalam tulang tengkorak juga merupakan suatu indikasi adanya fraktur kepala terbuka seperti fraktur tengkorak frontal atau basilar yang mangkin tidak tampak secara jelas dari luar, Foto Rontgen polos kepala jnga dapat memperliharkan adanya infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh perubahan densitas tulang atau kabsifikasi intrakranial lainnya. Prosedur pembuatan foto polos kepala dan medula spinalis mengharuskan klien dalam posisi yang cermat dan secara relatif tidak menimbulkan sakit. Peran perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan yang digunakan selama prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasi yang berhubungan dengan posisi klien dan lamanya prosedur. Pemeriksaan foto Rontgen di tempat lainnya juga diperlukan apabila terdapat kelainan pada pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah pada sistem pernapasan maka perlu pemeriksaan Rontgen thoraks atau apabila ada trauma pada ekstremitas maka perlu diperiksa foto Rontgen di lokasi tempat trauma. Computed Tomography Scan Computed tomography (CT) scan merupakan suatu teknik diagnostik dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korieks, struktur subkortikal, dan ventrikel. Gambaran yang jelas pada masing-masing bagian atau "irisan" otak, pada bayangan akhir merupakan proporsi dari derajat di mana sinar-X diabsorbsi. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya masa tumor, infark otak, perpindahan ventrikel, dan atrofi kortikal. CT scam keseluruhan tubuh memberikan gambaran bagian dari medula spinalis. Penyuntikan zat kontras iodin ke dalam ruang subarakhnoid nab 2 + PengkolanKeperaaton Gnggucn Stern Panootan [»] rnelalui lumbal pungsi memperbaiki visualisasi isi spinal dan intrakranial sebagai prosedur diagnostik untuk mendiagnosis hernia diskus lumbal. CT scan selalu dilakukan pertama tanpa zat kontras dan bila dengan zat kontras, maka zat kontras dimasukkan melalui intravena. Klien berbaring di atas meja yang dapat disesuaikan dengan kepala pada posisiterfiksasi, sementara sistem pemindaian berputar di sekitar kepala klien (klien diam sebagai pusat dan mesin yang berputar sekitar pusat, yang menghasilkan gambaran potongan melintang). Klien harus dibaringkan dengan kepala pada posisi yang sangat mantap dan dengan hati-hati untuk tidak bicara dan menggerakkan wajah, karena gerakan kepala menyebabkan penyimpangan pada bayangan. CT scan dilakukan non-invasif, tidak nyeri, dan memiliki derajat sensitivitas untuk mendetcksi lesi atau luka. Kemudian versi-versi yang baru berkembangdan semakin banyaknya orang-orang yang berpengalaman banyak menginterpretasi hasil CT sea, sehingga meningkatnya jumlah penyakit dan cedera yang dapat didiagnosis, dan kebutuhan prosedur diagnostik invasif berkurang. Perawat perlu secara ringkas mengetahui hasil pemeriksaan yang berguna sebagai bahan penyuluhan atau pembelajaran kepada klien agar lebih kooperatif OO OO Gambar 2-48. tlustrasi hasil pemeriksean CT scar kepala, di mana terjadi infark karena kurangya suplai dari arteri serebral posterior kanan, Panah menunjukkan adanya infark (sumber: W. Hacke, M. Hennerici, dan H.J. Gelmers Kramer, Cerebral Ischemia, Berlin: Springer-Verlag, 1991). LJ buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton pada saat pemeriksaan. Secara ringkas hasil pemeriksaan yang perlu diketahui perawat meliputis 1. CT scan memberikan gambaran rinci dan struktur tulang, jaringan, dan cairan tubub, 2. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan perubahan struktur karena tumor, hematoma, atau hidrosefalas. 3. CT scan terbatas hanya untuk memberikan gambaran tentang struktur jaringan tidak tentang status fungsinya. Implikasi Keperawatan Pada setiap pemeriksaan, klien perlu diberikan penjelasan tentang proses pelaksanaan pemeriksaan CT sean agar Klien lebih kooperatif. Klien juga perlu mendapat dukungan psikologis agar kecemasan sebelum pemeriksaan dapat herkurang. Penjelasan yang perlu diberikan perawat meliputi: 1, Instruksikan klien untuk berbaring telentang di atas meja yang dikelilingi mesin, tetapi jangan menyentuh dacrah yang akan di-sean. Klien juga sedapat mungkin haras berada pada posisi tidak hergerak; mungkin dibutuhkan sedatif. 3. Jelaskan pada klien bahwa scam tidak akan memberikan hasil dengan kualitas terbaik jika klien bergerak selama pemeriksaan atau bila sorotan sinar-X dialihkan oleh benda logam di dalam atau di sekitar klien. Positron Emission Tomography Positron emission tomography (PET) adalah teknik pencitraan nuklir berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksi dengan zat radioaktif yang memberikan f. Bila positron ini berkombinasi dengan elektron- partikel bermuatan posi clektron bermuatan negatif (normalnya didapat dalam sel-sel rubuh), esultan sinar gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak. Infomasi ini terintegrasi oleh komputer dan memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak. PET memungkinkan pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan metabolisme orak. Orak adalah salah satu organ yang paling aktif metabolismenya, yang mengonsumsi 80% dari glukesa yang digunakan tubuh. PET mengukur aktivitas ini dengan spesifik pada daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa (Brunner, 2003). Uji ini diganakan untuk melihar perubahan metabolik otak (penyakit Alzheimer), melokasikan lesi (tumor otak, lesi epileptogenik), mengidentifikasi aliran darah dan metabolisme oksigen pada klien stroke, mengevaluasi terapi baru untuk tumor orak, dan menyatakan keadaan abnormal dari biokimia yang dihubungkan dengan penyakit mental, nab 2 + PengkolanKeperaaton Gnggucn Stern Panootan Le] Perawat perlu secara ringkas mengetahui hasil pemeriksaan yang berguna sebagai bahan penyuluhan atau pembelajaran kepada klien agar lebih kooperatif pada saat pemeriksaan, Secara ringkas hasil pemeriksaan yang perlu diketahui perawat meliputiz 1, Pemeriksaan diagnostik ini merupakan satu-satun cara untuk mengukur proses fisiologis dan biokimia dalam sistem persarafan. Daerah tertentu dapat teridentifikasi sebagai sesuatu yang berfungsi atau tidak, 3. Metabolisme serebri dan aliran darah serebri dapat diukur secara regional 4, PET dan SPECT scam juga dapat membantu mendiagnosis abnormalitas (seperti tumor, penyakit vaskular) dan juga gangguan perilaku (seperti demensia dan skizofrenia yang mungkin memiliki dasar masalah fisiologis). Implik 1. Klien disiapkan dengan memberi penjelasan tentang uji dan mengajarkan klien untuk melakukan teknik inhalasi dan kemungkinan sensasi yang dapat terjadi (pusing, sakit kepala, berkunang-kunang) i Keperawatan Gambar 2-49. PET pada Klien dengan infark pada girus teritori hemisfer (sumer: W. Hacke, M. Hennerici, dan HJ. Gelmers Kramers, Cerebral Ischemia, Berlin: Springer-Verlag, 1991). | sku Alt Astnan Keperowcton Kien dengan Ganggion Str Pencaan . Klien hanya menerima pemajanan radiasi minimal karena waktu paruh radionuklida yang digunakan hanya selama beberapa menit sampai 2 jam. 3. Pemeriksaan mungkin memburuhkan wakta beberapa jam, 4, Klicn harus tetap tenang dan tidak beegerak. Latihan relaksasi digunakan untuk menurunkan ansietas selama tindakan 5. Prosedur tersebut sangat mahal. Magnetic Resonance Imaging Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan medan magnetik untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetik {nukleus hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet kecil di dalam medan magnet. Setelah pengeboman dengan getaran radiofrekuensi, foto memancarkan sinyal-sinyal, yang diubah menjadi bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebri dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik lainnya, MRI dapat memberikan informasi tentang perubshan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada perawat dalam memantau respons tumor terhadap pengobatan. MRI tidak menyebabkan radiasi ion MRI scan membuat gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor yang kecil atau sindrom infark awal. Gambar 2-50. tlustrasi MRI pads Klien dengan infark pada pons (siember: W. Hacke, M. Hennerici, dan H.J. Gelmers Kramer, Cerebral Ischemia, Berlin: Springer-Verlag, 1991) Implikasi Keperawatan 1, Pemeriksaan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang sebelumnya menjalani tindakan pembedahan di mana tertanam klip hemostatile atau ancurisma. Medan magnet yang sangat kuat menyebabkan klip seperti ini berubah posisinya, sehingga membuat klien berisiko mengalami hemoragik atau perdarahan, 2. Beritahukan pada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising. 3. Lakukan tindakan kewaspadaan bila klien mengalami klaustrofobia. bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon TJ N Prosedur Pem Kontraindikasi lainnya pada klien dengan pemakaian benda logam dalam tubuh seperti alat pacu jantung, kacup jantung buatan, fragmen bullet, pin ortopedik, alat intrauterin, . Klien dan setiap pemberi asuhan keperawaran di ruang tersebut harus menyingkirkan semua benda-benda dengan karakteristik magnetik (misalaya gunting, stestokop). . Sebelum klien dimasukkan ke dalam ruang MRI, semua benda-benda logam (anting, cincin kawin, jam tangan, jepitan rambut, dan lainnya) dilepaskan, demikian pula kartu keedit (medan magnet dapat menghapus data dalam kartu kredit). Benda-benda ini harus dibuka. Benda tersebut bila dibiarkan terpasang dapat menyebabkan gangguan fungsiy dapat keluay atau menjadi panas karena mengabsorbsi energi. Baringkan klien dengan posisi datar di tempat yang disediakan yang digerakkan masuk ke tabung yang mengandung magnet. Proses pemindaian ini tidak nyeri tetapi klien mendengar bunyi dentuman pada gulungan magnet sebagai getaran medan magnet. . Karena proses MRI sca menggunakan tabung yang sempit, Klien dapat mengalami klaustrofobia (suatu bentuk gangguan kejiwaan di mana klien mengalami ketakutan yang irasional terhadap ruang tertutup). Obat penenang dapat diberikan saat proses ini. Klien disiapkan dengan memberikan penyuluhan teknik relaksasi dan memberi tahu klien bahwa mereka dapat berbicara dengan petugas melalui mikrofon yang ada di dalam pemindai. Angiografi Serebri Angiografi serebri adalah proses penyelidikan dengan menggunakan sinar-X tethadap sirkulasi serebri setelah zat kontras disuntikkkan ke dalam arteri yang dipilih. Angiografi serebri digunakan untuk menyelidiki penyakit vaskular, aneurisma, dan malformasi arteriovena, Hal ini sering dilakukan sebelum Mdien menjalani kraniotomi schingga arteri dan vena serebri terlihat dan untuk menentukan letak, ukuran, dan proses patologis. Dan juga digunakan untuk mengkaji keadaan yang baik dan adekuatnya sirkulasi serebri. Angiografi serebri merapakan pilihan terakhir bila dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan (W. Hacke dan H. Kramer, 1991). Kebanyakan angiografi serebri dilakukan dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brankialis dengan zat kontras. Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Metode pemeriksaan dengan memasukkan zat warna kontras ke struktur sirkulasi serebri, Jaras pembuluh diperiksa untuk mengetahui kepatenan, penyempitan, oklusijuga abnormalitas struktur (anearisma), pergeseran pembaluh (tumor dan edema), dan perubahan aliran darah (tumor, malformasi AV). Gambar 2-51. tuscrasi pemerikssan angiografi serebsi dengan keadaan normal pada anteri Karotis internal (sieniber: W, Hacke, M. Hennerici, dan LJ. Gelmers Kramer, Cerebral Ischemia, Berlin: Springer-Verlag, 1991). Prosedur Pelaksanaan 1. Klien harus dalam keadaan hidrasi yang baik selama waktw pemeriksaan, 2. Sebelum menuju ruang radiologi, klien diinstruksikan untuk berkemik 3. Lokasi denyutan pembuluh darah perifer yang tepat ditandai dengan pena. 4. Klien diminta untuk tidak bergerak selama proses pencitraan dan diberi tahu tentang adanya rasa hangat singkat di wajah, belakang mara, arau di rahang, gigi, lidah, dan bibir dan rasa logam ketika agen kontras diinjeksikan . Setelah sela paha dicukur dan disiapkan, klien diberikan anestesi lokal untuk mencegah nyeri pada saat daerah yang telah disiapkan ditusuk dan untuk menurunkan spasme arteri. Kateter dimasukkan ke dalam arteri femoralis, dialirkan NaCl 0,9% dan heparin, dan diisi zat kontras, 6. Fluoroskopi digunakan untuk mengarahkan kateter masuk ke dalam pembuluk darah yang tepat. 7. Selama penyuntikan zat kontras, terlihat bayangan sirkulasi vena dan arteri yang melalui otak. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon Le] Aktivitas prosedur ini dibuat untuk mengeluarkan aktivitas abnormal, terutama potensi kejang. 6. EEG pada saat tidur direkam setelah pemberian obat penenang karena beberapa gelombang otak abnormal terlihat hanya pada saat klien tidur. Jika dacrah cpileptogenik tidak dapat dicapai oleh elektroda-clektroda kulit kepala cara biasa, maka elektroda-elektroda nasofaring dapat digunakan. Rekaman EEG yang lebih dalam dibuat dengan memasukkan elektroda- elektroda yang sangat peka (stereotaktis) ke dalam daerah otak yang dituju. 8. EEG internal dan EEG kulit kepala dapat mendeteksi pola kejang klien, Hal ini digunakan pula untuk mengidentifikasi klien-klien yang kemungkinan mengalami epileptogenik akibat sayatan bedah. 9. Transfenoidal khusus, elektroda mandibular dan nasofaring dapat digunakan, serta rekaman video dikombinasi dengan pemantauan EEG dan telemetri digunakan di lingkungan rumah sakit untuk menangkap abnormalitas epileptiform dan gejala sisanya, 10. Beberapa pusat epilepsi memberikan pemantauan EEG ambulatorijangka panjang dengan perckam kaset poctabel. a Apa hasilnya? 1. Analisis hasil pelacakan membantu mendeteksi dan menemukan tempat aktivitas listrikt abnormal yang terjadi dalam korteks serebri. 2. Cara ini membantu menentukan fokus-fokus kejang, menemukan tempat sumber iritasi seperti tumor atau abses dan dalam mendiagnosis gangguan metabolik dan gangguan tidur, nplikasi Keperawatan 1, Untuk meningkatkan kesempatan merekam aktivitas kejang, kadang- kadang klien dianjurkan untuk tidar pada malam hari sebelum EEG. 2. Obat penenang dan perangsang tidak diberikan 24-48 sebelum EEG, karena obat-obatan ini dapat mengubah pola gelombang EKG atau menyembunyikan pola gelombang abnormal pada gangguan kejang. 3. Tidak boleh mengonsumsi kopi, tch, coklat, dan minuman soda, sebelum res dilakukan karena mempunyai pengaruh stimulasi perubahan gelombang EEG. Makanan tidak dibatasi, namun demikian perubahan kadar glukosa darah dapat juga menyebabkan perubahan pada pola gelombang otak. Klien diberitahukan bahwa pemeriksaan EEG standar memerlukan waktu 45-60 menit atau bahkan lebih lama jika sleep EEG yang diberikan Pada waktu yang bersamaan klien diyakinkan bahwa prosedur ini tidak menyebabkan syok listrik dan bahwa EEG merupakan tes diagnostik dan bukan suatu bentuk penanganan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. L~] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan TABEL 2-15, Kader Blektrolit dalam Serum ___Elektrolit Plasma Interstisial Intraselular [Na 145 mEq 149 mEq 14 mEq ci 100 meq Homeql : ‘Hoo, 2imEql | 27 mEq! 10 mEq/l Ik 4megl 4 mEq 150 mEq ca Smeyl 5 mEq : [Mg ‘Smeg! a mEq! 26 mEq PO, ‘SmeW! 3 meq 113 megi [s0, mEq 1 meq z Probin 16 meal 2 meq Tames Sumber: Perry dan Potter, Shock: Comprebensive Nursing Manegement, St. Louis: Mesby Company, 983, Profil lemak darah. Meliputi pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein diukur untuk mengevaluasi risiko aterosklerotik serebri, khususnya bila ada riwayat keluarga yang positif, atau untuk mendiagnosis abnormalitas lipoprotein tertentu. Kolesterol serum total yang meningkat di atas 200 mg/ml merupakan prediktor peningkatan risiko stroke atau emboli serebri, Low density lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein utama pengangkut kolesterol dalam darah yang terlibat dalam proses terjadinya emboli atau wombosis serebri, LDL menjadi aterogenik setelah mengalami proses modifikasi, yakni melalui proses oksidasi. Bukti-bukti menyatakan bahwa oksidasi LDL terdapat pada plak ada pembuluh darah normal. LDL yang diekstraksi dari lesi aterosklerotik ternyata mempunyai sifat-sifat dari oksidasi LDL, seperti sifat fisik, kimia, imunologis, dan biologis. Dalam lesi aterosklerotik selain ditemukan produk dari hidroperoksida lipid yang terbentuk pada proses peroksidasi LDL, kolesterol teroksidasi, asam lemak teroksidasi, fosfolipid teroksidasi, dan isoprostan, juga autoantibodi terhadap epitop oksidasi LDL aterosklerotik dan tidak yang menunjukkan bahwa oksidasi LDL bersifat imunogenik, Oksidasi LDL memainkan peranan penting pada patogenesis aterosklerosis di jantung dan serebri, Oksidasi LDL dapat meningkatkan sintesis dan sekresi molekul-molekul adhesi dari sel-sel endogen, kemotaksis untuk monosit dalam sirkulasi, sitotoksis terhadap sel endotel dan sel otot polos, menstimulasi pelepasan faktor pertumbuhan dan sitokia, imunogenik melalui induksi produksi antibodi terhadap oksidasi LDL, menginduksi agregasi trombosit, menurunkan kemampuan antikoagulan dan fibrinolitik pada endotel, dan memengaruhi ketidakstabilan plak dengan peningkatan ekspresi metalloproteinase. Lipoprotein yang mengangkut kolesterol dalam darah dapat dianalisis melalui elektroporesis. Lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang membawa bob 2+ FengkalionKeperatan Gangguensktom Pencrcon TJ kolesterol dari sel perifer dan mengangkutnya ke hepar bersifat protektif. Sebaliknya, LDL mengangkutkolesterol ke sel perifer: Penurunan kadar HDL dan peningkatan LDL akan meningkatkan risiko penyakitaterosklerotik, Meskipun nilai kolesterol total relatif tetap stabil sampai 24 jam, namun pengukuran profil lemak total harus dilakukan setelah puasa 24 jam, Stes berkepanjangan dapat meningkatkan kolesterol total. Nitrogen urea darah (BUN) merupakan produk akhir metabolisme protein dan diekskresikan oleh ginjal. Pada klien dengan disfungsi jantung, peningkatan BUN dapat mencerminkan penurunan perlusi ginjal (akibat penurunan curah jantung) atau kekurangan volume cairan intravaskular (akibat terapi diuretik). Enzim jantung, Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostik yang berhubungan dengan trombosis atau emboli serebri yang meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark miokard. Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya. Ada S macam LD isoenzim (LDI- LDS), Masing-masing mempunyai berat molekul sekitar 134.000 kDa. Mereka mengandung kombinasi subunit H dan M. Jantung mengandung lebih banyak LD1, sedangkan hati dan otot mengandung LDS. Pemeriksaan LD isoenzim dilakukan dengan cara elektroforesis. Kreatinin kinase (CK). CK adalah enzim yang dianalisis untuk mendiagnosis infark jantung alur dan merupakan enzim pertama yang meningkat. Gangguan serebri jnga dibubungkan dengan nilai kadar CK dan CK-MB total abnormal. C-Reactive protein (CRP). CRP merupakan anggota dari protein pentraxin. Istilah CRP dikenalkan oleh Tillet dan Francis pada tahun 1930, disebabkan senyawa ini dapat bereaksi dengan polisakarida C somatis dari Streptococcus pneumonia, Kadarnya akan meningkat 100x dalam 24-48 jam setelah terjadi luka jaringan seperti pada meningitis, ensefalitis, trombosis serebri, dan stroke hemoragik. Schelas tahun kemudian, Mac Leod dan Avery mengenalkan istilah “fase akut” pada serum penderita infeksi akut untuk menunjukkan sifat CRP. CRP seeara normal ada dalam serum manusia dalam jumlah yang kecil Kushner dan Feldman menemukannya dalam hepatosit, 24-38 jam setelah sel dirangsang oleh senyawa inflamasi. CRP disintesis dan disekresi oleh hati sebagai respons terhadap sitokin, terutama bahwa IL-6. Sitokin dihasilkan terurama olch monosit/makrofag, juga oleh leukosit lain atau sel endotel. Pada kultur sel hepatoma, ditemukan IL-6 adalah pengindukei utama untuk transkripsi mRNA CRP, IL-1 sendirian tidak aktif tetapi sinergis dengan IL-6, Promoter gene CRP terdiri atas 2 Acute Phase Response Elements (APRE). APRE 2 mengandung NF-IL-6 bindingsite yang merupakan faktor transkripsi yang diinduksi oleh image not available image not available i] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Untuk menilai hasil pemeriksaan AGD/Astrup, sebelumaya pemeriksa harus memahami arti dari Komponen tersebut. PaCO, adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO, yang terlarut dalam darah, PaCO, dapat digunakan sebagai parameter cukup atau tidaknya ventilator alvcolas, PaCO) rendah discbut dengan hipokapnia, berarti terjadi hiperventilasi akibat rangsangan pernapasan, Jika PaCO, tinggi (hiperkapnia), berarti terjadi kegagalan ventilasi alveolar (hipoventilasi). Pada awal peningkatan PaCO, sistem pernapasan akan terangsang untuk menurunkan PaCO) tersebut. Sebaliknya, jika PaCO) sangat tinggi justru akan menckan sistem pernapasan. TABEL 2-16, Komposisi Analisa Gas Darah dan Nilai Normalnya Komposisi Nilai Normal pH 7.40 (7,98-7,45) PO, 80-100 SaturasiO,, 95% Poo, 35-45 HCO, 22-26 m Eall Base Ekscoss (BE) ~8s/d +3 mogil (-2.5 si +2,5) TABEL 2-17. Nilai pH, PCO,, HCO, pada Berbagai Keadaan Asam-Basa Jenis Gangguan pH | PCO, | HCO, Murr v . N Asidosis Respiratorik | Terkomponsasi sebagian ¥v * * Terkompensasi penuh N t + Muri v N v Hence Terkompensasi sebagian v v v Metabolic we os Torkompensasi penuh N vu v ‘Asidosis Respiratorik dan Matabolik wW * v Muri * v N Alkalosis Respiratonk | Terkompensas! sebagan * v v Terkompensas penuh N v v Mari + N * Alkalosis aoe TTerkompencasi ecbagian * * * Terkompensasi penuh N * * Alkalosis Respiratork dan Motabolik a v * Homeostatis dalam pengendalian asam-basa juga dipengaruhi oleh banyaknya asam yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme, namun cairan tubuh (H") tetap rendah. image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. | | Buku Ajat Asuhan Keperawatan Kiien dengan Gangguan sistem Persaratan Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan Klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan Kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. RIWAYAT PENYAK! SAAT INI Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dai infeksi dan peningkatan TIK, Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakic kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibar iritasi meningen, Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya peayakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi, Sesual perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma, Pengkajian lainaya yang perlu ditanyakan seperti riwayar selama menjalani perawatan di RS, pernahleah menjalani tindakan invasif yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama melalui pembuluh darah. RIWAYAT PENYAKIT DARULL Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindaken bedeh sarafy riwayat trauma Kepala, dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada Klien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian, Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji Jebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. Bahan dengan hak cipta aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. fab 3 + AshonKeperacton Kien dengoninfetsl don Inf Slr ert Pa | | Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV). Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38-41°C, dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh, Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pads sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. ‘Tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena tands-tanda peningkatan TIK. BI (Brea Tine) Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis), Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru. B2 (Boop) Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infcksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, les! purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation—DIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi. B3 (Brain) Pengkajian B3 (Brai) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran Kualitas kesadaran Klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfangsi sistem persarafan, Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran, Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan keperawatan. | | Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan Fungsi serebri Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien meningitis cahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pemeriksaan saraf kranial Sarafl. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan dan fungsipenciuman tidak ada kelainan. Saraf Il. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama. Saraf Ill, 1V, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, Klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan tethadap cahaya. Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks korea biasanya tidak ada kelainan Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris. Saraf Vill. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persep Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius, Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal). Saraf Xi. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi Indra pengecapan normal. Sistem motorik Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjuc mengalami perubahan, Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau pe- riosteum derajat refleks pada respons normal, Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN. Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubuagan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. | 2 | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Berikan antpiretik sepert asetaminoten Menurunkan metabolisme serebriioksigen. Monito: hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothrombin, LED. Membentu memberikan informasi tentang efektvitas pemberian obat Ketidakefektifan bersi kemampuan batuk, dan perubahan lingkat kesadaran. i jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, penurunan Tyuan: Dalam wakia 8 24 jam sotclah diberitan tindakan, jalan napas kombali ofoktf Krieria hast: Secara subjekti sesak napas (-), rekuensi napas 16-20 x/mnt, tdak menggunakan olct bantu apas, retraksi ICS (-), ronkhi(/-), mengi (/-), dapat mendemonstraskan cara batuk efekii Iniervensi Rasionalisasi ‘Kaji fungsi paru, adenya buny! napas lambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otototot aksesori, warna, dan kokentalan sputum, ‘Memantau dan mengatasi Komplikasi potensial Penaikaiian funasi pernapasan dengan interval yang toratur adalah panting karona pemapasan yang tidak bfekil dan adarya kegagalan, akibat adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diatraama, berkembang dengan cepat, ‘Atur posisi owler dan semifowler. Peninggian kepala tempat tidur momudahkan Pomapacan, maningkatkan okopansi dada, dan ‘meningkatkan batuk lebih efektit ‘Ajarkan cara batuk efokti, Klion borada pad rsiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektl untuk membersihkan jalgn napas ddan mengalami kesulitan dalam menelan, sehingga menyebabkan aspiresi saliva dan menceluskan gagal napas akut Lakukan fisoterap! dada, vibrasi dada, “Terapl fsik dada membantu meningkaikan batuk lebih efekii Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum alr putih ddan pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari Lakukan pengisapan lendir dijalan napas. Pemenuhan cairan dapal mengenoerkan mukus yang kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak koluar da tubuh Pengisapan mungkin diperlukan untuk mempertahankan kopatenan jalan napas menjadi bersih ‘Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritesi selaput dan jaringan otak. Knteria hast: Klien dapat dur dengan tenang, wajah rileks Tujuan Dalam waktu 3 x 24 jam keluhan nyeri berkurangirasa sakit terkendall , dan Klien memyerbalisasiken penurunan rasa sakl. Iniervensi Usahakan momouat lingkungan yang aman dan tonang, Rasionalisasi Menurunkan roaksi tothadap rangsangan cketernal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klion Untuk beristrahat Kompres dingin (es) pada kepala. Lakuken penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi napas dalam. Depat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah tak | Membantu menurunkan (memutuskan) stimulasi sensasi nycri Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesual kondis dengan lembut dan hati-hat. Dapat membantu relaksesi otot-olol yang tegang den dapat menurunkan nyeriasa tidale nyaman, Kelaborasi pemberian aralgesik Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit Catalan: Narkotka merupakan kontraindikasi karena berdampak pada stalus neurologis sehingga sukar Untuk cikaji Bab 3 + Asuhan Keperawatan Klien dengan Infeksi dan Inflamas Sistem Saraf Pusat De} Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya Kejang berulang, fiksasi kurang optimal. Tujuan: Dalam vaklu 3 x 24 jam perawatan, klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran Keitoria hacil Klion tidak mongalari codora apabila ada kojang borulang, Intervensi Rasionalisasi Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut, dan otbt-otot rmuka lainnya, Gambaran Fitabiltas sistom sarat pusat memerukan ‘evaluasi yang sesual dengan intervensi yang tepat Untuk mencegah terjadinya komplixasi Porsiapkan lingkungan yang aman aoport bataean rarjang, papan pengaman, dan alat suction selalu botada dekat klion ‘Melindungi kion bila kojang terjack Pertahankan badres! total solama fase akut ‘Mengurangi risiko jatuh/oadera jika terjadi vertigo dan alaksia Kolaborasi pemberian terapi; diazepam, ferobarbital Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catalan: fenobarbital dapat menyebabkan depresi peinapasan dan sedasi Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang bethubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik ‘Tujuan: Kebutuhan nutris klien tempenuhi dalam waktu 8x 24 jam. Kriteria hasi: Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebuluhan, terdapal kemampuan menelan, sonde dilepas, borat badan meningkat kg, Hb dan albumin dalam bates normal Rasionalisasi Observai teketur dan turgor kali, Mengetahui status nutri klien Lakukan oral higiene. Kebershan mulut merangsang nalsu makan. Observasi asupan dan keluaran Mengetahui keseimbangan nutrisi Klien, Observasi posis! dan kebarhasilan sonde. Untuk menghundaririsiko infeksifirtasi Tentukan kemampuen klien dalam mengunyah, menelan, dan refloks batuk. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada kien Kaj Kemampuan klien dalam menelan, batuk, dan ‘adanya sokret, Dengan mengkaj faktor-faktor tersebut dapat menentukan kemampuan menelan klien dan mencegah Fisiko aspirasi ‘Auskultasi bising usus, amati penurunan atau hiporakivitae bising uous, ‘Timbang berat badan sesuai indikasi | Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala. Fungsi gastrointestinal bergantung pada kerusakan ‘tak. Bising uaue menontukan raspone pemberian makan atau terjedinya komplikasi misainya pada ileus. Untuk megevaluasi efoktivitas dari asupan makanan Menurunkan risiko regurgitasi atau aspirasi LLelakkan posisi kepala loblh tinggi pada waktu, selama dan soeudah makan. Untuk Wien lebih mudah untuk menelan Karena gaya gravitaet ‘Stimulasi bibir untuk menulup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan di atas bibiri bawah dagu jika dibutunkan, Membantu dalam melatih kembali sensorik dan meningkatkan kontrol muskular Lelakkan makanan pada daerah mulutyang tidak terganogu. Memberikan slimulasi sensor ((eimasuk rasa kecap) yang dapat mengeluskan usaha untuk menalan dan meningkatkan masukan, Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tonang, Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distrake dari luar aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. | a | Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan morbili, virus rabies, virus Rubela, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella. Patofisiologi Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cera, Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: * Lokal: virus alirannya terbatas menginfcksi selaput lendir permukaan atau ongan tertenta. © Penyebaran hemarogen primer: virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. * Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan. Setelah teriadi penyebaran ke otak teriadi manifestasi Klinis ensefalitis, Masa prodromal berlangsung 1~4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, forofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat discrtai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubshan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda nearologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Pengkajian Pengkajian keperawatan ensefalitis meliputi anamnesis riwayar penyakir, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi). Anamn sis Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan keschatan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran RIWAYAT PENYAKIT SAAT IND Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk, Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal yang sering adalah sakit kepala dan demam, Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan sebagai akibat iritasi selaput otak. Demam umummya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa | Faltor-fiktor predsposist pemah mengalani cama, cncar ar, herpes, dan bronkopneurania a: Viushakte masik annganotaksecara bal, ematagen, dan metal sarat-saral re Poradangan iota Y ¥ ¥ ¥ 1 4 7 7 7 tena mak Tang rn [a 1 ‘ 1 ‘ 1 jatingan serebral_ hipownlernik | 6. Aisi Siesta egy nek ate ' fete —: rl Xesadiran x 8. Cangguan nobilitas fsk 8. Gangguan persepi sensorc Y [® Ganaovenpersepsi sensor | Penumputanseret ——— 10. Kopie individu tidak ate >. 11. Kecemasan 2 Ganoovenberihan jalan nagas Gambar 3-4. Patofisiologs ensefalitis ke masalah keperawaran (dimodifikasi Arif Muttagin, [2005] dari berbagai sumber). Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebablean ensefalitis bakreri. Disorientasi dan ganggan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesusi perkembangan penyakit, dapat terjadiletargi, tidak responsif, dan koma. Pengkajian pada anak didapatkan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara umum, nyeri ckstremitas, rewel, demam (39-41°C}, nafsu L] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, pucat, dan gelisah. RIWAYAT PENYAKIT DARULE Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan sekarang melipati pernahkah klien mengalami campak, cacar ais, herpes, dan bronkopncumonia, Peagkajian pada anak mungkin didaparkan riwayat menderita penyakit yang disebabkan oleh virus seperti virus influenza, varicella, adenovirus, kokssakie, ekhovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing, fungus, riketsia, Pengkajian pemakaian obat-obar yang sering digunakan klien seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat meningkatkan komprehensifaya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh serta untuk memberikan tindakan selanjurnya. Pengleajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis Klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan arakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, masy yaitu timbul ketakutan akan keeacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan Klicn untuk mendiskusikan masalah keschatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres. Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidap klien. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbarasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubangannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. fab 3 + AshonKeperacton Kien dengoninfetsl don Inf Slr ert Pa Lx] Peradangan pada selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali pada ensefalitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk, yaitu ketika adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-orot leh B 4 (Bapper) Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B 5 (Bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang. B 6 (Bone) Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain. Diagnosis Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, Keridakefekrifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran, Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik, . Risiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Risiko kejang berulang, 7. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak. ey he 8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif, 9. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima 10. Koping individy tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan. 11. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan. LJ Rencana Intervensi Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan ‘Gangguan pertust jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, Data ponurjang: Malaieo, pusing, nausoa, muniah, iritabiltae, kojang, kooadaran monurun kingung, dolirium, koma. Perubahan refloks-rofloks, tanda-tanda nourologis, fokal pada meningitis, tanda-ianda peningkatan tekanan intrakrenial(bradikardl, t&kanan darah meringkat), nyeri kepala hebat Tyjuan: Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan olak meningkat. Kntoria hast: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, dsorentasi negatif, Konsentrasi haik, pertusijaringan ddan oksigenasi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan syok dapet dihindar Intervensi Rasionalisasi ‘Monito: klien dengan kelat terulama setelah lumbal ppungel. Anjurkan klien berbaring minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi Untuk meneegah nyeri kepala yang menyerlal perubahan tekanan intrakranial. Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial sselama peralanan penyekit (nad ambat, tekanan datah meningkat, kesadaran menurun, napas irregulee, rolleks: pupil monurun, kolemahan) Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap 5-30 ‘merit, Gatat dan laporkan segera perubahan-perubahan tokanan intakranial ke doktor, Hindari possi tungkai ditekuk atau gerakar-gerakan kien, anjurkan untuk tirah baring Tinggikan sedikt kepala klien dengan hat-natl, cegah ‘gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher, hindertfleksi leher Untuk mendeteks! tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi ewal. Perubahan-porubahan ini monandakan ada perubahan tekanan intakrenial dan penting untuk intervensi aval, | Untuk meneagah peningkatan tokanan intrakranial | Untuk mengurang tekanan intrakranial Bantu seluruh aktivilas dan gerakan-gorakan klen. Beri pelunjuk Untuk BAB (jangan enema). Anjutkan klien Untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak di tempat tdur. Cegah posisifleksi pada lulu. Untuk mencegah keregangan oto! yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intakraniel Waktu prosedur perawatan disesualkan dan diatur topat waktu dengan poriode relaksasi; hindari rangsangan lingkungan yang tidak perl Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan pada Klien. Evaluasi selama masa penyembuhan terhedap gangguan motorik, sensorik, dan intelektual Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otek yang sudah jritasi dan dapat menimbulkan kejang, Untuk mengurangi disorientasi dan untuk Karifikasi | persopsi sensonk yang terganggu Untuk merujuk ke rehabiltasi Kclaborasi pemberian steroid osmotik Untuk menurunkan takaran intrakranial ‘menurun akibat penurunan kesadaran. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk Tuuan Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan, jalan napas kembal elekti Knitoria hasil: Secara subjekti! sesak napas (-),Irekuensi napas 18-20 x/mnt, tidak menggunakan otot bantu apas,retraksi ICS (-), ronkh (/-), mengi (/-), dapat mendemonstraskan cara hatuk efekti ‘Kaji fungsi paru, adenya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otototot fakaeseri, warma, dan kokontalan eputum, Resionalisasi Memantau dan mengatasi komplikasi potensial Pengkajian fungsi pernapasan dengan interval yang toraturadalah panting karona porapasan yang tidal fektf dan adanya kegagalan, akibat adanya kelemahan alau peralisis pada ctot-otot interkoslal dan dialragma borkombang dengan oapat, Bab 3 + Asuhan Keperawatan Klien dengan Infeksi dan Inflamas Sistem Saraf Pusat | ‘Atur posisi fowler dan semifowier Peninggian kepela tempat tidur memudahkan pemapasan, meningkalkan ekspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efekti ‘Ajarkan oara batuk oloktil Lakukan fisiterapi dada; vibrasi dada, Klion borada pada riko tingg bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami kesultan dalam monelan, sehingga monyobabkan apirasi saliva dan monootuskan gagal napas akut, Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih tok, Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan perlahankan asupan cairan 2500 mUhert. Pemenuhan cairn dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat membantu pemenuhan csiran yang banyak kelvar dari tubuh, | Lakukan pengisapan lendir dijalan napas, Peagisapan mungkin diperlukan untuk memperlaharkan kepatonan jalan napas menjadi bersih, Risiko tinggi gangguan nuttisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan menolen, koadaan hipermotabolik. ‘Tujuan: Kebutuhan nuteis klion tepenuhi dalam waktu 5 24 jam, Kriteria hasi: Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, borat badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam bates normal Observasi toketur dan turgor kali, Mengetahui status nutrsi klion Lakukan oral higiene. Kebershan mulut merangsang naleu makan. Observasi asupan den keluaran Mengelahui keseimbangan nutris Kien, ‘Observasi posisi dan kebarhasilan sonde, Uniuk menghundari rsiko infeksi/irtasi Tentukan kemampuen klien dalam mengunyah, menelan, dan refleks batuk. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada Klien ‘Kaj Kemmampuan Klien dalam menelan, batuk, dan adanya sokrel Dengan mengkal faktor-fakior tersebut dapat menentukan kemampuan menelan klien dan mencegah Fisixo aspirasi ‘Auskullasi bising usus, amati penurunan atau hiporakivitas bising usus Fungsi gastrointestinal bergantung pada kerusakan ‘tak. Bising usus menentukan respons pemberian makan atau terjedinya komplikasi misainya pada ileus. ‘Timbang berat badan sosual indikasi Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala, Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan. Untuk megevaluasi efektivitas dari asupan makanan Menurunkan risiko regurgitasi atau aspirasi Untuk klion lebih mudah untuk menelan karona gaya gravitasi {Gtimulasi bibir untule menutup dan mombuka mulut secara manual dengan menekan ingan di atas bibir bawah dagu jika dibutuhkan, Mombantu dalam melatih kembali aoncorik dan meningkatkan kontrol muskular. Lelakkan makanan pada daerah mulutyang tidak temanggu Memberikan slimulasi sensor (lermasuk rasa kecap) yang dapat menceluskan usaha unluk menelan dan meningkatkan masukan, Betikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang. Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tampa edanya distraksi der luar Mulailah uniuk momborikan makan por oral sotengah ‘air dan makanan lunak ketika klien dapat menelan ait. Makanan lunak/eaie mudah untuk dikondalikan di dalam mulut dan menurunkan terjadinya aspirasi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 3 + Asuhan Keperawatan Klien dengan Infeksi dan Inflamas Sistem Saraf Pusat | Diagnosi 1. Ketidakefekeifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumolasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran. Keperawatan 2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput oak. 3. Peningkatan suhu tubuh. 4, Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan penurunan tingkar kesadaran. Gangguan nutrisi: kurang dari keburuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik. 6. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensorik. 7. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan dan merasa tidak ada ha pan. Rencana Intervensi Ketidakefektifan bersihan jalan naps yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan tingkat kesadaran. Tujuan: Dalam waklu 824 jam soteleh diborkan lindakan, jalan napas kembali efokti Kriteria hasi: Secara subektif sesak napas (-), lrekuensinapas 16-20 x/rmt, tidak menggunakan oto! banty rnapas, retraks! ICS (), tonkhi (/-). mengi (+), dapal mendemonstrasikan cara alu elekti Intervensi Rasionalisasi Kaji fungsi paru, adanya buny: napas tambahan, petubahan irama dan kedalaman, penggunaan otototot aksesori, wama, dan kekentalan sputum, ‘Atur posisi fowler dan somitowier ‘Ajerkan cara baluk efekti Memantau dan mengatasi Komplikast potensial Pengkajian fungsi pemapasan dengan interval yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak ‘ofokti dan adanya kegagalan, akibat adanya kelomehan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diatragma berkembang dengan cepat, Poninggian kepala tempat tidur memudahkan pemapasan, meningkatkan okspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efekti, Klien berada pada risiko tingg bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami kesultan dalam menelan, sehingga menyebabkan aspirasi saliva dan menceluskan gagal napa akut, Lakukan fisiotorapi dada; vibrasi dada. Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan pertahankan asupan cairan 2500 m/hari Torapi elk dada mombantu meningkalkan batuk lobib efektt Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dae tubuh Lakukan pengisapan lendir dijalan napas, Pengisapan mungkin diperlukan untuk memperlaharkan kepatenan jalan napas menjadi bersih, Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan i] Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput| otak. Data penurjang: Malaise, pusing, nausea, muntah, irtabilitas, Kejang, kesadaran menurun tingung, delium, koma. Porubahan refloke-rofloke, landa-tanda rourologis, fokal pada moningiti, landa-tanda poningkatan tokanan intakranial(bradikavdl, tekanan darah meringkat), nyeri kepala hebat Tujuan Dalam waktu 8 x 24 jam setelah diverikan intervensi perfusijaringan olak meningkal ‘krteria hast: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, dsorentasi nogatif, konsenttasi baik, perfusi jeringan ddan oksigenasi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan syok dapet dihindar ‘Monitor klien dengan ketat terutama setolah lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring minimal 4-6 jam ‘telah lumbal pungi Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial ‘sclama perjalanan ponyakit (nadi lambat, tokanan darah ‘meningkat, kesadaran menurn, napas irreguler, relleks pupil menurun, kelemahen) Rasionalisasi | Untuk mendeteks’ tanda-tanda syok, yang harus: Untuk mencegah nyori kepala yang menyertal perubahan tekanan intrakranial dllaporkan ke dokter untuk intorvensi awa Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tlap 5-30 ‘merit, Catat dan laporkan segera perubahan-perubahan {ekanan invakrenial ke dokter Perubahar-perubahan ini menandakan ada perubahan tekanan inttakrenial dan pentng untuk intervensi aval, Hindari poste! tungkal ditokuk tay gorakan-gorakan Klien, anjurkan untuk tirah baring, Untuk moncogah poningkatan tokanan intrakranial Tinggikan sodikt kepala klion dengan hat-hati, cegah gerakan yang tiba-liba dan tidak perlu da kepala dan) loher, hindarifleksi lohor Bantu soluruh aktivitas dan gorakan-gorakan Ken, Beri petunjuk untuk BAB (jangan enema). Anjurkan klien Untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan borgorak di tempat tur, Cegah posisifleksi pada lutut Untuk meneogah kereqangan oto! yang dapat Untuk mengurangi tekanan intraktanial ‘menimaulkan peningkatan tekanan intiakranial Waktu prosedur perawatan disesuaiken dan diatur tepat waktu dengan periode relaksasi; hindari rangsangan lingkungan yang tidek perl Untuk mencegah eksitasi yang merangsang olek yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang, Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan pada Klien. Untuk mengurangi disorientasi dan untuk kiarifikasi persepsi sensorik yang terganggu. Evaluasi selama masa penyembuhan terhedap ganggvan motorik, eensorik, dan intelektusl Untuk merujuk ke rehabiltasi Kelaborasi pemberian steroid osmotik Untuk menurunkan tekanan intrakeanil Nyeri Kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak. Tyuan: Dalam waktu 3 x 24 jam koluhan nyeri borkurangirasa sekit terkendall Koteria hast: Klien capat fidur dengan tenang, najan rileks, dan klien memverbalisasiken penurunan rasa sakt. Iniervensi Rasionalisasi Usahakan membuatlingkungan yang aman dan tenang, Menurunkan reaksi athadap rangsangan eksteral alau kesensitilan terhadap cahaya dan menganjurkan klien| Untuk beristrahat Kempres dingin (#8) pada kepala. Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi napas dalam, Depat menyebabkan vasokonstrikei pembuluh darah tak. Membentu menurunkan (memutuskan) stimulasi sensasi nye Lokuken latihan gorak aktif atau pasif sesuai kondis dongan lombut dan hati-ha dapat menurunkan yerirasa tidak nyaman, Depat membantu relaksesi olot-otot yang tegang dan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. [~] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan teras-menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencakup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli para-paru, yang scting mengancam klicn imobilisasi dan paralisis. Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan Klien meminta pertolongan kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umam maupun lokalis seperti melemahnya otot-otot pernapasan RIWAYAT PENY kIT SAAT INT Keluhan yang poling sering ditemukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang paling berat dari GBS adalak gagal napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan Jainaya adalah kelainan dari fangsi kardiovaskulay, yang mungkin menyebabkan gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan disriemia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital. RIWAYAT PENY 1 DAHULE Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan Klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiorik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jawh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku Klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyar: at serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada Klien, yaitu bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa [ry] timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah keschatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilakw akibat stres. Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit ncurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. ke Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal, Penurunan Pemerikesaan Fi: denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah jantung, Peningkatan frekuensi pernapasan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan dan adanya akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis, BI (Brearumnc) Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan karena infeksi saluran pemapasan dan yang paling sering didapatkan pada klien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi otot-otot pernapasan, Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan GBS berhubungan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas. B2 (Broop) Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada Klien GBS didapackan bradikardi patkan ortostatik yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer. TD di. [] Buku Alar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persaratan hipotensi atau TD meningkat (hipertensi wansien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis. B3 (Brain) Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran Pada klien GBS biasanya kesadaran klien compos mentis (CM). Klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahen evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan Apabila Fungsi serebri Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara Klien dan obscrvasi ckspresi wajak, dan aktivitas movorik yang pada klien GBS tahap lanjue disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pemeriksaan saraf kranial Saraf I. Biasanya pada Klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Sarafil, ‘Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Saraf Ili, 1V, dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata, paralisis okular. Saraf V. Pada klien GBS didapatkan paralisis pada oto wajah schingga mengganggu proses mengunyah. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral. Saraf Vill. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. Paralisis otot orofaring, kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan. Kemampuan menelan kurang baik schingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik. Saraf XI. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal, Sistem motorik Kekuatan otot meaurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada klien GBS tahap lanjut mengalami perubahan. Klien mengalami kelemahan mororik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik. fab 3 + AshonKeperacton Kien dengoninfetsl don Inf Slr ert Pa | Pemeriksaan refleks Pomeriksaan refleks dalam, pengetakan pada tendon, ligamentum, atau pe- riosteum derajat refleks pada respons normal. Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, Tic, dan distonia. Sistem sensorik Parestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nycri, dan suhu. B4 (Brpprr) Pemeriksaan pada sistem kandung kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfasi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B6 (Bows) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam Jambung. Pemenuhan nutrisi pada klien GBS menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang. B6 (Bor) Penurunan kekuatan orot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis GBS sangat bergantung pad * Riwayat penyakic dan perkembangan gejala-gejala klinik. ‘+ Tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS; pemeriksaan rersebut hanya menyingkirkan gangguan. * Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal. © Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf, Pengujian elcktrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambainya laju konduksi saraf. * Sckitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibodi baik terhadap citomegalovirus atau virus Epstein-Barr. Telah ditunjukkan bahwa suatu lJ buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton perubahan respons imun pada antigen saraf tepi dapat menunjang perkembengan gangguan. * Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit. Penuranan kapasitas fangsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi mekanik. Penatalaksanaan medis Tujuan utama merawat klien dengan GBS adalah memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas serta memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga. GBS dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan klien diatasi di unie perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernapasan yang memerlukan ventilator, kadang-kadang untuk periode yang lama. Plasmaferesis {perubahan plasma) yang menycbabkan reduksi antibiotik ke dalam sirkulasi sementara, yang dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada klien dan demielinisasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan atau ritme jantang. Disritmia jantung disebabkan keadaan abnormal otonom yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardia dan hipertensi, Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode bradikardia selama pengisapan endotrakeal dan terapi fisik. Diagnosis Keperawatan 1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otor-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan. 2. Ketidakefektifan bersihan jalan mapas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran. 3. Risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung. Risiko tinggi defsit cairan dan hipovolemik. 5. Risiko gangguan nutrisi: kucang dari kebutuhan yang bechubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan. 6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran, 7. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensori. 8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perabahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan. 9. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakic yang buruk. Bab 3 + Asuhan Keperawatan Klien dengan Infeksi dan Inflamas Sistem Saraf Pusat Rencana Intervensi ] Tujuan utama asuhan keperawatan klien mencakup mempertahankan fungsi pernapasan, mencapai mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan ansietas dan tidak ada komplikasi. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapesan. Tuan: Dalam vaklu 9524 jam eotelah diberkan tindakan pola napas kembal ofekti. Krileria hasi: Secara subekif sesak napas (-), AR. 16-20 x/mnt. Tidak menggunakan olot bantu napes, gerakan dada normal Intervensi Fastonalisasi ‘Kaj fungst paru, adanya buny’ napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksosor. Evaluasi ketuhan sesak napas balk secara verbal dan nonverbal Menjadi bahan parameter monitonng serangan gagel rnrapas dan menjadi data dasar interversi selanjutnya, ‘Tanda dan gejala meliput adanya kesukaran bernapas, ast bicara, pornapasan dangkal can iiragular, menggunakan oiot-otot aksesoris, takikardia, den perubahan pola napes. Bert ventilasl mekanik Ventlasi mekanik digunakan jka pengkajian sesual kapasitas vial, Kien memperlhatkan perkembangan ke arah kemunduran, yarg mengindikasi ke arah memburuknya kekualan olototot pemapasan Lakukan pemerksaan kapasilas vital pomepasan, [Kotaboras: Pomberian huméliikesi oksigen $ mat Kapasitas vital Kien dipantau lebih serng dan dengen interval yang teratur dalam penambahan kecepatan pemapasan dan kualtas permapasan, sehingga Pemapasan yang tidak efektif dapat disntisipasi Penurunan kapasitas vital dihubungkan dengan kolamahan otototot yang digunakan saat menelan ‘sohingga hal ini monyobabkan kocukaian saat batuk dan menelan, dan adanya indkasi memburuknya fungsi pemapasan, ‘Membantu pemenunan oxsigen yang sangat diperiukan tubuh dengan kendis! laju metabolisme sedang meningkat Ketidakefektitan bersihan j ‘menurun akibat penurunan kesadaran, ;n napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk ‘Tuan: Dalam waktu $ x 24 jam seteleh diberkan tindakan jalan napas kemball efekit, Kaiteria hast: Secara subjektit sosak napas (-), RA 16-20 ximnt, dak menggunakan otot bantu napas, roraks ), dapat mondemonstrasikan cara batuk ofektt. ICS (), ronkhi (5), meng ( Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, porubahan irame dan kedalaman, ponggunaan otototot aksesori, wama, dan kekentalan soutum, Memantau dan mengatasi komplikasi potersial Pongkajian fungsi pormapasan dongan interval yang leralur adalah penting karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya, kolamahan atau paralisis pada otol-olotintorkostal dan diafragma yang berkembang dengan capat image not available Bab 3 + Asuhan Keperawatan Kilen dengan inteksi c Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan kesadaran, Tujuan: Dalam waklu 8 x 24 jam soteleh diberikan tindaks Kriteria hast: Peningkatan kemampuan dan tidek terjaci, aneaman klen paralisis yang tidak mampu menggerakkat Intervensi {an Inflamas! Sistem Sarat Pusat le] kerusakan neuromuskular, penurunan kekuaian otot, aan mobiltas Kien meringkat atau teradaptas. trombosis vena profunda dan emboli paru merupakan 1n okstromitas, dekubitus tidak torjacl Rasionalisasi ‘Kay tingkat kemampuan Klien dalam malakukan mobilitas fisk ‘Merupakan data dasar untuk melakukan intorvensi selaniuinya. Dekatkan alat dan serana yang dibutubkan klien dalam pemenuhan aktivitas sehavi-har Bila pemulitan mulai untuk dilakukan, Klien dapat mengalami hipotens! ortostatik (dari disfungsi otonom) dan kemungkinan membutuhkan meja tempat tilur Untuk menotong mereka mengambil posisi duduk tegak. Hindari faktor yang memungkan terjadinya trauma pada saat klien melakukan mobilsasi ‘Sokong ekstromitas yang mengalami paralsis. Individu paralisis mempunyai kemungknan mengalami kompresi neuropati, paling sering saraf ulnar dan poftoneal, Bantslan dapat di tompatkan di siku dan kepala fibula untuk mencegab terjadinya masalah ini Ekstromitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan membenkan latihan rentang gorak secara pasit paing sedikit dua kali schari | Monitor kompiikasi gangguan mobiltasfisik Kolaboraei dengan tim fisiterapie, Detcksi awal trombosis vena profunda dan dekubitus ‘sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebsh mudah dilakeanaken, Kolaboraei dengan abl terapi sik untue mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak ‘Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan pi agnosis penyakit yang buruk Tuvan: Dalam vaklu 1 x 24 jam seteleh inlervensi kecemasan hilang atau berkurang, Kriteria hasi: Mengenal perasaannya, dapat mengidentit menyalakan cemas berkurang, kasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, dan Intervene Rasionalisasi Bantu kfon mengokspresikan perasaan marah kehiiangan, dan takut Kaj tanda verbal dan norvertal kecomasan, dampingi Klien, dan lakukan lindakan bia menurjukkan periaku merusak. ‘Comas berkelanjutan momberikan dampak serangan jantung selanjutnya Reaksi vorbal/nonveibal dapat menunjukkan rasa ‘aghiasi, marah, dan gel Hindari konirantasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah menurunkan kerja sama, dan mungkin memperiambat penyembuhan | Mulai molakakan findakan untuk mongurangt kecemasan. Beri ingkungan yang tenang dan suasena penuh istirahat Mengurangi rangeangan oketoral yang tidak perl Tingkatkan kontrol sensasi kon, Kontrol sensasi kien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan lethadap sumber-sumber kopng (pertahanan dit), yang posit, membantu lathan relaksas., dan teknik-teknik pengaliian dan memberikan respons balk yang post. [=] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Otientesikan klien terhadap prosedur tutin dan aktivitas yang diharepkan, Orientasi dapat menurunkan kecemasan. ‘Beri kesompatan kepada klien untuk mengungkapkan kosemasannya Dapat menghilangkan kelegangan terhadap kokhawatiran yang tlak diokeprosikan, BBerikan privasi untuk klien dan orang terclekat. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan| ‘menghlangkan cemas, dan membentuk perilaky adaptasi ‘Adanya keluaraa dan toman-teman yang dipiih kien melayani aktivitas dan pengallhan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan tensclasi dan merasa tidak ada harapan, Intervensi Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan peikocosial, porubahan porcepei kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungei, ketidakberdayaan, Tyyan Dalam waktu 1 x 24 jam sotelah iniorvensi harga dit klion meningkat. krteria hast; Mampu menyatakan atau mengomunkasikan dengan orang terdokat tentang situasi dan perubahan yang sedang teijadi, mampu menyatakan penerimaan dil tethadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga ditt yang nogatit Rasionalisasi ‘Kaji perubanan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan dorajat kotidalemarmpuan. Identiieasi ari dari kehilangan atau disfungs! pada klien Menentukan bantuan untuk individu dalam meryusun reneana porawetan atau pomilihan intervonsi Beberepa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaiian dit, sementara Klien yang lain mempunyal kesuliten mangenal dan mengatur kekurangan Anjurkan klen untuk mengekspresikan perasaen teimasuk permusuhan dan kemarahan Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan lersebut ‘Catat kotika klion menyaiakan pomyalaan pongakuan tethadap penolakan tubuh, seperti sekarat atau ‘mengingkasi dan menyatakan ingin mati Ingatkan kemball fakta kejadian tentang roalitas bahwa ‘masih dapat menggunakan ssi yang sakit dan bolajar ‘mengontrol sis! yang shat, intorvonsi sorta dukungan amosional Menduikung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatf terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan Membantu Klien untuk molihat bahwa porawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh ‘ubuh, Membiarkan kllon untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan, Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengendalkan lebih dan satu area kehidupan, ‘Arjurken orang yang terdekal untuk mengiinkan Klien melakukan sebsnyakcbanyakaya hal-hal untuk dirinys Dukung petlaku atau usaha seperti peningkatan minal atau partisipasi dalam aktivites rehabiltasi. ‘Menghdupkan kembali perasaan kemandian dan membentu perkembangan harga diri sorla memengaruhi proses rehabiltasi. Klien dapat beradapiasi terhadap perubahan dan pengemian tentang peran individu masa mendatang Dukung penggunaan alaialai yang dapat membanta adaptasi klion seperti tongkat,alat bantu jalan, tas Panjang untuk kateter. Meningkatkan kemandiian untuk membania pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi Uniuk lebih aktif dalam kegiatan sosial ‘Monitor gangguan tidur peningkatan kesulian koasontrasi lotargi, dan monarik dit Kolaborasi: Rujuk pada ahi neurepsikologi dan konseling bla ada indikast Dapat mengindixasikan terjadinya dopresi umumnya triad sebagai pongatuh dari stroke, katika intervensi ddan evaluasi lebih lanjut dipeiukan Depat memfasiitasi perubahan peran yang porting Untuk perkembamgan perasaan image not available image not available bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa J sisi kelumpuhan, mendatar. Pada saat mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung, Pada saat mencibirkan bibis, gerakan bibir tersebut menyimpang ke sisi yang tidak sehat. Bila klien disuruh untuk memper- lihatkan gigi geliginya atau disuruh meringis, sudur mulut sisi yang lumpuh tidak terangkat schingga mulut tampaknya mencong ke arah yang schat. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bell’ palsy. Tetapi dua hal harus disebut schubungan dengan ini, Pertama, air mata yang keluar secara berlebihan di sisi kelumpuhan dan pengeeapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan kurang tajam. Gejala yang tersebut pertama timbul karena konjungtiva bulbi tidak dapat penuh ditutupi kelopak mata yang lumpuh, sehingga mudah mendapat iritasi angin, debu, dan sebagainya. Berkurangnye ketajaman pengecapan, mungkin sekali edema nervus fasialis di tingkar foramen stilomastoideus meluas sampai bagian nervus fasialis, di mana khorda timpani menggabangkan diri padanya. Serelah paralisis fasialis perifer sembuh, masih sering terdapat gejala sisa. Pada umumnya gejala itu merupakan proses regenerasi yang salah, sehingga timbul gerakan fasial yang berasosiasi dengan gerakan otot kelompok lain. Gerakan yang mengikuti gerakan otot kelompok lain itu dinamakan sinkinesis. Gerakan sinkinetik tersebut ialah ikut terangkatnya sudut malut pada waktu mata ditutup dan fisura palpebrale sisi yang pernah lumpuh meniadi sempit, pada waktu rahang bawah ditarik ke atas atau ke bawah, seperti sewaktu berbicara atau mengunyah. Lebih-lebih pula otot fasial yang pernah Jumpuh perifer itu dapat terlampau giat berkontraksi tanpa tujuan, sebagaimana dijumpai pada spasmus fasialis. Dalam hal ini, di luar serangan spasmus fasialis, sudut mulur sisi yang pernah lumpuh rampaknya lebih tinggi kedudukannya daripada sisi yang sehar. Karena ita banyak kelchi mana yang memperlihatkan paresis fasialis, rerutama apabila klien yang pernah mengidap Bell’s palsy kemudian mengalami stroke. Berbeda sekali dengan Bell’s palsy, di mana kelemahan otot wajah sesisi timbul tanpa diketahui, adalah paresis fasialis unilateral akibat otitis media, di mana nyeri di dalam telinga sudah mendorong orang sakit untuk berobat, Setelah itu, kelumpuhan otot wajah sesisi dapat terjadi. Jadi, dalam hal paresis fasialis akibat otitis media, klien dapat membantu perawat dengan memberikan informasi bahwa mrulut mengok-nya bersangkutan dengan penyakit di dalam teling Tidak semua otitis media menimbulkan paresis fasialis. Terlibatnya nervus fasialis dalam proses radang di kavum timpani harus melalui pengrusakan tulang yang mendindingi kanalis fasialis. Otitis media akuta merupakan penyakit anak- anak, bahkan bayi. Bayi dan anak kecil belum dapat mengeluh, tetapi demam dan tangisan (karena sakit kepala atau nyeri di dalam telinga) sudah cukup lafan dibuat mengenai sisi indikatif untuk meneliti membran timpani Jika pada bayi atau anak dengan otitis media akut terjadi paresis fasialis, maka secara langsung dapat disimpulkan bahwa infeksi bakterial yang dihadapi tJ Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan ialah infeksi streptokokus mukosus, oleh Karena kuman tersebut mudah dan cepat menimbulkan perusakan di tulang-tulang yang berada di kavum timpani, Pada otitis media, akur membran timpani memperlihatkan tanda-randa inflamasi tanpa perforasi dan karena itu sekresi tertimbun di dalam kavum timpani, Dalam keadaan itu, proses infcksi dapat melibarkan perios dan kemudian menimbulkan pengrusaken talang, Bila dilakukan paresentesis, caitan berdarah encer yang meredakan/menghilangkan nyeri di dalam telinga, dapat dikeluarkan. Otitis media akut yang disebabkan oleh kuman-kuman non-stceptokokus mukosus pada umumnya jarang menimbulkan komplikasi paresis fasialis. Namun demikian, otitis media akut dapat berkembang menjadi otitis media kronis atau mastoiditis. Jika setelah diadakan evakuasi sekresi dari kavum timpani masih terdapat demam dan nyeri tekan di tulang mastoideus, kendatipun antibiotik diberikan, maka mastoiditis harus dicurigai. Melalui antrum, proses radang berpindah dari kavum timpani ke mastoid yang mempunyai banyak pneumatisasi, sehingga pengrusakan tulang mudah dan cepat terjadi. Melalui dinding kanalis fasialis yang ikut rusak oleh proses matoiditis, nervus fasialis mengalami gangguan dan timbullah paresis fasialis. Ganglion genikuli dapat terkena infeksi herpes zoster, Saraf fasialis dan olfaktorius dapat terlibat dalam infeksi tersebut. Gambaran penyakit dikuasai seluruhnya oleh adanya gelembung herpes di daun telinga, Beberapa hari setelah vesikel-vesikel tersebut timbal, tanda-tanda paresis fasialis perifer dan tinitus serta tuli perseptif dapat dijumpai pada sisi ipsilateral juga. Saraf otak yang paling sering jejas atau patus karena trauma kapitis ialah saraf olfaktorius, Nomor dua dalam urutan ialah saraf fasialis. Lesi traumatik tersebut hampir selamanya mengenai kanalis fasialis, yaitu fraktar os temporal, yang tidak selalu dapat diperlihatkan oleh foto Ronen. Perdarahan dan liquor mengiringi paresis fasialis perifer traumatik. Dengan jalan auroskopi dapar disaksikan adanya hemarotimpani dengan/tanpa tersobeknya membran timpani. Pada leukemia, paresis fasialis biasanys timbul setelah orang sakit mengeluh tentang lesu-letih dan demam yang bersifat hilang timbul dengan masa bebas demam selama beberapa minggu. Gejala-gejala awal tersebut sering berlangsung lama sebelum leukemia diketahui. Baru setelah pemeriksaan darah dilakukan leukemia akan dikenal, Gejala-gejala yang mempercepat dilakukannya pemeriksaan darah ialah perdarahan, pembengkakan kelenjar-kelenjar limfa dan splenohepatomegalia. Infiltrasi dan perdarahan dapat terjadi di susunan saraf dan tulang tengkorak. Pada karsinoma nasofaring, paresis fasialis jarang menjadi manifestasi awal. Karena lokasinya, karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom peayumbatan tuba dengan tuli konduktif sebagai keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya membangkitkan perdarahan dan penyambatan jalan Jintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada tahap berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar (paralisis okular). Tumor intrakranial yang paling sering menimbulkan paresis fasialis ialah tumor di sudut serebelopontin, yaitu meurizoma akustikus. Gejala awal tumor bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa FJ tersebut ialah tuli sesisi yang bersifat tuli perseptif yang hampir selalu disertai tinitus dan gangguan vestibular. Kemudian timbul getaran akibat gangguan terhadap traktus desendens saraf trigeminus yang dapat berupa hemihipestesia ipsilateral atau neuralgia trigeminus. Paresis fasialis yang dapat timbul pada tahap berikutnya jarang bersifat berat. Yang paling scring dijumpai ialah kombinasi paresis fasialis yang ringan sekali dengan ‘kedutan’ fasialis. Pengkajian Pengkajian keperawatan Klien dengan Bell’s palsy meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial. Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan keschatan adalah berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah terjadi pada satu sisi RIWAYAT PENYAKIT SAAT IN’ Faktor riwayar penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang keluhan utama klien, Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien Bell's palsy biasanya didaparkan keluhan kelumpuhan otot wajah pada satu sisi (dapat dilihar pada Gambar 3-9). Kelumpuhan fasialis ini melibarkan semua otot wajah sesisi, Bila dahi dikerutkan, lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang sehat saja. Bila Klien disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada sisi yang tidak schat, kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke atas dapat disaksikan. Fenomena tersebut dikenal sebagai tanda Bell. Ve, ne Gambar 3-9, Tanda Bell’s palsy. Paralisis waiah pada satu sisi (sensber: Priguna Sidharta, Jakarta: Dian Rakyat, 1985). J Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan RIWAYAT PENYAKIT DAHULE Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi kelahan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami penyakit iskemia vaskular, otitis media, tumor intrakranial, traama kapitis, penyakit virus (herpes simpleks, herpes zoster), penyakit autoimun, atau kombinasi semua faktor ini. Pengkajian pemakaian obat-obatan yang sering diguaakan klien, pengkajian kemana klien sudah meminta pertolongan dapat mendukung pengkajian dari riwayat peayakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjumya. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis klien Bell’s palsy meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan Klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap kelumpuhan ovot wajah sesisi dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atou pengaruhnya dalam kehidupan sehaci-hari baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan Klien selama masa stres meliputi kemampuan Klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres. Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ckonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibarkan oleh defisit neurologis dalam hubangannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendakung adaprasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. Pemeriksaan Fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. Pada klien Bell's palsy biasanya didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. fab 3 + AshonKeperacton Kien dengoninfetsl don Inf Slr ert Pa J 1 (Breanne) Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan inspeksi didapatkan Klien tidak batak, tidak sesak mapas, tidak ada penggunaan otot bantu napas, dan frekuensi pernapasan dalam batas normal. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri, Perkusi didapatkan resonan pada seluruh lapangan paru, Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan. B2 (Broop) Bila tidak ada penyakit lain yang meayertai pemeriksaan nadi dengan frekuensi dan irama yang nomal. TD dalam batas normal dan tidak terdengar bunyi jantung tambahan B3 (Brun) Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran Pada Bell’s palsy biasanya kesadaran klien compos mentis. Fungsi serebri Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien Bell’s palsy biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pemerik: raf kranial in Saraf I. Biasanya pada klien Bell’s palsy tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf Il. ‘Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Saref Ill, 1V, dan VI. Penurunan gerakan kelopak mata pada sisi yang sakit (lagoftalmes). Saref V. Kelumpuhan seluruh otor wajah sesisi, lipatan nasolabial pada sisi kclumpuhan mendatar, adanya gerakan sinkinetik. Saraf Vil. Berkurangnya kerajaman pengecapan, mungkin sekali edema nervus fasialis di tingkat foramen stilomastoideus meluas sampai bagian nervus fasialis, di mana khorda timpani menggabungkan diri padanya. Saraf Vill. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tali persepsi. Saraf IX dan X. Pacalisis otot orofaring, kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan, Kemampaan menelan kurang baik, schingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral. SarafXI. Tidak ada atrofi otorsternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik. r] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan Saraf Xil. Lidah simetis, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi Indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan Kurang tajam. Sistem motorik Bila tidak melibatkan disfungsi neurologis lain, kekuatan otot normal, kontrol kescimbangan dan koordinasi pada Bell’s palsy tidak ada kelainan. Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau pe- riosteumn derajat refleks pada respons normal. Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, dan distonia. Pada beberapa keadaan seering ditemukan Tic fasialis. Sistem sensorik Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan sub tidak ada kelainan, Ba (Brapper) Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. BS (Bowe1) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksiasam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien Bell’s palsy menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-orot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang. BO (Bowe) Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas Klien seeara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan schari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain. Penatalaksanaan medis Tajuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan tonus otot wajah dan untuk mencegah atau meminimalkan denervasi. Klien harus diyakinkan bahwa keadaan yang terjadi bukan stroke dan pulih dengan spontan dalam 3-5 minggu pada kebanyakan Klien, Terapi kortikosteroid (Prednison) dapat diberikan untuk menurunkan radang dan edema, yang pada gilirannya mengurangi kompresi veskular dan bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa be] memungkinkan perbaikan sirkulasi darah ke saraf tersebut, Pemberian awal terapi kortikosteroid ditajukan untuk mengurangi penyakit semakin berat, mengurangi nyeri, dan membantu mencegah atau meminimalkan denervasi. Nyeri wajah dikontrol dengan analgesik. Kompres panas pada sisi wajah yang sakit dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan dan aliran darah sampai ke otot tersebut. Stimulasilistrik dapat diberikan untuk mencegah otot waiah menjadi atrofi Waloupun banyak klien pulih dengan pengobatan konservatif, namun eksplorasi pembedahan pada saraf wajah dapat dilakukan pada Klien yang cenderung mempunyai tumor atau untuk dekompresi saraf wajah melalui pembedahan dan pembedahan untuk merehabilitasi Keadaan paralisis wajah. Pendidikan Klien, Mata harus dilindungi karena paralisis lanjut dapat me- nyerang mata. Sering kaliy mata klien tidak dapat menutup dengan sempurna, dan refleks berkedip terbatas schingga mata mudah diserang binatang kecil dan benda-benda asing. Iritasi kornea dan luka adalah komplikasi potensial pada klien ini. Kadang-kadang keadaan ini mengakibatkan keluarnya air mata yang berlebihan (epifora) karena keratitis yang disebabkan oleh korea kering dan tidak adanya refleks berkedip. Penutup mata bagian bawah menjadi lemah akibat pengeluaran air mata, Untuk menangani masalah ini, mata harus ditutup dengan melindanginya dari cahaya silau pada malam hari. Potongan mata dapat merusak kornea, meskipun hal ini juga disebabkan beberapa kesukaran dalam mempertahankan mata tertutup akibat paralisis parsial. Benda-benda yang dapat digunakan pada mata pada saat tidur dapat diletakkan di atas mata agar kelopak mata menempel satu dengen yang lainnya dan tetap tertutup selama tidur Klien diajarkan untuk menutup kelopak mata yang mengalami paralisis secara manual sebelum tidus, Gunakan penutup mata dengan kacamata hitam untuk menurunkan penguapan normal dari mata. Jika saraf tidak terlalu sensitif, wajah dapat dimasase beberapa kali schari untuk mempertahankan tonus otor, Teknik untuk memasase wajah adalah dengan gerakan lembut ke atas. Latihan wajah seperti mengerutkan dahi, menggembungkan pipi ke luar, dan bersiul dapat dilakukan dengan menggunekan cermin dan dilakukan teratur untuk mencegah atrofi otot. Hindari wajah terkena udara dingin. Diagnosis Keperawatan 1. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan perubahan bentuk wajah karena kelumpuhan satu sisi pada wajah. 2. Cemas yang berhubungan dengan prognosis penyakit dan perabahan kesehatan. 3. Kurangnya pengetahuan perawaran diri sendiri yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. | 9 | buku Alar AauhonKepetecan kien dengan @angguan Se Penton ‘Suceana yang memungkintenoxgarisme araerob Csi fetal berpoliferssiisebablankeidaan/ported ertee arta li: lta tusk dalam dan koto! tet blue terimuniss, hea kanal ina, ea bala, uk tembak, gta hewandmanusi, og berubang, lei pata ‘mab, infks tangs, tonsil peravatan kaa pusatyeng tak hak ¥ Costu tetanimengsuarkan toisin, sin labsorpsi pada ung sara metorik dan melalui sumbu slindrik ke SSP | Dar susunan iat ke sus rah ari dan masuk ke SSP ¥ ‘Tovsin berate noiatokektetnospeamintetarulcn, ‘enghancuikan sl darth meah, merusik leutosit ¥ Perubaman sbogis invatraia Po iKejang tonic umm, aang Penekanan area rasgean(terhadap sua, suara, Peningtatan permeates ‘eka Korea clan tak, Keng sponta, Keng aranoiak jada abdomen, danreters une Kesultan membuka mulut ¥ ¥ ¥ Y ismus), aku koduk roses famasi dy f Perubahen elininas Peubahan Fenurusan roses inflam daringan (esotoanus),raku dining aan oa goa. SIN tak (> subu tou aut (perutpapan, dan rats eee | | Heronpent tend, ‘ petubahantnckatkesadaran, Jaan fekuersi nat | FS aku ulangbelatang | | | | 3. Ganaaian Sulit menetnimesyuso 6. Gangguan 1. Besihan c amen, freutcnat |" sonmes [| Pinan sekean ¥ oie T.GangguarADL | | tik feat pengunan kemampusn bat Ike uti ak aha t 2. Mysto 4. Perutahan nutish ‘rang dar kebutuhar Penurunan tingatkesadaran, ' oteonnen s.nmtotont | |emitomn aa ee Raa ttt >), ge [woe ffs et eit Gambar 3-10. Parofisiologi tetanus ke masalah keperawatan (dimodifikasi dari berbagai sumber). bob 3+ AshonKeperowaten Kien dengan kl don nts Som Src Psa | | Patogenesis Penyakit tetanus biasanya terjadi setelah tubuh terluka dan kebanyakan Iuka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka yang menjadi kotor; karena terjatuh di tempat yang kotor dan terluka atau kecelakaan dan timbul luke yang tertutup debu/kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka. Luka yang kotor/tertutup memungkinkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertambuhan Clostridium tetani. Sebagai porte d’entreelainnya dapat juga luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah; gigi berlobang dikorck dengan benda yang kotor atau otitis media purulen (OMP) yang dibersihkan dengan kain yang kotor. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-14 hari, Prognosis penyakit ini sangat buruk bila ada OMP dan luka pada kulit kepala. Toksin tersebut bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Tetapi toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin. Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tetanus ini. Pengkajian Pengkajian keperawatan tetanus meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psiko-sosial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi). Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan Kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui predisposisi penyebab sumber luka. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebur. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan toksin tetanus yang menginflamasi jaringan otak. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesusi perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma. [2] Buku Ajar Asuhan Keperawatan kllen dengan Gangguan sistem Persarafan RIWAYAT PENYAKIT DAHULE Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami tubuh terluka dan luka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka yang menjadi kotors karena terjatuh di tempat yang kotor dan terluka atau kecelakaan dan timbul luka yang tertutup debu/kororan juga luka bakar dan patah tulang terbuka. Adakah porte d’entree lainnya seperti luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah dan gigi berlubang dikorek dengan benda yang kotor, Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian mekanisme koping yang dignnakan klien jnga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran Klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada Klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pada pengkajian pada klien anak perlu diperhatikan dampak hospitalisasi pada anak dan Family center. Anak dengan tetanus sangat rentan terhadap tindakan invasif yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini memberi dampak stres pada anak dan meayebabkan anak kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis. Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat observasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan orang tua, Anak-anak sering kali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperlihatkan mesalah mereka melalui tingkah laku. ke Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-Keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brai) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. Pada klien tetanus biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 38-40°C. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan toksin tetanus yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan penurunan perfusi jaringan otak. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan Pemeriksaan Fi, peningkatan laju metabolisme umum. TD biasanya normal.

You might also like