You are on page 1of 168

PEDOMAN

TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
BONGKAR MUAT DI PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Bongkar Muat Di Pelabuhan Sungai Dan Danau ini untuk
mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Perhitungan Jumlah Dan
Kapasitas Alat Bongkar Muat Serta Produktifitas Bongkar Muat Di
Pelabuhan Sungai Dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Pelaku Kegiatan Bongkar Muat
2.2 Macam-Macam Kegiatan Bongkar Muat
2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Bongkar Muat
2.4 Perhitungan Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud
Untuk memberikan panduan kepada pemangku kepentingan di
bidang angkutan sungai dan danau di dalam menyediakan layanan
aktivitas bongkar muat.
1.1.2 Tujuan
Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat digunakan untuk
menentukan fasilitas yang perlu disediakan dalam melayani
aktifitas bongkar muat.

1.2 Ruang Lingkup


1) Pelaku Kegiatan Bongkar Muat
2) Macam-Macam Kegiatan Bongkar Muat
3) Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Bongkar Muat
4) Perhitungan Volume Bongkar Muat barang di Pelabuhan

1.3 Acuan Normatif


1) UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran;
2) PP No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan;
3) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan;
4) KM No.17 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan
sungai dan danau;
5) KM No. 53 tahun 2004 tentang tatanan kepelabuhanan
nasional.

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1.4 Pengertian
1) Kegiatan Bongkar Muat Barang adalah Kegiatan bongkar muat
barang dari dan ke kapal yang dilakukan melalui dermaga,
gudang dan lapangan penumpukan di pelabuhan.
2) Peralatan bongkar muat adalah alat bantu untuk mempercepat
proses bongkar muat barang dan akan mengurangi biaya tambat
di pelabuhan. Alat angkat yang akan digunakan di kapal
direncanakan berdasarkan beban yang akan diangkat guna
menentukan SWL alat angkat yang akan direncanakan.
3) Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah personil atau
buruh yang bekerja untuk membawa barang bongkar muat, dari
dan ke kapal.
4) Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah unit usaha yang
melayani jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1. Pelaku Kegiatan Bongkar Muat

Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal yang dilakukan


melalui dermaga, gudang dan lapangan penumpukan di pelabuhan.
Kegiatan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal, dilakukan
oleh:
1. Perusahaan Bongkar Muat
melakukan kegiatan usaha bongkar muat barang dari dan ke
kapal, baik untuk kapal nasional maupun kapal asing yang
diageni oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.
2. Perusahaan Angkutan Sungai dan Danau
Melakukan kegiatan bongkar muat barang terbatas hanya untuk
kapal milik dan atau kapal yang dioperasikan secara
nyata/charter terhadap :
a. barang milik penumpang;
b. barang curah cair yang dibongkar atau di muat dilakukan
melalui pipa;
c. barang curah kering yang dibongkar atau di muat melalui
Conveyor atau sejenisnya;
d. barang yang diangkut melalui kapal;
e. semua jenis barang di pelabuhan yang tidak terdapat
Perusahaan Bongkar Muat.

Apabila di suatu pelabuhan umum tidak terdapat Perusahaan


Bongkar Muat, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke
kapal keagenan umum asing (General Agent) maupun keagenan
kapal nasional, dapat dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat di
pelabuhan umum terdekat berdasarkan penunjukan perusahaan
angkutan sungai dan danau yang mengageni.

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.2. Macam-Macam Kegiatan Bongkar Muat

Dalam kegiatan bongkar muat barang ada 3 (tiga) hal pokok yang
perlu diperhatikankan dan sekaligus dapat dilihat sejauhmana
tanggung-jawab PBM tersebut terhadap barang yang
dibongkar/dimuat dati dan ke atas kapal, tiga hal tersebut antara
lain :
1. Stevedoring

Stevedoring adalah kegiatan pekerjaan membongkar barang


dari kapal ke dermaga, tongkang/truk/kereta api atau memuat
barang dari dermaga/tongkang/ truk/kereta api ke dalam palka
kapal sampai tersusun didalam palka dengan menggunakan
derek kapal atau derek darat.
2. Cargodoring

Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari


sling,tali/jala-jala (ex takle) di dermaga mengangkat dan
mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan
barang selanjutnya menyusun digudang/lapangan penumpukan
barang atau sebaliknya.
3. Receiving / Delivery

Receiving / Delivery adalah kegiatan pekerjaan memindahkan


barang dari timbunan/tempat penumpukan digudang / lapangan
penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun diatas
kendaraan yang merapat di pintu gudang/ lapanngan
penumpukan dan atau sebaliknya.

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Menurut Herry Gianto, Drs, M.Sc dkk (1990, 44), skema/gambar


Proses cargodoring Bongkar Muat di Pelabuhan sebagai berikut :

Gudang

Kapal
Pelabuhan Muat

Receiving Cargo Doring Steve


Doring

Gambar 1 Proses Cargodoring di Pelabuhan Muat

Gudang

Kapal Pelabuhan Bongkar

Steve Doring Cargo Doring Delivery

Gambar 2 Proses Cargodoring di Pelabuhan Bongkar

2.3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Bongkar Muat

Dalam kegiatan bongkar muat barang perlu diperhatlkan hal-hal


yang menyangkut sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip bongkar muat barang dengan bertujuan :
1) Melindung Kapalnya.

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2) Melindungi Muatan.
3) Melindungi ABK / Anak Buah Kapal dan TKBM-nya.
4) Menjaga agar pemuatan / Pembongkaran dilaksanakan
secara teratur dan sistematis.
5) Pemuatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
Broken stowage-nya dapat ditekan sekecil mungkin.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bongkar muat :
1) Fasilitas bongkar muat meliputi :
 Peralatan bongkar muat seperti kran/derek, kran darat,
perahu angkut dll.
 Pembangkit tenaga listrik, tenaga mekanis, gudang, dll.
2) Bangunan meliputi jalan-jalan raya, rel-rel kereta api,
gudang
 Alat bongkar muat yang merupakan alat untuk
meneruskan muatan ke pedalaman seperti tongkang,
perahu, truk dan kereta api.
 Barang yang diangkut, ini dipengaruhi jenis dan
macam barang juga oleh bagaimana cara
pengepakannya.
 Alat angkut sungai dan danau yaitu kapal yang
digunakan untuk pengangkutan muatan termasuk alat
bongkar muat dikapal.
 Pengaturan, penyampaian berita yang berhubungan
dengan berita perjalanan muatan tersebut.
 Para personil/pelaksana bongkar muat dan TKBM yang
memenuhi standart yaitu terampil dan berpengalaman.
3. Proses Pembongkaran Muatan

Proses pembongkaran muatan sebagai benkut, dilaksanakan


sebagai berikut :

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1) Menyiapkan dan menyangkutkan barang di dalam paka


pada tali derek.
2) Mengangkut barang di atas dermaga.
3) Mendaratkan dan melepaskan barang.
4) Kran derek kembali ke palka untuk mengangkut barang
selanjutnya, dan proses tersebut dilakukan berulang-ulang
sampai barang habis,
5) proses tersebut disebut Hulk cycle.
4. Tindakan pencegahan bongkar muat untuk mengurangi
kerugian/resiko operasional :
1) Jangan membebani kran derek melebihi batas kapasitas.
2) Barang harus berada dalam sling dengan aman.
3) Dalam proses pengangkutan harus dikendalikan.
4) Pengawas palka harus memberikan instruksi kepada buruh
dan operator kran derek secara jelas.
5) Buruh/TKBM wajib menggunakan peralatan keselamatan
kerja.
6) Buruh/TKBM tidak diperbolehkan berada dibawah barang
yang akan diturunkan / dinaikkan.
5. Resiko kesalahan dalam pengawasan adalah :
1) Sering terjadi keterlambatan
2) Penggunaan tenaga kerja yang kurang terampil
3) Kelaiklautan kapal yang berakibat keterlambatan kapal
untuk berlayar kembali.
4) Biaya cargo handling menjadi tinggi
5) Kerusakan kapal/muatan maupun kecelakaan buruh.
6. Sebab-sebab terjadinya kelambatan dalam bongkar muat
1) Waktu yang terbuang untuk membawa muatan, memasang
muatan pada kait muat (cargo hook), penyiapan alat
bongkar muat, waktu terbuang pada saat membuka palka.
2) Tenaga buruh/TKBM yang tidak cakap dan terampil

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

3) Peralatan bongkar muat yang kurang sempurna.


7. Peralatan bongkar muat

Untuk mendukung operasi bongkar muat barang pada kapal


barang maka perlu dilengkapi peralatan bongkar muat (cargo
handling). Instalasi cargo handling terdiri dari beberapa
peralatan yang saling mendukung. Kapal barang, sangat penting
untuk menyediakan peralatan bongkar muat karena akan
mempercepat proses bongkar muat barang dan akan
mengurangi biaya tambat di pelabuhan. Alat angkat yang akan
digunakan di kapal direncanakan berdasarkan beban yang akan
diangkat guna menentukan SWL alat angkat yang akan
direncanakan.

2.4. Perhitungan Volume Bongkar Muat barang di Pelabuhan


Bongkar Muat dirumuskan kedalam persamaan:
BM = b0 + b1.JK + b2.TK + b3.WK + µ
Keterangan:
BM = Volume Bongkar Muat (ton/m3)
JK = Jumlah Kapal (Unit)
TK = Tenaga Kerja (Orang)
WK = Waktu Kerja (hari)
B0 = Konstanta
B1,b2,b3 = Koefisien Regresi
µ = Error term

8
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
TATA CARA PENGUKURAN, DESAIN, DAN PENGERJAAN
KAPAL KAYU SUNGAI DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan Pengerjaan Kapal Kayu
Sungai Dan Danau ini untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau
yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan
Pengerjaan Kapal Kayu Sungai Dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Bahan Dan Peralatan
2.2 Bagian-Bagian Kapal
BAB III PELAKSANAAN
3.1 Teknis
3.2 Besaran Kapal
3.3 Stabilitas Kapal

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Pedoman perencanaan Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan


Pengerjaan Kapal Kayu Sungai Dan Danau ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan yang layak secara
teknis dan ekonomis.

1.1.2 Tujuan

Pedoman Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan Pengerjaan Kapal


Kayu Sungai Dan Danau ini memberikan panduan standar minimal
Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan Pengerjaan Kapal Kayu Sungai
Dan Danau yang optimal.

1.2 Ruang Lingkup

Pedoman Tata Cara Pengukuran, Desain, Dan Pengerjaan Kapal


Kayu Sungai Dan Danau ini memberikan panduan dalam
Pengukuran, Desain, Dan Pengerjaan Kapal Kayu Sungai Dan
Danau

1.3 Acuan Normatif

1) UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran;


2) PP No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan;
3) PP No.5 tahun 2010 tentang kenavigasian;
4) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan;
5) KM No.17 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan
sungai dan danau;
6) KM No. 53 tahun 2004 tentang tatanan kepelabuhanan
nasional.

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

7) Boat Building Materials


8) Regulation 4 of Annex 1 of The International Convention on
Tonnage Measurement of Ships, 1969

1.4 Pengertian

1) Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan


menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk,
rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang
dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau.

2) Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan sungai dan danau.

3) Kapal Sungai dan Danau adalah kapal yang dilengkapi dengan


alat penggerak motor atau bukan motor yang digunakan untuk
angkutan sungai dan danau;

4) Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan,


kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal,
dan aktivitas pengisian bahan bakar untuk kapal, air minum, air
bersih, saluran untuk air kotor/limbah.

5) Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar,


dan bebas hambatan pelayaran lainnya yang dianggap aman
dan selamat untuk dilayari oleh kapal di sungai, atau danau.

6) Panjang seluruh kapal (Length over all, Loa) adalah jarak


mendatar antara ujung depan linggi haluan sampai dengan
ujung belakang linggi buritan kapal.

7) Panjang garis geladak kapal (Length deck line, Ldl) adalah


jarak mendatar antara sisi depan linggi haluan sampai dengan
sisi belakang linggi buritan yang diukur pada garis geladak
utama atau geladak kekuatan.

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

8) Panjang garis air kapal (Length water line, Lwl) adalah jarak
mendatar antara sisi belakang linggi haluan sampai dengan sisi
depan linggi buritan, yang diukur pada garis air muatan penuh.

9) Panjang garis tegak kapal (Length between perpendicular, Lbp)


adalah jarak mendatar antara garis tegak haluan sampai dengan
garis tegak buritan/ sumbu poros kemudi kapal, yang diukur
pada garis air muatan penuh.

10) Panjang kapal (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 6


Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal, p) adalah panjang yang
diukur pada 96 % dari panjang garis air dengan sarat 85 % dari
ukuran dalam terbesar yang terendah diukur dari sebelah atas
lunas, atau panjang garis air tersebut diukur dari linggi haluan
sampai ke sumbu poros kemudi, apabila panjang ini yang lebih
besar.

11) Lebar maksimum kapal (Breadth maximum, Bmax) adalah


jarak mendatar antara sisi-sisi luar dari pisang-pisang atau
fender kapal, yang diukur pada lebar kapal terbesar.

12) Lebar garis geladak kapal (Breadth deck line, Bdl atau Breadth
moulded, Bmld) adalah jarak mendatar antara sisi-sisi luar kulit
kapal, yang diukur pada garis tepi geladak dan dipertengahan
panjang garis tegak kapal.

13) Lebar garis air kapal (Breadth water line, Bwl) adalah jarak
mendatar antara sisi-sisi luar kulit kapal, yang diukur pada garis
muatan penuh dan dipertengahan panjang garis tegak kapal.

14) Tinggi maksimum kapal (Height atau Depth maximum, Hmax


atau Dmax) adalah jarak vertikal atau tegak antara garis dasar/
garis sponeng bawah sampai dengan garis atau sisi atas pagar
kapal, yang diukur pada pertengahan panjang garis tegak kapal.

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

15) Tinggi kapal atau tinggi geladak kapal (Height, H atau Depth,
D) adalah jarak vertikal atau tegak antara garis dasar/ garis
sponeng bawah sampai dengan garis atau sisi atas geladak pada
garis tepi geladak utama, yang diukur pada pertengahan
panjang garis tegak kapal.

16) Sarat air kapal (Draught atau draft, d) adalah jarak vertikal/
tegak antara garis dasar sampai dengan garis air muatan penuh
atau tanda lambung timbul kapal untuk garis muat musim
panas, yang diukur pada pertengahan panjang garis tegak kapal.

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Bahan Dan Peralatan

2.1.1 Bahan

Pelaksanaan identifikasi dan pengukuran kapal dengan


menggunakan bahan/ objek, sebagai berikut :
a. Gambar desain kapal
b. Bangunan konstruksi kapal
c. Formulir isian ”Pengukuran data teknis dimensi utama kapal”

Dalam memperoleh data teknis yang akurat dan teliti megenai


dimensi kapal, sebaiknya pengukuran dilakukan pada saat kapal di
atas galangan kapal (dock yard).

2.1.2 Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengidentifikasian dan


pengukuran kapal, dilakukan dengan pengukuran secara langsung
dengan menggunakan peralatan pengukuran, sebagai berikut :
1. Roll meter pendek (5 meter);
2. Roll meter panjang (50 meter);
3. Water level;
4. Unting-unting / bandul bertali (plumb line).

2.2. Bagian-Bagian Kapal

Sebelum melakukan pengukuran dan mendesain kapal, perlu


diketahui bagian-bagian kapal sungai dan danau terlebih dahulu.
Bagian-bagian kapal yang penting ditunjukkan dalam Gambar 1,
gambar tersebut tidak berbeda banyak dari kapal sungai.

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Gambar 1. Gambar Bagian-Bagian dari Kapal


Berdasarkan gambar, bagian-bagian utama kapal terdiri dari:
1: Cerobong;
2: Buritan;
3: Propeller;
4: Kulit kapal;
5: Mesin;
6: Lampu sorot;
7: Haluan;
8: Geladak utama;
9: Bangunan atas (Superstructure) di mana ditempatkan anjungan
kapal, kabin untuk awak.

Secara umum pada prinsipnya kapal perairan sungai dan danau


dengan yang kapal yang digunakan dilaut memiliki karakteristik
yang sama.

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Gambar 2 Contoh Bentuk Kapal Kayu

2.2.1. Lambung Kapal

Gambar 3 Lambung Kapal

Lambung kapal atau dalam bahasa Inggris disebut hull adalah


badan dari perahu atau kapal. Lambung kapal menyediakan daya
apung (Bouyancy) yang mencegah kapal dari tenggelam yang
dirancang agar sekecil mungkin menimbulkan gesekan dengan air,
khususnya untuk kapal dengan kecepatan tinggi.

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Rancang bangun lambung kapal merupakan hal yang penting dalam


membuat kapal karena merupakan dasar perhitungan stabilitas
kapal, besarnya tahanan kapal yang tentunya berdampak pada
kecepatan kapal rancangan, konsumsi bahan bakar, besaran daya
mesin serta draft/ sarat kapal untuk menghitung kedalaman yang
diperlukan dalam kaitannya dengan kolam pelabuhan yang akan
disinggahi serta kedalaman alur pelayaran yang dilalui oleh kapal
tersebut.

A. Bentuk lambung

Lambung kapal dapat berbentuk:

Bentuk
Keterangan
lambung
Kapal lambung datar

Kapal dengan lambung datar ini merupakan kapal yang


bisa digunakan pada perairan tenang. Biasanya digunakan
untuk kapal dengan kecepatan rendah. Banyak digunakan
untuk kapal tangker, tongkang Draft kapal biasanya lebih
kecil. Untuk meningkatkan stabilitas biasanya titik berat
kapal diturunkan

Katamaran

Kapal dengan beberapa lambung ini mempunyai


kestabilan yang tinggi, namun gelombang yang
ditimbulkan lebih kecil sehingga merupakan kapal yang
sesuai untuk dioperasikan di sungai, tetapi diperairan
yang bergelombang dampaknya terhadap goyangan di
kapal tinggi.

Lambung V

Merupakan kapal dengan lambung lancip seperti huruf V


yang mempunyai hambatan yang kecil sehingga lebih
hemat dalam penggunaan bahan bakar. Kapal yang
demikian biasanya digunakan untuk kapal kecepatan
tinggi.

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Bentuk
Keterangan
lambung
Lambung terowongan

Lambung seperti ini dimaksudkan untuk mengurangi


gesekan, berbeda dengan katamaran karena sudut bagian
dalam lancip sehingga mempermudah manuver kapal.
Kapal ponton

Kapal yang dibangun diatas ponton, kapal seperti ini


sangat stabil, dan dapat dijalankan dengan mudah
menggunakan mesin tempel atau ditarik dengan kabel
untuk penyeberangan sungai. Tidak efisien bila
dihunakan untuk pelayaran jarak jauh.

Desain lambung mempengaruhi kecepatan, semakin streamline


semakin cepat. Demikian juga dalam hal penggunaan energi. Tetapi
di lain pihak, muatan yang bisa diangkut akan lebih rendah,
sehingga kapal barang, tangker akan lebih sesuai untuk
menggunakan bentuk lambung di datar.

B. Perbandingan lambung datar dengan lambung V

Keuntungan Bentuk Lambung datar


1. Pada lambung datar, stabilitas relatif lebih baik karena pada
bentuk datar mempunyai momen kopel lebih besar pada sudut
oleng yang sama jika dibandingkan dengan bentuk V.
2. Pada lambung datar, daya muat lebih besar oleh karena
coefisient block (Cb) lebih besar.
3. Bentuk lambung datar diperoleh nilai periode oleng lebih baik
karena nilai momen inersia massa total kapal lebih besar dari
bentuk V.
4. Untuk daya muat yang sama, lambung datar draft lebih rendah
dari lambung berbentuk V sehingga dapat berlayar di shallow
water.

9
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Keuntungan Bentuk Lambung V


1. Pada lambung berbentuk V untuk kecepatan rancangan yang
sama, diperoleh besaran daya mesin yang lebih kecil dari
bentuk lambung datar.
2. Bentuk lambung V, kemampuan sea keeping dan manouvering
kapal lebih baik dari bentuk lambung datar oleh karena bentuk
lambung yang ramping.
3. Kebutuhan bahan bakar untuk kecepatan mesin yang sama
lebih rendah dari bentuk lambung V oleh karena nilai tahanan
kekentalan (viscous resistance) lebih kecil dari bentuk lambung
datar.
4. Namun mempunyai tahanan gelombang (wave resistance) yang
lebih besar karena mempunyai lebar yang lebih pada garis air
muat.

2.2.2. Kulit kapal

Kulit kapal merupakan permukaan kapal yang terbuat dari plat–plat


baja, kayu atau aluminium yang disambung menjadi lajur yang
terdapat pada badan kapal biasa disebut dengan kulit kapal atau
disebut juga ship shell. Kegunaan kulit kapal:
1. Untuk memberikan kekuatan struktur membujur kapal.
2. Menerima beban dari kapal dan muatannya.
3. Merupakan penutup kedap air dari dasar hingga bagian atas
kapal.
4. Lajur kulit kapal diberi nama dengan abjad a,b,c,d dan
seterusnya mulai dengan lajur dasar.
5. Sambungan plat diberi nama dengan angka 1,2,3 dan
seterusnya dari depan ke belakang.
Bahan moderen yang kerap digunakan dalam pembuatan kapal
kecil yang banyak ditemukan dalam pelayaran pedalaman adalah

10
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

serat kaca atau yang dikenal sebagai fiber-glass, yang proses


pembuatannya tidak sulit, tetapi dibutuhkan cetakan kulit lambung
kapal.

2.2.3. Sekat Pelanggaran

Pada kapal sekat pelanggaran ini ditentukan letaknya yaitu 5% dari


panjang kapal pada garis air dihitung dari haluan kapal. Pada kapal
panjang ditambah 10” ( feet ).
Kegunaan
Sekat pelanggaran memiliki berbagai kegunaan yaitu:
• Mencegah kebocoran.
• Memperkuat melintang kapal setempat.
• Jika terjadi kebocoran pada kapal, maka kapal dapat berlayar
pelan-pelan dengan menggunakan sekat pelanggaran.
Ketentuan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan sekat
pelanggaran adalah:
• Sekat pelanggaran ini harus lebih tebal dari pada sekat kedap
air lainnya.
• Batas penguat harus ditaruh pada bagian muka sekat
Pelanggaran masing-masing berjarak 24”.
• Baja siku dipasang pada bagian sekat pelanggaran.

2.2.4. Sekat Belakang

Pada sekat belakang pada bagian lobang baling-baling harus


ditambah plat yang lebih tebal 22 mm untuk menahan getaran
baling-baling. Bagi penguat yang terletak di bagian belakang kapal,
masing-masing berjarak 24” dan baja siku keliling diletakkan pada
bagian muka kapal.

11
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.2.5. Lunas

Lunas adalah bagian terbawah dari kapal, lunas terdiri dari berbagai
jenis yaitu lunas dasar, lunas tegak dan lunas lambung. Lunas dasar
merupakan lajur kapal pada dasar yang tebalnya +/- 35 % dari pada
kulit kapal lainnya. Sedangkan lunas tegak ialah lunas yang tegak
sepanjang kapal , tebalnya 5/8 lebih besar daripada lunas dasar pada
4/10 bagian lunas tegak di tengah–tengah kapal. Kapal besar pada
umumya memiliki lunas lambung yang berfungsi untuk melindungi
kapal bila kandas. Lunas lambung ini biasanya terdapat 1/4 - 1/3
dari panjang kapal pada bagian tengah yang berfungsi juga untuk
mengurangi olengan kapal.

2.2.6. Anjungan

A. Anjungan kapal sungai

Anjungan (bridge) adalah ruang komando kapal di mana


ditempatkan roda kemudi kapal, peralatan navigasi untuk
menentukan posisi kapal berada dan biasanya terdapat juga kamar
nakhoda dan kamar radio.
Anjungan biasanya ditempatkan pada posisi yang mempunyai jarak
pandang yang baik ke segala arah.
Perlengkapan anjungan
Alat-alat yang melengkapi anjungan modern antara lain:
• Roda kemudi,
• Radar
• Global Positioning Satelite atau dikenal sebagai GPS,
• Radio komuniasi
• Perangkat komando ruang mesin
• Kompas
• Teropong

12
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

B. Geladak

Geladak dalam bahasa Inggrisnya deck adalah lantai kapal. Nama–


nama geladak ini tergantung dari banyaknya geladak yang ada di
kapal tersebut. Pada umumnya geladak yang berada di bawah
dinamakan geladak dasar sedangkan geladak yang di atas
dinamakan geladak atas atau geladak utama (main deck). Bila
antara geladak dasar dan geladak atas terdapat geladak lagi, maka
geladak tersebut dinamakan geladak antara.
Konstruksi geladak
1. Geladak besi
Kapal-kapal besi umumnya menggunakan geladak yang terbuat dari
plat baja, yang dilas satu dengan yang lainnya dari kedua arah (atas
dan bawah). Plat baja ini bertumpu pada gading-gading (kerangka)
kapal. Pada kapal Ro-ro/penyeberangan geladak kendaraan harus
mampu untuk menahan beban kendaraan beserta muatannya.
2. Geladak kayu
Geladak terbuat dari papan kayu yang tahan terhadap korosi yang
disusun berdampingan dan bertumpu ke gading-gading kapal.
Untuk membuat geladak kedap terhadap air, celah di antara papan
yang digunakan diisi dengan serat tahan air dan diikat/direkatkan
dengan tar atau resin. Geladak kayu digunakan pada kapal-kapal
pinisi, yach atau kapal kayu.
3. Geladak serat kaca
Bahan modern yang banyak digunakan pada kapal-kapal kecil
adalah geladak yang terbuat dari kaca serat atau yang dikenal fiber
glass yang mudah dibuat dan ringan. Serat kaca juga digunakan
untuk melapis geladak kayu agar lebih kedap air serta tahan lebih
lama.

13
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Lajur Geladak
Bagian ini biasanya terbuat dari kayu yang melapisi geladak baja.
Untuk itu kayu lajur geladak ini harus memenuhi kriteria berikut:
1. Cukup keras, tahan lama, dan daya serap air harus sekecil
mungkin.
2. Dalam perubahan suhu, perubahan kembang dan menyusut
harus sekecilnya.
3. Tidak mengandung bahan kimia yang merusak baja.
4. Harus cukup kering.
5. Harus bersih dari serat-serat licin.

C. Gading

Merupakan rangka dari kapal di mana kulit–kulit kapal diletakkan.


Nama dari gading disesuaikan dengan tempatnya. Gading yang
terletak di sekitar haluan disebut gading haluan. Gading yang
terletak pada tempat yang terlebar dari kapal disebut gading besar
sementara gading yang terletak di sarung poros baling–baling
disebut gading kancing. Gading–gading ini mempunyai jarak antara
satu dan lainnya kira–kira 21–37 inci sesuai dengan ukuran kapal
dan diberi nomor urut mulai nol yang dimulai dari belakang.

2.2.7. Bak

Pada umumnya kapal memiliki satu gudang mini yang


dipergunakan untuk memperlancar kegiatan deck terutama pada
saat sandar dan lepas sandar. Untuk itu disediakan satu ruangan
yang biasa disebut bak. Bak adalah bagian bangunan kapal yang
ada di ujung depan kapal, digunakan untuk menyimpan alat tali
menali kapal dan rantai jangkar.

14
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Teknis

Kapal sungai dan danau memiliki dimensi/ ukuran utama dan


koefisien bentuk kapal, yang tergantung dari peruntukannya
sehingga mempengaruhi karakteristik konstruksi kapal.

3.1.1 Gambar desain kapal

Umumnya bangunan konstruksi kapal yang didaftar dengan tanda


kelas dalam klasifikas Indonesia telah dilengkapi gambar desain
kapal, antara lain :

a. Gambar rancang garis (lines plan)

Gambar 4. Gambar rancang garis (lines plan)

15
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

b. Gambar rancana umum (general arrangement)

Gambar 5. Gambar rancana umum (general arrangement)

16
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

c. Gambar konstruksi profil (profile construction)

Gambar 6. Gambar konstruksi profil (profile construction)

17
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

d. Gambar penampang melintang atau gading besar (midship


section)

Gambar 7. Gambar penampang melintang atau gading besar (midship


section)

3.1.2 Dimensi/ukuran utama kapal


Untuk mengukur dimensi utama kapal, sebaiknya bangunan
konstruksi kapal dalam keadaan lunas rata (even keel) dan

18
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

diupayakan bangunan konstruksi kapal berada di atas galangan


kapal. Hal ini disebabkan untuk memudahkan pengukuran panjang
garis air dan panjang garis tegak kapal serta kedalaman kapal yang
berada di bawah permukaan air.
a. Panjang kapal

Gambar 8. Mengukur panjang kapal

b. Lebar kapal

Gambar 9. Mengukur lebar kapal

19
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

c. Tinggi kapal

Gambar 10. Mengukur tinggi atau dalam kapal

Gambar 11. Mengukur sarat air kapal

3.1.3 Koefisien bentuk kapal


1. Koefisien balok (Block coefficient, Cb)
Koefisien balok adalah nilai perbandingan antara volume badan
kapal yang berada dibawah permukaan air dengan volume
balok yang membatasinya atau yang dibentuk oleh panjang,
lebar dan tinggi balok.

20
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Gambar 12. Penentuan koefisien balok

Adapun formula untuk menghitung koefisien balok (Cb) badan


kapal yang berada di bawah air adalah :


=
Lwl × Bwl × d

Keterangan :
Cb = Koefisien balok kapal
∇ = Volume displacement kapal (m3)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)
d = Sarat air kapal (m)

2. Koefisien gading besar (Midship coefficient, Cm)


Koefisien gading besar adalah nilai perbandingan antara luasan
penampang gading yang berada di bawah permukaan air
dengan luas penampang empat persegi panjang yang
membatasinya atau yang dibentuk oleh lebar dan tinggi empat
persegi panjang.

21
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Adapun formula untuk menghitung koefisien gading besar


(Cm) luasan penampang gading yang berada di bawah
permukaan air adalah :

Am
=
Bwl × d

Keterangan :
Cm = Koefisien gading besar kapal
Am = Luasan penampang gading besar (m2)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)
d = Sarat air kapal (m)

Gambar 13. Penentuan koefisien balok

3. Koefisien garis air (Water line coefficient, Cwl)


Koefisien garis air adalah nilai perbandingan antara luasan
penampang garis air dengan luas penampang empat persegi
panjang yang membatasinya atau yang dibentuk oleh panjang
dan lebar empat persegi panjang.

22
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Gambar 14. Penentuan koefisien garis air

Adapun formula untuk menghitung koefisien garis air (Cwl)


luasan penampang garis air adalah :
Luas
Am
=
Lwl × Bwl

Keterangan :
Cw = Koefisien garis air
Aw = Luasan penampang garis air (m2)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)

4. Koefisien Prismatik (Prismatic Coefficient, Cp)


a) Koefisien prismatik memanjang (longitudinal prismatic
coefficient : Cpl) adalah nilai perbandingan antara volume
badan kapal yang berada dibawah permukaan air dengan
volume prisma yang membatasinya kearah memanjang
kapal atau yang dibentuk oleh luas penampang gading
besar dan panjang prisma.

23
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Adapun formula untuk menghitung koefisien prismatik


(Cpl) badan kapal yang berada dibawah permukaan air
secara memanjang adalah :

= × ×
atau =

Keterangan :
Cpl = Koefisien prismatik memanjang kapal
∇ = Volume displacement (m3)
Am = Luasan penampang gading besar (m2)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Cb = Koefisien balok
Cm = Koefisien gading besar

b) Koefisien prismatik melintang (Vertical Prismatic


Coefficient, Cpv) adalah nilai perbandingan antara volume
badan kapal yang berada dibawah permukaan air dengan
volume prisma yang membatasinya kearah melintang kapal
atau yang dibentuk oleh luas penampang garis air dan
tinggi prisma.

Adapun formula untuk menghitung koefisien prismatik


(Cpv) badan kapal yang berada dibawah permukaan air
secara melintang adalah :


= atau =
×∇×

24
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Keterangan :
Cpv = Koefisien prismatik melintang kapal
∇ = Volume displacement kapal (m3)
Aw = Luasan penampang garis air (m2)
d = Sarat air kapal (m)
Cb = Koefisien balok
Cw = koefisien garis air

3.2 Besaran Kapal

Terdapat beberapa cara dalam menentukan besaran kapal,


diantaranya sebagai berikut :
1. Volume displacement kapal
Volume displacement kapal merupakan volume badan kapal
yang berada di bawah permukaan air, dimana besaran yang
dihasilkan merupakan hasil perkalian panjang, lebar, tinggi
sarat air (pada garis air muat penuh) dengan koefisien balok
(block coefficient, Cb)
2. Displacement kapal
Displacement kapal merupakan volume kapal apabila kapal
berlayar di perairan dalam hal ini perairan sungai dan danau,
yang dihasilkan dari perkalian antara Volume displacement
dengan berat jenis air.
3. Tonnage atau Gross Tonnage (GT) kapal
Pengukuran besaran volume kapal dilakukan pada bagian
ruangan – ruangan yang tertutup dan dianggap kedap air yang
berada di dalam kapal dan dinyatakan dalam Gross Tonnage
kapal dengan menggunakan satuan ”Register Tonnage (1 RT =
100 ft3 = 2,8328 m3). Volume ruangan tertutup dalam kapal
terdiri dari volume ruang tertutup yang terdapat di bagian atas
dan bawah dari geladak utama.

25
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Dimana geladak utama kapal adalah geladak kapal yang


menyeluruh dari haluan sampai buritan kapal, yang dianggap
sebagai geladak kekuatan kapal. Sebagian besar kapal memiliki
1 (satu) geladak kapal, maka geladak utama sama dengan
geladak kekuatan kapal.
Bangunan di atas kapal (super structure) merupakan bangunan
kapal yang terletak di atas geladak utama dan mempunyai lebar
bangunan atas sama dengan moulded kapal. Apabila lebar
bangunan atas lebih kecil dari 96 % lebar moulded kapal, maka
bangunan di atas geladak utama dianggap sebagai rumah
geladak (deck house).

Gambar 15. Ruangan tertutup di bawah geladak utama

26
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Gambar 16. Ruangan tertutup di atas geladak utama

Sesuai dengan ”International Convention on Tonnage


Measurment of Ship, TMS 1969”, maka menentukan tonnage
atau gross tonnage kapal dilakukan dilakukan dengan formula
sebagai berikut :
a) Panjang seluruh kapal kurang dari sama dengan 24 meter
(≤ 24 m)
Metode pengukuran dalam negeri berdasarkan TSM 1969
digunakan bagi kapal yang memiliki panjang seluruh kapal
(Loa) kurang dari sama dengan 24 meter (≤ 24 m).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM
6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal metode
pengukuran dalam negeri (*) adalah sebagai berikut :

27
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

= 0,25 ×

Keterangan :
GT = Gross Tonnage atau tonase kotor (RT)
0,25 = faktor
V = Volume ruang tertutup yang berada
dalam kapal (m3)
V1 = Volume ruangan di bawah geladak utama
(m3)
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama
(m3)

1) Ruangan tertutup di bawah geladak

= × × ×

Keterangan :
V1 = Volume ruangan di bawah geladak utama
(m3)
Ldl = Panjang (m), diperoleh dengan dengan
mengukur jarak mendatar antara titik temu
sisi luar kulit lambung dengan tinggi haluan
dan tinggi buritan pada ketinggian geladak
atas pada bagian sebelah atas dari rimbat
tetap (*)
Bdl = Lebar (m), diperoleh dengan mengukur
jarak mendatar antara kedua sisi luar kulit
lambung pada bagian kapal yang terlebar,
tidak termasuk pisang-pisang (*)
D = Tinggi (m), diperoleh dengan mengukur
jarak tegak lurus ditengah-tengah lebar pada

28
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

bagian kapal yang terlebar dari sebelah


bawah alur lunas sampai bagian bawah
geladak atau samapai garis melintang kapal
yang ditarik melalui kedua sisi atas rimbat
tetap (*)
F = Faktor (*)
a) 0,85 = bagi kapal-kapal dengan bentuk
dasar rata, secara umum digunakan bagi
kapal tongkang.
b) 0,70 = bagi kapal-kapal dengan bentuk
dasar agak miring dari tengah ke sisi
kapal, secara umum digunakan bagi
kapal motor.
c) 0,50 = bagi kapal-kapal yang tidak
termasuk golongan (a) dan (b), secara
umum bagi kapal layar atau kapal layar
motor.

Gambar 17. Volume tertutup di bawah geladak utama

2) Ruangan tertutup di atas geladak

= × ( ) × ( )

29
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Keterangan :
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama
(m3)
l = Panjang ruangan (m), diukur hingga
kesebelah dalam kulit atau plat dinding (*)
b(r) = Lebar rata-rata (m), diukur hingga
kesebelah dalam kulit atau plat dinding (*)
d(r) = Tinggi rata-rata (m), tinggi ruang
bangunan atas diukur dari sebelah atas
geladak sampai sebelah bawah geladak
diatasnya; tinggi kepala palkah diukur dari
sebelah bawah geladak sampai sebelah
bawah tutup kepala palkah (*)

Gambar 18. Volume tertutup di atas geladak utama

Catatan
Umumnya ruangan tertutup di atas geladak utama
terdiri dari :
a. Ruangan di depan kapal : akil (fore castle),
b. Ruangan di tengah kapal : anjungan (bridge),
c. Ruangan di belakang kapal : kimbul (poop),

30
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

d. Ruangan tutup palka (muatan, gudang dan motor


atau mesin),
e. Ruangan yang berbentuk balok atau kotak
mempunyai koefisien balok : Cb = 1,00
f. Ruangan di bawah geladak terpenggal, baik yang
berada di haluan maupun di buritan kapal dan
mengikuti kelengkungan bentuk kapal, maka
koefisien baloknya sama dengan koefisien balok
kapal.

Tonase bersih (NT) ditetapkan sebesar 30 % dari Tonase


Kotor (GT) atau dalam bentuk rumus sebagai berikut :
= 0,30 ×

b) Panjang seluruh kapal lebih besar dari 24 meter (≥ 24 m)


Metode pengukuran internasional berdasarkan TSM 1969
digunakan bagi kapal yang memiliki panjang seluruh kapal
(Loa) lebih besar dari sama dengan 24 meter (> 24m).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM
6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal metode
pengukuran dalam negeri (*) adalah sebagai berikut :

= ×

Keterangan :
GT = Gross Tonnage atau tonase kotor
k = koefisien
k = 0,2 + 0,02 log 102 atau menggunakan
tabel koefisien : k
fungsi dari volume ruangan tertutup : v,
seperti terlihat pada tabel 3.1.

31
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

V = Volume ruang tertutup yang berada dalam


kapal (m3)
V1= Volume ruangan di bawah geladak
utama (m3)

V2= Volume ruangan di atas geladak utama


(m3)

32
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Tabel 3.1 Koefisien : k Untuk mengukur tonnage / gross tonnage (GT)


dengan formula internasional

33
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

3.3 Stabilitas Kapal

3.3.1. Titik-Titik Penting dalam Stabilitas

Gambar 19 Titik-titik penting stabilitas kapal


Titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik berat (G),
titik apung (B) dan titik M.
M - Metacenter
G – Titik berat (Centre of Gravity)
B – Titik apung (Centre of Buoyancy)
K – Lunas/Keel

3.3.2. Titik Berat (Centre of Gravity)

Gambar 20 Letak titik berat kapal di perairan


Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang
menekan ke bawah terhadap kapal. Letak titik G ini di kapal dapat
diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di kapal, makin
banyak bobot yang diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah
letak titik G-nya.

34
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Secara definisi, titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya–
gaya yang bekerja ke bawah. Letak titik G pada kapal kosong
ditentukan oleh hasil percobaan stabilitas. Perlu diketahui bahwa,
letak titik G tergantung daripada pembagian berat di kapal. Jadi
selama tidak ada berat yang di geser/ditambah/dikurangi, titik G
tidak akan berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk/trim.

3.3.3. Titik Apung (Centre of Buoyance)

Gambar 21 Titik apung kapal


Titik apung (center of buoyance) dikenal dengan titik B dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari resultan gaya-gaya yang
menekan tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam dalam air.
Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan
tetapi akan berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat dari
kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang menyebabkan
kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami sengat. Letak
titik B tergantung dari besarnya sengat kapal (bila sengat berubah
maka letak titik B akan berubah / berpindah. Bila kapal menyenget
titik B akan berpindah kesisi yang rendah.

35
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

3.3.4. Titik Metasentris

Gambar 22 Titik metasentris


Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal,
merupakan sebuah titik semu dari batas di mana titik G tidak boleh
melewati di atasnya agar supaya kapal tetap mempunyai stabilitas
yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik
metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung dari besarnya
sudut sengat.
Apabila kapal sengat pada sudut kecil (tidak lebih dari 150), maka
titik apung B bergerak di sepanjang busur di mana titik M
merupakan titik pusatnya di bidang tengah kapal (centre of line)
dan pada sudut sengat yang kecil ini perpindahan letak titik M
masih sangat kecil, sehingga masih dapat dikatakan tetap.

3.3.5. Ukuran dalam stabilitas

Gambar 23 Ukuran-ukuran yang digunakan dalam perhitungan stabilitas

36
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Ada beberapa ukuran-ukuran yang digunakan dalam stabilitas kapal


seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.

KG – Adalah tinggi titik berat ke lunas/jarak/letak titik berat


terhadap lunas
Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas
(inclining experiment), selanjutnya KG dapat dihitung dengan
menggunakan dalil momen. Nilai KG dengan dalil momen ini
digunakan bila terjadi pemuatan atau pembongkaran di atas kapal
dengan mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang
disebut dengan vertical centre of gravity (VCG) lalu dikalikan
dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen bobot
tersebut. Selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal
dibagi dengan jumlah bobot dan menghasilkan nilai KG pada saat
itu.

Di mana,
∑M = Jumlah momen (ton)
∑W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot benda (m ton)
KM – adalah tinggi / jarak metacenter dari lunas.
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau
jumlah jarak dari lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke
metasentris (BM), sehingga KM dapat dicari dengan rumus:

Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi


setiap sarat (draft) saat itu.

GM – Tinggi Metacentric:
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak
antara titik G dan titik M. Dari rumus disebutkan:

37
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal
atau keadaan stabilitas kapal selama pelayaran nanti

BM – Radius Metacentric:
BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentris radius karena
bila kapal mengoleng dengan sudut-sudut yang kecil, maka lintasan
pergerakan titik B merupakan sebagian busur lingkaran di mana M
merupakan titik pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya. Titik M
masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil (100-150).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa:

Di mana :
b = lebar kapal (m)
d = draft kapal (m)
KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)
Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan
tetapi berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau sengat
kapal. Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat dicari:
Untuk kapal tipe plat bottom, KB = 0,50d
Untuk kapal tipe V bottom, KB = 0,67d
Untuk kapal tipe U bottom, KB = 0,53d
Di mana d = draft kapal
Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, di mana nilai
KB dapat dicari pada setiap sarat kapal saat itu

38
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Segitiga stabilitas

Gambar 24 Lengan penegak pada saat kapal sengat


Bila suatu kapal sengat maka titik apung akan bergerak
sedangankan titik berat (gravitasi) tidak berubah. Karena gaya
apung dan gravitasi sama besar dan searah, tetapi kalau kapal
miring akan membentuk dua gaya yang paralel dengan arah yang
berlawanan, mengakibatkan terjadi rotasi. Rotasi ini mengakibatkan
kapal kembali ke posisi semula karena gaya apung dan gravitasi
sama besar berlawanan arah akan saling menutup. Hal ini dikatakan
sebagai pasangan (coupled) karena kedua gaya yang bekerja
menghasilkan rotasi. Rotasi inilah yang menyebabkan terjadi
keseimbangan kapal.

Gambar 25 Segitiga gaya apung, gravitasi dan lengan penegak


Jarak antara gaya apung dan gravitasi disebut sebagai lengan
penegak. Pada gambar di atas lengan penegak merupakan garis

39
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

yang ditarik dati titik gravitasi ke vektor gaya apung kapal. Untuk
kemiringan yang kecil (0o sampai 7o ke 10o, metacenter tidak
berubah), nilai lengan penegak (GZ) dapat diperoleh secara
trigonometry.
Dengan menggunakan fungsi sinus untuk mendapatkan lengan
penegak:

Dengan stabilitas awal (0o sampai 7o-10o) metacenter tidak berubah,


dan fungsi sinus hampir linier (garis lurus) Oleh karena itu Lengan
Penegak kapal < GZ proporsional terhadap ukuran tinggi
metacenter, GM. Sehingga GM adalah ukuran awal stabilitas kapal
Momen Penegak (Righting Moment/RM)
Moment penegak adalah ukuran stabilitas kapal terbaik.
Menjelaskan kenapa kapal bisa mengatasi kemiringan dan kembali
ke titik keseimbangan/stabilitas. Moment penegak adalah sama
dengan lengan penegak dikali displacement kapal.
Contoh:
Suatu kapal mempunyai displacement sebesar 6000 LT dan
mempunyai lengan penegak sebesar 2.4 FT bila dimiringkan 40
derajat. Berapa momen penegak kapal?
RM = 2.4 FT x 6000 LT
RM = 14,400 FT-Tons (disebut "foot tons")
Atau dalam ukuran metrik
RM = 0,73 M x 6000LT
RM =4384 M-ton

3.3.6. Kondisi Stabilitas

Posisi Titik gravitasi dan Metacentre menunjukkan indikasi awal


stabilitas kapal. Kalau terjadi permasalahan yang mengganggu
stabilitas kapal maka dikelompokkan dalam:

40
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Kondisi stabilitas Gambar

Stabilitas positif

Metacenter berada diatas titik


grafitasi. Kalau kapal sengat atau
membentuk lengan penegak, yang
mendorong kapal tegak kembali

Stabilitas netral

Metacenter berhimpit dengan titik


grafitasi. Kalau kapal sengat tidak
membentuk lengan penegak, sampai
metacenter berpindah setelah sengat
70 – 100

Stabilitas negatip

Titik gravitasi kapal berada di atas


metacenter, bila kapal sengat lengan
penegak negatif terbentuk yang akan
mengakibatkan kapal terbalik.

41
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

3.3.7. Kurva statistik stabilitas

Gambar 26 Hubungan antara lengan penegak dengan sudut kemiringan


kapal (sengat)

Bila suatu kapal disengatkan melalui berbagai sudut sengat dan


lengan penegak untuk setiap derajat sengat diukur maka dapat
diperoleh kurva statistik stabilitas. Kurva ini adalah gambaran
stabilitas kapal pada muatan tertentu.

Berbagai informasi bisa diperoleh dari kurva ini, di antaranya:

Rentang stabilitas: Kapal ini akan menghasilkan lengan penegak


bila disengatkan dari 0o sampai 74o. (Kurva ini diasumsikan bahwa
seluruh struktur utama kapal kedap air.)

Lengan penegak maksimum: adalah jarak terbesar antara gaya dari


daya apung dengan gravitasi. Di sinilah para tenaga ahli perkapalan
menghabiskan energinya.

Sudut maksimum lengan penegak: adalah sudut sengat di mana


lengan penegak mencapai puncaknya. Sudut bahaya: adalah
separoh sudut lengan penegak maksimum.

42
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
TATA CARA PENETAPAN JARINGAN TRAYEK SUNGAI DAN
DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Penetapan Jaringan Trayek Sungai Dan Danau ini untuk
mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Penetapan Jaringan
Trayek Sungai dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Wilayah Operasi
2.2 Persyaratan Operasional Angkutan Sungai Dan Danau
2.3 Trayek Angkutan Sungai
2.4 Jaringan Trayek Tetap Dan Teratur
2.5 Trayek Tidak Tetap Dan Tidak Teratur
BAB III PELAKSANAAN
3.1 Penetapan Lokasi Pelabuhan
3.2 Pertimbangan Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Sungai
3.3 Pihak yang Berwenang Menetapkan Jaringan Trayek Angkutan
Sungai

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Pedoman Penetapan Jaringan Trayek Sungai Dan Danau ini dapat


digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan yang
layak secara teknis dan ekonomis.

1.1.2 Tujuan

Pedoman Penetapan Jaringan Trayek Sungai Dan Danau ini


memberikan panduan standar minimal perencanaan jaringan trayek
angkutan sungai dan danau yang optimal.

1.2 Ruang Lingkup

Pedoman Penetapan Jaringan Trayek Sungai Dan Danau ini


memberikan panduan dalam perencanaan fasiltas dermaga sungai
dan danau sesuai dengan standar minimal fasilitas pelabuhan
Sungai dan Danau.

1.3 Acuan Normatif

1) UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran;


2) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3) PP No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan;
4) PP No.5 tahun 2010 tentang kenavigasian;
5) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan;
6) KM No.17 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan
sungai dan danau;
7) KM No. 53 tahun 2004 tentang tatanan kepelabuhanan
nasional.

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1.4 Pengertian

1) Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan


menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk,
rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang
dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau.

2) Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan sungai dan danau.

3) Kapal Sungai dan Danau adalah kapal yang dilengkapi dengan


alat penggerak motor atau bukan motor yang digunakan untuk
angkutan sungai dan danau;

4) Trayek Angkutan Sungai dan Danau yang selanjutnya dalam


ketentuan ini disebut trayek adalah lintasan untuk pelayanan
jasa angkutan umum sungai dan danau yang mempunyai asal
dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap
maupun tidak berjadwal;

5) Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi


satu kesatuan pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang
dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya;

6) Trayek Tetap dan Teratur (liner) adalah pelayanan angkutan


yang dilakukan secara tetap dan teratur dengan berjadwal dan
menyebutkan pelabuhan singgah;

7) Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur (tramper) adalah


pelayanan angkutan yang dilakukan secara tidak tetap dan tidak
teratur;

8) Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan,


kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal,

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

dan aktivitas pengisian bahan bakar untuk kapal, air minum, air
bersih, saluran untuk air kotor/limbah.

9) Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar,


dan bebas hambatan pelayaran lainnya yang dianggap aman
dan selamat untuk dilayari oleh kapal di sungai, atau danau.

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Wilayah Operasi

Wilayah operasi angkutan sungai dan danau meliputi sungai, danau,


waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan.

2.2 Persyaratan Operasional Angkutan Sungai dan Danau

Setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi persyaratan teknis / kelaikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
b. memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana
pelabuhan pada trayek yang dilayani;
c. memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan persyaratan
pengawakan untuk kapal sungai dan danau;
d. memiliki fasilitas utama dan/atau fasilitas pendukung baik bagi
kebutuhan awak kapal maupun penumpang, barang dan/atau
hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;
e. mencantumkan identitas perusahaan / pemilik dan nama kapal
yang ditempatkan pada bagian kapal yang mudah dibaca dari
samping kiri dan kanan kapal;
f. mencantumkan informasi/petunjuk yang diperlukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia.

2.3 Trayek Angkutan Sungai

Trayek berfungsi untuk menghubungkan simpul pada pelabuhan


sungai, danau, dan pelabuhan laut yang berada dalam satu alur.
Sedangkan trayek angkutan sungai dibagi menjadi:
a. trayek tetap dan teratur
b. trayek tidak tetap dan tidak teratur

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.4 Jaringan Trayek trayek tetap dan teratur

a. trayek utama, yaitu menghubungkan antar pelabuhan sungai


dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran;
b. trayek cabang, yaitu menghubungkan antara pelabuhan sungai
dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan
yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar
pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai
pusat penyebaran.

2.4.1 Ciri-ciri Pelayanan Trayek utama

Pelayanan angkutan dalam trayek utama diselenggarakan dengan


memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
a. mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jadwal
perjalanan pada persetujuan operasi angkutan sungai dan
danau;
b. melayani angkutan antar pelabuhan sungai dan danau yang
berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan ciri-ciri melakukan
pelayanan ulang alik secara tetap;
c. dilayani oleh kapal yang memenuhi persyaratan teknis /
kelaikan, baik untuk pelayanan ekonomi dan/atau untuk
pelayanan non ekonomi.

2.4.2 Ciri-ciri Pelayanan Trayek cabang

Pelayanan angkutan dengan trayek cabang diselenggarakan dengan


memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
a. mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jadwal
perjalanan pada persetujuan operasi angkutan sungai dan
danau;
b. melayani angkutan antar pelabuhan sungai dan danau yang
berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan yang bukan
berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar pelabuhan sungai

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran,


dengan ciri-ciri melakukan pelayanan ulang alik secara tetap;
c. dilayani oleh kapal yang memenuhi persyaratan teknis /
kelaikan, baik untuk pelayanan ekonomi dan/atau untuk
pelayanan non ekonomi.

2.5 Trayek tidak tetap dan tidak teratur

Pengangkutan penumpang, barang dan/atau hewan dengan trayek


tidak tetap dan tidak teratur, dilaksanakan berdasarkan
sewa/charter.
Pengangkutan penumpang, barang dan/atau hewan dengan trayek
tidak tetap dan tidak teratur tidak dibatasi trayeknya. Termasuk
dalam trayek tidak tetap dan tidak teratur untuk angkutan
penumpang adalah angkutan wisata.

Ciri-ciri Pelayanan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur


Pengangkutan penumpang, barang dan/atau hewan dengan trayek
tidak tetap dan tidak teratur, diselenggarakan dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. pelayanan angkutan dari dan ke tempat tujuan;
b. tidak berjadwal;
c. penyewaan/charter dapat dilakukan dengan maupun tanpa
awak kapal;

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Penetapan Lokasi Pelabuhan

Penetapan lokasi pelabuhan sungai harus mempertimbangkan :


a. tatanan kepelabuhanan nasional;
b. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana tata
ruang wilayah propinsi serta rencana umum jaringan
transportasi jalan;
c. kelayakan teknis dengan memperhatikan kondisi geografi,
hidrooceanografi dan topografi;
d. kelayakan ekonomis dengan memperhatikan produk domestik
regional bruto, aktivitas/perdagangan dan industri yang ada
serta prediksi dimasa mendatang, perkembangan aktivitas
volume barang dan penumpang, kontribusi pada peningkatan
taraf hidup penduduk dan perhitungan ekonomis/finansial;
e. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang
berdampak pada peningkatan aktivitas penumpang, barang dan
hewan dari dan ke luar pelabuhan sungai;
f. kelayakan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung
lokasi, daerah perlindungan dan suaka flora dan fauna;
g. keterpaduan intra dan antar moda transportasi;
h. adanya aksesibilitas terhadap hinterland untuk kelancaran
distribusi dan industri;
i. keamanan dan keselamatan pelayaran;
j. pertahanan dan keamanan negara.

3.2 Pertimbangan Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Sungai

a. tatanan kepelabuhanan nasional;

9
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

b. adanya kebutuhan angkutan (demand); rencana dan/atau


ketersediaan pelabuhan sungai dan danau;
c. ketersediaan kapal sungai dan danau (supply) sesuai dengan
spesifikasi teknis kapal dan spesifikasi pelabuhan pada trayek
yang akan dilayani;
d. potensi perekonomian daerah.

3.3 Pihak yang Berwenang Menetapkan Jaringan Trayek


Angkutan Sungai

a. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan dalam


kabupaten/kota, ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
b. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan antar
kabupaten/kota dalam propinsi, ditetapkan oleh Gubernur.
c. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan lintas batas
antar Negara dan antar propinsi, ditetapkan oleh Gubernur
tempat domisili perusahaan/pemilik kapal sebagai tugas
Dekonsentrasi.

Sedangkan untuk angkutan tidak dalam trayek yang tetap dan


teratur (untuk penumpang, barang, dan hewan) dapat dilakukan
dengan cara sewa/charter. Pelaksanaannya tidak dibatasi dalam
trayek. Termasuk di dalamnya adalah angkutan wisata.

10
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
TATA CARA PENETAPAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
PENGELOLAAN TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Tata Cara Penetapan Sumber Daya Manusia Untuk
Pengelolaan Transportasi Sungai Dan Danau ini untuk mewujudkan
transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Penetapan Sumber Daya
Manusia Untuk Pengelolaan Transportasi Sungai Dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Peningkatan Kelembagaan dan Birokrasi
2.2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

LAMPIRAN

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud
Konsep pedoman di bidang pengelolaan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia pada Bidang transportasi sungai dan danau
bertujuan untuk melakukan pembenahan pengelolaan SDM dengan
meletakan kerangka dasar bagi implementasi Sistem Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam bidang transportasi sungai dan danau
secara terpadu berbasiskan kompetensi yang dijabarkan dari visi,
misi serta strategi
Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menggeser paradigma
pelayanan, dari yang bersifat sentralistis ke desentralistis dan
mendekatkan pelayanan secara langsung kepada masyarakat.
Pengelolaan SDM yang mencakup analisis jabatan, manajemen
karir, standar kompetensi, evaluasi jabatan, remunerasi, rekruitmen
pegawai, assessment center, dan profiling kompetensi. BPK RI
terus mengembangkan SDMnya baik secara kualitas dan kuantitas.

1.1.2 Tujuan
Pedoman penataan sumber daya manusia di bidang transportasi
sungai dan danau ditujukan pada peningkatan mutu dan kualitas
organisasi dan pelaksanaan kegiatan di bidang transportasi sungai
dan danau. Beberapa tujuan yang dimaksud diantaranya:
1. Peningkatan kualitas SDM dengan memperhatikan kebutuhan
nyata dalam pembangunan di bidan transportasi sungai dan
danau;

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2. Pengembangan dan pendayagunaan SDM berbasis kompetensi;


3. Peningkatan kemitraan sinergis dan berkelanjutan antara
pemerinath, swasta dan masyarakat.

1.2 Ruang lingkup

Ruang lingkup pedoman sumber daya manusia di bidang


transportasi sungai dan danau terkait dengan fungsi operasional
mendasar (basic) pelaksanaan manajemen sumberdaya yang efektif
dan efisien. Organisasi pelaksana baik dalam takaran manajer
ataupun operator pelaksana memiliki peran tersendiri dan saling
terkait satu sama lain.

1.3 Acuan normatif

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839).
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan
Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098), sebagai

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 49;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2000 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4014);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4016),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4192);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 32,
Tambahan Lembaran negara Nomor 4193);
11. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah di ubah dengan Undang-
undang Nomor 43 tahun 1999.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 tahun 2001.

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

13. Keputusan Kepala BKN No. 46A Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural PNS.
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan.
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 Tahun 2005
tentang Kesepakatan Bersama Departemen dengan Lembaga
Administrasi Negara tentang Pengembangan Sumber Daya
Manusia bidang Transportasi.

1.4 Pengertian

1. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat


seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam
rangkaian susanan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar
penggajian.
2. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas
prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap
Negara.
3. Kenaikan panngkat regular adalah penghargaan yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan tanpa terikat pada jabatan.
4. Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atas prestasi
kerjanya yang tinggi.
5. Jabatan struktual adalah suatu kedudukan yang menunjukan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai
Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi
Negara.

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

6. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukan tugas,


tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri
Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi
keahlian dan keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.
7. Jabatan fungsional tertentu adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seseorang Pegawai Negeri Sipildalam suatu satuan organisasi
yang dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk
kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
8. Competence/kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik
yang dimiliki oleh seseorang PNS berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya. Standar Kompetensi adalah
persyaratan kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang
PNS dalam pelaksanaan tugas jabatan struktural.
9. Jabatan struktural pada hakikatnya adalah kedudukan yang
menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi Negara.
10. SDM Direktorat LL ASDP adalah seluruh pegawai Direktorat,
baik tetap maupun tidak tetap yang terdiri atas , pegawai dan
tenaga penunjang lainnya.
11. Pengembangan SDM Direktorat LLASDP adalah upaya-upaya
untuk memenuhi, mendayagunakan, menumbuhkan, membina
dan meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja SDM
yang bermutu dan mendukung produktivitas.

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Peningkatan Kelembagaan dan Birokrasi


1. Strategic Partner menjadi mitra menajer senior dan manajer
lini dalam melaksanakan strategi yang telah direncanakan,
menterjemahkan strategi bisnis ke dlaam tindakan nyata dengan
diagnosis organisasi, yakni sistem penilaian (assessment) dan
pengabungan praktek organisasi dengan tujuan bisnis yang
dapat dibentuk pada setiap level organisasi.
2. Administrasi Expert, Menjadi ahli dalam mengatur pelaksanaan
pekerjaan serta efisiensi adaministrasi agar dihasilkan output
dengan biaya rendah namum kualitas terjamin. Uapaya ini
dapat dilakukan dengan rekayasa ulang (reengineering),
termasuk merekayasa kembali bidang SDM. Menjadi pakar
administrasi perlu menguasai dua fase rekayasa kembali.
Pertama, proses perbaikan, menfokuskan pada indentifikasi
proses-proses yang tidak efektif dan merencanakan metode
alternatif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Kedua
memikirkan penciptaan ulang (rethinking value creation
values) yang prosesnya dimulai pelanggan. Sehingga dapat
mengubah fokus kerja dari apa yang dapat dilakukan menjadi
apa yang harus dihasilkan.
3. Employee Champion, menjadi penengah antara karyawan dan
manajemen untuk memenuhi kepentingan dua belah pihak.
Dengan persaingan bisnis yang semakin kuat menyebabkan
tuntutan menajemen terhadap karyawan semakin tinggi. Oleh
karena menajer lini harus memperhatikan keadaan karyawan
yang berkaitan dengan. Pertama, kurangi tuntutan (demand)
dengan cara mengurangi beban kerja dan menyeimbangkan

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

dengan sumber daya yang dimiliki oleh karyawan. Kedua,


tingkatan sumber daya dengan membantu karyawan
mendefenisikan sumber daya baru (dalam dari karyawan)
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kebuthan
organisasi. Ketiga, mengubah tuntutan menjadi sumber daya
dengan cara membantu karyawan mempelajari transformasi
demand ke dalam sumber daya.
4. Change Agent, menjadi agent perubahan, mempertajam proses
dan budaya yang dapat meningkatkan kapasitas organisasi
untuk berubah. Terdapat tiga tipe perubahan yaitu :
a. Perubahan inisiatif, memfokuskan pada penerapan
program, proyek atau prosedur baru.
b. Perubahan proses dalam organisasi dengan memfokuskan
kepada cara bagaimana melakukan kerja sama optimal.
c. Perubahan budaya akan terjadi jika strategi dasar organisasi
bisnis dikonseptualkan kembali.

Ketiga hal tersebut merupakan peran baru dari Departemen


MSDM yang akan dapat meraih keunggulan kompetitif dengan
kerja sama dengan manajer lini dan manajer pucak.
Keunggulan kompetitif akan dicapai dengan tiga strategi yaitu :
inovasi (innovation), peningkatan kualitas (quaity
enhancement) serta penurunan biaya (cost reduction).

2.2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia


Asas pengembangan SDM dilakukan berdasarkan asas silih asah,
silih asih, silih asuh.
2.2.1 Prinsip pengembangan SDM meliputi :
1) Pengembangan SDM dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip relevansi, profesionalisme, bermartabat,

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

berdayaguna, berkesinambungan, transparan, demokratis,


berkeadilan dan dapat dipertanggungjawabkan.
2) Pengembangan SDM dilakukan sejalan dengan upaya
perwujudan visi, misi, tujuan institusi dan rencana strategis
institusi.
3) Pengembangan SDM dilakukan untuk semua pegawai secara
sinergis dan terintegrasi dengan keseluruhan fungsi-fungsi
Manajemen SDM Kementerian/Dinas Perhubungan .
4) Pengembangan SDM berorientasi kepada pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) dan kinerja pegawai yang
produktif.
5) Pengembangan SDM mengutamakan motivasi dan usaha
pengembangan diri, dan mengutamakan sistem merit, serta
pendekatan hukuman dan ganjaran.
2.2.2 Maksud dan Tujuan Pengembangan SDM
Pengembangan SDM LLASDP dimaksudkan untuk memberikan
jaminan terbinanya:
1) kualifikasi, kompetensi, dan kinerja SDM dalam memenuhi
tuntutan tugas yang diemban, jabatan yang diduduki dan
kebijakan institusi yang ditetapkan.
2) komitmen dan peningkatan kinerja pegawai dalam
melaksanakan tugas.
3) layanan dan budaya kerja SDM yang bermutu, profesional, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Pengembangan SDM bertujuan untuk:
1) membina loyalitas, integritas, dan sikap positif para pegawai
terhadap tugasnya;
2) mengembangkan kecakapan profesional dalam melaksanakan
tugas;
3) meningkatkan kemampuan komunikasi, adaptabilitas, dan
pemecahan masalah dalam melaksanakan tugas;

9
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

4) meningkatkan pemahaman terhadap pengembangan karir dan


jabatan;
5) menumbuhkembangkan iklim dan suasana kerja yang kondusif;
6) meningkatkan pemahaman atas pentingnya pengembangan unit
kerja.

2.2.3 Program Pengembangan SDM


1. Program Pengembangan SDM didasarkan atas hasil analisis
kebutuhan dan karir pegawai pada tingkat individual, unit kerja,
dan kementerian serta tuntutan-tuntutan lingkungan eksternal
lainnya.
2. Materi program pengembangan SDM mencakup aspek-aspek
filosofis, ideologis dan nilai-nilai kerja, teori, konsep dan
prinsip-prinsip keilmuan, dan manfaat penerapan teori/konsep
dalam bekerja.
3. Program pengembangan SDM dilakukan dengan
memperhatikan kesinambungan bidang keahlian/keilmuan dam
keterampilan yang sejenis dan/atau serumpun.
4. Program pengembangan pegawai administrasi, dan tenaga
penunjang lainnya dilakukan dengan memperhatikan tuntutan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
5. Kegiatan Pengembangan SDM dalam bentuk pendidikan dan
latihan (Diklat) dapat diikuti oleh pegawai dan tenaga
penunjang lainnya, baik program gelar maupun non-gelar, di
dalam maupun di luar negeri.
6. Pengembangan SDM dapat ditempuh melalui studi lanjut,
pencangkokan, dan program pesanan sesuai dengan bidang
ilmu dan keahliannya.

10
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

7. Pengembangan Staf dilakukan melalui sistem pendampingan


dengan mengutamakan perluasan wawasan dan pendalaman
bidang keahlian atau ilmu yang ditekuninya.
8. Pengembangan SDM pegawai dan tenaga penunjang lainnya
dilakukan melalui program studi lanjut, pelatihan, magang, dan
studi banding sesuai dengan kepentingan peningkatan
kompetensi, pelayanan, dan kinerja yang mendukung
produktivitas organisasi.
9. Pengembangan SDM dilakukan berkaitan dengan kepentingan
penilaian kinerja setiap pegawai yang berdampak pada
promosi, mutasi, rotasi, demosi untuk penetapan remunerasi.
10. Pembinaan aparatur (BINAP) sebagai bagian dari
Pengembangan SDM diperlukan untuk menangani masalah-
masalah yang muncul berkaitan dengan pelanggaran aturan-
aturan kepegawaian, kode etik, dan disiplin.

2.2.4 Prosedur Pengembangan SDM


1. Penyusunan Program Pengembangan SDM dilakukan di bawah
tanggung jawab salah seorang Pejabat yang berwenang di
bidang pengembangan SDM dan dilaksanakan oleh unit kerja
terkait.
2. Unit kerja yang bertugas dalam pengembangan SDM
melakukan analisis kebutuhan, perancangan, implementasi,
dan evaluasi program.
3. Unit kerja yang bertugas dalam pengembangan SDM
melakukan koordinasi dan bekerja sama dengan unit-unit utama
di lingkungan kementerian/dinas perhubungan dalam analisis
kebutuhan, perancangan, implementasi, dan evaluasi program
pengembangan SDM di bidang Angkutan Sungai dan Danau.
4. Unit kerja yang bertugas dalam pengembangan SDM dapat
menjalin kemitraan dengan lembaga lain di luar

11
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

kementerian/dinas perhubungan untuk melakukan analisis


kebutuhan, perancangan, implementasi, dan evaluasi program
pengembangan SDM.

2.2.5 Evaluasi Pengembangan SDM


1. Evaluasi pengembangan SDM dilakukan melalui monitoring
dan pengukuran atas efektivitas peningkatan komitmen,
disiplin, mutu layanan dan kinerja di tingkat individual,
kelompok, unit kerja, dan instansi.
2. Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan proses
penyelenggaran program Pengembangan SDM dengan
memperhatikan tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan, prinsip-
prinsip, ketepatan mekanisme operasional, kualitas kemajuan
monitoring, kejelasan umpan balik, dan dampak yang dicapai.
3. Evaluasi Pengembangan SDM dilakukan untuk mendorong
semua pegawai di lingkungan Kementrian Perhubungan,
khususnya LLASDP agar dapat menunjukkan kinerja secara
bertanggung jawab.

2.2.6 Pembiayaan
Anggaran untuk membiayai program pengembangan SDM
dialokasikan dalam Anggaran Pemerintah untuk pengembangan
SDM

2.2.7 Pembinaan Pegawai


1. Pendidikan dan Pelatihan
Untuk pendidikan dan pelatihan pegawai dilaksanakan secara
terpisah oleh
Badan diklat Departemen Perhubungan dalam hal pelaksanaan
berkoordinasi

12
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

dengan Bagian Kepegawaian Setditjen Perhubungan Darat,


dimana jenis diklat
terdiri atas 2 jenis yaitu:
a. Diklat Penjenjangan Karir/Jabatan
b. Diklat Keterampilan

2. Mutasi, Promosi, Demosi


Umumnya mutasi bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama,
mutasi bisa jadi karena promosi, seorang pegawai yang
dipindahkan ke bagian lain untuk dipromosikan atau naik
jabatan. Kedua, mutasi ke bagian lain yang sejajar dengan
jabatanya semula atau mutasi hanya pindah bagian atau unit
kerja saja namun jabatannya tetap. Syarat mutasi pegawai,
promosi terjadi bila pegawai tersebut mempunyai kemampuan
untuk menduduki jabatan tertentu, dianggap mampu.
Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam
suatu organisasi ataupun instansi baik dalam pemerintahan
maupun non pemerintah (swasta).
Demosi adalah penurunan jabatan dalam suatu instansi yang
biasa dikarenakan oleh berbagai hal, contohnya adalah
keteledoran dalam bekerja. Demosi adalah suatu hal yang
sangat dihindari oleh setiap pekerja karena dapat menurunkan
status, jabatan, dan gaji

13
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

14
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Lampiran

KOMPETENSI SDM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI,


DANAU DAN PENYEBERANGAN (KAPAL UKURAN Dl BAWAH 7
GT)

NO NAMA KOMPETENSI
1 JABATAN
2 3
1 Operator 1 Kualifikasi Pendidikan minimal SMU/Sederajat dan
Deck Mempunyai sertifikat dasar kelautan dibidang nautika;
(Awak 2 Mempunyai pengetahuan tentang penggunaan kompas;
Angkutan) 3 Mengert ipenanganan muatan dan stabilitas kapal secara
4 umum;
Komunikasi dengan jelas dan ringkas, perintah-perintah
dimengerti sesuai kecakapan pelaut yang baik;
5 Mengerti istilah-istilah dan definisi perkapalan;
6 Mengerti prosedur-prosedur dasar untuk perlindungan;
7 Mengerti tentang tugas-tugas darurat dan isyarat-isyarat
8 tanda
Tidak bahaya;
buta huruf;
9 Mempunyai pengetahuan tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan apabila terjadi luka, lukabakar, orang
1 tenggelam;
Mempunyai pengetahuan tentang persyaratan wajib
0 untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
pemadam kebakaran;
1 Mempunyai pengetahuan tentang pemeliharaan
1 perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan pemadam
1 kebakaran
Mempunyaiyang dibawa olehtentang
pengetahuan kapal kecil;
persyaratan wajib
2 untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
pemadam kebakaran.

2 Operator 1 Kualifikasi Pendidikan minimal SMU/Sederajat dan


Mesin Mempunyai sertifikat kelautan dasar dibidang teknik
(Awak 2 perkapalan;
Komunikasi dengan jelas dan ringkas perintah-perintah
Angkutan) dimengerti sesuai kecakapan pelaut yang baik;
3 Mengenal tiap bagian dari mesin secara keseluruhan;
4 Pengetahuan dasar mesin 2 langkah dan 4 langkah;
5 Mengerti Instalasi bahanbakar;
6 Memahami System pendinginan dan pelumasan;
7 Mampu/ mengerti cara menjalankan mesin dan
8 pemeliharaannya;
Mempunyai pengetahuan tentang persyaratan wajib
untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
9 pemadam
Mempunyai kebakaran;
pengetahuan tentang persyaratan wajib
untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
pemadam kebakaran;
1 Mengerti tentang pencegahan pencemaran;
0
15
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

NO NAMA KOMPETENSI
JABATAN 1 Memahami tentang keselamatan kerja;
1 Mempunyai pengetahuan tentang persyaratan wajib
2 untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
pemadam kebakaran.
3 Klasi 1 Kualifikasi Pendidikan minimal SMU/Sederajat dan
Deck/Mesin Mengerti tentang tugas-tugas darurat dan isyarat-isyarat
(Awak 2 tanda
Tidak bahaya;
buta huruf;
Angkutan) 3 Mempunyai pengetahuan tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan apabila terjadi luka, lukabakar, orang
tenggelam; pengetahuan tentang persyaratan wajib
4 Mempunyai
untuk perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan
pemadam kebakaran,
5 Mempunyai luka, lukabakar,
pengetahuan tentangorangpemeliharaan
tenggelam
perlengkapan keselamatan jiwa dan peralatan pemadam
kebakaran yang dibawa oleh kapal kecil;

4 PetugasSerti 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Perkapalan/Teknik


fikasi dan telah mengikuti diklat LLSDP atau yang disetarakan
Kelaikan 2 Memahami persyaratan keselamatan kapal Sungai
Kapal
3 danDanau;
Memahami pelaksanaan pencegahan pencemaran dari
Sungai dan
Danau 4 kapal Sungaipengawakan
Memahami danDanau; kapal Sungai danDanau;
5 Memahami garis muat kapal Sungai danDanau;
6 Memahami pelaksanaan tata cara pemuatan kapal
Sungai dan Danau;
7 Memahami persyaratan kesejahteraan awak kapal dan
kesehatan penumpang kapal Sungai;
8 Memahami status hukum kapal Sungai dan Danau.

5 PetugasPem 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Perkapalan/Teknik


egang dan telah mengikuti diklat LLSDP atau yang disetarakan
FungsiKesel 2 Memahami persyaratan kelaiklautan kapal Sungai dan
amatan Danau;
3 Memahami persyaratan dan fungsi rambu Sungai dan
Pelayaran Danau;
4 Memahami pelaksanaan prosedur pengamanan sarana
Sungai dan dan prasarana serta fasilitas pelabuhan Sungai
Danau 5 danDanau;
Memahami prosedur dan persyaratan pencegahan serta
penanggulangan pencemaran.

6 Inspektur 1 Kualifikasi Pendidikan minimal S1


Transportasi/Teknik/Sosial dan telah mengikuti diklat
Sungai Dan
2 LLSDP
Memahamiataupelaksanaan
yang disetarakan
penyelenggaraan alur pelayaran
Danau 3 Sungai dan Danau;
Memahami persyaratan dan fungsi fasilitas alur
4 pelayaran
MemahamiSungai danrute
system Danau;
di alur-pelayaran Sungai dan
5 Danau;
Memahami pelaksanaan tatacara berlalulintas di alur
pelayaran Sungai dan Danau

16
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

NO NAMA KOMPETENSI
7 JABATAN
Petugas 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3
Pengukuran Transportasi/Teknik/Sosial dan telah mengikuti diklat
Dan LLSDP atau yang disetarakan
2 Memahami tatacara Pengukuran Kapal SD;
Penerbitan
Surat Ukur 3 Memahami Dasar-Dasar Bangunan Kapal SD;
Kapal 4 Memahami pendaftaran dan kebangsaan Kapal Sungai
Sungai dan dan Danau.
Danau
8 Petugas 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3
Pemberi Transportasi/Teknik/Sosial dan telah mengikuti diklat
Persetujuan
Pemberangk 2 LLSDP
MemahamiatauKelaikan
yang disetarakan
Kapal Sungai danDanau;
atan SD
Kapal 3 Memahami Kecakapan Kapal (SKK)
4 Memahami Kelengkapan Keselamatan;
5 Memahami Stabilitas Kapal S D;
6 Memahami Pengukuran Kapal S D;
7 Memahami Pengawakan Kapal S D;
8 Memahami Tata Cara Manifes Muatan Kapal S D;
9 Memahami Sistem Trayek;
1 Memahami Persyaratan Operasional Kapal S D;
10 Memahami Tugas Kewajiban dan Tanggung Jawab
1 Operator
Memahami Kapal S D; Perizinan Usaha Pengoperasian
Prosedur
21 Kapal S D;
Memahami Pendaftaran dan Registrasi Kapal S D;
13 Memahami Prosedur Penerbitan Surat Pemeriksaan
41 Kelaikan Kapal
Memahami danDanau;
Pas Sungai Danau;
51 Memahami PengawasanOperasionalKapal ASD.
16 Memahami StabilitasKapal Sungai danDanau;
7

9 Petugas 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Operator dan telah mengikuti diklat teknis kepelabuhanan atau
Pelabuhan diklat LLSDP
2 Memahami atau yang Pelabuhan
Operasional disetarakanSD;
Sungai & 3 Memahami Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Danau
4 Sungai
Memahamidan Danau;
Pengetahuan tentang Kesyahbandaran;
5 Memahami tentang Penanganan Pemuatan di Pelabuhan
6 Sungai dan Danau;
Memahami Cara Pemeliharaan Pelabuhan SD;
7 Memahami tentang Standar Pelayanan Minimum dan/
8 atau Pelayanan
Memahami DataPrima;
dan Pelaporan;

10 Petugas 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Operasional dan telah mengikuti diklat teknis kepelabuhanan atau
Pelabuhan 2 diklat LLSDP
Memahami atau yang
peraturan disetarakandi bidang LLASDP
perundangan
3 Mempunyai pengetahuan dasar konstruksi pelabuhan
4 Mampu mengoperasikan peralatan operasional
pelabuhan (gensetdll)

17
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

NO NAMA KOMPETENSI
JABATAN 5 Menguasai operasional pelayanan untuk penumpang dan
barang (system penjualan tiket, pemberian info
kedatangan/keberangkatan kapal, bongkar muat dan
pencatatanmanifes)
6 Menguasai operasional pelayananterhadap kapal
termasuk pelayanan
7 Menguasai komunikasi
operasional pengecekankapal, pelabuhan
fasilitas dan
pelabuhan
SBNP
8 Menguasai operasional kelancaran lalulintas di
9 pelabuhan
Menguasai operasional pengamanan bahan B3 di
pelabuhan
1 Menguasai operasional pada keadaan darurat akibat
10 Menguasai
cuaca burukoperasional
di pelabuhan
keamanan dan ketertiban
1

11 Petugas 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Pengelolaan dan telah mengikuti diklat teknis kepelabuhanan atau
Pelabuhan diklat LLSDP atau yang disetarakan
2 Memahami peraturan perundangan di bidang LLASDP
3 Mempunyai pengetahuan dasar perencanaan pelabuhan
4 Memahami prosedur pemeliharaan pelabuhan
5 Memahami prosedur perbaikan pelabuhan
6 Memahami prosedur pelestarian lingkungan hidup
7 Memahami semua fasilitas dan peralatan operasional
pelabuhan
8 Memahami prosedur pengendalian operasional
pelabuhan
9 Memahami administrasi keuangan, ketatausahaan,
kepegawaian, pengusahaan jasa kepelabuhan dan
1 kepelaporan
Menguasai pengelolaan tempat tambat kapal di
10 Menguasai
pelabuhan penjadawalan kapal
11 Mampu menyusun biaya operasional, pemeliharaan dan
2 perbaikan pelabuhan

12 Investigator 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Kecelakaan dan telah mengikuti diklat teknis kepelabuhanan atau
Angkutan diklat LLSDP atau yang disetarakan
Sungai 2 Mampu memahami peraturan perundangan keselamatan
Danau Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan;
3
4 Mampu memahami system keselamatan pelayaran
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan;
5 Mampu memahami alur pelayaran sungai, danau dan
penyeberangan dan teknologinya;
6 Mampu memahami kelaiklautan sarana Angkutan
7 Sungai,
Mampu Danau dan Penyeberangan;
memahami system perambuan perairan daratan
8 dan penyeberangan;
Mampu memahami tata cara pelaksanaan investigasi
kecelakaan ASDP;
Mampu mengoperasikan peralatan investigasi
kecelakaan ASDP;
13 Inspektor 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik

18
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

NO NAMA KOMPETENSI
JABATAN
Keselamatan dan telah mengikuti diklat LLSDP atau yang disetarakan
ASDP
2 Mampu memahami peraturan perundangan keselamatan
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan;
3
4 Mampu memahami alur pelayaran sungai, danau dan
penyeberangan dan teknologinya;
5 Mampu memahami keselamatan pelayaran Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan;
6 Mampu memahami system perambuan perairan daratan
dan penyeberangan
7 Mampu memahami ilmu perencanaan dermaga sungai
dan pelabuhan penyeberangan;
8 Mampu memahami tata cara pelaksanaan inspeksi
keselamatan ASDP;
9 Mampu mengoperasikan peralatan inspeksi keselamatan
ASDP;

14 Auditor 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Keselamatan dan telah mengikuti diklat LLSDP atau yang disetarakan
ASD 2 Mampu memahami peraturan perundangan keselamatan
Angkutan Sungai dan Danau;
3 Mampu memahami alur pelayaran sungai, danau dan
penyeberangan dan teknologinya;
4 Mampu memahami ilmuperencanaan dermaga sungai,
danau dan pelabuhan penyeberangan;
5 Mampu memahami keselamatanpelayaranAngkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan;
6 Mampu memahami sistem perambuan perairan daratan
dan penyeberangan;
7 Mampu memahami tatacara pelaksanaan audit
keselamatan ASDP;
8 Mampu mengoperasikanperalatan audit keselamatan
ASDP;
9 Mampu menyusun laporan hasil audit keselamatan
ASDP.

15 Analis Data 1 Kualifikasi Pendidikan minimal D3 Transportasi/Teknik


Kecelakaan dan telah mengikuti diklat LLSDP atau yang disetarakan
Perairan 2 Mampu memahami peraturan perundang-undangan
Daratan LLAJ
3 Memahami teori analisa statistik
4 Memahami tipe-tipe kecelakaan
5 Mampu mengoperasikan program-program statistika
6 Memahami faktor-faktor penyebab kecelakaan
7 Memahami teknik penulisan laporan analisa data laka
jalan

19
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

20
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
PENGELOLAAN LIMBAH SAMPAH AKTIFITAS
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Pengelolaan Limbah Sampah Aktifitas Angkutan Sungai
Dan Danau ini untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah
Sampah Aktifitas Angkutan Sungai Dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Deskripsi
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II Ketentuan Umum
2.1 Jenis dan karakter limbah dan sampah pada angkutan sungai dan
danau
2.2 Sumber sampah / limbah dan pencemaran
2.3 Prosedur pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
2.4 Peralatan keselamatan dan kenyamanan terkait limbah dan sampah
2.5 Pembuangan limbah di perairan
2.6 Prosedur Pengelolaan Sampah dan Limbah Angkutan sungai dan
danau
BAB III Ketentuan Teknis
3.1 Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah
3.2 Teknik Operasional

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud Dan Tujuan


1.1.1 Maksud
Jasa angkutan sungai dan danau merupakan jenis jasa yang
menyangkut banyak orang, sehingga residua atau sisa atau sampah
yang dihasilkan juga bersifat massal. Jumlah sampah yang banyak
dan tidak dikelola akan mengakibatkan penurunan minat dan
kualitas pelayanan, bahkan dalam jangka panjang mengakibatkan
degradasi lingkungan. Pengelolaan sampah yang terintegrasi dan
baik membutuhkan pedoman Pengelolaan Limbah Sampah
Aktifitas Angkutan Sungai Dan Danau, agar tercipta standar
pengelolaan sampah dan limbah pada lingkungan jasa angkutan
sungai dan danau.

1.1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman Pengelolaan Limbah Sampah
Aktifitas Angkutan Sungai Dan Danau adalah tersedianya pedoman
dan standar pengelolaan limbah dan sampah hasil aktivitas jasa
angkutan sungai dan danau, untuk menjaga kualitas pelayanan
angkutan sungai dan danau.

1.2 Ruang Lingkup


Pedoman ini menetapkan ketentuan-ketentuan dan tata cara
pengelolaan limbah dan sampah hasil aktifitas sungai dan danau
termasuk pengumpulan, alat, prosedur, dan pengelolaannya. Detail
subtansi kegiatan pengelolaan mencakup:
a. Jenis dan karakter limbah dan sampah pada angkutan sungai
dan danau

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

b. Sumber sampah/ limbah dan pencemaran


c. Prosedur pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan
d. Peralatan keselamatan dan kenyamanan terkait limbah dan
sampah
e. Pembuangan limbah di perairan
f. Prosedur Pengelolaan Sampah dan Limbah Angkutan sungai
dan danau

1.3 Acuan Normatif


1) UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran
2) Peraturan Pemerintah No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan
3) Peraturan Pemerintah No.5 tahun 2010 tentang kenavigasian
4) Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim;
5) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan;
6) Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2011 tentang Sungai
7) Keputusan Menteri Perhubungan No. 42 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat dari dan Ke
Kapal di Pelabuhan;
8) Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum
9) KM No.17 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan
sungai dan danau
10) KM No. 53 tahun 2004 tentang tatanan kepelabuhanan nasional
11) KEPPRES No. 17 tahun 1985 tentang keselamatan pelayaran
12) KEP-01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun
13) MARPOL ANNEX V (MARPOL 73/78)

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1.4 Pengertian
1) Lalu lintas sungai dan danau adalah Pergerakan kapal di alur
pelayaran sungai dan danau dan di wilayah perairan pelabuhan
sungai dan danau.
2) Manajemen lalu lintas sungai dan danau adalah Kegiatan
pengaturan terhadap lalu lintas sungai dan danau agar tercipta
kelancaran, keselamatan, dan keamanan berlalu lintas dengan
memperhatikan ketentuan mengenai perlindungan lingkungan
perairan sungai dan danau
3) Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan
organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan.
4) Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus
5) Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan, penampungan, dan penanganan sampah.
6) Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu
7) Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah
8) Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
9) Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan


sampah yang tidak benar.
10) Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per
hai, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan.
11) Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah
sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di
tempat sumber sampah.
12) Pewadahan individual adalah aktivitas penanganan
penampungan sampah sementara dalam suatu wadah khusus
untuk dan dari sampah individu
13) Pewadahan komunal adalah aktivitas penanganan
penampungan sampah sementara dalam suatu wadah bersama
baik dari berbagai sumber maupun sumber umum.
14) Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak
hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau
dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya
ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan
langsung maupun tidak langsung.
15) Pola pengumpulan adalah kegiatan pengambilan sampah dari
sumber sampah baik individual maupun komunal
16) Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah
hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke
tempat pembuangan akhir.
17) Depo pemindahan sampah adalah tepat pemindahan sampah
yang dilengkapi dengan container pengangkut
18) Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari
lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju
ke tempat pembuangan akhir.
19) Pengolahan sampah adalah suatu proses untuk mengurangi
volume/sampah dan atau mengubah benuk sampah menjadi

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,


pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan
pendaurulangan.
20) Pengomposan adalah proses pengolahan sampah organik
dengan bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk kompos.
21) Pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan
sampah dengan membakar sampah menggunakan insinerator
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
22) Pemadatan adalah upaya mengurangi volume sampah dengan
cara dipadatkan baik secara manual maupun mekanis, sehingga
pengangkutan ke tempat pembuangan akhir lebih efisien
23) Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang
menghasilkan produk baru;
24) Pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana dilakukan
kegiatan untuk mengisolasi sampah hinga aman bagi
lingkungan
25) Pemilahan adalah proses pemisahan sampah berdasar jenis
sampah yang dilaukan sejak dari sumber sampai dengan
pembuangan akhir.

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN UMUM

Dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau harus


memperhatikan keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi
keselamatan dan keamanan angkutan di (1) perairan, (2) pelabuhan,
serta (3) perlindungan lingkungan maritim (pasal 116 (1) UU 17/2008).
Adapun pengertian dari masing-masing elemen keselamatan dan
keamanan pelayaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi


terpenuhinya persyaratan: (a) kelaiklautan kapal yang
ditunjukkan melalui sertifikat dan surat kapal, dan (b)
kenavigasian (pasal 117, 118 UU 17/2008);

2. Keselamatan dan keamanan pelabuhan yaitu kondisi


terpenuhinya manajemen keselamatan dan sistem pengamanan
fasilitas pelabuhan meliputi: (a) prosedur pengamanan fasilitas
pelabuhan, (b) sarana dan prasarana pengamanan pelabuhan, (c)
sistem komunikasi, dan (d) personil pengaman (pasal 121 UU
17/2008);

3. Perlindungan lingkungan maritim yaitu kondisi terpenuhinya


prosedur dan persyaratan pencegahan dan penanggulangan
pencemaran dari kegiatan: (a) kepelabuhanan, (b)
pengoperasian kapal, (c) pengangkutan limbah, bahan
berbahaya, dan beracun di perairan, (d) pembuangan limbah di
perairan, dan (e) penutuhan kapal (pasal 123 UU 17/2008).

2.1. Jenis dan karakter limbah dan sampah pada angkutan sungai
dan danau

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Sampah yang dimaksud dalam aktifitas sungai dan danau adalah


yang sesuai dengan sampah rumah tangga. Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 th 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, sampah dibagi menjadi :

a. sampah rumah tangga; yaitu dari kegiatan sehari-hari


dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik. Contoh :

 Sampah makanan

 Material pengemasan (plastik, kaleng, dan lain-


lain)

 Sampah kegiatan pelayanan medis

 Botol, peralatan makan, dan lain-lain

 Kertas, cardboard (antara lain : kardus)

b. sampah sejenis sampah rumah tangga; yaitu sampah sejenis


rumah tangga dari kawasan berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus (pelabuhan), fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. sampah spesifik, yaitu termasuk limbah khusus pada


lingkungan dermaga angkutan sungai dan danau termasuk :

 sampah yang mengandung bahan berbahaya dan


beracun;

 sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya


dan beracun;

 sampah yang timbul akibat bencana;

 puing bongkaran bangunan;

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

 sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;


dan/atau

 sampah yang timbul secara tidak periodik.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (untuk selanjutnya disebut


limbah B3) adalah sisa usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
karakteristiknya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan


karakteristiknya. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

 Limbah B3 dari sumber spesifik

 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas


kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.

Sedangkan identifikasi limbah B3 menurut karakteristiknya sebagai


berikut :

 Mudah meledak.

 Mudah terbakar.

 Bersifat reaktif.

 Beracun.

 Menyebabkan infeksi.

 Bersifat korosif.

9
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.2. Sumber sampah / limbah dan pencemaran


Sumber sampah yang dimaksud adalah semua aktifitas pelayanan
angkutan sungai dan danau yang menimbulkan sisa baik berupa
sampah rumah tangga, residu angkutan, atau limbah beracun atau
tidak beracun yang dapat mencemari lingkungan dermaga angkutan
atau sungai dan danau baik berupa estetika, aroma, ruang, atau
merusak kualitas lingkungan.
Sumber sampah atau limbah pada jasa angkutan sungai dan danau
antara lain :

a. Penumpang (sampah rumah tangga berupa kertas, plastik,


organik, dan anorganik)

b. Barang yang diangkut yang mampu menimbulkan bau,


atau menghasilkan residu baik berupa padat atau cair.

c. Proses pengisian bahan bakar yang tidak steril, proses


bongkar muat, yaitu sampah yang dihasilkan pada saat
proses membongkar dan memuat barang, seperti kayu, tali,
dan sebagainya.

 Rag/pad berminyak

 Remain pemeliharaan mesin

 Soot dan machinery deposit

 Broken parts

 Material pengemasan (kertas, palstik, logam, botol


oli, dan lain-lain)

d. Kapal angkutan yang kurang layak, misalnya ada


kebocoran minyak atau bahan bakar.

 Debu, karat, cat, dan lain-lain

10
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.3. Prosedur pencegahan dan penanggulangan pencemaran


lingkungan
Pencegahan pencemaran dari kapal pedalaman sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal (8) huruf c meliputi pemenuhan terhadap
persyaratan:

1. Penampung minyak kotor


a. Setiap kapal pedalaman harus dilengkapi penampung
minyak kotor (olly water) berasal dari bocoran minyak
mesin penggerak bantu atau tumpahan lain yang volumenya
ditentukan berdasarkan rumus :
Ukuran volume Bak Penampung = 0,15 x C dalam satuan
m3

Dimana C = pemakaian bahan bakar perhari

b. Penampung minyak kotor harus ditempatkan sedemikian


rupa di kapal agar minyak dengan mudah dapat
dipindahkan ke darat.
c. Alat Penampung minyak terdiri dari :
1) Tong penampung yang sekurang-kurangnya memadai
untuk menampung minyak kotor sesuai dengan ukuran
kebutuhannya dan peralatan pendukung lainya.
2) Drum penampung yang memadai untuk menampung
minyak kotor dan peralatan pendukung lainya.
3) Tangki minyak yang memadai untuk menampung
minyak kotor.

2. Tempat penampung sampah (garbage) berupa sampah-sampah


dalam bentuk sisa barang atau material hasil dari kegiatan di
atas kapal atau kegiatan normal lainnya di atas kapal; serta
limbah (sewage) berupa kotoran-kotoran dari toilet, WC,
urinals, ruangan perawatan, kotoran hewan serta campuran dari

11
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

buangan tersebut terdiri dari:


a. Keranjang sampah
b. Tong sampah
c. Bak sampah
d. Septic Tank

2.4. Peralatan keselamatan dan kenyamanan terkait limbah dan


sampah

Kapal angkutan sungai dan danau harus memenuhi beberapa


standar kelaiakan terait keselamatan dan kenyamanan terutama
yang berkaitan dengan sampah dan limbah. Hal yang dimaksud
adalah sebagai berikut :

1. Kapal sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) yang


telah diperiksa dan memenuhi peralatan dan perlengkapan
pencegahan pencemaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan berlaku akan diterbitkan
Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak.

2. Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak


sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 22 dikeluarkan oleh
instansi/lembaga/pejabat yang sah yang dibentuk dan/atau
ditunjuk berdasarkan Keputusan Kementerian Perhubungan..

3. Pemeriksaan kelaikan kapal dari aspek pencegahan pencemaran


dari kapal sebagaimana adalah berdasarkan Sertifikat Nasional
Pencegahan Pencemaran oleh Minyak sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2).

4. Peralatan pencegahan pencemaran yang diperlukan kapal


pedalaman adalah sebagai berikut:
a. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) kurang dari 7 (< 7)
dan/atau kurang dari 20 m3 (< 20 m3), dilengkapi dengan

12
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

peralatan pencegahan pencemaran sebagaimana yang


dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 1) dan
Pasal 21 ayat (2) huruf a.
b. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih
dari 7 (.7) s/d kurang dari 35 (< 35) dan/atau sama
dengan atau lebih dari 20 m3 ( 20 m3) s/d kurang dari
100 m3 (< 100 m3),.dilengkapi dengan peralatan
pencegahan pencemaran sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 2) dan Pasal 21 ayat
(2) huruf b.
c. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih
dari 35 ( 35) s/d kurang dari 175 (<175) dan/atau sama
dengan atau lebih dari 100 m3 ( 100 m3) s/d kurang dari
500 m3 (< 500 m3), dilengkapi dengan peralatan
pencegahan pencemaran sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 3) dan Pasal 21 ayat
(2) huruf c, huruf d.
d. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih
dari 175 ( 175) s/d kurang dari 300 (< 300) dan/atau sama
dengan atau lebih dari 500 m3 ( 500 m3) s/d kurang dari
1000 m3 (< 1000 m3), dilengkapi dengan peralatan
pencegahan pencemaran sesuai Sertifikat Nasional
Pencegahan Pencemaran oleh Minyak.
e. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih
dari 300 ( 300) dan/atau sama dengan atau lebih dari
1000 m3 ( 1000 m3), dilengkapi dengan peralatan
pencegahan pencemaran sesuai Sertifikat Nasional
Pencegahan Pencemaran oleh Minyak.

2.5. Pembuangan limbah di perairan

13
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Setiap pemilik dan/atau operator kapal dilarang melakukan


pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun ke media
lingkungan hidup.

2.6. Prosedur Pengelolaan Sampah dan Limbah Angkutan Sungai


dan Danau
Tujuan pengelolaan sampah adalah Pengelolaan sampah bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan,
dan asas nilai ekonomi.
Sampah yang berasal dari angkutan sungai dan danau seringkali
kurang mendapat perhatian baik oleh operator ataupun pengguna.
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan
melenyapkan atau mengendalikan faktor – faktor risiko lingkungan
yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler, 1986).
Kapal adalah semua alat pengangkut, termasuk milik angkatan
bersenjata dan yang dapat berlayar. Dengan demikian kapal harus
terbebas dari faktor risiko lingkungan dengan cara
mempertahankan kondisi kesehatan kapal sehingga tidak dijadikan
tempat berkembang penyakit dan vektor penular penyakit.
Sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang ditujukan terhadap
faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian
kompartemen kapal antara lain :
 dapur,
 ruang penyediaan makanan,
 palka,

14
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

 gudang,
 kamar anak buah kapal,
 penyediaan air bersih,
 penyajian makanan
 pengendalian vektor penular penyakit atau rodent (WHO,
2005).

15
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

16
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB III
KETENTUAN TEKNIS

3.1 Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah


Teknik operasional pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan
pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus
bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari
sumbernya.

Gambar 3.1. Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah


akibat kegiatan angkutan sungai dan danau:
1) Frekuensi atau tingkat kepadatan Kegiatan angkutan sungai
dan danau
2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
3) Timbulan dan karakteristik sampah
4) Budaya sikap dan karakteristik masyarakat

17
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir


sampah
6) Rencana tata ruang Wilayah
7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuanagn akhir sampah
8) Biaya yang tersedia
9) Peraturan daerah setempat
Faktor penentu kualitas operasional layanan
1) Tipe pelabuhan sungai, danau
2) Sampah terangkut dari lingkungan
3) Frekuensi layanan
4) Jenis dan jumlah peralatan
5) Peran aktif masyarakat dan pengguna layanan angkutan
sungai, danau
6) Retribusi
7) Timbulan sampah

3.2 Teknik Operasional

3.2.1 Pola pewadahan

Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jens sampah yang


terpilah, yaitu:
1) Sampah organik seperti sisa sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap
2) Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dengan warna
yang lebih terang
3) Sampah bahan berbahaya beracun dengan warna merah yang
diberi tanda atau lambang khusus sesuai ketentuan yang
berlaku.
Persayaratan bahan wadah:
1) Tidak mudah rusak dan kedap air

18
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2) Ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat


3) Mudah dikosongkan

3.2.2 Pemilahan

Pemilahan dapat dilakukan dengan cara manual oleh petugas


kebersihan atau masyarakat, sebelum dipindahkan ke alat pengakut
sampah
3.2.3 Cara Pemindahan

Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Manual
2) Mekanis
3) Gabungan manual dan mekanis, pengisian kontainer dilakuan
secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan
pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis
(load haul).
Peralatan Pengakut sampah
1) Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup
sampah minimal dengan jaring
2) Tinggi bak maksimum 1,6 m
3) Sebaiknya ada alat ungkit
4) Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui
5) Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air
sampah

3.2.4 Pengolahan

Teknik Pengolahan sampah dapat berupa


1) Pengomposan
a. Berdasar kapasitas
b. Berdasar proses
2) Insinerasi berwawasan lingkungan

19
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

3) Daur ulang
4) Pengurangan sampah dengan pencacahan atau pemadatan
5) Biogasifikasi

20
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
TICKETING DAN PENJADWALAN
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau
ini untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman,
cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang Tata Cara Ticketing Dan
Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau
2.2 Waktu perjalanan
2.3 Pelaksanaan Penjadwalan

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud
Pedoman Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan penjadwalan
yang layak secara teknis dan ekonomis.

1.1.2 Tujuan

Pedoman Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau


ini memberikan panduan standar minimal penjadwalan angkutan
sungai dan danau yang optimal.

1.2 Ruang Lingkup

Pedoman Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau


ini memberikan panduan dalam perencanaan ticketing dan
penjadwalan angkutan sungai dan danau sesuai dengan standar
minimal fasiltas pelabuhan sungai dan danau.

1.3 Acuan Normatif

1) UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran;


2) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3) PP No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan;
4) PP No.5 tahun 2010 tentang kenavigasian;
5) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan;
6) KM No.17 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan
sungai dan danau;
7) KM No. 53 tahun 2004 tentang tatanan kepelabuhanan
nasional.

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1.4 Pengertian

1) Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan


menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk,
rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang
dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau.

2) Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan sungai dan danau.

3) Waktu perjalanan adalah Waktu yang dibutuhkan untuk


berlayar anatara pelabuhan tergantung kepada jarak antara
pelabuhan dan kecepatan rerata perjalanan kapal.

4) Waktu sandar adalah waktu yang dibutuhkan untuk kapal


bersandar dimulai dari saat kapal merapat di dermaga,

5) Waktu putar atau disebut juga sebagai Round Trip Time (RTT)
adalah waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk membuat satu
kali perjalanan pulang pergi termasuk waktu yang dibutuhkan
kapal untuk sandar di dermaga.

6) Waktu antara atau dikenal juga sebagai Headway adalah waktu


antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik/tempat
perhentian dalam hal ini pelabuhan atau dermaga.

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau

2.1.1 Penjadwalan

Untuk memberikan pelayanan angkutan yang teratur perlu


dilakukan penjadwalan pelayanan ASD. Dengan adanya jadwal
akan mempermudah masyarakat maupun pengguna jasa layanan
ASD untuk mengatur perjalanan yang akan dilakukannya.
Penjadwalan pada pelayanan yang memiliki frekuensi sangat sering
seperti 10 kali dalam satu jam, atau sekali dalam 6 menit,
penjadwalan mungkin tidak terlalu penting, tetapi pada pelayanan
yang dilakukan sekali satu hari, atau 2 kali dalam satu minggu,
penjadwalan menjadi sangat penting karena masyarakat maupun
pengguna layanan ASD perlu mengetahui jadwal pastinya dalam
rangka mereka merencanakan perjalanannya.

2.1.2 Komponen jadwal

Dalam penyusunan jadwal diperlukan informasi mengenai waktu


perjalanan, waktu sandar yang diperlukan untuk menghitung waktu
putar kapal sebagai masukan utama dalam penyusunan jadwal
kapal.

2.2 Waktu perjalanan

Waktu yang dibutuhkan untuk berlayar anatara pelabuhan


tergantung kepada jarak antara pelabuhan dan kecepatan rerata

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

perjalanan kapal, yang dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:
T=

Dimana :
T = waktu perjalanan dari pelabuhan awal sampai
pelabuhan akhir, jam
S = Jarak antara pelabuhan awal ke pelabuhan akhir,
nautical mile
v = Kecepatan jelajah kapal, knots

Dalam kenyataannya, kecepatan kapal sangat berfluktuasi


tergantung dari kondisi alam, cuaca, kecepatan dan arah angin,
gelombang, arus, maupun alur navigasi. Dari rumus tersebut diatas
jelas terlihat bahwa faktor utama waktu perjalanan adalah
kecepatan kapal, kecepatan yang biasa digunakan pada perencanaan
pelayanan angkutan sungai dan danau berkisar antara 10 sampai 20
knots, sedang ferry cepat bisa beroperasi sampai dengan kecepatan
pada kisaran 30 sampai 35 knots. Permasalahan utama dalam
kecepatan adalah bentuk lunas kapal, lunas yang lancip dengan
bentuk lambung V dapat berjalan dengan kecepatan yang lebih
tinggi disamping faktor lain yang dipertimbangkan adalah bahwa
kapal dengan kecepatan tinggi mengkonsumsi bahan bakar yang
lebih besar. Bila jarak antara dua pelabuhan adalah 20 mil, dan
kecepatan jelajah kapal adalah 10 knots, maka waktu perjalanan
adalah 2 jam.

2.2.1 Waktu sandar

Waktu sandar adalah waktu yang dibutuhkan untuk kapal bersandar


dimulai dari saat kapal merapat di dermaga, moring kapal ke
dermaga, membuka pintu rampa (untuk kapal Ro-ro), menurunkan

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

dan menaikkan penumpang, barang, ataupun kendaraan dari dan ke


kapal. Selanjutnya menutup pintu rampa melepas tali temali kapal
untuk kemudian berlayar kembali.
Lamanya waktu sandar tergantung kepada ukuran kapal, cara
pemuatan, ada/tidaknya movable bridge, kapal kecil cukup
membutuhkan waktu 10 menit, tetapi kapal besar bisa sampai 1
jam.

2.2.2 Waktu putar

Waktu putar atau disebut juga sebagai Round Trip Time (RTT)
adalah waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk membuat satu kali
perjalanan pulang pergi termasuk waktu yang dibutuhkan kapal
untuk sandar di dermaga.
RTT = (T+W) x 2
Dimana:
RTT = waktu putar
T = Waktu perjalanan satu trip
W = waktu sandar

Dengan menggunakan contoh terdahulu untuk T = 2 jam dan W


selama 1 jam maka akan diperoleh waktu putar selama 1 jam, maka
waktu putar adalah 6 jam.

2.2.3 Waktu Antara

Waktu antara atau dikenal juga sebagai Headway adalah waktu


antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik/tempat
perhentian dalam hal ini pelabuhan atau dermaga. Semakin kecil
waktu antara semakin tinggi kapasitas angkut.
Waktu antara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.3 Pelaksanaan Penjadwalan

Pelaksanaan penjadwalan untuk pelayanan angkutan perlu


dijadwalkan agar diketahui oleh masyarakat pengguna dan dapat
dijadikan acuan dalam perencanaan perjalan pemakai sistem
angkutan sungai danau dan penyeberangan.

2.3.1 Penjadwalan trip

Untuk merencanakan jadwal trip antara dua pelabuhan dengan


menggunakan contoh diatas dapat mengikuti pola untuk 1, 2, 3 atau
4 kapal sebagaimana ditunjukkan pada grafik perjalanan kapal
berikut:

Gambar 2.1 Contoh Perencanaan Trip Kapal

Susunan jadwal penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dari


gambar diatas ditunjukkan dalam daftar berikut ini:

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Tabel 2.1 Contoh penjadwalan untuk 1 kapal yang melayani angkutan


antara pelabuhan A dan Pelabuhan B

Sedang kalau pelayanan dengan 4 kapal jadwal akan menjadi


seperti ditunjukkan pada daftar berikut ini:

Tabel 2.2 Contoh penjadwalan untuk 4 kapal yang melayani angkutan


antara pelabuhan A dan pelabuhan B

2.3.2 Penjadwalan pelayanan beberapa persinggahan

Untuk penjadwalan pelayanan angkutan sungai danau dengan


beberapa persinggahan hampir sama dengan penjadwalan

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

pelayanan trip sepasang lintas kecuali adanya tambahan waktu


sandar di pelabuhan/terminal antara.

Gambar 2.2 Grafik Perjalanan Kapal

2.3.3 Gangguan dalam mengikuti jadwal

Berbagai gangguan/permasalahan operasional yang dapat timbul


dalam menyelenggarakan angkutan sungai danau untuk menepati
jadwal diantaranya ditimbulkan oleh:
a. Ganguan cuaca, seperti ombak dan badai yang mempengaruhi
keselamatan pelayaran ataupun kesulitan kapal untuk merapat
di dermaga.
b. Kapal mengalami kerusakan sehingga tidak dapat beroperasi,
kerusakan bisa terjadi pada saat kapal sedang berlayar, pada
saat akan merapat ke dermaga ataupun pada saat di dermaga.
Kerusakan ini dapat saja terjadi karena perawatan yang tidak
memenuhi persyaratan perawatan ataupun karena kapal sudah
tua, semakin tua kapal semakin rentan pelayanan yang bisa

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

diberikan oleh kapal tersebut apalagi kalau kapal tersebut tidak


dirawat dengan baik.
c. Kapal terdampar atau tersangkut di karang, hal ini bisa terjadi
karena beberapa alasan diantaranya arus yang kuat, cuaca
buruk, ataupun beberapa peralatan dikapal seperti bow trusther
yang tidak berfungsi.
d. Kapal harus keluar dari pelayanan karena akan menjalankan
pemeriksaan dan perawatan rutin,
e. Kapal keluar dari pelayanan untuk pengisian bahan bakar, air
bersih, atau pergantian awak kapal ataupun istirahat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas dibutuhkan kapal


cadangan untuk mengisi kekosongan pada saat kapal yang sedang
melayani angkutan tidak dapat beroperasi

2.3.4 Publikasi jadwal

Sosialisasi jadwal sangat perlu dilakukan untuk memberikan


kepastian kepada para pelanggan yang akan merencanakan
perjalanan terutama untuk pelayanan yang jarang semisal sekali
dalam sehari atau sekali dua hari, tetapi tetap penting untuk
pelayanan yang kerap semisal sekali dalam 20 menit.

9
PEDOMAN
TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

PEDOMAN
PERENCANAAN DERMAGA SINGGAH (HALTE) DAN
TEMPAT TUNGGU PENUMPANG DI PELABUHAN SUNGAI
DAN DANAU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunianya dalam penulisan buku pedoman ini. Penyusunan
Buku Pedoman Perencanaan Dermaga Singgah (Halte) Dan Tempat
Tunggu Penumpang Di Pelabuhan Sungai Dan Danau ini untuk
mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.

Isi dari pedoman ini membahas tentang standar minimal dermaga singgah
(halte) dan tempat tunggu pelabuhan sungai dan danau.

Buku Pedoman ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
tanggapan pembaca sangat diharapkan agar dapat diadakan perbaikan untuk
cetakan berikutnya.

Jakarta, 2012

Penyusun

i
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

ii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Acuan Normatif
1.4 Pengertian
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Jenis Tempat Pemberhentian Kapal Sungai dan Danau
2.2 Fasilitas Pelabuhan
2.3 Ruang tunggu
2.4 Standar fasilitas Dermaga Singgah
2.5 Ketentuan Teknis
BAB III PELAKSANAAN
3.1 Penentuan Jarak antara dermaga singgah
3.2 Penentuan tipe konstruksi
3.3 Persyaratan Umum Perekayasaan
3.4 Pengelolaan Ruang Tunggu
3.5 Operasional Dermaga Singgah Untuk Angkutan Sungai Dan Danau
3.6 Pengelolaan Dermaga Singgah Angkutan Sungai Danau
3.7 Pemeliharaan Fasilitas Dermaga Dan Ruang Tunggu
3.8 Petugas

iii
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

iv
BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Pedoman perencanaan dermaga singgah (halte) dan tempat tunggu


pelabuhan Sungai dan Danau ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam perencanaan pembangunan yang layak secara teknis dan
ekonomis.

1.1.2 Tujuan

Pedoman perencanaan dermaga singgah (halte) dan tempat tunggu


pelabuhan Sungai dan Danau ini memberikan panduan standar
minimal perencanaan dermaga singgah (halte) dan tempat tunggu
pelabuhan Sungai dan Danau yang optimal.

1.2 Ruang Lingkup

Pedoman perencanaan dermaga singgah (halte) dan tempat tunggu


pelabuhan Sungai dan Danau ini memberikan panduan dalam
perencanaan fasiltas dermaga sungai dan danau sesuai dengan
standar minimal fasiltas dermaga singgah (halte) dan tempat tunggu
pelabuhan Sungai dan Danau.

1.3 Acuan Normatif

1) UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran;


2) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3) PP No.61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
4) PP No.5 tahun 2010 tentang Kenavigasian;
5) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan;
6) KM No.17 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Sungai dan Danau;

1
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

7) KM No. 53 tahun 2004 tentang Tatanan Kepelabuhanan


Nasional.

1.4 Pengertian

1) Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan


menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk,
rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang
dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau.

2) Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan sungai dan danau.

3) Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan,


kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal,
dan aktivitas pengisian bahan bakar untuk kapal, air minum, air
bersih, saluran untuk air kotor/limbah.

4) Pengertian Dermaga Singgah (Halte) adalah tempat perhentian


kapal penumpang umum untuk menurunkan dan/atau
menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan.

5) Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam


sandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat
penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang,
dan/atau tempat bongkar muat barang.

6) Kolam Sandar adalah perairan yang merupakan bagian dari


kolam pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan
operasional menyandarkan/menambatkan kapal di dermaga.

7) Kolam Pelabuhan adalah perairan di depan dermaga yang


digunakan untuk kepentingan operasional sandar dan olah
gerak kapal.

2
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

8) Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar,


dan bebas hambatan pelayaran lainnya yang dianggap aman
dan selamat untuk dilayari oleh kapal di sungai, atau danau.

9) Fasilitas Sandar adalah fasilitas yang digunakan untuk


menyandarkan kapal yang berlabuh pada dermaga pelabuhan.

10) Fasilitas Tambat adalah fasilitas dari pelabuhan yang digunakan


untuk menambatkan/mengikat kapal.

11) Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

12) Penataan Ruang adalah suatu system proses perencanaan tata


ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.

13) Pembangunan Pelabuhan adalah kegiatan membangun sarana


maupun prasarana Pelabuhan.

14) Sarana Pelabuhan adalah segala sesuatu yg dapat dipakai


sebagai alat dl mencapai maksud atau tujuan kepelabuhanan.

15) Prasarana Pelabuhan adalah segala sesuatu yg merupakan


penunjang utama terselenggaranya suatu proses kepelabuhanan.

3
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

4
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Jenis Tempat Pemberhentian Kapal Sungai dan Danau

1. Pelabuhan (Dermaga Tambat Kapal/Bongkar Muat).


2. Dermaga Singgah (Halte);

2.2 Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pokok meliputi:


a. Perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran,
b. Kolam pelabuhan,
c. Fasilitas sandar kapal,
d. Penimbangan muatan,
e. Ruang Tunggu penumpang,
f. Akses penumpang dan barang ke dermaga,
g. Perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan
pelayanan jasa,
h. Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker),
i. Instalasi air, listrik dan komunikasi,
j. Akses jalan dan atau rel kereta api,
k. Fasilitas pemadam kebakaran,
l. Tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.
Fasilitas penunjang meliputi:
a. Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran
pelayanan jasa kepelabuhanan,
b. Tempat penampungan limbah,
c. Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan,
d. Area pengembangan pelabuhan.

5
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.3 Ruang Tunggu

Fungsi ruang tunggu adalah sebagai berikut :


a. Fungsi ruang tunggu bagi penumpang, adalah untuk
kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu
moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat
fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan
pribadi, kendaraan yang akan diseberangkan.
b. Fungsi ruang tunggu bagi pemerintah, adalah dari segi
perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata
lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan,
sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali
kendaraan umum, kapal.
c. Fungsi ruang tunggu bagi operator/pengusaha adalah
pengaturan operasi kapal, penyediaan fasilitas istirahat dan
informasi bagi awak kapal dan sebagai fasilitas pangkalan,
lego jangkar di kolam pelabuhan.

2.4. Standar fasilitas Dermaga Singgah

2.4.1. Areal fasilitas ruang tunggu

a. Standarisasi kebutuhan (luasan) gedung ruang tunggu


penumpang terdiri dari :
1. Ruang tunggu
2. Ruang kantor/informasi
3. WC/Kamar mandi
4. Area merokok dan dilarang merokok
b. Ruang tunggu harus memiliki tingkat kenyamanan teridi dari :
1. Sirkulasi udara
2. Penerangan

6
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

c. Kekuatan bangunan sesuai dengan kondisi wilayah gempa yang


terdapat pada SNI-1726-2002 tentang persyaratan minimum
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung.
d. Pemilihan bahan bangunan disesuaikan dengan material
setempat yang memenuhi syarat sebagai material bangunan.

2.4.2. Areal fasilitas parkir kendaraan

Standarisasi kebutuhan (luasan) fasilitas parkir kendaraan terdiri


dari :
a. Menggunakan perkerasan kaku/lentur
b. Menyesuaikan alur/sistem parkir sesuai dengan area parkir
c. Luasan area parkir menyesuaikan dengan jumlah dan jenis
kendaraan
d. Disediakan parkir tertutup (di dalam ruangan) bila
memungkinkan agar terhindar dari panas dan hujan

2.4.3. Areal fasilitas parkir kendaraan antar/jemput

Standarisasi kebutuhan (luasan) fasilitas parkir kendaraan antar


jemput terdiri dari :
a. Menggunakan perkerasan kaku/lentur
b. Menyesuaikan alur/sistem parkir sesuai dengan area parkir
c. Luasan area parkir menyesuaikan dengan jumlah dan jenis
kendaraan
d. Disediakan parkir tertutup (di dalam ruangan) bila
memungkinkan agar terhindar dari panas dan hujan

2.4.4. Areal fasilitas perdagangan/Kantin

Kebutuhan ruang untuk fasilitas perdagangan didasarkan pada


kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial. Bila
luasan area memungkinkan digunakan luasan sebesar 60 m2 untuk
jumlah penduduk 250 orang.

7
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.4.5. Areal fasilitas pos dan telekomunikasi

Kebutuhan ruang untuk fasilitas pos dan telekomunikasi didasarkan


pada kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Bila luasan area memungkinkan digunakan luasan sebesar 60 m2
untuk jumlah penduduk 250 orang.

2.5. Ketentuan Teknis

Standarisasi Fasilitas Dermaga Singgah Angkutan Sungai dan


Danau diperlukan untuk menjamin keseragaman mutu pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kenyamanan.

2.5.1. Ukuran Ruang Tunggu

Ukuran ruang tunggu penumpang dapat dipilih dari 3 kriteria yaitu :


a. Tersedianya tingkat pelayanan untuk pejalan kaki sehingga
kebutuhan per penumpangnya adalah 0,9 sampai 1,2 m2.
b. Untuk ruang tunggu pelabuhan yang melayani kegiatan
rekreasi maka pembagian ruangan tunggu penumpangnya
adalah 55% luasan ruangan terlindung dan nyaman, 25% luasan
ruangan terlindung, serta 20% ruangan terbuka; sedangkan
untuk ruang tunggu pelabuhan yang melayani pekerja yang
pergi pulang kerja, ruang tunggu penumpang dibagi atas 88%
luasan ruangan terlindung dan nyaman, 6% luasan ruangan
terlindung, serta 6% ruangan terbuka.
c. Untuk melayani penumpang untuk 310 hari pelayanan dalam
satu tahun, sehingga dimungkinkan fasilitas ruang tunggu
penumpang akan terlampaui (tidak mencukupi) selama 55 hari
puncak dalam satu tahun.

8
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2.5.2. Standar Fasilitas Ruang tunggu dan kantin

a. Lantai/alas ruang tunggu dan kantin harus terbuat atau dilapisi


bahan yang kedap air (impervious), dan mudah dibersihkan,
sehingga tidak licin bila terkena air.
b. Perlengkapan meja dengan permukaan yang kedap, tahan air,
tidak mudah berkarat dan mudah untuk dibersihkan
c. Perlengkapan kursi dan atau bangku yang dilengkapi dengan
sandaran (back rest), dan terbuat dari material yang kuat dan
stabil.
d. Perlu adanya pemisahan ruang bagi perokok, dan bukan
perokok.
e. Fasilitas kantin perlu tersedia alat pemanas air (boiling water),
dan pemanas makanan (heating food)
f. Fasilitas pembuangan dan pemisahan sampah (misal untuk
sampah sisa makanan, sampah kertas, botol, limbah sisa
minuman, dll)
g. Tersedia fasilitas toilet dan fasilitas cuci yang nyaman, yang
dilengkapi dengan sabun, pengering tangan, dll.
h. Kantin tidak diperkenankan menjual minuman beralkohol.

2.5.3. Standar Fasilitas lain

a. Pengaturan lalu lintas bagi pejalan kaki, dan kendaraan.Untuk


kendaraan perlu ditambahkan tanda peringatan tinggi
maksimum kendaraan yang dapat melalui suatu pintu.
b. Fasilitas pagar pembatas/pengaman untuk memberikan
perlindungan bagi manusia/orang, dan kendaraan untuk tidak
melampaui batas daerah aman.

9
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

10
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

BAB III
PELAKSANAAN

3.1. Penentuan Jarak Antara Dermaga Singgah


Penentuan jarak antar dermaga singgah dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
1. Lokasi pelabuhan sungai dan danau terhadap lokasi aktifitas
pengguna layanan angkutan sungai dan danau,
2. Kondisi geografis dan aksesibilitas
3. Ketersediaan prasarana pendukung
4. Potensi demand, yaitu jumlah penduduk, hasil produksi sumber
daya alam, pertanian, perkebunan, perikanan dan hasil laut.
5. Potensi ekonomi, aktifitas industri

3.2. Penentuan Tipe Konstruksi


1. Tipe konstruksi dapat menggunakan material dari bahan beton,
kayu, baja atau kombinasi dari material tersebut dengan prinsip
awet, tahan lama, murah dan mudah disediakan di wilayah
setempat.
2. Pemeliharaan diupayakan dapat dilakukan oleh sumber daya
manusia setempat, dengan teknologi yang sederahan hingga
menengah, tidak memerlukan teknologi yang rumit atau
memerlukan tenaga dari luar.
3. Pembiayaan dapat didukung sepenuhnya oleh anggaran daerah
setempat.

3.3. Persyaratan Umum Perekayasaan


Persyaratan umum tempat perhentian kapal angkutan sungai dan
danau untuk penumpang umum adalah:
1. berada di sepanjang rute angkutan sungai dan danau;

11
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

2. terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas


pejalan (kaki);
3. diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman;
4. dilengkapi dengan rambu petunjuk;
5. tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.
6. tidak mendapat hambatan, tersedia kedalaman alur yang
memadai, tidak ada kendala sedimen dan fluktuasi muka air

3.4. Pengelolaan Ruang Tunggu

Pengelolaan ruang tunggu yang mampu menyesuaikan dengan


perkembangan, terkendali dan terarah berkaitan dengan :
perencanaan, infrastruktur, system management dan informasi,
lingkungan dan kerjasama serta pengaturan bebagai kepentingan
yang aktif dalam kawasan ruang tunggu. Berbagai kepentingan
yang ada dalam ruang tunggu adalah aktivitas transit, kewenangan,
sistem pengendalian serta berbagai kepentingan yang
mempengaruhi pengelolaan ruang tunggu secara terarah dan
terkendali sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.

3.5. Operasional Dermaga Singgah Untuk Angkutan Sungai Dan


Danau

3.7.1. Operasional Dermaga Singgah

Pengoperasian dermaga singgah dilakukan sesuai dengan frekuensi


kunjungan kapal, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang.
Pengoperasian dermaga singgah dapat ditingkatkan secara terus
menerus selama 24 (dua puluh empat) jam dalam 1 (satu) hari atau
selama waktu tertentu sesuai kebutuhan. Pengoperasian dermaga
singgah dilakukan dengan ketentuan:
a. adanya peningkatan frekuensi kunjungan kapal, bongkar muat
barang, dan naik turun penumpang; dan

12
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

b. tersedianya fasilitas keselamatan pelayaran, kepelabuhanan,


dan lalu lintas angkutan sungai/danau.

3.7.2. Syarat Pengoperasian Dermaga Singgah

a. kesiapan kondisi alur;


b. kesiapan fasilitas dermaga singgah;
c. kesiapan keamanan dan ketertiban;
d. kesiapan sumber daya manusia operasional sesuai kebutuhan;
e. kesiapan tenaga kerja bongkar muat dan naik turun penumpang
atau kendaraan;
f. kesiapan sarana transportasi darat; dan

3.6. Pengelolaan Dermaga Singgah Angkutan Sungai Danau

Kegiatan yang menunjang pengelolaan dermaga singgah yang


wajib dilakukan oleh pengelola:
a. Menjaga ketertiban dan kebersihan wilayah dermaga singgah
yang dipergunakan;
b. Menghindarkan terjadinya gangguan keamanan dan hal-hal lain
yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan pengoperasian
dermaga singgah;
c. Bertanggung jawab untuk menjaga keamanan fasilitas yang
dimiliki dan ketertiban di lingkungan kerja masing-masing;
d. Melaporkan kepada petugas yang berwenang di dermaga
singgah apabila mengetahui telah terjadi peristiwa yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan kelancaran operasional
dermaga singgah;
e. Menjaga kelestarian lingkungan.
f. Pelaksana usaha kegiatan di dermaga singgah yang tidak
mematuhi kewajiban, dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

13
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

Hal-hal yang harus diatur pada dermaga singgah sungai dan danau
adalah sebagai berikut:
a. Pihak pengelola dermaga singgah harus memberi papan
informasi bagi penumpang di dermaga singgah;
b. Pihak pengelola dermaga singgah harus memasang tanda/papan
pengumuman yang sekurang-kurangnya berisi nama dan jadwal
keberangkatan kapal serta tarif di tempat yang mudah terlihat;
c. Pihak pengelola/petugas dermaga singgah yang sedang
bertugas harus memakai pakaian dan atribut yang telah
ditentukan sesuai aturan yang berlaku;
d. Pihak pengelola dermaga singgah harus memberikan pelayanan
dan menyediakan jasa fasilitas dermaga singgah sejak
penumpang masuk area dermaga singgah sampai dengan masuk
ke kapal;
e. Pihak pengelola dermaga singgah harus menyiapkan petugas
selama jam dinas dan setiap pergantian petugas, harus diadakan
serah terima dan membuat daftar absensi.

Untuk terwujudnya fungsi dermaga singgah sebagaimana


pelabuhan sungai dan danau, dilakukan kegiatan penataan,
pengaturan dan pengawasan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Kegiatan Penataan meliputi
1. penataan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang dermaga
singgah sungai dan danau di daratan dan di perairan;
2. penyusunan dan penataan jadwal pelayanan kapal
(kedatangan dan keberangkatan);
3. penyusunan jadwal dan pembagian petugas di dermaga
singgah.
b. Kegiatan Pengaturan meliputi

14
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

1. koordinasi antar instansi;


2. operasional dermaga singgah;
3. penanganan darurat.
c. Kegiatan Pengawasan meliputi pengawasan terhadap :
1. fasilitas pokok dan fasilitas penunjang dermaga singgah
sungai dan danau di daratan dan di perairan;
2. lapangan/operasional;
3. keamanan dan ketertiban

3.7. Pemeliharaan Fasilitas Dermaga Dan Ruang Tunggu

Pada dasarnya pekerjaan perawatan adalah tindakan perbaikan yang


tergantung dari besarnya kerusakan yang ditemukan pada saat
dilakukan inspeksi rutin maupun inspeksi khusus.
Sasaran pekerjaan perawatan/perbaikan adalah mengembalikan
kondisi dermaga singgah sungai dan danau sesuai dengan
desain/perencanaan yang telah dibuat, paling tidak untuk memenuhi
kebutuhan yang terjadi.

3.7.1. Inspeksi rutin

Ketentuan mengenai inspeksi rutin secara umum dapat


dikemukakan sebagai berikut:
a. inspeksi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung
untuk mengetahui secara visual dengan mencatat kondisi
dermaga singgah dan kondisi bangunan beserta sarana
pelengkapnya;
b. inspeksi rutin dilaksanakan minimum 4 kali dalam satu tahun,
pada awal musim hujan dan akhir musim hujan;
c. hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah, jelas dan
standar/baku, sehingga dapat dipakai sebagai bahan/data untuk
evaluasi dalam penyusunan program kegiatan perawatan;

15
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

d. dalam melakukan inspeksi rutin harus memperhatikan:


1. aspek efisiensi dan koordinasi;
2. aspek keselamatan;
3. aspek kelancaran lalulintas kapal / aktifitas dermaga.

3.7.2. Inspeksi khusus

Ketentuan mengenai inspeksi khusus pada prinsipnya adalah


sebagai berikut:
a. akibat adanya peristiwa/kejadian tertentu (luar biasa) seperti:
bencana alam, kecelakaan dan atau informasi dari masyarakat
sekitarnya;
b. merupakan kegiatan pengamatan secara langsung untuk
mengetahui secara visual kondisi pelabuhan dan kondisi
bangunan beserta sarana pelengkapnya.
c. hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah, jelas dan
standar/baku, sehingga dapat digunakan sebagai bahan/data
untuk evaluasi dalam penyusunan program kegiatan perawatan
khusus.
d. dalam melakukan inspeksi khusus harus memperhatikan:
1. aspek efisiensi dan koordinasi;
2. aspek keselamatan;
3. aspek kelancaran aktifitas pelabuhan.

3.8. Petugas

Tugas Pengelola dermaga singgah mempunyai tugas dan tanggung


jawab dibidang :
a. Administrasi yang meliputi :
1. keuangan;
2. ketata usahaan;
3. pengusahaan jasa kepelabuhanan;

16
Konsep Pedoman di Bidang Transportasi
Sungai dan Danau

b. Operasional yang meliputi :


1. pelayanan penumpang;
2. pelayanan kapal;
3. pengecekan fasilitas pelabuhan;
4. kelancaran lalu lintas;
5. pemeliharaan;
6. perbaikan;
7. Keamanan dan ketertiban

17

You might also like