You are on page 1of 8

IMPLEMENTASI AUTHENTIC PROBLEM BASED LEARNING MODEL INOVATIF

NON-KONVENSIONAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Nindha Ayu Febriyanti1), Rizki Amelia2), Muhammad Rofiqul Ihsan3), dan Andhini Desika Sari
Nuraisyah4)
1)
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail: nazzahra92@gmail.com
2)
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail: rz.amelia85@gmail.com
3)
Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, FIK, Universitas Negeri Malang
e-mail: double.twentyseven@gmail.com
4)
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail: andini.desikasari@gmail.com

ABSTRACT
Penelitian bertujuan (1) menguji perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas Authentic
Problem Based Learning (aPBL) dengan kelas PBL pada matakuliah Strategi Pembelajaran Fisika
(SPF), (2) menguji pengaruh pembelajaran aPBL terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa
pada matakuliah SPF. Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan teknik post-test only group design.
Instrumen terdiri 19 soal pilihan ganda dan 4 soal uraian. Analisis data dengan Mann-Whitney U-
test untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sedangkan Uji Scheffe digunakan sebagai uji lanjut mengetahui pengaruh model aPBL
terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas aPBL dan mahasiswa kelas PBL. Hasil uji Scheffe
menunjukkan kelas aPBL memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada kelas PBL
pada matakuliah SPF.

Key Words: authentic problem based learning, aPBL, kemampuan berpikir kritis, calon guru fisika

1. PENDAHULUAN menggunakan model yang menarik sehingga


UM merupakan salah satu LPTK pembelajaran akan lebih bermakna.
dipercaya pemerintah untuk melahirkan guru- Motivasi mahasiswa terhadap
guru fisika yang berkompeten dalam pembelajaran di kampus tergolong kurang,
bidangnya. Berdasarkan data hasil dari sehingga kemampuan berpikir kritis mahasiswa
penyebaran angket kepada 50 mahasiswa dalam menghadapi suatu keadaan juga belum
Pendidikan Fisika UM sebagai calon guru optimal. Hal ini ditunjukkan oleh hasil studi
fisika, diperoleh hasil 80% mahasiswa pendahuluan yang memperlihatkan hanya 12%
kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang responden mahasiswa dapat menyelesaikan
telah dimiliki untuk mengambil keputusan permasalahan fisika yang memuat indikator
dalam menyelesaikan permasalahan. Hal berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
tersebut disebabkan cara mengajar dosen yang mahasiswa sebagai calon guru fisika perlu
sering menggunakan ceramah dan presentasi dioptimalkan agar kelak ketika menjadi guru
serta kurang diupayakannya pembembelajaran fisika bisa mengajak peserta didik untuk lebih
bermakna (88%). Padahal 90% keseluruhan kreatif dalam menyelesaikan suatu
responden mengaku bahwa mereka permasalahan. Ide kreatif berkaitan dengan
mengandalkan belajar saat di kampus saja. 78% persepsi seseorang dan menekankaan aspek
mahasiswa yang mengalami kesulitan, intuitif secara rasional, dapat dikembangkan
menginginkan proses pembelajaran yang melalui proses berpikir kritis. Berpikir kritis
perlahan dan mudah dimengerti, serta adalah komponen yang ada dalam suatu proses
berpikir kompleks untuk menciptakan masalah nyata menggunakan proses berpikir
kreatifitas (Facione, 1990 dalam Friedel, 2008). kritis. Kemampuan berpikir kritis dan analisis
Berpikir kritis merupakan berpikir kreatif yang dapat dilatihkan melalui kegiatan pembelajaran
difokuskan pada membuat keputusan mengenai yang otentik (Hui, 2011). Mahasiswa
apa yang diyakini atau dilakukan (Ennis, dihadapkan pada masalah kontekstual yang
1996). menuntut mahasiswa melakukan penyelidikan
Guru sering menganggap bahwa berkelanjutan dan menyelesaikannya dengan
kemanpuan berpikir kritis perlu diajarkan memanfaatkan berbagai sumberdaya serta
kepada peserta didik, namun penelitian perspektif teori.
menunjukkan kebanyakan guru tidak Howard (2007) mengkolaborasikan
mengetahui bagaimana melatihkan kemampuan model Problem Based Learning (PBL) dengan
berpikir kritis tersebut secara efektif (Choy & pendekatan Authentic Learning, yang lebih
San Oo, 2012). Suwardjono (dalam Wulandari, sering dikenal dengan model Authentic
2011) menyatakan bahwa kondisi belajar Problem Based Learning (aPBL). Penambahan
mengajar di perguruan tinggi di Indonesia pada istilah kata authentic dimaksudkan untuk
umumnya belum mengubah secara nyata mencerminkan tuntutan dunia kerja sebagai
wawasan dan perilaku akademik. proses belajar. Model aPBL didukung dengan
Paparan data hasil observasi awal pada adanya pendidikan otentik dan masalah sebagai
mahasiswa calon guru fisika yang telah simulasi keadaan yang akan dihadapi pada saat
dilakukan, bertolak belakang dengan tuntutan terjun langsung menghadapi dunia kerja.
abad ke-21 yang menuntut guru fisika dapat Masalah dalam model aPBL merupakan
mengupayakan suatu pembelajaran dapat masalah yang relevan dengan dunia kerja
memfasilitasi peserta didik untuk melatih (Howard, 2007: 4). Diharapkan dari masalah
berpikir analitis dalam mengambil keputusan tersebut, mahasiswa nantinya dapat berpikir
menggunakan proses berpikir kritis kritis dengan baik dalam memecahan masalah,
(Kemendikbud, 2012). Sehingga guru dan pembaruan diri dan kerja sama kelompok
calon guru dituntut agar bisa menciptakan karena telah belajar seakan-akan berada di
proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi tempat kerja, untuk mengatasi kebimbangan
hal tersebut. dan ketidakpastian yang mungkin terjadi ketika
Keberhasilan suatu tujuan pendidikan mereka sudah bekerja nanti.
banyak bergantung pada bagaimana pendidikan aPBL mempersiapkan mahasiswa
tersebut berlangsung secara efektif. Untuk dengan orientasi praktis dalam
menciptakan pembelajaran yang efektif, model mengembangkan mind-set yang akan
yang digunakan haruslah berpusat pada memberikan keahlian kognitif, afektif dan
mahasiswa dan dapat memfasilitasi dalam psikomotor (Sukumaran, 2012). Kapasitas
mengembangkan kemampuan hands-on dan kognitif meliputi berpikir kritis, memecahkan
minds-on. Salah satu model pembelajaran yang masalah dalam mencari solusi dan memperoleh
sesuai adalah Problem Based Learning (PBL). konsep atau ide-ide baru. Kapasitas afektif
Melalui kegiatan pemecahan masalah pada meliputi menghargai pendapat mahasiswa lain
model PBL, dapat memberikan kesempatan dan memberikan nilai yang objektif.
yang luas kepada mahasiswa saling bertukar Psikomotor untuk melihat, mengubah, dan
ide atau pendapat serta berpikir tingkat tinggi memodifikasi dengan menerapkan hands-on
sehingga memperoleh pemahaman baru tentang activity.
konsep fisika yang sedang dipelajari (Hedge, Hasil penelitian yang dilakukan Huda
2012). (2011) menunjukkan bahwa Authentic
Pendekatan otentik menjadi salah satu Learning yang diimplementasikan dengan PBL
pendekatan pembelajaran yang dapat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
memfasilitasi mahasiswa dalam menyelesaikan mahasiswa pada matakuliah Strategi
Pendidikan Fisika. Authentic Problem Based digunakan adalah Post-test Only Group Design,
Learning (aPBL) dapat meningkatkan aspek dikarenakan peneliti hanya melihat kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa awal mahasiswa dari data yang telah ada yaitu
serta dapat meningkatkan kemampuan berupa nilai matakuliah Belajar dan
pemecahan masalah (Yuliati, 2011; Pembelajaran (BDP), Pengembangan Bahan
Rohmanum, 2013). Susianna (2012) juga Ajar Fisika (PBAF), Keterampilan Dasar
menyatakakan pembelajaran kuliah dengan Mengajar (KDM) yang telah didapatkan pada
menggunakan Authentic Problem Based semester sebelumnya. Pengambilan nilai
Learning (aPBL) dapat meningkatkan kemampuan awal dari matakuliah BDP, PBAF
kreativitas, hubungan antar pribadi serta dan KDM, dikarenakan ketiga matakuliah
penguasaan konsep mahasiswa. Begitu juga tersebut merupakan matakuliah prasyarat untuk
dengan Woods (2012) melaporkan bahwa mengikuti matakuliah SPF.
mahasiswa memiliki kemampuan pemecahan Populasi dalam penelitian adalah
masalah yang lebih baik, motivasi belajar dan seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika
kepercayaan diri yang tinggi serta kerja tim Universitas Negeri Malang angkatan 2011 yang
yang lebih baik setelah dibelajarkan dengan terdiri dari 3 offering. Pengambilan sampel
aPBL dibandingkan kuliah konvensional. menggunakan teknik Cluster Random
Matakuliah Strategi Pembelajaran Sampling. Sampel yang digunakan adalah
Fisika (SPF) merupakan salah satu matakuliah mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika UM
yang wajib ditempuh mahasiswa Prodi angkatan 2011 diambil satu kelas (Offering A-
Pendidikan Fisika UM. SPF melatihkan A1) sebagai kelas eksperimen dan satu kelas
mahasiswa calon guru untuk mampu menyusun lainnya (Offering C-C1) sebagai kelas kontrol.
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Instrumen perlakuan berupa Satuan
lingkungan (Katalog Fisika, 2010: 82). Acara Perkuliahan (SAP) dan Lembar Kerja
Dibutuhkan kemampuan berpikir kritis yang Mahasiswa (LKM). SAP deterapkan pada kelas
tergali secara optimal agar mahasiswa sebagai eksperien dan kelas kontrol. Terdapat 2 SAP
calon guru dapat memenuhi kompetensi yaitu SAP untuk kelas eksperimen yang
matakuliah SPF tersebut. Oleh karena itu, menggunakan model Authentic Problem Based
model aPBL cocok digunakan dalam Learning (aPBL) dan SAP untuk kelas kontrol
pembelajaran SPF karena mengandung yang menggunakan model Problem Based
masalah yang relevan dengan tempat kerja, Learning (PBL). SAP masing-masing untuk
bersifat interdisipliner yang memungkinkan kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari
adanya penyelidikan otentik, dan memberikan 11 pertemuan.
peluang mahasiswa bekerja kolaboratif dalam Instrumen pengukuran adalah tes
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis tentang berpikir kritis pada mahasiswa dalam
untuk memecahkan masalah. bentuk tes tulis (prestasi). Instrument tes yang
aPBL dalam penelitian ini diadopsi digunakan adalah 19 butir soal pilihan ganda
dari Howard (2007) terdiri dari 7 tahap sebagai dan 4 uraian pada materi SPF. Tes ini
berikut: (1) Orientation, (2) encountering the dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan
problem, (3) tackling the learning issues, (4) menerapkan Authentic Problem Based
reiterating the problem, (5) summarizing and Learning (aPBL) yang digunakan untuk
knowledge abstraction, (6) Conducting self- mengetahui pengaruh model tersebut terhadap
and peer-evaluation, (7) conducting tutor kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Butir
evaluation. soal yang mempunyai tingkatan sama juga
diberikan pada kelas kontrol.
2. METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi experimental design. Desain yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dan mensintesis informasi baru. Misalnya pada
Data nilai post-test berpikir kritis pertemuan ke-1 materi Hakikat IPA/Fisika,
terdiri dari 19 soal tipe multiple choice dan 4 mahasiswa diminta untuk menyebutkan cara
soal esai pada kelas eksperimen dapat dilihat memasukkan telur ke dalam tabung Erlenmeyer
pada Tabel 1.1. tanpa harus menekan telur. Mahasiswa
Tabel 1.1 Data Post-test Berpikir Kritis Kelas membuat hipotesis terkait dengan kegiatan
Eksperimen dan Kelas Kontrol yang dilakukan.
Kelas Kelas
Parameter Tackling The Learning Issues
Eksperimen Kontrol
merupakan tahap ke 3 model aPBL. Mahasiswa
N 19 14
mencari informasi untuk menguji hipotesis
𝑋̅ 71,10 64,69
Median 69,63 66,64 dengan bimbingan dosen. Mahasiswa bebas
Modus 68,45 69,63 menentukan sumber informasi yang akan
Sd 6,11 7,31 digunakan dengan syarat sumber bacaan yang
digunakan harus relevan. Terlihat bagaimana
Langkah-langkah pembelajaran peran kemampuan berpikir kritis mahasiswa
Authentic Problem Based Learning (aPBL) dalam tahap ini. Contohnya, pada pertemuan
yang dipakai dalam penelitian adalah langkah- ke-1 materi hakikat IPA/Fisika, mahasiswa
langkah pembelajaran Authentic Problem melakukan eksperimen sederhana untuk
Based Learning (aPBL) diadopsi dari Howard memasukkan telur ke dalam tabung enlemeyer
(2007). Berikut merupakan pelaksanaan menggunakan alat yang telah tersedia sesuai
pembelajaran Authentic Problem Based dengan pemikiran kritis masing-masing
Learning (aPBL) pada kelas eksperimen. kelompok. Ada beberapa kelompok dapat
Kegiatan pembelajaran pada kelas menggunakan alat sesuai dengan yang
eksperimen diawali dengan tahap Orientation. seharusnya, dan ada juga kelompok kurang
Mahasiswa dikenalkan pada masalah yang akan tepat dalam menggunakan alat. Misalnya
dijadikan bahan pembelajaran, menyusun minyak kayu putih yang telah tersedia dipakai
aturan pembelajaran, dan mendapatkan sebagai pelumas dioleskan pada telur rebus
penjelasan tentang tujuan pembelajaran. yang telah dikupas, padahal seharusnya minyak
Selanjutnya mahasiswa masuk pada topik yang kayu putih tersebut digunakan untuk
akan dibahas dengan menanggapi pertanyaan- membersihkan jelaga yang menempel pada
pertanyaan dosen yang mengarahkan enlemeyer.
mahasiswa menggali pengetahuan awal Mahasiswa di dalam tahapan tackling
mereka. Kemudian mahasiswa membentuk the learning issues ini, juga mendapatkan
kelompok untuk melakukan diskusi membahas kewajiban untuk mencari 3 buah apersepsi
LKM yang telah dibagikan dosen. Misalnya pembuka pembelajaran yang sesuai dengan KD
pada pertemuan ke-1yang membahas materi kurikulum 2013 SMA yang telah
Hakikat IPA/Fisika, mahasiswa diminta untuk diorganisasikan sebelumnya. Penyajian
berpikir dengan kritis tentang bagaimana cara apersepsi dari masing-masing mahasiswa
memasukkan telur rebus ke dalam tabung secara bergantian, dilakukan pada saat
erlenmeyer tanpa harus menekan telur rebus pembukaan atau penutup proses perkuliahan
tersebut. Strategi Pembelajaran Fisika. Proses presentasi
Tahap ke dua adalah tahap apersepsi dibatasi waktu maksimal 5 menit
encountering the problem, mahasiswa untuk setiap mahasiswa penyaji.
menganalisis masalah yang ada di LKM dengan Tahap ke 4 adalah reiterating the
menggunakan penalaran hipotesis deduktif problem, masing-masing mahasiswa dalam
kolaboratif, menyusun hipotesis, melakukan kelompok memaparkan hasil analisis data.
penyelidikan atau diskusi untuk menganalisa Mahasiswa menjelaskan sumber informasi yang
telah didapatkan. Mahasiswa diluar kelompok
yang memaparkan hasil diskusi, boleh matakuliah STrategi Pembelajaran Fisika
mengkritik atau memberikan saran terhadap (SPF).
temuan dari kelompok penyaji. Kemudian Uji lanjut yang digunakan adalah Uji
secara bersama-sama berdiskusi kelas untuk Scheffe didapatkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 7,50
mengambil kesimpulan tentang penyebab dan dengan nilai 𝐹(31;0,05) 4,16. 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
solusi dari masalah yang telah disajikan. 𝐹(31;0,05) sehingga 𝐻𝑖 diterima, menunjukkan
Diskusi kelas berjalan sesuai dengan yang bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa
diharapkan, karena besarnya rasa saling yang belajar dengan model Authentic Problem
menghargai pendapat satu sama lain. Based Learning (aPBL) lebih tinggi daripada
Kepercayaan diri mahasiswa ketika mahasiswa yang belajar dengan model Problem
menyampaikan hasil diskusi juga terlihat sangat Based Learning (PBL) pada matakuliah
besar, ditunjukkan dengan tidak ada keragu- Strategi Pembelajaran Fisika (SPF).
raguan dalam membacakan temuan dari Hasil penelitian ini mendukung
kelompok mereka. penelitian sebelumnya yaitu penelitian Huda
Summarizing and knowledge (2012) yang menunjukkan bahwa kemampuan
abstraction merupakan tahap ke-5 dari model berpikir kritis mahasiswa dalam matakuliah
aPBL. Setiap kelompok menceritakan proses SPF dapat ditingkatkan melalui penerapan
pencarian solusi dari permasalahan pendekatan Authentic Learning yang
pembelajaran yang dihadapi dalam bentuk dilaksanakan menggunakan model PBL.
flowchart atau abstrak. Flowchart yang Penelitian Yuliati (2011) menunjukkan bahwa
diharapkan di sini merupakan flowchart dari hasil belajar fisika peserta didik yang
proses pencarian solusi masalah yang difasilitasi dengan aPBL mengalami
diselesaikan, namun ada beberapa kelompok peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan
mahasiswa membuat flowchart berdasarkan psikomotor. Disampaikan juga oleh Woods
materi atau masalah yang diselesaikan. (2012) yang menyatakan bahwa dengan
Tahap ke-6 adalah conducting self- and menggunkan aPBL dibandingkan kuliah
peer-evaluation, dalam tahapan ini mahasiswa konvensional, mahasiswa lebih memiliki
melakukan evaluasi terhadap hasil kinerja kemampuan pemecahan masalah yang lebih
mereka sendiri, baik hasil kinerja kelompok baik, motivasi belajar dan kepercayaan diri
maupun individu. Mahasiswa juga yang tingi serta kerja tim yang lebih baik.
mengusulkan cara untuk meningkatkan fungsi Penelitian Rohmanum (2013) juga melaporkan
kelompok masing-masing. bahwa Authentic Problem Based Learning
Conducting tutor evaluation (aPBL) dapat meningkatkan kemampuan
merupakan tahapan terakhir di dalam model pemecahan masalah siswa.
aPBL. Pada tahapan ini, mahasiswa Adanya pengaruh yang signifikan
mendapatkan penguatan materi dari dosen dan model authentic Problem Based Learning
juga mendapatkan umpan balik. Dosen (aPBL) terhadap kemampuan berpikir kritis,
mengajak mahasiswa melakukan refleksi sesuai dengan pendapat Howard (2007)
terhadap proses pembelajaran yang telah mengenai efektivitas aPBL dalam melatihkan
dilakukan. keterampilan analisis termasuk memecahkan
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan masalah, belajar mandiri, dan keterampilan
𝑈ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 74 > 𝑈(14;19;0,05) 78, sehingga 𝐻𝑖 kerja kelompok. Masalah dalam pembelajaran
diterima 𝐻𝑜 ditolak, dan dapat dikatakan bahwa aPBL harus mencakup semua, yaitu dapat
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis memberikan tujuan dan motivasi untuk belajar,
antara mahasiswa kelas Authentic Problem menyediakan lingkungan belajar yang
Based Learning (aPBL) dan mahasiswa kelas berkelanjutan dan kompleks yang dapat
Problem Based Learning (PBL) pada dieksplorasi panjang lebar (Herrington,2006).
Mahasiswa mendapatkan dan menerapkan memecahkan masalah tanpa disertai adanya
pengetahuan dan keterampilan dengan proses belajar mandiri.
menyelidiki dan memecahkan masalah otentik Selain itu aPBL memiliki ciri-ciri lain
serta memastikan bahwa pengetahuan yang yang membedakannya dengan PBL, yaitu
diperoleh, keterampilan yang dipraktekkan dan dalam aPBL juga terdapat tahapan reiterating
dikembangkan akan berguna serta dapat and recessing the problem, yang seakan-akan
diterapkan oleh mahasiswa dalam kehidupan di mahasiswa berada pada tempat kerja dengan
tempat kerja nantinya (Yamada, 2003). Dengan mempelajari masalah yang nyata. Adanya tahap
demikian aPBL dapat meningkatkan summarizing and knowledge abstraction,
kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis peserta didik diharuskan membuat Flow chart
dan pemecahan masalah. atau abstraksi tentang peoses penyelesaian
Perbedaan kemampuan berpikir kritis masalah yang telah digunakan untuk belajar
mahasiswa antara kelas aPBL dengan kelas memperbarui diri pada masalah yang dihadapi
PBL tidak terlepas dari perbedaan karakteristik berikutnya (Howard, 2007).
langkah pembelajaran diantara kedua model aPBL mempersiapkan mahasiswa
tersebut. Model aPBL memiliki tahapan dengan orientasi praktis dalam
encountering the problem yang mengharuskan mengembangkan mind-set yang akan
mahasiswa dalam kelompok menentukan memberikan keahlian kognitif, afektif dan
hipotesis dengan memberikan alasan dan psikomotor yang dipersiapkan untuk
mempertimbangkan sumber belajar yang menghadapi dunia kerjanya nanti (Sukumaran,
digunakan (Howard, 2007). Mahasiswa kelas 2012). Hal ini yang menyebabkan aPBL lebih
aPBL dalam tahapan ini melakukan berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis
penyusunan hipotesis dengan disertai alasan dibandingkan dengan PBL.
yang sesuai dan didukung dengan sumber Matakuliah SPF merupakan salah satu
relevan. Berbeda dengan PBL, mahasiswa matakuliah yang dapat mengorientasikan dan
secara bersama-sama dengan kelompok hanya mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis
menentukan hipotesis saja. dalam kehidupan nyata. Secara keseluruhan
Tahap tackling the learning issues pada hasil penelitian pengaruh Authentic Problem
model aPBL, dilaksanakan dengan mahasiswa Based Learning (aPBL) terhadap kemampuan
melakukan proses belajar mandiri, salah berpikir kritis mahasiswa Pendidikan Fisika
satunya adalah mencari kegiatan apersepsi sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena
untuk membuka pembelajaran Fisika SMA. itu, pelaksanaan Authentic Problem Based
Mahasiswa menggunakan proses berpikir kritis Learning (aPBL) dapat dijadikan alternatif
dalam memperoleh kegiatan apersepsi yang pembelajaran untuk dapat meningkatkan
dapat menarik perhatian siswa pada kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebagai
pembelajaran fisika. Selain mencari kegiatan calon guru Fisika dalam mempersiapkan
apersepsi yang dapat menarik perhatian siswa, kompetensi menghadapi dunia kerjanya nanti.
kegiatan apersepsi tersebut juga harus dapat
menunjukkan gejala fisis dari materi fisika 4. KESIMPULAN
yang berkaitan. Howard (2007) Berdasarkan penelitian dan hasil uji
mengungkapkan bahwa dengan tahapan ini hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat
dapat memfasilitasi mahasiswa mengasah disimpulkan sebagai berikut.
kemampuan berpikir kritisnya secara mandiri, 1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
karena pada tahap ini mahasiswa dituntut kritis antara mahasiswa yang belajar
melakukan proses belajar mandiri dalam dengan model Authentic Problem Based
menyelesaikan masalah. Berbeda dengan PBL, Learning (aPBL) dan mahasiswa yang
dimana mahasiswa secara bersama-sama belajar dengan model Problem Based
Learning (PBL) pada matakuliah Strategi
Pembelajaran Fisika (SPF). aPBL Herrington,T & Herrington, J. 2006. Authentic
memberikan kesempatan pada mahasiswa Learning Environtments in Higher
untuk aktif dalam proses pembelajaran dan Education. Tukkish Online Journal of
Distance Education-TOJDE. ISSN 1302-
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis
6488. Vol 7 (1):175-191, (Online),
dalam memecahkan masalah baik secara (http://tojde.anadolu.edu.tr), diakses 25
individu maupun kerja dalam kelompok. Nopember 2013.
2. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa Howard, B.S. & Lynda, W.K.N. 2007.
yang belajar dengan model Authentic Principles and Practice of aPBL. Prentice
Problem Based Learning (aPBL) lebih Hall Pearson Education South Asia Pte
tinggi daripada mahasiswa yang belajar Ltd. Singapore.
Huda, M.N. 2012. Authentic Learning untuk
dengan model Problem Based Learning
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
(PBL) pada matakuliah Strategi Calon Guru Fisika. Makalah, Seminar
Pembelajaran Fisika (SPF). Dengan adanya Nasional MIPA dan Pembelajaran.
kegiatan belajar mandiri dan kelompok, Fakultas Matematika dan Ilmu
serta menyeleksi sumber belajar relevan Pengetahuan Alam Universitas Negeri
yang digunakan dalam pencarian solusi Malang
masalah, memberikan kesempatan yang Hui, F. 2011. The implementation of authentic
activities for learning: a case study in
luas kepada mahasiswa untuk
finance education. e-Journal of Business
mengoptimalkan kemampuan berpikir Education & Scholarship of Teaching,
kritisnya. (Online), 5 (1): 59-72, (
http://www.ejbest.org), diakses 25
Nopember 2013.
5. REFERENSI Kemendikbud. 2012. Pergeseran Paradigma
Choy, S.C. & Pou, S.O. 2012. Reflective Belajar Abad 21. (Online), (http://www.
Thinking And Teaching Practices: A kemdiknas.go.id/kemdikbud/), diakses 31
Precursor For Incorporating Critical Agustus 2013.
Thinking Into The Classroom?. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
International Journal of Instruction , Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
(Online), 5 (1): 167-182, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
(http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED529110. Kompetensi Guru. Direktorat Analisa
pdf), diakses 20 Agustus 2013 Peraturan Perundang-Undangan. (Online),
Costa, A.L.1985. Developing Minds. (http://dapp.bappenas.go.id), diakses 27
Alexandria, Virginia : ASCD Maret 2014.
Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. New Rohanum, E. 2013. Pengaruh Authentic-
Jersey: Prentice-Hall. Problem Based Learning terhadap
Friedel, R.C. 2008. It’s In The Genes: Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Exploring Relationships Between Critical Ditinjau dari Kemampuan Awal Peserta
Thinking And Problem Solving In Didik MAN Malang I. Tesis tidak
Undergraduate Agriscience Students’ diterbitkan. Malang: PPs UM.
Solutions To Problems In Mendelian Sukumaran. 2012. Authentic learning for
Genetics. Journal of Agricultural Acquiring Competency in Professional
Education, (Online), 49 (4): 25-37, ( Education. Journal of Modern Education.
http://www.jae-online.org), diakses 25 (Online), 2 (1):62-67,
Nopember 2013. (http://korea.ssrn.com/delivery/ SSRN-
Hedge, B. 2012. How do they it? An insight id2096941.pdf), diakses 11 April 2014.
into the learner’s approach to the Susianna, N. 2012. The Application of APBL
mechanism of physics problem (Authentic Problem-Based Learning) to
solving.Physics Education research, Enhance Generic Entrepreneurial
(Online), 8 (1); 1-9. ( http://prst- Competencies in a Basic Chemistry
per.aps.org/PRSTPER/v8/i1/e010109), Course. US-China Education Review,
diakses 25 Nopember 2013. (Online), 383-388,
(http://www.davidpublishing.com/
DownLoad/?id=6159), diakses 20 Agustus
2013.
Woods, R.D. 2012. PBL: An Evaluation of the
Effectiveness of Authentic Problem Based
Learning (aPBL). (Online), 46 (2): 135-
144, (http://www.che.ufl.edu), diakses 22
Agustus 2013.
Wulandari, N. 2011. Pengaruh Problem Based
Learning Dan Kemampuan Berpikir Kritis
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa.Tekno-
pedagogi ISSN 2088-205X, (Online), 1
(1): 14-24, (http://online-
journal.unja.ac.id), diakses 10 September
2013.
Yamada, S. & Maskarinec, G.G. 2003.
‘Authentic’ problem-based
learning,instrumental rationality, and
narrative. Asia Pasific Family Medicine,
(Online), 2: 226-228, (http://www.apfmj-
archive.com), diakses 19 November 2013.
Yuliati, L. 2012. Authentic Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA. Makalah,
Seminar Nasional MIPA dan
Pembelajaran. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Malang

You might also like