You are on page 1of 10

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PROGRAM MAGISTER

WEEKLY ASSIGNMENT IDENTITAS


Nama DONA SURIZAL
Ruanglingkup filsafat ilmu NIM 15178058
& Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (S2)
Filsafat dan ilmu pengetahuan Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Prof.Dr. M. Zaim, M. Hum

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A. Cabang Filsafat Ilmu


Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada
dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan
ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
Pada pokok bahasan pertama, filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat pengetahuan
atau epistemologi, yang merupakan bidang kajian filsafat yang secara umum menyelidiki
syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan yang
kedua, yaitu terkait dengan pokok soal “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”,
filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-
kadang filsafat ilmu dijumbuhkan pengertiannya dengan metodologi.
Pada dasarnya filsafat ilmu hampir menjangkau seluruh ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, mempelajari filsafat ilmu tentu akan bermanfaat bagi ilmu apa saja.
Filsafat juga merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Secara garis besar filsafat
ilmu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: filsafat sistematis dan sejarah filsafat.
Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan
pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika,
estetika metafisika, teologi, filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat
sejarah, hukum, komunikasi dan lain-lain. Cabang-cabang filsafat ilmu memang
bermacam-macam, tergantung pembagian para ahli.
Berikut merupakan pengertian dari cabang-cabang filsafat yang utama:
1. Ontologi
Adalah cabang filsafat yang membicarakan masalah ada (being) secara
komprehensif. Ada dipertanyakan terus-menerus, hingga manusia memperoleh
jawaban berupa kebulatan makna.
2. Epistemologi
Adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan
pengetahuan.
3. Aksiologi
Adalah cabang filsafat yang mempelajari masalah kegunaan suatu fenomena yang
ada. Ada itu diadakan dengan cara tertentu, tentu ada gunanya.
4. Etika
Adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik buruk. Biasanya etika merupakan bagian dari
aksiologi. Namun, adakalanya etika itu berdiri sendiri sebagai filsafat moral, yang
mengatur ada itu harus ada.
5. Estetika
Adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan tentang alam semesta.
6. Metafisika
Adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan
sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga:
ontologi, kosmologi, dan antropologi. Ketiganya memang sering tumpang tindih,
hingga satu sama lain saling isi-mengisi.
7. Logika
Adalah cabang yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Lapangan dalam
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat.
Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga
dapat menarik kesimpulan dengan tepat.
Berikut ini beberapa pembagian filsafat menurut beberapa ahli dari zaman ke
zaman, yaitu:
1. Alcuinus
merupakan seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad pertengahan
membagi filsafat sebagai berikut:
a. Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada.
b. Bagian etika yang menentukan tata hidup.
c. Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.
2. Al-Kindi
Seorang ahli pikir dalam filsafat Islam membagi filsafat menjadi tiga bagian, yaitu:
(a) Ilmu fisika, tingkatan terendah. (b) Ilmu matematika, tingkatan tengah. (c) Ilmu
ketuhanan, tingkatan tertinggi.
3. M.J. Langeveld, membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu: (a)
Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain). (b)
Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran,
logika). (c) Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang
bernilai berdasarkan religi).
4. Albury Castell, membagi ke dalam enam bagian sebagai berikut: (a) Masalah
theologies. (b) Masalah metafisika. (c) Masalah epistemologi. (d) Masalah etika. (e)
Masalah politik. (f) Masalah sejarah.
5. De Vos, membagi filsafat ke dalam sembilan golongan, yaitu: (a) Logika. (b)
Metafisika. (c) Ajaran tentang ilmu pengetahuan. (d) Filsafat alam. (e) Filsafat
kebudayaan. (f) Filsafat sejarah. (g) Etika. (h) Estetika. (i) Antropologi.
6. Plato, membedakan filsafat menjadi tiga bagian, yaitu: (a) Dialetika, tentang ide-ide
atau pengertian-pengertian umum. (b) Fisika, tentang dunia materiil. (c) Etika,
tentang kebaikan.
7. Aristoteles membagi 4 cabang, yaitu: (a) Logika. (b) Filsafat teoritik. (c) Filsafat
praktis. (d) Filsafat poetika.

B. Metode Pemikiran Filsafat Ilmu


Dipandang dari sisi tujuannya, metode pemikiran filsafat ilmu dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Filsafat ilmu spekulatif.
Filsafat ilmu spekulatif bertujuan merefleksi dunia atau alam semesta secara
menyeluruh, terutama terhdap makna, tujuan, dan nilai yang meliputi:
a. Mencari sesuatu yang terkandung dalam sesuatu yang ada untuk mencapai
sesuatu yang ada di balik yang ada itu, mencari maknanya, gunanya, dan nilai
yang terkandung pada benda, hal, dan kejadian-kejadian yang ada.
b. Untuk menjangkau yang ada di balik fenomena, memahami latar belakang,
maksdu, dan tujuannya.
2. Filsafat ilmu kritis.
Filsafat ini membahas tentang pengertian-pengertian yang dipergunakan oleh
ilmu pengetahuan dan pengertian-pengertian atau konsep-konsep yang diapakai oleh
ilmu pengetahuan, serta membahas lambang-lambangb atau simbol-simbol.
Kemudian, filsafat kritis juga membahas tentang pengertian-pengertian yang
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pengertian baik dan buruk, jujur
dan bohong, zalim dan cinta kasih, senang dan dengki/ jahil, serta susah dan
bahagia.
Kemudian, sebagai sebuah metode pemikiran, filsafat ilmu memiliki aneka
metode yang khas, yaitu:
1. Contemplative (perenungan). Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala
sesuatu, tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya, misalnya
makana hidup, kebenaran, keadilan, keindahan dan sebagainya.
2. Speculative. Ini juga merupakan bagian dari perenungan/ merenung. Karena melalui
perenungan dengan pikiran yang tenang kritis, pikiran umum cenderung
menganalisis, menghubungkan antara masalah berulang-ulang sampai pada tujuan.
3. Deduktif. Metode ini digunakan untuk mencari kebenaran hakiki.
Mengenai jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi dari
para ahli dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk
mencapai hakikat sesuai dengan coral pandangan filsuf itu sendiri. Kemudian, penjelasan
secara singkat metode-metode filsafat yang khas adalah sebagai berikut:
1. Metode kritis (Plato). Metode eini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-
aturan yang dikemukakan orang.
2. Metode intuotif (Plotinus dan Bergson). Plotinus mengemukakan bahwa dengan
jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan
membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai
suatu penerangan pemikiran.Sedangkan Bergson dengan jalan pembauran antara
kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langusng mengenai
kenyataan.
3. Metode skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas). Metide ini bersifat sintesis-
deduktif dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas
dengan sendirinya ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode geometris (Rene Descartes). Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks
dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana, dari hakikat-hakikat tersebut
didedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode empiris (Hobbes, Locke, Berkeley, dan David Hume). Hanya
pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide)
dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian
disusun bersama secara geometris.
6. Metode transendental (Immanuel Kant dan Neo Skolastik). Metode ini bertitik tolak
dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis diselidikinya syarat-syarat
apriori bagi pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis (Husserl). Fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang
membicarakan gejala.
8. Metode dialektis (Hegel dan Mark). Dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah
yaitu dua pengertian yang bertentangan kemduian didamaikan (tesis-antitesis-
sintesis).
9. Metode non-positivistis. Kenyataan yang dipahami menurut hakikatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pda ilmu pengetahuan positif
(eksakta).
10. Metode analitika bahasa (Wittgenstein). Metode ini dinilai cukup netral sebab tidak
sama sekali mengandalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua
kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
Kemudian, syarat keilmiahan yang harus ada pada setiap ilmu pengetahuan
meliputi empat hal, yaitu:
1. Berobjek.
2. Bermetode.
3. Bersistem.
4. Bersifat universal.

C. Objek Filsafat Ilmu


Menurut Surajiyo (2013: 47) menjelaskan bahwa filsafat ilmu sebagaimana halnya
dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal
tersendiri:
a) Objek material filsafat ilmu;
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu
ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. objek material filsafat ilmu adalah
ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara umum.
b) Objek formal filsafat ilmu.
Objek formal adalah sudut pandang darimana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan,
artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan. Problem-problem yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
D. Ilmu Sebagai Kajian Filsafat
Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digubakan oleh ilmu
tertentu, terhadap simbol-simbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran
tentang sistem simbol yang digunakan. Dalam ilmu, metode yang diangkat biasanya
dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data penemuan dan verifikasi.
Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah eksperimentasi, pengukuran,
klasifikasi, dan idealisasi. Berbagai istilah ini selalu menjadi bagian pembahasan filsafat
ilmu.
Wilayah garap filsafat ilmu juga melakukan kritik (analisis kritis). Istilah ‘kritik’
sering menimbulkan persoalan, karena konotasinya yang ‘seakan’ hanya mencari
kesalahan, padahal kritik juga bisa bermakna kajian kritis (kritisme), dalam arti
memahami duduk persoalan. Kritik meruakan sifat dasar filsafat. Maka dari itu, filsafat
ilmu tidak henti-hentinya melakukan kritik terhadap setiap ilmu dan perkembangannya,
terutama diarahkan pada adanya keselarahan pada empat aspek, yaitu:
1. Ontologis
2. Epistemologis
3. Metafisika
4. Aksiologi
E. Fakta, Data, dan Konfirmasi
Fakta menjadi embrio sebuah konfirmasi. Fakta dan realita ada yang berpotensi
menjadi data sebuah penelitian ilmu. ketiga hal itu yang akan menjadi bahan konfirmasi
sebuah penelitian. Penelitian yang memanfaatkan konfirmasi jauh lebih terpercaya,
dibandingkan hanya dilandasi prediksi yang tidak jelas.
Fakta-fakta mendorong lahirnya ide. Fakta merupakan pendorong ide keilmuan.
Kemudian fakta melandasi sebuah temuan. Temuan itulah yang melahirkan teori. Teori
yang lahir penuh dengan sederet pengalaman yang disebut konfirmasi. Jika konfirmasi
itu semakin jelas dan andal, itulah disebut data.
Konfirmasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konfimasi tradisional
Konfirmasi tradisional dapat disebut justifikasi. justifikasi banyak
digunakandengan menunjuk bukti-bukti empirik yang dinyatakan cocok dengan
ajaran-ajaran tradisional. Cara tersebut dipakai untuk menunjukkan betapa hebatnya
ajaran-ajaran tradisional, betapa tingginya the highest wisdom of the ultimate.
2. Konfirmasi ilmiah
Konfirmasi ilmiah, terkait dengan derajat ilmiah suatu ilmu. keilmiahan suatu
ilmu membutuhkan konfirmasi ilmiah. Fungsi ilmiah adalah menjelaskan,
memprediksi proses dan produk yang akan datang, memberi pemaknaan atau
pemahaman. Upaya tersebut perlu diberangkatkan dari empiri. Apakah empiri
tersebut direkam secara benar. Menguji kebenaran rekaman empiri itulah tugas
ketiga untuk mencari kebenaran epistemologik.

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN


A. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dari bahasa Arab “alima, ya’lamu, ‘ilman” yang berarti
mengerti atau memahami. Dalam bahasa Inggris, ilmu berasal dari kata science yang
berasal dari bahasa latin scienta yang berarti mempelajari dan mengetahui. Menurut
Mulyadhi Kartanegara, sains lebih pada bidang-bidang fisik atau duniawi, sedangkan
ilmu melampaui pada bidang-bidang nonfisik seperti metafisika. Menurut The Liang Gie,
ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan. Menurut W. Atmojo, ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang
disusun secara bersistem berdasarkan metode-metode tertentu di bidang pnegetahuan itu.
B. Objek Ilmu Pengetahuan
Objek penyelidikan dari ilmu yaitu objek materil dan objek formal. Objek material
adalah suatu hal yang menjadi sasaran penyelidikan atau pemikiran sesuatu yang
dipelajari baik konkret atu abstrak. Objek materil konkret adalah objek yang dapat dilihat
dan diraba sedangkan objek materil abstrak misalnya nilai-nilai, ide-ide, paham, aliran,
sikap, dan sebagainya.
Objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang terhadap objek
materil termasuk prinsip-prinsip yang menjadi objek formal filsafat. Dengan melihat
objek ilmu, maka keberadaan filsafat sangat dekat dengan kita bahkan kia terlibat dalam
tindakan berfilsafat itu sendiri. Filsafat yang demikin itulah yang dimaksudkan dengan
filsafat sebagai (disiplin) ilmu.
C. Kehadiran Filsafat Sebagai Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Dapat dipahami bahwa
pengetahuan pada mulanya hanya satu yaitu filsafat. Akan tetapi, filsafat mempersoalkan
kebenaran yang bersifat umum, abstrak, dan universal, maka filsafat tidak mampu
menjawab persolan hidup yang bersifat konkret, praktis, dan pragmatis. Oleh karena itu,
muncullah berbagai jenis ilmu pnegetahuan khusus dengan objek studi yang berbeda-
beda.
D. Persyaratan ilmu pengetahuan
C.AQadir menjelaskan tiga hal pokok yang menjadi syarat ilmu pengetahuan
yaitu:
1. Kenyataan bahwa setiap manusia mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat
dan dipersoalkan untuk mencari ilmu.
2. Metode ilmiah tidak hanya pengamatan atau eksperimental tapi juga teori dari
sistematis.
3. Semua orang harus mengkui bahwa ilmu pengetahuan berguna berarti untuk individu
dan berarti untuk individu maupun sosial.
C.A.Qadir memberikan persyaratan ilmu pengetahuan menurut perspektif islam
yaitu:
1. Tentang persamaan hak dalam mencari ilmu.
2. Berkenaan dengan pengamatan atau ekperimen manusia yang menuntut manusia
menafsirkan fenomena dan menyusun teori atau kesimpulan.
3. Pentingnya pengetahuan ilmiah dan kesahihannya.
Selain itu, Suparlanmengkategorikan ilmu pengetahuan berdasakan objek,
metode, sistem, dan kebenaran.
E. Eksistensi ilmu pengetahuan
1. Objek ilmu pengetahuan
Objek adalah sasaran pokok keilmuan baik materil atau formal. Sasaran objek
materilberupsuatu pemikiran atau penelitian. Sedangkan yang terkandung didalamnya
bisa berupa materiil atau nonmaterial. Jad, tidak terbtaas pada realitas konkret atau
abstrak.
Objek materiil dan nonmaterii merupakan substansi yang tidak begitu mudah
untuk diketahui. Karena secara kuantitatif berganda atau berjenis, dan secara kualitatif
beritngkat-tingkat. Objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya
arti, posisi dan fungsi objek didalam ilmu pengetahuan. Menurut objek formalnya
ilmu pengetahuan cenderung berbeda-beda bentuk dan sifat. Ada kajian materinya
berupa hal-hal fisik dan ditinjau dari segi pandang kuantitatif, maka fisika tergolong
kepada ilmu pengetahuan alam dan kajian nonfisik seperti manusia dan masyarakat
dari segi pandang kualitatif dan tergolong ilmu pengetahuan sosial.
2. Metode Ilmu Pengetahuan
Metode merupakan cara-cara penyelidikan yang bersifat keilmuan dan disebut
metode ilmiah. Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara
atau arah. Metode dapat diartikan cara bertindak menurut atura tertentu dengan tujuan
agar aktifitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya mencapai hasil
sebaik-baiknya.
Metode ilmiah yang digunakan mempunyai latar belakang yaitu
keterkaitannya dengan dengan tujuan dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Dengan
latar belakang maka metode ilmiah cenderung berbeda-beda. Cara kerja jenis metode
ilmiah dengan melakukan analisis dan sintesis dengan pemikiran induktif atau
deduktf. Indukdi adalah suatu proses kegiatan penalaran yang bertolak dari suatu
bagian khusus ke umum sedangkan deduktif dari umum ke khusus.
3. Sistem Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan saling berhubungan satu sama lain secara fungsional dalam satu
system. Adanya system bagi ilmu pengetahuan diperukan agar lebih terarah dan
konsisten dalam mencapai tujuannya yaitu kebenaran ilmiah. Fungsi sistem bagi ilmu
pengetahuan adalah untuk mengarahkan agar konsisten dan mencapai tujuan
kebenaran ilmiah lebih dapat terjamin.
4. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya
menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran selalu dihubungkan dengan pengetahuan
manusia mengenai objek. Sedangkan pengetahua berasal dari banyak sumber yang
berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Ada lima teori kebenaran sebagai berikut:
a. Kebenaran koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut koheren atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya.
b. Kebenaran korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar apabila marteri pengetahuan yang terkandung
berkorespondensi dengan objek yang maksud.
c. Kebenaran pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan menggunakan kriteria fungsional.
Jadi, kebenaran menurut paham inibukan kebenaran yang dilihat dari segi etik,
baik atau buruk, namun kegunaanya.
d. Kebenaran performatif
Kebenaran bukanlah kualitas atau sifat, tetapi sebuah tindakan. Untuk
menyatakan sesuatu itu benar maka cukuplah melakuka tindakan konsesi
terhadap gagasan yang telah dinyatakan.
e. Kebenaran preposisi
Suatu pernyataan disebut benar apabila sesuai denga persyaratan materiilnya
suatu proposisi. Pada sumber lain, bentuk kebenaran lain seperti kebenaran
sintaksis yang mengacu kepada keteraturan sintaksi atau grammatikayangm
melekat.

You might also like