You are on page 1of 11

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDKAN

TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PROGRAM MAGISTER
WEEKLY ASSIGNMENT IDENTITAS
Nama DONA SURIZAL
Sarana Berpikir Ilmiah NIM 15178058
dan Program Pendidikan Bahasa Inggris
sarana ilmiah Studi (S2)
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Prof.Dr. M. Zaim, M. Hum

SARANA BERPIKIR ILMIAH


2.1 Sarana Berfikir Ilmiah

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.


Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara
teratur dan ceramat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tampa menguasain hal ini maka kegiatan
ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

Sarana ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus di tempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang
tertentu pula. Sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan dengan metode ilmiah. Secara lebih
tuntas sarana berpikir ilmiah mempunai metode tersendiri dalam mendapatkan
pengetahuan ayng berbeda dengan metode ilmiah.

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan


penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah
kita sehari-hari dalam hal ini sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk cabang-cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.
Secara sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik.
Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang
baik tak dapat dilakukan. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi
yang khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana befikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi
tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berfikir ilmiah ini seperti mempelajari
berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus mempelajari dua hal, yaitu:

a. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Secara
tuntas dapat dikatakan bahwa bahwa sarana berfikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Lebih sederhana lagi, sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Fungsi
sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu
sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berupa bahasa, logika, matematika, statistika. Bahasa merupakan alat berfikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berfikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berfikir deduktif
dan induktif. Matematika mempunyai pernanan yang penting dalam berfikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif

2.2 Bahasa
Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita
mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya bukan hanya
bunyi melainkan alat-alat yang umpamanya dengan memakai berbagai isyarat.
Kedua bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu. Bahasa terus berkembang karena disebabkan pengalaman dan pemikiran
manusia yang juga berkembang. Bahkan bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan
masyarakat yang mengunakan bahasa tersebut. Seperti para ilmuwan, pendidik, ahli
politik dan anak-anak remaja. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia
dapat berfikir dan belajar dengan lebih baik.
Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berfikir secara teratur, namun juga
dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Tidak hanya
itu saja, dengan bahasa kita dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan
adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman yang nyata
dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan binatang, maka
manusia mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi kepada manusia
simbolik. Bila binatang hidup degan naluri mereka dan hidup dari waktu ke waktu
berdasarkan fluktuasi biologis dan psikologis mereka maka manusia mencoba menguasai
semua ini untuk mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang
harus menguasai tata bahasa yang baik. Hal ini berlaku baik bagi kegiatan ilmiah
maupun non ilmiah. Tata bahasa menurut Charlton Laird merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan menggunakan aturan-atuaran tertentu. Penguasaan tata bahasa dengan baik
merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar.
2.3 Beberapa Kekurangan Bahasa
Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang
bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, efektif, dan simbolik.
Dalam komunikasi ilmiah kita ingin mempergunakan aspek simbolik saja dari ketiga
fungsi tersebut tadi, dimana kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa kaitan emotif
dan efektif. Dalam kenyataan hal ini tidak mungkin, bahasa verbal mau tidak mau tetap
mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan simbolik. Inilah salah satu
kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah. Kekurangan yang kedua terletak
pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung kata-kata yang membangun bahasa.
Kekurangan yang ketiga konotasi yang bersifat emosional seperti telah kita bicarakan
pada bagian terdahulu.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para
ahli filsafat modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan
kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka
untuk menguasai logika bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan
berfikir namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil
akhir dari filsafat.
2.4 Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar
untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika.
Matem`tika adalah bahasa yang telah berusaha untuk menghilangkan sifat kubur,
majemuk, dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibuat
secara artificial dan individual yang merupakan perjanjian kita.
2.5 Sifat Kuantitatif dari Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini
meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang
lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif
ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk
meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu tersebut.
2.6 Matematika Sarana Berfikir Edukatif
Deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh, untuk menghitung jumlah
sudut dalam segitiga, kita mendasarkan kepada premis bahwa kalau terdapat dua garis
sejajar maka sudut yang dibentuk kedua garis tersebut dengan garis ketiga adalah sama.
Premis yang kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus
adalah 180o.
Kedua premis ini kemudian diterapkan dalam berfikir deduktif untuk
menghitung jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga. Dalam hal ini kita melihat bahwa
dalam segitiga (misalnya Segitiga ABC) kalau kita tarik garis P melalui titik A yang
sejajar dengan BC maka pada titik A didapatkan 3 sudut yakni α1, α2, α3. Yang ketiga-
tiganya membentuk garis lurus, sedangkan berdasarkan premis kedua yang mengatakan
bahwa jumlah sudut dalam sebuah garis lurus adalah 180o. dengan demikian maka secara
deduktif dapat dibuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga adalah 180o.
Jadi dengan contoh diatas secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang
ditentukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu,
pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat berguna dan
memberikan kejutan yang sangat menyenangkan.
2.7 Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya, maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni
tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif. Pada tahap sistematika, ilmu mulai
menggolong-golongkan objek empiris dalam kategori-kategori tertentu. Tahap yang
kedua kita mulai melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang
lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain dan seterusnya. Kita mulai mencari
hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai objek yang kita kaji.
Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat
tidak lagi berdasarkan perbandingan malainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari
objek yang kita selidiki. Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang dihadapi
logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.
Dalam perspektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika. Matematika pada
garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan
logika deduktif.
Giffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan menjadi:

1. Dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan
sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu matematika digunakan
dalam perdagangan, pertanian, pembangunan dan usaha mengontrol alam seperti
banjir.
2. Perkembangan matematika terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa
Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar.

2.8 Matematika dan Peradaban


Matematika dapat dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri.
Sekitar 3500 tahun S.M. bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang
melambangkan angka-angka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang
pertama yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan
timbulnya banjir seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke-20 di kota
Metropolitan Jakarta.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
Penduduk kota yang pertama adalah makhluk yang berbicara kata lancelot hogben dan
penduduk kota kurun teknologi ini adalah makhluk yang berhitung yang hidup dalam
jaringan angka-angka.
2.9 Statistika
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu.Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan
kesimpulan induktif secara lebih seksama. Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus
kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Suatu contoh, jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata umur 10 tahun di
Indonesia? Untuk mengetahi persoalan ini statistika memberikan sebuah jalan keluar
yaitu dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan hanya mengamati
sebagian dari populasi yang bersangkutan. Jadi untuk mengatahuinya dapat dilakukan
hanya dengan melakukan pengukuran terhadap sebagain anak saja, tentu saja penarikan
kesimpulan ini ditarik berdasarkan contoh (sample) dari populasi yang bersangkutan.
Yang perlu kita garis bawahi bahwa asas statistika itu adalah makin banyak atau besar
contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian dari penarikan kesimpulan
itu. Dengan demikian ststistika mampu memberikan tingkat ketelitian yang lebih
kuantitatif dan akurat.

SARANA ILMIAH

BAHASA
Keunikan manusia buakan terletak ada kemampun berpikirnya namun
padakemampuan berbahasanya. Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symboliciumyatu
makhluk yang mempergunakan simbol. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia,
tanpa bahasa tiada komunikasi. Joseph Broam mengatakan bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu
kelompok sosial sebagai alat bergul satu sama lain. Oleh karena itu, unsur-unsur yang
terdapat didalamnya adalah:

a. Simbol-simbol, maksudnya simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain.
b. Simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang berurutan dihasilkan oleh organ atau alat
tubuh dengan sistem pernafasan.
c. Simbol-simbol vocal arbitrer, bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang
valid secara filosofis antara lisan dan arti yang dikandungnya.
d. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol arbitrer, walaupun hubungan antara
bunyi dan arti bebas namun hubungan antara bunyi-bunyi itu sendiri ditandai oleh
sejumlah konsistensi dan ketetapan intern.
e. Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul.

Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Telaah mengenai pola-pola
interaksi merupakan bagian ilmu sosiologi.

1. Fungsi Bahasa

Secara umum, fungsi bahasa adalah:

a. Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat


b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan
c. Penyampaian pemikiran dan perasaan
d. Penyenangan jiwa
e. Pengurangan kegoncangan jiwa
Menurut Halliday, fungsi bahasa adalah:
a. Fungsi instrumental, untuk mencapai sesuatu yang bersifa materi seperti makan,
minum, dan sebagainya)
b. Fungsi regulatoris, untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
c. Fungsi interaksional, untuk saling mencurahkan persaan, pemikiran dn rang lain.
d. Fungsi personal, untuk mencurahkan perasaan dan pemikiran.
e. Fungsi Heuristik, unutk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk
mempelajarinya.
f. Fungsi imajinatif, untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran
tentang seseorang.
g. Fungsi reperesenatif, untuk menggambarkan pemmikiran dan wawasan dan
menyampaikannya.

Kneller juga membagi tiga fungsi bahasa yaitu simbolik, emotif dan afektif.
Buhler mengemukakan empat fungsi bahasa yaitu information talking, mood talking,
exploratory talking, dan grooming talking.

2. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang dibantu dengan sarana bahasa, logika
matematika, dan statistika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa digunakan untuk menyampaikan jalan
pikiran kepada orang lain yang berlandaskan logika induktif maupun induktif.
3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama
Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda
dengan bahasa agama. Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama yaitu
kalam ilahi yang idabadikan kedalam kitab suci dan ungkapan serta perilaku
keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok sosial. Bahasa ilmiah dituntut secara
deskriptif sedangkan bahasa agama menggunakan gaya deskriprif dan preskriptif
(ajakan).

MATEMATIKA
Seluruh kehidupan manusia sudah menggunakan matematika. Perkembangan ilmu
pengetahuan tidak lepas dari usaha para ilmuwan dalam mengembangkannya maka
matematika sebgagai salah satu sarana ilmiah.
1. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyatan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang dari matematika
yang dibuat secara secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang
berlaku khusus untuk masalah yang kita kaji. Matematika mempunyai kelebihan yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitaitf
dari statistik ini meningkatkan daya prediktif dan control dair ilmu. Ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak memungkinkan pemecahan masalah secara lebih
tepat dan cermat.
2. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Keistimewaan bahasa ini lebih bebas dari
emotif dan afektif. Pola deduktif banyak digunakan dalam bidang ilmiah yang proses
pnegambilan kesimpulan didasarkan kepada premis-premis yang kebenarnnya telah
ditentukan.
3. Matematika untuk ilmu alam dan sosial
Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan berbagai ilmu
pengetahuan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan
kontribusi yang cukup besar yang ditandai dengan penggunaan lambang-lambang
bilangan untuk penghitungan dan pengukuran. Selain itu, ilmu sosial juga ditandai
dengan kenyataan bahwa kebanyakan masalah yang dihadapi tidak mempunyai
pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama
sekali tidak relevan. Sebagai contoh seuah grafik adalah suatu bahasa yang dapat
menggambarkan struktur semacam itu.

STATISTIK
1. Pengertian Statistik
Statistika dapat diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data) baik
angka atau arti penting.Statsitik adalah ilmu pengetahuan yang membahas dan
memperkmbangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh guan
pengumpulan data, penyusunan data angka, penyajian data angka, penganalisisan data
angka, penarikan kesimpulan, membuat perkiraan, dan penyususnan ramalan secara
ilmiah.
2. Sejarah Perkembangan statistik
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu. Di Indonesia saat ini penggunaan statistika sangat
meningkat, baik dalam kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah
memberikan momentum yang baik untuk pendidikan statistika.
3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika
Agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Kemudian,
ditinjau dari pola berpikirnya, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting
dala berpikir deduktif, sedangkan statistika berperan penting dlam berpikir induktif.
4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Tujuannya dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: tujuan kegiatan praktis
dan tujuan kegiatan keilmuan. Pada dasarnya kedua tujuan tersebut tidak mempunyai
perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan
praktis. Akan tetapi, perbedaannya dapat dilihat dalam bidang statistika. Perbedaan
yang penting dari kedua kegitaan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan
praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbagkan telah diketahui, paling tidak
secara prinsip, dimana konsekuensi dalam memilih salah satu alternatif tersebut dapat
dievaluasi berdasarkanserangkaian perkembangan yang akan terjadi.
5. Statistika dan Sarana Berpikir Ilmiah
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika
membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu
kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
6. Peranan Statistika dalam tahap-tahap Metode Keilmuan
Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu
melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Berikut
ini merupakan langkah-langkah yang umum dilakukan dalam penggunaan statistika:
a. Observasi, statistika dapat mengemukakan secara terperinci mengenai analisis
mana yang akan dipakai dalam observasi dan tafsiran apa yang akan dihasilkan
dari observasi tersebut.
b. Hipotesis, statistika membantu peniliti dalam mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam bentuk yang dapat
dipahami dan memudahkan kita dalam mengembangkan hipotesis.
c. Ramalan, ramalan merupakan fakta baru, bukan dalam pengertian menuju hari
depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.
d. Pengujian Kebenaran, statistika berfungsi untuk menguji fakta-fakta. Sebuah
hipotesis telah sah di teruji bila pengaruh unsur kebetulan dalam pembuktian telah
ditafsirkan dengan benar.

7. Penerapan Statistika
Pada dasarnya statistika tidak dapat diterapkan dalam segala bidang, namun
penjelasan di atas merupakan contoh betapa luasnya statistika dapat digunakan.
Meskipun perincian teknis dari teknik statistika yang dipergunakan dalam tiap bidang
dan masalah itu berbeda namun pendekatan dasarnya adalah sama. Walaupun
pendekatan dasarnya sama, namun konsep dasar itu harus disesuailan dengan masalah
konkret yang dihadapi.

LOGIKA
Seperti yang telah dibahas pada materi sebelumnya bahwa logika adalah sei berpikir
sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pembahasan ini ada beberapa
penjelasan lebih lanjut mengenai logika, yaitu:
1. Aturan Cara Berpikir yang Benar
Aturan ini terkait dengan beberapa kondisi. Kondisi ini harus ada untuk
memastikan sesuatu dapat terwujud/ terlaksana. Kondisi-kondisi tersebut adalah:
a. Mencintai kebenaran
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang dikerjakan
c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang diaktakan
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan klasifikasi (pembagian) yang semestinya
e. Cintailah definisi yang tepat
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengaoa penimpulan begini atau begitu dilakukan
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta
sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga
mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)

2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah penempatan objek tertentu dalam kategori masing-masing.
Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama pada bidang-
bidang di mana metode keilmuan dan metode kuantitatif belum berkembang. Pada
bidang antropologi hampir tidak mempunyai konsep kuantitatif sama sekali. Bidang
ini kebanyakan bertalian dengan klasifikasi dan membutuhkan sekali adanya kriteria
empiris yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perbandingan.
3. Aturan Definisi
Secara etimologi definisi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap
sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain.

You might also like