Professional Documents
Culture Documents
Kelompok : 4
D3 ANALIS MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Untuk mengetahui kadar enzim Gamma Glutamiltranferase (GGT) dalam darah
1.2 DASAR TEORI
GGT adalah salah satu enzim dalam serum, yang bekerja pada lini pertama proses degradasi
ekstraselular glutathione (GSH). Glutathione adalah antioksi dan utama sel mamalia yang berperan
penting dalam perlindungan sel dari oksidan. Jika stres oksidatif meningkat, kebutuhan glutathione juga
akan meningkat. Jika kadar glutathione rendah, maka kerusakan akibat stres oksidatif akan meningkat.
Oleh sebab itu, GGT diperkirakan memiliki peran penting dibeberapa jenis jaringan atau organ.
Contohnya, organ paru yang secara fisiologis terus-menerus terpapar oksigen dan rentan terhadap
kerusakan oksidatif (Haurissa, 2014).
GGT merupakan protein yang diproduksi secara multigen, terdiri dari 7 gen dan pseudogen.
Hingga kini, struktur protein yang tepat, pola ekspresi gen, serta mekanisme pengaturan GGT masih
belum diketahui pasti (Jiang et al, 2013). Secara molekuler, GGT merupakan senyawa glikoprotein
dengan berat molekul 68.000 dalton yang terdiri dari 2 protein, masing-masing dengan berat 46.000
dalton dan 22.000 dalton. Nilai normal GGT adalah antara 0-30 IU/L. Biasanya tidak ada perbedaan
nilai normal pria dan wanita, walaupun dalam beberapa penelitian dapat ditemukan kadar GGT pada
pria 25% lebih tinggi dibandingkan pada wanita. GGT ditemukan lebih tinggi pada ras kulit hitam
(Whitfi, 2001).
Enzim GGT diproduksi di banyak jaringan, sebagian besar dibuat di dalam organ hati dan
dibawa oleh lipoprotein dan albumin. GGT juga ditemukan di ginjal (terutama di tubulus renalis
proksimal), paru, pankreas, usus, dan endotel vaskuler (Mason et al, 2010)
GGT digunakan dalam praktik klinis untuk menilai fungsi sistem hepatobiliaris. GGT sering
dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit arteri koroner, infark miokard akut,
diabetes melitus, hipertensi, dan sindrom metabolik. Konsentrasi GGT serum yang tinggi berhubungan
beratnya gagal jantung kronik dan hasil jangka panjangnya (Patandean, 2016).
BAB II
METODE Dan CARA KERJA
2.1 METODE
Metode kinetik fotometri tes berdasarkan Szasz/Persjin. Dan tes telah distandarisasi oleh IFCC
(International Federation of Clinical Chemistry) dengan menggunakan faktor khusus.
2.2 Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
Tabung Serologis Serum
Tabung Venoject Reagen 1 (R1) :
Pipet Pastur TRIS pH 8,25 135 mmol/L
Mikro Pipet Glisin 135 mmol/L
Fotometer 4-nitroanilid
Yellow tip
Blue tip
Monoreagen
Inkubasi pada suhu 37° C
selama 1 menit
Gamma-glutamyl-glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoate
Reagen yang digunakan dalam pemeriksaan Gamma-GT teridiri dari dua reagen R1
dan R2. Untuk sample start perlu dibuat monoreagen terlebih dahulu dengan mencampur
reagen R1 dan R1. Perbandingan R1 dan R2 adalah 4 : 1 dimana 4 bagian untuk R1 dan 1
bagian untuk R2. Reagen 1 dan 2 akan stabil digunakan hingga masa kadaluarsa jika disimpan
dalam suhu 2 – 8 °C, dan tidak terkontaminasi. Jangan menyimpan reagen dalam freezer, serta
reagen 2 harus terlindungi dari cahaya. Sedangkan monoreagen akan tetap stabil digunakan
selama 4 minggu jika disimpan pada suhu 2 – 8 °C, atau 5 minggu pada suhu 15 – 16 °C.
Monoreagen juga harus terlindungi dari cahaya.
Spesimen yang digunakan adalah serum laki-laki dewasa umur 20 tahun. Pada
pemeriksaan gamma-GT spesimen yang baik digunakan adalah serum atau plasma heparin.
Serum atau plasma heparin stabil bisa digunakan lebih hari 1 minggu jika disimpan pada suhu
antara -20 °C dan + 25 °C. Dan jangan simpan spesimen yang terkontaminasi.
Dari hasil praktikum menunjukkan hasil yang semakin meningkat dalam setiap
menitnya. Hal ini dikarenakan pada pemeriksaan Gamma-GT yang diukur oleh alat
spektrofometer adalah produk atau hasil.
Pada penghitungan ini yang dilihat adalah hasil pada menit terakhir (ketiga)
dalam spektrofotometer. Perbedaan suhu didalam waterbath dan spektrofotometer
juga menyebabakan hasil yang tidak stabil terjadi peningkatan dan penurunan hasil.
Karena didalam alat spektrofotometer yang digunakan tidak terdapat pengaturan suhu.
Serta faktor preanalitik seperti pemipetan dan kurang tercampurnya larutan juga
mempengaruhi hasil pembacaan. Selain itu interferen yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan adalah kadar asam asorbat > 30 mg/dl, bilirubin > 40 mg/dl, hemoglobin
> 400 mg/dl, dan lipemia trigliserida > 2.000 mg/dl dalam sampel.
Pemeriksaan dilakukan dua kali untuk melihat presisi hasil yang dikerjakan.
Dari kedua pemeriksaan didapatkan presisi yang baik, dengan hasil yang tidak
berbeda. Keduanya mendapat hasil pada menit ketiga sebesar 5 U/L.
Peningkatan kadar gamma-glutamyltransferase (GGT) telah banyak dimanfaatkan dalam
praktik klinis terutama pada penyakit hepatobiliaris. Disamping itu, GGT diketahui berperan
dalam degradasi glutathione(GSH) sehingga memicu stres oksidatif, aterogenesis, rupturnya
plak ateroma, dan gagal jantung. Karena karakteristiknya yang khusus, GGT kemudian diteliti
dalam kaitannya dengan penyakit kardiovaskuler. Dari sebagian besar penelitian yang telah
dilakukan, GGT tampaknya mampu menjadi biomarkerpenyakit kardiovaskuler yang
menjanjikan, baik untuk hal terapeutik maupun prognostik (Haurissa, 2014).
Kadar GGT ditemukan abnormal pada gangguan hati dengan berbagai penyebab, dan
ditemukan lebih tinggi lagi pada kasus kolestasis. Selain itu, kadar GGT diperkirakan dapat
membantu dalam diagnosis kasus kanker hati primer apapun sekunder, terutama karsinoma
hepa-toselular, walaupun sensitivitasnya perlu dievaluasi lebih lanjut (Haurissa, 2014).
Kadar GGT serum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: genetika, asupan alkohol,
lemak tubuh, lipid plasma, tekanan darah, kadar glukosa, kebiasaan merokok, dan berbagai
konsumsi obat, misalnya antikonvulsan dan obat-obatan yang mengoksidasi enzim (Jiang et al,
2013).
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh hasil rata-rata kadar enzim Gamma-GT serum laki-laki
dewasa sebesar 5 U/L, dengan harga normal berdasarkan Szasz laki-laki < 49 U/L.
Sehingga dapat disimpulkan gammga-GT serum sampel bernilai normal.
DAFTAR PUSTAKA
Haurissa A. Erick, 2014. Gamma-Glutamyltransferase sebagai Biomarker Risiko Penyakit
Kardiovaskuler. CDK-222. Vol 41(11).
Mason JE, Starke RD, Van Kirk JE, 2014. Gamma-glutamyl transferase: a novel
cardiovascular risk biomarker. Prev Cardiology. Winter;13(1):36-41.
Jiang S, Jiang D, Tao T, 2013. Role of gamma-glutamyltransferase in cardiovascular diseases.
Exp Clin Cardiology. 18(1):53-6.
Patandean Alvionita, et al, 2016. Hubungan TAPSE dengan GGT pada Pasien Gagal Jantung
Kronik di Bagian Ilmu Penyakit dalam RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBM). Vol 4(1).
Whitfi eld JB, 2001. Gamma glutamyl transferase. Crit Rev Clin Lab Sci. 263-355.