You are on page 1of 7

TEKNOLOGI BAJA II

TUGAS MINGGU KE-2

DI SUSUN OLEH : TINGKIS RAMDA


NIM : 15112411532

Universitas Widya Mataram Yogyakarta


A. Sifat Material Baja

Sifat material pada baja meliputi : berat, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik
Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut memberikan perlawanan apabila diberikan
beban pada bahan tersebut. atau dapat dikatakan sifat mekanis adalah kekuatan bahan didalam memikul
beban yang berasal dari luar. Sifat mekanis pada baja meliputi:

- Kekuatan Baja.
Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. pada saat baja diberi beban, maka baja akan cenderung
mengalami deformasi/perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan menimbulkan regangan/strain, yaitu
sebesar terjadinya deformasi tiap satuan panjangnya. Akibat regangan tersebut, didalam baja terjadi
tegangan/stress sebesar, dimana P = beban yang membebani baja, A = luas penampang baja. Pada waktu
baja diberi beban maka terjadi regangan. Pada waktu terjadi regangan awal, dimana baja belum sampai
berubah bentuknya dan bila beban yang menyababkan regangan tadi dilepas, maka baja akan kembali ke
bentuk semula. Regangan ini disebut dengan regangan elastis karena sifat bahan masih elastis. Perbandingan
antara tegangan dengan regangan dalam keadaan elastis disebut dengan “Modulus Elastisitas/Modulus
Young―. Ada 3 jenis tegangan yang terjadi pada baja, yaitu :
1. tegangan , dimana baja masih dalam keadaan elastis
tegangan leleh, dimana baja mulai rusak/leleh
2. tegangan plastis, tegangan maksimum baja, dimana baja mencapai kekuatan maksimum.
- Keuletan Baja (ductility)
Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya
regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat dapat
dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji tarik.
- Kekerasan Baja
Adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat menembus permukaan baja. Cara ujinya
dengan kekerasan Brinell, Rockwell, ultrasonic, dll
- Ketangguhan Baja (toughness)
Ketangguhan baja adalah hubungan antara jumlah energi yang dapat diserap oleh baja sampai baja
tersebut putus. Semakin kecil energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin kecil
ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi pukulan mendadak (impact/pukul takik)
B. Pengerjaan Kontruksi Baja

Pekerjaan Konstruksi Bajaumuum nya di bagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Pengelasan

Pengelasan harus dilaksanakan sesuai ketentuan atau specification dan baru dapat dilaksanakan
setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan . Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik"
bukan dengan las karbit, kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh
Konsultan. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan, kontraktor harus menyediakan
tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman yang baik dalam dalam
melaksanakan konstruksi baja sejenis, hal ini harus dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat yang
masih berlaku, kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las yang
tercantum di dalam gambar ,las sudut" las tumpul dan lain-lain" dan Kontraktor harus mempunyai
alat untuk mengukur tebal lassehingga dengan mudah dapat diketahui apakah tebal las sudah sesuai
dengan gambar atau tidak, Kemudian Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat"
minyak" karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical wire
brush dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja.

Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi dan teganga
n
yang padatseperti pada tumpuan harus dilakukan dengan teknik preheating. Pada pekerjaan las
dimana terjadi banyak lapisan las ,pengelasan lebih dari satu kali maka sebelum dilakukan
pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak-kerak las slag dan
percikan-percikan logam yang ada. lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus
dibuangsama sekali untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang
baik" maka pada dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bengkel.

Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah persiapan
pengelasan sudah dilakukan dengan baik ,bersih dan gap yang cukup dan lain-lain.
Pada jumlah lokasi dari seluruh lokasi pengelasan juga harus dilakukan pengetesan ditentukan oleh
Konsultan.

2. Baut penyambung dan angkur.

Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap baut pada laboratorium yang disetujui oleh
KonsultanMK" sebelum Kontraktor memesan baut yang akan dipakai, kalaupun test baut tersebut
memenuhi syarat,konsultan berhak untuk meminta diadakan uji standar baut. Yang
biaya pengujian bauttersebut ditanggung oleh Kontraktor. Kemudian posisi lubang-lubang baut
harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameter baut. jika tidak disebutkan secara khusus di
dalam gambar maka. Kontraktor tidak boleh membuat lubang baru di lapangan
tanpa seijin Konsultan.

3. Pekerjaan Konstruksi Baja


- percobaaan pengangkatan di bengkel
untuk memudahkan pengangkatan konstruksi baja di lapangan" maka disyaratkan agar dilakukan
percobaan pengangkatan di pabrik " sehingga dapat diketahui dengan jelas mengenai ketepatan dan
keakuratan elemen konstruksi baja yang terpasang berikut sambungan-sambungannya. Percobaan
tersebut penting untuk dilaksanakan" agar dapat diketahui dengan pasti ketepatan ukuran dan
jugakekuatan konstuksi baja tersebut" serta dapat dilakukan penyempurnaan sebelum baja tersebut
dipasang padatempatnya.

-pemeriksaan akhir
Kontraktor harus membuat jadual rencana pengiriman dari pabrik ke lapangan kepada Konsultan
MK,dengan jadwal tersebut Konsultan dapat mengatur waktu untuk pemeriksaan akhir sebelum diki
rim.setiap pengiriman tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dapat ditolak oleh Konsultan dan risiko
biaya serta akibat lainnya menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

-penempatan baja di lapangan


Penempatan elemen baja di lapangan harus pada tempat yang kering terlindung sehingga elemen-
elemen tersebut tetap dalam kondisi baik hingga terpasang. Konsultan berhak untuk menolak
elemen-elemen baja yang rusak karena salah penempatan atau rusak akibat proses apapun juga.
-posisi angkur dan lain-lain
sebelum pengangkatan dimulai" Kontraktor harus memeriksa kembali dudukan posisi angkur-angkur
bajau ntuk memastikan bahwa semuanya dalam kondisi baik dan tidak
mengalami kerusakan" demikian juga dengan jarak dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.
Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk rangka baja dimana jarak-jarak
kedudukan angkur-angkur harus tetap dan akurat untuk mencegah ketidak cocokan dalam erection"
untuk ini harus dijaga .

C. SYARAT UNTUK KONTRUKSI

Adapun syarat-syarat umum material baja untuk kontruksi adalah sebgai berikut :

1. Penentuan syarat – syarat minimum harus dicantumkan dalam kontrak pemesanan, pembelian
dan penyerahan bahan.
2. Garansi adanya sifat-sifat yang merata melalui dari pengetesan pada waktu bahan datang
3. Tuntutan – tuntutan yang tinggi yang tidak diperlukan sebaiknya tidak dicantumkan karena
tidak ekonomis.
4. Sifat-sifat baja harus selalu terjamin ada untuk kondisi pengerjaan dari baja misalnya
pemotongan, pengeboran pengelasan.
5. Sebaliknya pada saat pengerjaan baja maka dijaga sedemikian rupa sehingga sifat – sifat baja
tidak hilang.
6. Bentuk - bentuk bagian dari kon- struksi bangunan dan sambungan - sambungan tidak
mengakibatkan sifat - sifat baja menjadi berubah.
D. Kerusakan Pada Baja

Pra Kerusakan

Pra Kerusakan diawali dari crack initiation yang terjadi di permukaan material yang lemah atau
daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll)
akibat adanya pembebanan berulang. Penyebaran retak Crack initiation ini berkembang menjadi
microcracks. Perambatan atau perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan
berujung pada failure

Paska kerusakan

Paska kerusakan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan regangan yang
menghasilkan kerusakan yang permanen. Fatigue atau kelelahan menurut ASM (1975) didefinisikan
sebagai proses perubahan struktur permanen progressive localized pada kondisi yang menghasilkan
fluktuasi regangan dan tegangan dibawah kekuatan tariknya dan pada satu titik atau banyak titik yang
dapat memuncak menjadi retak (crack) atau patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi
tertentu. Progressive mengandung pengertian proses fatigue terjadi selama jangka waktu tertentu atau
selama pemakaian, sejak komponen atau struktur digunakan. Localized berarti proses fatigue beroperasi
pada luasan lokal yang mempunyai tegangan dan regangan yang tinggi karena pengaruh beban luar,
perubahan geometri, perbedaan temperatur tegangan sisa dan tidak kesempurnaan diri. Crack
merupakan awal terjadinya kegagalan fatigue dimana kemudian crack merambat karena adanya beban
berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan
tegangan dan regangan yang ada sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih.
Daftar Pustaka

- Bowless, Joseph E. , Structural Steel Design, McGraw Hill, USA, 1981

- K.H, Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung

- PPBBI 1984, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Yayasan Penyelidikan Masalah
Bangunan, Jakarta

You might also like