You are on page 1of 3

Epistimologi Ilmu

Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan

dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-

dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang

dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain

mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah.

1. Metode Induktif

Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan

hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.

2. Metode Deduktif

Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data

empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal

yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis

antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori

itu dengan tujuan apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada

perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan

menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori

tersebut.

3. Metode Positivisme

Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang

telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian

atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini
menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang

tampak dan segala gejala.

4. Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia

untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan

berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut

dengan intuisi.

5. Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk

mencapai kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang

mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis

sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam

pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, dialektika berarti kecakapan untuk

melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan, ini merupakan bentuk

pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti

dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.

C. Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang

berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri,

aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu

pengetahuan yang diperoleh.

Amsal bakhtiar telah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai definisi

aksiologi dan menyimpulkan bahwa dalam aksiologi, permasalahan utama adalah


mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk

melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai

yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika.

Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti. Pertama, etika merupakan suatu

kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan

manusia. Kedua, etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk

membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.

Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa

objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dapat dikatakan

pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan

tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu kondisi yang melibatkan

norma-norma.

Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki

oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Menurut

Kattsoff (2004) estetika merupakan suatu teori yang meliputi,

1. penyelidikan mengenai yang indah,

2. penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni,

3. pengalaman yang bertalian dengan seni, termasuk di dalamnya masalah

penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan terhadap seni.

You might also like