Professional Documents
Culture Documents
RESUME
By:
DONA SURIZAL
15178058
3. Sifat Kebudayaan
Kebudayaan bersifat organik dan super organik. Dikatakan bersifat organik
sebab ia berakar pada organ manusia, karena tanpa manusia berbuat benda-benda
tidak akan ada kebudayaan. Dikatakan bersifat super organik, karena kebudayaan
hidup terus melampui generasi tertentu dan karena isinya lebih merupakan hasil
karya manusia dari pada unsur biologis.
Kebudyaan bersifat terlihat (Overat) dan tersembunyi (Covert). Terlihat
dalam bentuk tindakan-tindakan dan benda-benda, seperti rumah, pakain, bentuk
pembicaraan yang dapat diamati secara langsung dan tersembunyi dalam aspek
seperti sikap dasar terhadap alam dan dunia mahluk halus, yang mesti di
inteprestasikan pengertiannya dari apa yang dikatakan dan dilakukan anggota-
anggotanya.
Kebudayaan ekspilsit dan implisit. Kebudayaan ekspilit terdiri dari semua
cara bertindak, seperti cara mengendarai mobil, bercinta dan bermain baseball,
yang dapat tergambar secara langsung dari orang-orang yang melaksanakannya.
Kebudayaan implisit terdiri dari hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
Umpamanya, semua orang waras dapat menggunakan bahasa budayannya, tetapi
sedikit yang dapat menjelaskan grammar dan sintaknya secara terinci.
Kebudayaan bersifat Ideal dan manifes. Kebudyaabn ideal terdiri dari cara
berbuat yang mereka yakini harus dilakukan atau bagaimana mereka berkelakuan
sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan manifes terdiri dari tindakan-tindakan
aktual.
Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga berobah. Logis, sebenarnya masing-
masing kualitas termasuk yang lainnya, perobahan hanya dapat dikukur terhadap
elemen-elemen yang relatif stabil, dan stabilitas terhadap elemen-elemen budaya
yang berobah cepat.
C. Tujuan
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup mereka, dalam
penjelasan diatas bahawa antropologi lebih banyak membahas tenatang kebudayaan,
dari segi makna, isi dan sifatnya. Sehingga dalam penulisan makalah ini ingin
mengenal lebih jauh keterkaitan antropologi dalam mempengaruhi dunia pendidikan.
D. Pendidikan Dan Antropologi
1. Pengertian
. Pendidikan mencakup setiap proses, kecuali bersifat genetis, yang menolong
membentuk fikiran, karakter atau kapasitas fisik seseorang. Proses tersebut
berlangsung seumur hidup, karena kita harus mempelajari cara berfikir dan bertindak
yang baru dalam setiap perubahan besar dalam hidup kita. Dalam arti sempit adalah
penanaman pengetahuan, keterampilan dan sikap pada masing-masing generasi dengan
menggunakan perantara-perantara seperti sekolah yang sengaja diciptakan untuk tujuan
tersebut. Isitilah pendidikan berarti disiplin ilmu (termasuk psikologi, sosiologi,
sejarah, dan filosofi pendidikan) yang subjeknya pendidikan dalam arti kedua diatas.
Sedangkan antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua
jenis manusia secara lebih banyak, atau antropologi adalah kajian tentang manusia dan
cara-cara hidup mereka.
Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu yang amat luas cakupannya, maka tidak
ada seorang ahli Antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi
secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa
bagian dan para ahli antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi
sesuai dengan minat dan kemampuanya untuk mendalami studi secara mendalam pada
bagian-bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialsiasi studi
antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam
mengarahkan studinya untuk lebih memahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia
secara lebih banyak. Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik,
antropologi kebudayaan, antropologi agama, antropologi pendidikan, antropologi
perkotaan, dan lain sebagainya. Grace de Raguna, seorang filsuf wanita di tahun 1941
menyampaikna pidatonya dihadapan American Philosophical Association Eastern
Division, bahwa antropologi telah memberi lebih banyak kejelasan tentang sifat
manusia daripada semua pemikiran filsuf atau studi para ilmuwan di laboratorium
(Haviland,1988)
2. Hubungan Dasar Pendidikan dengan Antropologi
Antropologi Pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi kajian, maka
yang dikaji adalah penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para ahli
antropologi serta pengetahuan yang diperoleh khususnya yang berhubungan dengan
kebutuhan manusia atau masyarakat. Dengan demikian, kajian materi Antropologi
Pendidikan, bukan berutujuan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif
antropologi. Meskipun berkemungkinan ada yang menjadi ahli Antropologi Pendidikan
setelah memperoleh wawasan pengetahuan dari mengkaji Antropologi Pendidikan
Nilai-nilai budaya lama yang masih hidup ditengah masyarakat dan memberi
manfaat bagi kesejahteraan bersama seharusnya tetap dipelihara dan tidak perlu buru-
buru diganti sehingga menimbulkan 'culture shock' yang merugikan masyarakat.
Dalam hubungan ini kearifan lokal kiranya memang perlu digalakkan. Pada
masyarakat di tempat-tempat tertentu, senantiasa ditemukan nilai-nilai budaya yang
berharga dalam kehidupan bersama tetapi oleh pengaruh budaya luar nilai-nilai budaya
lokal yang sesungguhnya banyak manfaatnya menjadi tergeser dan akhirnya hilang.
Gotong royong. Pella gandong (Ambon), Jum'at bersih (Lombok barat) adalah contoh-
contoh nilai budaya lokal yang seharusnya dipelihara dan tidak tergeser oleh budaya
luar
Setiap masyarakat telah menemukan bahwa penyampaian kebudayaan mereka
tidak dibiarkan terjadi secara kebetulan saja. Anggaplah bahwa anak-anak menyerap
kebudayaan ini dari berbagai pengalaman hidup sehari-hari, namun assimilasi informal
yang demikian tidak dapat menjamin bahwa anak-anak menerima elemen-elemen
budaya, yang tepat yang diyakini masyarakat seharusnya yang mereka miliki,
sekiranya mereka harus mengekalkan atau membaharui kebudayaan tersebut. Oleh
karena itu masyarakat mengawasi pendidikan dari anggota-anggotanya. Semasa kanak-
kanak setiap mereka dididik secara formal, walaupun tidak perlu disebuah sekolah.
Pendidikan termasuk kedalam proses umum yang dikenal sebagai enkulturasii
pertumbuhan anak diinisiasikan kedalam hidup dari masyarakatnya. Untuk mengetahui
dinamika inkulturasi, karena inkulturasi mempengaruhi pendidikan, kita harus menoleh
ke antropologi. Pendidikan merupakan hanya salah satu alat enkulturasi, pendidikan
yang lain mencakup keluarga, kelompok sebaya dan media massa masing-masing
dengan nilai dan tujuan-tujuannya sendiri. Demikianlah, walaupun pendidik mungkin
ingin menanamkan kualitas tertentu pada anak-anak, seperti berfikir bersih dan
pertimbangan bebas, namun pendidik terbatas kesanggupan berbuat demikian karena
kenyataanya badan-badan lain mungkin kadang berusaha memberi informasi, tetapi
kebanyakan TV memberi hiburan, sensai, iklan dan bujukan.
Pendidikan adalah untuk mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan.
Pendidikan pada dasarnya bersifat konservatif, namun sejauh pendidikan bertugas
menyiapkan pemuda-pemuda untuk menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian
yang dapat diantisipasikan didalam dan diluar kebudayaan, pendidikan telah merintis
jalan untuk perobahan kebutuhan kebudayaan.
Antropologi juga dapat memberi sumbangan kepada pendidikan dengan cara
mempelajari metode pendidikan kebudayaan-kebudayaan lain baik yang sederhana
maupun modern. Kajian lintas budaya mengenai pendidikan akan memungkin para
pendidik dari pengalaman kebudayaan-kebudayaan lain dan memiliki sekolahnya
sendiri lebih efektif. Kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap
pendidikan ialah menghimpun sejumlah pengetahuan emperis yang sudah diverifikasi
dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam
lingkungan sosial budayanya.
Pada dasarnya antropologi mestilah merupakan sebuah kajian sistemik, tidak
hanya mengenai praktek pendidikan dalam persefektif budaya, tetapi juga tentang
asumsi-asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan. Umpamanya,
umumnya antropolog yang bekerja dibidang pendidikan menganggap bahwa sekolah
merupakan bentuk institusi pendidikan yang paling diingini.
E. Kesimpulan
Dari penjelsan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antropologi adalah ilmu
yang mengakaji tentang kebudayaan atau kebiasaan-kebiasaan yang muncul yang
menjadi cara hidup individu atau kelomopok sosial dalam bermasyarakat diantaranya
cara berfikir, cara bertindak, dan cara merasa yang dimanisfestasikan dalam (agama,
hukum, bahasa, dan seni), dan kebiasaan-kebiasaan dalam budaya materi berupa papan,
sandang dan pangan.
Pendidikan yang mencakup setiap proses yang membentuk fikiran, karakter,
atau kafasitas fisik seseorang yang berlangsung seumur hidup. Hubungannya anatara
pendidikan dengan antropologi, yaitu bagaimana antropologi memberi sumbangan
kepada pendidikan dengan cara mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang terdapat
dalam masyarakat baik yang sederhana maupun modern.
DAFTAR PUSTAKA
Manan, Imron. 1989. Antropologi Pendidikan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
Shomad, Abd. 2009. Antropologi Pendidikan Islam, (Online), (http://uin-
suka.info/ejurnal/19.pdf, diakses 6 September, 2009)