You are on page 1of 6

Chronic Active Hepatitis

(Chronic Canine Inflammatory Hepatic Disease)

1. Pengertian

Menurut Tilley dan Smith (2000), chronic active hepatitis merupakan hasil akumulasi
dari peradangan sel dan fibrosis di hati dengan banyak penyebab yang dapat ditemukan pada
anjing. Dapat disebabakan oleh aktivitas cell-mediated immunity pada hati, agen infeksius,
toksin, cirrhosis, dan hepatic failure. Menurut Pinney (2004), jika hati mengalami gangguan
maka biasanya ditandai dengan sakit di bagian abdominal dan disertai dengan jaundice.
Predisposisi penyakit ini yaitu pada Doberman, West Highland white terrier, Labrador
retriever, Skye terrier, American cocker spaniel, English cocker spaniel, standard poodle,
German Shephered dan Bedlington terrier.

2. Penyebab
Penyebab dari penyakit chronic active hepatitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Penyebab dari Penyakit Chronic active hepatitis

(Sumber : Yuri Lawrence, et al. 2015)


3. Anamnesa

Anjing Nero yang terserang penyakit chronic active hepatitis ini mengalami

kehilangan nafsu makan, muntah, lesu, lemah, penurunan berat badan, diare, epistaksis,

kehausan atau minum banyak, frekuensi kencing meningkat (polyuria).

4. Pemeriksaan

A). Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk hepatitis kronis bersifat nonspesifik, seringkali normal


dan dalam kebanyakan kasus tidak memberikan informasi apapun untuk mengidentifikasi
sistem yang terkena dampak kecuali anjing menderita penyakit kuning. Dikarenakan
anjing Nero tidak mengalami jaundice, maka pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk
mengevaluasi lebih lanjut anjing yang mengalami chronic active hepatitis . Adapun hal-
hal yang biasanya ditemuan ketika melakukan pemeriksaan fisik dapat dilihat pada tabel
2 di bawah ini :

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik pada


Anjing Menderita Penyakit Chronic
active hepatitis

(Sumber : Yuri Lawrence, et al. 2015)

Gambar 1. Ikterus pada Membran


Mukosa Anjing Dalmantion yang
Menderita Chronic active hepatitis

(Sumber : Adam Honeckman, 2003)


B). Pemeriksaan Laboratorium

Untuk pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan uji hematologi, uji kimia


darah, dan ultrasonography. Menurut Tilley dan Smith (2000), chronic active
hepatitis dapat diperiksa dengan gambaran ultrasonography menunjukkan ukuran
normal sampai kecil, hyperechoic parenchyma, margin yang tidak rata dan bernodul
(cirrhosis).

5. Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan anamnesa dimana anjing mengalami muntah, diare, dan tidak mau

makan. Selain itu terlihat lethargy, penurunan berat badan, polyuria/polydipsia, ascites dan

jaundice, namun anjing Nero tidak mengalami ascites dan jaundice. Dimana semua hal

tersebut menurut Tilley dan Smith (2000), penyakit chronic active hepatitis mengakibatkan

gangguan pada gastrointestinal sehingga menimbulkan gejala-gejala diatas.

Adapun hasil laboratorium dari pemeiksaan hematologi dan kima darah dari anjing

nero adalah sebagai berikut :

Hematologi Kimia Darah


Tes Hasil Nilai Satuan Tes Hasil Nilai Satuan
Normal Normal
Hemoglobin 12,2 12,0 - 18 g/dL Uream 38 15 - 40 mg/dL
Leukosit 15,1↑ 6 - 12 3
10 /µL Kreatunin 0,69 0,5 - 1,5 mg/dL
Hematokrit 32↓ 37,0 - 55,0 % SGOT 235↑ 10,6 - 100,7 µ/L
Trombosit 33↓ 200 - 500 108/µL SGPT 679↑ 8,2 - 57,3 µ/L
Eritrosit 4,81↓ 5,5 - 8,5 106/µL

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anjing “Nero”


(Sumber : Denny Saputra, 2010)
Leukosit hasil Normal
Neutrofil 79 60-77

Tabel 4. Presentase Distribusi Neotrofil pada Anjing “Nero”


(Sumber : Denny Saputra, 2010)

6. Pembahasan
Pemeriksaan darah menunjukkan nilai WBC 15,1 x 103/µL dengan kisaran normal 6-
12 x 103/µL, dengan peningkatan jumlah WBC maka mengindikasikan terjadinya infeksi
bakteri. Peningkatan WBC khususnya pada neutrofil yaitu sebanyak 79% menandakan
adanya infeksi oleh bakteri atau trauma akut sehingga menyebabkan peradangan.
Nilai trombosit mengalami penurunan yaitu 33 x 108/µL, sedangkan nilai normalnya
antara 200-500 x 108/µL. Menurut Bush (1991), penurunan trombosit secara umum terjadi
pada kasus bleeding disorder. Keadaan tersebut terlihat bahwa Nero sering mengalami
epistaksis. Pada kasus ini penurunan jumlah platelet dimungkinkan karena adanya infeksi dan
epistaksis sehingga tubuh menggunakan platelet dalam jumlah yang berlebih.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa kandungan SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau dikenal dengan AST (Aspartate
Aminotransferase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) atau dikenal dengan
ALT (Alanin Aminotransferase) dalam darah memiliki konsentrasi yang sangat tinggi. SGPT
merupakan enzim yang dihasilkan oleh hati dan terdapat pada sel parenkim hati, sama seperti
SGOT yaitu suatu enzim yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami
kerusakan, maka enzim ini akan keluar dan mengalir ke dalam aliran darah. Pada
pemeriksaan tes darah di laboratorium akan terlihat kadar SGPT dan SGOT yang mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kimia darah, kandungan SGOT 235 µ/L dengan
kisaran normal 8,9 - 48,5 µ/L. Sedangkan kandungan SGPT dalam darah menurut hasil
pemeriksaan 679 µ/L dengan kisaran normal 8,2 - 57,3 µ/L. Berdasarkan hasil pemeriksaan
darah dan kimia darah menunjukkan bahwa anjing Nero mengalami kerusakan pada hati.
Menurut Rubin dan Carr (2007), gambaran biokimia darah dari penyakit hati biasanya
terlihat peningkatan serum alanine aminotransferase (ALT). Hal ini mengindikasikan bahwa
terjadi gangguan hepatoseluler atau nekrosis sel hati, selain itu juga spread hepatic neoplasia,
dan chronic hepatitis. Sedangkan alkaline phosphatase (ALP) merupakan enzim yang
menginduksi terjadinya cholestasis. Aktivitas ALP jika meningkat menandakan adanya
obstruksi saluran empedu dan hepatocellular swelling (intrahepatik kolestasis).

7. Interpretasi Hasil
Pada kasus ini, berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan uji laboratorium,
anjing Nero didiagnosis mengalami chronic active hepatitis. Penyakit ini biasanya disebut
chronic canine inflammatory hepatic disease.

8. Terapi
Terapi yang dilakukan pada kasus ini yaitu dengan pemberian urdafalk® bertujuan
untuk mengobati chronic active hepatitis. Kandungan urdafalk adalah Ursodeoxycholic
Acid/Asam Ursodeoksikolat yang memiliki indikasi untuk pengobatan hepatitis kolestatis,
hepatitis aktif kronis (sirosis empedu primer, kolangitis sklerosis primer), batu kandung
empedu kolesterol radiolusent yang diameternya tidak melebihi 20 mm. Dosis yang
digunakan 8-10 mg/kgBB. Selain itu pemberian Curcuma® untuk meningkatkan nafsu
makan, minyak ikan untuk memperbaiki kulit dan rambut, dan pemberian Betamox®
(Amoxicillin 10 mg/kg berat badan) untuk menangani infeksi sekunder.
Menurut Hines (2009), terapi yang diberikan untuk kasus ini adalah pemberian cairan
secara intravena seperti potassium chloride, glukosa dan suplemen vitamin, management
dietary (rendah protein dan tinggi karbohidrat), pemberian antibiotik dan antiinflamasi.
Menurut Tilley dan Smith (2000), terapi yang diberikan yaitu terapi cairan
menggunakan Ringer solution dengan kandungan potassium dan dextrose jika dibutuhkan,
potassium chloride 20 mEq/L untuk maintenance, abdominosintesis dilakukan secara aseptis
jika terjadi ascites. Pemberian obat misalnya dengan menggunakan diuretics yaitu kombinasi
antara furosemide (1–2 mg/kg secara IV, SC, PO q12h) dan spironolactone (1–2 mg/kg
secara peroral tiap 12 jam) untuk menangani ascites. Pemberian antioxidants misalnya
vitamin E (10–100 IU/kg secara peroral tiap 24 jam) dan S-adenosylmethionine (20 mg/kg
secara peroral tiap 12 jam).
DAFTAR PUSTAKA
Bush BM. 1991. Interpretation of Laboratory for Small Animal Clinicians. Blackwell Scientific
Publications. Australia.
Pinney CC. 2004. The Complete Home Veterinary Guide, Third Edition. McGraw-Hill. USA.
Rubin SI, Carr AP. 2007. Canine Internal Medicine Secrets. Mosby Elsevier. USA.
Tilley LP, Smith FWK. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Ver. 2. Lippincott Williams &
Wilkins. USA.
Yuri Lawrence. 2015. CANINE CHRONIC HEPATITIS: DIAGNOSIS & TREATMENT.
Texas A&M University
Adam Honeckman. 2003. Current Concepts in the Treatment of Canine Chronic Hepatitis.
Clinical Techniques in Small Animal Practice, Vol 18, No 4 (November), 2003: pp 239-
244. From Mobile Veterinary Diagnostics, Casselberry.
Denny Sapura. 2010. Kasus Anjing Nero/AGJ (Chronic Active Hepatitis). Program Pendidikan
Dokter Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan Insitut Pertanian Bogor.
Hines R. 2009. Hepatitis in Dogs and Cats. http://www.2ndchance.info/hepatitis.htm (10
November 2017)

You might also like