You are on page 1of 16

KONSTITUSI

BRUNEI DARUSSALAM

Makalah ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI

Disusun oleh:

Nama : Basuki Windodo


NIM : 7116009

MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu negara kaya dan satu – satunya negara dengan bentuk
pemerintahan kesultanan yang terletak di Asia Tenggara adalah Brunei
Darussalam. Ibu kota Negara ini adalah Bandar Seri Begawan yang namanya
diambil sebagai bentuk penghormatan pada jasa Sultan ke 28 Omar Ali Sarifuddin
III yang telah menorehkan sejarah titik awal kemerdekaan Brunei dari penjajahan
Inggris.1 Sistem politik dan pemerintahan yang diberlakukan Brunei Darussalam
adalah monarki absolut dengan seorang sultan sebagai kepala pemerintah dan
kepala negara merangkap sebagai Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, Menteri
Keuangan, dan Menteri Luar Negeri dan Perdagangan. Sultan juga dibantu oleh
Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa menteri yang ditunjuk langsung oleh
Sultan.2
Brunei Darussalam merupakan negara kerajaan dengan mayoritas
penduduknya beragama Islam. Negara tersebut terletak di bagian utara Pulau
Kalimantan (Borneo) dan berbatasan dengan Malaysia.Berdasarkan data statistik,
penduduk Brunei Darusalam hanya berjumlah 370 ribu orang. Sekitar 67 persen
dari total populasinya beragama Islam, Buddha 13 persen, Kristen 10 persen, dan
kepercayaan lainnya sekitar 10 persen. Di lihat dari sejarahnya, Brunei adalah
salah satu kerajaan tertua di Asia Tenggara. Sebelum abad ke-16, Brunei
memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah Kalimantan dan
Filipina. Sesudah merdeka di tahun 1984, Brunei kembali menunjukkan usaha

1
Brunei Darussalam adalah negara bekas jajahan Inggris yang merdeka penuh pada tahun 1984
ketika diperintah oleh Sultan Omar Ali Saifuddin III yang merupakan ayah dari Sultan saat ini,
Hassanal Bolkiah.
2
Ruliyadi. 2011. Brunei Darussalam Di Bawah Kepemimpinan Sultan Bolkiah V (1485-1524).
[online]. Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ 123456789/1734/1/102598-
RULIYADI-FAH.pdf. [diakses pada 06 Januari 2018]

1
serius dalam upaya penyebaran syiar Islam, termasuk dalam suasana politik yang
masih baru.
Di antara langkah-langkah yang diambil ialah mendirikan lembaga-
lembaga modern yang selaras dengan tuntutan Islam. Sebagai negara yang
menganut sistem hukum agama, Brunei Darussalam menerapkan hukum syariah
dalam perundangan negara. Untuk mendorong dan menopang kualitas keagamaan
masyarakat, didirikan sejumlah pusat kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.
Tak hanya dalam negeri, untuk menunjukkan semangat kebersamaan
dengan masyarakat Islam dan global, Brunei juga terlibat aktif dalam berbagai
forum resmi, baik di dunia Islam maupun internasional. Sama seperti Indonesia
yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam dengan Mazhab Syafii, di
Brunei juga demikian. Konsep akidah yang dipegang adalah Ahlussunnah
waljamaah. Bahkan, sejak memproklamasikan diri sebagai negara merdeka,
Brunei telah memastikan konsep ”Melayu Islam Beraja” sebagai falsafah negara
dengan seorang sultan sebagai kepala negaranya. Saat ini, Brunei Darussalam
dipimpin oleh Sultan Hasanal Bolkiah. Dan, Brunei merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara dengan latar belakang sejarah Islam yang
gemilang.
Melayu Islam Beraja (MIB) merupakan ideologi yang dianut resmi oleh
Kerajaan Brunei Darussalam yang secara resmi disahkan pada waktu proklamasi
kemerdekaan Brunei Darussalam tanggal 1 Januari 1984. Hal itu dapat dilihat
pada teks proklamasi kemerdekaan Brunei Darussalam yang dibacakan Sultan
Haji Hassanal Bolkiah yaitu, “Negara Brunei Darussalam adalah dan dengan izin
dan limpah kurnia Allah Subhanahuwa Taala akan untuk selama-lamanya kekal
menjadi sebuah Melayu Islam Beraja yang merdeka, berdaulat dan demokratik,
bersendikan kepada ajaran-ajaran Agama Islam menurut Ahlussunnah
Waljamaah”.
Sebagai sebuah negara yang baru merdeka, tentunya Brunei Darussalam
berupaya menyesuaikan diri dengan struktur ketatanegaraan modern seperti

2
ideologi negara, UUD (Konstitusi) dan lain sebagainya. Dengan proklamasi
kemerdekaan tersebut telah mengembalikan kedaulatan Brunei yang sebelumnya
dipegang oleh Kerajaan Inggris melalui suatu perjanjian tahun 1888. Meskipun
pencanangan MIB sebagai dasar negara sebagaimana “Pancasila” di Indonesia
maupun “Rukun Negara” di Malaysia dilakukan pada saat proklamasi
kemerdekaan, namun sebagaimana halnya Pancasila, nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya telah berurat berakar dalam tradisi masyarakat Brunei sejak zaman
dulu yaitu sejak berdirinya kerajaan Brunei dengan raja pertamanya yaitu Awang
Alak Betatar atau Sultan Mohammad Syah.
Untuk memasyarakatkan ideologi MIB di kalangan rakyat Brunei, Sultan
Haji Hassanal Bolkiah telah membentuk sebuah lembaga khusus seperti BP-7 di
Indonesia yang bernama “Majelis Tertinggi Kebangsaan Melayu Islam Beraja
(MTKMIB)” yang diketuai Pehin Dato Abdul Aziz Umar (mantan Menteri
Pendidikan). Lembaga ini bertugas untuk mejabarkan pengertian MIB dalam
kehidupan kebangsaan dan menyebarluaskannya kepada masyarakat. Disamping
itu, penjabaran dan pemikiran MIB banyak dikeluarkan oleh Fakultas Kajian
Brunei (Brunei Studies) di Universiti Brunei Darussalam (UBD).

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam hal ini penulis menitikberatkan kepada 3 hal dasar dari sistem
ketatanegaraan Brunei Darussalam :
1. Apa bentuk Negara Brueni Darussalam?
2. Bagaimana sifat dasar Konstitusi Brunei Darussalam dan Legislatif Brunei
Darussalam?
3. Bagaimana sistem Pemerintahan/eksekutif dan sistem Hukum/
yudikatif Brunei Darussalam?

3
BAB II
PAMBAHASAN

A. BENTUK NEGARA BRUNEI


Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak
pemerintahan monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri
dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan
beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam
wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan
Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri,
walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat
memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di
dalam negeri.
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September
2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan
lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati
sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu
negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Sejak memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, Brunei telah
memastikan konsep ”Melayu Islam Beraja” sebagai falsafah negara dengan
seorang sultan sebagai kepala negaranya. Saat ini, Brunei Darussalam dipimpin
oleh Sultan Hasanal Bolkiah. Dan, Brunei merupakan salah satu kerajaan Islam
tertua di Asia Tenggara dengan latar belakang sejarah Islam yang gemilang.
Melayu Islam Beraja (MIB) merupakan ideologi yang dianut resmi oleh
Kerajaan Brunei Darussalam yang secara resmi disahkan pada waktu proklamasi
kemerdekaan Brunei Darussalam tanggal 1 Januari 1984. Hal itu dapat dilihat
pada teks proklamasi kemerdekaan Brunei Darussalam yang dibacakan Sultan
Haji Hassanal Bolkiah yaitu, “Negara Brunei Darussalam adalah dan dengan izin

4
dan limpah kurnia Allah Subhanahuwa Taala akan untuk selama-lamanya kekal
menjadi sebuah Melayu Islam Beraja yang merdeka, berdaulat dan demokratik,
bersendikan kepada ajaran-ajaran Agama Islam menurut Ahlussunnah
Waljamaah”.

B. SIFAT DASAR KONSTITUSI DAN LEGISLATIF BRUNEI


DARUSSALAM
Konstitusi Brunei Darussalam merupakan bentuk salah satu batu fondasi
untuk sukses menjalankan pemerintah Brunei. Situasi politik di Brunei
didominasi oleh Konstitusi Brunei yang diadopsi pada tahun 1959. Brunei
Konstitusi merupakan salah satu konstitusi tertulis di dunia. Dirumuskan dan
diadopsi saat masih brunei protektorat Inggris, Konstitusi Brunei sebagian besar
dipengaruhi oleh British Common Law. Hukum Islam tanah, tradisi dan adat
istiadat, terutama yang malay, juga tergabung dalam Konstitusi Brunei.
Konstitusi Brunei sejak awal telah diberikan mayoritas kekuasaan kepada
raja yang berkuasa, Sultan Brunei. Sultan bertindak sebagai Kepala Negara
Brunei Brunei menurut Undang-Undang Dasar 1959 dan diberi otoritas tunggal
atas kekuasaan eksekutif. Dia dibantu oleh lima badan atau dewan penasihat.
Hukum yang dirumuskan oleh brunei Konstitusi memberikan kekuasaan
kepada Komisaris Tinggi Inggris karena status negara sebagai protektorat Inggris.
Amandemen Konstitusi pada tahun 1971 Brunei mengurangi otoritas pemerintah
Inggris atas Brunei. Amandemen lebih lanjut, setelah kemerdekaan negara
menuju perumusan hukum dan kebiasaan baru yang menjadi bagian dari
Konstitusi Brunei.
Saat Brunei memasuki abad ke-21 dan menjadi matang sebagai sebuah
negara, banyak orang di Brunei mengharapkan terlembaganya kembali pemilihan

5
umum dan kesempatan untuk berpartisipasi di dalam pemerintah.3 Tetapi,
serangkaian amandemen konstitusional yang diumumkan pada 2004 justru
memberi sang sultan kekuasaan yang jauh lebih besar. Meskipun Dewan
Legislatif dengan keanggotaan yang sebagian didasarkan atas pemilihan
difungsikan kembali pada 2004, keseluruhan anggotanya dipilih oleh sultan dan
anggota-anggotanya meliputi sang sultan sendiri, saudara laki-laki sang sultan,
pangeran Mohamed Bolkiah, putra mahkota, menteri-menteri kabinet, tokoh-
tokoh penting masyarakat dan perwakilan-perwakilan dari berbagai
daerah.4 Kabinet yang difungsikan kembali ini diberi tugas untuk mengesahkan
amandemen konstitusional tahun 2004 yang mencakup peraturan baru yang
disusun sedemikian rupa untuk menjadi landasan bagi sultan sebagai penguasa
mutlak. Amandemen baru ini mengklarifikasi kekuasaan sang sultan, memberinya
otoritas luar biasa dan menempatkan dirinya di atas hukum, baik dalam kapasitas
resmi maupun personal.5 Dalam amandemen konstitusional yang baru ini, posisi
dari Dewan Legislatif menjadi semakin lemah. Walaupun ada kemungkinan
diselenggarakannya pemilihan, Dewan penasehat hanya terdiri dari anggota-
anggota terpilih yang bertemu setiap tahun pada bulan Maret untuk berdiskusi
tentang anggaran dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pemerintahan yang
menjadi perhatian publik.
Berdasarkan konstitusi tahun 1959, Dewan penasehat memiliki fungsi
pengawasan dan setiap hukum harus mendapat persetujuan Dewan penasehat
sebelum disahkan. Tetapi, amandemen tahun 2004 meniadakan kondisi ini, dan
dengan demikian membuat Dewan Legislatif secara efektif menjadi lembaga
pemberi stempel cap tanpa arti.6 Pemilihan langsung anggota Dewan Legislatif
sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tey berpendapat bahwa
3
Hj Mohd Yusop Hj Damit, “Brunei Darussalam: Steady Ahead”, Southeast Asian Affairs 2004
(Singapore: ISEAS, 2004), hal. 66-67
4
Ibid., hal. 104
5
Tey Tsun Hang, “Brunei’s Revamped Constitution: The Sultan as
the Grundnorm?” Australian Journal of Asian Law, vol.9, no.2 (2007), hal. 270
6
Ibid., hal. 269

6
amandemen konstitusi tahun 2004 telah membuat sang sultan menjadi fondasi
(atau Grundnorm) dari sistem hukum di Brunei.7 Horton menyatakan bahwa
amandemen konstitusional pada tahun 2004 mengindikasikan suatu hasrat untuk
membungkus kesultanan dalam suatu bentuk demokrasi liberal tanpa benar-benar
menjadi suatu demokrasi liberal.8
Di bawah konstitusi tahun 1959 ada sebuah Dewan Legislatif dipilih, atau
Majlis Masyuarat Negeri, tetapi hanya satu pemilihan umum yang pernah
diselenggarakan, pada tahun 1962. Segera setelah itu pemilu, majelis dibubarkan
setelah deklarasi keadaan darurat, yang melihat pelarangan Partai Rakyat Brunei.
Pada tahun 1970 Dewan diubah menjadi badan yang ditunjuk oleh Keputusan
Sultan. Pada tahun 2004 Sultan mengumumkan bahwa parlemen berikutnya, lima
belas dari 20 kursi akan terpilih. Namun, tidak ada tanggal untuk pemilihan sudah
ditetapkan. Para Dewan Legislatif saat ini terdiri dari 20 anggota yang ditunjuk,
dan hanya memiliki kekuatan konsultatif. Meskipun tidak ada pemilihan, partai
hukum berikut ada:
1. Brunei National Solidarity Party (PPKB) Partai Solidaritas Nasional Brunei
(PPKB)
2. Brunei People's Awareness Party (PAKAR) Brunei Partai Kesadaran Rakyat
( PAKAR)
3. National Development Party (Brunei) (NDP) Partai Pembangunan Nasional
( Brunei) (NDP)
4. United Democratic Movement (Brunei) (PPGD) United Democratic
Movement (Brunei) (PPGD) Mantan pihak meliputi:
5. Brunei National Democratic Party (BNDP) Partai Demokratik
Nasional Brunei (BNDP)

7
Ibid., hal. 276
8
A.V.M.Horton, “Window-Dressing an Islamizing Sultanate,” Asian Survey, vol.45, no.1
(2005), hal. 18

7
6. Brunei People's Party (Parti Rakyat Brunei) Partai Rakyat Brunei
Komposisi Brunei Dewan Legislatif, terdapat 29 kursi yang dianggap oleh Sultan.

C. EKSEKUTIF BRUNEI DARUSSALAM DAN YUDIKATIF BRUNEI


DARUSSALAM
Politik Brunei terjadi dalam rangka sebuah monarki absolut, di mana
Sultan Bruneiadalah kedua kepala negara dan kepala pemerintahan. Kekuasaan
eksekutif dilaksanakan oleh pemerintah. Brunei memiliki Dewan Legislatif
dengan 20 anggota yang ditunjuk, yang hanya memiliki tugas
konsultatif. Brunei 1959 di bawah konstitusi, Yang Mulia Paduka Seri Baginda
Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah, adalah kepala negara
dengan penuh kekuasaan eksekutif, termasuk kekuasaan darurat sejak tahun 1962.
Peran Sultan diabadikan dalam filsafat nasional dikenal sebagai Melayu Islam
Beraja (MIB), atau malayu Islam Monarki. Negeri ini telah di bawah hipotetis
darurat militer sejak pemberontakan yang terjadi di awal 1960-an dan ditumpas
oleh Inggris pasukan dari Singapura.
Unsur atau sila ketiga daripada dasar negara MIB adalah Beraja
artinya Bruneimerupakan negara kerajaan (monarki) yang dipimpin oleh seorang
raja secara absolut. Dalam konteks kebudayaan Melayu, rakyat telah
menyerahkan haknya secara bulat kepada raja untuk memerintah. Tentunya raja
harus dapat menjalankan amanat tersebut yang tidak hanya diberikan oleh
rakyatnya tetapi juga dari Allah SWT untuk membawa rakyat kepada
kesejahteraan dan kemakuran. Sehingga muncullah pribahasa dalam perspektif
adat yang mengatakan ”Raja tidak zalim, rakyat pantang menderhaka kepada
raja” dan ”Raja wajib adil, rakyat wajib taat” dari perspektif agama.
Dalam konteks Beraja dalam MIB ini, Sultan memiliki 6 kedudukan:
1. Raja sebagai payung Allah di muka bumi
2. Raja sebagai pemimpin tertinggi Agama Islam
3. Raja sebagai kepala negara

8
4. Raja adalah kepala pemerintahan
5. Raja sebagai pemimpin tertinggi adat istiadat
6. Raja sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata
Dibandingkan dengan kerajaan atupun negara lain di dunia, kedudukan
Sultan tersebut lebih kuat dan telah diwariskan secara lama secara turun-temurun.
Ketiga unsur atau sila dalam MIB tersebut adalah merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Belumlah dapat
dikatakan nasionalisme seseorang rakyat Brunei dinilai baik kalau tidak mengakui
salah satu daripadanya seperti hanya mengakui Melayu dan Islam tapi tidak
mengakui Beraja.
Raja Brunei dalam sejarahnya telah berhasil menunaikan kewajibannya
dengan baik yang menjadi hak rakyat. Oleh sebab itu, rakyat juga dituntut untuk
menunaikan kewajibannya kepada raja yang menjadi hak seorang Raja yaitu taat
dan setia serta mendukung kebijakannya yang sesuai dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan.
Dalan sistem Beraja terdapat 3 unsur yaitu: raja, pemerintahan dan rakyat.
Raja akan dihormati dan dicintai apabila pemerintahan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan
sendirinya rakyat kemudian akan menunjukkan kesetiaannya kepada raja.
Pemerintah hendaknya dapat menjalankan roda administrasi dengan baik agar
pembangunan berjalan dengan berhasil. Hal inilah yang sebenarnya dituntut oleh
Agama Islam yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan Umat Islam
sehingga dapat menunaikan kewajibannya baik fardhu ain maupun kifayah.
Berdasarkan pengalaman sejarah Melayu Brunei, Raja telah bertindak
secara adil dan bijaksana sehingga tidak ada alasan bagi rakyat Brunei menolak
kedaulatan raja. Raja telah memberikan tanggungjawabnya kepada rakyat dengan
penuh amanah. Kepedulian raja terhadap keperluan umat Islam dibuktikan dengan
pendirian berbagai perangkat hukum Islam dan lembaga keuangan Islam.

9
Brunei memiliki sistem hukum ganda. Yang pertama adalah sistem yang
diwarisi dari Inggris, mirip dengan yang ditemukan di India, Malaysia dan
Singapura. Hal ini didasarkan pada Common Law Inggris, tapi dengan kodifikasi
suatu bagian penting dari itu. The Common Law sistem hukum yang mencakup
sebagian besar hukum di Brunei.
Struktur Common Law Courts di Brunei dimulai dengan kehakiman. Saat
ini ada kurang dari 10 Magistrates untuk negara, yang semuanya penduduk lokal.
Sebuah anak tangga di atas adalah hakim Pengadilan Intermediate. Ini didirikan
untuk menjadi tempat pelatihan bagi para lokal. Saat ini ada 2 hakim Pengadilan
Menengah, keduanya warga setempat. Pengadilan Tinggi saat ini terdiri dari 3
hakim, 2 di antaranya adalah penduduk setempat. Ketua Mahkamah Agung
adalah hakim dari Pengadilan Tinggi Hongkong. Tidak ada sistem juri
di Brunei dan seorang Hakim atau Hakim duduk sendirian untuk mendengar
kasus hukuman mati kecuali untuk kasus-kasus dimana 2 Hakim Pengadilan
Tinggi akan duduk. Pengadilan Tinggi terdiri dari 3 hakim, yang semuanya saat
ini pensiun Hakim Inggris. Pengadilan Banding duduk dua kali setahun selama
sebulan setiap kali. Banding kepada Dewan Penasihat dalam kasus pidana tidak
lagi tersedia, sementara masih mempertahankan hak yang sangat terbatas banding
kepada Dewan Penasihat dalam kasus perdata.
Sistem lain Keadilan di Brunei adalah Pengadilan Syari'ah. Ini membahas
terutama di Muslim perceraian dan hal-hal pendukung untuk seorang Muslim
perceraian dalam yurisdiksi sipil dan dalam pelanggaran dari khalwat (dekat) dan
'zina (seks ilegal) di kalangan Muslim.
Pengadilan Syariah struktur ini mirip dengan struktur Pengadilan
Common Law, kecuali yang telah ada antara pengadilan dan bahwa Pengadilan
Tinggi adalah pengadilan terakhir untuk mengajukan banding. Semua hakim dan
hakim baik dalam Common Law Courts dan Pengadilan Syari'ah diangkat oleh
Pemerintah. Semua hakim lokal dan hakim diangkat dari pegawai negeri dengan
tidak ada sejauh ini diangkat dari praktik swasta.

10
Ada lima tingkat pengadilan dengan jalan terakhir yang tersedia melalui
Dewan Penasihat di London. Dimulai dengan pengadilan tingkat pertama, ada
pengadilan Kathis yang menangani masalah-masalah keluarga seperti perkawinan
dan perceraian dengan menerapkan hukum Islam (Syariah). Pengadilan yang
lebih rendah disebut sultan pengadilan, dipimpin oleh hakim, mendengar kasus-
kasus biasa lainnya yang melibatkan perselisihan kecil. Kasus seperti ini dapat
memohon kepada Pengadilan Tinggi, pengadilan dari yurisdiksi yang asli tak
terbatas baik dalam hal perdata dan pidana. Pengadilan Tinggi dipimpin oleh
seorang kepala keadilan dan hakim yang ditunjuk oleh sultan. Keputusan
Pengadilan Tinggi dapat dibawa ke Pengadilan Tinggi, dipimpin oleh presiden
dan dua komisaris diangkat oleh Sultan. Pada tahun 1995, hak untuk mengajukan
banding kepada Dewan Penasihat di London telah dihentikan dalam kasus
pidana.Recourse akhir ini masih tersedia hanya untuk kasus perdata.
Pada Mei 2002, Departemen Kehakiman Negara didirikan di Brunei, yang
bertanggung jawab atas administrasi masalah-masalah peradilan Brunei.
Ketentuan tertentu konstitusi tahun 1959 telah ditangguhkan di bawah keadaan
darurat sejak tahun 1962.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Brunei Darussalam merupakan negara kerajaan dengan mayoritas
penduduknya beragama Islam dan memiliki dasar negara Monarki absolut, yang
dalam perkembangannya memiliki corak Monarki Konstitusional dengan Sultan
yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap
seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan
Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Segala urusan negara dan
pemerintah yang menyangkut hajat hidup warga brunei adalah di tangan sang
sultan, yang saat ini sultan brunei adalah Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya
diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta
pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah
kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah
tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status
yang dihormati di dalam negeri.
Dengan MIB sebagai ideologi negaranya, brunei memposisikan negaranya
menjadi salah satu negara yang mempunyai kestabilitasan dalam bidang ekonomi
dan politik di kawasan ASIA.
Berdasarkan pengalaman sejarah Melayu Brunei, Raja telah bertindak
secara adil dan bijaksana sehingga tidak ada alasan bagi rakyat Brunei menolak
kedaulatan raja. Raja telah memberikan tanggungjawabnya kepada rakyat dengan
penuh amanah. Kepedulian raja terhadap keperluan umat Islam dibuktikan dengan
pendirian berbagai perangkat hukum Islam dan lembaga keuangan Islam.
Berdasarkan penelitian, sistem monarki Brunei merupakan yang tertua di
dunia sesudah kerajaan Denmark yang ditandai dengan kelestarian dinasti pewaris
kerajaan. Sejak berdirinya Kerajaan Brunei tahun 1365 M, Kerajaan Brunei telah
diperintah oleh 29 orang Sultan. Teknis pemerintahan yang terjadi sejak

12
diproklamirkannya kemerdekaan Brunei Darussalam hanyalah pada pembentukan
Dewan Kabinet dan adanya keinginan untuk mengembangkan demikrasi melalui
lembaga eksektuitf .

B. SARAN
Dengan kekuasaan absolut yang di pegang oleh sang Raja memberikan ke
stabilitasan politik dan ekonomi di negara brunei darussalam, hal ini disebabkan
sifat dan segala kebijakan sang Raja sangat lah pro terhadap rakyat sehingga rasa
kepercayaan rakyat kepada sang Raja tidak perlu di pertanyakan lagi. Dari sebab
itu rakyat sangatlah mencintai sang Rajanya dan mematuhi segala peraturan yang
di berikan oleh sang raja, tidak alasan bagi rakyat untuk tidak menghormati dan
mencintai sang raja.
Yang menjadi kelemahan dari sistem ini adalah apabila sang raja sudah
tidak lagi berpihak kepada rakyatnya atau dengan kata lain ada kepentingan-
kepentingan pribadi atau kelompok yang merupakan titipan dari luar yang
membuat ketidak percayaan rakyat kepada Rajanya dan raja bertindak sewenang-
wenang kepada rakyatnya, jika ini terjadi akan memicu kudeta besar-besaran oleh
rakyat kepada Sang Raja.

13
DAFTAR PUSTAKA

A.V.M.Horton, “Window-Dressing an Islamizing Sultanate,” Asian Survey, vol.45,


no.1 (2005)

Astim Riyanto, Teori Konstitusi, YAPEMDO, Bandung, 2000


Hendarmin Ranadireksa, Dinamika Konstitusi Indonesia, Fokusmedia, Bandung,
2007
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_035208_bab_4.pdf
Hj Mohd Yusop Hj Damit, “Brunei Darussalam: Steady Ahead”, Southeast Asian
Affairs 2004 (Singapore: ISEAS, 2004)

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia di Masa Depan,


Pusat studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 2002
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitutisionalisme Indonesia, Sinar
Grafika,Jakarta, 2009
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, PARADIGMA,
Yogyakarta, 2010
M. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengatar Hukum Tata Negara, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2007
Naimah S. Talib, http://kyotoreview.org/issue-13/, brunei-darussalam-kesultanan-
absolut-dan-negara-modern/, di unduh pada tanggal
Naimah S. Talib, http://kyotoreview.org/issue-13/, brunei-darussalam-kesultanan-
absolut-dan-negara-modern/
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Sekretariat Jendral MPR RI, Jakarta,
2012
Resti Afrista, http://resti-afrista.blogspot.com/2012/10/ideologi-negara-brunei-
darussalam.html
Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi : Proses dan Prosedur Perubahan UUD
di Indonesia 1945- 2002 serta Perbandingannya dengan Konstitusi Negara Lain
Di Dunia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004

14
Tey Tsun Hang, “Brunei’s Revamped Constitution: The Sultan as
the Grundnorm?” Australian Journal of Asian Law, vol.9, no.2 (2007)

Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-dasarnya,Ghalia Indonesia,


Jakarta, 1982

15

You might also like